asuhan keperawatan keluarga dengan infek

BAB 1
PENDAHULUAN
.1. Latar belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering diderita
oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2008). Penyakit infeksi ini menyerang salah satu bagian
dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (Depkes RI, 2006).
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.
Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya disebabkan
oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi,
anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara- negara dengan pendapatan per
kapita rendah dan menengah.
Keluarga memiliki peranan penting dalam melakukan upaya pencegahan dan
perawatan balita yang menderita ISPA. Ibu memiliki peranan yang cukup besar dalam
mengasuh dan merawat anak yang sakit, mengingat ibu adalah pengasuh utama anak
dalam keluarga. Adapun aktivitas perawatan yang dapat dilakukan oleh ibu pada saat
anak menderita ISPA adalah memberikan nutrisi yang tepat selama balita sakit maupun
setelah sakit, memberikan cairan yang cukup selama demam dan tidak membiarkan
anak kehausan, memberikan ramuan yang aman untuk melegakan tenggorokan dan
meredakan batuk, melakukan perawatan selama demam, dan observasi tanda-tanda

pneumonia (Nurhidayah, 2008). Selain itu, upaya pencegahan penyakit juga penting
dilakukan oleh ibu baik dengan memberikan imunisasi maupun penghindaran pajanan
asap, perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat (Misnadiarly, 2008).
Hasil pendataan yang dilakukan oleh penulis di desa percut kecamatan deli serdang
tahun 2015 terdapat jumlah bayi dan anak-anak yang menderita penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diwilayah kerja puskesmas tanjung rejo desa percur
sejumlah 45 pasien.

Berdasarkan identifikasi penyakit yang sering diderita oleh bayi dan anak-anak,
maka anak dari keluarga Tn. C yang menderita

Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) penulis mengangkat keluarga tersebut sebagai keluarga binaan. Alasan penulis
untuk mengangkat keluarga Tn. C menjadi keluarga binaan adalah penyakit yang
diderita yakni Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berakibat terhadap fungsi paruparu terhadap anak tersebut. Dalam hal ini keluarga memerlukan perawatan preventif,
kuratif dan rehabilitatif sehingga keluarga tetap mampu memperhatikan kesehatan
terhadap lingkungan tempat tinggal. Hal inilah yang menjadi latar belakang
dilakukannya penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. C Dengan
Anggota Keluarga An. Y Menderita ISPA Di Dusun X Desa Percut Kecamatan Percut

Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.
.2. Tujuan penulisan
1.

Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada lansia secara profesional

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2.

Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa dapat :
1.

Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn.
C dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

2.

Menganalisa masalah kesehatan keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn. C

dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

3.

Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga keluarga
pada An. Y anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA).

4.

Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan berdasarkan masalah yang dialami keluarga keluarga pada An. Y
anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA).

5.

Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga
keluarga pada An. Y anggota keluarga Tn. C dengan penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA).


.3. Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup dari laporan ini adalah 15 keluarga yang didata, dan penulis
hanya mengambil 3 keluarga binaan dan 1 keluarga menjadi kasus binaan yaitu An. Y
anggota keluarga Tn. Z dengan masalah : Ketidakefektifan bersihan jalan napas An. Y
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ISPA.
.4. Metode penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan tehnik :
1.

Wawancara
Diperoleh langsung dari pasien dengan metode tanya jawab pada keluarga Tn. C

tentang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
2.

Observasi
Pengamatan dan keterlibatan langsung terhadap kondisi pasien dalam penerapan


asuhan keperawatan keluarga dengan melakukan pemeriksaan fisik head to toe dan
pemeriksaan tanda-tanda vital.
3.

Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan kerawatan gerontik yaitu buku ajar

keperawatan keluarga, aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA NIC-NOC.

.5. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan adalah :
BAB I

: Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,

metode penulisan, sistematika penulisan.
BAB II

: Tinjauan teoritis

.1. Konsep medis meliputi : defenisi, etiologi, tanda dan gejala,
pencegahan.
.2. Konsep asuhan keperawatan keluarga meliputi : pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan.

BAB III

: Tinjauan kasus meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB IV

: Pembahasan meliputi pengkajian sampai evaluasi keperawatan.

Bab V

: Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

.1. Konsep dasar keluarga
.1.1.

Definisi keluarga
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara
orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Sudiharto, 2007). Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga
merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan
yang lain.
.1.2.

Tipe keluarga (Sudiharto, 2007)

a. Keluarga inti (nuclear family)
b. Keluarga asal (family of origin)

c. Keluarga besar (extended family)
d. Keluarga berantai (social family)
e. Keluarga duda atau janda
f. Keluarga komposit (composite family)
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation)
h. Keluarga inses (incest family)
i. Keluarga tradisional dan non-tradisional

.1.3.

Fungsi keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga (Mubarak, dkk 2009) yang

dapat dijalankan yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan
membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan
kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk

normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing
dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam
keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi.
e. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dimana yang akan datang.
f. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan papan.
g. Fungsi

pendidikan

adalah

menyekolahkan

anak


untuk

memberikaan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang
akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta mendidik
anak sesuai dengan tingkat perkembanganya.
.1.4.

Tugas kesehatan keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai
berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
.1.5.

Tahap dan tugas perkembangan keluarga (Duvall, 1997)
Terdapat perbedaan tugas perkembangan

keluarga pada setiap tahap

perkembangan keluarga :
1. Tahap “married couples (without children)” (pasangan nikah dan belum
memiliki anak). Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:
-

Membina hubungan intim dan memuaskan.

-

Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

-

Mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini merupakan
anggota dari tiga keluarga, yakni: keluarga suami, keluarga istri, dan
keluarga sendiri.

2. Tahap keluarga “child bearing” (kelahiran anak pertama)
Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:
-

Persiapan menjadi orang tua.

-

Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
seksual, dan kegiatan.

-

Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3. Tahap keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan pada tahap ini ialah:
-

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.

-

Membantu anak untuk bersosialisasi.

-

Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain
juga harus terpenuhi.

-

Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam keluarga maupun
dengan masyarakat.

-

Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.

-

Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

-

Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Keluarga dengan anak sekolah
Tugas perkembangan pada tahap ini yakni:
-

Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

-

Mempertahankan keintiman pasangan.

-

Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada
tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.

5. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu:
-

Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.

-

Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

-

Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

-

Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali
muncul konflik orang tua dan anaknya yang berusia remaja.

6. Tahap Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:
-

Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

-

Mempertahankan keintiman pasangan.

-

Membantu orang tua memasuki masa tua.

-

Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

-

Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan pada usia perkawinan ini adalah:
-

Mempertahankan kesehatan.

-

Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.

-

Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus utama dalam usia keluarga ini
antara lain: mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Keluarga usia lanjut
Tugas perkembangan pada tahap usia perkawinan ini ialah:
-

Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

-

Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.

-

Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.

-

Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

-

Melakukan life review.

-

Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini. Dengan mempertimbangkan adanya keumuman
usia perkawinan yang berbeda pada setiap tahapan tahapan perkembangan
keluarga, maka dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada subyek
yang berada pada tiga tahapan perkembangan keluarga, yaitu keluarga tanpa
anak, keluarga dengan anak usia prasekolah dan keluarga dengan usia
remaja.

.1.6.

Tingkat kemandirian keluarga (Padila, 2012)
Keluarga mandiri adlah keluarga yang mengetahui masalah kesehatan dengan
kriteria :
a.

Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah
kesehatan yang ada.

b.

Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab masalah kesehatan.

c.

Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan.

d.

Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah keluarga, mau
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.

e.

Masalah kesehatan dirasakan keluarga.

f.

Keluarga dapat menngungkapkan.menyebutkan akibat dari masalah
kesehatan tersebut.

g.

Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah
kesehatan tersebut.

h.

Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan.

.1.7.

i.

Keluarga dapat terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga.

j.

Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.

Langkah-langkah asuhan keperawatan keluarga

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga (Padila, 2012)
adalah :
a. Data umum
-

Nama kepala keluarga

-

Alamat dan telepon

-

Pendidikan kepala keluarga

-

Komposisi keluarga dan genogram

-

Tipe keluarga

-

Suku bangsa

-

Agama

-

Status sosial ekonomi keluarga

-

Aktivitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga ini
4) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
d. Struktur keluarga
1) Sistem pendukung keluarga
2) Pola komunikasi keluarga
3) Struktur kekuatan keluarga
4) Struktur peran
5) Nilai atau norma keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi

5) Fungsi ekonomi
f. Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor yang dikaji sejauhmana keluarga
berespon terhadap stressor
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
B. Diagnosa keperawatan
Jenis diagnosa ada 3 (Padila, 2012) :
-

Aktual

-

Resiko

-

Potensial
Diagnosa keperawatan keluarga menurut Intansari (2010) :

1. Perubahan proses keluarga
2. Perubahan biaya kesehatan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
5. Perubahan peran orang tua
6. Perubahan pola eliminasi
7. Antisipasi kehilangan
8. Konflik pengambilan keputusan
9. Perilaku pencarian pelayanan kesehatan
10. Tidak efektif koping keluarga
11. Resiko trauma

12. Isolasi sosial
Kriteria prioritas masalah (Padila, 2012) :
Kriteria
Sifat masalah :

Skala

-

Aktual

3

-

Resiko

2

- Potensial
Kemungkinan untuk diubah :
Mudah

2

-

Sebagian

1

2

0

-

Tinggi

3

-

Cukup

2

- Rendah
Menonjolnya masalah :

1

1

-

- Tidak dapat
Potensial dicegah

Bobot

1

1

-

Segera ditangani

2

-

Ada masalah tapi tidak perlu

1

1

ditangani
-

Masalah tidak dirasakan

0

C. Rencana keperawatan berdasarkan domain kognitif, psikomotor, dan afektif
(Padila, 2012)
Untuk mengubah domain kognitif:
1) Memberi pujian pada kekuatan individual dan keluarga
2) Menawarkan informasi atau pendapat
3) Menawarkan pendidikan kesehatan
4) Mengeksternalisasi masalah

Untuk mengubah domain psikomotor
1) Mendorong anggota keluarga untuk menjadi pemberi perawatan
2) Mendorong penggantian pemberi perawatan dalam keluarga
3) Memasukkan ritual kesehatan dalam kebiasaan keluarga
Untuk mengubah domain afektif
1) Memvalidasi/menormalkan respons emosional
2) Menceritakan pengalaman saat anggota keluarga sakit
3) Menggambarkan kekuatan dukungan keluarga
.2. Konsep medis ISPA
.2.1.

Definisi
Pengertian ISPA ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan

akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut
(Yudarmawan, 2012), dengan pengertian sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari (A. Suryana 2005).
.1.2.

Etiologi
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek

dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300
lebih jenis virus, bakteri, riketsia dan jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan
mikrovirus (termasuk di dalamnya virus influenza, virus pra-influensa dan virus
campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: streptokokus hemolitikus,
stafilokokus, pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan karinebakterium

diffteria (Arifin, 2009). Jumlah penderita infeksi pernapasan akut sebagian besar terjadi
pada anak. Infeksi pernapasan akut mempengaruhi umur anak, musim, kondisi tempat
tinggal, dan masalah kesehatan yang ada ( R.Haryono-Dwi Rahmawati H, 2012).
.1.3.

Tanda dan gejala
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk,

kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar
dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas,
sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan kematian (Fuad, 2008).
.1.4.

Pencegahan (Rahmawati, Dwi & Hartono, 2012)

1. Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika merawat anak
yang terinfeksi pernapasan.
2. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk
menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.
3. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir
minuman, baju cuci atau handuk.
4. Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus pernapasan,
mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau hidungmu.
5. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota
keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat
dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan dengan anggota keluarga
lainyang sedang sakit ISPA.
6. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
7. Hindari anak dari paparan asap rokok

BAB 3
TINJAUAN KASUS
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga ini dilaksanakan didusun X pada
tanggal

9-10 Desember 2015, yang mana penulis mengadakan kunjungan rumah

sebanyak 15 kepala keluarga dioservasi dengan usia anak remaja 17-25 tahun sebanyak
40 orang. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga penulis melakukan
pelayanan kesehatan hanya pada An. Y anggota keluarga Tn. C, adapun langkahlangkah pembuatan asuhan keperawatan keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :
.1. Pengkajian
.1.1.

Pengumpulan data

a. Identitas keluarga
Nama

: Tn. C

Pendidikan

: SMP

Umur

: 45 tahun

Pekerjaan

: Nelayan

Agama

: Islam

Alamat

: RT 1 RW 10 Percut

Suku

: Jawa

b. Data anggota keluarga yang hidup
No.

Nama

L

1.
2.
3.
4.
5.

Ny. M
An. K
An. Y
An. A
An. A

L
L
L
L

P
P

Hubungan
keluarga
Istri
Anak
Anak
Anak
Anak

Umur

Pendidikan

Imunisasi

KB

44 tahun
23 tahun
19 tahun
14 tahun
10 tahun

SD
SMP
SMA
SD
Tidak

Imunisasi
Imunisasi
Imunisasi
Imunisasi

-

sekolah

c. Genogram

44

45

23

19

14

10

Keterangan :
: perempuan

: tinggal serumah

: laki-laki

: pasien

atau

: meninggal

d. Tipe keluarga
1. Jenis tipe keluarga
Keluarga Tn. C merupakan tipe keluarga nukleus family karena terdiri dari
ayah, ibu dan anak.
2. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
Masalah yang terjadi pada keluarga Tn. C adalah An. Y anggota keluarga
Tn. C sedang sakit. Sudah ± 3 minggu anak mengalami batuk dan pilek,
keluarga sudah membeli obat ke warung atau apotik terdekat dengan
rumahnua namun sampai saat ini anak belum sembuh juga.

e. Suku bangsa (etnis)
1. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga
Keluarga Tn. C termasuk dalam suku jawa dan beranggapan bahwa berbagi
kepada sesama dalam hal apapun itu baik.
2. Tempat tinggal keluarga
Tn. C mengatakan sebagian besar masyarakat yang didaerahnya adalah etnis
jawa dan area tempat tinggal Tn. C bersifat homogen.
3. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan
Tn. C mengatakan kegiatan lingkungan yang masih diikuti oleh keluarga dan
masih berkaitan erat dengan nilai etnis diantaranya arisan, wiritan, sunatan
bagi anak laki-laki, dll.
4. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana
Keluarga Tn. C menggunkan pola busana modern yaitu menggunakan
kemeja, celana panjand maupun celana pendek. Pola diit keluarga masih
menganut nilai tradisional maupun nilai modern.
5. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah kepala keluarga tetapi
sebelumnya melalui keputusan bersama istrinya.
6. Bahasa yang digunaka dirumah
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga Tn. C adalah bahasa
indonesia. Keluarga mengatakan tidak ada hambatan komunikasi khususnya
penggunaan bahasa.

7. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi
Keluarga mengatakan tidak mau membawa anak berobat ke puskesmas
karena jauh dari tempat tinggalnya.
8. Agama dan kepercayaan yang memengaruhi kesehatan
Seluruh anggota keluarga anggota Tn. C menganut agama Islam. Anggota
keluarga aktif dalam kegiatan keagamaan dilingkungannya seperti mengikuti
pengajian dimesjid. Keluarga mengatakan penyakit merupakan takdir yang
digariskan ileh yang maha kuasa dan akan selalu mengupayakan
kesembuhan. Tidak ada nilai-nilai keyakinan yang bertentangan dengan
keyakinan.
9. Status sosial ekonomi keluarga
Ny. M mengatakan pendapatan keluarganya cukup untuk membiayai
kebutuhan

sehari-hari.

Suaminya

yang

bekerja

sebagai

nelayan

menghasilkan pendapatan Rp 850.000/bulan. Kebutuhan yang dikeluarkan
meliputi pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari-hari, biaya sekolah anak,
dan listrik. Keluarga hanya memiliki kulkas dan TV saja.
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga mengatakan jika ada waktu liburan, keluarga biasanya menonton
TV dirumah dan mendengarkan lagu-lagu daerah, kadang-kadang pergi
bersama ke rumah sanak saudara.
f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Ny. M mengatakan anak pertama berusia 23 tahun, saat ini belum mendapatkan
pekerjaan dan anak hanya bisa membantu kedua orang tuanya untuk menjual
ikan hasil tangkapan ayahnya, sehingga dalam keluarga ini orangtua sudah
memikirkan anaknya untuk ke tahap dengan melepas anak ke masyarakat.

g. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola makan keluarga
Keluarga Tn. C memiliki frekuensi makan yang baik yaitu makan 3x sehari
dengan menu nasi + lauk + sayur. Pemilihan bahan makanan baik, memilih
sayur, daging/ikan segar. Cara pengolahan makanan beras kurang baik,
keluarga Tn. C mencuci beras >3x lalu dimasak, cara pengolahan sayur
kurang baik karena dirajang dulu baru dicuci kemudian dimasak.
Penyimpanan makanan juga kurang baik, diletakkan diatas meja tidak
ditutup. Pola Istirahat dan Tidur
2. Pola istirahat dan tidur
Setiap anggota keluarga Tn. C mempunyai waktu istirahat yang baik, pada
siang hari tidur hanya 1 jam dan pada malam hari tidur 8 jam.
3. Pola aktivitas keluarga
Anggota keluarga Tn. C tidak pernah melakukan aktivitas fisik. Anggota
keluarga Tn.M juga jarang melakukan rekreasi bersama karena sibuk dengan
pekerjaannya.
h. Aspek kesehatan lingkungan
Tn. C mengatakan status rumah yang sedang ditinggali adalah rumah milik
sendiri. Rumah terdiri dari teras rumah, ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur kamar
mandi. Lantai rumah keramik, tembok permanen, kuat dan melindungi suhu
dingin maupun gangguan keamanan yang lain. Penataan perabotan dalam rumah
terkesan kurang rapi. Rumah tampak gelap, ventilasi dan pencahayaan tiap
ruangan dirumah kurang baik, terdapat banyak lawa-lawa diventilasi jendela dan
banyak baju yang bergantung dirumah. Keluarga mengatakan tidak mengerti
syarat rumah sehat. Dapur terkesan kurang bersih dan cukup sempit, sumber air
bersih dari sumur gali selongsong. Jarak sumur dan jamban sekitar 7 m. Alat
masak lengkap dan bersih karena tiap selesai dipakai. Keluarga mengatakan

mereka memiliki kandang ternak bebek. Saat pengkajian, kandang ternak
tampak kotor, jarak rumah dengan kandang ternak kurang baik >10 m karena
terletak disamping rumah. Keluarga mengatakan pembuangan air limbah
keluarga ke tanah dibelakang rumah. Banyak sampah dipembuangan air limbah
keluarga.
i. Struktur keluarga
Komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, bahasa yang dipakai setiap hari
adalah bahasa indonesia, keluarga tidak memiliki kesulitan bahasa dalam
penerimaan pesan. Pengendalian keluarga adalah Tn. C sebagai kepala keluarga,
keputusan diambil oleh kepala keluarga melalui musyawarah dan seluruh
anggota keluarga dan tidak ada permasalahan dalam anggota keluarga. Norma
keluarga berkaitan dengan kesehatan adalah keluarga mengatakan biasanya jika
anggota keluarga sakit, hanya membeli obat ke warung atau apotik dan dirawat
dirumah.
j. Pengkajian kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan saat ini anak yang kedua An. Y sedang mengalami
penyakit ISPA. Ny. M mengatakan bahwa An. Y saat ini sedang batuk dan pilek
sudah 3 minggu. Ny. M sudah membeli obat diapotik dan diminum tetapi belum
juga sembuh. Ny. M mengatakan kalau anak batuk biasanya diberi jeruk nipis
campur kecap, kadang dibiarkan juga sampai batuk tidak datang lagi. An. Y
tampak sesak dan sulit mengeluarkan dahaknya, tampak lemas dan
mengeluarkan ingus dari hidung. Ny. M mengatakan jika anak tidak dapat
menahan batuk dimalam hari dan pagi hari. Saat dilakukan pengkajian, keluarga
mengatakan tidak pernah mendengar tentang penyakit yang mengganggu
pernapasan atau penyakit ISPA dan tidak mengetahui penyakit yang terjadi pada
anak. Keluarga tampak bingung saat ditanya tentang penyakit ISPA. Keluarga
tampak banyak bertanya tentang penyakit anaknya.

Pemeriksaan Fisik

KK (Tn. C)

Ny. M

An. K

An. Y

An. A

An. A

Pemeriksaan tanda-tanda vital
-

Tekanan Darah

140/90 mmHg

110/80 mmHg

120/70 mmHg

110/70 mmHg

120/70mmHg 110/80 mmHg

-

HR

80 x/i

78 x/i

80 x/i

84 x/i

80 x/i

78 x/i

-

Respirasi

22 x/i

20 x/i

20 x/i

24 x/i

20 x/i

20 x/i

-

Suhu Badan

36,5 ºC

36 ºC

36,2 ºC

36,5 ºC

36 ºC

36,2 ºC

-

BB

64 kg

55 kg

54 kg

49 kg

55 kg

45 kg

-

TB

160 cm

155 cm

168 cm

160 cm

165 cm

150 cm

Pemeriksaan fisik head to toe
a.

Kepala

-

Bentuk

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

-

Rambut

Lurus, hitam

Ikal, hitam

Lurus, hitam

Lurus, hitam

Lurus, hitam

Ikal, hitam

b.

Mata

- Bentuk

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

- Konjungtiva

Tidak anemis

Tidak anemis

Tidak anemis

Tidak anemis

Tidak anemis

Tidak anemis

- Sklera

Tidak ikterus

Tidak ikterus

Tidak ikterus

Tidak ikterus

Tidak ikterus

Tidak ikterus

- Pupil

Isokor

Isokor

Isokor

Isokor

Isokor

Isokor

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Tak ada

Tak ada

Tidak ada

mengalami

mengalami

mengalami

perdarahan

perdarahan

perdarahan

c.
-

Hidung
Bentuk

Tidak
-

mengalami

Perdarahan
/secret

Tidak

Tidak

mengalami

mengalami

perdarahan

perdarahan

perdarahan
tampak
mengeluarkan
ingus dari
hidung

d.

Telinga
-

Bentuk Telinga

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

e.

Mulut

-

Keadaan Bibir

lembab

Lembab

Lembab

Lembab

Lembab

Lembab

-

Keadaan Gusi

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tdk ada

Tdk ada

Tidak ada

f.

-

Keadaan Lidah

perdarahan

perdarahan

perdarahan

perdarahan

perdarahan

perdarahan

gusi dan gigi
Tidak ada

gusi dan gigi
Tidak ada

gusi dan gigi
Tidak ada

gusi dan gigi
Tidak ada

gusi dan gigi
Tidak ada

gusi dan gigi
Tidak ada

tanda

tanda

tanda

tanda

tanda

tanda

perdarahan

perdarahan

perdarahan

perdarahan

perdarahan

perdarahan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

pembesaran

pembesaran

pembesaran

pembesaran

kelenjar tiroid

kelenjar tiroid

kelenjar tiroid

kelenjar tiroid

Klien tampak

Klien tampak

Klien tampak

Klien tampak

Klien tampak

Klien tampak

bersih
Turgor kulit

bersih
Turgor kulit

bersih
Turgor kulit

bersih
Turgor kulit

bersih
Turgor kulit

bersih
Turgor kulit

baik

baik

baik

baik

baik

baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Leher

Tiroid

g.

Integumen

-

Kebersihan

klien
-

Turgor

-

Kelembapan

h.

Pemeriksaan thorax

Inspeksi

Tidak ada
pembesaran
kelenjar
tiroid

Tidak ada
pembesaran
kelenjar tiroid

-

-

i.
-

Bentuk thorax

Pernafasan

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Irama teratur

Irama teratur

Irama teratur

dan tidak ada

dan tidak ada

dan tidak ada

suara

suara

suara

tambahan

tambahan

tambahan

Getaran suara

Getaran suara

Getaran suara

Getaran suara

Getaran suara Getaran suara

terdengar

terdengar dg

terdengar dg

terdengar

terdengar

terdengar dan

dengan teratur

teratur

teratur

teratur

teratur

Bunyi resonan

Bunyi resonan

Bunyi resonan

Bunyi resonan

teratur
Bunyi

Suara nafas

Suara nafas

Suara nafas

Suara nafas

resonan
Suara nafas

teratur

teratur

teratur

tidak teratur

teratur

teratur

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Irama teratur,
terdengar suara
tambahan dan
ada ronchi
basah

Simetris

Simetris

Irama teratur

Irama teratur

dan tak ada

dan tidak ada

suara

suara

tambahan

tambahan

Pemeriksaan Paru
Palpasi

-

Perkusi

-

Auskultasi

j.

Abdomen

Bunyi resonan
Suara nafas

Inspeksi
-

Bentuk

Abdomen
-

Benjolan

benjolan

benjolan

benjolan

benjolan

benjolan

benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

nyeri tekan
Tidak ada

nyeri tekan
Tidak ada

nyeri tekan
Tidak ada

nyeri tekan
Tidak ada

nyeri tekan
Tidak ada

nyeri tekan
Tidak ada

benjolan

benjolan

benjolan

benjolan

benjolan

benjolan

Palpasi
-

Tanda nyeri

tekan
-

Benjolan

k.

Muskuloskeletal /Ekstremitas

-

Kesimetrisan

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

-

Kekuatan Otot

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Analisa data
No
.
1.

Sign sympton
Ds :
-

Ny.

M

mengatakan

bahwa An. Y saat ini
sedang batuk dan pilek
sudah 3 minggu. Ny.
M

sudah

obat

membeli

diapotik

dan

diminum tetapi belum
juga sembuh.
-

Ny.

M

kalau

mengatakan
anak

batuk

biasanya diberi jeruk
nipis campur kecap,
kadang dibiarkan juga
sampai

batuk

tidak

datang lagi.
-

Ny.

M

mengatakan

jika anak tidak dapat
menahan

batuk

dimalam hari dan pagi
hari.
Do :
-

An. Y tampak sesak
dan
mengeluarkan

sulit

Etiologi

Problem

Ketidakmampuan

Ketidakefektifan

keluarga mengenal

bersihan jalan

masalah ISPA

napas An. Y

dahaknya.
-

An. Y tampak lemas.

-

Tampak mengeluarkan
ingus dari hidung.

-

Pada

pemeriksaan

auskulasi

terdengar

ada suara tambahan
dan ronchi basah.
2.

Ds :
-

RR : 24 x/i
Kurang informasi
Keluarga mengatakan

pengetahuan

biasanya jika anggota

keluarga tentang

keluarga sakit, hanya

pencegahan

membeli
warung

obat
atau

ke

apotik

dan dirawat dirumah.
-

Keluarga mengatakan
tidak

pernah

mendengar

tentang

penyakit

yang

mengganggu
pernapasan

atau

penyakit ISPA.
-

Keluarga mengatakan
tidak

mengetahui

penyakit yang terjadi
pada anak.

Do :

Kurang

penyakit ISPA

-

Keluarga

tampak

bingung saat ditanya
tentang

penyakit

ISPA.
-

Keluarga

tampak

banyak

bertanya

tentang

penyakit

anaknya.
-

Keluarga tidak mau
membawa

anak

berobat ke puskesmas
karena

jauh

dari

tempat tinggalnya.
3.

Ds :
-

Keluarga tidak

Ketidakmampuan

Keluarga mengatakan

memanfaatkan

keluarga

tidak mengerti syarat

pemeliharaan

memodifikasi

lingkungan rumah

lingkungan

rumah sehat.
-

Keluarga mengatakan
pembuangan

air

limbah

ke

keluarha

tanah

dibelakang

rumah.
Do :
-

Jarak

sumur

dan

jamban sekitar 7 m.
-

Perabotan

dan

alat

masuk dapur tampak
berantakan.
-

Rumah tampak gelap
dan pencahayaan tiap

ruangan

dirumah

kurang baik.
-

Baju

banyak

yang

bergantung.
-

Banyak

sampah

dipembuangan

air

limbah keluarga.
-

Jarak

rumah

ke

kandang ternak kurang
baik >10 m.
-

Kandang

ternak

tampak kotor.
Prioritas masalah
No
.
1.

Kriteria

Perhitungan

Skor

Sifat masalah : aktual

3

/3 x 1

1

Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah

2

/2 x 2

2

Menonjolnya masalah : ada masalah dan

3

1

harus segera ditangani

2

/2 x 1
Total
3
/3 x 1

1
5
1

2

2

Menonjolnya masalah : masalah ada tapi tidak

2

2

perlu ditangani

1

1

Potensial untuk dicegah : tinggi

2.

Sifat masalah : aktual
Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah

/3 x 1

/2 x 2

Potensial untuk dicegah : cukup

3.

/2 x 1
Total
3
/3 x 1

Sifat masalah : aktual
Kemungkinan

masalah

/3 x 1

dapat

diubah

:

1

/2 x 2

/3

/2
3 7/6
1
1

/2

sebagian

2

Potensial untuk dicegah : cukup

/3

2

/3 x 1

Menonjolnya masalah : masalah ada tapi tak

1

/2

1

perlu ditangani

/2 x 1
Total

2 2/3

.2. Diagnosa keperawatan
No
.
1.

Tanggal
Ditemukan
Teratasi
Ketidakefektifan bersihan jalan 9 Desember 2015
Diagnosa keperawatan

Paraf

napas An. Y berhubungan data
ketidakmampuan

keluarga

mengenal masalah ISPA yang

D

ditandai

M

E

mengatakan bahwa An. Y saat

S

ini sedang batuk dan pilek sudah

I

3

dengan

minggu.

membeli
diminum

Ny.

Ny.

M

sudah

obat diapotik dan
tetapi

juga

A

sembuh. Ny. M mengatakan

N

kalau anak batuk biasanya diberi

T

jeruk

I

nipis

belum

Y

campur

kecap,

kadang dibiarkan juga sampai
batuk tidak datang lagi. Ny. M
mengatakan

jika

anak

tidak

dapat menahan batuk dimalam
hari dan pagi hari. An. Y tampak
sesak dan sulit mengeluarkan
dahaknya. An. Y tampak lemas,

tampak mengeluarkan ingus dari
hidung,

pada

pemeriksaan

auskulasi terdengar ada suara
tambahan dan ronchi basah,
2.

RR : 24 x/i.
Kurang pengetahuan keluarga
tentang
ISPA

pencegahan

penyakit

berhubungan

dengan

9 Desember 2015

kurang informasi yang ditandai
dengan

keluarga

mengatakan

biasanya jika anggota keluarga
sakit, hanya membeli obat ke
warung atau apotik dan dirawat
dirumah. Keluarga mengatakan
tidak pernah mendengar tentang
penyakit

yang

mengganggu

pernapasan atau penyakit ISPA.
Keluarga

mengatakan

tidak

mengetahui

penyakit

yang

terjadi

anak. Keluarga

pada

tampak bingung saat ditanya
tentang penyakit ISPA. Keluarga
tampak banyak bertanya tentang
penyakitnya.

Keluarga

tidak

mau membawa anak berobat ke
puskesmas
3.

karena jauh dari

tempat tinggalnya.
Ketidakmampuan
memodifikasi

keluarga 9 Desember 2015
lingkungan

berhubungan dengan keluarga

tidak

memanfaatkan

pemeliharaan lingkungan rumah
yang ditandai dengan keluarga
mengatakan

tidak

mengerti

syarat rumah sehat. Keluarga
mengatakan
limbah

pembuangan

keluarha

ke

air
tanah

dibelakang rumah. Jarak sumur
dan

jamban

sekitar

7

m.

Perabotan dan alat masuk dapur
tampak

berantakan.

Rumah

tampak gelap dan pencahayaan
tiap ruangan dirumah kurang.
Baju banyak yang bergantung.
Banyak sampah dipembuangan
air limbah keluarga. Jarak rumah
ke kandang ternak kurang baik