Analisis Implementasi Strategi Marketing Mix Pada Manajemen Pemasaran Supermarket Tip-Top Dari Persepektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun)

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI MARKETING MIX PADA MANAJEMEN PEMASARAN SUPERMARKET TIP TOP DARI

PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM

(Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

OLEH : AJI FIRMANSYAH NIM. 1110046100014

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2015 M


(2)

(3)

(4)

73

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Depok, 01 Oktober 2015


(5)

i ABSTRAK

AJI FIRMANSYAH. NIM: 1110046100014. Analisis Implementasi

Strategi Marketing Mix Pada Manajemen Pemasaran Supermarket TIP TOP Dari Perspektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun). Strata Satu (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Mu’amalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi strategi marketing mix pada manajemen pemasaran Supermarket TIP TOP yang ditinjau

dari perspektif etika bisnis Islam. Variabel marketing mix terdiri dari product

(produk), price (harga), place (tempat/distribusi) dan promotion (promosi).

Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-normatif. Sumber data diperoleh dari observasi dan wawancara dengan manajer operasional pusat Supermarket TIP TOP. Teknik analisis data melalui hasil

observasi strategi marketing mix kemudian ditinjau dari perspektif etika bisnis

Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan strategi marketing mix yang diterapkan

oleh Supermarket TIP TOP sudah sesuai dengan etika bisnis Islami. Hal ini dilihat dari tidak adanya penyimpangan yang melanggar dari prinsip etika bisnis Islam pada manajemen pemasaran Supermarket TIP TOP.

Kata Kunci : Manajemen Pemasaran, marketing mix, Etika Bisnis Islam

Pembimbing : Aini Masruroh, S.EI, MM


(6)

ii

Semesta yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya kepada umat manusia, khususnya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir dengan penuh rasa syukur. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, manusia penyempurna akhlak, lembut perangainya dan teladan umat berserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menunjukkan manusia dari zaman Jahiliyah hingga menuju zaman penuh dengan ilmu seperti saat ini.

Alhamdullillah, penelitian yang berjudul “ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI MARKETING MIX PADA MANAJEMEN PEMASARAN SUPERMARKET TIP TOP DARI PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM (Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun) dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S-1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyusunan skripsi, penulis menyadari selalu mendapatkan bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Sebagai bentuk penghargaan, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada :


(7)

iii

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, M.A, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat dan

Bapak Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Aini Masruroh, S.E.I, M.M., selaku Dosen Pembimbing yang tidak pernah

lelah membimbing penulis, meluangkan waktunya di sela-sela kesibukannya sebagai akademisi dan memberikan saran/masukan selama proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Abdul Wahid Andriansyah selaku Manager Operasional Pusat PT. TIP

TOP Supermarket yang telah memberikan data kepada penulis berserta segenap staff PT. TIP TOP Supermarket yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan

Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Keluarga tercinta, Ayahanda Dumadi dan Ibunda Milarsih, serta kakak dan

adik yang penulis sayangi, Eko Agung Gumilar S.Psi., dan Yusuf Wijaya yang telah memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.


(8)

iv

8. Teman – teman seperjuangan Perbankan Syariah A angkatan 2010, selama 4

tahun kita kuliah, semua kenangan baik suka maupun duka sudah kita lewati bersama. Terima kasih banyak semuanya. :)

9. Komisariat Dakwah (KomDa) Fakultas Syariah dan Hukum dan Lembaga

Dakwah Kampus (LDK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah membina karakter penulis berjiwa leadership, disiplin dan bertaqwa.

10.Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSenSi) dari angkatan 2009-2015, kalian

semua merupakan generasi ekonomi syariah saat ini dan masa depan. Semangat dan tidak boleh berhenti mensyiarkan ekonomi Islam.

11.Karang Taruna Rukun Warga 11 (KTRW 11) yang telah berbagi kesempatan

kepada penulis untuk melakukan kegiatan sosial didalam maupun diluar lingkungan Villa Pamulang.

12.Pengajian rutin anak-anak “Al-Muhajirin” dan klub sepak bola junior @andarfc

yang selalu istiqamah menjalani kegiatan rutin setiap minggunya, melihat

candaan adik-adik ini penulis jadi semakin semangat untuk lulus cepat. Terima

kasih juga untuk Mas Asmi, partner setia penulis yang sudah membantu

penulis membimbing adik-adik dan menemani penulis melengkapi keperluan dokumentasi skripsi. ^__^


(9)

v

13.Teman-teman Kelompok Kerja Nyata (KKN) PELUKIS 2013, senangnya bisa

berbagi bersama dengan warga di Desa Sukaluyu, Bogor selama satu bulan. Adanya kegiatan KKN ini membuat penulis semakin mensyukuri nikmat yang Allah S.W.T berikan selama ini. Huhuhu

14.Kak Anwar, Kak Zaeni, Kak Ridha, Kak Yaman, rifki, erwin dan tio. Sahabat

terdekat penulis selama kuliah di kampus yang sudah berbagi cerita dan inspirasi. Terima kasih sudah berbagi tawa dan sedih kepada penulis. Semoga ikatan pertemanan kita akan terus berjalan ya meskipun kita sudah jarang bertemu lagi karena kesibukan masing-masing. :)

15.Fadel dan Daus. Teman seperjuangan skripsi yang selalu setia mengingatkan

penulis dan membantu penulis dalam menambah referensi. :D

16.Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat luas bagi penulis dan para pembaca lainnya. Semoga Allah S.W.T., membalas semua

kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Ya Rabbal Alamin...

Depok, 1 Oktober 2015


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

E. Kerangka Konseptual ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS... 14

A. Review Studi Terdahulu ... 14

B. Etika Bisnis Islam ... 20

1. Definisi Etika Bisnis Islam ... 20

2. Sejarah Lahirnya Konsep Etika Bisnis Islam ... 21

3. Paradigma Bisnis dan Aksioma Etika Bisnis Islam ... 24

4. Pedoman dan Larangan Transaksi Bisnis dalam Islam ... 27


(11)

vii

C. Manajemen Pemasaran ... 38

1. Definisi Manajemen Pemasaran ... 38

2. Perkembangan Manajemen Pemasaran ... 39

3. Konsep Manajemen Pemasaran ... 42

D. Kajian Tentang Marketing Mix ... 44

1. Product (Produk) ... 45

a. Gambaran Umum Produk ... 45

b. Klasifikasi Produk ... 46

c. Strategi Mengembangkan Barang Yang Dijual ... 48

d. Acuan/Bauran Produk ... 48

2. Price (Harga) ... 50

a. Gambaran Umum Harga ... 50

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Harga ... 51

c. Metode Dasar Penentuan Harga ... 54

d. Strategi Penetapan Harga ... 56

3. Promotion (Promosi) ... 57

a. Gambaran Umum Promosi ... 57

b. Strategi Mempromosikan Barang ... 58

c. Acuan/Bauran Promosi ... 59

4. Place (Tempat/Distribusi Penyaluran) ... 60

a. Gambaran Umum Tempat/Saluran Distribusi ... 60

b. Bentuk Pola Saluran Distribusi ... 60


(12)

viii

BAB III METODE PENELITIAN ... 66

A. Jenis Penelitian ... 66

B. Data Penelitian ... 66

C. Teknik Pengumpulan Data ... 67

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 68

E. Teknik Analisis Data ... 69

F. Teknik Penulisan ... 70

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 71

A. Gambaran Umum Supermarket TIP TOP ... 71

B. Implementasi Strategi Marketing Mix Supermarket TIP TOP ... 72

1. Product (Produk) ... 76

2. Price (Harga) ... 78

3. Place (Tempat/ Distribusi) ... 79

4. Promotion (Promosi) ... 82

C. Tinjauan Umum Perspektif Etika Bisnis Islam Terhadap Strategi Marketing Mix Supermarket TIP TOP ... 86

1. Product (Produk) ... 86

a. Tinjauan Terhadap Barang yang Diperjualbelikan Kepada Konsumen ... 86


(13)

ix

b. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Untuk Tidak Melakukan

Penipuan (tadlis) Kualitas Barang ... 87

c. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Tidak Melakukan

Penimbunan Barang ... 88

d. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Tidak Menyembunyikan

Cacat Barang Kepada Konsumen ... 89

e. Tinjauan Terhadap Ketepatan Penimbangan Barang ... 90

2. Price (Harga) ... 91

a. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Dalam Memberikan

Keadilan Sebuah Harga ... 91

b. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Untuk Tidak

Menunda-nunda Pembayaran Kepada Supplier ... 92

c. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Tidak Memanipulasi

Harga Saat Memberikan Diskon ... 92 3. Place (Tempat/ Distribusi) ... 93

a. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Untuk Bersikap

Ta’awun (menolong orang lain) ... 93

b. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Dalam Menyediakan

Fasilitas Tempat Ibadah ... 94 4. Promotion (Promosi) ... 94

a. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Melakukan Tindakan

Jujur Ketika Melakukan Promosi ... 94 D. Analisa ... 95


(14)

x

DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 113


(15)

xi

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

3.1 Perbedaan Bisnis Islam dan Bisnis Non-Islam ... 36

4.1 Korelasi Implementasi Strategi Marketing Mix dengan Konsep Umum

Etika Bisnis Islam ... 95

4.2 Perbandingan Konsep Supermarket TIP TOP dengan Supermarket


(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, sosialisasi ekonomi syariah di Indonesia mulai menemukan jati diri di kalangan masyarakat kelas bawah, menengah maupun atas. Hal ini didorong oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu sosialisasi dari para akademisi, praktisi atau cendekiawan muslim yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) atau Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI). Faktor eksternal yaitu kesadaran masyarakat Indonesia akan ketidakmampuan ekonomi konvensional dalam menghadapi krisis moneter pada tahun 1998. Dalam kurun waktu 2 dasawarsa, perkembangan bisnis berlabel syariah sangat diminati oleh masyarakat Indonesia baik dari pertumbuhan lembaga keuangan syariah, lembaga keuangan syariah non bank maupun industri bisnis lainnya dalam skala mikro maupun makro.

Sistem ekonomi islam yang bisa dikatakan transparan, jujur, adil dan stabil menambah daya tarik masyarakat untuk beralih ke sistem

ekonomi syariah.1 Dimulai dari jumlah lembaga keuangan syariah bank

yang mengalami kenaikan signifikan. Pada tahun 1992, hanya terdapat 1 bank umum syariah dan 79 bank perkreditan rakyat syariah. Kemudian pada bulan Maret 2014 terdapat 11 bank umum syariah, 23 unit usaha

1

“Mengembangkan Ekonomi Syariah di Indonesia, artikel diakses pada 26 Juli 2015 dari http://www.beastudiindonesia.net/id/pena-negarawa/525-mengembangkan-ekonomi-syariah-di-indonesia


(17)

2

syariah, dan 163 bank pembiayaan rakyat syariah.2 Begitupun juga dengan

lembaga pendidikan di tingkat perguruan tinggi maupun sekolah kejuruan. Beberapa perguruan tinggi membuka prodi ekonomi Islam atau keuangan syariah baik untuk tingkat Diploma maupun Strata. Setidaknya ada lebih dari 100 program studi yang mengupas perbankan dan ekonomi syariah di

berbagai universitas di tanah air.3 Sementara itu, untuk tingkat Sekolah

Menengah Kejuruan sudah ada yang membuka jurusan perbankan syariah. Kemajuan yang pesat dari sektor lembaga keuangan syariah dan pendidikan formal, seakan memberikan tanda kebangkitan ekonomi Islam

di Indonesia. Keadaan ini membawa efek berkesinambungan (multiplayer

efect) bagi pasar bisnis lainnya. Beberapa pelaku bisnis tidak hanya

memasukkan kata “syariah”, tetapi juga mengimplementasikan nilai - nilai Islam didalamnya, misalnya pegadaian syariah, asuransi syariah, hotel

syariah, salon syariah, Multi Level Marketing (MLM) syariah, kolam

renang syariah, ojek syariah, swalayan syariah dan sebagainya. Namun, gairah ekonomi syariah nampaknya belum dirasakan oleh sebagian pelaku bisnis retail. Para pelaku bisnis retail masih enggan menerapkan nilai-nilai Islami didalam aktivitas bisnisnya. Banyak pelaku bisnis retail masih menggunakan sistem konvensional dalam berbisnis, sehingga tidak mengedepankan etika dalam berbisnis.

2

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Indonesia (Jakarta: Otoritas Jasa

Keuangan, 2014), h. 2.

3 “Standar Kurikulum Perbankan Syariah Jadi Program Ker

ja Roadmap Perbankan Syariah”, artikel diakses pada 26 Juli 2015 dari http://keuangansyariah.mysharing.co/standar-kurikulum-perbankan-syariah-jadi-program-kerja-roadmap-perbankan-syariah/.


(18)

Secara umum format bisnis ritel yang saat ini berkembang pesat di

Indonesia adalah hypermarket, supermarket, minimarket atau convenience

store, departmen store, dan specialty store. Hypermarket, supermarket, dan minimarket pada dasarnya perkembangan dari toko kelontong dan pasar tradisional, sehingga kemudian ritel modern ini sering diberi istilah pasar modern. Perbedaan utamanya terletak pada luas ruangan, range

produk dan jasa yang ditawarkan.4

Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) memproyeksikan. Industri retail dapat tumbuh dua digit, pada kisaran 10 - 15 % per tahun. Optimisme ini ditunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan sebesar 5,7%. Faktor penunjang pertumbuhan industri retail lainnya adalah pertumbuhan populasi, gaya hidup masyarakat yang mengikuti tren global, dan meningkatnya indeks kepercayaan konsumen

terhadap produk lokal.5

Banyaknya kompetitor membuat persaingan bisnis retail menjadi semakin ketat. Pelaku bisnis retail harus melakukan inovasi untuk menarik

minat konsumen. Mulai dari display product, promosi yang menarik,

pelayanan yang memuaskan, ekspansi pasar, memberikan fasilitas

kemudahan dalam berbelanja dan melakukan direct selling serta

menyediakan barang - barang kebutuhan pokok dalam satu titik (one-stop

shopping). Bahkan, terdapat perusahaan retail di Indonesia melakukan

4

“Perkembangan Bisnis Retail Modern”, artikel diakses pada 17 Juli 2015 dari http://www.datacon.co.id/Ritel-2011ProfilIndustri.html.

5

“Aprindo Proyeksikan Pertumbuhan 15%”, artikel diakses pada 19 Juli 2015 dari


(19)

4

merger atau akuisisi dalam memperkuat resistensinya pada bisnis retail. Misalnya Dairy Farm International Giant Retail dari negara Malaysia yang

melakukan merger dengan PT. Hero Supermarket lalu mendirikan

hypermart Giant, serta PT Carrefour dari negara Perancis telah diakuisisi oleh CT Corp melalui PT Trans Retail senilai US$ 750 Juta atau Rp 7,2

Triliun, lalu mendirikan Trans Carrefour.6

Selain itu, beberapa perusahaan retail asing turut meramaikan industri retail di Indonesia. Seperti PT. Lion Super Indo yang berasal dari negara Belgia, PT. Lotte Shopping Indonesia dari negara Korea Selatan, Dairy Farm International (Giant) dari negara Malaysia dan PT Carrefour yang berasal dari negara Perancis (sebelum diakusisi oleh CT Corporation).

Dalam menghadapi persaingan dengan kompetitor lain, setiap perusahaan retail harus mempersiapkan strategi yang terintegrasi dengan manajemen pemasaran yang tepat dan dinamis. Hal ini diperlukan mengingat bisnis retail merupakan bisnis yang tidak hanya memberikan kenyamanan berbelanja baik produk, fasilitas maupun tempat tetapi juga memberikan kualitas pelayanan terhadap konsumen, sehingga kepuasan konsumen menjadi salah satu indikator pencapaian keberhasilan perusahaan retail. Salah satu strategi yang sering diterapkan dalam

manajemen pemasaran yaitu Strategi Marketing Mix (Bauran Pemasaran).

6 “Kuasai Carrefour 100%, CT Catatkan Akuisisi Terbesar Sektor Konsumer”, artikel diakses pada 19 Juli2015 dari http://finance.detik.com/read/2012/11/20/143508/2095805/4/kuasai-carrefour-100-ct-catatkan-akuisisi-terbesar-sektor-konsumer.


(20)

Konsep bauran pemasaran (marketing mix) yaitu perangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar. Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan atau korperasi untuk mempengaruhi permintaan produknya. Dan ini dapat digolongkan dalam

empat kelompok variabel yang dikenal dengan “4P” (Product, Price,

Promotion, Place).7

Dalam menghadapi persaingan bisnis retail secara global, tak jarang para pelaku bisnis melakukan segala macam cara agar dapat

bertahan (survive) di tengah persaingan global saat ini. Beragam

kecurangan atau penipuan demi mengejar keuntungan yang besar akan dilakukan oleh perusahaan retail tanpa memperhatikan aspek lainnya. Tindakan seperti ini menyebabkan terjadinya pergeseran norma dan hilangnya nilai-nilai moralitas di masyarakat dalam melakukan aktivitas bisnisnya.

Sejatinya, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan duniawi saja, melainkan juga keuntungan akhirat. Salah satu aspek yang sering dilupakan oleh para pelaku bisnis adalah aspek etika dalam berbisnis. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang memiliki komitmen ketulusan dalam menjaga kontrak sosial yang sudah berjalan. Kontrak sosial merupakan janji yang harus ditepati. Dalam ekonomi Islam yang berlandaskan ketuhanan, maka tujuan akhir

7

Kotler dan Amstrong, Prinsip – Prinsip Pemasaran, edisi VIII (Jakarta: Erlangga,


(21)

6

pencapaiannya adalah ridho Allah SWT, dengan tetap memegang syariat

Islam dalam segala aktivitasnya, begitu pula dengan aktivitas ekonomi

yang tidak dapat pula dipisahkan dengan nilai - nilai keislaman.8

Etika bisnis dalam Islam sebenarnya telah diajarkan Nabi Saw,. saat menjalankan perdagangan. Karakteristik Nabi Saw,. sebagai pedagang

adalah, selain dedikasi dan keuletannya juga memiliki sifat; shiddiq,

fathanah, amanah dan tabligh. Bisnis Islami ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan

(barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara

memperolehnya dan pendayagunaan harta-Nya karena aturan halal dan

haram.9

Alhamdulillah, dari berbagai macam dan jenis perusahaan retail yang ada di Indonesia, terdapat satu perusahaan retail yang sudah menerapkan etika dalam berbisnis secara Islami. Salah satunya adalah Supermarket TIP TOP. Supermarket TIP TOP berdiri pada tahun 1979 oleh Bapak Rusman Maamoer. Awal pendiriannya masih berupa minimarket dengan nama TIP TOP Plaza, namun untuk memperluas jenis usaha, pada tahun 1985 konsep minimarket berubah menjadi Supermarket dan Departmen Store serta dilengkapi dengan mainan anak anak.10

8

Yusuf Qordhowi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1993),

h. 31.

9

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 212.

10 “Profil Tip Top”, artikel diakses pada 20 Juli 2015 dari http://www.tiptop.co.id/profil.php.


(22)

Membangun usaha retail berjiwa Islami tidak semudah membalikkan telapak tangan, Supermarket TIP TOP sempat mengalami cobaan pada tahun 1991 yang mengakibatkan semua inventaris, gedung, stok - stok barang ludes terbakar. Tak hanya itu, pemilik Tip Top, Bapak

Rusman Maamoer harus selektif men supply barang dari supllier agar

hanya barang yang halal dan thoyyib saja yang dijual. Misalnya daging

sapi atau ayam, akan dilihat tempat pemotongan hewannya dan jika harganya terlalu murah serta tidak jelas asal usulnya maka akan ditolak.

Selain itu, tawaran dari supplier untuk menjual minuman keras dengan

fasilitas mudah dan keuntungan besar terus berdatangan. Namun, Supermarket TIP TOP tetap menegakkan prinsip awal di setiap cabangnya,

yaitu supermarket berjiwa Islami.11

Eksistensi Supermarket TIP TOP yang telah berdiri hampir 36

tahun dengan membawa “warna” berbeda semakin meramaikan persaingan

industri retail di Indonesia. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar dikalangan pelaku bisnis retail di Indonesia. Bagaimana penerapan strategi marketing mix pada manajemen pemasaran Supermarket TIP TOP sehingga dapat bersaing dengan perusahan retail besar lainnya dalam rentang waktu yang cukup lama, serta bagaimana langkah - langkah

Supermarket TIP TOP dapat menerapkan strategi marketing mix dari

pandangan etika bisnis yang sesuai dengan aturan ajaran Islam.

11 “Kisah Sukses Tip Top Swalayan”,

artikel diakses pada 21 Juli 2015 dari


(23)

8

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji secara

intens yang dituangkan dalam sebuah penelitian yang berjudul, “Analisis

Implementasi Strategi Marketing Mix Pada Manajemen Pemasaran Supermarket TIP TOP Dari Perspektif Etika Bisnis Islam. (Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun).” Penulis memilih objek Supermarket TIP TOP karena supermarket ini dinilai sebagai supermarket Islami oleh masyarakat sekitar yang dilihat dari visi/misi menjalankan bisnis secara Islami, menjual barang - barang kebutuhan

pokok secara halal dan menjalankan kegiatan operasional secara Islami.12

Penelitian ini diharapkan dapat membahas secara gamblang konsep manajemen pemasaran pada Supermarket TIP TOP dalam perspektif etika bisnis Islam sehingga bermanfaat luas untuk kalangan umum.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah yang muncul, diantaranya :

1. Penerapan strategi marketing mix pada bisnis retail Islami belum

diungkap secara empiris.

2. Korelasi marketing mix dengan etika bisnis Islam belum dianggap

penting bagi bisnis retail di Indonesia.

12

Muhammad Rifki, “Implementasi Nilai - Nilai Islami Pada Manajemen Operasional

Supermarket Tip Top Cabang Ciputat,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas


(24)

3. Perkembangan konsep etika bisnis Islami dalam bisnis retail masih sangat lambat dibandingkan dengan negara mayoritas muslim lain, dimana konsep etika bisnis Islam menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan.

4. Belum adanya aturan yang jelas mengenai etika bisnis secara

Islami dalam bisnis retail di Indonesia.

5. Analisis hasil strategi marketing mix dengan prinsip etika bisnis

Islam belum menjadi prioritas dalam memutuskan sebuah kebijakan bagi pelaku industri retail di Indonesia.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembahasan tentang strategi marketing mix dan etika bisnis Islam

sangat luas cakupannya. Oleh karena itu, penulis perlu membatasi

penelitian masalah pada implementasi strategi marketing mix dan

manajemen pemasaran pada bisnis retail, analisis strategi marketing mix

dari perspektif etika bisnis Islam serta objek penelitiannya di Supermarket TIP TOP. Dengan dimikian, perumusan masalah pada skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah implementasi manajemen pemasaran dengan

menggunakan strategi marketing mix pada Supermarket TIP TOP ?

2. Bagaimanakah korelasi strategi marketing mix dari perspektif etika


(25)

10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah :

a. Untuk mengetahui implementasi manajemen pemasaran dengan

menggunakan strategi marketing mix pada Supermarket TIP TOP.

b. Untuk mengetahui korelasi strategi marketing mix dari perspektif etika

bisnis Islam pada Supermarket TIP TOP. 2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

a. Bagi penulis, untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan secara

komprehensif khususnya tentang bisnis retail Islami serta tercapainya salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar strata satu (S-1) Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Bagi akademisi, sebagai tambahan sumber referensi dalam memahami

manajemen pemasaran industri retail Islamidi Indonesia.

c. Bagi Bank Syariah, dapat memberikan informasi dalam menentukan

pola pembiayaan untuk industri retail Islami di Indonesia.

d. Bagi pelaku industri retail. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi

referensi dalam mengembangkan industri retail Islami di Indonesia.

e. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah informasi dan wawasan mengenai industri retail di Indonesia.


(26)

E. Kerangka Konseptual

Product (Produk)

Strategi Marketing Mix Supermarket TIP TOP

Promotion (Promosi) Place

(Distribusi) Price

(Harga)

Konsep Umum Etika Bisnis Islam :

- Tidak melakukan ikhtikar (penimbunan barang)

- Tidak menjual barang yang dilarang oleh syar’i

- Tidak melakukan tadlis (penipuan)

- Tidak mengandung unsur gharar (ketidakjelasan)

- Tidak melakukan sumpah palsu

- Tidak menjelek-jelekkan bisnis orang lain

Analisis


(27)

12

Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa penulis akan melakukan

observasi mengenai strategi marketing mix pada manajemen pemasaran

Supermarket TIP TOP. Variabel marketing mix tersebut terdiri dari

Product (Produk), Price (Harga), Place (Distribusi), dan Promotion (Promosi). Dari empat variabel tersebut, penulis akan memaparkannya

secara jelas bagaimana implementasi dari variabel Product (Produk), Price

(Harga), Place (Distribusi), dan Promotion (Promosi) pada Supermarket

TIP TOP.

Penulis akan menganalisis korelasi implementasi variabel marketing mix dengan konsep etika bisnis Islam. Secara umum, konsep

etika bisnis Islam adalah tidak melakukan Ikhtikar (penimbunan barang),

tidak menjual barang yang dilarang oleh syar’i, tidak melakukan tadlis

(penipuan), tidak mengandung unsur gharar (ketidakjelasan), tidak

melakukan sumpah palsu dan tidak menjelek-jelekkan bisnis orang lain.

Dalam menganalisis korelasi implementasi marketing mix dengan

konsep etika bisnis Islam, penulis akan memaparkan dalam bentuk

tinjauan umum pada setiap variabel, mulai dari Product (Produk), Price

(Harga), Place (Disribusi)dan Promotion (Promosi).

F. Sistematika Penulisan

Pada bagian sistematika penulisan, penulis membaginya dalam lima bab yaitu terdiri dari :


(28)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka konseptual dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan tentang review studi terdahulu, definisi etika

bisnis Islam, manajemen pemasaran, dan kajian tentang Marketing Mix.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, objek penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang gambaran umum Supermarket TIP

TOP, hasil analisis strategi marketing mix pada Supermarket TIP TOP

serta tinjauan umum etika bisnis Islam dalam Product (Produk), Price

(Harga), Promotion (Promosi) dan Place (Tempat/ Saluran Distribusi)

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis untuk menjadi bahan pertimbangan bagi lembaga yang bersangkutan dan bagi peneliti berikutnya.


(29)

14 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Review Studi Terdahulu

Untuk mendukung teori penelitian, penulis perlu membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Terdapat beberapa penelitian yang

membahas tentang Strategi marketing mix dan etika bisnis Islam, yakni :

No Nama Penulis / Judul Skripsi / Tahun

Substansi Perbedaan dan Persamaan

dengan Penulis

1 Fildzah Salsabil Rasyiqoh

(Skripsi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2014), Strategi

Bauran Pemasaran Umroh PT. Alia Indah Wisata.

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui strategi

bauran pemasaran

dan tahapan

pemasaran pada PT. Alia Indah Wisata dalam menjalankan

bisnisnya. Metode

penelitian menggunakan

kualitatif deskriptif.

Perbedaan penulis dengan peneliti sebelumnya yaitu dari objek penelitian dan strategi bauran pemasaran.

Peneliti sebelumnya

meneliti di PT. Alia Indah Wisata, sementara penulis meneliti di Supermarket TIP TOP. Pembahasan strategi bauran pemasaran tidak hanya menganalisis


(30)

Hasil penelitian

adalah staretgi

bauran pemasaran

perusahaan ini

adalah berkerjasama

dengan media

elektronik, media

cetak dan bank.

Price, Place dan

Promotion) tetapi juga dari

perspektif etika bisnis

Islam. Persamaan dengan peneliti sebelumnya dari segi metode penelitiannya.

2 Khoirus Sholeh (Skripsi

Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim

Malang, 2010), Penerapan

Strategi Marketing Mix Dalam Meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah di

Koperasi Trunojoyo

Kabupaten Sampang Madura.

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui bagaimana

penerapan strategi

marketing mix dalam meningkatkan Usaha

Kecil Menengah

(UKM) di Koperasi Trunojoyo. Metode penelitiannya adalah kualitatif deskriptif.

Hasil penelitian

adalah Koperasi

Trunojoyo telah

Perbedaan penulis dengan peneliti sebelumnya yaitu dari manajemen bisnis. Manajemen bisnis pada peneliti sebelumnya dalam

skala mikro sementara

manajemen bisnis penulis

dalam skala makro.

Persamaan dengan peneliti

sebelumnya dari segi


(31)

16

berhasil meningkatkan

pendapatan setiap

tahunnya dengan

menerapkan strategi marketing mix.

3 Siti Rohmah (Skripsi

Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2014), Penerapan Nilai - Nilai

Etika Bisnis Islam di Hotel Madani Syariah Yogyakarta.

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui

penerapan nilai -

nilai etika bisnis

Islam serta kriteria hotel syariah standar

nasional kategori

hilal-1 di Hotel

Madani Syariah

Yogyakarta. Metode penelitiannya adalah pendekatan

penelitian kualitatif. Hasil penelitiannya adalah kriteria hotel

syariah standar

Perbedaan penulis dengan peneliti sebelumnya yaitu dari segi konsep dan objek penelitian. Konsep pada peneliti sebelumnya lebih

menekankan kepada

penerapan nilai - nilai etika bisnis Islam pada

manajemen operasional,

sementara penulis

menekankan pada

manajemen pemasaran.

Peneliti sebelumnya

meneliti perusahaan

berbasis jasa, sementara

penulis meneliti


(32)

nasional kategori

hilal-1 sudah

diterapkan tetapi

masih ada beberapa aspek yang belum terpenuhi misalnya fasilitas kebugaran, kolam renang dan ruang SPA.

Persamaan dengan peneliti sebelumnya yaitu pada metode penelitiannya.

4 Muhammad Rifki (Skripsi

Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta,

2014), Implementasi Nilai -

Nilai Islami Pada Manajemen Operasional Supermarket Tip Top Cabang Ciputat.

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui

penerapan nilai -

nilai Islam pada

manajemen operasional

supermarket Tip Top

dan faktor

pendukung

didalamnya. Metode penelitiannya adalah

kualitatif dengan

analisis deskripstif.

Perbedaan penulis dengan peneliti sebelumnya yaitu

manajemen bisnisnya.

Peneliti sebelumnya lebih

fokus ke manajemen

operasional, sementara

penulis lebih fokus ke

manajemen pemasaran.

Persamaan dengan peneliti sebelumnya yaitu metode

penelitian dan objek


(33)

18

Hasil penelitian ini

adalah secara

keseluruhan

Supermarket TIP

TOP telah

menerapkan

nilai-nilai Islami pada

manajemen operasionalnya,

mulai dari display

produk, kontrol

gudang, kontrol

persediaan barang,

pelayanan konsumen

serta faktor

pendukung lainnya berupa semua barang yang dijual halal dan mayoritas karyawan beragama Islam


(34)

5 Niken Agustin (Tesis

Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2014), Implementasi Norma -

Norma Etika Bisnis Syariah Pada Pamella Swalayan di DIY Ditinjau Dari Etika Bisnis Perspektif Al – Ghazali

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengkaji

implementasi nilai-nilai syariah pada Pamella Swalayan di DIY dari perspektif

Imam Al-Ghazali.

Metode

penelitiannya adalah

kualitatif dengan

pendekatan

deskriptif - normatif. Hasil penelitiannya

adalah Pamella

Swalayan sudah

menerapkan nilai-

nilai Islami sesuai dengan etika bisnis Islam dari perspektif Al-Ghazali.

Perbedaan penulis dengan peneliti sebelumnya yaitu

objek penelitian dan

konsep penelitian. Peneliti sebelumnya meneliti di

Pamella Swalayan,

sementara penulis meneliti di Supermarket TIP TOP.

Selain itu, peneliti

sebelumnya lebih intens membahas seputar

nilai-nilai syariah pada

swalayan dari sudut

pandang Al-Ghazali,

sementara penulis lebih fokus kepada manajemen pemasaran dari perspektif

etika bisnis Islam.

Persamaan dengan peneliti sebelumnya yaitu metode penelitiannya.


(35)

20

B. Etika Bisnis Islam

1. Definisi Etika Bisnis Islam

Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan

atau tidak dilakukan oleh seorang individu.1 Etika adalah bagian dari

filsafat yang membahas secara rasional dan kritis tentang nilai, norma atau

moralitas.2

Etika sering juga disebut sebagai ihsan (berasal dari kata Arab

hasan, yang berarti baik). Definisi ihsan dinyatakan oleh nabi dalam hadist

berikut: “ihsan adalah engkau beribadat kepada Tuhanmu seolah-olah engkau melihat-Nya sendiri, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, maka ia

melihatmu.”. Dengan demikian, melalui ihsan seseorang akan selalu merasa bahwa dirinya dilihat oleh Allah. Karena Allah mengetahui sekecil apapun perbuatan yang dilakukan seseorang, walaupun dikerjakan di

tempat tersembunyi.3

Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan

keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.4 Bisnis dapat juga

1

Muhammad, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2004), h. 34.

2

Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an

dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 32.

3

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 13.

4


(36)

diartikan sebagai suatu organisasi/pelaku bisnis yang melakukan aktivitas bisnis dalam bentuk: (1) memproduksi dan atau mendistribusikan barang dan/atau jasa, (2) mencari profit, dan (3) mencoba memuaskan keinginan

konsumen.5 Bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam

berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara

perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).6

Faisal Badroen dkk, mendefinisikan etika bisnis Islam berarti mempelajari tentang mana yang baik/buruk, benar/salah dalam dunia bisnis berdasarkan kepada prinsip-prinsip moralitas. Etika bisnis dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan

bisnis.7 Sedangkan menurut Prof. Dr. Amin Suma, yang dimaksud dengan

etika bisnis Islam adalah konsep tentang usaha ekonomi khususnya perdagangan dari sudut pandang baik dan buruk serta benar dan salah

menurut standar akhlak Islam.8

2. Sejarah Lahirnya Konsep Etika Bisnis Islam

Salah satu kajian etika yang amat populer memasuki abad 21 di milenium ketiga ini adalah etika bisnis. Terdapat dikotomi moral dan bisnis di zaman klasik, bahkan juga di era modern. Di Indonesia, paham klasik tersebut sempat berkembang secara subur, sehingga mengakibatkan

5

Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, menggagas

bisnis Islami, cet.II (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h.15 - 16. 6

Ibid., h. 18. 7

Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 61-62.

8

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, cet.I (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 293.


(37)

22

terpuruknya ekonomi Indonesia kedalam jurang kehancuran. Kolusi,

korupsi, nepotisme, monopoli, penipuan, penimbunan barang,

pengrusakan lingkungan, penindasan tenaga kerja, perampokan bank oleh para konglomerat, adalah persoalan - persoalan yang begitu telanjang di depan mata kita yang terlihat dalam media massa maupun media elektronik.9

Pada tahun 1990-an Paul Ormerof, seorang ekonom kritis Inggris

menerbitkan bukunya yang amat menghebohkan The Death of Economics,

Ilmu Ekonomi Sudah Menemui Ajalnya. (Ormerof, 1994). Tidak sedikit pula pakar ekonomi abad ini telah menyadari makin tipisnya kesadaran moral dalam kehidupan ekonomi dan bisnis modern. Amitas Etzioni

menghasilkan karya monumental dan menjadi best seller; The Moral

dimension: Toward a New Economics (1998). Berbagai buku etika bisnis dan dimensi moral dalam ilmu ekonomi semakin banyak bermunculan sehingga menjelang millenium ketiga dan memasuki abad 21, konsep etika

bisnis mulai memasuki wacana bisnis.10

Pandangan-pandangan di atas menunjukkan, bahwa Barat telah muncul kesadaran baru tentang pentingnya dimensi etika memasuki lapangan bisnis. Kecenderungan baru perusahaan-perusahaan besar, model abad 21, tampaknya juga mempunyai kecenderungan baru untuk

9Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, h. 33.

10


(38)

mengimplementasikan etika bisnis sebagai visi masyarakat yang

bertanggungjawab secara sosial dan ekonomis.11

Perusahaan-perusahaan besar kini berlomba-lomba menampilkan citra diri yang sadar lingkungan, bukan saja lingkungan fisik tetapi juga lingkungan sosial budaya. Jika di pusat kapitalisme, (Amerika dan Eropa) telah mulai berkembang tren baru bagi dunia bisnis, yaitu keniscayaan etika, (meskipun mungkin belum sempurna), tentu kemunculannya lebih mungkin dan lebih dapat subur di negeri kita yang dikenal sangat agamis ini. Dari uraian diatas, dapat dikatakan, bahwa eksistensi etika dalam wacana bisnis merupakan suatu keharusan dan kebutuhan yang tak

terbantahkan.12

Dalam situasi dunia bisnis membutuhkan etika, Islam sejak lebih dari 14 abad yang lalu telah menyerukan urgensi etika bagi aktivitas bisnis. Islam sebagai sumber nilai dan etika Islam merupakan sumber nilai dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam memiliki wawasan komprehensif tentang etika bisnis.

Mulai dari prinsip dasar, pokok – pokok kerusakan dalam perdagangan,

faktor - faktor produksi, tenaga kerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi dalam bisnis, sampai kepada etika sosio - ekonomik menyangkut hak milik dan hubungan sosial.13

11

Ibid.,h.35.

12

Ibid.,h.36.

13


(39)

24

3. Paradigma Bisnis dan Aksioma Etika Bisnis Islami

Paradigma bisnis adalah gugusan pikir atau cara pandang tertentu yang dijadikan sebagai landasan bisnis baik sebagai aktivitas maupun sebagai entitas. Oleh karena itu, suatu paradigma bisnis dibangun dan

dilandasi oleh aksioma - aksioma berikut ini : 14

a. Kesatuan (Unity).

Kesatuan disini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan

dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek

kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep

konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.15 Dari konsep ini

maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem

Islam.16

b. Keseimbangan (keadilan).

Keseimbangan (equilibrium) atau keadilan menggambarkan

dimensi horizontal ajaran Islam yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Sifat keseimbangan atau keadilan bukan hanya sekedar karakteristik alami, melainkan

14

Muhammad dan R. Lukman Fauroni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis (Jakarta:

Salemba Diniyah, 2002), h. 10.

15

Ibid., h. 11.

16


(40)

merupakan karakteristik dinamis yang harus diperjuangkan oleh

setiap muslim dalam kehidupannya.17 Dalam beraktivitas di dunia

kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak

terkecuali pada pihak yang tidak disukai.18 Hal ini sesuai dengan

firman Allah di dalam Q.S. Al-Maidah (5): 8

                                             

Artinya: “Wahai orang - orang yang beriman, Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu

kerjakan”.

c. Kehendak Bebas (Free Will).

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif

17

Ibid., h. 12.

18

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, Implementasi Etika Islami Untuk Dunia


(41)

26

berkarya dan berkerja dengan segala potensi yang dimilikinya.

Kecenderungan manusia untuk terus-menerus memenuhi

kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui

zakat, infak dan sedekah.19

d. Tanggung Jawab (Responsibility).

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. Secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang

dilakukannya.20

e. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran.

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini maka etika

19

Ibid., h. 46.

20


(42)

bisnis Islami sangat menjaga dan berlaku preventif (pencegahan) terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang

melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian dalam bisnis.21

4. Pedoman dan Larangan Transaksi Bisnis dalam Islam

Allah telah memerintahkan kepada seluruh manusia (bukan hanya untuk orang yang beriman dan muslim saja) untuk mengambil segala

sesuatu yang halal dan baik (thoyib). Selain itu, Allah juga memerintahkan

untuk tidak mengikuti langkah - langkah setan (dengan mengambil yang

tidak halal dan tidak baik).22 Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S.

Al-Baqarah (2) : 168

                          

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah - langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu.”

Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Bahkan, Rasulullah saw. sendiri pun telah menyatakan, bahwa 9 dari 10 pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang (hadist). Artinya,

21

Ibid., h. 46

22

Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, h.23.


(43)

28

melalui jalan perdagangan ini, pintu - pintu rezeki akan dapat dibuka

sehingga karunia Allah swt terpancar daripadanya.23

Perlu diingat, bahwa Rasulullah saw. sendiri adalah seorang pedagang bereputasi international yang disegani, yang mendasarkan bangunan bisnisnya pada nilai-nilai Ilahi (transeden). Prinsip-prinsip yang

ideal ternyata pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya.24

Rasulullah saw. memberikan petunjuk mengenai etika bisnis berikut ini

adalah uraiannya: 25

a. Pertama, prinsip esensial dalam berbisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah saw. sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau

bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya.” (HR.

Al-Quzwani). “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok

kami” (HR. Muslim). Rasulullah saw. sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan

barang busuk di bagian bawah dan barang baru di bagian atas. 26

b. Kedua, kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekadar mengejar keuntungan sebanyak - banyaknya, sebagaimana yang diajarkan

23

Ibid.,h.31.

24

Ibid.,h.37. 25

Ibid.,h.39.

26


(44)

Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi

kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi

sosial kegiatan bisnis.27

c. Ketiga, tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad saw. sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis. Dalam sebuah hadist riwayat

Bukhari, Nabi bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu,

barang - barang memang terjual tetapi hasilnya tidak berkah”. Praktik sumpah palsu dalam kegiatan bisnis saat ini sering dilakukan, karena dapat meyakinkan pembeli, dan pada gilirannya meningkatkan daya beli atau pemasaran. Namun, harus disadari, bahwa meskipun keuntungan yang diperoleh berlimpah, tetapi

hasilnya tidak berkah.28

d. Keempat, ramah tamah. Seorang pelaku bisnis, harus bersikap

ramah dalam melakukan bisnis.29 Nabi Muhammad saw,

mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran

dalam berbisnis.” (HR. Bukhari dan Tarmizi)

e. Kelima, tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi,

agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut.30 Sabda

Nabi Muhammad, “Janganlah kalian melakukan bisnis najsya (seorang pembeli tertentu, berkolusi dengan penjual untuk

27

Ibid.,h.39.

28

Ibid.,h.40.

29

Ibid.,h.40

30


(45)

30

menaikkan harga, bukan dengan niat untuk membeli, tetapi agar

menarik orang lain untuk membeli).”

f. Keenam, tidak boleh menjelek - jelekkan bisnis orang lain, agar

orang membeli kepadanya.31 Nabi Muhammad saw. bersabda,

“Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain.” (HR.

Muttafaq „alaih).

g. Ketujuh, tidak melakukan ikhtikar. Ikhtikar adalah menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan besar pun

diperoleh.32 Contoh perbuatan ikhtikar misalnya: “Seorang

pedagang minyak, mengetahui bahwa kebutuhan minyak pada hari raya akan meningkat. Oleh karena itu, jauh hari sebelum hari raya, pedagang tersebut telah menyimpan minyaknya untuk dijual pada hari raya dengan tujuan memperoleh keuntungan besar dengan

naiknya harga tersebut.” 33

h. Kedelapan, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar - benar

diutamakan. Sebagaimana Firman Allah swt. Dalam Q.S. Al –

Mutaffifiin (83) : 1 – 3

31

Ibid.,h.40

32

Ibid.,h.40

33


(46)

                       

Artinya : “Kecelakaan besarlah bagi orang - orang yang curang,

(yaitu) orang - orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”

Azab dan kehinaan yang besar pada kiamat disediakan bagi

orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang.34

i. Kesembilan, bisnis tidak boleh mengganggu kegiatan ibadah

kepada Allah swt. 35

j. Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan.

Nabi Muhammad saw, bersabda, “Berikanlah upah kepada

karyawan, sebelum kering keringatnya”. Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda.36

k. Kesebelas, tidak monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh sederhana adalah eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas

34

Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, h. 41.

35

Ibid. h.42.

36


(47)

32

hak milik sosial seperti air, udara, beserta tanah dan kandungan

isinya seperti barang tambang dan mineral.37

l. Keduabelas, Tadlis (Penipuan). Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus mempunyai informasi yang (sama-sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa

dicurangi (ditipu) karena terdapat kondisi yang bersifat unknown to

one party (keadaan dimana salah satu pihak tidak mengetahui

informasi yang diketahui oleh orang lain). Unknown to one party

dalam bahasa fiqihnya disebut tadlis, dan dapat terjadi dalam 4

(empat) hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga dan waktu

penyerahan.38Tadlis dalam kuantitas contohnya adalah pedagang

yang mengurangi takaran (timbangan) barang yang dijualnya. Dalam kualitas contohnya adalah penjual yang menyembunyikan

cacat barang yang ditawarkan. Tadlis dalam harga contohnya

adalah memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasar

dengan menaikkan harga produk di atas harga pasar. Bentuk tadlis

yang terakhir, yakni tadlis dalam waktu penyerahan, contohnya

adalah petani buah yang menjual buah di luar musimnya padahal si petani mengetahui bahwa ia tidak dapat menyerahkan buah yang

dijanjikan itu pada waktunya.39

37

Ibid.,h.42.

38

Adiwarman A. Karim, BANK ISLAM; Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 31.

39


(48)

m. Ketiga belas. Taghir (Gharar) atau disebut juga taghrir adalah

situasi di mana terjadi incomplete information karena adanya

uncertainty to both parties (ketidakpastian dari kedua belah pihak

yang bertransaksi). Dalam tadlis, yang terjadi adalah pihak A tidak

mengetahui apa yang diketahui pihak B (unknown to one party).

Sedangkan dalam taghrir, baik pihak A maupun pihak B

sama-sama tidak memiliki kepastian mengenai sesuatu yang

ditransaksikan (uncertain to both parties). Gharar dapat juga

terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni kuantitas, kualitas, harga dan

waktu penyerahan.40 Gharar dalam kuantitas terjadi dalam kasus

ijon, di mana penjual menyatakan akan membeli buah yang belum tampak di pohon seharga Rp X. Dalam hal ini terjadi ketidakpastian mengenai berapa kuantitas buah yang dijual, karena

memang tidak disepakati sejak awal. Contoh gharar dalam kualitas

adalah seorang peternak yang menjual anak sapi yang masih dalam kandungan induknya. Dalam kasus ini terjadi ketidakpastian dalam hal kualitas objek transaksi, karena tidak ada jaminan bahwa anak sapi tersebut akan lahir dengan sehat tanpa cacat, dan dengan

spesifikasi kualitas tertentu.41 Gharar dalam harga terjadi bila,

misalnya, bank syariah menyatakan akan memberi pembiayaan murabahah rumah 1 tahun dengan marjin 20% atau 2 tahun dengan marjin 40%, kemudian disepakati oleh nasabah. Ketidakpastian

40

Ibid.,h.32.

41


(49)

34

terjadi karena harga yang disepakati tidak jelas, apakah 20% atau

40%. Contoh gharar dalam waktu penyerahan terjadi bila

seseorang menjual barang yang hilang misalnya, seharga Rp X dan disetujui oleh si pembeli. Dalam kasus ini terjadi ketidakpastian mengenai waktu penyerahan, karena si penjual dan pembeli sama-sama tidak tahu kapankah barang yang hilang itu dapat ditemukan

kembali.42

n. Keempat belas, komoditi bisnis yang dijual adalah barang-barang yang suci dan halal, bukan barang yang haram, seperti babi, anjing,

minuman keras, ekstasi, dan sebagainya. 43

o. Kelima belas, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa ada

paksaan. 44 Firman Allah swt dalam Q.S An Nisa (4) : 29

                                      

Artinya : “Hai orang - orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.”

42

Ibid.,h.33.

43

Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, h. 43.

44


(50)

p. Keenam belas, segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah saw. memuji seorang muslim yang memiliki perhatian

serius dalam pelunasan utangnya. Sabda Nabi saw., “Sebaik - baik

kamu, adalah orang yang paling segera membayar utangnya.”

(HR. Hakim).45

q. Ketujuh belas, memberi tenggang waktu apabila pengutang

(kreditor) belum mampu membayar. 46 Sabda Nabi saw., “Barang

siapa menangguhkan orang yang kesulitan membayar utang atau membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di bawah nauangan – Nya pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan

–Nya.” (HR. Muslim).

r. Ketujuh belas, bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur

riba. 47 Firman Allah swt. Dalam Q.S. Al – Baqarah (2) : 278

                 

Artinya: “Hai orang - orang yang beriman, bertakwalah kepada

Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang - orang yang beriman.”

s. Risywah (Suap – Menyuap). Yang dimaksud dengan perbuatan risywah adalah memberi sesuatu kepada pihak lain untuk 45 Ibid.,h.43. 46 Ibid.,h.43 47 Ibid.,h.43


(51)

36

mendapatkan sesuatu yang bukan haknya.48 Allah swt. telah

menyinggung praktik suap- menyuap pada sejumlah ayat Alquran. Diantaranya Firman Allah swt dalam Q.S. Al- Baqarah (2): 188

                          

Artinya : “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian

yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.”

5. Perbedaan Bisnis Islam dan Bisnis Non-Islam

Dalam bukunya yang berjudul “Islamic Business and Economic

Ethics”, perbedaan bisnis Islam dan Bisnis Non-Islam sebagai berikut : 49 Tabel 3.1

No Aspek Ekonomi Islam Kapitalisme

1 Sumber Al-Qur’an dan Hadist Daya pikir manusia

2 Motif Ibadah Rasional materialisme

3 Tujuan Falah dan mashalah Utilitarian,individualisme

4 Prinsip jual-beli Melarang gharar,maysir,

najsy, barang haram

Tidak jelas melarangnya

48

Adiwarman A. Karim, BANK ISLAM; Analisis Fiqih dan Keuangan, h.45. 49

Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, h. 93-94.


(52)

5 Motif konsumsi Kebutuhan (need) Keinginan (wants)

6 Tujuan konsumsi Memaksimumkan

maslahah

Maximize utility

7 Motif Produksi Kebutuhan dan

kewajiban kemanusiaan

Ego dan rasionalisme

8 Hubungan dengan

pelaku bisnis lain

Persaudaraan (ukhuwah)

dan kemitraan

Persaingan

9 Prinsip keuangan Real based economy Monetary based economy

10 Spekulasi Haramkan spekulasi Halalkan spekulasi

11 Instrumen moneter Bagi hasil,jualbeli,ijarah Bunga

12 Prinsip pengeluaran

(Expenditure)

Berdasarkan 3 tingkatan

maslahah (dharuriyat,

hajiyat, tahsiniyat)

Tidak memperhatikan

prioritas maslahah

13 Sumber Zakat, infaq, sedeqah,

usyur, kharaj, pajak kondisional

Pajak

14 Sasaran Penerima Pada zakat ditentukan 8

asnaf

Tanpa melihat asnaf

15 Tujuan Memprioritaskan

pengentasan kemiskinan

Bukan memprioritaskan pengentasan kemiskinan

16 Dampak Sarana menciptakan

keadilan ekonomi

Kesenjangan


(53)

38

18 Fungsi Uang Uang sebagai komoditas Uang sebagai medium of

change

19 Sifat Money as flow concept Money as stock concept

20 Instrumen Dinar, dirham dan fulus Fiat money (uang kertas)

yang tidak sesuai nilai nominal dan instrinsik

21 Fungsi Negara Penjamin kebutuhan

minimal dan pendidikan

pembinaan melalui

baitul mal

Penentu kebijakan

melalui departemen-

departemen

22 Pertumbuhan Pertumbuhan dan

pemerataan, keadilan

Pertumbuhan ekonomi

23 Pencetakan mata uang Ditentukan oleh

permintaan di sektor riil

Tidak ditentukan

kebutuhan di sektor riil

24 Paradigma Islam Pasar

C. Manajemen Pemasaran

1. Definisi Manajemen Pemasaran

Menurut Paul Peter dan James Donnelly, marketing management

can be defined as “the process of planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of goods, services, and ideas to create exchanges with target groups that satisfy customer and organizational


(54)

didefinisikan sebagai proses perencanaan, pelaksanaan gambaran (konsep) dari harga, promosi dan distribusi barang, pelayanan, serta beberapa ide yang saling berhubungan dengan objek lainnya untuk mencapai kepuasan

konsumen dan tujuan organisasi.50

Sementara itu, Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah mendefinisikan manajemen pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh konsumen, dan bagaimana cara

pemenuhannya dapat diwujudkan.51

Thamrin Abdullah dan Francis Tantri mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan juga mencakup barang, jasa serta gagasan, berdasarkan pertukaran dan tujuannya adalah memberikan kepuasan bagi

pihak yang terlibat.52

2. Perkembangan Manajemen Pemasaran

Sejak revolusi industri, manajemen pemasaran telah mengalami beberapa tahap perkembangan. Namun banyak juga perusahaan yang masih berada pada tahap pertama. Adapun tahap-tahap perkembangan

tersebut adalah : 53

50

Paul Peter & James Donnelly, Marketing Management : knowledge and skills (New

York: The McGraw-Hill Companies, 2009), h. 15. 51

Ernie tisnawati sule dan kurniawan saefullah, Pengantar manajemen, edisi I (Jakarta:

Prenada Media,2005), h. 14. 52

Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 22.

53

Bashu Swastha, Azas - Azas Marketing, Cet.V (Yogyakarta: Liberty Offset


(55)

40

a. Tahap Orientasi Produksi

Dalam tahap pertama ini perusahaan berorientasi pada

produksi (production oriented). Tujuan dan perencanaan

perusahaan ditentukan oleh Bagian Produksi. Sedangkan fungsi dari Bagian Penjualan hanya menjual hasil produksi saja; harga sudah ditentukan oleh Bagian Produksi dan Keuangan.

Disini, usaha pemasarannya tidak ditujukan untuk mendapatkan orang yang bersedia membeli produk dengan harga yang layak. Adapun konsep yang dianut oleh perusahaan dalam

tahap ini disebut dengan konsep produk (product concept).

b. Tahap Orientasi Penjualan

Setelah perusahaan berhasil membuat barang secara besar- besaran kemudian timbul masalah bagaimana menjual barang- barang tersebut. Membuat barang yang baik saja tidak cukup menjamin berhasilnya pemasaran. Hasil kerja dalam penjualan masih diukur terutama dari volume penjualan yang dihasilkan, dan bukan dari laba pemasaran.

Jadi, perusahaan yang berorientasi pada penjualan (sales

orientation) ini menganut sebuah konsep yang disebut konsep penjualan (sales concept).

c. Tahap Orientasi Pemasaran

Pada tahap ketiga ini, perusahaan menganut konsep manajemen pemasaran yang terintegrasi, dan diarahkan kepada


(56)

konsumen (consumer oriented) untuk mendapatkan volume penjualan yang menguntungkan. Pemasaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap seluruh kebijaksanaan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Disini, perusahaan lebih mementingkan kebutuhan dan keinginan konsumen daripada hanya sekedar meningkatkan penjualan. Perusahaan yang demikian ini menganut suatu konsep

yang disebut dengan konsep pemasaran (marketing concept).

d. Tahap Orientasi Manusia dan Tanggung Jawab Sosial

Tahap ini menyangkut kondisi sosial dan perekonomian dalam tahun 1970-an, yaitu suatu tahap yang mana perusahaan

berorientasi pada masyarakat (societal orientation). Jika

perusahaan ingin berhasil atau bahkan dapat hidup terus, ia harus dapat menanggapi cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya.

Bagi perusahaan, laba merupakan tujuan pemasaran secara berkelanjutan. Oleh karena itu, tujuan tersebut lebih baik diarahkan untuk kepentingan jangka panjang. Di sini, perusahaan berusaha memberikan kemakmuran kepada konsumen dan masyarakat untuk

jangka panjang. Konsep yang dianutnya disebut konsep pemasaran


(57)

42

3. Konsep Manajemen Pemasaran

Pada umumnya setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan sebagai dasar dari setiap kegiatannya dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep-konsep tersebut sifatnya dinamis, karena berkembang atau berevolusi seiring dengan perjalanan waktu.

Pemilihan dan penerapan konsep pemasaran tertentu dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya nilai-nilai dan visi manajemen, lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan. Perkembangan konsep

pemasaran meliputi : 54

a. Konsep Produksi

Pemasar yang berpegang pada konsep ini berorientasi pada proses produksi/operasi (internal). Asumsi yang diyakini adalah bahwa konsumen hanya akan membeli produk-produk yang murah dan gampang diperoleh. Dengan demikian, kegiatan organisasi harus difokuskan pada efisiensi biaya (produksi) dan ketersediaan produk (distribusi), agar perusahaan dapat meraih keuntungan.

b. Konsep Produk

Dalam konsep ini, pemasar beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja,

fitur (features), atau penampilan superior.

54

Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa - Prinsip, Penerapan dan Penelitaian (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2014), h. 4 - 5.


(58)

Konsekuensinya, pencapaian tujuan bisnis perusahaan dilakukan melalui inovasi produk, riset, dan pengembangan, dan pengendalian kualitas secara berkesinambungan.

c. Konsep Penjualan

Konsep ini merupakan konsep yang berorientasi pada tingkat penjualan (internal), di mana pemasar beranggapan bahwa konsumen harus dipengaruhi (bilamana perlu dibujuk) agar penjualan dapat meningkat, sehingga tercapai laba maksimum sebagaimana menjadi tujuan perusahaan.

Dengan demikian, fokus kegiatan pemasaran adalah usaha-usaha memperbaiki teknik-teknik penjualan dan kegiatan promosi secara intensif dan agresif agar mampu mempengaruhi dan membujuk konsumen untuk membeli, sehingga pada gilirannya penjualan dapat meningkat.

d. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan (lingkungan eksternal), dengan anggapan bahwa konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan.

Implikasinya, fokus aktivitas pemasaran dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan adalah berusaha memuaskan pelanggan melalui pemahaman perilaku konsumen secara menyeluruh yang dijabarkan dalam kegiatan pemasaran yang


(59)

44

mengintegrasikan kegiatan - kegiatan fungsional lainnya (seperti produksi/operasi, keuangan, personalia, riset dan pengembangan, dan lain-lain) secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.

e. Konsep Pemasaran Sosial

Pemasar yang menganut konsep ini beranggapan bahwa konsumen hanya bersedia membeli produk-produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginannya serta berkontribusi pada kesejahteraan lingkungan sosial konsumen. Tujuan aktivitas pemasaran adalah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus memperbaiki hubungan antara produsen dan masyarakat demi peningkatan kesejahteraan pihak-pihak terkait.

D. Kajian Tentang Marketing Mix

Kotler dan Amstrong mendefinisikan marketing mix sebagai

perangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar. Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan atau korporasi untuk mempengaruhi permintaan produknya. Dan ini dapat

digolongkan dalam empat kelompok variabel yang dikenal dengan “4P”

(Product, Price, Promotion, Place).55

Marketing Mix merupakan tool atau alat bagi marketer yang terdiri

dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu

55

Kotler dan Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, edisi VIII (Jakarta: Erlangga, 2001)


(60)

dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning

yang ditetapkan dapat berjalan sukses.56

Sedangkan menurut Sadono Sukirno dkk, mendefinisikan marketing mix sebagai sekumpulan kegiatan yang saling berhubungan, yang disusun dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan konsumen dan seterusnya mengembangkan barang yang dibutuhkan, menentukan

harganya, mendistribusikannya, dan mempromosikannya.57

Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen mendefinisikan marketing mix adalah gabungan beberapa metode untuk mempromosikan produk sehingga mencapai hasil maksimum dengan biaya minimum;

mencakup riset pasar, strategi produk, promosi, harga dan distribusi.58

Dengan demikian elemen marketing mix terdiri dari 4 hal, yaitu :

1. Product (Produk)

a. Gambaran Umum Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi, yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian,

tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran.59

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah

mutu/kualitas, penampilan (features), pilihan yang ada (options),

56

Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta: PT. Salemba Emban Patria, 2001), h.58.

57

Sadono Sukirno, dkk, Pengantar Bisnis (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 209.

58

Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Kamus Istilah Manajemen, h. 30.

59

Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran - Dasar, Konsep dan Strategi, cet.VII, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2004), h. 200.


(61)

46

gaya (style), merek (brand names), pengemasan (packaging),

ukuran (sizes), jenis (product lines), macam (product item),

jaminan (warranties), dan pelayanan (service).60

b. Klasifikasi Produk

Produk diklasifikasikan menjadi 2 macam berdasarkan tujuan dan

pemakaian, yaitu :61

(1) Barang Konsumsi (consumers – goods)

Barang konsumsi adalah barang yang dipergunakan oleh konsumen akhir dan tidak untuk dikomersilkan. Barang konsumsi dibagi menjadi 4, yaitu:

(a) Barang kebutuhan sehari-hari (convenience goods), yaitu

barang yang pada umumnya seringkali dibeli, seketika, hanya sedikit membanding-membandingkan, dan usaha membelinya minimal. Misalnya: sabun, permen, dan lain -lain.

(b) Barang belanjaan (shopping goods), yaitu barang yang

dalam proses memilih dan membelinya sangat dipengaruhi oleh pengaruh mode dan konsumen membandingkan berdasarkan kesesuaian, mutu, dan harga. Misalnya: pakaian, kursi tamu, alat-alat rumah tangga, sepatu dan lain-lain.

60

Ibid., h. 200.

61

Djaslim Saladin, Intisari Pemasaran dan Unsur -Unsur Pemasaran, cet.III, (Bandung: CV Linda Karya, 2003), h. 72 - 76.


(62)

(c) Barang khusus (speciality goods), yaitu barang yang memiliki ciri unik dan merek khas dimana kelompok

konsumen bersedia berusaha lebih keras untuk

membelinya. Misalnya: sepeda motor, peralatan fotografi, dan lain-lain

(d) Barang yang tidak dicari (unsought goods), yaitu barang

dimana konsumen tahu atau tidak mengenai barangnya, tetapi pada umumnya tidak berpikir untuk membelinya. Misalnya: batu nisan, asuransi jiwa dan lain-lain.

(2) Barang Industri (industrial goods)

Barang industri adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses lebih lanjut atau dipergunakan dalam menjalankan bisnis. Barang industri dibagi menjadi 3, yaitu:

(a) Barang dan suku cadang (material and parts), yaitu

barang-barang yang seluruhnya masuk ke dalam produk jadi.

Misalnya: bahan baku (bahan hasil pertanian dan hasil

alam) dan bahan jadi (benang, semen, kawat dan lain-lain )

serta suku cadang (ban, dinamo, dan lain-lain).

(b) Barang modal (capital items), yaitu barang-barang berat

atau barang modal. Misalnya: perlengkapan kantor,

instalasi untuk pabrik dan kantor, hard truck dan lain-lain.

(c) Perbekalan dan pelayanan (supplies and services), terdiri


(1)

yang turun menurun ke anak-anaknya. Di Rawamangun ini banyak sekali orang tua yang dari dulu mereka muda dan sekarang sampai punya cucu dan menularkan untuk berbelanja di TIP TOP.

Aji : Dalam bauran pemasaran terdapat variabel promosi, bagaimanakah promosi yang dikembangkan oleh Supermarket TIP TOP ?

Manajer Operasional : Promosi banyak, kita memanfaatkan media sosial, kita berkerjasama dengan beberapa merchent lain, misalnya kalau lihat member kita itu ada kita kerjasama dengan, misalnya seaworld atau dufan, macam-macamlah, itu dengan menunjukkan member kita dapat potongan harga, itu salah satunya. Kemudian kita kerjasama dengan bank, berbelanja di TIP TOP membayarnya pakai kartu debit bank tertentu atau kartu kredit bank tertentu kita mendapatkan hadiah, jadi itu yang kita jalani, dari situ kan kebanyakan customer kita adalah orang-orang yang kerja, bergaji dan ambil gajinya melalui ATM. Ketimbang dia repot, ngambil di ATM dan harus ngantri, dipakailah berbelanja... nanti dia dapat hadiah, lebih menyenangkan mana? artinya dia yang gajinya diambil tunai, dia belanja, bayar, selesai, sekarang menggunakan kartu debit itu. Dia belanja, bayar, dapat hadiah, itu dia yang coba kita kembangkan dan alhamdulilah berhasil. Bahkan mereka menunggu, kita selesai. “Kapan lagi nih promo dengan bank ini?saya punya lho kartu kredit, saya bela-belain bikin karena TIP TOP sering banget nih promo kartu kredit. Kapan sih ada lagi?” oh nanti bu sabar. Jadi, kita kerjasama ada yang belanja, misalnya 250rb, dia ambil bola atau kartu atau kupon gesek, itu hadiahnya macam-macam, terendah misalnya ada rinso segala macam-macam, paling tinggi umroh, TV, handphone banyak, tapi memang itu tadi, namanya kupon gesek kita tidak duga. Orang hanya belanja 250rb sekali, tiba-tiba dapat kupon umroh, orang yang udah berbelanja berkali-kali, tidak dapat. Artinya kerjasama pada si promosi tadi, kita belanja sekian dengan membayar pakai kartu debit atau kredit bank tertentu dapat hadiah atau kesempatan untuk


(2)

dengan pihak supplier, apa saja? Lomba mewarnai, lomba makan es krim. Syaratnya mudah, misalnya belanja dengan produk supplier tertentu misalnya nilainya 10/20rb, bisa mendaftar. Kalau saya datang langsung daftar gak bisa, harus beli produknya dulu, itu baru bisa mendaftar. Kita juga mengadakan dengan supplier actifity yang sifatnya edukasi misalnya kerjasama dengan SGM atau MILO. Mereka menyediakan boots di luar, di parkir, mereka adakan kegiatan apa disitu, setiap pelanggan TIP TOP yang membeli produk MILO bisa ikutan disitu, dan misalnya anaknya ikut lomba melemparkan bola ke pasir dapat hadiah, nah hal – hal seperti itu, activity. Jadi variasinya banyak yang kita lakukan.


(3)

LAMPIRAN

Gambar Timbangan Elektronik untuk menimbang produk sayuran, buah maupun daging. Tingkat presisinya hingga tiga digit dibelakang koma (0,000) sehingga mencegah terjadinya kecurangan. Didalam Islam, Allah S.W.T memerintahkan kepada kita untuk selalu berbuat adil.

Gambar produk sayuran, buah-buahan dan daging. Semua produk segar dijamin kehalalannya karena proses ketelusuran produk dilakukan dengan sangat teliti. Termasuk tempat pemotongan daging secara Islami.


(4)

Produk minuman dan makanan olahan kaleng disusun dengan rapih dan bersih. Didalam Islam, kebersihan merupakan sebagian dari Iman dan Allah S.W.T menyukai orang-orang yang suci (bersih).

Gambar keragaman produk yang dijual oleh Supermarket TIP TOP, salah satunya produk kebutuhan alat – alat rumah tangga.


(5)

Gambar produk Floor Display. Salah satu media promosi yang dilakukan oleh Supermarket TIP TOP dengan membuat sebuah piramida atau bangunan lain dengan produk yang disusun semenarik mungkin.

Gambar partner pedagang yang melakukan kerjasama dengan Supermarket TIP TOP. Semua outlet Supermarket TIP TOP menyediakan tempat makan atau foodcourt.


(6)

Gambar ATM, tempat parkir dan arena bermain anak. Setiap outlet di Supermarket TIP TOP terdapat fasilitas tambahan seperti tempat permainan anak, ATM dan tempat parkir yang luas.

Untuk memudahkan konsumen melaksanakan kewajibannya. Supermarket TIP TOP menyediakan tempat ibadah yang bersih, harum dan ber-AC. Disamping itu, pada saat bulan Ramadhan Supermarket TIP TOP mengadakan kegiatan sosial disekitar masjid atau mushalla.