KETIDAK SESUAIAN ANTARA PRESTASI BELAJAR

KETIDAKSESUAIAN ANTARA PRESTASI BELAJAR
DENGAN TINGKAT INTELEGENSI ATAU
UNDERACHIEVER PADA ANAK BERBAKAT
TUGAS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Akhir Semester
Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (LB570) yang Diampu Oleh Drs.
Yuyus Suherman, M.Si dan Hidayat, Dipl.S.Ed., M.Si.

Disusun Oleh :

Wiwiet Purwitawati Sholihah

1202534

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

A. Deskripsi
Anak yang mendemonstrasikan kemampuannya yang unggul untuk

prestasi akademik, tetapi tidak dapat tampil secara memuaskan
berdasarkan hasil tugas akademik dan tes prestasi disebut anak
underachiever [CITATION Rim15 \l 1057 ]. Contoh anak underachiever
yang genius dan berbakat adalah Albert Einstein, Orlando Bloom, Thomas
Alva Edison, Leonardo Davinci dan masih banyak tokoh hebat dunia
lainnya yang ternyata di waktu kecil termasuk anak underachiever. Albert
Einstein dalam penemuan fenomenalnya, yakni “Teori Relativitas” dan
berhasil menempatkan namanya dalam seratus tokoh dunia versi Michael
H. Hart, ternyata ia tidak mendapatkan ijazah sekolah. Begitu pula dengan
Thomas Alva Edison, ia tidak memiliki ijazah bahkan dianggap idiot dan
menderita sakit mental oleh guru sehingga ia terpaksa dikeluarkan dari
sekolah dasar pada kelas 3. Albert Einstein mengatakan bahwa “Ini adalah
seni tertinggi guru untuk membangkitkan kegembiraan yang ekspresif,
menebarkan kreativitas dan memperoleh pengetahuan” [ CITATION
Suy15 \l 1057 ]. Penyebab underachievement diantara siswa adalah
kombinasi antara faktor rumah dan sekolah [CITATION Sou02 \l 1057 ].
Berikut contoh masalah dalam anak berbakat “underachiever”:
Adi adalah siswa salah satu sekolah unggulan di Jakarta yang
mengikuti Penelusuran Minat dan Bakat di LPTUI. Selama ini prestasi Adi
di sekolah hanya mendapat nilai maksimal 70, itu pun pada satu pelajaran

saja yaitu komputer. Namun demikian, hasil tes menunjukkan bahwa Adi
memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Orangtua Adi sangat heran dan
akhirnya menghubungi LPTUI untuk meminta waktu konseling dengan
Psikolog. Saat menemui Psikolog, ayah Adi menjelaskan dengan berapiapi bahwa Adi yang saat ini baru naik kelas 3 SMP tidak pernah terlihat
belajar di rumah. Sehari-hari Adi hanya membaca komik dan menonton
TV sehingga Ayah Adi menjadi sangat cerewet pada anak bungsunya ini.
Kedua kakak Adi usianya terpaut cukup jauh dengan Adi. Yang satu sudah
lulus sarjana dan yang satu lagi duduk di bangku kuliah di salah satu

Fakultas Kedokteran sebuah universitas di Bandung. Ayah Adi ingin agar
Adi juga memiliki prestasi seperti kakak-kakaknya.
Sementara itu, Ibu Adi merasa sudah tidak bisa terus menerus
mendampingi Adi belajar karena sudah lelah. Adi sendiri merasa kalau di
rumah ia memang sudah tidak ingin belajar karena sudah seharian belajar
di sekolah mulai jam 7.15 sampai jam 15.00, dan masih dilanjutkan
dengan les sehingga baru sampai di rumah pukul 8 malam. Sejak kelas 3
SMP, Adi sudah sangat jarang mengerjakan hobinya bermain bola karena
sudah diarahkan untuk memusatkan perhatian pada Ujian Nasional di
akhir tahun. Orang tua Adi sangat cemas melihat perilaku belajar anak
bungsunya itu. Mereka berharap Adi rajin dan tekun belajar mengingat ia

akan menghadapi Ujian Nasional [ CITATION Sep15 \l 1057 ].
B. Tinjauan dari sumber lain
Penelitian

mengenai

faktor-faktor

determinan

penyebab

underachiever diantaranya: [ CITATION Kik08 \l 1057 ]
(1) Penelitian Yaumil Achir tahun 1990 menunjukan adanya perbedaan
komitmen terhadap tugas antara anak berbakat yang berprestasi dan anak
berbakat

yang

berprestasi


kurang

(Hawadi,

2004:

71).

Siswa

underachiever cenderung perfect, sehingga mudah kecewa dan putus asa
saat melakukan kesalahan. Akibatnya tugas sekolah tidak bisa diselesaikan
secara tepat waktu.
(2) Penelitian Sunawan (2003) dan Nugroho (2006) menunjukan adanya
korelasi positif antara manajemen diri dalam belajar dengan prestasi
belajar. Jika siswa berbakat tidak memiliki manajemen diri dalam belajar
yang baik, maka ada kecenderungan menyebabkan siswa tersebut menjadi
underachiever.
(3) Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak yang sukses di

sekolah menunjukan bahwa ”peran orang tua sangatlah menentukan
keberhasilan mereka” (Gustian, 2004: 36).
(4) Penelitian Yaumil Achir tahun 1990 dalam Hawadi (2004: 154)
menunjukan bukti bahwa orang tua yang memberikan perhatian serius

terhadap perilaku anak berbakat, terutama yang terkait dengan disiplin
belajar, ketekunan, keuletan serta memberikan kebebasan terlalu longgar
cenderung menyebabkan anak berbakat menjadi underachiever.
(5) Hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli psikologi menunjukan
bahwa harapan guru terhadap kemampuan anak sangat berpengaruh pada
penilaian anak terhadap kemampuan yang dimiliki (Gustian, 2004: 35).
Munculnya underachiever tidak serta merta dengan sendirinya.
Ada beberapa faktor yang berpotensi menjadi penyebab underachiever.
Berdasarkan kajian teori yang peneliti lakukan, diasumsikan beberapa
faktor penyebab underachiever, yaitu kondisi fisik, keadaan psikis,
keluarga, sekolah, teman sebaya, dan masyarakat.
1)

Kondisi fisik
Meliala (2006) (www.ditplb.or.id) mengungkapkan bahwa “kondisi

fisik yang bisa menyebabkan siswa underachiever misalnya anak
mengalami

sakit,

ada

gangguan

pendengaran,

gangguan

penglihatan, atau ada cacat fisik lainnya”. Hal-hal tersebut sangat
mungkin menganggu proses belajar anak sehingga prestasinya yang
diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang sebenarnya.
2)

Kondisi psikis
Hawadi (2004: 73) menyebutkan faktor-faktor kepribadian yang

bisa menyebabkan siswa underachiever seperti perfectionism,
terlalu sensitif, tidak berdaya guna dalam keterampilan sosial, malu
dan rendah diri karena berbeda dengan siswa lain, tidak percaya
diri, dan terlalu banyak kegiatan. Clark (1992: 472) juga
menyebutkan kondisi pribadi anak yang berpotensi menyebabkan
underachiever, yaitu sebagai berikut:
a.

Adanya tekanan dalam diri sendiri untuk mencapai

kesempurnaan.
b.

Memiliki sensitivitas yang tinggi

c.

Kurangnya kemampuan sosial

d.


Merasa tertekan karena dianggap berbeda dengan anak lain,

sehingga dikucilkan
e.

Merasa tidak cocok dengan kurikulum sekolah

f.

Kurang sesuai dengan cara mengajar guru

g.

Kurang nyaman dengan lingkungan kelas

h.

Terlalu banyak minat terhadap sesuatu, sehingga sulit fokus


i.

Terlalu banyak kegiatan sehingga tidak bisa memanajemen

kegiatannya sendiri
3)

Lingkungan keluarga
Ada beberapa penyebab yang berasal dari keluarga, antara lain:
a.

Situasi keluarga tidak stabil, misalnya si anak tahu bahwa
ayahnya selingkuh sehingga hubungan kedua orangtuanya
tidak harmonis

b.

Si anak merasa harus berkompetisi dengan saudara

c.


Si anak kurang mendapat kesempatan pengayaan sosial dan
edukasional

d.

Si anak terlalu tergantung pada ibu, misalnya ibulah yang
selalu membantu dan mengambil keputusan untuknya

e.

Ayah terlalu dominan, kurang menghargai anak, sering
memberi hukuman berat

f.

Orang tua tidak realistis dalam menetapkan target dan
memaksakan nilai-nilai tertentu terhadap anak-anaknya,
misalnya anak merasa sudah belajar seharian tetapi
dianggap belum belajar kalau di rumah ia hanya membaca

komik

g.

Orang tua tidak pernah memberi penghargaan atas prestasi
anak-anaknya sekecil apapun

h.

Orang tua jarang berbagi ide, memberikan kepercayaan,
menunjukkan kasih sayang dan mengambil kesepakatan
dengan anak-anaknya

i.

Orang tua terlalu memanjakan dan melindungi anak
sehingga tidak menumbuhkan rasa tanggung jawab pada
diri anak-anak itu sendiri

j.

Orang tua jarang memberi contoh gaya hidup yang positif,
sehat, teratur, dan prestastif

4)

Sekolah
Hawadi (2004: 70) bahwa terdapat beberapa faktor sekolah yang
menjadi penyebab underachiever, yaitu sebagai berikut:
a.

Lingkungan sekolah tidak mendukung atau memberikan

penghargaan terhadap keberhasilan akademik
b.

Kurikulum tidak cocok dengan siswa

c.

Lingkungan kelas yang kaku dan otoriter

d.

Penghargaan tidak dibuat untuk perbedaan individual

e.

Gaya belajar siswa yang tidak cocok dengan cara mengajar

guru
5)

Teman sebaya
Menurut Runikasari (2008) (www.lptui.com) “salah pilih teman
juga bisa menyebabkan seorang remaja menjadi underachiever”.
Pada usia remaja, teman menjadi segalanya bagi mereka, sehingga
sangat sulit menolak pengaruh dari teman. Ketika berteman dengan
anak-anak yang kurang memperhatikan prestasi, maka akan
membuat siswa juga malas belajar. Hal ini dilatarbelakangi oleh
adanya ketakutan ditinggalkan teman, sehingga mereka lebih baik
mengalahkan prestasi belajar daripada pertemanannya.
Berdasarkan penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab underachiever yang berasal teman sebaya terdiri dari:
a.

Keberadaan teman sebaya yang memiliki kesamaan minat

dan bakat untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya
b.

Keterlibatan dalam kegiatan yang dilaksanakan bersama

kelompok sebaya.

6)

Masyarakat
Menurut Hawadi (2004: 72) lingkungan sekitar tempat tinggal
siswa berbakat juga berpotensi menjadi salah satu penyebab
underachiever. Adanya harapan dari lingkungan sekitar yang
menuntut anak berbakat harus memiliki prestasi yang baik dalam
segala bidang, terkadang membuat anak justru merasa terbebani.
Akibatnya anak berbakat yang seharusnya mampu menunjukan
prestasi tinggi sesuai dengan tingkat kecerdasan, justru menunjukan
hal yang sebaliknya.
Dalam hal ini, anak berbakat memerlukan pelayanan khusus yang

berbeda dengan anak yang lain agar mereka tidak menjadi underachiever.
Adapun teknik dalam membimbing pengembangan untuk anak berbakat,
seperti:
1)

Pengembangan ranah kognitif: hal ini mengandung implikasi bagi
guru untuk menyediakan rentang pengalaman belajar yang luas dan
dapat diakselerasikan dan mengakselerasi perkembangan kognitif
anak berbakat

2)

Pengembangan ranah afektif: layanan bimbingan yang perlu
diberikan adalah memahami pikiran dan harapan anak berbakat
dengan sikap terbuka dan membantu anak memahami pikiran dan
harapan yang ada pada dirinya

3)

Pengembangan ranah fisik: kemampuan anak berbakat yang
cenderung berkembang lebih awal dari usia pada umumnya
menghendaki layanan pendidikan yang memungkinkan anak
memporelah pengalaman memadukan pola perkembangan fisik

4)

Pengembangan ranah intuitif: layanan pendidikan bagi anak
berbakat perlu mempedulikan pengembangan pengalaman yang
mendorong dia untuk berimajinasi dan berkreasi

5)

Pengembangan ranah kemasyarakatan: layanan bimbingan yang
dapat diberikan ialah membantu anak memperoleh pengalaman

mengembangkan diri menjadi anggota kelompok dan mampu
berpartisipasi dalam proses kelompok
Ada beberapa model dalam penyelenggaraan pendidikan untuk
anak berbakat, seperti:
1)

Model Akselerasi: bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai
dari memasuki SD pada usia dini, loncat kelas atau mengikuti
bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi

2)

Model pengayaan: dengan memberikan tugas-tugas tambahan bagi
siswa yang memiliki kemampuan unggul

3)

Model pengelompokan: model ini dikelompokan berdasarkan
kemampuan. Model ini dapat berupa kelas khusus di dalam
sekolah, dapat pula berupa kelas di sekolah khusus yang disebut
dengan sekolah unggul

4)

Model trifokal yang diajukan Rimm (dalam Joan, 2004) adalah
salah satu pendekatan yang paling komprehensif untuk mengatasi
siswa yang underachiever. Model ini melibatkan individu sendiri,
lingkungan rumah dan sekolah. Masing-masing pihak yang terlibat
tersebut diikutsertakan dalam program trifokal ini, sehingga setiap
orang

yang

diperkirakan

berkontribusi

terhadap

masalah

underachiever dapat menyelesaikan masalah anak dengan leih
komprehensif (dalam Bakers, Bridger & Evans, 1998). Agar dapat
mengatasi siswa underachiever dengan tepat, maka diperlukan
intervensi yang berbeda pada setiap kasus karena menurut
Hansford (dalam Joan, 2004) underachievement sangat spesifik
pada individu masing-masing.
Beberapa literatur menyatakan bahwa underachievement adalah
pola perilaku yang dipelajari dan tentunya dapat juga diubah
(Gallagher, 2005; Joan, 2004). Coyle (2000 dalam Trevallion,
2008) menyatakan bahwa untuk meningkatkan prestasi anak
underachiever dapat dilakukan dengan membangun self-esteem,
meningkatkan konsep diri, meningkatkan motivasi intrinsik dan
ekstrinsik, mengajari cara belajar (study skills), manajemen waktu

dan mengatasi kekurangannya dalam hal akademik. Pringle (dalam
oxfordbrooks.ac.uk, 2006) juga menyatakan hal yang sama, bahwa
untuk mengatasi siswa underachiever dapat dilakukan oleh guru
dengan meningkatkan konsep diri dan moral siswa, memberikan
dukungan, memberikan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu
dengan

bebas,

ataupun

membuat

suasana

belajar

yang

menyenangkan. Jika guru bersikap negatif terhadap siswa
underachiever ataupun kurang memperhatikan mereka, akan
berakibat semakin menguatnya pola underachievement pada siswa
tersebut [ CITATION Lin12 \l 1057 ].
C. Analisis
Jika dilihat dari permasalahan diatas, Kasus seperti Adi
disebut Underachiever, yaitu orang-orang yang memilki potensi tinggi
tetapi prestasi yang mereka tampilkan berada dibawah potensi yang
dimiliki. Hal ini dipertegas dengan perilaku Adi yang mencerminkan sikap
pasif agresif sebagai penolakan terhadap perintah-perintah belajar yang
diberikan oleh Ayahnya. Kemungkinan penyebab dari sikap yang
ditunjukan oleh Adi adalah faktor keluarga yang menuntut Adi untuk
mengikuti semua keinginan orangtua, yang dimana anak harus mengikuti
jejak kakak-kakaknya yang sukses dalam menggapai pendidikan tinggi.
Dalam

permasalahan

ini,

Ayah

terlalu

dominan,

kurang

menghargai dan tidak memberi penghargaan atas prestasi anak yang sudah
di raih, orangtua jarang menunjukan kasih sayang dan mengambil
kesepakatan dengan anak. Adapun faktor sekolah yang menyebabkan anak
berprestasi rendah, misal: lingkungan sekolah yang tidak mendukung,
gaya belajar siswa yang tidak cocok dengan cara mengajar guru, waktu
yang banyak dipakai untuk terus belajar baik di sekolah maupun di tempat
les (dari pagi hingga malam).
Untuk memberikan pendidikan kepada anak ini, lebih baiknya
menggunakan metode dan pelayanan pendidikan yang tepat. Model
trifokal dianggap model pendekatan yang tepat dalam mengatasi siswa

underchiever karena model ini melibatkan individu itu sendiri, lingkungan
rumah dan sekolah. Untuk meningkatkan prestasi anak underachiever
dapat dilakukan dengan membangun self-esteem, meningkatkan konsep
diri, meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik, mengajari cara belajar
(study skills), manajemen waktu dan mengatasi kekurangannya dalam hal
akademik. Yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan meningkatkan
konsep diri dan moral siswa, memberikan dukungan, memberikan
kesempatan untuk mengerjakan sesuatu dengan bebas, ataupun membuat
suasana belajar yang menyenangkan. Intinya adalah baik orangtua maupun
guru harus memberikan perhatian kepada anak dan mengasah kreativitas
anak dengan melakukan berbagai kegiatan baik dalam pembelajaran
dengan belajar di indoor maupun outdoor.
D. Kesimpulan
Anak yang sudah diketahui mengalami underachiever, orangtua
dan guru harus bisa mengatasinya. Kerjasama antara orangtua dengan
guru/pihak sekolah merupakan suatu hal yang patut dan berharga dalam
mengoptimalkan prestasi anak, baik secara akademik maupun non
akademik sesuai dengan bakat dan minat anak. orangtua dan guru harus
bisa melihat potensi yang dimiliki oleh anak supaya dikembangkan.
Permasalahan yang telah dibahas sebelumnya menunjukan bahwa anak
memiliki hobi dalam bermain bola. Jadi orangtua harus mengasah bakat
anaknya itu. Di sisi lain, orangtua harus memahami anak dan memberikan
motivasi agar anak mau berprestasi. Sesuaikan dengan kondisi
perkembangan psikologis anak terutama remaja yang sedang berada dalam
masa perubahan dari anak-anak menjadi dewasa. Komunikasikan usahausaha yang dilakukan orang tua dengan sekolah sehingga tidak ada salah
satu pihak yang merasa disalahkan sebagai penyebab anak menjadi
underachiever.

DAFTAR PUSTAKA
Hamid, S. d. (2002). IDENTIFIKASI ANAK UNDERACHIEVER DAN STRATEGI
PENANGANANNYA _ Rimba Hamid - Academia.edu. Dipetik Januari 1, 2015,
dari
http://www.academia.edu/9065653/IDENTIFIKASI_ANAK_UNDERACHIEVE
R_DAN_STRATEGI_PENANGANANNYA:
http://www.academia.edu/9065653/IDENTIFIKASI_ANAK_UNDERACHIEVE
R_DAN_STRATEGI_PENANGANANNYA
Hamid, S. d. (t.thn.). IDENTIFIKASI ANAK UNDERACHIEVER DAN STRATEGI
PENANGANANNYA _ Rimba Hamid - Academia.edu. Dipetik Januari 1, 2015,
dari
http://www.academia.edu/9065653/IDENTIFIKASI_ANAK_UNDERACHIEVE
R_DAN_STRATEGI_PENANGANANNYA:
http://www.academia.edu/9065653/IDENTIFIKASI_ANAK_UNDERACHIEVE
R_DAN_STRATEGI_PENANGANANNYA
Hamid, W. d. (t.thn.). IDENTIFIKASI ANAK UNDERACHIEVER DAN STRATEGI
PENANGANANNYA _ Rimba Hamid - Academia.edu. Dipetik Januari 1, 2015,
dari
http://www.academia.edu/9065653/IDENTIFIKASI_ANAK_UNDERACHIEVE
R_DAN_STRATEGI_PENANGANANNYA:
http://www.academia.edu/9065653/IDENTIFIKASI_ANAK_UNDERACHIEVE
R_DAN_STRATEGI_PENANGANANNYA
Kiki. (2008, November 25). ibonk group. Dipetik Januari 3, 2015, dari
http://ibonkgroup.wordpress.com/: http://ibonkgroup.wordpress.com/
Retnoningtias, L. (2012, Mei 4). daribkuntukbk UNDERACHIEVER. Dipetik Januari 2,
2014, dari http://daribkuntukbk.blogspot.com/2012/05/underachiever.html: http://
daribkuntukbk.blogspot.com/2012/05/underachiever.html
Runikasari, S. (t.thn.). Memotivasi Remaja 'Underachiever' _ LPTUI. Dipetik Januari 3,
2015, dari http://lptui.com/artikel/talent-mapping-pendidikan/memotivasi-remajaunderachiever: http://lptui.com/artikel/talent-mapping-pendidikan/memotivasiremaja-underachiever