METODE HISAB WAKTU SHALAT KITAB DURUS AL
METODE HISAB WAKTU SHALAT KITAB DURUS ALFALAKIYYAH
(Kitab Pertama)
A. PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan ilmu falak dari waktu ke waktu mengalami
kemajuan. Mulai dari masa klasik, pertegahan, hingga kontemporer. Demikian
pula dengan keberadaan kitab falak. Durus Al-falakiyyah merupakan salah satu
kitab pertengahan, artinya ia tidak terlalu menggunakan huruf a-ba-ja-dun
sebagai
pengantar
memahaminya,
namun
juga
belum
menggunakan
perhitungan kontemporer seperti kalkulator, aplikasi, atau sejenisnya.
Ada beberapa metode dalam perhitungan
falakiyyah, termasuk
perhitungan awal shalat, dan diantara beberapa metode yang cukup menarik itu
adalah metode dalam kitab duru al-falakiyyah yang masih menggunakan alat
bantu berupa rubu’ mujayyab.
B. BIOGRAFI
1. KH. MA’SUM ALI
Nama lengkapnya adalah Syech al-aliim al-alamah al-filusuf sitti
abdul jabbar; Muhammad Ma’sum bin Ali bin Abdul Jabbar alMaskumambani, lahir di Gresik sekitar tahun 1887 M atau 1305 H dan
wafat di Jombang, 8 Januari 1933 M bertepatan dengan 24 ramadhan 1351
H dalam usia 46 tahun.1 KH. Ma’sum merupakan kakak dari KH. Adlan Ali,
pon-pes Walisongo Cukir-Jombang. Beliau memperoleh pendidikan awal
dari keluarganya, yang mana leuhurnya merupakan pendiri pondok
pesantren di daerahnya, dan belajar ilmu falak dari Syech Muhammad Faqih
Maskumambang. Kemudian beliau belajar di Tebuireng Jombang dibawah
asuhan KH. Hasyim Asy-‘ary. Karena kealimannya, sang guru tertarik
untuk menjodohkannya dengan putrinya yang bernama Nyai Khoiriyyah,
kakak dari KH. A Wahid Hasyim.
1
M. Solahuddin, Ahli Falak dari Pesantren, Kediri; Nous Pustaka Utama, 2012, h. 60-68
1
KH. Ma’sum mendirikan pesantren di daerah Seblak, sekitar 300
meter dari Tebuireng. Berbagai ilmu dikuasainya, dan yang paling terkenal
adalah ahli sharaf dan ahli falak. Banyak santri yang datang untuk belajar
pada KH. Ma’sum karena kealiman dan ketenaranya, salah satu santri
Seblak adalah KH. Zubair salatiga (pengarang al-khulasah al-wafiyah), KH.
Mahfudz Anwar (yang kemudian menjadi menantunya) dan Prof. Dr. KH.
Ali Musthafa Yaqub, MA (tetapi tidak menjumpai KH. Ma’sum).
Karya momunental KH. Ma’sum adalah al-amtsilah al-tashrifiyyah,
atau yang dikenal dengan Tashrifan Jombang. Selain itu juga kitab badi’ah
al-mitsal atau lengkapnya badiah al-mitsal fi hisab al-sinin wa al-hilal yang
terinspirasi dari percakapannya dengan nelayan, kitab ini berisi tentang
perhitungan awal bulan. Fath al-qadir yang membahas tentang ukuran atau
takaran yang dipakai dalam istilah kitab kuning maupun bahasa arab, dan
Durus al-falakiyyah yang membahas ilmu falak.
2. DURUS AL-FALAKIYYAH
Durus al-falakiyyah merupakan karya KH. Ma’sum tentang ilmu falak
yang berisi tentang materi-materi ilmu falak, dengan menggunakan alat
bantu rubu’ mujayyab pada kitab pertama dan kedua, dan logaritma pada
kitab ketiga.
Ia terbagi menjadi 3 kitab, yang pertama terdiri dari pendahuluan
tentang
petunjuk
penggunaan
komponennya. Kemudian
rubu’
mujayyab
dan
komponen-
pembahasan yang berisi tentang 15 bahasan
diantaranya untuk mengetahui awal bulan masehi, darajat al-syamsi, jaibul
qaus dan qaus al-jaib, mail awal, ard al-balad dan tull al-balad, bu’dulqutr,
aslulmutlaq, nishful fadhlah, irtifa’, ghayyatul irtifa’, aslul mu’addal dan
waktu istiwa’, mengetahui awal waktu shalat, mengetahui kiblat,
mengetahui arah mata angin. Dan diahiri dengan penutup tentang cara
mengukur ketinggian dan kedalaman.
Adapun pada kitab kedua, tidak jauh berbeda dengan kitab pertama
yang membahas tentang untuk mengetahui jaibul qaus dan qaus al-jaib,
ketinggian matahari, bayang-bayang dari ketinggian matahari, penanggalan
2
masehi, darajah asy-syams, mail al-awal, ghayah irtifa’, ard balad, bu’ud
al-qutur dan ashal mutlaq, nishful fadlah, nishful qaus dan qaus lail-nahr,
al-ashal al-mu’addal dan dair dan fardhlu dair, waktu shalat, jarak bujur,
al-irtifa’, siatl masyriq, maghrib dan khisotussimti ta’dilussimti, irtifa’
irtifa’ yang tidak memiliki samat dan damtu al-irtifa’, simtu qiblah serta
mata angin dan arah kiblat
Sedagkan
kitab
ketiga
lebih
menekankan
pada
perhitungan
menggunakan tabel algoritma. Pada kitab ini terdapat penjelasan logaritma
serta
cara
menggunakannya
dengan
tabel,
penanggalan
hijriyyah,
mengetahui tahun kabaisat dan bashitah, mengetahui tempat terbit benda
langit, mengetahui arah dengan bantuan bintang, serta tabel terbitnya
bintang.
Secara garis besar, pada kitab pertama dan kedua, membahas yang
terkait dengan ilmu falak yang dibantu dengan alat yang disebut rubu’
mujayyab. Sedangkan pada kitab ketiganya perhitungan ilmu falak
diaplikasikan dalam bentuk algoritma.
Kitab 1 dan 2
Menggunakan
Kitab 3
media
rubu’ Mengaplikasikan dengan algoritma
mujayyab
Yang dibahas waktu shalat dan Yang dibahas waktu shalat, kiblat,
kiblat, arah mata angin dan ukuran- awal bulan
ukuran
Menggunakan jam istiwa’
Sudah dikoreksi pada jam setempat
3. RUBU’ MUJAYYAB
Rubu’ mujayyab atau kuadran sinus berasal dari bahasa arab, rubu’
berarti seperempat, sedangkan mujayyab berarti sinus. Adalah sebuah alat
yang
digunakan
untuk
menghitung
sudut
benda-benda
angkasa,
menghitung waktu, menentukan waktu shalat, kiblat, posisi matahari, dan
sebagainya.
3
Penggunaan rubu’ yang terbuat dari papan kayu atau batu, berbentuk
seperempat lingkaran yang terbagi dalam 90 derajat ini telah dilakukan
sejak abad kedua, oleh Ptolomeus. Sedangkan beberapa tokoh yang
berperan dalam perkembangan rubu’ ini antara lain al-khawarizmi dan ibnu
shatir.2
Walaupun zaman sekarang telah modern, peralatan yang digunakan
telah canggih, tetapi rubu’ masih digunakan dan dilestarikan karena
merupakan khazanah keilmuan yang harus dijaga. Memang ada kelebihan
dan kekurangan dari rubu’ mujayyab, diantara kelebihannya adalah rubu’
mujayyab sebagai alat yang multi fungsi, dapat sebagai kalkulator dan
sebagai alat pengukur ketinggian maupun kedalaman; juga merupakan alat
yang memberikan tabel astronomi. Sedangkan kekurangannya adalah data
yang ditampilkan tidaklah detail (hanya derajat), dan penentuan maupun
pengambilan
datanya
tergantung
pada
kecermatan
hasib
atau
pengoperasinya.3
Adapun bagian-bagian rubu’ mujayyab adalah sebagai berikut:4
a. Markaz, yakni titik sudut siku-siku rubu’ yang terdapat lobang kecil yang
dapat dimasuki benang
b. Qaus Irtifa’, yakni busur yang megelilingi rubu’. Bagian ini diberi skala
derajat 0 sampai 90 bermula dari kanan ke kiri 1˚ = 60″
Konsep Hisab Waktu Shalat dalam kitab ad durus al falakiyyah karya ma’sum bin Ali,
dalam internet alamat http://musafirbertuan.blogspot.co.id, diakses tanggal 20 Maret 2017
3
Maryani, Studi Analisis Metode Penentuan Waktu Shalat dalam Kitab Ad-Durus-AlFalakiyyah Karya MA’sum bin Ali, Semarang: IAIN Walisongo, 2011, h. 71
4
M. Ma’sum Ali, Pelajaran Astronomi,
2
4
c. Jaib Tamam, yakni sisi kanan yang menghubungkan markas ke awal
qaus. Bagian ini diberi skala 0 sampai 60, dari tiap-tiap titik satuan skala
itu ditarik garis yang lurus menuju qaus. Garis ini disebut Juyub
Mankusah
d. Sittiny, yakni sisi kiri yang menghubungkan markaz ke awal qaus.
Bagian ini diberi skala 0 sampai 60 dari tiap-tiap titik satuan skala itu
ditarik lurus menuju qaus. Garis itu disebut Juyub Mabsufah
e. Hadzafah, yakni dua tonjolan yang keluar dari bentuk rubu’
f. Khait, yakni benang kecil yang dimasukkan ke markaz
g. Muri, yakni benang pendek yang diikatkan pada khait, yang dapat
digeser naik-turun
h. Syakul, yakni bandul yang berada diujung khait
C. KAJIAN KITAB DURUS AL-FALAKIYYAH
Berikut pembahasan dalam kitab durus al-falakiyyah bagian pertama5
1. Pengenalan terhadap rubu’ mujayyab, sebagaimana diterangkan di atas.
2. Mengetahui awal bulan masehi
Mushannif telah membuat angka pada titik pertemuan angka berupa
tabel, yang kemudian angka tersebut di dicocokkan pada tabel hari dan
pasaran atau dipertemuan antara bulan dari atas dan tahun dari kiri,
kemudian dari angka tersebut dicari hari dan pasaran yang mana ia adalah
awal bulan tersebut.6
Misalnya mengetahui awal bulan Desember 1985 = 21. Berarti jatuh
pada hari Ahad pahing. Untuk Mengetahui awal bulan April 2017 = 20.
Berarti jatuh pada hari Sabtu legi
3. Mengetahui darajat al-syamsi
darajat al-syamsi adalah jarak sepanjang lingkaran ekliptika yang
dihitung dari awal setiap buruj. Cara mengetahui perkiraan darajat alsyamsi adalah dengan mengetahui tanggal dari tahun masehi, kemudian
5
6
Ma’sum bin Ali, Ad-Durus Al-Falakiyyah,
Abel selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
5
ditambah dengan
tafawudnya (selisihnya). Jika lebih dari 30, maka
kelebuhannya merupakan darajat al-syamsi pada buruj selanjutnya. Berikut
tabel tafawud
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Tafawud
9
10
08
10
09
09
07
07
07
06
07
07
Buruj
Jadyu
Dalwu
Hut
Haml
Tsaur
Jauza’
Saroton
Asad
Sumbulah
Mizan
Aqrab
Qaus
Nama Latin
Copricornus
Aquarius
Pisces
Aries
Taurus
Gemini
Cancer
Leo
Virgo
Libra
Scorpio
Sagitarius
Contoh:
Tanggal
= 25
Maret
Selisih
= 08
+
Darajat Syams = 03
= Hut
= Haml
Tanggal
= 01
April
Selisih
= 10
+
Darajat Syams = 11
= Haml
= Haml
4. Mengetahui jaibul qaus dan qaus al-jaib
Dengan memasukkan bilangan qaus melalui juyubul mabsutah sampai
ke sittiny, maka nilai yang di dapat di sittiny adalah jaibnya qaus tersebut.
Sebaliknya, dengan memasukkan bilangan dari sittiny melalui jayubul
mabsutah sampai ke qaus, maka nilai yang berada di qaus adalah qausnya
bilangan jaib tersebut.
Contoh jaibulqaus 1 April (11 Haml)
Qaus
= 11
00
Jaibnya
= 11
27
6
5. Mengetahui mail awal
Mail awal atau deklinasi dengan cara meletakkan khait di atas sittiny
dan menempatkan murinya di 23 52 (mail a’dham) kemudian memindahkan
khait tersebut pada darajat syamsi. Nilai yang terdapat di bawah muri
adalah jaib nya mail, qauskan untuk mendapatkan mail awal.
Contoh, mengethui mail awal
Tanggal
: 01
Tafawud
: 10
Darajat Syams : 11
Mail Awal
: 4˚ 30′
April
Haml
Syimaly
Mail awal atau deklinasi juga dapat diketahui dengan rumus
sin bu’du darajah (b) x sin mail kulli (d)
= sin 11˚ 00′ x sin 23 27
= 4˚ 33,36′
6. Mengetahui ard al-balad dan tull al-balad
Untuk mengatahui lintang dan bujur tempat, adalah dengan
melukiskan beberapa garis di atas bola bumi. Sedangkan ardulbalad
Semarang menurut kitab mabadi al-fiqhiyyah adalah 6.98 lintang selatan
dan tululbalad nya adalah 110.43. kemudian dirubah desimal menjadi
daqiqah (menit) dengan mengkalikan 6 dan hasilnya dibagi 10
Semarang
Bentuk Desimal
Menit x 6
Hasil : 10
Bentuk Daqiqah
Lintang
6.98
98 x 6 = 588
588 : 10 = 58,8
6˚ 59′
Bujur
110.43
43 x 6 = 258
258 : 10 = 25,8
110˚ 26′
7. Mengetahui bu’dulqutr
Untuk mengetahui Bu’dulqutr dengan cara meletakkan khait di atas
sittiny, kemudian menempatkan muri pada jaibnya arddulbalad, kemudian
7
memindahkan khait itu ke mail awal. Nilai yang terdapat di bawah muri
dihitung dari juyubulmabsutah adalah bu’dulqutr
Contoh mengetahui bu’dulqutr
Tanggal
= 01
April
Lintang Smg
= 06
59
Jaibnya
= 07
27
Mail Awal
=4
30
Bu’dulqutr
=0
33
47
Bu’dulqutr juga dapat diketahui dengan rumus
sin Ardulbalad (p) x sin mail awal (d)
= sin 6˚ 59′ x sin 4˚30′
= 0˚ 32′ 47,61″
= 0˚ 32′ 48″
8. Mengetahui aslulmutlaq
Aslulmutlaq diketahui dengan cara meletakkan khait di atas sittiny,
lalu menempatlan murinya pada jaib tamam ardulbalad, dan memindahkan
khait ke tamamulmail. Nilai yang terdapat di bawah muri dihitung dari
juyubulmabsuthah adalah asalmutlaq.
Contoh mengetahui aslulmutlaq
Tanggal
= 01
April
= 90
00
Lintang Smg
= 06
59
Tamamnya
= 83
01
Jaib tamamnya = 59
40
= 90
00
Mail awal
= 04
30
Tamamnya
= 85
30
Asal mutlaq
= 59
20
Aslulmutlaq juga dapat diketahui dengan rumus
Cos Ardulbalad (p) x Cos mail awal (d)
8
= cos 6˚ 59′ x cos 04˚30′
= 0˚ 59′ 22,28″
= 0˚ 59′ 22″
9. Mengetahui nishful fadhlah
Nishful fadhlah atau pertengahan antara malam dan siang, diketahui
dengan meletakkan khait di atas sittiny, kemudian menempatkan murinya
pada asalmutlaq dan menggeserkan khait hingga murinya berada di atas
bu’dul qutr, maka nilai yang berada di bawah khait dihitung dari awal qaus
adalah nishful fadhlah
Contoh mengetahui nishful fadhlah
Tanggal
= 01
April
Asal mutlaq
= 59
20
Bu’dulqutr
= 00
33
Nisfulfudlah
= 00
33
Nishful fadhlah juga dapat diketahui dengan rumus
Sin Nisful fadlah = Tan Ardulbalad (p) x Tan mail awal (d)
= Shif sin (tan 6˚ 59′ x tan 4˚ 30′)
= 0˚ 33′ 8,45″
= 0˚ 33′
Nishful fadlah tidak lebih dari bu’dul qutr
10. Mengetahui irtifa’
Irtifa’ adalah tinggi kulminasi atas, yakni setinggi matahari dari
lingkaran yang terdekat. Diperoleh dengan memegang rubu’, kemudian
menggantungkan syakul pada khait rubu’, kalau matahari disebelah timur
maka menghadap utara, jika matahari berada disebelah barat, maka
menghadap selatan. Kemudian menggerakkan rubu’ itu sehingga hadzafah
yang bawah tertutup oleh bayangan hadzafah yang atas. Maka nilai yang
diperoleh oleh khait terhitung dari sisi yang tidak ada hadzafahnya dari
9
awal qaus irtifa’ adalah irtifa’ piringan matahari bagian bawah, tambahkan
15 menit untuk mengetahui irtifa’ titik pusatnya.
11. Mengetahui ghayyatul irtifa’
ghayyatul irtifa’ atau titik kulminasi adalah busur dari nisfu qaus
nahar antara matahari dan ufuk yang terdekat.
Tambahkan mail awal pada tamamil ard balad apabila ittifaq (arah ard
balad dan mail awal sama). Dan kurangkan apabila ikhtilaf (tamamilard
balad dikurangi mail awal).
1 April, Mail awalnya syimaly, ard balad semarang januby, Maka ghayatul
irtifa’ tamam ard balad dikurangi mail awal
Contoh
Tanggal
= 01
April
Tamam Ard Smg
= 83
01
Mail Awal
= 04
30- Syamali
Ghoyah
= 78˚ 31′
12. Mengetahui Dhil (bayang-bayang), Irtifa’ dan sebaliknya
Cara mengetahui dhil dari irtifa’ adalah dengan meletakkan khait pada
irtifa’ pada banyaknya dari awal qaus, lalu turunkan dari jaib sittiny dengan
qamah yang dikehendaki melalui juyubulmanqutah sampai pada khait. Dan
kembali pada titik pertemuannya melalui juyubulmankusah sampai jaib
tamam, maka nilai yang terdapat di jaib tamam adalah dhil mabsut.
Dhil mabsud = 7
Cara mengetahui dhil mabsut dapat pula diketahui dengan rumus
Dhil Mabsut = cotan Irtifa’ x qamah
= cotan 78 31 x 35
=7
Adapun cara mengetahui dhil mankus, dengan memasukkan qamah
yang dikira-kirakan dari jaibtamam sampai khait, dan belokkan pada titik
10
pertemuannya ke sittiny, maka nilai yang terdapat dalam sttiny adalah dhil
mankus.
Cara mengetahui dhil mankus dapat pula diketahui dengan rumus
Dhil Mankus = tan Irtifa’ x qamah
= tan 78 31 x 5
= 25
13. Mengetahui aslal mu’addal dan waktu istiwa’
Cara mengetahui asalmuaddal adalah dengan mengetahui irtifa’ dan
jaibnya lalu menambahkan bu’dulqutur pada jaibnya irtifa’ bila mailnya
syamaliy. Dan mencari selisih jika mailnya januby. Maka hasilnya adalah
asalmu’addal.
Irtifa’
78
25
Jaibnya
58
46
Bu’dulqutr
00
33 +
Asal muaddal
59
19
Sedangkan cara mengetahui waktu istiwa’ adalah dengan meletakkan
khait pada sittiny, menempatkan muri pada asalmutlaq, lalu menggeser
khait tersebut sampai murinya berada di atas asalmuaddal dihitung dari
juyubul mabsutah.
Cara mengetahui waktu istiwa’ dapat pula diketahui dengan rumus
Waktu Istiwa’ = -tan ardulbalad x tan mail awal + sin irtifa’ : cos
ardulbalad : cos mail awal = cos fadludda’ir : 15
Contoh mengetahui waktu/jam
Tanggal
=1
April
Irtifa’
= 78
25
Jaibnya
= 58
46
Bu’dulqutr
= 00
33
Asalmu’addal = 59
19
Aasal Mutlaq = 59 20
Jam
= 09
36
11
D. PENENTUAN WAKTU SHALAT
Beberapa data yang diperluhkan dalam menghitung waktu shalat
menurut kitab durus al-falakiyyah antara lain
1. Ard balad dan thul balad, yang diketahui
Ard balad dalam bentuk desimal 6.98, bentuk daqiqah 6˚ 59′
Thul balad dalambentuk desimal 110.43, bentuk daqiqah 110˚ 25′
2. Tafawud, diketahui 17′ 30″
3. Ikhtiyat, menggunakan 4-5 menit. Dalam perhitungan ini tidak ditambah
dengan ikhtiyat
4. Mail awal, diketahui 4 30, tamamnya 85 30
5. Bu’ud qutr, diketahui 0 33
6. Al-ashl Mutlaq,diketahui 59 20
7. Nisfu al-fudlah, diketahui 0 33
8. Ghayah al-irtifa’, diketahui 78 31
9. Asl al-muaddal,
10. Daqa’iq at-tamkiniyyah, 03 30. Penentuan Daqa’iq at-tamkiniyyah
pada kitab pertama, disamakan 3 menit 30 detik. Tetapi pada kitab
kedua dibedakan pada tiap-tiap masing-masing daerah dan waktu.
Namun perbedaannya hanya pada detiknya.
Adapun perhitungan waktu shalat yang ada di dalam kitab durus alfalakiyyah kitab pertama, adalah menggunakan jam istiwa’. Untuk menjadi jam
wib, diperluhkan perhitungan yang diambil dari jadwal daqaiq tafawud pada
kitab kedua halaman 10. Untuk merubah jam istiwa’ menjadi jam wib, diawali
dari hasil perkalian bujur semarang (110˚25′) dan bujur daerah (105˚) yang
diperoleh hasil 21′40″. Sedangkan tawawud pada 1 april adalah 4′10″. Dengan
demikian
Hasil perkalian bujur
21′ 40″
Equation 1 April
04′ 10″ -
Hasil tafawud
17′ 30″
12
Dengan demikian, setiap hasil dari waktu shalat dikurangi 17′ 30″
adalah waktu shalat dengan jam wib. Berikut adalah perhitungan dari waktu
shalat berdasarkan perhitungan kitab durus al-falakiyyah
1. Dhuhur
Menambahkan Daqa’iq at-tamkiniyyah pada jam 12
Tanggal
Waktu zawal
Daqa’ikkuttankin
1 April
12 00
00.
00 03
30 +
W dhuhur jam
12 03
30
Tafawud
00 17
30 -
W Dhuhur wib
11 46
00
Merubah ke jam wib
2. Maghrib
Tambahkan nisfulfudlah pada jam 6, jika mailnya januby, dan kurangkan
jika mailnya syamaly, lalu ditambah Daqa’iq at-tamkiniyyah
Contoh
Tanggal
01 April
Jam
06
Nisfulfudlah
00 02
12 –
Jumlah
05 57
48
Daqa’ikkuttankin
00 03
30 +
W maghrib jam
06 01
18
Tafawud
00 17
30 -
W maghrib wib
05 43
48
Syamali
Merubah ke jam wib
3. Terbit
Tambahkan nisfulfudlah pada jam 6, jika mailnya syamaly, dan
kurangkan jika mailnya januby, lalu ditambah Daqa’iq at-tamkiniyyah
Contoh
13
Tanggal
01 April
Jam
06
Nisfulfudlah
00 02
12 +
Jumlah
06 02
12
Daqa’ikkuttankin
00 03
30 -
W terbit jam
05 58
42
Tafawud
00 17
30 -
W terbit wib
05 41
12
Syamali
Merubah ke jam wib
4. Isya’
Tambahkan bu’dulqutur pada jaibnya 17˚ bla mailnya januby, dan
kurangkan jika mailnya syamaly, hasilnya adalah asalmu’addal.
Kemudian tepatkan muri pada asalmutlaq dan geser khaitnya sampai
murinya berada di atas asalmu’addal. Nilai yang berada dibawah khait
dari awal qausul irtifa’ adalah waktu isya’. Plus 6 jam
Contoh
Tanggal
01 April
Jaibnya 17˚
17 32
Bu’dulqutr
00 33
Asal muaddal
16 59
Asal mutlaq
59 20
W isya’ jam
07 06
– Syamali
Merubah ke jam wib
Tafawud
00 17 30 -
W Isya’ wib
06 48 30
5. Subuh
Tambahkan bu’dulqutur pada jaibnya 19˚ bila mailnya syamaly, dan
kurangkan jika mailnya januby, hasilnya adalah asalmu’addal. Kemudian
tepatkan muri pada asalmutlaq dan geser khaitnya sampai murinya berada
14
di atas asalmu’addal. Nilai yang berada dibawah khait dari ahir qausul
irtifa’ adalah waktu subuh
Contoh
Tanggal
01 April
Jaibnya 19˚
19 32
Bu’dulqutr
00 33
Asal muaddal
18 59
Asal mutlaq
59 20
W subuh jam
04 44
– Syamali
Merubah ke jam wib
Tafawud
00 17 30 -
W subuh wib
04 26 30
6. Imsak
Kurangkan 5 atau 6 menit dari waktu subuh
Waktu subuh
W Imsak jam
04
44
00
00
05
00 –
04
39
00
Merubah ke jam wib
Tafawud
00
W Imsak wib
04
17
21
30 30
7. Dhuha
Kurangkan bu’dulqutur pada jaibnya 4˚ 30′ bila mailnya syamaly, dan
tambahkan jika mailnya januby, hasilnya adalah asalmu’addal. Kemudian
tepatkan muri pada asalmutlaq dan geser khaitnya sampai murinya berada
di atas asalmu’addal. Nilai yang berada dibawah khait dari awal qausul
irtifa’ adalah waktu dhuha’. (cara mengerjakan seperti waktu isya’)
Contoh
Tanggal
01 April
Jaibnya 4˚ 30′
04 43
Bu’dulqutr
00 33
+ Syamali
15
Asal muaddal
05 16
Asal mutlaq
59 20
W dhuha jam
06 20
Merubah ke jam wib
Tafawud
00 17 30 -
W dhuha wib
06 02 30
8. Asar
Ketahui ghayah, dan carilah dhil mabsutnya dengan qamah yang
dikehendaki lalu tambahkan qamah tersebut pada dhil mabsutnya,
hasilnya disebut dhil asar. Lalu masukkan dhil asar tersebut melalui
jaibtamam dan qamahnya melalui sittiny dan letakkan khait pada titik
pertemuannya. Nilai yang dibawah khait dihitung dari ahir qaus irtifa’
adalah irtifa’ ashar.
Selanjutnya
cari jam
seperti
mengerjakan
sebelumnya. (seperti mengerjakan waktu subuh).
Contoh
Tanggal
01 April
Tamam ard smg
83 01
Mail awal
04 30 –
Ghayah al irtifa’
78 31
Qamah
14
Dhil mabsut
03
Dhil Asar
17
Irtifa’ asar
39 30
Jaibnya
38 10
Bu’dulqutr
00 33
Asal muaddal
38 43
Asal mutlaq
59 20
W ashar jam
03 17
+
+ Syamali
Merubah ke jam wib
Tafawud
00 17 30 -
W asar wib
02 59 30
16
Demikian perhitungan waktu shalat menurut kitab durus al-falakiyyah
kitab pertama dengan hasil jam istiwa’, kemudian ditambah dengan tafawud,
sehingga menjadi jam wib.
E. ANALISIS WAKTU SHALAT KITAB DURUS AL-FALAKIYYAH
Saat ini zaman telah menyuguhkan situasi dan kondisi yang mudah dan
cepat. Masyarakat terbiasa tidak rumit dalam melakukan segala aktuvitas
maupun menghadapi problematikanya, termasuk dalam menyajian jadwal
shalat, karenanya para penggiat ilmu falak berlomba untuk menampilkan
perhitungan maupun aplikasi semudah mungkin. Sehingga dari waktu ke waktu
ada kemudahan, kecanggihan dengan akurasi yang tepat yang tercipta dari
aplikasi ilmu falak.
Ilmu falak mengalami perubahan dari masa-ke masa. Dari yang urfi
(sesuai kebiasaan atau tradisi), taqribi, hingga kntemporer (komputer). Kitab
durus al-falakiyyah, merupakan kitab falak dengan metode taqribi yang berarti
sudah menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematik, namun masih
menggunakan rumus-rumus yang sederhana.7 karena ia bersifat taqribi, maka
ia menggunakan satu deklinasi, artinya tingkat akurasinya konon perlu untuk
diteliti atau masih rendah. Terutama pada kitab pertama dan kedua yang masih
menggunakan alat bantu rubu’, maka untuk lebih teliti dianjurkan untuk
memakai kitab ketiga yang telah menggunakan daftar logaritma. Meski
demikian, dalam proses perhitungan membutuhkan rentetan yang panjang.
Meskipun kitab durus al-falakiyyah ini menggunakan alat bantu
tradisional berupa rubu’ mujayyab,namun sudah menggambarkan trigonometri
bola, hal ini terlihat dari data-data yang diperlukan, yang secara tidak langsung
telah memakai rumus sinus-cosinnus.8 Karenanya, meskipun ia termasuk alat
yang tradisional, tetapi masih digunakan dan dilestarikan, termasuk di
Indonesia.
7
Hisab dalam Falak, dalam internet alamat http://falakiyyah.wrdpress.com. Diakses
tanggal 22 maret 2017
8
Maryani, studi..., h. 75
17
Tetapi, karena keterbatasannya, dengan alat rubu’ mujayyab perlu untuk
mengetahui bagaimana cara pengoperasiannya, selain itu istilah-istilahnya
menggunakan bahasa arab, sehingga perlu untuk dicermati. Terlebih mungkin
karena kitab ini merupakan kitab dasar, penjelasan juga singkat, dan tidak
menjelaskan secara detail. Misalnya dalam perhitungan waktu shalat, ada
istilah nisfulfadhlah, ternyata nisfulfadhlah ini yang sudah dalam bentuk jam,
bukan lagi bentuk desimal sebagaimana dalam bab pembahasan nisfulfadhlah.
Atau dalam mencari waktu shalat isya’, penulis bingung ketika mendapati hasil
dari contoh adalah 07˚02′, ternyata hasil waktu isya’ adalah setelah ditambah
dengan win (6), dan keterangan tersebut tidak tertulis. Dengan demikian, perlu
adaya guru atau setidaknya teman diskusi untuk dapat memahami kitab ini.
Problem selanjutnya dalam penggunaan rubu’ mujayyab adalah
memperkirakan data dan atau hasil yang dihitung, karena angka yang tertera
dalam alat ini tidak mencantumkan angka-angka secara jelas, sehingga semakin
kecil sebuah rubu’ mujayyab akan semakin sulit menentukan angka, terutama
untuk angka 2 sampai 9. Hasil yang diperolehpun pada menit, bukan detiknya.
Sedangkan untuk hasil perhitungan yang diperoleh dari kitab durus alfalakiyyah pada kitab pertama adalah hasil jam istiwa’, sehingga perlu untuk
dilakukan penyesuaian dengan jam setempat (wib).9 Pada kitab pertama tidak
dijelaskan bagaimana cara untuk merubah ke waktu setempat, namun pada
kitab kedua terdapat jadwal daqaid tafawud yang digunakan untuk merubah
jam dari istiwa’ menjadi waktu daerah (wib).
Ketika dibandingkan, hasil perhitungan antara metode durus alfalakiyyah, metode tahqiqi hakiki, maupun kontemporer, selisihnya hanya
sekitar 0m sampai 9m. Berikut merupakan gambaran dari hasil perhitungan
waktu shalat tanpa tambahan ikhtiyat untuk daerah semarang pada tanggal 1
April
9
Hal ini terasa wajar, karena zaan dahulu seseorang lebih banyak yang menggunakan jama
istiwa’, sdangkan sekarang hampir tidak ada yang menggunakan jam istiwa’.
18
Metode
Durusul Falak
Tahqiqi hakiki10
Kontemporer11
Selisih
Dhuhur
11.46.00
11.42.12
11.46.00
+/- 4′
Asar
14.59.30
14.58.29
15.04.43
+/- 5′
Maghrib
Isya’
17.41.12 18.48.30
17.44.50 18.52.36
17.39.53 18.57.44
+/- 3′
+/- 9′
Subuh
04.26.30
04.26.44
04.19.09
+/- 7′
Dhuha
06.02.30
06.02.42
05.58.24
+/- 4′
Hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa selisih terbesar berada
pada waktu isya’, sekitar 9 menit, hasil tersebut belum menambahkan ikhtiyat.
Maka jika tidak ingin terlihat mencolok perbedaannya, dapat dilakukan dengan
jumlah penambahan ikhtiyat yang berbeda.
Meskipun hasil perhitungan yang sebenarnya dalam kitab masih
menggunakan jam istiwa, namun dalam data diatas sudah disesuaikan dengan
jam wib. Hal ini dikarenakan saat ini kebanyakan orang menggunakan jam
setempat. Karenanya perlu adanya regulasi ulang terhadap metode dalam kitab
durus al falaqiyyah yakni adanya transformasi dari rubu’ mujayab ke kalkulator
scientifik; adanya penambahan rumus dari jam istiwa’ ke jam waktu daerah;
perhitungan menggunakan durus al falaqiyyah di lengkapi gambar sehingga
memudahkan pemula; adanya penjelasan yang jelas, gamblang, lengkap,
terhadap langkah-langkah yang di tempuh dalam perhitungan.12
F. PENUTUP
Dari uraian di atas, dapat dijabarkan
1. Hasil perhitungan waktu shalat antara metode durus al-falakiyyah, tahqiqi
hakiki dan kontempoer tidak berbeda secara signifikan, karena hasil
ketiganya tidak sampai 10 menit. Karenanya metode dalam kitab durus alfalakiyyah (taqribi) maupun alat bantunya, rubu’ muyajjab tidak perlu
ditinggalkan,
tetapi
dilakukan
perubahan
guna
mempermudah
penggunanya.
2. Kitab durus al-falakiyyah digolongkan metode hisab taqribi, karena hasil
perhitungannya masih bersifat perkiraan. Dikatakan sederhana karena
menggunakan alat bantu tradisional, rubu’ mujayyab. Dikatakan rumit
10
Hasil perhitungan berada pada lampiran
Hasil perhitungan berada pada lampiran
12
Maryani, studi..., h.70
11
19
karena langkah-langkah perhitungannya panjang dan mempelajarinya tidak
mudah.
3. Kesalahan yang terdapat dalam tulisan maupun perhitungan dalam makalah
ini, murni karena kekurangan penulis.
G. DAFTAR PUSTAKA
Ma’sum bin Ali, Ad-Durus Al-Falakiyyah,
M. Solahuddin, Ahli Falak dari Pesantren, Kediri; Nous Pustaka Utama, 2012
Konsep Hisab Waktu Shalat dalam kitab ad durus al falakiyyah karya ma’sum
bin Ali, dalam internet alamat http://musafirbertuan.blogspot.co.id,
diakses tanggal 20 Maret 2017
Maryani, Studi Analisis Metode Penentuan Waktu Shalat dalam Kitab AdDurus-Al-Falakiyyah Karya MA’sum bin Ali, Semarang: IAIN
Walisongo, 2011
Hisab dalam Falak, dalam internet alamat http://falakiyyah.wrdpress.com.
Diakses tanggal 22 maret 2017
20
(Kitab Pertama)
A. PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan ilmu falak dari waktu ke waktu mengalami
kemajuan. Mulai dari masa klasik, pertegahan, hingga kontemporer. Demikian
pula dengan keberadaan kitab falak. Durus Al-falakiyyah merupakan salah satu
kitab pertengahan, artinya ia tidak terlalu menggunakan huruf a-ba-ja-dun
sebagai
pengantar
memahaminya,
namun
juga
belum
menggunakan
perhitungan kontemporer seperti kalkulator, aplikasi, atau sejenisnya.
Ada beberapa metode dalam perhitungan
falakiyyah, termasuk
perhitungan awal shalat, dan diantara beberapa metode yang cukup menarik itu
adalah metode dalam kitab duru al-falakiyyah yang masih menggunakan alat
bantu berupa rubu’ mujayyab.
B. BIOGRAFI
1. KH. MA’SUM ALI
Nama lengkapnya adalah Syech al-aliim al-alamah al-filusuf sitti
abdul jabbar; Muhammad Ma’sum bin Ali bin Abdul Jabbar alMaskumambani, lahir di Gresik sekitar tahun 1887 M atau 1305 H dan
wafat di Jombang, 8 Januari 1933 M bertepatan dengan 24 ramadhan 1351
H dalam usia 46 tahun.1 KH. Ma’sum merupakan kakak dari KH. Adlan Ali,
pon-pes Walisongo Cukir-Jombang. Beliau memperoleh pendidikan awal
dari keluarganya, yang mana leuhurnya merupakan pendiri pondok
pesantren di daerahnya, dan belajar ilmu falak dari Syech Muhammad Faqih
Maskumambang. Kemudian beliau belajar di Tebuireng Jombang dibawah
asuhan KH. Hasyim Asy-‘ary. Karena kealimannya, sang guru tertarik
untuk menjodohkannya dengan putrinya yang bernama Nyai Khoiriyyah,
kakak dari KH. A Wahid Hasyim.
1
M. Solahuddin, Ahli Falak dari Pesantren, Kediri; Nous Pustaka Utama, 2012, h. 60-68
1
KH. Ma’sum mendirikan pesantren di daerah Seblak, sekitar 300
meter dari Tebuireng. Berbagai ilmu dikuasainya, dan yang paling terkenal
adalah ahli sharaf dan ahli falak. Banyak santri yang datang untuk belajar
pada KH. Ma’sum karena kealiman dan ketenaranya, salah satu santri
Seblak adalah KH. Zubair salatiga (pengarang al-khulasah al-wafiyah), KH.
Mahfudz Anwar (yang kemudian menjadi menantunya) dan Prof. Dr. KH.
Ali Musthafa Yaqub, MA (tetapi tidak menjumpai KH. Ma’sum).
Karya momunental KH. Ma’sum adalah al-amtsilah al-tashrifiyyah,
atau yang dikenal dengan Tashrifan Jombang. Selain itu juga kitab badi’ah
al-mitsal atau lengkapnya badiah al-mitsal fi hisab al-sinin wa al-hilal yang
terinspirasi dari percakapannya dengan nelayan, kitab ini berisi tentang
perhitungan awal bulan. Fath al-qadir yang membahas tentang ukuran atau
takaran yang dipakai dalam istilah kitab kuning maupun bahasa arab, dan
Durus al-falakiyyah yang membahas ilmu falak.
2. DURUS AL-FALAKIYYAH
Durus al-falakiyyah merupakan karya KH. Ma’sum tentang ilmu falak
yang berisi tentang materi-materi ilmu falak, dengan menggunakan alat
bantu rubu’ mujayyab pada kitab pertama dan kedua, dan logaritma pada
kitab ketiga.
Ia terbagi menjadi 3 kitab, yang pertama terdiri dari pendahuluan
tentang
petunjuk
penggunaan
komponennya. Kemudian
rubu’
mujayyab
dan
komponen-
pembahasan yang berisi tentang 15 bahasan
diantaranya untuk mengetahui awal bulan masehi, darajat al-syamsi, jaibul
qaus dan qaus al-jaib, mail awal, ard al-balad dan tull al-balad, bu’dulqutr,
aslulmutlaq, nishful fadhlah, irtifa’, ghayyatul irtifa’, aslul mu’addal dan
waktu istiwa’, mengetahui awal waktu shalat, mengetahui kiblat,
mengetahui arah mata angin. Dan diahiri dengan penutup tentang cara
mengukur ketinggian dan kedalaman.
Adapun pada kitab kedua, tidak jauh berbeda dengan kitab pertama
yang membahas tentang untuk mengetahui jaibul qaus dan qaus al-jaib,
ketinggian matahari, bayang-bayang dari ketinggian matahari, penanggalan
2
masehi, darajah asy-syams, mail al-awal, ghayah irtifa’, ard balad, bu’ud
al-qutur dan ashal mutlaq, nishful fadlah, nishful qaus dan qaus lail-nahr,
al-ashal al-mu’addal dan dair dan fardhlu dair, waktu shalat, jarak bujur,
al-irtifa’, siatl masyriq, maghrib dan khisotussimti ta’dilussimti, irtifa’
irtifa’ yang tidak memiliki samat dan damtu al-irtifa’, simtu qiblah serta
mata angin dan arah kiblat
Sedagkan
kitab
ketiga
lebih
menekankan
pada
perhitungan
menggunakan tabel algoritma. Pada kitab ini terdapat penjelasan logaritma
serta
cara
menggunakannya
dengan
tabel,
penanggalan
hijriyyah,
mengetahui tahun kabaisat dan bashitah, mengetahui tempat terbit benda
langit, mengetahui arah dengan bantuan bintang, serta tabel terbitnya
bintang.
Secara garis besar, pada kitab pertama dan kedua, membahas yang
terkait dengan ilmu falak yang dibantu dengan alat yang disebut rubu’
mujayyab. Sedangkan pada kitab ketiganya perhitungan ilmu falak
diaplikasikan dalam bentuk algoritma.
Kitab 1 dan 2
Menggunakan
Kitab 3
media
rubu’ Mengaplikasikan dengan algoritma
mujayyab
Yang dibahas waktu shalat dan Yang dibahas waktu shalat, kiblat,
kiblat, arah mata angin dan ukuran- awal bulan
ukuran
Menggunakan jam istiwa’
Sudah dikoreksi pada jam setempat
3. RUBU’ MUJAYYAB
Rubu’ mujayyab atau kuadran sinus berasal dari bahasa arab, rubu’
berarti seperempat, sedangkan mujayyab berarti sinus. Adalah sebuah alat
yang
digunakan
untuk
menghitung
sudut
benda-benda
angkasa,
menghitung waktu, menentukan waktu shalat, kiblat, posisi matahari, dan
sebagainya.
3
Penggunaan rubu’ yang terbuat dari papan kayu atau batu, berbentuk
seperempat lingkaran yang terbagi dalam 90 derajat ini telah dilakukan
sejak abad kedua, oleh Ptolomeus. Sedangkan beberapa tokoh yang
berperan dalam perkembangan rubu’ ini antara lain al-khawarizmi dan ibnu
shatir.2
Walaupun zaman sekarang telah modern, peralatan yang digunakan
telah canggih, tetapi rubu’ masih digunakan dan dilestarikan karena
merupakan khazanah keilmuan yang harus dijaga. Memang ada kelebihan
dan kekurangan dari rubu’ mujayyab, diantara kelebihannya adalah rubu’
mujayyab sebagai alat yang multi fungsi, dapat sebagai kalkulator dan
sebagai alat pengukur ketinggian maupun kedalaman; juga merupakan alat
yang memberikan tabel astronomi. Sedangkan kekurangannya adalah data
yang ditampilkan tidaklah detail (hanya derajat), dan penentuan maupun
pengambilan
datanya
tergantung
pada
kecermatan
hasib
atau
pengoperasinya.3
Adapun bagian-bagian rubu’ mujayyab adalah sebagai berikut:4
a. Markaz, yakni titik sudut siku-siku rubu’ yang terdapat lobang kecil yang
dapat dimasuki benang
b. Qaus Irtifa’, yakni busur yang megelilingi rubu’. Bagian ini diberi skala
derajat 0 sampai 90 bermula dari kanan ke kiri 1˚ = 60″
Konsep Hisab Waktu Shalat dalam kitab ad durus al falakiyyah karya ma’sum bin Ali,
dalam internet alamat http://musafirbertuan.blogspot.co.id, diakses tanggal 20 Maret 2017
3
Maryani, Studi Analisis Metode Penentuan Waktu Shalat dalam Kitab Ad-Durus-AlFalakiyyah Karya MA’sum bin Ali, Semarang: IAIN Walisongo, 2011, h. 71
4
M. Ma’sum Ali, Pelajaran Astronomi,
2
4
c. Jaib Tamam, yakni sisi kanan yang menghubungkan markas ke awal
qaus. Bagian ini diberi skala 0 sampai 60, dari tiap-tiap titik satuan skala
itu ditarik garis yang lurus menuju qaus. Garis ini disebut Juyub
Mankusah
d. Sittiny, yakni sisi kiri yang menghubungkan markaz ke awal qaus.
Bagian ini diberi skala 0 sampai 60 dari tiap-tiap titik satuan skala itu
ditarik lurus menuju qaus. Garis itu disebut Juyub Mabsufah
e. Hadzafah, yakni dua tonjolan yang keluar dari bentuk rubu’
f. Khait, yakni benang kecil yang dimasukkan ke markaz
g. Muri, yakni benang pendek yang diikatkan pada khait, yang dapat
digeser naik-turun
h. Syakul, yakni bandul yang berada diujung khait
C. KAJIAN KITAB DURUS AL-FALAKIYYAH
Berikut pembahasan dalam kitab durus al-falakiyyah bagian pertama5
1. Pengenalan terhadap rubu’ mujayyab, sebagaimana diterangkan di atas.
2. Mengetahui awal bulan masehi
Mushannif telah membuat angka pada titik pertemuan angka berupa
tabel, yang kemudian angka tersebut di dicocokkan pada tabel hari dan
pasaran atau dipertemuan antara bulan dari atas dan tahun dari kiri,
kemudian dari angka tersebut dicari hari dan pasaran yang mana ia adalah
awal bulan tersebut.6
Misalnya mengetahui awal bulan Desember 1985 = 21. Berarti jatuh
pada hari Ahad pahing. Untuk Mengetahui awal bulan April 2017 = 20.
Berarti jatuh pada hari Sabtu legi
3. Mengetahui darajat al-syamsi
darajat al-syamsi adalah jarak sepanjang lingkaran ekliptika yang
dihitung dari awal setiap buruj. Cara mengetahui perkiraan darajat alsyamsi adalah dengan mengetahui tanggal dari tahun masehi, kemudian
5
6
Ma’sum bin Ali, Ad-Durus Al-Falakiyyah,
Abel selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
5
ditambah dengan
tafawudnya (selisihnya). Jika lebih dari 30, maka
kelebuhannya merupakan darajat al-syamsi pada buruj selanjutnya. Berikut
tabel tafawud
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Tafawud
9
10
08
10
09
09
07
07
07
06
07
07
Buruj
Jadyu
Dalwu
Hut
Haml
Tsaur
Jauza’
Saroton
Asad
Sumbulah
Mizan
Aqrab
Qaus
Nama Latin
Copricornus
Aquarius
Pisces
Aries
Taurus
Gemini
Cancer
Leo
Virgo
Libra
Scorpio
Sagitarius
Contoh:
Tanggal
= 25
Maret
Selisih
= 08
+
Darajat Syams = 03
= Hut
= Haml
Tanggal
= 01
April
Selisih
= 10
+
Darajat Syams = 11
= Haml
= Haml
4. Mengetahui jaibul qaus dan qaus al-jaib
Dengan memasukkan bilangan qaus melalui juyubul mabsutah sampai
ke sittiny, maka nilai yang di dapat di sittiny adalah jaibnya qaus tersebut.
Sebaliknya, dengan memasukkan bilangan dari sittiny melalui jayubul
mabsutah sampai ke qaus, maka nilai yang berada di qaus adalah qausnya
bilangan jaib tersebut.
Contoh jaibulqaus 1 April (11 Haml)
Qaus
= 11
00
Jaibnya
= 11
27
6
5. Mengetahui mail awal
Mail awal atau deklinasi dengan cara meletakkan khait di atas sittiny
dan menempatkan murinya di 23 52 (mail a’dham) kemudian memindahkan
khait tersebut pada darajat syamsi. Nilai yang terdapat di bawah muri
adalah jaib nya mail, qauskan untuk mendapatkan mail awal.
Contoh, mengethui mail awal
Tanggal
: 01
Tafawud
: 10
Darajat Syams : 11
Mail Awal
: 4˚ 30′
April
Haml
Syimaly
Mail awal atau deklinasi juga dapat diketahui dengan rumus
sin bu’du darajah (b) x sin mail kulli (d)
= sin 11˚ 00′ x sin 23 27
= 4˚ 33,36′
6. Mengetahui ard al-balad dan tull al-balad
Untuk mengatahui lintang dan bujur tempat, adalah dengan
melukiskan beberapa garis di atas bola bumi. Sedangkan ardulbalad
Semarang menurut kitab mabadi al-fiqhiyyah adalah 6.98 lintang selatan
dan tululbalad nya adalah 110.43. kemudian dirubah desimal menjadi
daqiqah (menit) dengan mengkalikan 6 dan hasilnya dibagi 10
Semarang
Bentuk Desimal
Menit x 6
Hasil : 10
Bentuk Daqiqah
Lintang
6.98
98 x 6 = 588
588 : 10 = 58,8
6˚ 59′
Bujur
110.43
43 x 6 = 258
258 : 10 = 25,8
110˚ 26′
7. Mengetahui bu’dulqutr
Untuk mengetahui Bu’dulqutr dengan cara meletakkan khait di atas
sittiny, kemudian menempatkan muri pada jaibnya arddulbalad, kemudian
7
memindahkan khait itu ke mail awal. Nilai yang terdapat di bawah muri
dihitung dari juyubulmabsutah adalah bu’dulqutr
Contoh mengetahui bu’dulqutr
Tanggal
= 01
April
Lintang Smg
= 06
59
Jaibnya
= 07
27
Mail Awal
=4
30
Bu’dulqutr
=0
33
47
Bu’dulqutr juga dapat diketahui dengan rumus
sin Ardulbalad (p) x sin mail awal (d)
= sin 6˚ 59′ x sin 4˚30′
= 0˚ 32′ 47,61″
= 0˚ 32′ 48″
8. Mengetahui aslulmutlaq
Aslulmutlaq diketahui dengan cara meletakkan khait di atas sittiny,
lalu menempatlan murinya pada jaib tamam ardulbalad, dan memindahkan
khait ke tamamulmail. Nilai yang terdapat di bawah muri dihitung dari
juyubulmabsuthah adalah asalmutlaq.
Contoh mengetahui aslulmutlaq
Tanggal
= 01
April
= 90
00
Lintang Smg
= 06
59
Tamamnya
= 83
01
Jaib tamamnya = 59
40
= 90
00
Mail awal
= 04
30
Tamamnya
= 85
30
Asal mutlaq
= 59
20
Aslulmutlaq juga dapat diketahui dengan rumus
Cos Ardulbalad (p) x Cos mail awal (d)
8
= cos 6˚ 59′ x cos 04˚30′
= 0˚ 59′ 22,28″
= 0˚ 59′ 22″
9. Mengetahui nishful fadhlah
Nishful fadhlah atau pertengahan antara malam dan siang, diketahui
dengan meletakkan khait di atas sittiny, kemudian menempatkan murinya
pada asalmutlaq dan menggeserkan khait hingga murinya berada di atas
bu’dul qutr, maka nilai yang berada di bawah khait dihitung dari awal qaus
adalah nishful fadhlah
Contoh mengetahui nishful fadhlah
Tanggal
= 01
April
Asal mutlaq
= 59
20
Bu’dulqutr
= 00
33
Nisfulfudlah
= 00
33
Nishful fadhlah juga dapat diketahui dengan rumus
Sin Nisful fadlah = Tan Ardulbalad (p) x Tan mail awal (d)
= Shif sin (tan 6˚ 59′ x tan 4˚ 30′)
= 0˚ 33′ 8,45″
= 0˚ 33′
Nishful fadlah tidak lebih dari bu’dul qutr
10. Mengetahui irtifa’
Irtifa’ adalah tinggi kulminasi atas, yakni setinggi matahari dari
lingkaran yang terdekat. Diperoleh dengan memegang rubu’, kemudian
menggantungkan syakul pada khait rubu’, kalau matahari disebelah timur
maka menghadap utara, jika matahari berada disebelah barat, maka
menghadap selatan. Kemudian menggerakkan rubu’ itu sehingga hadzafah
yang bawah tertutup oleh bayangan hadzafah yang atas. Maka nilai yang
diperoleh oleh khait terhitung dari sisi yang tidak ada hadzafahnya dari
9
awal qaus irtifa’ adalah irtifa’ piringan matahari bagian bawah, tambahkan
15 menit untuk mengetahui irtifa’ titik pusatnya.
11. Mengetahui ghayyatul irtifa’
ghayyatul irtifa’ atau titik kulminasi adalah busur dari nisfu qaus
nahar antara matahari dan ufuk yang terdekat.
Tambahkan mail awal pada tamamil ard balad apabila ittifaq (arah ard
balad dan mail awal sama). Dan kurangkan apabila ikhtilaf (tamamilard
balad dikurangi mail awal).
1 April, Mail awalnya syimaly, ard balad semarang januby, Maka ghayatul
irtifa’ tamam ard balad dikurangi mail awal
Contoh
Tanggal
= 01
April
Tamam Ard Smg
= 83
01
Mail Awal
= 04
30- Syamali
Ghoyah
= 78˚ 31′
12. Mengetahui Dhil (bayang-bayang), Irtifa’ dan sebaliknya
Cara mengetahui dhil dari irtifa’ adalah dengan meletakkan khait pada
irtifa’ pada banyaknya dari awal qaus, lalu turunkan dari jaib sittiny dengan
qamah yang dikehendaki melalui juyubulmanqutah sampai pada khait. Dan
kembali pada titik pertemuannya melalui juyubulmankusah sampai jaib
tamam, maka nilai yang terdapat di jaib tamam adalah dhil mabsut.
Dhil mabsud = 7
Cara mengetahui dhil mabsut dapat pula diketahui dengan rumus
Dhil Mabsut = cotan Irtifa’ x qamah
= cotan 78 31 x 35
=7
Adapun cara mengetahui dhil mankus, dengan memasukkan qamah
yang dikira-kirakan dari jaibtamam sampai khait, dan belokkan pada titik
10
pertemuannya ke sittiny, maka nilai yang terdapat dalam sttiny adalah dhil
mankus.
Cara mengetahui dhil mankus dapat pula diketahui dengan rumus
Dhil Mankus = tan Irtifa’ x qamah
= tan 78 31 x 5
= 25
13. Mengetahui aslal mu’addal dan waktu istiwa’
Cara mengetahui asalmuaddal adalah dengan mengetahui irtifa’ dan
jaibnya lalu menambahkan bu’dulqutur pada jaibnya irtifa’ bila mailnya
syamaliy. Dan mencari selisih jika mailnya januby. Maka hasilnya adalah
asalmu’addal.
Irtifa’
78
25
Jaibnya
58
46
Bu’dulqutr
00
33 +
Asal muaddal
59
19
Sedangkan cara mengetahui waktu istiwa’ adalah dengan meletakkan
khait pada sittiny, menempatkan muri pada asalmutlaq, lalu menggeser
khait tersebut sampai murinya berada di atas asalmuaddal dihitung dari
juyubul mabsutah.
Cara mengetahui waktu istiwa’ dapat pula diketahui dengan rumus
Waktu Istiwa’ = -tan ardulbalad x tan mail awal + sin irtifa’ : cos
ardulbalad : cos mail awal = cos fadludda’ir : 15
Contoh mengetahui waktu/jam
Tanggal
=1
April
Irtifa’
= 78
25
Jaibnya
= 58
46
Bu’dulqutr
= 00
33
Asalmu’addal = 59
19
Aasal Mutlaq = 59 20
Jam
= 09
36
11
D. PENENTUAN WAKTU SHALAT
Beberapa data yang diperluhkan dalam menghitung waktu shalat
menurut kitab durus al-falakiyyah antara lain
1. Ard balad dan thul balad, yang diketahui
Ard balad dalam bentuk desimal 6.98, bentuk daqiqah 6˚ 59′
Thul balad dalambentuk desimal 110.43, bentuk daqiqah 110˚ 25′
2. Tafawud, diketahui 17′ 30″
3. Ikhtiyat, menggunakan 4-5 menit. Dalam perhitungan ini tidak ditambah
dengan ikhtiyat
4. Mail awal, diketahui 4 30, tamamnya 85 30
5. Bu’ud qutr, diketahui 0 33
6. Al-ashl Mutlaq,diketahui 59 20
7. Nisfu al-fudlah, diketahui 0 33
8. Ghayah al-irtifa’, diketahui 78 31
9. Asl al-muaddal,
10. Daqa’iq at-tamkiniyyah, 03 30. Penentuan Daqa’iq at-tamkiniyyah
pada kitab pertama, disamakan 3 menit 30 detik. Tetapi pada kitab
kedua dibedakan pada tiap-tiap masing-masing daerah dan waktu.
Namun perbedaannya hanya pada detiknya.
Adapun perhitungan waktu shalat yang ada di dalam kitab durus alfalakiyyah kitab pertama, adalah menggunakan jam istiwa’. Untuk menjadi jam
wib, diperluhkan perhitungan yang diambil dari jadwal daqaiq tafawud pada
kitab kedua halaman 10. Untuk merubah jam istiwa’ menjadi jam wib, diawali
dari hasil perkalian bujur semarang (110˚25′) dan bujur daerah (105˚) yang
diperoleh hasil 21′40″. Sedangkan tawawud pada 1 april adalah 4′10″. Dengan
demikian
Hasil perkalian bujur
21′ 40″
Equation 1 April
04′ 10″ -
Hasil tafawud
17′ 30″
12
Dengan demikian, setiap hasil dari waktu shalat dikurangi 17′ 30″
adalah waktu shalat dengan jam wib. Berikut adalah perhitungan dari waktu
shalat berdasarkan perhitungan kitab durus al-falakiyyah
1. Dhuhur
Menambahkan Daqa’iq at-tamkiniyyah pada jam 12
Tanggal
Waktu zawal
Daqa’ikkuttankin
1 April
12 00
00.
00 03
30 +
W dhuhur jam
12 03
30
Tafawud
00 17
30 -
W Dhuhur wib
11 46
00
Merubah ke jam wib
2. Maghrib
Tambahkan nisfulfudlah pada jam 6, jika mailnya januby, dan kurangkan
jika mailnya syamaly, lalu ditambah Daqa’iq at-tamkiniyyah
Contoh
Tanggal
01 April
Jam
06
Nisfulfudlah
00 02
12 –
Jumlah
05 57
48
Daqa’ikkuttankin
00 03
30 +
W maghrib jam
06 01
18
Tafawud
00 17
30 -
W maghrib wib
05 43
48
Syamali
Merubah ke jam wib
3. Terbit
Tambahkan nisfulfudlah pada jam 6, jika mailnya syamaly, dan
kurangkan jika mailnya januby, lalu ditambah Daqa’iq at-tamkiniyyah
Contoh
13
Tanggal
01 April
Jam
06
Nisfulfudlah
00 02
12 +
Jumlah
06 02
12
Daqa’ikkuttankin
00 03
30 -
W terbit jam
05 58
42
Tafawud
00 17
30 -
W terbit wib
05 41
12
Syamali
Merubah ke jam wib
4. Isya’
Tambahkan bu’dulqutur pada jaibnya 17˚ bla mailnya januby, dan
kurangkan jika mailnya syamaly, hasilnya adalah asalmu’addal.
Kemudian tepatkan muri pada asalmutlaq dan geser khaitnya sampai
murinya berada di atas asalmu’addal. Nilai yang berada dibawah khait
dari awal qausul irtifa’ adalah waktu isya’. Plus 6 jam
Contoh
Tanggal
01 April
Jaibnya 17˚
17 32
Bu’dulqutr
00 33
Asal muaddal
16 59
Asal mutlaq
59 20
W isya’ jam
07 06
– Syamali
Merubah ke jam wib
Tafawud
00 17 30 -
W Isya’ wib
06 48 30
5. Subuh
Tambahkan bu’dulqutur pada jaibnya 19˚ bila mailnya syamaly, dan
kurangkan jika mailnya januby, hasilnya adalah asalmu’addal. Kemudian
tepatkan muri pada asalmutlaq dan geser khaitnya sampai murinya berada
14
di atas asalmu’addal. Nilai yang berada dibawah khait dari ahir qausul
irtifa’ adalah waktu subuh
Contoh
Tanggal
01 April
Jaibnya 19˚
19 32
Bu’dulqutr
00 33
Asal muaddal
18 59
Asal mutlaq
59 20
W subuh jam
04 44
– Syamali
Merubah ke jam wib
Tafawud
00 17 30 -
W subuh wib
04 26 30
6. Imsak
Kurangkan 5 atau 6 menit dari waktu subuh
Waktu subuh
W Imsak jam
04
44
00
00
05
00 –
04
39
00
Merubah ke jam wib
Tafawud
00
W Imsak wib
04
17
21
30 30
7. Dhuha
Kurangkan bu’dulqutur pada jaibnya 4˚ 30′ bila mailnya syamaly, dan
tambahkan jika mailnya januby, hasilnya adalah asalmu’addal. Kemudian
tepatkan muri pada asalmutlaq dan geser khaitnya sampai murinya berada
di atas asalmu’addal. Nilai yang berada dibawah khait dari awal qausul
irtifa’ adalah waktu dhuha’. (cara mengerjakan seperti waktu isya’)
Contoh
Tanggal
01 April
Jaibnya 4˚ 30′
04 43
Bu’dulqutr
00 33
+ Syamali
15
Asal muaddal
05 16
Asal mutlaq
59 20
W dhuha jam
06 20
Merubah ke jam wib
Tafawud
00 17 30 -
W dhuha wib
06 02 30
8. Asar
Ketahui ghayah, dan carilah dhil mabsutnya dengan qamah yang
dikehendaki lalu tambahkan qamah tersebut pada dhil mabsutnya,
hasilnya disebut dhil asar. Lalu masukkan dhil asar tersebut melalui
jaibtamam dan qamahnya melalui sittiny dan letakkan khait pada titik
pertemuannya. Nilai yang dibawah khait dihitung dari ahir qaus irtifa’
adalah irtifa’ ashar.
Selanjutnya
cari jam
seperti
mengerjakan
sebelumnya. (seperti mengerjakan waktu subuh).
Contoh
Tanggal
01 April
Tamam ard smg
83 01
Mail awal
04 30 –
Ghayah al irtifa’
78 31
Qamah
14
Dhil mabsut
03
Dhil Asar
17
Irtifa’ asar
39 30
Jaibnya
38 10
Bu’dulqutr
00 33
Asal muaddal
38 43
Asal mutlaq
59 20
W ashar jam
03 17
+
+ Syamali
Merubah ke jam wib
Tafawud
00 17 30 -
W asar wib
02 59 30
16
Demikian perhitungan waktu shalat menurut kitab durus al-falakiyyah
kitab pertama dengan hasil jam istiwa’, kemudian ditambah dengan tafawud,
sehingga menjadi jam wib.
E. ANALISIS WAKTU SHALAT KITAB DURUS AL-FALAKIYYAH
Saat ini zaman telah menyuguhkan situasi dan kondisi yang mudah dan
cepat. Masyarakat terbiasa tidak rumit dalam melakukan segala aktuvitas
maupun menghadapi problematikanya, termasuk dalam menyajian jadwal
shalat, karenanya para penggiat ilmu falak berlomba untuk menampilkan
perhitungan maupun aplikasi semudah mungkin. Sehingga dari waktu ke waktu
ada kemudahan, kecanggihan dengan akurasi yang tepat yang tercipta dari
aplikasi ilmu falak.
Ilmu falak mengalami perubahan dari masa-ke masa. Dari yang urfi
(sesuai kebiasaan atau tradisi), taqribi, hingga kntemporer (komputer). Kitab
durus al-falakiyyah, merupakan kitab falak dengan metode taqribi yang berarti
sudah menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematik, namun masih
menggunakan rumus-rumus yang sederhana.7 karena ia bersifat taqribi, maka
ia menggunakan satu deklinasi, artinya tingkat akurasinya konon perlu untuk
diteliti atau masih rendah. Terutama pada kitab pertama dan kedua yang masih
menggunakan alat bantu rubu’, maka untuk lebih teliti dianjurkan untuk
memakai kitab ketiga yang telah menggunakan daftar logaritma. Meski
demikian, dalam proses perhitungan membutuhkan rentetan yang panjang.
Meskipun kitab durus al-falakiyyah ini menggunakan alat bantu
tradisional berupa rubu’ mujayyab,namun sudah menggambarkan trigonometri
bola, hal ini terlihat dari data-data yang diperlukan, yang secara tidak langsung
telah memakai rumus sinus-cosinnus.8 Karenanya, meskipun ia termasuk alat
yang tradisional, tetapi masih digunakan dan dilestarikan, termasuk di
Indonesia.
7
Hisab dalam Falak, dalam internet alamat http://falakiyyah.wrdpress.com. Diakses
tanggal 22 maret 2017
8
Maryani, studi..., h. 75
17
Tetapi, karena keterbatasannya, dengan alat rubu’ mujayyab perlu untuk
mengetahui bagaimana cara pengoperasiannya, selain itu istilah-istilahnya
menggunakan bahasa arab, sehingga perlu untuk dicermati. Terlebih mungkin
karena kitab ini merupakan kitab dasar, penjelasan juga singkat, dan tidak
menjelaskan secara detail. Misalnya dalam perhitungan waktu shalat, ada
istilah nisfulfadhlah, ternyata nisfulfadhlah ini yang sudah dalam bentuk jam,
bukan lagi bentuk desimal sebagaimana dalam bab pembahasan nisfulfadhlah.
Atau dalam mencari waktu shalat isya’, penulis bingung ketika mendapati hasil
dari contoh adalah 07˚02′, ternyata hasil waktu isya’ adalah setelah ditambah
dengan win (6), dan keterangan tersebut tidak tertulis. Dengan demikian, perlu
adaya guru atau setidaknya teman diskusi untuk dapat memahami kitab ini.
Problem selanjutnya dalam penggunaan rubu’ mujayyab adalah
memperkirakan data dan atau hasil yang dihitung, karena angka yang tertera
dalam alat ini tidak mencantumkan angka-angka secara jelas, sehingga semakin
kecil sebuah rubu’ mujayyab akan semakin sulit menentukan angka, terutama
untuk angka 2 sampai 9. Hasil yang diperolehpun pada menit, bukan detiknya.
Sedangkan untuk hasil perhitungan yang diperoleh dari kitab durus alfalakiyyah pada kitab pertama adalah hasil jam istiwa’, sehingga perlu untuk
dilakukan penyesuaian dengan jam setempat (wib).9 Pada kitab pertama tidak
dijelaskan bagaimana cara untuk merubah ke waktu setempat, namun pada
kitab kedua terdapat jadwal daqaid tafawud yang digunakan untuk merubah
jam dari istiwa’ menjadi waktu daerah (wib).
Ketika dibandingkan, hasil perhitungan antara metode durus alfalakiyyah, metode tahqiqi hakiki, maupun kontemporer, selisihnya hanya
sekitar 0m sampai 9m. Berikut merupakan gambaran dari hasil perhitungan
waktu shalat tanpa tambahan ikhtiyat untuk daerah semarang pada tanggal 1
April
9
Hal ini terasa wajar, karena zaan dahulu seseorang lebih banyak yang menggunakan jama
istiwa’, sdangkan sekarang hampir tidak ada yang menggunakan jam istiwa’.
18
Metode
Durusul Falak
Tahqiqi hakiki10
Kontemporer11
Selisih
Dhuhur
11.46.00
11.42.12
11.46.00
+/- 4′
Asar
14.59.30
14.58.29
15.04.43
+/- 5′
Maghrib
Isya’
17.41.12 18.48.30
17.44.50 18.52.36
17.39.53 18.57.44
+/- 3′
+/- 9′
Subuh
04.26.30
04.26.44
04.19.09
+/- 7′
Dhuha
06.02.30
06.02.42
05.58.24
+/- 4′
Hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa selisih terbesar berada
pada waktu isya’, sekitar 9 menit, hasil tersebut belum menambahkan ikhtiyat.
Maka jika tidak ingin terlihat mencolok perbedaannya, dapat dilakukan dengan
jumlah penambahan ikhtiyat yang berbeda.
Meskipun hasil perhitungan yang sebenarnya dalam kitab masih
menggunakan jam istiwa, namun dalam data diatas sudah disesuaikan dengan
jam wib. Hal ini dikarenakan saat ini kebanyakan orang menggunakan jam
setempat. Karenanya perlu adanya regulasi ulang terhadap metode dalam kitab
durus al falaqiyyah yakni adanya transformasi dari rubu’ mujayab ke kalkulator
scientifik; adanya penambahan rumus dari jam istiwa’ ke jam waktu daerah;
perhitungan menggunakan durus al falaqiyyah di lengkapi gambar sehingga
memudahkan pemula; adanya penjelasan yang jelas, gamblang, lengkap,
terhadap langkah-langkah yang di tempuh dalam perhitungan.12
F. PENUTUP
Dari uraian di atas, dapat dijabarkan
1. Hasil perhitungan waktu shalat antara metode durus al-falakiyyah, tahqiqi
hakiki dan kontempoer tidak berbeda secara signifikan, karena hasil
ketiganya tidak sampai 10 menit. Karenanya metode dalam kitab durus alfalakiyyah (taqribi) maupun alat bantunya, rubu’ muyajjab tidak perlu
ditinggalkan,
tetapi
dilakukan
perubahan
guna
mempermudah
penggunanya.
2. Kitab durus al-falakiyyah digolongkan metode hisab taqribi, karena hasil
perhitungannya masih bersifat perkiraan. Dikatakan sederhana karena
menggunakan alat bantu tradisional, rubu’ mujayyab. Dikatakan rumit
10
Hasil perhitungan berada pada lampiran
Hasil perhitungan berada pada lampiran
12
Maryani, studi..., h.70
11
19
karena langkah-langkah perhitungannya panjang dan mempelajarinya tidak
mudah.
3. Kesalahan yang terdapat dalam tulisan maupun perhitungan dalam makalah
ini, murni karena kekurangan penulis.
G. DAFTAR PUSTAKA
Ma’sum bin Ali, Ad-Durus Al-Falakiyyah,
M. Solahuddin, Ahli Falak dari Pesantren, Kediri; Nous Pustaka Utama, 2012
Konsep Hisab Waktu Shalat dalam kitab ad durus al falakiyyah karya ma’sum
bin Ali, dalam internet alamat http://musafirbertuan.blogspot.co.id,
diakses tanggal 20 Maret 2017
Maryani, Studi Analisis Metode Penentuan Waktu Shalat dalam Kitab AdDurus-Al-Falakiyyah Karya MA’sum bin Ali, Semarang: IAIN
Walisongo, 2011
Hisab dalam Falak, dalam internet alamat http://falakiyyah.wrdpress.com.
Diakses tanggal 22 maret 2017
20