Etika Profesi Pustakawan Profesional dal

TUGAS KELOMPOK II (REVISI)
MAKALAH
“Etika Profesi Pustakawan Profesional dalam UU Perpustakaan UU No 43 Tahun
2007”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi dan Aspek
Hukum Informasi
Dosen:
Dr.Dra.Hj.Ninis Agustini Damayani, M.Lib
Di susun oleh:
Tiara Desyanti Raharja

210210120056

Nilawati Dewi Asmawi Putri

210210120061

Risa Aprilia Wahyudi

210210120071


DEPARTEMEN ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
A.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan........1

B.

Profesi Pustakawan Profesional......................................................................................7

C.
Implementasi undang-undang no 43 tahun 2007 tentang perpustakaan terhadap profesi
pustawakan profesional..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12


A. Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan

Latar belakang lahirnya UU No.43 tahun 2007 diantaranya dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang
hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung
penyelenggaraan pendidikan nasional; sebagai salah satu upaya untuk memajukan
kebudayaan nasional, perpustakaan merupakan wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa;
dalam rangka meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa, perlu ditumbuhkan budaya gemar
membaca melalui pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi
yang berupa karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam serta ketentuan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan perpustakaan masih bersifat parsial dalam berbagai peraturan
sehingga perlu diatur secara komprehensif dalam suatu undang-undang tersendiri;
Undang-Undang Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan terdapat 15 bab dan 54 pasal. Bab satu berisi empat pasal yang membahas
tentang ketentuan umum dalam perpustakaan. Bab dua berisi enam pasal yang membahas
hak-hak masyarakat, kewajiban masyarakat, kewajiban pemerintah pusat, kewajiban

pemerintah daerah, kewenangan pemerintah pusat, dan kewenangan pemerintah
daerah terhadap perpustakaan. Bab tiga berisi satu pasal tentang standar nasional
perpustakaan. Bab empat berisi dua pasal tentang koleksi perpustakaan. Bab lima berisi
satu pasal dan tujuh ayat tentang layanan perpustakaan. Bab enam berisi lima pasal tentang
pembentukan, penyelenggaraan, serta pengelolaan dan pengembangan perpustakaan.
Bab tujuh berisi sembilan pasal tentang jenis-jenis perpustakaan dan membahas tugas
dan tanggung jawab perpustakaan tersebut. Bab delapan berisi sembilan pasal tentang
tenaga perpustakaan, pendidikan, dan organisasi profesi perpustakaan. Bab sembilan
berisi satu pasal dan dua ayat tentang sarana dan prasarana perpustakaan. Bab
sepuluh berisi tiga pasal tentang pendanaan perpustakaan. Bab sebelas berisi dua pasal
tentang kerja sama dan peran serta masyarakat terhadap perpustakaan. Bab dua belas
berisi empat pasal yang membahas tentang pembentukan dan tugas dewan perpustakaan.
Bab tiga belas berisi empat pasal tentang pembudayaan kegemaran membaca. Bab empat
belas berisi satu pasal dan dua ayat yang membahas ketentuan sanksi. Bab lima belas berisi
1

dua pasal yang membahas batas waktu pembuatan peraturan perundang-undangan dan
pengesahan undang-undang nomor 43 tahun 2007 perpustakaan.
Undang-undang ini menyebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi
karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku.

Perpustakaan diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat, demokrasi,
keadilan,

keprofesionalan,

keterbukaan,

keterukuran,

dan

kemitraan.

Pembentukan

perpustakaan harus memenuhi syarat perpustakaan yaitu memiliki koleksi perpustakaan,
tenaga perpustakaan, sarana dan prasarana perpustakaan, sumber pendanaan, dan
memberitahukan keberadaannya ke Perpustakaan Nasional. Penyelenggaraan perpustakaan
harus sesuai standar nasional perpustakaan. Standar nasional perpustakaan terdiri atas
standar koleksi perpustakaan, sarana dan prasarana, pelayanan perpustakaan, tenaga

perpustakaan, penyelenggaraan dan pengelolaan. Perpustakaan memiliki beberapa jenisjenis perpustakaan yaitu perpustakaan nasional, umum, khusus, sekolah, dan perguruan
tinggi. Pengguna perorangan, kelompok orang, masyarakat, dan lembaga yang menggunakan
jasa dan fasilitas perpustakaan disebut sebagai pemustaka.
Masyarakat berhak atas layanan dan memanfaatkan

fasilitas perpustakaan,

mengusulkan keanggotaan Dewan Perpustakaan, mendirikan perpustakaan, dan berperan
serta dalam pengawasan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan perpustakaan. Masyarakat
terpencil atau terisolasi berhak memperoleh layanan perpustakaan secara khusus. Masyarakat
yang memiliki cacat atau kelainan fisik, emosional, mental, intelektual atau sosial berhak
memperoleh layanan perpustakaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan
masing-masing. Masyarakat berkewajiban untuk menjaga kelestarian koleksi perpustaakaan
dan sumber daya perpustakaan di lingkungannya, mendukung upaya penyediaan fasilitas
layanan perpustakaan di lingkungannya, mematuhi seluruh ketentuan dan peraturan
perpustakaan, dan menjaga ketertiban, keamanan, dan kenyamanan lingkungan perpustakaan.
Masyarakat juga berkewajiban untuk menyimpan, merawat dan melestarikan naskah kuno
yang dimilikinya dan mendaftarkannya ke Perpustakaan Nasional.
Pemerintah pusat berkewajiban untuk mengembangkan sistem nasional perpustakaan
sebagai upaya mendukung sistem pendidikan nasional. Pemerintah pusat dan daerah

berkewajiban untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan,
menjamin ketersediaan layanan perpustakaan, dan menggalakkan promosi gemar membaca.
Pemerintah pusat dan daerah berwenang dalam menetapkan kebijakan dalam pembinaan dan
2

pengembangan semua jenis perpustakaan sesuai lingkupnya, mengatur, mengawasi dan
mengevaluasi penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sesuai dengan lingkupnya, dan
mengalihmediakan naskah kuno yang dimiliki oleh masyarakat untuk dilestarikan dan
didayagunakan.
Tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan.
Pustakawan harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan standar nasional perpustakaan. Tugas
tenaga teknis dapat dirangkap oleh pustakawan sesuai dengan kondisi perpustakaan yang
bersangkutan. Tenaga perpustakaan berhak atas penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, pembinaan karier sesuai dengan tuntutan
pengembangan kualitas, dan kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas
perpustakaan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Tenaga perpustakan memiliki
kewajiban memberikan layanan prima terhadap pemustaka, menciptakan suasana
perpustakaan yang kondusif, memberikan keteladanan, dan menjaga nama baik lembaga.
Pustakawan harus membentuk organisasi profesi dan setiap pustakawan menjadi anggota
organisasi profesi. Organisasi profesi berfungsi untuk memajukan dan memberi perlindungan

profesi kepada pustakawan. Organisasi profesi berwenang untuk menetapkan dan
melaksanakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, menetapkan dan menegakkan
kode etik pustakawan, memberi perlindungan hukum kepada pustakawan, dan menjalin kerja
sama dengan asosiasi pustakawan tingkat daerah, nasional, dan internasional.
Semua lembaga penyelenggara perpustakaan yang tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana yang diatur oleh undang-undang ini dikenakan sanksi administratif. Sanksi
administratif diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Semua peraturan undangundang yang diperlukan untuk melaksanakan undang-undang tersebut harus diselesaikan
paling lambat dua tahun terhitung sejak berlakunya undang-undang ini.
Manfaat dari undang-undang ini adalah sebagai dasar hukum untuk hal yang
berkaitan tentang perpustakaan. Manfaat bagi perpustakaan adalah segala kegiatan atau
penyelenggaraan perpustakaan menjadi terjamin di setiap daerah. Sehingga diharapkan tidak
ada lagi perpustakaan yang tidak terurus atau yang mengurus bukan pustakawan.
Perpustakaan juga diharapkan menjadi semakin berkualitas. Bagi pustakawan undangundang ini menjamin lahan pekerjaan mereka. Sehingga diharapkan lulusan ilmu
perpustakaan atau yang berhubungan dengannya tidak lagi khawatir akan pekerjaan
karena perpustakaan harus dikelola oleh pustakawan atau tenaga ahli perpustakaan.
3

Pustakawan juga diberikan jaminan untuk meningkatkan kualitas. Taraf hidup pustakawan
juga terjamin dalam undang-undang perpustakaan. Masyarakat atau pemustaka juga terjamin
akan ketersediaan informasi. Proses pembelajaran sepanjang hayat bisa terwujud dengan

adanya jaminan terselenggaranya perpustakaan. Sehingga penyediaan informasi yang
dibutuhkan pemustaka dapat berjalan dengan baik. Pada intinya manfaat dari undang-undang
perpustakaan adalah

pemerintah dan masyarakat dapat tersadarkan akan pentingnya

perpustakaan dan menjadikan perpustakaan sebagai pusat penyedia informasi.
Berdasarkan

manfaat

undang-undang

perpustakaan,

kelebihan

undang-undang

perpustakaan adalah telah mengatur cukup lengkap berbagai hal yang menyangkut

pengembangan perpustakaan, anggaran perpustakaan, posisi pustakawan, jaminan
taraf hidup pustakawan dan keterlibatan masyarakat serta tanggung jawab pemerintah
dalam proses mencerdaskan kehidupan berbangsa seperti yang diamanatkan dalam
UUD 1945. Dengan undang-undang perpustakaan, maka, segala aturan dan ketentuan selama
ini yang berkaitan dengan penyelenggaraan perpustakaan yang masih bersifat parsial sudah
diatur secara lebih komprehensif dalam undang-undang perpustakaan
Namun pasti ada saja kekurangan dalam undang-undang ini. Semisal, undangundang ini adalah masih belum jelasnya berapa anggaran yang harus dikeluarkan oleh
perguruan tinggi untuk perpustakaan. Perpustakaan sekolah/madrasah juga belum
diatur siapa yang bisa menjadi kepala perpustakaannya. Penyelenggara perpustakaan
khusus tidak dijelaskan dalam undang-undang ini. Perpustakaan digital juga tidak
begitu dibahas dalam undang-undang ini.
Dalam UU no 43 tahun 2007 terutama dalam bab VIII mengenai tenaga perpustakaan,
pendidikan, dan organisasi profesi perpustakaan Menjabarkan
Pasal 29
(1) Tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan.
(2) Pustakawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kualifikasi sesuai
dengan standar nasional perpustakaan.
(3) Tugas tenaga teknis perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dirangkap
oleh pustakawan sesuai dengan kondisi perpustakaan
yang bersangkutan.

(4) Ketentuan mengenai tugas, tanggung jawab, pengangkatan, pembinaan, promosi,
pemindahan tugas, dan pemberhentian tenaga perpustakaan yang
4

berstatus pegawai negeri sipil dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Ketentuan mengenai tugas, tanggung jawab, pengangkatan, pembinaan, promosi,
pemindahan tugas, dan pemberhentian tenaga perpustakaan yang
berstatus nonpegawai negeri sipil dilakukan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
penyelenggara perpustakaan yang bersangkutan.
Pasal 30
Perpustakaan Nasional, perpustakaan umum Pemerintah, perpustakaan umum provinsi,
perpustakaan umum kabupaten/kota, dan perpustakaan perguruan tinggi dipimpin oleh
pustakawan atau oleh tenaga ahli dalam bidang perpustakaan.
Pasal 31
Tenaga perpustakaan berhak atas:
a. penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;
b. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas; dan
c. kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas perpustakaan untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Pasal 32

Tenaga perpustakaan berkewajiban:
a. memberikan layanan prima terhadap pemustaka;
b. menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif; dan
c. memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukannya sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Bagian Kedua
Pendidikan
Pasal 33
(1) Pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan tenaga perpustakaan merupakan
tanggung jawab penyelenggara perpustakaan.
(2) Pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui pendidikan formal dan/atau nonformal.
(3) Pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan melalui kerja sama Perpustakaan Nasional, perpustakaan umum provinsi,
dan/atau perpustakaan umum kabupaten/kota dengan organisasi profesi, atau dengan lembaga
pendidikan dan pelatihan.

5

Bagian Ketiga
Organisasi Profesi
Pasal 34
(1) Pustakawan membentuk organisasi profesi.
(2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan dan
memberi pelindungan profesi kepada pustakawan.
(3) Setiap pustakawan menjadi anggota organisasi profesi.
(4) Pembinaan dan pengembangan organisasi profesi pustakawan difasilitasi
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Pasal 35
Organisasi profesi pustakawan mempunyai kewenangan:
a. menetapkan dan melaksanakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
b. menetapkan dan menegakkan kode etik pustakawan;
c. memberi pelindungan hukum kepada pustakawan; dan
d. menjalin kerja sama dengan asosiasi pustakawan pada tingkat daerah, nasional, dan
internasional.
Pasal 36
(1) Kode etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b berupa norma atau aturan yang
harus dipatuhi oleh setiap pustakawan untuk menjaga kehormatan, martabat, citra, dan
profesionalitas.
(2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat secara spesifik sanksi
pelanggaran kode etik dan mekanisme penegakan kode etik.
Pasal 37
(1) Penegakan kode etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) dilaksanakan oleh
Majelis Kehormatan Pustakawan yang dibentuk oleh
organisasi profesi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi profesi pustakawan diatur dalam anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga.1
1

http://www.kopertis7.go.id/uploadperaturan/UU_43_2007_PERPUSTAKAAN.pdf

6

B. Profesi Pustakawan Profesional

Pustakawan diakui sebagai suatu jabatan profesi dan sejajar dengan profesi-profesi
lain seperti profesi peneliti, guru, dosen, dokter dan lain-lain. Profesi secara umum diartikan
sebagai pekerjaan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991) ada beberapa ciri dari suatu profesi
seperti (1) adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian, (2) terdapat pola pendidikan yang
jelas, (3) adanya kode etik profesi, (4) berorientasi pada jasa, (5) adanya tingkat kemandirian.
Karena pustakawan merupakan suatu profesi, maka untuk menjadi pustakawan seseorang
harus tunduk kepada ciri-ciri profesi tersebut.
Menurut Abraham Flexner yang dikutip Wirawan (1993) profesi paling tidak harus
memenuhi 5 persyaratan sbb:
(1) profesi itu merupakan pekerjaan intelektual, maksudnya menggunakan intelegensia
yang bebas yang diterapkan pada problem dengan tujuan untuk memahaminya dan
menguasainya;
(2) Profesi merupakan pekerjaan saintifik berdasarkan pengetahuan yang berasal dari
sains;
(3) Profesi merupakan pekerjaan praktikal, artinya bukan melulu teori akademik tetapi
dapat diterapkan dan dipraktekkan;
(4) Profesi terorganisasi secara sistematis. Ada standar cara melaksanakannya dan
mempunyai tolok ukur hasilnya;
(5) Profesi-profesi merupakan pekerjaan altruisme yang berorientasi kepada masyarakat
yang dilayaninya bukan kepada diri profesionalisme. Sedangkan profesionalisme
menunjukkan ide, aliran, isme yang bertujuan mengembangkan profesi, agar profesi
dilaksanakan oleh profesional dengan mengacu kepada norma-norma, standar dan kode
etik serta memberikan layanan terbaik kepada klien.2
2

Sudarsono,blasius.2009. Pustakawan Cinta dan Teknologi. Jakarta : ISIPII-Ikatan Sarjana

Ilmu Informasi dan Perpustakaan Indonesia.

7

Profesionalisme pustakawan mengandung arti pelaksanaan kegiatan perpustakaan
didasarkan pada keahlian dan tanggung jawab. Keahlian merupakan dasar untuk
membuahkan hasil kerja yang tidak sembarang orang dapat melakukannya. Dengan keahlian
tersebut pustakawan diharapkan mampu memecahkan masalah yang tak dapat dipecahkan
orang lain. Tanggung jawab pustakawan tak sekedar melakukan tugas-tugas rutin berkaitan
dengan buku, namun juga kegiatan bermutu yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
sesuai prosedur kerja. Kompetensi profesi sangat erat hubungannya dengan hasil kerja pribadi
pustakawan yang bersangkutan. Kompetensi profesi pustakawan dapat dibedakan menjadi
dua kelompok besar, yaitu kompetensi professional dan kompetensi individual (UU RI
No.43, 2007). Hal ini memerlukan adanya usaha yang dapat mempercepat peningkatan karir
Jabatan Fungsional Pustakawan (JPF).3
Kemampuan pustakawan untuk hidup sejahtera. Ini berkaitan dengan hidup yang
cerdas seperti dimaksud dalam Peraturan Undang-Undang Dasar Negara kita. Hidup yang
cerdas bukan hanya manusia nya saja yang cerdas. Karena cerdas dan licik hanya dipisahkan
oleh benang tipis saja, perlu adanya lebih kesadaran akan hakekat manusia sebagai ciptaan
tertinggi yang memiliki akal budi yang luhur. Di sini terletak peran etika profesi. (Sudarsono,
2009)
Salah satu ciri profesi adalah adanya kode etik. Kode etik ini mengatur hubungan
antar tenaga profesional dengan klien atau rekanan. Pustakawan sudah memiliki kode etik
yang memberikan rambu-rambu etika ketika pustakawan melayani penggunanya. Dalam kode
etik pustakawan dicantumkan kewajiban-kewajiban pustakawan didalam menjalankan tugas
profesinya sebagai pustakawan. Kewajiban-kewajiban tersebut dibagi menjadi (1) kewajiban
umum; (2) kewajiban kepada organisasi dan profesi; (3) kewajiban antar sesama pustakawan
dan (4) kewajiban terhadap diri sendiri.
Etika profesi ini sifatnya mengikat bagi profesi pustakawan. Namun sayangnya belum
pernah ada kasus pustakawan yang diberi sanksi jika yang bersangkutan melanggar etika
profesi. Hal ini karena kode etik ini memang belum disertai dengan sanksi. Pada profesi lain,
seperti dokter misalnya, jika ada anggota yang melanggar etika profesi akan mendapatkan
sanksi seperti pencabutan ijin praktek dan sebagainya.4
3

http://eprints.rclis.org/8879/1/prof-profesi.pdf

4

http://www.academia.edu/5461469/

MEMBANGUN_PROFESIONALISME_PUSTAKAWAN_INDONESIA_Artikel
8

C. Implementasi undang-undang no 43 tahun 2007 tentang perpustakaan terhadap
profesi pustawakan profesional
UU Perpustakaan memberikan batasan pustakawan adalah seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
perpustakaan. Dengan demikian dua hal yang menjadi kriteria dasar seorang pustakawan
adalah, Yang bersangkutan telah menempuh pendidikan kepustakawanan dan memiliki tugas
dan tanggung jawab dalam bidang perpustakaan. Dengan demikian pasal 29 ayat 1 dan 2
menyatakan :
1. Tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan
2. Pustakawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kualifikasi
sesuai dengan standar nasional perpustakaan.
Pasal 33 menyatakan hak pustakawan antara lain adalah penghasilan diatas kebutuhan
hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, serta pembinaan karier sesuai dengan
tuntutan pengembangan kualitas. Dengan demikian peningkatan kemampuan dan
kesejahteraan pustakawan jelas menjadi amanat yang harus dilaksanakan oleh pustakawan.
Organisasi pustakawan dapat menjadi wadah pustakawan berupaya mewujudkan kemampuan
dan kesejahteraan.
Membangun organisasi pustakawan adalah amanat dari UU Perpustakan hal ini jelas
diatur dalam pasal 34 ayat (1) sampai dengan (3) yang menyatakan :
1. Pustakawan membentuk organisasi profesi
2. Organisasi profesi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk
memajukan dan memberi perlindungan profesi kepada pustakawan
3. Setiap pustakawan menjadi anggota organisasi profesi.
Dunia internasional sangat cepat menerapkan TIK dalam perpustakaan. Dapat
disebut isu internasional yang perlu diperhatikan. Isu tersebut anatara lain adalah
Perkembangan :
a. Konsep fisik perpustakaan dari book centered menjadi human centered
b. Konsep menejemen buku menjadi menejemen informasi menuju menejemen
pengetahuan
c. Konseplayanan user oriented menjadi user centered

9

d. Konsep layanan dari right information for the right persons menjadi right
information for the right persons and right know
e. Konsep TIK yang dahulu sekedar alat ternyata memaksa perubahan pola pikir
dan pola tindak pihak yang menerapkannya, dll. (Sudarsono, 2009)
Realitas di Lapangan
Sebagaimana bunyi pasal 33 bahwa pustakawan berpenghasilan diatas kebutuhan
hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, serta pembinaan karier sesuai dengan
tuntutan pengembangan kualitas, tetapi fakta dilapangan berkata lain,contohnya saja di
daerah Makasar gaji pustakawan lebih kecil dibanding dengan hansip sungguh ironis bukan ?
ini disebabkan karena persepsi masyarakat mengenai perpustakaan masih sangat rendah.
Apakah ilmu perpustakaan itu ? Untuk apakah ilmu perpustakaan tersebut ? Bukankah
pustakawan hanya bertugas sebagai pembuka tutup pintu perpustakaan saja, orang yang
menjaga buku, tempat menampung orang-orang buangan dan lain sebagainya Jadi kenapa
harus diadakan ilmu semacam itu ? Apakah ilmu seperti itu penting untuk kehidupan ?
Apakah sarjana-sarjana dari ilmu seperti itu bisa menjadi orang yang sukses dan menjadi
figur yang dibutuhkan. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu lah yang sering muncul dikalangan
masyarakat awam. Masyarakat yang tak mengerti akan pentingnya sebuah ilmu. Padahal jika
dikaji lebih mendalam lagi dan seorang mengerti akan pentingnya sebuah ilmu, mereka
semua barulah akan mengerti bahwa ilmu adalah hal yang paling kuat untuk mengalahkan
segalanya.
Sebenarnya jika masyarakat menghargai keberadaan perpustakaan dan tidak pernah
memandang sebelah mata tentang Perpustakaan mereka barulah akan mengerti dan
menghargai bahwa sebenarnya perpustakaan sangatlah dibutuhkan sekali. perpustakaan
merupakan sumber dari berbagai ilmu, sumber dari berbagai kajian dan penelitian. Ibarat
tubuh yang memiliki jantung maka begitulah analogi perpustakaan.
Tempat yang menampung ribuan buku dengan orientasi memajukan kecerdasaan
masyarakat. Dan siapa orang-orang yang mengelolah buku-buku atau bahan-bahan tersebut
untuk bisa dilestarikan dan dimanfaatkan serta diperbaharui agar bisa dipergunakan dengan
layak. Dia adalah “Pustakawan”. Timbul lagi pertanyaan, pernyataan, dan penilian dari
masyarakat awam mengenai Pustakawan. Jadi pekerjaan pustakawan hanya mengelolah atau
menjaga perpustakaan, hanya sekedar duduk dan menunggu orang yang datang ? Sampai
10

detik ini sebutan pustakawan masih belum banyak ‘dikenal’ dibandingkan dengan profesi
lainnya.
Masyarakat lebih ‘mengenal’ pustakawan dengan sebutan “staf” di perpustakaan,
“pegawai” di perpustakaan atau bahkan ‘penjaga buku di perpustakaan’. Anggapan itu
seolah-olah membenarkan bahwa pustakawan bukanlah profesi, pustakawan bukanlah sebuah
pekerjaan yang memerlukan keahlian tertentu, pustakawan hanyalah tenaga teknis yang sama
dengan tenaga teknis lainnya atau tenaga administrasi lainnya. Singkatnya pustakawan
bukanlah pekerjaan yang “bergengsi” dan “dikenal” oleh masyarakat secara luas. Begitulah
pertanyaaan, pernyataan, dan penilaian yang sangat buruk sekali dari masyarakat yang
berpikiran sempit.
Jika hanya sekedar menjaga buku kenapa harus jadi sarjana ? Disinilah dianggap
kebutaan masyarakat awam, masyarakat yang tidak mengerti betapa pentingnya ilmu
perpustakaan

dan

figur

dari

Pustakawan.

Perpustakaan

adalah

organisasi

yang

mengumpulkan bahan informasi baik yang tercetak maupun yang terekam. Disinilah tugas
yang nyata bagi seorang pustakawan yaitu mengelolah, mengorganisasikan, dan
memperbaharui informasi.
Jika seorang pustakawan tidak mempunyai ilmu,bagaimana ia bisa mengelolah bahan
pustaka jangankan mengelolah, menata dan mengklasifikasikan buku sesuai dengan tempat
nya pun tidak mungkin akan bisa dilakukan. Ilmu perpustakaan tidak hanya mengajarkan
yang berkaitan dengan perpustakaan saja, bahkan dari semua segi bentuk ilmu pun
dirangkum didalam ilmu perpustakaan ini. Semakin majunya zaman, semakin canggihnya
teknologi, maka semakin pesat juga semua hal yang dicampur adukan dengan teknologi dan
perpustakaan merupakan adalah salah satunya. 5

5

http://sumsel.tribunnews.com/2013/10/25/sisi-yang-tidak-terlihat-dari-perpustakaan-dan-pustakawan

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudarsono,blasius.2009. Pustakawan Cinta dan Teknologi. Jakarta : ISIPII-Ikatan
Sarjana Ilmu Informasi dan Perpustakaan Indonesia.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No.43 Tahun 2007.
Diakses

pada

tanggal

6

Maret

2015.

http://www.kopertis7.go.id/uploadperaturan/UU_43_2007_PERPUSTAKAAN.pdf
3. http://eprints.rclis.org/8879/1/prof-profesi.pdf Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
4. http://www.academia.edu/5461469/
MEMBANGUN_PROFESIONALISME_PUSTAKAWAN_INDONESIA_Artikel
Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
5. http://sumsel.tribunnews.com/2013/10/25/sisi-yang-tidak-terlihat-dari-perpustakaandan-pustakawan diakses pada 09 Maret 2015 pukul 19.08 WIB

12