Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional Guru Hubungannya Dengan Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Di SMK Paramarta Tangerang Selatan

(1)

PROFESIONAL GURU HUBUNGANNYA DENGAN

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DI SMK PARAMARTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nurul Imron

NIM 108018200009

JURUSAN/ PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

i

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DI SMK PARAMARTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nurul Imron

NIM 108018200009

JURUSAN/ PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(3)

(4)

(5)

(6)

v

Nurul Imron (NIM: 108018200009). Persepsi Siswa tentang Kompetensi Profesional Guru Hubungannya dengan Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran di SMK Paramarta Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru dengan efektivitas pelaksanaan pembelajaran, seberapa besar kontribusi yang diberikan, dan apakah hal tersebut memiliki signifikansi atau tidak.

Sejalan dengan tujuannya, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Variabel dalam penelitian yaitu variabel bebas X (kompetensi profesional guru), dan variabel terikat Y (efektivitas pelaksanaan pembelajaran). Data penelitian dari dua variabel dikumpulkan melalui instrumen berbentuk angket. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment.

Penelitian ini dilakukan di SMK Paramarta Tangerang Selatan. Dari keseluruhan siswa kelas XII yang berjumlah 145 siswa, ditentukan sampel penelitian sebanyak 90 orang siswa. Fokus penelitian pada dua kelompok guru, yaitu guru mata pelajaran Adaptif dan guru mata pelajaran Produktif. Hasil penelitian pada kelompok guru Adaptif menunjukkan bahwa nilai r hitung sebesar 0,723 dan termasuk kategori kuat atau tinggi, dengan nilai KD sebesar 52 %, dan t hitung 6,9. Selanjutnya, hasil penelitian pada kelompok guru Produktif menunjukkan bahwa nilai r hitung sebesar 0,641 dan termasuk kategori sedang, dengan nilai KD sebesar 41 %, dan t hitung 5,5.

Hasil yang diperoleh dari dua fokus penelitian ini menjelaskan, bahwa hubungan yang ditunjukkan dua variabel terdapat pengaruh positif dan signifikan, yaitu antara persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru dengan efektivitas pelaksanaan pembelajaran di SMK Paramarta Tangerang Selatan.


(7)

vi

Nurul Imron (NIM: 108018200009). Student Perceptions about the Teacher Professional Competence Relationship with the Effectiveness of Learning in vocational Paramarta South Tangerang.

This study aims to investigate the relationship between students perceptions about the professional competence of teachers with effective implementation of learning, the contribution given, and does it have any significance or not.

In line with its objectives, this study used quantitative research methods. The variables in the study of variable X (the professional competence of teachers), and the dependent variable Y (the effectiveness of the implementation of learning). The research data from two variables were collected through questionnaires shaped instrument. While the correlation technique used is product moment.

This research was conducted in SMK Paramarta South Tangerang. Of the whole class XII students totaling 145 students, determined the study sample as many as 90 students.The focus of research on two groups of teachers, the teachers Adaptive subjects and teachers Productive subjects. Results of research on teacher groups Adaptive shows that the value of r count of 0,723 and includes strong category or higher, with a KD value of 52%, and t 6,9. Furthermore, the results of research on teacher group Productive shows that the value of r count of 0,641 and includes the medium category, with a KD value 41%, and t 5,5.

The results of two focus of this study explained that the relationship shown two variables there is positive and significant, correlation between students' perception about the professional competence of teachers with the effectiveness of the implementation of learning in vocational Paramarta South Tangerang.


(8)

vii

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan bagi manusia hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini merupakan bagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa pengetahuan dan kemampuan penulis sangatlah terbatas. Maka dengan adanya bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan. 3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Kependidikan

Islam-Manajemen Pendidikan (KI-MP) sebelumnya.

4. Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan, dan masukan. 5. Dra. Manerah, M.Pd, selaku Dosen Penasehat Akademik.

6. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Manajemen Pendidikan.

7. Dra. R. Hiliasih, M.Pd, selaku Kepala SMK Paramarta Tangerang Selatan yang telah mengizinkan penulis dalam melakukan penelitian.

8. Bpk. M. Ishak, dan Ibu Kistini, kedua orang tuaku tercinta sepanjang masa. 9. Sri Mutiah, adikku satu-satunya tercinta.

10. Seluruh kawan mahasiswa Manajemen Pendidikan angkatan 2008. Terkhusus untuk Ade Munawar luthfi, S.Pd, Dede Munandar, S.Pd, Ragil NK, S.Pd,


(9)

viii

Subki, S.Pd, Robby Irfa’ni M, SH, Sofwatun Nida, Rahmat Said, Novi Handayanie, Mas Andre Maulana, Mas Alif, Mas Giyar, Mbak Siti Nurizha, teman-teman yang telah memberikan banyak inspirasi.

12. Dr. Abdul Syakur Hansa, MA, Ustd. Arie Murtaza, S.Sos.i, Ustd. Iwan Ibnu Khaldun, Ustd. Fathullah A. Karim, KH. Abdul Latif, S.Ag, guru yang kerap memberikan nasehat dan motivasi.

13. Pak Yosep, H. Sartono, Pak Suhari, Pak Rasidi, Pak Ahim, orang tua sekaligus kawan penikmat teh teko Tegal.

14. Rumah kost Pondok Jasmine 1, Semanggi 1, Ciputat, tempat melepas lelah dengan kenyamanannya.

15. Perguruan Pencak Silat PAMUR Jakarta, dengan segala prestasi yang telah ditorehkan para atletnya.

16. Masjid Fathullah UIN Jakarta, Masjid At-Taqwa Pasar Minggu, Masjid Sa’adatu Darain Pasar Minggu, Masjid At-Tiin TMII, tempat indah yang selalu menyuguhkan ketenangan.

17. Semua pihak yang tidak mungkin dapat saya sebutkan satu persatu, atas keterlibatan dan andil dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga tercatat sebagai amal kebaikan di sisi Allah SWT. Pada akhirnya, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun untuk memperbaiki segala kekurangan yang tentu masih ada pada skripsi ini. Semoga persembahan ini dapat memberi manfaat bagi dunia pendidikan.

Jakarta, 7 April 2015 Penulis Nurul Imron


(10)

ix

JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI. ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI. ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II: KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 10

A. Deskripsi Teoretik ... 10

1. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional Guru ... 10

a. Persepsi Siswa ... 10

b. Kompetensi Profesional Guru ... 11

c. Urgensi Kompetensi Profesional Guru Bagi Siswa ... 14

d. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional Guru ... 16

2. Efektivitas Pembelajaran ... 17

a. Pengertian Efektivitas Pembelajaran ... 17

b. Pembelajaran Efektif ... 23

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 29


(11)

x

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Pengolahan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 35

G. Interpretasi Data ... 36

H. Instrumen Penelitian ... 37

1. Variabel Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional Guru (X) ... 37

a. Definisi Konseptual ... 37

b. Definisi Operasional ... 38

c. Kisi-kisi Instrumen ... 38

2. Variabel Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran (Y) ... 39

a. Definisi Konseptual ... 39

b. Definisi Operasional ... 39

c. Kisi-kisi Instrumen ... 40

I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 41

1. Uji Validitas ... 41

2. Hasil Uji Validitas ... 42

3. Uji Reliabilitas ... 46

4. Hasil Uji Reliabilitas ... 47

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data ... 48

1. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional Guru (X) ... 49

a. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Profesional Guru Kelompok Mata Pelajaran Adaptif (Variabel X-1) ... 49

b. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Profesional Guru Kelompok Mata Pelajaran Produktif (Variabel X-2) ... 51


(12)

xi

Produktif (Variabel Y-2) ... 55

B. Analisis Data ... 57

1. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Profesional Guru dengan Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kelompok Guru Mata Pelajaran Adaptif ... 57

a. Uji Korelasi ... 57

b. Koefisien Determinasi (r2) ... 59

2. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Profesional Guru dengan Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kelompok Guru Mata Pelajaran Produktif .. 59

c. Uji Korelasi ... 59

d. Koefisien Determinasi (r2) ... 61

C. Interpretasi Data ... 61

D. Keterbatasan Penelitian ... 62

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65


(13)

xii

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 31

Tabel 3.2 Skor Instrumen Angket ... 34

Tabel 3.3 Interpretasi Terhadap Angka Indeks Korelasi “R” Product Moment ... 36

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Angket Variabel (X) ... 38

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Angket Variabel (Y) ... 40

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel (X) ... 43

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel (Y) ... 44

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 47

Tabel 4.1 Deskripsi Data Variabel X-1 ... 49

Tabel 4.2 Tingkat Skor Variabel X-1 ... 50

Tabel 4.3 Skala Skor Variabel X-1 ... 51

Tabel 4.4 Deskripsi Data Variabel X-2 ... 51

Tabel 4.5 Tingkat Skor Variabel X-2 ... 52

Tabel 4.6 Skala Skor Variabel X-2 ... 52

Tabel 4.7 Deskripsi Data Variabel Y-1 ... 54

Tabel 4.8 Tingkat Skor Variabel Y-1 ... 54

Tabel 4.9 Skala Skor Variabel Y-1 ... 54

Tabel 4.10 Deskripsi Data Variabel Y-2 ... 55

Tabel 4.11 Tingkat Skor Variabel Y-2 ... 56

Tabel 4.12 Skala Skor Variabel Y-2 ... 56

Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi ... 57


(14)

xiii

Lampiran 1 Profil Sekolah ... 68

Lampiran 2 Instrumen Angket ... 71

Lampiran 3 Uji Validitas Variabel X (Kompetensi Profesional Guru) ... 77

Lampiran 4 Uji Validitas Variabel Y (Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran) ... 78

Lampiran 5 Uji Reliabilitas Variabel X (Kompetensi Profesional Guru) ... 79

Lampiran 6 Uji Reliabilitas Variabel Y (Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran) .... 80

Lampiran 7 Instrumen Angket... 81

Lampiran 8 Perolehan Data Angket Variabel X (Kompetensi Profesional) Guru Adaptif ... 85

Lampiran 9 Perolehan Data Angket Variabel Y (Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran) Guru Adaptif ... 86

Lampiran 10 Perolehan Data Angket Variabel X (Kompetensi Profesional) Guru Produktif ... 87

Lampiran 11 Perolehan Data Angket Variabel Y (Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran) Guru Produktif ... 88

Lampiran 12 Hasil SPSS Guru Adaptif ... 89

Lampiran 13 Hasil SPSS Guru Produktif ... 91

Lampiran 14 Hasil SPSS Korelasi Adaptif ... 93

Lampiran 15 Hasil SPSS Korelasi Produktif ... 94

Lampiran 16 Distribusi Nilai rtabel ... 95

Lampiran 17 Nilai-Nilai dalam Distribusi t ... 96

Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 97

Lampiran 19 Uji Referensi ... 98


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Interaksi antara guru dengan peserta didik pada suatu pembelajaran akan memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi peserta didik. Dengan diperolehnya pengalaman dan pengetahuan baru setelah pembelajaran dilakukan, maka akan muncul suatu perubahan pola pikir dan tindakan pada diri peserta didik. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajarannya, yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan peserta didik.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Kemajuan pendidikan saat ini sangat menuntut guru untuk membuat kegiatan pembelajaran di sekolah mejadi menyenangkan dan tidak membosankan,

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 2-3.


(16)

dengan menjadikan siswa lebih berperan sebagai sang pembelajar sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Hal ini dapat mengarahkan siswa untuk menjadi aktif dan antusias dengan melibatkan semua sumber pembelajaran, sehingga memungkinkan anak untuk bisa mengeksploitasi kemampuan yang dimilikinya.

Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.2 Pernyataan undang-undang ini cukup membuktikan betapa guru adalah sosok utama yang menempati peran penting dalam pendidikan. Selanjutnya, mengenai amanat yang harus diemban oleh guru tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 40 Ayat 2:

Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.3

Menilik tentang tugas dan kewajibannya dalam pendidikan, seorang guru diharuskan menguasai kompetensi tertentu sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 14 Tahun 2005 Tentang guru dan Dosen Pasal 10 Ayat 1, disebutkan:

“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.4

Dengan penguasaan terhadap empat kompetensi inilah, seorang guru dapat dikatakan sebagai pendidik profesional.

2

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005,

2015, (www.kemdikbud.go.id).

3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 22.

4

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005,


(17)

Sebagai peserta didik, siswa adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui bimbingan dan keteladanan dari seorang guru. Maka hanya dengan seorang guru profesional upaya tersebut dapat berjalan dengan baik, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pengertian pembelajaran dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (20) tentang Ketentuan Umum, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.5 Untuk mencapai pembelajaran yang optimal tidak lepas dari kondisi yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan seefektif mungkin. Maka dari itu efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Efektivitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar yang ditempuh.

Wina Sanjaya mengungkapkan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.6 Maka, untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal yang menurut Slameto adalah sebagai berikut.

1) Kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri siswa itu sendiri, contohnya kesehatan, keamanan, ketentraman, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Terdapat tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, yakni: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan kebersamaan dan cinta, kebutuhan akan status, kebutuhan self-actualisation, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, kebutuhan estetik.

5

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 4.

6

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


(18)

2) Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan yang baik dan teratur.

3) Strategi belajar. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar semaksimal mungkin. 7

Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Namun demikian, komponen penting yang selama ini dianggap sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan tentu saja adalah guru. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya kurang bermakna. Oleh sebab itu, untuk mencapai suatu pembelajaran yang efektif, salah satu komponen guru mengenai kompetensi profesionalnya begitu patut untuk dijadikan perhatian penting.

Satu dari empat kompetensi yang mesti dipenuhi oleh guru sebagai pendidik profesional adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional begitu penting bagi guru karena berkaitan dengan pembelajaran. Menurut PP RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kompetensi profesional adalah: “Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.8

Tingkat kompetensi profesional seorang guru akan berpengaruh terhadap pembelajaran yang dilakukan siswa. Oleh karena itu, bila terjadi kendala dan kelemahan dalam penyampaian materi pembelajaran dikarenakan keterbatasan penguasaan dan pengetahuan seorang guru, baik terkait dengan metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya, akan membuat tidak terealisasinya pembelajaran yang efektif. Sehingga berakibat pada ketidak yakinan akademik pada diri setiap siswa.

7

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 74-76.

8

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 126.


(19)

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membuat siswa belajar dengan baik, memperoleh ilmu pengetahuan, serta keterampilan melalui suatu prosedur yang tepat. Hal ini dapat dicapai, tentu apabila pembelajaran yang dilakukan dapat dikemas dengan tepat sehingga terasa menyenangkan dan demokratis bagi siswa. Selain dituntut lebih kreatif, inovatif, serta menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar, seorang guru harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya pada penguasaan materi sesuai dengan bidang mata pelajaran yang diampunya. Oleh karena itu, paradigma pendidikan saat ini sangat menuntut guru di sekolah harus selalu meningkatkan kompetensi profesionalnya, sehingga mampu melaksanakan pembelajaran di kelas dengan sebaik mungkin.

Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, suatu lembaga sekolah tentu tidak terlepas dari berbagai kendala dan kelemahan, terutama terkait dengan pemenuhan kompetensi profesional pendidiknya. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar guru underqualified, tingkat penguasaan bahan ajar dan keterampilan dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif masih kurang.9

Idealnya dalam pendidikan, tingkat profesionalisme guru yang terciri pada empat kompetensi harus selalu ditingkatkan. Karena profesionalisme yang sudah dimiliki oleh guru sewaktu-waktu dapat menurun kadarnya. Berikut disampaikan pendapat Mulyasa yang dikutip dalam sebuah jurnal, bahwa faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara lain disebabkan;

1) Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh dikarenakan sebagian guru banyak yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan diri, baik membaca, menulis, apalagi membuka internet.

2) Belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju.

3) Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta yang mencetak guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa memperhitungkan

9

Munardji, “Studi Kebijakan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Konteks Pengembangan Pendidikan Islam (Fokus pada Guru)”,


(20)

outputnya kelak di lapangan, sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesinya.

4) Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.10

Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar. Namun kenyataannya, masih banyak guru yang mengajar tanpa persiapan. Hal ini selain tentunya merugikan guru sebagai tenaga profesional, juga akan sangat mengganggu pencapaian belajar peserta didik. Selain itu, kemampuan cara mengajar di depan kelas masih kurang dimiliki sebagian guru. Guru lebih banyak ceramah, minimnya pemanfaatan media, kegiatan belajar kurang bervariasi, tuntutan guru terhadap hasil belajar dan produktifitas rendah, merupakan berbagai masalah yang cenderung menunjukkan belum maksimalnya kinerja guru dalam mendidik.

Berbagai persoalan tersebut di atas merupakan permasalahan pokok yang kerap ditemukan pada tiap satuan lembaga pendidikan. Dari sinilah disinyalir bahwa, kadar kompetensi seorang guru dalam penguasaan materi pembelajaran, akan sangat mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya. Sehingga dapat dikatakan, suatu pembelajaran akan berjalan semakin efektif apabila kompetensi profesional guru juga semakin ditingkatkan.

SMK Paramarta merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berada di wilayah Tangerang Selatan, yang akan dijadikan sebagai objek pada penelitian ini. Hasil observasi awal yang penulis dapatkan dari para guru pendidik di SMK Paramarta Tangerang Selatan, menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan terkait dengan kompetensi profesional guru dan efektivitas pelaksanaan pembelajarannya. Hal tersebut terlihat dari masih rendahnya kinerja guru pada beberapa aspek antara lain dalam; membuat rencana pembelajaran, penguasaan terhadap materi ajar, kedisiplinan jam mengajar, kurangnya komunikasi edukatif antara kepala sekolah dengan guru, serta suasana belajar yang kurang kondusif yang dirasakan oleh sebagian besar siswa.

10Titi Kadi, “Plus


(21)

Dari kenyataan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam tentang kompetensi profesional guru hubungannya terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran di SMK Paramarta Tangerang Selatan yang hasilnya akan dituangkan dalam sebuah skripsi dengan judul

“Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional Guru Hubungannya Dengan Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Di SMK Paramarta Tangerang Selatan”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang terkait sebagai berikut:

1. Masih ada guru yang tidak membuat persiapan dengan baik ketika ingin melakukan pembelajaran di kelas.

2. Guru kurang mendalami pengetahuan kompetensinya dengan mencari informasi dan mau belajar lagi.

3. Kurangnya penggunaan metode pengajaran bervariasi yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

4. Belum optimalnya guru dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif. 5. Masih kurangnya pelaksanaan evaluasi terhadap kinerja guru.

6. Belum terumusnya rencana program pendidikan yang efektif.

C.

Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup pembahasan dan untuk menghindari pembiasan materi, maka permasalahan akan dibatasi pada persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru hubungannya dengan efektivitas pelaksanaan pembelajaran.


(22)

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka akan diuraikan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi profesional guru pengampu mata pelajaran Adaptif dan Produktif menurut persepsi siswa di SMK Paramarta Tangerang Selatan? 2. Bagaimana efektivitas pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Adaptif dan

Produktif di SMK Paramarta Tangerang Selatan?

3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru dengan efektivitas pelaksanaan pembelajaran di SMK Paramarta Tangerang Selatan?

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dilakukan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru yang ada di SMK Paramarta Tangerang Selatan.

2. Mendeskripsikan efektivitas pelaksanaan pembelajaran di SMK Paramarta Tangerang Selatan.

3. Mendeskripsikan hubungan persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru hubungannya dan efektivitas pelaksanaan pembelajaran di SMK Paramarta Tangerang Selatan.


(23)

F.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan. Secara detail berikut adalah pemaparan tentang manfaat penelitian ini yang diharapkan di kemudian hari.

1. Manfaat Teoritis, sebagai bahan dalam pengembangan konsep tentang pembelajaran di sekolah, dan sebagai penguat bahwa efektivitas pelaksanaan suatu pembelajaran sangat bergantung terhadap kompetensi profesional yang dimiliki guru.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, sebagai salah satu masukan dan informasi pendukung dalam evaluasi sistem pembelajaran.

b. Bagi guru, sebagai motivasi guru dalam mengembangkan kompetensi profesionalnya.


(24)

10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoretik

1.

Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional Guru

Sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia diberikan tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi dengan bekal karunia berbagai macam keistimewaan dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, salah satunya adalah kemampuan persepsi. Adapun di dalam penelitian ini, persepsi siswa yang dimaksudkan adalah bagaimana pemahaman yang ada dalam benak siswa sebagai interpretasi berdasarkan pengalamannya di sekolah, terhadap kinerja para gurunya sehubungan dengan kompetensi profesional.

a. Persepsi Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya.1 Setelah manusia mengindrakan objek di lingkungannya, ia memproses hasil pengindraannya dan timbul makna tentang objek itu pada diri manusia yang bersangkutan, yang dinamai persepsi.

Pengertian yang lain, persepsi adalah proses mengintegrasikan, mengenali, dan menginterpretasikan informasi yang diterima oleh sistem sensori, sehingga

1


(25)

menyadari dan mengetahui apa yang diindra sebagai bentuk respons dari individu (Walgito, 2003 & Pinel, 2009).2 Hal ini mengindikasikan betapa persepsi merupakan salah satu proses yang rumit dan aktif. Orang seringkali menganggap bahwa persepsi menyajikan suatu pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Ternyata, lebih dari itu persepsi bukan merupakan cermin realitas, namun lebih bersifat psikologis yang bukan hanya proses pengindraan saja.

Pendapat lain mengartikan bahwa, persepsi sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita.3 Maka, dapat dipahami bahwa persepsi adalah fungsi psikis yang penting, yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia.

Dapat diambil kesimpulan, bahwa persepsi merupakan suatu proses mengenali sesuatu yang berasal dari data-data indra, sehingga akhirnya kita memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang apa yang diindra.

b. Kompetensi Profesional Guru

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa kompetensi berasal dari kata kompeten yang berarti cakap, berkuasa (memutuskan, menentukan) sesuatu, berwewenang.4

Menurut R.M. Guion dalam Spencer and Spencer, mendefinisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir dalam segala situasi, dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama.5

2

Iriani Indri Hapsari, Ira Puspitawati, Ratna Dyah Suryaratri, Psikologi Faal; Tinjauan Psikologi dan Fisiologi dalam Memahami Perilaku Manusia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 113.

3

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Kencana, 2009), h. 110.

4

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kompeten, 2015, (kbbi.web.id/kompeten).

5

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 129.


(26)

Penuturan senada namun lebih detil disampaikan W. Gulo yang dikutip Wina Sanjaya, yaitu;

Istilah kompetensi dipahami sebagai kemampuan. Kemampuan itu menurutnya bisa kemampuan yang tampak dan kemampuan yang tidak tampak. Kemampuan yang tampak itu disebut performance (penampilan). Performance itu tampil dalam bentuk tingkah laku yang dapat didemonstrasikan sehingga dapat diamati, dapat dilihat, dan dapat dirasakan. Kemampuan yang tidak tampak disebut juga kompetensi rasional, yang dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.6

Selanjutnya Menurut E. Mulyasa, kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.7

Dari beberapa pengertian tentang kompetensi, dapat diungkap bahwa kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Hal ini juga dapat dipahami bahwa kompetensi adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.

Kompetensi guru yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 BAB VI Pasal 28 Ayat 3, disebutkan:

“Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi; kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial”.8 Keempat kompetensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1) Kompetensi pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi:

6

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2010), h. 59.

7

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 26.

8

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 75.


(27)

a) Pemahaman terhadap peserta didik,

b) Perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, c) Evaluasi hasil belajar,

d) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang; a) Mantap,

b) Stabil, c) Dewasa, d) Arif,

e) Berwibawa,

f) Menjadi teladan bagi peserta didik, dan g) Berakhlak mulia.

3) Kompetensi profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional.

4) Kompetensi sosial, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.9

Dengan demikian, seorang guru dalam menjalankan profesinya harus mempunyai kompetensi antara lain; kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Sehingga, guru dapat mengintegrasikan peran utamanya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, satu hal yang terpenting bahwa seorang guru juga harus dapat mengerti makna dari kompetensi tersebut yang dapat meningkatkan profesionalitasnya dalam mengajar.

Adapun pengertian kompetensi profesional guru yang tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c, dikemukakan

bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah “kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

9

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 125-126.


(28)

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam

Standar Nasional Pendidikan”.10

Guru sebagai pemegang peran utama pendidikan harus dapat mengupayakan proses pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakannya dengan seefektif mungkin, agar mampu memberikan hasil terbaik bagi peserta didiknya. Oleh karena itu, mengingat demikian strategis tugasnya maka seorang guru harus memenuhi berbagai kompetensi yang disyaratkan bagi pendidik profesional, salah satunya adalah kompetensi profesional.

c. Urgensi Kompetensi Profesional Guru Bagi Siswa

Pendidikan sudah tentu bertujuan untuk menjadikan anak didik memiliki sikap positif dalam segala hal. Oleh karena itu, guru dalam menjalankan profesinya selalu berusaha memberikan dasar-dasar kebaikan dan nilai positif kepada anak didik. Sehingga, ketika anak-anak didik ini telah berada di masyarakat dapat menghindari dari setiap kegiatan hidup yang merugikan dirinya maupun masyarakatnya. Maka dari itu, sosok guru sangat diharapkan memiliki profesionalitas keguruan yang memadai supaya mampu melaksanakan segala tugasnya dalam pendidikan dengan sebaik mungkin.

Mengenai karakteristik guru yang efektif atau yang sangat diharapkan, David Ryans mengklasifikasikan karakteristik guru itu ke dalam empat kluster dimensi guru, yaitu:

1) Kreatif, guru yang kreatif bersifat imajinatif, senang bereksperimen, dan orisinal, sedangkan yang tidak kreatif bersifat rutin, bersifat eksak, dan berhati-hati.

2) Dinamis, guru yang dinamis bersifat energetik dan extrovert, sedangkan yang tidak dinamis bersifat pasif, menghindar, dan menyerah.

3) Terorganisasi, guru bersifat sadar akan tujuan, pandai mencari pemecahan masalah, kontrol, sedangkan yang tidak terorganisasi bersifat kurang sadar akan tujuan, tidak memiliki kemampuan mengontrol.

10

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 126.


(29)

4) Kehangatan, guru yang memiliki kehangatan bersifat pandai bergaul, ramah, sabar, sedangkan yang dingin bersifat tidak bersahabat, sikap bermusuhan, dan tidak sabar.11

Demikianlah suatu karakter yang semestinya tercermin pada diri seorang guru, sehingga mampu menjalankan perannya sebagai sosok utama dalam mengantarkan berbagai upaya pencapaian tujuan pendidikan. Guru dalam menjalankan profesinya, mesti mempersiapkan segala keperluan mendidik yang memadai agar dapat melaksanakan tugasnya itu dengan sebaik-baiknya. Tanpa kemampuan ini, tentunya pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seorang guru tidak dapat terlaksana secara maksimal.

Selain penjelasan secara normatif seperti di atas, Grasser yang dikutip Hamzah mengungkapkan ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni (a) menguasai bahan pelajaran, (b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa.12 Tidak dapat terlupakan bahwa, kompetensi guru termasuk di dalamnya adalah bagaimana seorang guru mengelola kelasnya sehingga tercipta sebuah kondisi yang kondusif untuk pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. Kemampuan mengelola kelas pembelajaran sangat penting sebab kondisi pada saat melakukan kegiatan sangat terkait dengan hasil yang diperoleh anak didik.

Kinerja guru menjadi begitu penting dan sangat menentukan dalam kegiatan pembelajaran. Maka, sosok guru seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Secara terinci, Cooper (1990) sebagaimana yang dikutip Wina Sanjaya, mengatakan bahwa ada empat wilayah kemampuan secara umum (general areas of teacher competence) yang harus dimiliki guru yakni:

1) Pemahaman tentang teori belajar dan perilaku siswa. Persoalan pertama ini berhubungan dengan kemampuan guru untuk memahami teori dasar yang diambil dari disiplin ilmu psikologi, antropologi, sosiologi, linguistik, cybernetic, dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

11

Syamsu Yusuf, Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 146-147.

12

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 131.


(30)

2) Pemahaman tentang berbagai sikap, misalnya sikap terhadap profesi guru itu sendiri, sikap guru terhadap siswa, sikap guru terhadap teman, sikap guru terhadap teman sejawat dan terhadap orang tua, serta sikap guru terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan.

3) Pemahaman tentang materi atau bahan ajar yang harus disampaikan. Kemampuan penguasaan materi pelajaran memiliki arti penting bagi setiap guru.

4) Kemampuan tentang berbagai keterampilan mengajar. Guru yang baik bukan saja harus memahami apa yang akan diajarkan (what to teach), tetapi juga harus paham bagaimana cara mengajarkannya (how to teach).13

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, sudah dapat dipastikan bahwa kompetensi guru yang di dalamnya termasuk kompetensi profesional sangat diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan. Bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata.

d. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional Guru

Tercantum dalam Rusman, kriteria kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut:

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.14

Sementara itu, E. Mulyasa merangkum berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru, bahwa secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut:

13

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 7-9.

14

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,


(31)

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.

4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. 5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan

sumber belajar yang relevan.

6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.15

Antara kriteria maupun lingkup tentang kompetensi profesional guru sebagaimana yang diungkap di atas, dapat saling melengkapi. Sehingga, dapat dipahami bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi terkait pembelajaran secara luas dan mendalam, bagi seorang guru dalam mengemban tugasnya sebagai pendidik profesional.

2.

Efektivitas Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Dalam suatu pembelajaran, peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran, serta belajar untuk mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun meningkatkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan dalam pengembangan dirinya. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilaksanakan dengan seefektif mungkin, karena dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

a. Pengertian Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efektivitas berasal dari kata efektif, berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau

15

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja


(32)

mujarab, dapat membawa hasil.16 Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan sesuatu dalam mencapai sasarannya.

Gary dan Margaret mengemukakan bahwa guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif. 2) Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran. 3) Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan

penguatan (reinforcement).

4) Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.17

Dalam dunia pendidikan, efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar dan mengajar yang ditempuh.

Dalam Wina Sanjaya disebutkan bahwa, belajar adalah proses perubahan tingkah laku.18 Kemudian Slameto memberi pengertian, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.19 Pikiran senada diungkapkan Wina Sanjaya, bahwa belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang karena adanya interaksi individu

16

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Efektif, 2015, (kbbi.web.id/efektif).

17

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 21.

18

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2010), h. 57.

19

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 2.


(33)

dengan lingkungan yang disadari, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.20

Selanjutnya Hilgard & Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan bahwa;

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).21

Mengenai belajar bagi orang dewasa menurut Brundage dan Mackerarcher mendefinisikan sebagai proses yang dialami oleh individu ketika berusaha mengubah atau memperkaya pengetahuan, nilai, keterampilan, strategi, dan tingkah laku yang dimiliki oleh setiap individu.22

Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut:

1) Perubahan terjadi secara sadar.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.23

Diantara beberapa definisi yang dipaparkan tentang belajar, ternyata kata kunci yang paling sering muncul ialah perubahan, tingkah laku, dan pengalaman. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa, belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Setelah diketahui pengertian belajar dari berbagai sumber, selanjutnya diungkap pengertian dari pembelajaran. Abuddin Nata mengartikan pembelajaran

20

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2010), h. 112.

21

Pupuh Fathurrohman, M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama), h. 5.

22

Anisah Basleman, Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya), h. 10-11.

23

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 3-4.


(34)

sebagai sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri.24 Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan peserta didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang peserta didik untuk mau mencoba dan mengujinya.

Smith, R.M. berpendapat bahwa pembelajaran digunakan untuk menunjukkan: pemerolehan dan penguasaan tentang apa yang telah diketahui mengenai sesuatu, penyuluhan dan penjelasan mengenai arti pengalaman seseorang, atau suatu proses pengujian gagasan yang terorganisasi yang relevan dengan masalah. 25

Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.

Pengertian pembelajaran dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (20) tentang Ketentuan Umum, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.26

Wina Sanjaya mengungkapkan terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.27 Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job

description, proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa

belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok peserta didik. Sehubungan

24

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 85.

25

Anisah Basleman, Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya), h. 12.

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 4.

27

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


(35)

dengan hal ini, tugas guru dalam implementasi proses belajar-mengajar adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar.

2) Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar. Menggerakan anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar peserta didik. 3) Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang,

membantu, menegaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain sebelumnya.

4) Penelitian yang lebih bersifat penafsiran penilaian yang mendukung pengertian lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.28

Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Menurut Crow dan Crow kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran meliputi:

1) Penguasaan subject-matter yang akan diajarkan. 2) Keadaan fisik dan kesehatannya.

3) Sifat-sifat pribadi dan kontrol emosinya.

4) Memahami sifat-hakikat dan perkembangan manusia.

5) Pengetahuan dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar.

6) Kepekaan dan aspirasinya terhadap perbedaan kebudayaan, agama, dan etnis.

7) Minatnya terhadap perbaikan profesional dan pengayaan kultural yang terus-menerus dilakukan.29

Selanjutnya, Hamzah mengungkap bahwa dalam pengelolaan pembelajaran terdapat prinsip khusus antara lain adalah sebagai berikut:

28

Iif K. Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu:

“Pengaruhnya terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri”, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 31.

29

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 132.


(36)

1) Interaktif. Bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke peserta didik, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.

2) Menyenangkan. Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (joyfull learning).

3) Menantang. Proses pembelajaran adalah proses yang menantang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi.

4) Motivasi. Adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin mereka memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu.30

Belajar dialami sebagai suatu proses, peserta didik mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar yang dapat berbentuk berupa manusia, alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan bahan lainnya yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran atau sumber belajar lainnya. Dari segi pendidik atau guru, proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal yang diberikan kepada peserta didik, baik berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan lain sebagainya.

Adapun hubungan pembelajaran dengan efektivitas, bahwa efektivitas merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam tujuannya, atau suatu tingkatan terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, yaitu dalam hal ini peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

30

Iif K. Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu:

“Pengaruhnya terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri, (Jakarta: PT Prestasi


(37)

b. Pembelajaran Efektif

Menurut Dick dan Reiser, “pembelajaran efektif adalah suatu

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik

senang”.31

Sehingga dapat dikatakan, akan mudah menerima ilmu yang diberikan guru apabila pembelajaran yang dilaksanakan berlangsung menyenangkan bagi siswa. Maka, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membuat siswa belajar dengan baik dan memperoleh ilmu pengetahuan dan juga keterampilan melalui suatu prosedur yang tepat.

Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal, yang menurut Slameto adalah sebagai berikut.

1) Kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri siswa itu sendiri, contohnya kesehatan, keamanan, ketentraman, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Terdapat tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, yakni: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan kebersamaan dan cinta, kebutuhan akan status, kebutuhan self-actualisation, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, kebutuhan estetik.

2) Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan yang baik dan teratur.

3) Strategi belajar. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar semaksimal mungkin. 32

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah, yang paling penting untuk diperhatikan oleh para guru adalah dalam hal perencanaan. Sebagai suatu pekerjaan profesional, tentu saja setiap guru yang akan melaksanakan pekerjaannya perlu melakukan perencanaan. Mengapa perencanaan pembelajaran dibutuhkan, hal ini disebabkan beberapa hal antara lain:

1) Pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apapun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian semakin

31

Nico, Efektivitas Pembelajaran, 2014, (https://elnicovengeance.wordpress.com).

32

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 74-76.


(38)

kompleks tujuan yang harus dicapai, maka semakin kompleks pula proses pembelajaran yang berarti akan semakin kompleks pula perencanaan yang harus disusun oleh guru.

2) Pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran minimal akan melibatkan guru dan siswa. Guru perlu merencanakan apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, di samping guru juga harus merencanakan apa yang sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran. 3) Proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran

bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan perilaku siswa. Siswa memiliki minat dan bakat yang berbeda, mereka juga memiliki gaya belajar yang berbeda. Itulah sebabnya proses pembelajran adalah proses yang kompleks, yang harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

4) Proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pembelajaran akan efektif manakala guru memanfaaatkan sarana dan prasarana secara tepat. Untuk itu perlu perencanaan yang matang bagaimana memanfaatkannya untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.33 Sehubungan dengan itu, rencana pelaksaan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru menurut Ornstein, keputusannya akan dipengaruhi oleh dua area, yaitu:

1) Pengetahuan guru terhadap bidang studi (subject matter), yang ditekankan pada organisasi dan penyajian materi, pengetahuan akan pemahaman peserta didik terhadap materi dan pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan materi tersebut.

2) Pengetahuan guru terhadap sistem tindakan (action system knowledge) yang ditekankan pada aktivitas guru seperti; mendiagnosis, mengelompokkan, mengatur, dan mengevaluasi peserta didik serta mengimplementasikan aktivitas pembelajaran dan pengalaman belajar.34

Cooper (1990), sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya, peran yang harus dilakukan guru sebagai penentu keputusan (decision maker), terdapat tiga peran utama yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yakni:

33

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

2008), h. 31.

34 Agus Zaenul Fitri, “Manajemen Mutu Pembelajaran di Sekolah/ Madrasah”,

Jurnal


(39)

1) Sebagai perencana program pembelajaran; a) Mengembangkan indikator hasil belajar.

b) Mengembangkan isi dan materi pelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar.

c) Merancang kegiatan pembelajaran baik dalam merancang strategi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran serta menentukan skenario pembelajaran.

d) Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk mencapai indikator hasil belajar.

e) Menentukan dan mengembangkan alat evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan siswa mencapai indikator hasil belajar. 2) Kemampuan guru dalam mengimplementasikan program

pembelajaran;

a) Kemampuan untuk membuka dan menutup pelajaran. b) Kemampuan mengembangkan variasi stimulus. c) Kemampuan bertanya.

d) Kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui bahasa yang komunikatif.

e) Kemampuan guru untuk memberi penguatan terhadap respons siswa dengan bahasa maupun dengan isyarat.

f) Kemampuan menggunakan berbagai media pembelajaran baik media pembelajaran sederhana maupun media elektronik.

3) Sebagai evaluator

Kemampuan guru untuk menemukan berbagai kelemahan dirinya dalam mengelola pembelajaran yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi formatif serta kemampuan untuk menilai keberhasilan siswa dalam mencapai indikator hasil belajar yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi sumatif.35

Agar pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung efektif, setiap guru seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Berikut adalah prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Slameto:

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

35


(40)

c) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2) Sesuai hakikat belajar

a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan

discovery.

c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapat pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respons yang diharapkan.

3) Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

c) Syarat keberhasilan belajar.

d) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

e) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.36

Guru efektif juga berarti guru demokratis. Guru demokratis biasanya memilih metode pembelajaran dialogis. Proses belajar menjadi proses pencarian bersama. Proses itu dalam kelas dilaksanakan dengan suasana menyenangkan dan saling membutuhkan. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai.

Tercantum dalam Nico, pendapat Eggen dan Kauchak yang menyebutkan ciri pembelajaran efektif sebagai berikut:

1) Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2) Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.

36

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 27-28.


(41)

3) Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

4) Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi.

5) Orientasi pembelajaran pada penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.

6) Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.37

Dengan memperhatikan ciri dari pembelajaran yang efektif, maka hal ini menjadi suatu pertimbangan bagi guru bagaimana harus membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman dalam menjalankan aktivitas belajar di sekolah. Berikut terdapat 10 fokus pembelajaran efektif, yaitu:

1) Para guru meninjau ulang fokus dan hasil pelajaran/ pokok bahasan setiap hari.

2) Guru menyusun tujuan dan sasaran pembelajaran.

3) Para guru memberikan masukan dan model bagi para pelajar sesuai yang diharapkan para pelajar.

4) Mereka mengajarkan berbagai informasi secara pengorganisasian berurutan.

5) Guru memeriksa terhadap pemahaman pelajar dan menanyakan masalah.

6) Mereka memberikan bimbingan dan pengalaman yang bebas. 7) Mereka memberikan umpan balik terhadap pelajar.

8) Mereka memelihara minat pelajar dalam aktivitas pembelajaran.

9) Mereka mengidentifikasi harapan-harapan dalam perilakunya dan menggunakan teknik manajemen kelas.

10) Mereka menggunakan pengajaran bervariasi.38

Menurut para ahli, anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan proses belajar anak terjadi melalui berbagai kegiatan yang dilakukannya. Melalui lingkungan inilah anak berperan aktif dalam proses perkembangan dirinya, termasuk dalam membangun pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasainya.

Berdasarkan uraian teori yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah adanya pengaruh dan makna tertentu bagi

37

Nico, Efektivitas Pembelajaran, 2014, (https://elnicovengeance.wordpress.com).

38 Agus Zaenul Fitri, “Manajemen Mutu Pembelajaran di Sekolah/ Madrasah”,

Jurnal


(42)

seorang peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (problem solving) ketika menghadapi ujian dan evaluasi maupun ketika upaya menghadapi penyelesaian masalah di kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Di dalam proses pembelajaran yang efektif, perlu adanya pendekatan dan metode khusus yang guru kembangkan agar tercipta iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Jika pembelajaran dapat dilaksanakan dalam kondisi terbaik, tingkat pemahaman dan penguasaan materi pelajaran dapat meningkat. Peningkatan ini dapat terjadi sebab ketika kondisi kondusif untuk melakukan kegiatan pembelajaran, tingkat konsentrasi anak didik meningkat dan hal tersebut terkait juga dengan meningkatnya penguasaan materi.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian tersebut adalah:

1. Skripsi karya Umar Said, yang berjudul “Persepsi Siswa tentang Kompetensi Profesional Guru Bagi Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Leuwiliang Bogor”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa, persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru bagi peningkatan prestasi belajar siswa cukup tinggi, siswa menyatakan para guru memiliki ciri-ciri kompetensi profesional.

2. Skripsi karya Ahmad Sirojuddin, yang berjudul “Hubungan Kompetensi profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran di Mts. Annida

Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa, terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran. Kompetensi profesional seorang guru sangat menentukan akan proses pembelajaran di kelas dengan menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga diharapkan siswa dapat belajar dengan suasana yang kondusif dan tanpa


(43)

beban dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Adapun penelitian Ahmad Sirojuddin ini dilakukan pada tahun 2011. Sehingga, perkembangannya sekarang ini telah terjadi perubahan pada acuan teori yang digunakan.

C.

Kerangka Berpikir

Pada saat menyelenggarakan proses pendidikan, semua potensi yang dimiliki oleh guru harus dituangkan dan diterapkan dalam pembelajaran. Sehingga, anak didik dapat mengikuti proses dengan sebaik mungkin dan dapat menerima segala penjelasan yang diberikan oleh guru. Sebagai peserta didik, setiap siswa tentu mengharapkan gurunya memiliki sifat-sifat yang ideal sebagai sumber keteladanan, diantaranya; menguasai materi ajar, dan mampu mengajar dengan suasana menyenangkan.

Peran guru sangat menentukan terbentuknya suasana belajar yang efektif, karena guru yang merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Sehingga, apabila guru yang memiliki kemampuan dalam mengajar adalah guru yang memiliki kemampuan profesional, dengan demikian guru akan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara efektif.

Gambar 2.1 Skema Penelitian

Variabel X Variabel Y

(Kompetensi Profesional Guru) (Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran) 1) Menguasai materi,

struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan.

3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

1) Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif.

2) Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.

3) Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik.

4) Orientasi pembelajaran pada penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.

5) Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi.


(44)

Secara sederhana dapat dikatakan, jika kompetensi profesional guru terus ditingkatkan, maka pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah akan semakin efektif. Setelah mengkaji konsep-konsep tentang kompetensi profesional guru dan efektivitas pelaksanaan pembelajaran serta keterkaitan teoretis keduanya, peneliti dapat menyusun kerangka berpikir, yaitu: “Diduga terdapat pengaruh positif kompetensi profesional guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran, atau semakin meningkat kompetensi profesional guru maka akan semakin efektif pula pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya di sekolah”.

D.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.39 Terdapat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis dalam penelitian ini adalah, “Terdapat hubungan positif kompetensi profesional guru dengan efektivitas pelaksanaan pembelajaran atau makin tinggi kompetensi profesional guru makin tinggi pula efektivitas pelaksanaan pembelajaran”. Sehingga, rumusan hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

1. Hipotesis nol (Ho). Persepsi siswa menggambarkan tidak ada korelasi positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas pelaksanaan pembelajaran di SMK Paramarta Tangerang Selatan.

2. Hipotesis alternatif (Ha). Persepsi siswa menggambarkan ada korelasi positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran di SMK Paramarta Tangerang Selatan.

39

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), h. 110.


(45)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Paramarta, yang berlokasi di Jalan Raya Jombang, No. 70, Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Tengerang Selatan, Banten. Sekolah tersebut dipilih sebagai objek penelitian karena dianggap memiliki semua aspek pendukung yang dibutuhkan penulis agar penelitian ini dapat berjalan lancar. Penelitian dilakukan pada tahun ajaran 2014/2015. Mulai dari November 2014 sampai dengan Maret 2015 dengan alokasi waktu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Bulan Pelaksanaan

November Desember Januari Februari Maret

1. Penyusunan Proposal Penelitian

2. Izin Pelaksanaan Penelitian

3. Pengumpulan Data

4. Deskripsi Data 5. Analisis Data


(1)

T.

P

,.,

99

nOS

tu"to"g

SISOKIr{AS dan Peraturan' Pemerintalt

R.I

Tahun

20Ij

tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra

Umbara,2fil{),h.

126.

9.

Munardji, "Studi Kebija\an

Undang-Undang Republik

Indonesia

No.

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

dalam

Konteks

Pengembangan

Pendidikan

Islam

(Fokus

pada

Guru)",

Jut'na|

Kependidikan

dan Kemusvarakntan. Vol. 6, 2008,

h.248.

10.

Titi

Kadi,

"Plus-Minus Sertikasi Guru",

Jurnal llmiah

Manahij,

Vol.

1,2008, h. 191. BAB 2

I

Kamus Besar

Bahasa

Indonesia

(KBBI),

Persepsi,

20 I 5, (kbbi. web. id/persepsi).

7.

Iriani Indri

Hapsari,

ka

Puspitawati, Ratna

Dyah Suryaratri,

Psikologi

Faal;

Tiniauan Psikologi

dan

Fisiologi dalom

Memahami

Perilaku

Manusia, (Bandung: PT

RemajaRosdakarya,20l3),h

113

-J.

Abdul

Rahman Shaleh,

Psikolttgi:

Suutu penguntur dalam Perspektd

Islam,

(Jakarta: Kencana, 2009), h.

I 10.

4.

Kamus Besar

Bahasa Indonesia

(KBBI),

Kompeten, 20 | 5, (kbbi. web. idlkompeten).

5.

Hamzah

B.

IJno,

Orientasi

Baru

dalam

Psikologi Pembelajaran,

(Iakarta:

PT Bumi

Aksara, 2008),

h.

r29.

6.

Wina

Sanjaya,

Strategi Pembelaiaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010),

h.59.

7. E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 26.

8.

tlndang-(Indang Republik Indonesia Nomor

20

Tahun

2003 rentang SISDIKNAS dan Peratutah' Petfierifitah

R.I

Taltun

201j

tentan!

Standar Nasional Pendidiknn s ert a Wa i i b B el o i ar. (Bandung: Citra Umb atu 20 1 4),


(2)

h-100

75.

I

9.

Undang-Undang Republik lndonesia Nomor

20

Tahun

20A3

rcfiang

SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah

RI

Tahun 2013 tentang Standar

Nasiornl

Pendidikan

ser

ta

Waj i b Be laj ar, (Barldung: Citra Umb ara', 20

l4),

h.

t25-126.

10.

Llndang-LIndang Republik Indonesia Nomor

20

Tahun

2003 tentang

SISDIKNAS

dan

Pertrtuvdtt Pemetintalt

R.I

Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Waiib Belajar, (Bandung: Citra

Umbara,2Al4),h.

126.

11

Syamsu

Yusuf,

Nani

M.

Sugandhi, Perkembangan

Peserta

Didik,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2011),

h.

146-147.

I

12.

Hamzah

B.

lJno,

Orientasi

Baru

dalam

Psikologi Pembelajaran, (Iakarta:

PT Bumi

Aksara,

2008),

h.

131.

13.

Wina

Sanjaya,

Penelitian

Tindakan

Kelas,

(Jakarta: Kencana, 2011), h. 7-9.

14.

Rusman,

Model-Model

Pembelajaran:

Mengembanglwn Profesionalisme

Gtru,

(Jakarta:

Rajawali Pers,20l2), h. 58.

15, E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifiknsi Guru,

@andung: PT Remaja Rosdakarya,2A09), h. 135.

16.

/

Kamus Besar

Bahasa Indonesia,

Efektf,

2015,

(kbbi. web, i di efektif).

17.

E.

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Serttfikasi Guru, @andung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 21.

18.

Wina

Sanjaya,

Strategi

Pembelaiaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (lakarta. Kencana, 2Al0),

h.57.

R

19.

Slameto,

Belajar

.dan

Fahor-Fahor

yang

Mempengaruh inya,(l akarta: Rineka Cipta, 20 1 0), h. 2.

P

,l


(3)

I

*,

(

'.t

re

101

20.

Wina

Sanjaya,

Strategi Pembelaiaran

Berorientasi Stondar Pioses Pendiclikan, ({akarta: Kencana, 2010),

h.

tlz.

21.

Pupuh

Fathurrohman,

]i;.

Sobry

Sutikno,

Stuaregi

BeTaiar Mengalar

Melalui

Penanaman Konsep Umum dan"Konsep islami,(Bandung: Refika Aditama), h' 5'

22. Anisah Basleman, Syamsu

Mappa, Teori Belaiar Orang

D ewas a,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya),

h'

1 0- 1 1'

23.

Slameto,

Belaiar

dan

Faktor-l;aktor

yang

Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010),

h'

3-4.

24.

Abgddin

Nata,

Pqrsps.ktd

Islsm

te'rQtang

Stqregi

Pembelaiaran, (Iakarta: Kencana, 2009), h. 85'

2s. Anisah Basleman, Syamsu Mappa, Teori

Belaiar Orang Dewasa,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya),h' 12'

26.

@,ibltk

Indanesia Nomor

2o

rahtm

20[5 lentang

StSOtfN,eS

dan

Peraturan Pemerintah

RI

Tahun

2bl3

tentang Standar Nasional Pendidikan s er t

a

Waj i b B e I aj ar, (Bandun$ : Citra Umb ara, 201 4), h'

4.

27.

Wina

Sanjaya,

Strategi Pembelaiaran

Berorientasi Standar

Pioies

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2A1'0),

h. s2.

28.

ffiAmri,

dan Tatik Eiisah, Strategi

Pembelajaran

Sekolah

Terpadu:

"Pengaathnya terhadap Konsep Pembelaiaran Sekolah Swasta dan

Negeri;',

(Jakarta:

PT

Prestasi Pustakaraya, 2011), h'

?1

29.

Hamzah

B.

Uno,

Orientasi Batru dalam

Psikologi Pembelajaran, {Jakarta:

PT

Bumi Aksara, 2008),

h'

132.

30.

@i,

dan

Tatik

Elisah,

Stategi

Pembetajaran

Sekolgh Terpadu:

"pengar*hnya

Terhadip

Konsep

pribuloioran

Sekolah Swasta dan

Neeeri,iJukutt

' PT Prestasi


(4)

r02

31.

Nico,

Efektivitas

Pembelaiaran,

2014,

(hffps : /elnicovengeance. wordpress. com).

32.

Slameto,

Belaiar

oU"

Faktor-Fahor

yang

Mempe ngaruhinya,(l akarta: Rineka

Cipta

20 1 0), h. 7

4-76.

33.

Wina

Sanjaya, Perencanaan

dan

De"cain

Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,2008), h. 3 1.

\

34.

Agus Zaenul

Fitri,

"Manajemen Mutu Pembelajaran

di

SekolahAvladrasah", J ur na I P e ndi d i kan I s I am 7'a' al I um,

Vol.

14,2008, h. 10.

35.

Wina

Saajaya

Penql,iti{m Tirudqkan

Kels,;,

(-Jakarta; Kencana, 201 1), h. 10-12.

36.

Slameto,

Belaiar

dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhiny a,(J akarta: Rineka

Cipt4

20 1 0), h. 27

-28.

37.

Nico,

Efektivitas

Pembelajaran,

2014,

(https : //elnicovengeance. wordpress. com).

38.

Agus Zaenul

Fitri,

"Manajemen

Mutu

Pembelajaran di

Sekolah/N{adrasah", J urnal P endidikan I sl am Ta' al I um,

YoL.1,4,2098,

h.

11.

39.

Suharsimi

Arikunto,

Pro.sedwr Percelilian

Suatu Pendekatan

Pral*ik,

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2073),

h.

ilo.

BAB 3

I

Suetygno, Metode

lenelitian

Pendidikan (Pqndekatrqn

Kuantitatif,,

Kualitatif,

dan

R&D),

(Bandung: Alfabeta, 2013),h.3.

z.

Suharsimi

Arikunto,

Prosedur Penelitian:

Suatu Pendekatan

Praktik,

(Jakarta:

funeka

Cipta, 2013), h.

203.

r

J. Susiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan

",

r


(5)

103

@

dan

R&D).

(Bandung: Alfabeta,

z}13),h.14.

4.

Suharsimi

Arikunto, Piosedur

Penelitiaix:

Suatu Pendekatan

Prahik,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h'

r73.

5.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan

Xioitirot:r7 Kualitatif,

dan

R&D),

(Bandung:

Alfabetq

2A13),h.297.

6.

Suharsimi

Arikunto,

Prosedur Penelitian:

Suatu Pendekatan

Praktik,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h'

t74.

7.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan

fioititoi,X

Kualiitattf, dan

R&b)'

@andung: Alfabeta,

2013),h. 199.

8.

Suharsimi

Arikunto,

Prosedur Penelitian:

Suatu

Pendekatan

Praktik,

(Jakarta:

Rineka Cipta,

20t3),

h.274.

9.

Sugiyono, Me.tode Penelitian Pendidikan (Pendekaan

XiaititatiT

Kualitatif,, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2013),h. 194.

10.

Anas

Sudijono,

Pengantar

Statistik

Pendidiknn, (Jakarta:PT Raja Grafindo 2010),

h.

206'

l1

Anas

Sudijono, Pengantar Statistik

Pendidikan,

(Jakarta: PT Raja Grafindo 2010), h.

193-t2.

Anas

Sudijono, Pengantar Statistik

Pendidiknn,

(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010), h. 206.

13.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif,

Kualnatif,, dan

R&D

(Bandung: Alfabeta, 2011),h. 455.


(6)

Mengetahui,

Jatafia,16 Juli 2015

239.

BAB

4

I

Anas

Sudijono,

Pengarytar

Statistik

Pendidikan,

(Jakarta: PT Raja Grafindg 2010),

h.404.

2.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan

Kiantitatif

Kualitatif,

dan

R&D),

(Bandung: Alfabeta,

2013),h.257.

J-

Anas

Sudijono, Pengantar

Statistik

Pendidikon, (Jakarta: PT Raja "Grafindo; 2010), h. -4O4.