peningkatan ketera mpilan proses sains

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL
BELAJAR BIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM
BASED LEARNING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 BOGOR
Fadhila Priyandani1, Triasianingrum Afrikani2, Surti Kurniasih 3
ABSTRACT
This study is a Class Action Research (CAR), the research subjects 29 students of class X
MIA-4, this research aims to improve the science process skills (KPS) and biology student
learning outcomes by using a model of Problem Based Learning (PBL). The research took place in
two cycles. Each cycle there are four phases: planning action, action, observation and reflection.
Each end of the cycle is done tests with instruments that have tested the validity of the test items,
test reliability test items, items and level of difficulty distinguishing matter. The results showed that
the application of the model of Problem Based Learning (PBL) can enhance the science process
skills (PPP) and the biology of learning outcomes, seen from the average PPP class X MIA-4 cycle
I reached 63.60 with a percentage of 31.03% achievement, in the second cycle the value of science
process skills into 78.16 with a percentage of 79.31%. The results of pre-cycle study biology 68.71
with 34.48% percentage of achievement, in the first cycle achievement percentage 62.07% 70.67
and 78.92 in the second cycle with a percentage of 79.31% achievement. Based on the results
achieved can be concluded that the application of the model of Problem Based Learning (PBL)
with media power point can enhance science process skills and learning outcomes biology class X
MIA-4 SMAN 6 Bogor.
Key words:

Learning model, Problem Based Learning (PBL), Science Process Skills,
learning outcomes, Biology.

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan subyek penelitian 29
siswa kelas X MIA-4, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains
(KPS) dan hasil belajar biologi siswa dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL). Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus ada 4 tahap: perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Setiap akhir siklus dilakukan tes dengan
instrument yang telah diuji validitas item tes, uji reliabilitas item tes, tingkat kesukaran butir soal
dan daya pembeda soal. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) dan hasil
belajar biologi, terlihat dari rata-rata KPS siswa kelas X MIA-4 siklus I mencapai 63,60 dengan
presentase pencapaian 31,03%, pada siklus II nilai keterampilan proses sains menjadi 78,16
dengan presentase 79,31%. Hasil belajar biologi pra siklus 68,71 dengan presentase pencapaian
34,48%, pada siklus I 70,67 presentase pencapaiannya 62,07% dan pada siklus II 78,92 dengan
presentase pencapaian 79,31%. Berdasarkan hasil yang dicapai dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan media power point dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar biologi siswa kelas X MIA-4 SMAN 6
Bogor.

Kata Kunci:

Model pembelajaran, Problem Based Learning (PBL), Keterampilan Proses
Sains, Hasil belajar, Biologi.

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan
3
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan
2

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu investasi
sumber daya manusia, di mana peningkatan
kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai
faktor pendukung upaya manusia untuk

berprestasi di bidangnya. Pembelajaran sains
sebagai bagian dari pendidikan, umumnya
memiliki peranan penting dalam peningkatan
mutu pendidikan, khususnya di dalam
menghasilkan peserta didik yang berkualitas
yaitu manusia yang mampu berpikir kritis,
kreatif, logis dan berinisiatif dalam
menanggapi isu di masyarakat yang
diakibatkan oleh isu perkembangan sains.
Hakikat belajar sains tidak cukup
mengingat dan memahami konsep yang
ditemukan ilmuwan. Tetapi ada hal yang
lebih penting adalah membiasakan dalam
menemukan konsep sendiri yang dibimbing
oleh guru untuk mencari tahu, yaitu bisa
melalui pengamatan, observasi di luar
sekolah atau di dalam kelas dan hasil
pengamatan akan di identifikasi, di bahas dan
di simpulkan.
Era globalisasi

saat ini sudah
berkembang sangat pesat, diperlukan
praktek pembelajaran kreatif dan inovatif.
Pembelajaran
sains
sangat
penting
peranannya dalam mendorong kemajuan
IPTEK. Dalam konteks pembelajaran sains
negara-negara maju di dunia telah
menargetkan peningkatan hingga mencapai
level 6 yaitu: 1) siswa dapat mengidentifikasi
masalah,
2)
menjelaskan
dan
3)
mengaplikasikan sains dalam
kehidupan
sehari-hari,

4) menganalisis
setiap
informasi yang ada serta menggunakannya
dalam
pemecahan
masalah, 5)
mendemontrasikan kerja ilmiah secara logis
dan 6) mampu memanfaatkan teknologi,
pernyataan ini diambil dari data Programme
for International Student Assessment 2006
(Airlanda, 2012:1).
Data hasil observasi pada pembelajaran
biologi di kelas X SMA Negeri 6 Bogor
menunjukkan bahwa keterampilan proses
sains dan hasil belajar biologi siswa masih
rendah. Hal ini terlihat ketika guru
menyampaikan materi pembelajaran, siswa
hanya
mencatat
dan

mendengarkan
penjelasan guru.Walaupun guru pernah
menerapkan beberapa model pembelajaran
seperti Direct Instruction (DI), tetapi siswa
tetap cenderung pasif dalam kegiatan
pembelajaran. Jika diberi kesempatan untuk

bertanya, hanya satu dua orang yang berani
untuk mengangkat tangan.Siswa juga jarang
menyampaikan pendapat dan hanya beberapa
siswa tertentu saja yang berani menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Peran
serta siswa dalam proses pembelajaran masih
kurang, hanya sekitar 5% siswa pandai yang
menunjukan keaktifan dan peran sertanya.
Sebanyak 30% siswa kurang mempunyai
semangat atau motivasi dalam mengikuti
pembelajaran di kelas dan kurang semangat
untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal. Siswa merasa bosan dengan proses

pembelajaran yang monoton berpusat pada
guru saja.
Pada kenyataannya, harapan untuk
menciptakan pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara aktif dan tidak hanya
berpusat pada guru (teacher centered) sampai
saat ini belum dapat terlaksana sepenuhnya.
Alasan lain yang diperoleh dari hasil
observasi adalah bahwa dalam hal mencari
fakta yang relevan, merumuskan masalah,
serta mengolah dan menganalisis data masih
rendah. Dalam menarik suatu kesimpulan,
siswa cenderung bingung dengan apa yang
akan mereka simpulkan dari kegiatan
tersebut. Siswa mengulasnya dengan mencari
materi yang sama dari buku kemudian
menuliskannya pada kegiatan menyimpulkan.
Ini merupakan akibat dari jarangnya kegiatan
pengamatan dilakukan disekolah. Hanya
sesekali kegiatan mengamati dilakukan.

Padahal
indikator-indikator
tersebut
merupakan komponen dari salah satu
keterampilan proses sains. Keterampilan
proses yang didapat menurut hasil observasi
awal
hanya
8,7%.
Akibat
proses
pembelajaran tersebut nilai rata-rata pada
pokok bahasan keanekaragaman hayati dan
klasifikasi makhluk hidup hanya 65,
sedangkan KKM yang ditentukan sebesar 75
dan kriteria keberhasilannya hanya mencapai
25% dari yang seharunya 75%.
Permasalahan di atas akan dicoba
dipecahkan dengan menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan

keterampilan proses sains dan hasil belajar
biologi siswa melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dengan media power point di kelas X
MIA-4 SMAN 6 Bogor.
Melalui penerapan model Problem
Based Learning dalam pembelajaran biologi,
siswa tidak hanya diharapkan sekedar

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

mendengar, mencatat, kemudian menghafal
materi yang dicatat, akan tetapi melalui
model ini siswa dituntut untuk mengamati,
merumuskan masalah yang di berikan oleh
guru, memperoleh data, mengolah data,
menganalisis dan akhirnya menyimpulkan.
Problem Based Learning sebagai suatu
strategi
dalam

pembelajaran
dapat
merangsang siswa berpikir tingkat tinggi
terhadap suatu masalah yang dihadapinya.
Peranan guru dalam implementasi PBL
adalah menyediakan bahan ajar dan
membantu memberi petunjuk kepada siswa.
Hal ini didukung oleh Rustaman (2005),
mengemukakan bahwa penyajian masalah
berasal dari guru, sedangkan pemecahan
masalah dapat dirancang oleh siswa
berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliki
siswa tentang prosedur pengumpulan data,
menyusun serangkaian pertanyaan yang
mengarah kepada pemecahan masalah, dan
mengambil kesimpulan dari permasalahan
yang dihadapinya. Cara lain yang dapat
diterapkan guru adalah memberikan saran
dan petunjuk untuk mengambil keputusan
dari masalah yang dihadapi.

Problem Based Learning memiliki ciriciri spesifik dan tahapan, yaitu pengajuan
pertanyaan atau masalah berupa situasi
kehidupan nyata yang autentik, menghindari
jawaban sederhana, dan memungkinkan
adanya berbagai solusi untuk situasi tersebut.
Problem Based Learning Berfokus pada
keterkaitan antar disiplin ilmu, misalnya
masalah
pencemaran
lingkungan.
Menghasilkan karya nyata yang berupa
laporan kegiatan yang menggambarkan
tentang penyelesaian masalah yang telah
dikerjakan bersama oleh siswa.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki model pembelajaran di atas maka
diharapkan model pembelajaran ini mampu
memperbaiki proses pembelajaran Biologi
sehingga hasil belajar kognitif dan
keterampilan proses sains pun meningkat.
Rumusan masalah yang dapat diambil yaitu :
(1) Apakah penerapan model Problem Based
Learning dapat meningkatkan keterampilan
proses sains dan hasil belajar biologi dalam
pembelajaran biologi siswa kelas X SMA
Negeri 6 Bogor? (2) Bagaimanakah
penerapan model Problem Based Learning
agar dapat meningkatkan
keterampilan
proses sains dan hasil belajar biologi dalam

pembelajaran biologi siswa kelas X SMA
Negeri 6 Bogor?
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan proses sains dan
hasil belajar biologi siswa dalam proses
pembelajaran Biologi dengan penerapan
model Problem Based Learning di kelas X
MIA 4 SMA Negeri 6 Bogor.
Menurut Trianto (2011:16), belajar
secara umum diartikan sebagai perubahan
pada individu yang terjadi melalui
pengalaman,
dan
bukan
karena
perkembangan tubuhnya atau karakteristik
seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar
sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat
sebelum lahir. Proses belajar terjadi melalui
banyak cara baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu
dan menuju pada suatu perubahan pada diri
pembelajar.
Belajar sering juga dimaknai sebagai
adanya perolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan
alam.
Seiring
dengan
perkembangan mutakhir yang didukung oleh
hasil kajian neurofifiologi dan neuropsikologi
makna belajar menjadi lebih luas yakni
melibatkan
kemampuan
memproses
informasi, menalar, dan mengembangkan
pemahaman serta meningkatkan penguasaan
keterampilan dalam proses pembelajaran.
Proses membangun pengetahuan dan
keterampilan harus berlangsung terus
menerus dengan melibatkan semaksimal
mungkin fisik dan mental peserta didik.
Kemampuan tersebut memiliki implikasi
penting bagi pembelajaran khususnya
pembelajaran IPA atau sains yaitu bahwa
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang
sangat mempengaruhi kemampuannya untuk
mempelajari pengetahuan dan keterampilan
yang baru (Jufri, 2013:38).
Hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Hasil belajar merupakan pencapaian
bentuk perubahan perilaku yang cenderung
menetap dari ranah kognitif, afektif dan
psikomotor dari proses belajar yang
dilakukan dalam waktu tertentu (Jihad dan
Haris, 2012:14).
Keterampilan
Proses
adalah
keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah
(baik kognitif maupun psikomotor) yang
dapat digunakan untuk menemukan suatu
konsep atau prinsip atau teori untuk
mengembangkan konsep yang telah ada

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

sebelumnya, ataupun untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan.
Dimyati dan Mudjiono (2006) dalam
Ariyati (2010: 4), mengemukakan bahwa
keterampilan proses dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu : keterampilan proses dasar
(basic skill) dan keterampilan terintegrasi
(integrated skill). Keterampilan proses dasar
meliputi : observasi, klasifikasi, pengukuran,
komunikasi,
prediksi
dan
inferensi.
Sedangkan keterampilan terintegrasi meliputi
: mengidentifikasi variabel, tabulasi grafik,
deskripsi hubungan variabel, perolehan dan
proses data, analisis penyelidikan, hipotesis
dan eksperimen.
Kata sains adalah serapan dari kata
bahasa Inggris science yang diambil dari kata
bahasa Latin sciencia yang berarti
pengetahuan.
Menurut
filsafat
ilmu,
pengetahuan yang terkoordinasi, terstruktur
dan sistematik disebut ilmu. Pengertian sains
dibatasi hanya pada pengetahuan yang
positif, artinya yang hanya dijangkau melalui
indera kita. Pada mulanya ilmu hanya
mempelajari
alam,
namun
dalam
perkembangannya
juga
mempelajari
masyarakat. Atas dasar itu sains dapat berarti
ilmu yang mempelajari alam atau ilmu
pengetahuan alam, dan dapat berarti ilmu
pada umumnya (Poedjiadi, 2005: 1).
Keterampilan proses sains adalah
seluruh keterampilan ilmiah yang digunakan
untuk menemukan konsep atau prinsip atau
teori dalam rangka mengembangkan konsep
yang telah ada atau menyangkal penemuan
sebelumnya. Keterampilan proses sains
merupakan keterampilan intelektual yang
khas, yang digunakan oleh semua ilmuan.
Keterampilan proses juga dapat digunakan
untuk memahami fenomena apa saja yang
terjadi. Keterampilan proses diperlukan untuk
memperoleh,
mengembangkan,
dan
menerapkan konsep-konsep, prinsip hukum
dan teori-teori sains. Melalui keterampilan
proses sains, seseorang dapat melakukan
proses seperti yang dialami dan pernah
dilakukan oleh para ilmuan ketika mereka
berusaha memecahkan misteri-misteri alam.
Keterampilan proses dapat menjadi roda
penggerak penemuan, pengembangan fakta
dan konsep, serta penumbuhkembang sikap,
wawasan dan nilai (Toharudin, 2011: 35).
Model pembelajaran perlu dipahami
guru agar dapat melaksanakan pembelajaran
secara efektif dalam meningkatkan hasil

pembelajaran. Model pembelajaran dapat
didefiniskan sebagai suatu pola atau langkahlangkah
pembelajaran
tertentu
yang
diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari
hasil belajar yang diharapkan akan cepat
dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien
(Amri, 2013).
Pembelajaran berbasis masalah dapat
diartikan
sebagai
rangkaian
aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Penyelesaian masalah,
bergantung pada masalah apakah tertutup
atau masalah itu terbuka, jika masalah
tertutup artinya tertuju kepada beberapa
solusi alternatif penyelesaian. (Kasmad dan
Pratomo, 2012: 106)
Menurut
Yamin
(2013:
63)
pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat
diterapkan bila didukung lingkungan belajar
yang konstruktivistik. Lingkungan belajar
kontruktivistik mencakup beberapa faktor,
menurut Jonassen (dalam Regeluth, Ed, 1999;
218): kasus-kasus berhubungan, fleksibelitas
kognisi, sumber-sumber informasi, piranti
kognitif,
pemodelan
yang
dinamis,
percakapan dan kolaborasi, dan dukungan
sosial dan kontekstual. Dengan demikian
PBL: (1) menciptakan pembelajaran yang
bermakna, dimana peserta didik dapat
memecahkan masalah yang mereka hadapi
dengan cara mereka sendiri sesuai dengan
pengetahuan dan pengalamannya, kemudian
menerapkan dalam kehidupan nyata, (2)
dapat menginntegrasikan pengetahuan dan
keterampilan
secara
simultan
dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan, (3) dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
sisik dalam bekerja, motivasi internal untuk
belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Penelitian
tindakan
kelas
ini
diharapkan membuat kegiatan belajar
menjadi lebih interaktif, efektif, dan
menyenangkan
sehingga
menghasilkan
pembelajaran yang bermakna bagi siswa dan
dampaknya keterampilan proses sains dan
hasil belajar biologi dari segi kognitif dapat
ditingkatkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini di
laksanakan di SMAN 6 Bogor pada semester

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

ganjil yaitu bulan September 2014. Kelas
yang digunakan untuk penelitian adalah kelas
X MIA-4 yang berjumlah 29 siswa. Materi
yang akan disampaikan pada penelitian ini
adalah
Keanekaragaman
Hayati
dan
Klasifikasi Makhluk Hidup sesuai dengan
materi pada kurikulum tahun ajaran 20132014.
Penelitian ini termasuk ke dalam
penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang dilakukan secara kolaboratif
dengan melibatkan peneliti, guru, dan
observer (pengamat). Guru bertindak sebagai
pelaksana strategi dan siswa sebagai subjek
serta objek yang akan diteliti. Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan model
pembelajaran Problem Based Leraning (PBL)
dengan media
power point. Rencana
tindakan pada masing-masing siklus dalam
Penelitian tindakan telas ini dibagi ke dalam
empat tahap kegiatan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan
analisis dan refleksi.
Pada tahap perencanaan, peneliti dan
guru berkolaborasi dalam menentukan
masalah yang akan menjadi fokus penelitian
serta, menyusun dan membuat Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
dipelajari oleh guru agar dapat di
implementasikan
dalam
kegiatan
pembelajaran pada kelas yang akan diteliti.
Pada tahap perencanaaan, peneliti melakukan
kegiatan persiapan berupa membuat Lembar
Diskusi Siswa (LDS), membuat instrumen
soal evaluasi, media pembelajaran berupa
media power point, lembar observasi
aktivitas siswa dan proses pembelajaran,
lembar penilaian keterampilan proses sains,
format wawancara untuk guru dan siswa yang
diberikan setiap akhir siklus, serta alat
dokumentasi.
Proses pembelajaran yang telah
direncanakan dilaksanakan pada kelas X
MIA-4 SMAN 6 Bogor sesuai jadwal
penelitian dan sesuai dengan jadwal mata
pelajaran biologi kelas X MIA-4. Setiap
pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit
pada satu siklus terdapat 2 kali pertemuan,
jumlah keseluruhan ada 4 kali pertemuan.
Deskripsi tindakan yang dilakukan yaitu
sesuai dengan langkah kerja dalam model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dengan media power point. Pengamatan pada
PTK dilakukan oleh tim observer. Data
pengamatan diperoleh dari beberapa cara

yaitu: 1) tes soal evaluasi untuk hasil belajar
kognitif setiap akhir siklus, 2) lembar
observasi keterampilan proses sains dan
antusiasme siswa, serta aktivitas guru selama
proses
pembelajaran,
3)
pengamatan
lapangan untuk mencatat kejadian-kejadian
penting yang berhubungan dengan bahan
penelitian,
terutama
selama
proses
pembelajaran baik berbentuk catatan, foto,
atau video.
Indikator keberhasilan diperoleh dari
data kuantitatif dan kualititatif. Data
kuantitatif hasil belajar biologi diperoleh dari
tes
hasil
evaluasi
dengan
cara
membandingkan hasil belajar siswa sebelum
tindakan dengan hasil belajar setelah
dilakukan tindakan siklus I dan siklus II.
Kategori keberhasilan pada hasil belajar
biologi ditandai dengan keberhasilan siswa
yang memiliki nilai sama atau lebih dari
KKM 75 untuk keterampilan proses sains
siswa mencapai kategori baik. Seluruh hasil
belajar siswa harus mencapai 75% dari
jumlah keseluruhan siswa. Setiap akhir siklus
akan diadakan evaluasi sebagai tolak ukur
terhadap sejauh mana kompetensi yang ada
mampu dicapai oleh siswa. Apabila dalam
siklus I belum mampu mencapai kriteria
keberhasilan yang ditentukan, maka prosedur
PTK akan diulangi pada siklus II.
Keberhasilan pembelajaran sangat
ditentukan oleh proses pembelajaran yang
diperoleh dari data kualitatif. Data kualitatif
berupa informasi berbentuk kalimat deskripsi
yang memberikan gambaran terhadap proses
pembelajaran meliputi kualitas model yang
diterapkan oleh guru dan aktivitas siswa
dalam penerapan model pembelajaran .
HASIL PENELITIAN
Proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dari
hasil pengamatan dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan rata-rata hasil belajar siswa
ranah kognitif dan keterampilan proses sains.
Antusiasme belajar pada setiap siklusnya
sudah berjalan baik akan tetapi masih ada
beberapa siswa yang kurang antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran, aktivitas
yang dilakukan guru dalam menerapkan
model pembelajaran juga sudah sangat baik
dan memuaskan. Hasil belajar siswa siklus I
pada penelitian ini menunjukkan peningkatan
dari tindakan sebelumnya yaitu mulai dari pra

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

siklus hingga berakhirnya siklus I pada setiap
ranahnya, akan tetapi hasil rata-rata pada
siklus I ini belum memenuhi kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan sehingga
perlu dilakukan tindakan selanjutnya.
Hasil analisis data siklus I, kemudian
dilakukan refleksi oleh peneliti secara
kolaborator bersama pelaksana model
pembelajaran dan observer. Tujuan refleksi
ini untuk melakukan perbaikan-perbaikan
kelemahan pada siklus I untuk merencanakan
tindakan yang akan dilakukan di siklus II.
Setelah dilakukan tindakan siklus II beserta
perbaikan-perbaikannya, keterampilan proses
sains dan hasil belajar ranah kognitif pada
siklus II, antusiasme siswa dalam proses
pembelajaran mengalami peningkatan yang
signifikan, serta aktivitas guru dalam
menerapkan langkah-langkah pembelajaran
sangat baik. Hasil belajar siswa dan
antusiasme siswa pada siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada gambar 1, 2, 3, dan 4
berikut ini:

mencapai nilai diatas KKM sebanyak 23
siswa atau sebesar 79,31% artinya pada siklus
II ini meningkat sebanyak 17,24% dari siklus
I. Hasil rata-rata perolehan nilai hasil belajar
kognitif pada siklus II sudah melewati nilai
KKM yang telah ditentukan yaitu 75, dengan
tingkat ketuntasan lebih dari 75%.
Perbandingan peningkatan hasil belajar
kognitif pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2
dapat menunjukkan keberhasilan penelitian
tindakan kelas yang telah direncanakan dan
dilaksanakan pada penelitian ini.

Gambar 2 Peningkatan keterampilan proses
sains.

Gambar 1 Peningkatan hasil belajar ranah
kognitif.
Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa
presentase pencapaian hasil belajar kognitif
siswa mengalami peningkatan secara
signifikan dari sebelum dilakukannya
tindakan (pra siklus) sampai siklus I dan II.
Pada pra siklus rata-rata nilai kognitif siswa
adalah 68,71 dengan tingkat pecapaian KKM
hanya sebesar 34,48% dari jumlah seluruh
siswa kelas X MIA-4 yang mencapai 29
siswa. Setelah siklus 1 pencapaian KKM
meningkat sebanyak 62,07% dengan rata-rata
yang dicapai siswa sebesar 70,67. Rata-rata
dari pra siklus ke siklus I meningkat
sebanyak 1,96 dengan peningkatan tingkat
ketuntasan sebanyak 27,59%. Setelah
dilakukannya tindakan siklus 2, rata-rata nilai
belajar kognitif siswa menjadi 78,92
meningkat sebanyak 8,25% dan jumlah siswa

Gambar 2 menunjukkan peningkatan
keterampilan proses sains pada setiap siklus.
Pada siklus 1 presentase pencapaian
keterampilan proses sains sebesar 20,69%
dari keseluruhan jumlah siswa X MIA-4 yang
berjumlah 29 siswa, sedangkan pada siklus II
presentase ketercapaian keterampilan sudah
mencapai
75,86%.
Rata-rata
nilai
keterampilan proses sains di sikus II ini
mengalami peningkatan dan sudah mencapai
ketentuan yang diharapkan yaitu mencapai
kriteria baik dengan presentase 75%.
Data yang diperoleh pada akhir siklus
II, nilai rata-rata keterampilan proses sains ini
sudah melewati kriteria yang ingin dicapai
baik dengan pencapaian nilai sebesar 76,34
(baik) maupun dari tingkat ketuntasan
keterampilan proses sains adalah yang sudah
mencapai 75,83% . Peningkatan keterampilan
proses sains ini banyak dipengaruhi oleh
model pembelajaran yang diterapkan selama
tindakan berlangsung.

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

Gambar 3

Peningkatan antusiasme belajar
siswa.

Terlihat pada gambar 3, peningkatan
antusiasme siswa di setiap pertemuannya
meningkat. Pada saat pertemuan pertama di
siklus I rata-rata aktivitas On task siswa
sebesar 42,91% dan Off task sebesar 57,09%.
Pada pertemuan kedua siklus I aktivitas On
task meningkat 6,13% menjadi 49,04% dan
Off task menurun menjadi 50,96%. Pada
pertemuan ketiga atau pertemuan pertama di
siklus 2 aktivitas On task terus mengalami
peningkatan sebanyak 26,44% menjadi
63,22% dari siklus 1 dan Off task menurun
menjadi 36,78% begitu pun pada pertemuan
keempat yakni pertemuan kedua di siklus II
aktivitas On task meningkat menjadi 75,48%
dan aktivitas Off task semakin menurun
menjadi 24,52%. Hal ini membuktikan
antusiasme siswa dalam proses pembelajaran
dapat berdampak terhadap peningkatan
kriteria keberhasilan siswa.
PEMBAHASAN
Proses pembelajaran di kelas harus
diciptakan sesuai dengan kondisi dan
karakeristik siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara optimal. Persentase
hasil belajar biologi siswa kelas X MIA-4
SMAN 6 Bogor sebelum dilakukannya
tindakan (pra siklus) hanya sebesar 34,48 %
siswa mencapai KKM. Setelah dilakukannya
tindakan pada sikus I persentase pencapaian
hasil belajar kognitif meningkat menjadi
62,07%. Pencapaian ini belum memenuhi
kriteria yang diharapkan sehingga dilakukan
perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan
hasil belajar biologi diantaranya dari segi
alokasi waktu, pengaturan tempat duduk,
penyampaian materi, dan alat dan bahan
untuk pengamatan, dan sistem reward.
Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II

pencapaian persentase hasil belajar kognitif
mengalami peningkatan mencapai 79,31%
dengan pencapaian 23 siswa mencapai nilai
KKM yang diharapkan yaitu 75. Peningkatan
persentase ini juga terjadi pada keterampilan
proses sains (kps) siswa. Pada saat
dilakukannya siklus I nilai kps siswa hanya
20,69% hal ini dikarenakan siswa masih
belum terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan
dan berpikir proses secara ilmiah, sedangkan
peningkatan terjadi pada siklus II sebesar
75,86%.
Ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan keterampilan proses dan hasil
belajar diantaranya suasana belajar, proses
pembelajaran, dan motivasi di dalam diri
siswa. Saefullah (2012) berpendapat bahwa
hasil belajar merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh siswa setelah mengalami
aktivitas belajar. Hasil belajar yang dicapai
siswa dipengaruhi oleh dua faktor yang
datang dari diri siswa dan dari luar atau
faktor lingkungan. Faktor yang datang dari
diri siswa adalah kemampuan yang
dimilikinya. Disamping faktor kemampuan
yang dimiliki siswa, ada juga faktor lain
seperti motivasi belajar, minat dan perhatian,
sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik, dan psikis. Dengan
adanya motivasi belajar yang tinggi pada diri
siswa dan di dukung oleh lingkungan
pembelajaran yang sesuai maka hasil belajar
dapat ditingkatkan. Hal ini terbukti dari
penelitian yang telah dilakukan bahwa minat
dan perhatian belajar siswa terhadap materi
biologi menjadi semakin tinggi karena
adanya dorongan untuk belajar yang lebih
dari biasanya karena ditunjang oleh kegiatan
belajar yang menyenangkan dan berbeda dari
sebelumnya.
Pembelajaran yang berpusat kepada
siswa mendorong siswa untuk lebih aktif
dalam menemukan jawaban sendiri atas
permasalahan
yang
dihadapi
melalui
pengamatan dan pengumpulan data. Dengan
belajar berdasarkan masalah siswa hanya
akan mendapat sebuah awal permasalahan
kemudian dari awal permasalah itu siswa
dapat merumuskan masalah yang akan
dikembangkan
oleh
siswa
sehingga
selanjutnya siswa mendapatkan banyak fakta
untuk memecahkan masalah yang sudah
dirumuskannya. Tujuan dari Problem Based
Learning sendiri yaitu untuk menantang
siswa mengajukan permasalahan dan juga

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

menyelesaikan masalah yang lebih rumit dari
sebelumnya, dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam mengemukakan pendapatnya,
menggalang kerjasama dan kekompakan
siswa dalam kelompok, mengembangkan
kepemimpinan siswa serta mengembangkan
kemampuan pola analisis dan dapat
membantu siswa mengembangkan proses
nalarnya.
Pada model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) siswa diharuskan
untuk memecahkan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki keterampilan untuk
memecahkan masalah. Dengan diterapkannya
model Problem Based Learning (PBL) siswa
dihadapkan pada masalah yang nyata dan
siswa diharapkan mampu menggunakan dan
mengembangkan kemampuan dasar yang
dimilikinya serta dapat menggunakan
berbagai macam strategi untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
Penggunaan media power point di
dalam pembelajaran ini mampu membuat
suatu pembelajaran yang lebih interaktif dan
menarik karena pada pengaplikasiannya
selain digunakan sebagai bahan untuk
menjelaskan materi oleh guru media power
point ini digunakan untuk membantu siswa
mengamati berbagai gambar-gambar yang
berhubungan dengan materi pembelajaran
yang sedang diajarkan. Media power point ini
mampu dijadikan sebagai sumber belajar
pada saat pembelajaran selain handout dan
buku paket. Antusiasme siswa terhadap
materi yang diajarkan menjadi lebih tinggi
dengan adanya media ini. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hamalik dalam Arsyad
(2010) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan
bahkan
membawa
pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa.
Beberapa faktor yang dikemukakan di
atas merupakan faktor penunjang untuk
menciptakan suasana kelas yang kondusif
untuk dilaksanakannya pembelajaran yang
berimplikasi
pada
meningkatnya
keterampilan proses sains dan hasil belajar
siswa. Berdasarkan hal tersebut maka
pembelajaran dengan mengguanakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dengan media power point ini efektif untuk
meningkatkan keterampilan proses sains dan
hasil belajar biologi siswa.
KESIMPULAN
Model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dengan media power point
dapat meningkatkan keterampilan proses
sains dan hasil belajar siswa pada materi
Keanekaragaman Hayati dan Klasifikasi
Makhluk Hidup kelas X MIA-4 SMAN 6
Bogor yang mencakup keterampilan proses
sains sebesar 75,86% dan ranah kognitif
sebesar 79,31%, serta antusiasme belajar
siswa dengan perolehan persentase sebesar
12,26%.
Penerapan
model
pembelajaran
Problem Based Learning dengan media
power point dapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran karena
siswa di setiap kelompok akan dilatih
mencari dan memecahkan masalah dari
kehidupan sehari-hari yang ditayangkan
melalui gambar di slide power point. Peran
guru sebagai fasilitator dan mediator siswa
berperan dalam meningkatnya keterampilan
proses sains dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Airlanda, Gamaliel. 2012. Peningkatan
Keterampilan Proses Sains Siswa
dalam Pembelajaran Biologi Melalui
Blended Learning pada Siswa kelas XI
IPA 3 Putra SMA RSBI Pondok
Pesantren Modern Islam Sukoharjo
Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi
Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
Prestasi Pustakaraya, Jakarta.
Ariyati, Eka. dkk. 2010. Diktat Evaluasi
Pendidikan IPA. Program Studi
Pendidikan
IPA.
Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung.
Jufri,

Wahab.
2013.
Belajar
dan
Pembelajaran Sains. Pustaka Rineka
Cipta. Bandung.

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

Jihad, Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran.
Multi Presindo. Yogyakarta.
Kasmad, Mamad. dkk. 2012. Model-model
Pembelajaran
Berbasis
Paikem.
Tangerang : pustaka mandiri.
Toharudin, Uus. dkk. 2011. Membangun
Literasi Sains Peserta Didik. Bandung
: Humaniora.
Trianto.
2011.
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Kencana Prenada Media Group,
Jakarta.
Yamin, Martinis. dkk. 2013. Strategi dan
Metode dalam Model Pembelajaran.
Jakarta : GP Press Group.
BIODATA PENULIS
Fadhila Priyandani, dilahirkan di
Bogor, 09 Maret 1993. Lulusan Program S1
Jurusan
Pendidikan Biologi Universitas
Pakuan Tahun 2014.

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014