MULTI PARTAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP ST

BAB I
LATAR BELAKANG
Kemerdekaan berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dan pendapat
merupakan hak asasi manusia yang diakui dan dijamin oleh Pasal 28 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak asasi tersebut terwujud dalam
institusi partai politik. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai
Politik mendefinisikan bahwa Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional
dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partai politik itu pada pokoknya memiliki
kedudukan dan peranan yang sentral dan penting dalam setiap sistem demokrasi.
Tidak ada negara demokrasi tanpa partai politik. Karena itu partai politik biasa
disebut sebagai pilar demokrasi, karena mereka memainkan peran yang penting
sebagai penghubung antara pemerintahan negara (the state)dengan warga
negaranya (the citizen).
Definisi Partai Politik dalam UU No 2 Tahun 2008 adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak
dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa

dan negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD1945.
Seiring dengan pemaknaan partai politik di atas, maka terdapat juga perkembangan
wacana dalam sistem kepartaian. Sistem kepartaian adalah pola perilaku dan interaksi
diantara sejumlah partai politik dalam suatu sistem politik. Maurice
Duverger menggolongkan sistem kepartaian menjadi tiga, yaitu sistem partai tunggal,
sistem dwipartai, dan sistem banyak partai. Pada perkembangannya saat ini banyak
Negara-negara di Dunia sudah mulai menerapkan sistem banyak partai atau
multipartai sebagai sebuah refleksi dari kemerdekaan bertindak dan berekspresi yang
banyak diakomodir dalam banyak konstitusi di Negara-negara yang menganut
demokrasi.
Salah satu negara yang menerapkan sistem multi partai adalah Indonesia. Partai
politik sebagai sarana komunikasi politik, sangat berperan penting dalam penyaluran
kepentingan ini terhadap pemerintah. Namun pada kenyataannya di dalam sistem

multi partai, peranan setiap partai dalam menyalurkan aspirasi pendukung masingmasing, dihadapkan kepada dua pilihan,yaitu berusaha untuk menggabungkan
kepentingan-kepentingan dari seluruh partai atau memperjuangkan kepentingan
masing-masing dimana konsekuensinya adalah terjadinya banyak konflik antar partai.
Ideologi dari masing-masing partai yang sangat mempengaruhi jenis kepentingan
yang mereka perjuangkan terkadang menjadi alat untuk saling menjatuhkan.
Hal tersebut yang menyebabkan stabilitas nasional menjadi tidak kondusif serta tidak

efektifitasnya pemerintah muun pemerintahan akibat dari konflik antar kepentingan
dari berbagai partai politik yang terjadi akibat sistem multi partai.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Partai Politik
Partai politik menurut Sigmund Neumann dalam karangannya Modern Political
Parties, yaitu organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai
kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan
suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan-pandangan
yang berbeda.
Partai politik secara mendasar adalah sebuah organisasi atau institusi yang mewakili
beberapa golongan dari masyarakat yang memiliki tujuan yang sama yang kemudian
bersama-sama berusaha untuk mencapai tujuannya tersebut(Lawson). Oleh karena itu
dalam sebuah Negara yang berdemokrasi partai politik sebagai sebuah lembaga
memiliki peranan yang penting dalam Negara demokrasi khususnya pada masa
sekarang ini.
2.2 Teori Sistem Kepartaian
Maurice Duverger menggolongkan sistem kepartaian menjadi tiga, yaitu sistem partai
tunggal, sistem dwipartai, dan sistem banyak partai. Pada perkembangannya saat ini

banyak Negara-negara di Dunia sudah mulai menerapkan sistem banyak partai atau
multipartai sebagai sebuah refleksi dari kemerdekaan bertindak dan berekspresi yang
banyak diakomodir dalam banyak konstitusi di Negara-negara yang menganut
demokrasi.
Selanjutnya Kay Lawson mengemukakan bahwa partai politik memiliki klasifikasi
yang antara lain sistem partai tunggal, sistem dua partai, dan sistem multi partai.
Sistem multipartai adalah format sistem yang umum di beberapa negara di dunia
yang berdasarkan sistem perwakilan proporsional, dalam tipe ini proporsi jumlah
kursi di dewan perwakilan tergantung jumlah proporsi suara yang diterima pada
pemilihan, dan apabila dalam pemilihan tidak ada satu partai pun yang
memenangkan suara mayoritas, maka konsekwensinya adalah pembentukan
pemerintahan koalisi. Sedangkan dalam sistem dua-partai tunggal kontrol
pemerintahan hanya berkutata dengan dua partai tersebut saja. Adapun yang terakhir
adalah sistem partai tunggal yang pada umumnya terdapat dalam sistem negara
komunis, dalam sistem ini tidak ada kompetisi dan perbedaan pandangan dengan
partai politik yang lain.

2.3 Teori Stabilitas Nasional
Stabilitas nasional berkaitan dengan menciptakan kondisi dalam negeri yang stabil
secara politik, ekonomi, dan sosial dengan peran aktif pemerintah dalam melakukan

mobilisasi atas sumber daya manusia dan alamnya yang dapat mendukung
modernisasi dan perkembangan politik dan ekonomi serta kontrol pemerintah atas
setiap individu untuk menciptakan keamanan dan ketertiban bersama (Palmer, 1989).
Selain itu, stabilitas nasional mengharuskan elit atau rezim yang berkuasa untuk
memberikan pengaruh kepada massa baik melalui cara koersif, ekonomi, maupun
simbolis untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan bermasyarakat yang aman tanpa
konflik dan seimbang sama rata (Palmer, 1989).
Hal ini menjadikan stabilitas nasional memegang peranan penting bagi negara karena
merupakan salah satu faktor bagi pembentukan integrasi bangsa. Selain itu,
terciptanya stabilitas nasional dapat menjaga kedaulatan negara serta mencegah
adanya intervensi bangsa asing ke dalam permasalahan dalam negeri. Kondisi suatu
negara yang stabil akan mendukung kemajuan perkembangan politik, sektor
ekonomi, dan kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi serta mendukung peran
aktif negara dalam sistem internasional (Palmer, 1989).

BAB III
PEMBAHASAN
SISTEM MULTI PARTAI DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP STABILITAS NASIONAL DAN EFEKTIVITAS PEMERINTAH
3.1 Partai Politik

Kemerdekaan berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dan pendapat
merupakan hak asasi manusia yang diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk memperkukuh kemerdekaan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat merupakan bagian dari upaya
untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang kuat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, serta demokratis dan
berdasarkan hukum.
Hak asasi tersebut terwujud dalam institusi partai politik. Undang-Undang Nomor 2
tahun 2008 tentang Partai Politik mendefinisikan bahwa Partai Politik adalah
organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan
negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partai politik itu pada pokoknya memiliki
kedudukan dan peranan yang sentral dan penting dalam setiap sistem demokrasi.
Tidak ada negara demokrasi tanpa partai politik. Karena itu partai politik biasa
disebut sebagai pilar demokrasi, karena mereka memainkan peran yang penting
sebagai penghubung antara pemerintahan negara (the state)dengan warga
negaranya (the citizen).

Indonesia menganut paham paham demokrasi yang artinya kekuasaan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Yang selanjutnya dijalankan melalui mekanisme
pelembagaan yang bernama partai politik. Kemudian partai politik saling
berkompetisi secara sehat untuk memperebutkan kekuasaan pemerintahan negara
melalui mekanisme pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden dan wakil
presiden.

Dalam demokrasi, partai politik merupakan pilar utama (bukan kedua atau ketiga),
karena pucuk kendali roda pemerintahan ada di tangan eksekutif, yaitu presiden dan
wakil presiden. Sebagaimana dirumuskan dirumuskan dalam UUD 1945 Pasal 6A
ayat (2), bahwa calon presiden dan calon wakil presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik. Artinya hak itu secara eksklusif─hanya partai politik
yang disebut UUD 1945─diberikan kepada partai politik.
Karena itulah, semua demokrasi membutuhkan partai politik yang kuat dan mapan
guna menyalurkan berbagai tuntutan warganya, memerintah demi kemaslahatan
umum serta memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Sangat rasional argumentasinya
jika upaya penguatan partai politik dibangun oleh kesadaran bahwa partai politik
merupakan pilar yang perlu dan bahkan sangat penting untuk pembangunan
demokrasi suatu bangsa. jadi, derajat pelembagaan partai politik itu sangat
menentukan kualitas demokratisasi kehidupan politik suatu negara.

3.2 Sistem Kepartaian
Dalam demokrasi, partai berada dan beroperasi dalam suatu sistem kepartaian
tertentu. Setiap partai merupakan bagian dari sistem kepartaian yang diterapkan di
suatu negara. dalam suatu sistem tertentu, partai berinteraksi dengan sekurangkurangnya satu partai lain atau lebih sesuai dengan konstruksi relasi regulasi yang
diberlakukan. Sistem kepartaian memberikan gambaran tentang struktur persaingan di
antara sesama partai politik dalam upaya meraih kekuasaan dalam pemerintahan.
Sistem kepartaian yang melembaga cenderung meningkatkan stabilitas politik dan
efektivitas pemerintahan.
Untuk melihat sistem kepartaian suatu negara, ada dua pendekatan yang dikenal
secara umum. Pertama, melihat partai sebagai unit-unit dan sebagai satu kesatuan
yang terlepas dari kesatuan-kesatuan lain. Pendekatan numerik ini pernah
dikembangkan Maurice Duverger (1950-an), ilmuwan politik kebangsaan Prancis.
Menurut Duverger, sistem kepartaian dapat dilihat dari pola perilaku dan interaksi
antarsejumlah partai dalam suatu sistem politik, yang dapat digolongkan menjadi tiga
unit, yakni sistem partai tunggal, sistem dwi partai, dan sistem multipartai.
Selain itu, cara lain dapat dijadikan pendekatan yaitu teori yang dikembangkan
Giovani Sartori (1976), ilmuwan politik Italia. Menurut Sartori, sistem kepartaian
tidak dapat digolongkan menurut jumlah partai atau unit-unit, melainkan jarak
ideologi antara partai-partai yang ada, yang didasarkan pada tiga hal, yaitu jumlah
kutub (polar), jarak diantara kutub (bipolar), dan arah perilaku politiknya. Sartori juga

mengklasifikasikan sistem kepartaian menjadi tiga, yaitu pluralisme sederhana,

pluralisme moderat, dan pluralisme ekstrem. Kedua pendekatan ini bisa digunakan
untuk melihat sistem kepartain Indonesia di masa lalu, kini, dan mendatang. .
Dalam sejarahnya, Indonesia telah mempraktikkan sistem kepartaian berdasarkan
pada sistem multipartai. Meski dalam derajat dan kualitas yang berbeda.
3.3 Stabilitas Nasional
Stabilitas nasional berkaitan dengan menciptakan kondisi dalam negeri yang stabil
secara politik, ekonomi, dan sosial dengan peran aktif pemerintah dalam melakukan
mobilisasi atas sumber daya manusia dan alamnya yang dapat mendukung
modernisasi dan perkembangan politik dan ekonomi serta kontrol pemerintah atas
setiap individu untuk menciptakan keamanan dan ketertiban bersama (Palmer, 1989).
Selain itu, stabilitas nasional mengharuskan elit atau rezim yang berkuasa untuk
memberikan pengaruh kepada massa baik melalui cara koersif, ekonomi, maupun
simbolis untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan bermasyarakat yang aman tanpa
konflik dan seimbang sama rata (Palmer, 1989). Hal ini menjadikan stabilitas
nasional memegang peranan penting bagi negara karena merupakan salah satu faktor
bagi pembentukan integrasi bangsa. Selain itu, terciptanya stabilitas nasional dapat
menjaga kedaulatan negara serta mencegah adanya intervensi bangsa asing ke dalam
permasalahan dalam negeri. Kondisi suatu negara yang stabil akan mendukung

kemajuan perkembangan politik, sektor ekonomi, dan kehidupan sosial masyarakat
yang terintegrasi serta mendukung peran aktif negara dalam sistem internasional
(Palmer, 1989).
Menurut Palmer (1989), pembangunan politik merupakan kunci dalam menciptakan
stabilitas nasional dan setidaknya ada tiga teori atau pendekatan yang dapat dijadikan
acuan. Teori atau pendekatan deterministik atau evolusionari percaya bahwa
pembangunan atau kemajuan politik merupakan sebuah proses dimana kepemimpinan
proletariat menjadi kunci utamanya, seperti pemikiran Karl Marx. Pendekatan kedua
adalah teori normatif yang menyatakan bahwa pembangunan politik dapat dicapai
melalui empat nilai yaitu efisiensi, persamaan, demokrasi, dan keamanan (Palmer,
1989). Stabilitas nasional dapat dicapai kemudian jika setiap individu mendapatkan
persamaan standar hidup yang sama dari negara seperti dalam bidang pendidikan,
tempat tinggal, layanan kesehatan, dan pekerjaan. Pendekatan terakhir adalah teori
deskriptif dan analitis yang fokusnya adalah melakukan perbandingan atas dua teori
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Selain berdasarkan pada pendekatan atau teori yang ada, stabilitas nasional tidak
secara otomatis dipenuhi suatu negara. Ada beberapa hal atau syarat yang harus

dipenuhi sehingga hal tersebut dapat dicapai. Menurut Palmer (1989), nilai dan
pengetahuan kelompok elit dominan akan negaranya serta kapabilitas institusional

rezim berkuasa dalam mengontrol dan memobilisasi sumber daya alam dan manusia
menjadi salah satu hal yang harus dipenuhi. Pengetahuan elit yang tinggi serta
kemampuan pemerintah dalam mengontrol individu dan masyrakat dapat menjadi
faktor terciptanya stabilitas nasioanal. Selain itu, perlunya suatu nilai-nilai dan atribut
kultural yang dapat menyatukan massa dalam suatu kesatuan juga menjadi salah satu
syarat (Palmer, 1989). Negara juga perlu mendapat dukungan atau pengakuan secara
regional dan internasional agar stabilitas nasional tercapai dan kedaulatan tidak
terancam. Semuanya dapat dicapai hanya jika partai politik, birokrat, dan militer
mampu memegang peranan aktif dan positif untuk menyatukan masyarakat dan
menciptakan tatanan politik, ekonomi, dan sosial yang stabil (Palmer, 1989).
Tercapainya stabilitas nasional tentu akan menciptakan suatu kondisi yang kondusif
bagi keberlangsungan kehidupan bermasyarakat seperti pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan sistem politik.
3.4 SISTEM MULTI PARTAI DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP STABILITAS NASIONAL DAN EFEKTIVITAS
PEMERINTAH
Partai-partai politik yang jumlahnya sangat banyak berperan penting dalam
kelancaran proses demokratisasi. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik,
sangat berperan penting dalam penyaluran kepentingan ini terhadap pemerintah.
Namun pada kenyataannya peranan setiap partai dalam menyalurkan aspirasi

pendukung masing-masing, dihadapkan kepada dua pilihan, yaitu berusaha untuk
menggabungkan kepentingan-kepentingan dari seluruh partai atau memperjuangkan
kepentingan masing-masing dimana konsekuensinya adalah terjadinya banyak konflik
antar partai. Ideologi dari masing-masing partai yang sangat mempengaruhi jenis
kepentingan yang mereka perjuangkan terkadang menjadi alat untuk saling
menjatuhkan.
Realitas politik Indonesia pada era saat ini membawa dampak yang cenderung negatif
terhadap stabilitas politik di Indonesia. Konflik antarpartai yang didasari oleh
perbedaan ideologi kemungkinan besar dipengaruhi oleh sosialisasi politik yang
diperoleh para pendukung partai dari partai politik masing-masing. Partai politik
sebagai sarana sosialisasi politik bertanggung jawab untuk semaksimal mungkin
memberikan pemahaman mengenai ideologi dari partai tersebut kepada masyarakat
sehingga terbentuk sikap dan orientasi politik yang didasari oleh ideologi tersebut.

Setiap partai politik berusaha untuk mempengaruhi setiap individu agar mau bersikap
dan mempunyai orientasi pikiran yang sesuai dengan ideologi partai tersebut.
Sistem multi partai memang menjadi ciri khas dari sistem pemerintahan saat ini. Saat
ini, peran partai politik dalam mempengaruhi situasi politik nasional sangat menonjol.
Baik tidaknya pengaruh yang diberikan oleh partai politik terhadap situasi nasional
tergantung bagaimana partai politik tersebut menjalankan fungsinya sebagai sebuah
partai politik.
Pengaruhnya jika suatu negara menganut sistem multi partai, maka potensi terjadinya
konflik akan lebih besar. Apalagi dengan jumlah partai yang cukup banyak, maka
konflik-konflik kepentingan akan terjadi dan menimbulkan tidak stabilitasnya
keadaan nasional, yang juga dapat menghambat efektivitas kinrja pada pemerintah.
Ada 3 tiga aspek penting stabilitas di dalam suatu negara, yaitu stabilitas ekonomi,
stabilitas politik, dan stabilitas hukum. Namun yang menjadi sentral dari hal tersebut
adalah stabilitas politik. Stabilitas politik yang direpresentasikan melalui partai politik
dan berada dalam sistem multi partai ini menjadi hal penting dikarenakan jika
stabilitas politik dapat terjadi, maka stabilitas ekonomi dan hukum juga akan
mengikuti. Hal ini dikarenakan, jika suatu konsensus di dalam pemerintahan yang di
dalamnya terdapat berbagai aktor politik yang berasal dari latar belakang berbeda
dapat secara tidak banyak konflik, maka suatu kebijakan baik berupa produk hukum
maupun yang lainnya dapat menciptakan stabilitas nasional. Namun berbanding
terbalik jika terdapat banyak konflik yang ditimbukan akibat sistem multi partai, yang
di dalamnya terdapat banyak partai dan aktor-aktor politik, maka yang terjadi adalah
stabilitas nasional sulit untuk terjadi, bahkan dapat menganggu efektivitas di dalam
pemerintahan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Ada 3 tiga aspek penting stabilitas di dalam suatu negara, yaitu stabilitas ekonomi,
stabilitas politik, dan stabilitas hukum. Namun yang menjadi sentral dari hal tersebut
adalah stabilitas politik. Stabilitas politik yang direpresentasikan melalui partai politik
dan berada dalam sistem multi partai ini menjadi hal penting dikarenakan jika
stabilitas politik dapat terjadi, maka stabilitas ekonomi dan hukum juga akan
mengikuti. Hal ini dikarenakan, jika suatu konsensus di dalam pemerintahan yang di
dalamnya terdapat berbagai aktor politik yang berasal dari latar belakang berbeda
dapat secara tidak banyak konflik, maka suatu kebijakan baik berupa produk hukum
maupun yang lainnya dapat menciptakan stabilitas nasional. Namun berbanding
terbalik jika terdapat banyak konflik yang ditimbukan akibat sistem multi partai, yang
di dalamnya terdapat banyak partai dan aktor-aktor politik, maka yang terjadi adalah
stabilitas nasional sulit untuk terjadi, bahkan dapat menganggu efektivitas di dalam
pemerintahan.
4.2 Rekomendasi
Berkaca pada pengalaman hampir dua puluh tahun paska reformasi, demokrasi
Indonesia dengan sistem mulltipartai belum signifikan memberikan harapan bagi
pengelolaan tata pemerintahan yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan jumlah
partai di Indonesia yang terlalu banyak sehingga terlihat tidak proposional. Selain itu,
adanya banyak partai yang ada pada saat ini juga tidak mencerminkan adanya
penampungan aspirasi rakyat. Bahkan dengan sistem multi partai dengan jumlah
partai yang melambung ini juga menjadikan penghambat stabilitas nasional yang
mengakibatkan stabilitas ekonomi maupun keamanan, maupun dari stabilitas politik
itu sendiri.
Kelompok kami memberi rekomendasi bahwa untuk menciptakan stabilitas nasional
dan efektivitas pemerintah, dengan menyederhanakan partai politik berdasarkan
aliran-alirannya. Misalnya, berbgai partai politik yang berhaluan demokrasi,
bergabung menjadi satu, kemudian nasionalis, dan agamis menjadi hal yang serupa.
Hal ini akan menimbulkan stabilitas nasional serta terjadinya efektivutas pemerintah.

MATA KULIAH PARTAI POLITIK
Tema : Multi Partai dan Stabilitas Nasional/Efektivitas Pemerintah
JUDUL
SISTEM MULTI PARTAI DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP STABILITAS NASIONAL DAN EFEKTIVITAS
PEMERINTAH

Nama Kelompok
Ade Nugroho
M. Ikhsan Taufik
NurCahyo Andry M
Panji Satrio
M Wahyu Saputra

(1416021002)
(1416021074)
(1416021080)
(1416021084)
(1416021058)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25