Keseimbangan penciptaan bumi menurut al-qur'an dan sains

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud)

Oleh: AHMAD HARFA NIM:106034001208

JURUSAN TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2011 M


(2)

ii

Ahmad Harfa, “Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al-Qur’an Dan Sains” Salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah Swt, kepada manusia adalah kemampuan berpikir dengan mengunakan akal yang sehat. Kemampuan ini sangat membantu manusia dalam menemukan kebenaran dan keyakinan. Selain itu, kemampuan berpikir yang baik dan benar dapat menjadi jalan untuk mengantarkan seseorang dalam meraih kebenaran dan akan membawa kemaslahatan bagi orang lain. Sebaliknya, berpikir juga bisa menjadi pemicu munculnya kemudaratan, khususnya jika seseorang salah dalam mengunakan pikiranya. Pemikiran seseorang tersebut harus lah menggunakan akal yang sehat dan hati nurani sehingga mampu menghasilkan sebuah kebenaran yang mengokohkan keimanan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keselarasan dan keharmonisan antara al-Qur’an dan sains, sehingga membuktikan kebenaran akan tanda-tanda kebesaran-Nya.

Penelitian ini berpijak dari pemikiran bahwa setiap kalam-Nya haruslah sesuai dengan ciptaan-Nya dalam hal penciptaan Bumi. Adalah sebuah kemustahilan bila al-Qur’an benar bertentangan dengan ilmu pengetahuan sains modern yang meneliti dengan tepat. Dapun jika perbedaan ini terjadi maka sangat dimungkinkan bahwa ada salah satu yang salah diantara keduanya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir

maudhu’i (tematik), yang secara umum menggunakan langkah-langkah: menetapkan masalah yang akan dibahas (topik); menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah, menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (outline); dan mempelajari ayat-ayat tersebut. Selain itu, penulis juga menggunakan metode content analisis atau analisis isi, yang dengan metode ini dua message yang berbeda yang memiliki kaitan erat dengan keseimbangan Bumi dari Ayat-ayat al-Qura’an dan sains dapat dibandingkan.

Data yang ditemukan menunjukkan bahwa ayat-ayat yang mengisyaratkan mengenai keseimbangan penciptaan Bumi dapat di temukan dalam al-Qur’an. Yang secara umum berkaitan erat dengan masalah keseimbangan penciptaan Bumi.

Setelah mengkaji ayat-ayat tersebut secara seksama, penulis dapat menyimpulkan bahwa keseimbangan penciptaan Bumi menurut al-Qur’an dan sains akan selalu selaras dan sejalan. Dari awal terbentuknya Bumi memang merupakan sebuah kreasi maha Pencipta yang didalam terdapat kesempurnaan dan keseimbangan. Segala gejala dan proses yang terjadi di Bumi merupakan Tanda-tanda kebesaran-Nya yang menjadi sebuah kesempurnaan sang maha Pencipta.


(3)

iii

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar strata 1 (S1), di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,15 November 2011 Penulis,


(4)

iv

KESEIMBANGAN PENCIPTAAN BUMI MENURUT AL-

QUR’AN DAN SAINS

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin ( S.Ud )

Oleh : AHMAD HARFA NIM. 106034001208

Di bawah Bimbingan :

Dr. Mafri Amir, MA NIP. 195803011992031001

JURUSAN TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(5)

v

Skripsi ini berjudul Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al Quran Dan Sains

telah di ujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Desember 2011.

Skripsi ini telah diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) pada Jurusan Tafsir Hadits.

Jakarta, 20 Desember 2011

SIDANG MUNAQASAH

Ketua Sidang, Sekertaris Sidang,

Dr. M. Suryadinata, MA Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19711003 199903 2 001

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. M. Suryadinata, M.A Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19711003 199903 2 001

Pembimbing,

Dr. Mafri Amir, MA NIP. 19580301 199203 1 001


(6)

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI1

Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan

B Bep

T Te

Ts te dan es

J Je

H h dengan garis bawah

Kh ka dan ha

D da

Dz De dan zet

R Er

Z Zet

S Es

Sy es dan ye

S es dengan garis bawah

D de dengan garis bawah

T te dengan garis bawah

Z zet dengan garis bawah

„ koma terbalik keatas, menghadap ke kanan

Gh ge dan ha

1

Pedoman ini disesuaikan dengan pedoman akademik fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006/2007, hal. 101 - 105


(7)

vii

F Ef

Q Ki

K Ka

L El

M Em

N En

W We

H Ha

„ Apostrof

Y Ye

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebai beeriku:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

___

___ a fathah

______ i kasrah

___

___ u dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي__َ__ ai a dan i

__َ __


(8)

viii

Vokal Panjang (Madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اَــ â a dengan topi di atas

يــ î i dengan topi di atas

وـــ û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tashdid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kaata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secaraa lisan berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”, demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf tamarbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).


(9)

ix

Contoh:

no Kata Arab Alih aksara

1 tarîqah

2 al-jâmî ah al-islâmiyyah

3 wahdat al-wujûd

Huruf Kapital

Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli bukan Abû Hamid Al-Ghazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi.


(10)

x

Segala Puji dan syukur penulis sanjungkan hanya kepada Allah Swt, yang dengan taufiq-Nya, penelitian berjudul “Keseimbangan Penciptaan Bumi

Menurut Al-Qur‟an Dan Sains” ini, dapat diselesaikannya tugas akhir penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya, yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Tentunya di dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, yang kelak ditemukan oleh mereka yang mau menelaahnya dengan teliti. Segala kesalahan tersebut tak lain adalah bukti keterebatasan penulis di dalam melakukan penelitian ini.

Penelitian ini merupakan wujud kepedulian dan rasa keingintahuan penulis terhadap beberapa masalah yang kelihatannya sepele namun memiliki pengaruh yang sangat besar dalam bidang tafsir. Penulis juga menyadari bahwa, penelitian ini tidak luput dari jasa lembaga dan orang-orang tertentu yang telah membantu penulis, baik moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, khusus kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih

M.A (Dekan Fakultas Ushuluddin), Dr. Bustamin, M.Si (Ketua Jurusan Tafsir Hadits), dan Dr. Lilik Umi Kultsum, MA (Sekjur Tafsir Hadits).


(11)

xi hingga selesai skripsi ini.

3. Dr. M. Suryadinata, MA, yang banyak memberikan masukan, arahan dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di jurusan

Tafsir Hadits yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga berkat merekalah penulis mendapatkan setetes air dari samudra ilmu pengetahuan. 5. Yang tercinta Ayahanda Makmun Nawawi dan Ibunda Iis Sutianah yang

senantiasa mencurahkan kasih sayang dan perhatian dengan segenap hati dan yang selalu mendoakan ananda untuk mencapai kesuksesan di masa depan, semoga penulis selalu mendapat ridho mereka dan dapat berbakti kepadanya. kepada, adik-adikku (Fahmi Hakim, M. Ramdan, M. Najwan, Siti Nabilah, dan Syaid Hasbi) serta saudara-saudaraku tercinta yang memberikan motivasi dan membantu penulis baik materil maupun inmaterial sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk teman UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, khususnya teman-teman Jurusan Tafsir Hadits angkatan 2006/2007, khususnya kelas TH-A:

Amir Mu’min, Ahmad Hazami, Didit, Junaedi, Irfan, Haikal, Kholid, Ust. Ubaid, Ahmad Firdausi, Hasan, Adi, Aang, Malik, Umam, dll. yang dengan ikhlas turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman KKN 80 dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam ungkapan yang singkat ini.


(12)

xii

Fajar, Wahyu, Kendari, Yudo rada-rada, Fuad, Fauzan Bin Abdul Azis, Mas Afud, Om Bode, Mas Dermawan, Mas Dedwi dan semua rekan-rekan seperjuangan yang selalu memberi Support dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Terakhir, untuk orang yang pernah melihat saya (ra‟ânî yaqazatan kâna am fi

al-manân), bertemu dengan saya (laqiyanî), belajar bersama saya (jâlasanî), tinggal bersama saya (aqâma ma‟î), pernah mendengar suara dan ocehan saya

(sami‟a minnî wa akhaza „annî syai‟an), semua orang yang mau menerima dan memperkenankan saya untuk mengambil hikmah darinya (wa akhaztu

„anhu al-hikam wa al-„ulûm), dan semua orang yang hidup semasa dengan saya („asaranî). Ini bukan karena saya yang istimewa, melainkan anda semua lah yang begitu spesial bagi saya. Bolehlah saya berharap dan ber-tafa‟ul kepada nabi agar semua orang yang tersebut di atas menjadi orang yang beruntung, sekali lagi- bukan karena saya, tetapi karena kita dianugerahkan oleh Allah Swt untuk bisa saling berhubungan. Teriring doa, “ Tûbâ liman

ra‟ânî (bifadlih), wa tubâ liman ra‟â man ra‟ânî (bifadlih)”. Atas semua kebaikan tersebut, tidak ada suatu yang dapat penulis sampaikan, kecuali ucapan terima kasih yang tidak terhingga, serta doa; semoga amal kebaikan kita semua diterima dan dibalas oleh Allah Swt. Jazâkumullâh ahsan al-jazâ,


(13)

xiii khususnya bagi penulis. Amin

Jakarta, 17 November 2011 Ttd,

Ahmad Harfa Penulis


(14)

xiv

HALAMAN JUDUL………... i

ABSTRAKSI….……….. ii

LEMBAR PERNYATAAN………….………... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………. iv

PERSETUJUAN TIM PENGUJI……….. v

PEDOMAN TRANSLITERASI……… vi

KATA PENGANTAR………. x

DAFTAR ISI……… xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 12

D. Studi Terdahulu yang Relevan... 13

E. Metodologi Penelitian... 14

F. Sistematika Penulisan... 16

BAB II : LANDASAN TEORITIS TENTANG PENCIPTAAN PLANET BUMI A. Pengertian Planet Bumi ………..………….………... 17

B. Teori Penciptaan Bumi a. Menurut Pandangan Ilmuwan dan Filosof…………...………... 27


(15)

xv

A. Keseimbangan Bumi……… 38

a. Suhu Bumi……….. 44

b. Medan Magnet Bumi ………...…..……… 47

c. Ketepatan Atmosfer Bumi ………. 51

d. Keseimbangan Untuk Kehidupan……… 57

B. Hikmah Dibalik Keseimbangan Penciptaan Bumi………... 63

BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan……….. 67

B. Saran……… 68


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alam semesta, di sana terdapat ribuan galaksi yang dihiasi jutaan cahaya yang bergerak dengan keteraturanya masing-masing, milyaran planet yang mengarungi jagad raya dengan struktur pembentuknya yang di dalamnya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah swt serta kegaiban dan keangungan-Nya.

Pengetahuan manusia tentang benda langit semakin luas dengan semakin majunya teknologi yang ada. Pikiran manusia menjelajah hingga ke hal yang terkecil sekalipun. Pikiran manusia menerawang tentang sebuah bentuk keseimbangan dalam penciptaan.

Allah swt, yang telah menciptakan alam semesta, memberikan isyarat kepada manusia akan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam al Qur’an. Dalam dimensi ilmu pengtahuan, Al Qur’an telah memberi ilmu mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran manusia untuk melakukan terobosan terhadap rahasia-rahasia keseimbangan jagad raya dan planet-planet yang terdapat di alam semesta. Dan al Qur’an menunjukkan kepada Realitas Intelektual Yang Maha Besar, yaitu Allah SWT melalui ciptaan-Nya

Dalam sistem keyakinan Islam, al Qur’an adalah sumber ajaran yang menjadi petunjuk bagi manusia untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Argument akan sebuah kebenaran al Qur’an, oleh ulama, antara lain


(17)

dirumuskan dalam sebuah konsep yang membahas segi-segi kemujizatannya(i’jazal Qur’an). Diskursus seputar ini dimulai sejak abad ke -2 H/ awal abad ke-3 H,1dan menjadi bagian tersendiri dalam ilmu-ilmu al Qur’an.

Dalam hal ini, hubungan antara al Qur’an dengan ilmu pengetahuan dan informasi kontemporer, kalangan muslim menyakini bahwa al Qur’an telah mengisyaratkan ilmu-ilmu pengetahuan modern. Intinya al Qur’an selalu selangkah lebih dulu dari ilmu pengetahuan yang baru.

Ian G. Barbour berpendapat, dalam salah satu tipologi tentang munculnya hubungan sains dengan kitab suci yaitu tipologi integrasi nature

theology, terdapat klaim bahwa eksistensi tuhan dapat disimpulkan dari bukti tentang desain alam, yang dari alam tersebut dapat menyadari adanya Tuhan.2 Tentunya dalam hal ini kitab suci yang dimaksud adalah al Qur’an. Allah swt memberikan tanda-tanda akan keberadaan-Nya melalui sebuah kesempurnaan segala ciptaan-Nya yang diatur dengan keteraturan dan keseimbangan yang begitu mengagumkan. Argumen kosmologi Ian G. Barbour ini menegaskan bahwa setiap pristiwa harus memiliki “sebab” sehingga harus mengakui “sebab pertama” yaitu Allah swt.

Menurut Ahmad Khan, al Quran secara mutlak tidak bertentangan dengan hukum alam. Mengenai prinsip ini, sejak awal, Ahmad Khan telah mendeklarasikan bahwa alam dan al Qur’an sama-sama hasil kreasi Allah

1

Mustafa Muslim, Mabahis Fi ijaz al-Qur’an, ( Jeddah: Dar al-Manar As-Saudiyah, 1988 M/1408 H), cet. I, hal. 13.

2

Ian G, Barbour, Juru Bicara Tuhan, terj. E.R. Muhammad, (Mizan: Bandung, 2002) , Cet. I, hal. 82-83.


(18)

swt; alam merupakan hasil kerja-Nya sedangkan Al Qur’an merupakan kalam-Nya. Atas dasar itu tidak akan ada kontradiksi antara science modern dengan firman Allah swt yang terdapat al Qur’an. Prinsipnya adalah: “The

word of God (Alquran) must be in harmony with the work of God (nature)”.

al Qur’an adalah kalam Allah, sedangkan hukum alam adalah hasil perbuatan-Nya (Nature is the “Work of God” and the Qur’ân is the “Word of God”). Atas dasar itu dapat dipastikan bahwa mustahil terjadi pertentangan antara perkataan dan perbuatan-Nya sendiri, atau tidak ada kontradiksi antara pernyataan Al Qur’an dengan sains modern.3

Lebih lanjut, seorang muffasir seperti Muhammad Kamil Daww menulis dalam bukunya al-Qur’an al-Karim wa Ulum al-Hadits bahwa keajaiban muatan “ilmiah” al Qur’an lebih besar daripada keajaiban kefasihan bahasa yang tak ada bandingnya. Kesesuaian antara al Qur’an dan ilmu pengetahuan bagi muffasir ilmiah modern merupakan suatu bukti kejujuran Nabi Muhammad saw yang menyakan dan karenanya merupakan kebenaran dari semua peryataan al Qur’an, termasuk yang berkaitan dengan Tuhan, Hari Akhir, Hari kebangkitan dan seterusnya. Mereka tidak pernah bosan bahwa bagaimanapun keajaiban besar bahwa awal abad ke-7 seorang Nabi pembawa pesan yang berisi ibarat-ibarat ilmu pengetahuan yang tidak dikembangkan hingga abad ke-19. Para ulama generasi awal berpendapat bahwa kebesaran alam membuktikan adanya Tuhan dan secara tidak langsung menyatakan

3

Mukti Ali, Alam Pokiran Islam Modren di India dan Pakistan (Bandung: Mizan, 1995), h. 90


(19)

sifat-sifatnya.4 Sebagai contoh muatan ilmiah yang disebutkan dalam al Qur’an adalah, firman Allah swt:

“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”5

Sungguh bukan suatu kebetulan belaka al-Qur’an yang telah diwahyukan empat belas abad yang lalu sebagai penerang jalan kemanusiaan. Telah menyampaikan informasi bagaimana alam semesta ini tercipta. Allah swt secara tegas menyatakan bahwa Dia telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan untuk hal yang khusus, disertai dengan sistem dan keseimbangan yang dirancang khusus untuk menunjang kehidupan manusia.

Jika penelitian ini menunjukan adanya keserasian dan keseimbangan dalam hukum-hukum alam semesta merupakan sebuah bentuk akan keberadaan Allah swt yang mengusai seluruh alam semesta yang berada dalam kendali-Nya atau sebaliknya.6 Hukum dan fenomenanya teratur dan tepat meliputi ruang yang maha luas sampai pada unsur terkecil dalam alam semesta, tunduk kepada suatu pola dan susunan yang sama. Sungguh hanya

4

Fakruddin ar-Razi, Mafatihul Ghayb,(Beirut: Dar Al-Fikri, 1994), juz. V, hal. 501.

5 QS. Al-Anbiyaa’: 30

6

Afzalur Rahman, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992), cet. II, hal. 4.


(20)

Allah swt yang menciptakan alam semesta dengan berjuta galaksi bintang dan planet yang tunduk pada aturan yang ditetapkan secara sempurna.7

Maha besar Allah dengan firman-Nya:

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah”8.

Dalam al Qur’an dinyatakan bahwa manusia harus melihat dan mempertimbangkan semua sistem dan keseimbangan di alam semesta yang telah diciptakan Allah swt untuknya serta mengambil pelajaran dari pengamatannya:

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan

7

Afzalur Rahman, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992), cet. II, hal. 5.

8


(21)

perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya),”9

Menurut M.Quraish Shihab, tanda-tanda kekuasaan Allah swt yang telah disebutkan dalam firman di atas hanya kaum yang berakal yang mau memanfaatkan akalnya untuk memahami apa-apa yang terjadi pada tanda-tanda kebesaran-Nya.10

Kebenaran nyata yang dipaparkan al Qur’an juga ditegaskan oleh sejumlah penemu penting ilmu astronomi modern, Galileo, Kepler, dan Newton. Semua menyadari bahwa sruktur alam semesta, rancangan tata surya, hukum-hukum fisika dan keadaan seimbang semuanya diciptakan Tuhan11.

Allah mengajak kepada manusia untuk mempertimbangkan kebenaran ini dalam ayat berikut:

“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya”12

Menurut M. Quraish Shihab, dalam ayat tersebut Allah Swt menunjukan bukti kuasa-Nya yang dapat ditarik dari alam raya. Allah berfirman sekaligus “bertanya” dengan tujuan mengecam bahwa penciptaan

9

QS. An Nahl : 12

10

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 7, hal. 198.

11

Harun yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000), cet. I, hal. 2

12QS. An Nazi’at : 27


(22)

langit lebih sulit dari pada penciptaan manusia. Ayat ini menjelaskan kuasanya mengenai penciptaan langit yang kokoh dan harmonis. Dia meninggikan bagunannya sehingga langit menjadi bagaikan atap bagi Bumi, dan juga meninggikan gugusan-gugusan bintangya lalu menyempurnakannya sehingga menjadi padu tanpa sedikit ketimpanganpun dan jarak pun menjadi sesuai untuk menunjang kehidupan di bumi. Kata samkahâ terambil dari kata

As-samk yang dari segi bahasa antara lain diartikan atap atau jarak antara

bagian atas sesuatu dan bagian bawahnya. Para ulama memahami kata tersebut sebagai bermakna jarak antara Bumi dan benda langit lainnya sehingga kehindupan di bumi bisa berlangsung dengan nyaman.13

Sementara Hamka dalam tafsirnya mengambil pendapat dari ulama tafsir lain yaitu, Syekh Muhammad Abduh dalam tafsir juz’ammanya menjelaskan tentang ayat ini:

“Bagunan itu menggabungkan sudut-sudut yang tersebar keseleruh penjuru hingga jadi satu kesatuan, terikat demikian rapat dalam satu bangunan. Demikian Allah swt mengatur bintang-bintang. Sama sekali terletak ditempat yang teratur dan seimbang diantara hunbungan yang satu dengan yang lain; semua berjalan dijalannya sendiri,”14

Senada dengan pernyataaan di atas seorang ilmuwan bernama George Watherill dalam karyanya “how special Jupiter is” :

“Tanpa planet besar yang dengan tepat ditempatkan di posisi Yupiter, bumi tentunya telah ditabrak ribuan kali lebih sering oleh komet atau

13

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 15, hal. 44.

14

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Cet. Ke-3, Juz. 30, hal. 36


(23)

meteor serta serpihan antar planet. Jika saja tanpa Yupiter, kita tidak mungkin ada untuk mempelajari asal-usul tata surya”15

Dari pernyataan-peryataan para ulama tafsir dan ilmuwan bahwa benarlah memang tanpa disadari oleh sebagian manusia bumi telah diciptakan khusus untuk menunjang sebuah kehidupan bgai manusia dan mhaluk lainya. Keberadaan planet Bumi yang tepat pada posisi dimana sebuah kehidupan bisa berlangsung sebagai mana Allah Swt dalam firman-Nya telah menempatkan Bumi diposisi yang sangat begitu teliti sehingga belengsung kehidupan yang nyaman.

Ini menjadi sebuah jawaban besar akan kebenaran-Nya dan keberadaan-Nya melalui firman-Nya di dalam al Qur’an yang ditunjukan bagi kaum yang mau memikirkan ciptaan-Nya termasuk dalam keseimbangan penciptaan bumi.

Tidak diragukan lagi al Qur’an menegaskan tanpa ragu bahwa seluruh ciptaan merupakan satu kesatuan yang mematuhi hukum tunggal dari Maha pencipta. Jika tidak demikian maka tidak mungkin ada keseimbangan, keserasian serta pertimabangan yang sempurana. Kerjasama dan kesesuaian antara berbagai bagaian alam semesta, dan semuanya berfungsi dalam keharmonisan yang saling menlengkapi tugas antara yang satu dan yang lain.16

Keseimbangan penciptaan juga terdapat dalam penciptaan planet Bumi. Bumi merupakan planet dengan atmosfer yang ramah, kondisi

15

Harun yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000), cet. I, hal. 68

16

Afzalur Rahman, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992), cet. II, hal. 51.


(24)

permukaan, suhu permukaan, medan magnet, ketersediaan unsur-unsur, serta posisi pada jarak tepat pada matahari, tampak telah dirancang secara khusus untuk tempat hidup.

Keseimbangan yang terdapat dalam penciptaan bumi merupakan sebuah tanda dari kebesaran Allah swt.

Maha besar Allah dalam firman-Nya :

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”17

Selain itu, ada ayat lain yang menyebutkan akan kebesaran Allah melalui penciptaan langit dan bumi dalam al Quran :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”18

17

QS. Al Fushsilat : 53

18


(25)

Ini menandakan terdapat keselarasan atau tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan Bumi sehingga dapat dihuni oleh manusia dan mahluk lainnya. Penulis mencoba menelisik lebih jauh akan tanda-tanda yang terdapat dalan keseimbangan penciptaan Bumi melalui penafsiran para ulama tafsir dan ilmuwan, sehingga bisa menghasilkan sebuah kesimpulan akan kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan Bumi sehingga dapat menopang kehidupan.

Penulis menganggap permasalahan ini menarik untuk dibahas karena jarang sekali yang memikirkan akan ciptaan Allah yang sangat sempurna ini yaitu Bumi sehingga bisa dihuni oleh manusia. Pembahasaan ini pula dapat menambah keyakinan kepada Allah melalui sisi lain akan sebuah keyakinan.

Berdasarkan deskripsi di atas, penulis akan mengadakan penelitian

tentang “KESEIMBANGAN PENCIPTAAN BUMI DALAM

PERSPEKTIF ALQUR’AN DAN SAINS”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Al Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan yang mencakup segala aspek kehidupan termasuk sesuatu yang berkaitan dengan kosmologi. Dalam al Qur’an banyak sekali yang membahas penciptaan Bumi, kurang lebih ada 350 ayat yang membahas tentang Bumi beberapa diantaranya: 2:22, 4: 97, 7: 10, 11: 7 dan seterusnya19. akan tetapi penulis hanya akan membatasi pada permasalahan yang menyangkut tentang keseimbangan penciptaan bumi yang

19

Lihat Sukmadjaja Asyarie, indeks Al-Quran, (Bandung : Pustaka, 1984), cet. Ke-1, hal. 37.


(26)

bersifat materi seperti atmosfer, suhu, medan magnet dan keseimbangan yang menopang kehidupan di Bumi. Adapun identifikasi ayat-ayatnya adalah20 :

1. Ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang Atmosfer Bumi dan Magnet Bumi adalah : (QS 40:64, 67:15), (QS 21:32), (QS 40:64), (QS 2: 22), dst.

2. Ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang Suhu Bumi dan Keseimbangan Yang Menjadi Penopang Kehidupan Di Bumi adalah : ( QS 29:44), (QS 79: 27-33), (QS 91: 1-5), (QS 2: 116), (QS 36: 26), (QS 31: 20), (QS 2: 116), (QS 45: 13 ), (QS 6: 73), (QS 14:19), (QS 3:3), (QS 44:39), (QS 45:22), (QS 64:3), dst..

Dikarenakan dalam al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang mengisyaratkan keseimbangan penciptaan Bumi dan memiliki kesamaan makna. Maka hanya dibatasi pada permasalahan dan ayat-ayat berikut:

1. Suhu Dan Medan Magnet Bumi : (QS. 29:44),(QS 21:23)

2. Atmosfer Bumi Dan Keseimbangan Yang Menjadi Penopang Kehidupan Di Bumi : (QS. 40:64), (QS. 67: 15), (QS. 79:27-33).

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan permasalahannya tentang Bagaimana sudut pandang al-Qur’an dan sains dalam keseimbangan penciptaan Bumi?

20

Agus purwanto, Ayat-Ayat Semesta, ( Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009), cet. Ke-3, hal. 45.


(27)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan maka tujuan penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui pandangan alquran dan sains tentang konsep keseimbangan penciptaan bumi

2. Untuk mengetahui tujuan dibalik adanya keseimbangan dalam penciptaan bumi

3. Untuk memenuhi syarat akhir studi S1 di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

Adapun manfaat atau kegunaan penulisan skripsi ini adalah:

1. Secara akademis tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menambah khazanah keilmuan tentang literatur, sehingga berguna bagi menjadi setetes pengetahuan yang bermanfaat bagi para pemikir dan praktisi yang haus akan pengetahuan .

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi dan aktivis Islam pada umumnya termasuk juga civitas akademika Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta.

D. Studi Terdahulu

Dalam kajian ini bukanlah kajian baru, telah banyak yang memilih kajian-kajian yang hampir mirip judul tersebut namun penulis belum menemukan judul yang sama seperti yang penulis bahas, antara lain:


(28)

1. Mudrika, Bumi sebagai poros: studi penafsiran Muhammad Shalih atas

ayat rotasi dan revolusi dalam Al-Qur’an, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Uin Syarif Hidayatullah,2008.

Dalam skripsi ini membahas tentang rotasi bumi, skripsi ini hanya terbatas kepada ayat-ayat yang berkaitan dengan rotasi bumi, melalaui penafsiran Muhammad Shalih al-Utsaimin. Contoh penafsiran Muhammad Shalih al-Utsaimin ketika menafsirkan bahwa ketika Allah SWT menerbitkan matahari, sehingga jelas sekali menunjukan bahwa mataharilah yang bergerak mengelilingi bumi. Seandainya bumi yang berotasi niscaya Allah SWT tidak mengatakan bahwa mataharilah yang terbit.

2. Ridwan, I’jaz Al-Qur’an Dalam Mengungkap Rotasi Bumi: Sebuah

Analisa Tafsir Ilmi, skripsi S1 fakultas Ushuluddin, Uin syarif Hidayatullah,2004.

Skripsi ini membahas tentang rotasi bumi, dalam hal ini ayat-ayat yang berhubungan dengan rotasi bumi yang terbatas surat Yassin ayat 40 dan Al Anbiyaa’ ayat 33. Dalam skripsi ini hanya menguraikan sebatas bagaimana teori-teori astronomi dapat dikompromikan dengan al Qur’an khususnya pada ayat-ayat tersebut.

3. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam

Perspektik Al-Qur’an Dan Sains (Tafsir ‘Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010)

Buku ini membahas tentang penafsiran al-Qur’an tentang ayat-ayat mengenai Bumi. Dalam buku tafsir ini menjelas tentang struktur dan


(29)

penciptaan bumi melalui pandangan al-Qur’an dan sains. Buku ini pula yang akan menjadi rujukan peneliti dalam menjelaskan keseimbangan penciptaan Bumi dalam al-Qur’an dan sains.

Adapun kaitannya dengan skripsi yang akan penulis bahas, skiripsi dan buku tersebut mencakup apa yang akan penulis bahas hanya pada sedikit bagian pengertian bumi sebagai sebuah planet. Namun bedanya tulisan di atas dengan penelitian yang akan penulis angkat di sini adalah bahwa hubungan sains dengan al Qur’an, khususnya bumi bukan hanya sebatas rotasi saja, sementara itu ayat yang menjelaskan bumi tidak hanya mencakup itu saja dan keseimbangan tentang penciptaan bumi adalah salah satunya, inilah yang akan penulis kaji.

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan penulis gunakan tentang bagaimana keseimbangan penciptaan bumi dalam perspektif alquran dan sains ini adalah sebagai berikut:

Pertama. penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan mengumpuikan data-data tertulis yang bersifat primer dari al-Quran itu sendiri, yaitu yang berhubungan dengan masalah keseimbangan alam, juga sumber-sumber yang bersifat sekunder yaitu kitab-kitab, buku-buku dan jurnal atau sejenisnya, serta penunjang lainnya yang bersifat pelengkap.

Kedua, penulis dalam pembahasan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis, yaitu sebuah pendekatan yang diperlukan


(30)

untuk rnemaparkan ayat-ayat yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas berdasarkan sumber data yang ada untuk kemudian dianalisa, dan menyeleksi data sehingga dapat terbentuk suatu susunan yang logis dan obyektif tentang permasalahan tersebut.

Ketiga. dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yang ditempuh, yaitu isi (content analysys). Analisa di sini yaitu dengan melakukan tinjauan secara ayat demi ayat, berdasarkan pengertian yang terkandung dalam ayat itu, kemudian diadakan pengelompokkan terhadap ayat-ayat al-Qur„an dan disusun secara logis, sehingga diharapkan dalam melakukan penelitian ini al-Qur„an dapat mengungkapkan secara keseluruhan dan utuh tentang keseimbangan penciptaan Bumi dalam persfektif al-Qur'an dan sains. Penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku Pedoman Penuiisan Karya Iimiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi dengan tim penulis Dr. Hamid Nasuhi, MA. dkk tahun 2007.

F.Sistematika Penulisan

Penyusunan penulisan ini terbagi dalam lima bab, di mana setiap babnya mempunyai spesifikasi dan penekanan tersendiri mengenai topik tertentu adapun urutan penulisan adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan. Bab satu ini akan membahas mengenai hipotesis serta dasar pemikiran yang menjadi alasan pengambilan judul serta hal-hal yang menjadi acuan penelitian terhadap bab-bab selanjutnya pada skripsi ini.


(31)

Bab II : Tinjauan teoritis tentang planet dan Bumi, meliputi pengertian planet bumi dan teori penciptaan Bumi menurut pandangan ilmuwan, ulama sains dan filosof, pengertian keseimbangan, serta hikmah dibalik keseimbangan penciptaan Bumi. Bab dua ini sangat lah penting untuk mengetahui bagaimana Bumi tercipta sehingga akan menjelaskan hipotesis-hipotesis serta permasalahan yang ditawarkan pada bab sebelumnya

Bab III : Konsep keseimbangan Bumi menurut al-Qur'an dan Sains, meliputi inventaris ayat-ayat yang berhubungan dengan konsep keseimbangan, suhu, massa, medan magnet Bumi, ketetapan atmosfer Bumi dan keseimbangan untuk kehidupan, serta analisis tentang keseimbangan penciptaan Bumi menurut al-Qur’an dan Sains. Bab tiga ini akan menjalaskan ketika pengertian tentang kesimbangan dan bumi itu sendiri telah diketahui maka saatnya lah untuk menjelaskan serta menguji hipotesi-hipotesis pada bab sebelumnya.

Bab IV : Penutup yang berisi kesimpulan dari bab sebelumnya yang menentukan benar atau tidak hipotesis yang diajukan dari bab – bab sebelumnya. Bab ini pula berisi saran-saran penulis yang tetang bagaimana umat manusia memperlakukan Bumi khususnya umat islam dan agar menjadi motivasi untuk mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berdasarkan al Qur’an dan hadits.


(32)

17

LANDASAN TEORITIS TENTANG PENCIPTAAN PLANET

BUMI

A. Pengertian Planet Bumi

Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani “Asteres Planetai” yang artinya “Bintang Pengelana”. Dinamakan demikian karena berbeda dengan bintang biasa, Planet dari waktu ke waktu terlihat berkelana (berpindah-pindah) dari rasi bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini (pada masa sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi matahari.1

Dalam Dictionary of astronomi, Jacqueline Milton menjelaskan planet sebagai berikut2:

Planet An astronomical body, with not enough mass to become a star or a brown dwarf. The upper mass limit for a planet is about 0.013 solar masses (equivalent to about 13 jupiter masses). Thouhgt planets have traditionally been considered as object in the orbit around parent star, isolated bodies of very low mass discovered in regions of star formation have also described as “ free-floating planet.”To qualify as planet in the solar system, a body must be in orbit around the sun, and massive enough both to take on a shape close to spherical and to have swept away most smaller objects from the vicinity of the orbit, under this definition, there are eight planet in the solar system.”

Artinya:

“Planet merupakan Sebuah benda astronomi, dengan massa yang tidak cukup untuk menjadi bintang atau “brown dwarf”. Batas atas

1“planet” diakses pada Pkl. 20:21, 11 juli 2011, dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Planet,

diubah pada Pkl. 19:12, 29 Juni 2011. 2

Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, (New York: Cambridge Universty Press, 2007), hal. 269


(33)

untuk massa planet adalah sekitar 0,013 massa matahari (setara dengan sekitar 13 massa Jupiter). Pemikiran planet secara tradisional dianggap sebagai obyek diorbit sekitar bintang induknya, benda yang terisolasi dengan massa yang sangat rendah ditemukan juga di daerah formasi bintang yang digambarkan sebagai "planet mengambang bebas." Untuk memenuhi syarat sebagai planet di tata surya, sebuah benda harus berada diorbit mengelilingi matahari, dan cukup besar baik untuk mengambil bentuk dekat “spherical” dan memiliki berat yang paling kecil dari sekitar orbit, dibawah definisi ini, ada delapan planet di tata surya”

Lebih lanjut lagi Jacqueline Milton menjelaskan tentang planet yang termasuk dalam sistem tata surya, dalam hal ini planet yang berada di orbit sekitar matahari.sebagai berikut3:

“planet may be basically rocky object, such as the inner planet - Mercury, Venus, Earth and Mars, or primarily liquid and gas with small solid core like the outer planet – Jupiter, Saturn, Uranus and Neptune. These eight are regreded as the major planets of the solar system.historically, Pluto was also considered to be a major planet, but that catagorrization was called in to question by the discover of other transneptutian object similar in sixe to Pluto, or even larger. In 2006, the International Astronomy Union adopted the term dwarf planet to describe Pluto, the largest asteroid Ceres, and the other similarly sized bodies orbiting the sun.”

Artinya:

“Planet mungkin pada dasarnya objek berbatu, seperti planet dalam Merkurius, Venus, Bumi dan Mars, atau terutama cairan dan gas dengan inti padat kecil seperti planet luar - Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Ini adalah delapan yang diterima sebagai planet utama dari surya sistem. Menurut sejarah, Pluto juga dianggap sebagai sebuah planet besar, akan tetapi katagorisasi itu membawa kedalam sebuah masalah dengan mengemukakan objek “transneptutian” serupa lainnya dalam masalah seperti Pluto, atau bahkan lebih besar. Pada tahun 2006, Persatuan Astronomi Internasional mengadopsi istilah “planet kerdil” untuk menggambarkan Pluto, Asteroid terbesar Ceres , dan benda berukuran hampir sama lain yang mengorbit matahari.

Demikian beberapa definisi mengenai kata planet. Adapun Bumi merupakan sebuah planet yang akan menjadi objek pemikiran kali ini

3


(34)

merupakan salah satu planet yang mengorbit Mathari sebagai bintang induknya, adalaha sebuah planet yang memiliki keistimewaan tersendiri.

Bumi adalah planet yang mengelilingi matahari, garis tengah bumi sekitar 17.560 km, massa bumi sekitar 598x 1000 ton, volume bumi sekita 1 juta cu km. Bumi memerlukan 365 hari, 6 jam, 9 menit, dan 9 detik untuk menyelesaikan perjalanan mengelilingi matahari. 4 Keadaan bumi paling dekat dengan matahari yaitu pada bulan januari tanggal 3 atau 4, ketika jarak matahari terhadap bumi 147.0 juta Km. Kemudian, enam bulan selanjutnya bumi berada pada jarak terjauh dengan matahari sekitar 152.0 juta Km.5

Bumi juga mempunyai gerakan lain, yaitu berotasi pada porosnya, sebuah garis maya yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan. Bumi berotasi sekali 24 jam ( tepatnya 23 jam, 56 menit, dan 4 detik)6. Perputaran rotasi bumi memiliki garis kemiringan khatulistiwa sekitar 23027’ terhadap orbit bumi. Dikarenakan kemiringan ini menyebabkan munculnya musim siklus tahunan7.

Dalam dictionary of astronomy, difinisi bumi “Earth” dijelaskan sebagai berikut8:

“Earth the third planet from the sun. like Mercury, Venus, and Mars, Earth is the one of rocky, smaller planets in the inner solar system know as the terrestrial planets. Is the only of the four with a large natural satellite-the Moon”.

4

Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, (Jakarta: G-Kreatif, 2006), Cet. Ke-1, hal. 40.

5

Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, hal. 94.

6

Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan , Cet. Ke-1, hal. 40.

7

Jacqueline Milton, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, hal. 94.

8


(35)

Artinya:

“Bumi planet ketiga dari Matahari. seperti Merkurius, Venus, dan Mars, Bumi adalah salah satu planet yang padat, planet kecil di tata surya bagian dalam. Yang diketahui Sebagai “Planet Terestrial”. Bumi merupakan salah satu dari empat planet dengan satelit alam yang besar yaitu Bulan.

Struktur bumi terdiri dari beberapa unsur, yaitu: kerak, mantel dan inti bumi. Jari-jari di kutub bumi adalah 6.356,8 km, sedangkan jari-jarinya di ekuator adalah 6.378,2 km. kondisi kutub utara dan selatan agak pepat. Pepatnya bola bumi ini disebabkan pada saat baru terbentuk bumi belum terlalu padat, dan rotasinya membuat mengembung pada bagian yang tegak lurus sumbu rotasi, yakni bagian ekuator. Luas permukaan bumi kurang lebih 510.101.000 km2 dan volumenya adalah 1.083.320.000.000.000.000 km3.9

Ukuran bumi ini begitu tepat, tidak terlalu kecil sehingga akan kehilangan atmosfernya, karena gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke angkasa. Dan ukuran bumi tidak terlampau besar sehingga gravitasinya menahan begitu banyak atmosfir gas yang berbahaya.10

Kerak bumi, yaitu kerak batuan yang menutupi bumi lapisan kulit ini tebalnya kira-kira 32-48 km di bawah benua dan kira-kira 4,8 km di bawah lautan. 11Kerak bumi terbentuk kira-kira sekitar 4 milyar tahun yang lalu12. Batuan yang membentuk kerak bumi terbuat dari mineral dan dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu:

9

Abdul Rahman Ritonga, Alam Semesta, (Jakarta: FE UI, 1997), hal. 125

10

Harun Yahya, The Creation of The Universe, (London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000), cet. I, hal. 82.

11

Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 41.

12

Achmad Baiquni, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), hal. 100.


(36)

1. Batuan beku

Dibentuk dari bahan batu yang panas yang berupa cairan (magma) yang kemudian membeku dan mengeras. Karena berbagai alasan, magma sering keluar menuju permukaan dan memancarkan keluar melalui retakan dikerak bumi. Jika aliran magma ini cukup lama berlasung, sebuah gunung api dapat terbentuk. Magma yang keluar ke permukaan bumi disebut lahar sebagian besar lahar mengeras dalam beberapa minggu setelah keluar ke permukaan.

2. Batuan sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari pasir, lumpur, atau bahan-bahan lain yang tersimpan di laut yang terbawa oleh aliran air dari daratan. Simpanan ini disebut sedimen. Batuan sedimen bearti batuan yang terbuat dari sedimen. Sebagaian terbuat dari mineral lautan yang mengendap ketika air menyusut atau atau mongering. Endapan tersebut menjadi batuan setelah waktu yang berabad-abad.

3. Batuan metamorf

Batuan metamorf beaarti batuan yang telah diubah. Jika magma naik ke atas, maka banyak batuan yang sudah ada terkena tekenan suhu yang besar. Karena tekanan dan suhu ini, menyebabkan perubahan penting pada batuan.

Mantel, dibawah lapisan bumi terdapat lapisan batuan padat yang tebal yang disebut mantel. Tebalnya kira-kira 2.880 km dan suhunya 2.760 C. Mantel ini merupakan sumber batuan mencair/meleleh yang menjadi magma gunung merapi. Batuan di mantel terbuat dari magnesium, silicon, oksigen, besi, dan


(37)

alumunium. Bila gunung merapi meletus, semburan gas batuan meleleh(magma). Dan lahar yang keluar berasal dari lapisan mantel bumi.13

Setelah mantel adalah inti bumi, inti bumi terbentuk pada suhu sekitar 6000 C elemen-elemen berat seperti besi mengumpul sebagai inti bumi yang dibagian dalam padat dikarenakan tekanan yang semakin dalam semakin tinggi.14 inti bumi mempunyai tebal kira-kira 2.240 km dan terbuat dari nikel dan besi cair. Setelah lapisan inti adalah inti bagian dalam yang berbentuk bola. Suhunya kira-kira 4.982 C. para ilmuwan menduga inti bagian dalam juga terbuat dari nikel dan besi15.

Suhu dan atmosfer adalah unsur terpenting pertama bagi kehidupan di Bumi. Bumi memiliki suhu yang memungkinkan untuk hidup dan atmosfer yang digunakan mahluk hidup untuk bernafas, khususnya bagi mahluk hidup yang kompleks seperti manusia. Faktor yang menentukan bumi begitu ideal sehingga bias ditempati oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Dikarenakan posisi bumi yang dengan matahari. Bumi tidak akan menjadi memeiliki sebuah kehidupan anada saja bumi berada lebih dekat terhadap matahari seperti Venus yang bersuhu hingga 4500 C atau lebih jauh seperti Yupiter yang bersuhu -1430 C.16 Molukul berbasis karbon hanya mampu bertahan pada suhu antara -200 C dan 1200 C, dan bumi satu-satunya planet dengan suhu rata-rata dalam batas tersebut.17

13

Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 41.

14

Achmad Baiquni, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, hal. 100.

15

Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 42.

16

Setiawan Sandi, Gempita Tarian Cosmos, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hal 121.

17


(38)

Jika melihat alam semesta secara keseluruhan, mendapati ruang suhu yang sangat sempit untuk menunjang sebuah kehidupan ini merupakan hal yang sangat sulit karena suhu diseluruh alam semesta bervariasi dari beberapa juta derajat pada bintang terpanas hingga nol derajat mutlak (-2730 C). dalam selang suhu yang begitu lebar, toleransi suhu yang memungkinkan adanya kehidupan sangatlah sempit, namun bumi memilikinya.18

Bumi diselubungi oleh campuran gas yang bias disebut udara. Udara merupakan zat yang sangat penting untuk menunjang kehidupan untuk seluruh mahluk hidup di bumi. Udara atau atmosfer terdiri dari campuran bermacam-macam gas dengan nitrogen sebagai unsur yang paling banyak terdapat (78%). Gas yang kelimpahannya berada di bawah nitrogen adalah oksigen (21%), kemudian diikuti oleh gas-gas seperti Argon, Karbondioksida, uap air dan sebagainya.19

Kadar oksigen yang hanya 21 % bukan merupakan sebuah kebetulan melainkan hasil dari kesempurnaan Allah swt dalam menentukan kadar yang tepat bagi berlasungnya sebuah kehidupan. Kadar oksigen yang hanya 21% berkaitan langsung dengan kehidupan manusia dan mahluk lainnya di bumi. Para peneliti berpendapat bahwa seandainya kada oksigen 15%, maka apai tidak akan menyala. Karena, kandungan oksigen tidak akan cukup untu berinteraksi.

18

Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal. 79.

19

A. Gunawan Admiranto, Tata Surya Dan Alam Semesta,( Yogyakarta : Kanisius, 2000), hal. 74.


(39)

Seandainya kadar oksigen mencapai lebih dari 25% maka segala yang ada di bumi akan hangus tanpa perlu disulut api, cukup dengan panas matahari saja.20

Atmosfer mungkin tampak sebagai udara tipis belaka, namun sesungguhnya atmosfer memiliki struktur yang sangat kompleks. Atmosfer memiliki karakteristik sendiri, yaitu dari troposfer yang berputar di atas tanah hingga eksosfer jernih yang jauh tinggi diluar angkasa. Atmosfer memiliki kedalaman sekitar 700 km, namun tidak ada batas yang nyata. Atmosfer lenyap begitu saja diangkasa ketika udara menjadi semakin tipis. Adpun lapisan-lapisan atmosfer atmosfer sesuai perbedaan suhu dan ketinggiannya. Di troposfer sebagai terbawah kemudian stratosfer, mesosfer terletak diatas stratosfer, merupakan lapisan gas tipis di mana suhu turun dengan sangat cepat. Gas-gas dalam tiga lapisan terakhir atmosfer-ionosfer, termosfer, dan eksosfer-menjadi semakin tipis. Dalam lapisan atmosfer terbawah, yaitu troposfer, udara terus menerus begerak karena ada perbedaan tekanan. Ini dipicu oleh distribusi panas matahari yang tidak merata antara daerah kutub dan ekuator. Gerakan berkelanjutan menyebabkan perbedaan kondisi cuaca di seluruh dunia. Dan menimbulkan keberanekaragaman flora dan fauna yang ada. Tanpa atmosfer bumi tidak akan memiliki kehidupan. Atmosfer menjaga agar bumi tetap hangat, melindungi dari sinar matahari yang berbahaya dan dari meteor.21

Selain itu, dikarenakan gravitasi bumi yang tepat maka bumi mampu menyimpan air yang cukup bagi kehidupan. Air merupakan salah satu penunjang

20

Hisham Thalbah dkk, Esiklopedia Mukjizat Alquran Dan Hadits, terj. Syarif Hade Masyah dkk, ( Jakarta : PT. Sapta Sentosa, 2009), cet. III, vol 8, hal . 33.

21

Richard Walker dkk,Ensiklopedia Ipa: Visual Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika, terj. Anis apriliawati dkk, (Jakarta : PT Lentera Abadi, 2009) , jilid. 3, hal, 290.


(40)

kehidupan yang sangat penting, air dapat ditemukan hampir disemua kehidupan yang ada di bumi. Tubuh manusia 70% nya adalah air. Oksigen yang berguna untuk manusia, hewan dan tumbuhan salah satu unsur pembentuknya adalah air. Air adalah salah satu molekul yang paling berlimpah di bumi. sekitar. ada sekitar 350 juta kilometer kubik air di planet ini. hampir 97% dari semua air ditemukan di lautan, yang mencakup dua pertiga dari luas permukaan planet. sekitar 90% dari semua air segar beku dalam es di kutub utara dan selatan. Dan 1% dari semua air di bumi yang tersedia untuk konsumsi, dan sebagian besar adalah ditemukan di bawah tanah akuifer.22

A. E. Needhem seorang ahli biokimia, menunjukan betapa pentingnya air bagi pembentukan kehidupan. Jika hukum alam semesta memungkinkan keberadaan zat padat atau gas saja, maka tidak akan pernah ada kehidupan. Alasannya adalah bahwa atom-aton zat padat berikatan terlalu rapat dan terlalu statis dan sama sekali tidak memungkinkan proses mulekuler dinamis yang penting bagi terjadinya kehidupan. Sebaliknya, dalam gas, atom-atom bergerak bebas dan acak. Mekanisme kompleks bentuk kehidupan tidak mungkin berfungsi dalam struktur seperti itu.23

Dengan demikian, lingkungan cair mutlak diperlukan untuk pembentukan suatau kehidupan. Perlu dingatkan ini terjadi dikarenakan ukuran bumi yang tepat sehingga memungkinkan terbentuknya suatu kehidupan di bumi.

22

K. Lee Lerner dkk, U.X.L Encylopedia of Water Science, (USA : Thomson Gale, 2005), hal. 1.

23


(41)

Ukuran dan massa bumi merupakan sesuatu yang spesial dari jutaan kemungkinan penciptaan bumi. Ahli geologi Amerika Frank Press dan Raymond siever meberikan komentar tentang ketepatan ukuran bumi seperti yang dikutip oleh Harun Yahya24:

“Dan ukuran bumi begitu tepat tidak terlalu kecil sehingga kehilangan atmosfernya, karena gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke angkasa, dan tidak terlalu besar sehingga gravitasinya menahan begitu banyak atmosfer, termasuk gas yang berbahaya”.

Kemudian selain massa dan ukuran bumi, inti bumi dirancang khusus. Disebabkan intinya, bumi memiliki medan magnet yang kuat yang berperan dalam menjaga kelangsungan hidup. Menurut press dan siever 25:

“Perut bumi luar biasa besar, namun merupakan mesin penghasil panas yang diseimbangkan secara rumit dengan bahan bakar radio aktif. Andai bekerja lebih lambat, aktivitas geologi akan berjalan lebih lambat. Besi tidak mungkin mencair dan terbenam membentuk inti cair, dan medan magnet tidak pernah terbentuk andai lebih banyak bahan bakar radioaktif, dan mesin bekerja lebih cepat, gas dan debu vulkanik tentu telah menghalangi matahari, sehingga atmosfer menjadi pekat mematikan. Dan permukaan bumi diguncang oleh gempa dan letusan gunung api setiap hari.”

Singkatnya, jika proses yang terjadi didalam perut bumi tidak stabil maka tidak akan terbentuk medan magnet yang melindungi bumi dari energi yang mematikan.

Dari penerangan mengenai bumi sebagai sebuah planet, bumi memang dirangcang khusus untuk menopang sebuah kehidupan.

24

Harun Yahya, The Creation of The Universe, hal.82 .

25


(42)

B. Teori Penciptaan Bumi

a. Menurut Pandangan Ilmuwan dan Filosof

Pada proses penciptaan planet-planet, khususnya planet-planet yang mengitari matahari, termasuk diantaranya planet bumi yang permukaannya terdapat mahluk hidup. Para ilmuwan belum sepakat seputar pembentukan planet di sekitar bintang-bintangnya atau bulan di sekitar planet-planetnya. Namun sejumlah ahli telah mencoba untuk merumuskan teori untuk menjelaskan cara pembentukan planet-planet di sekitar bintang.

Teori yang paling popular adalah teori yang menyatakan bahwa meteri yang membentuk planet mengitari matahari tersebut berasal dari luar matahari dan bersandar pada keyakinan bahwa kuantitas unsur-unsur alami yang terdapat dalam planet-planet tersebut, terutama bumi, tidak mungkin dihasilkan dari matahari. Pendapat ini menyatakan bahwa materi planet berasala dari hasil ledakan bintang yang berjumlah banyak setelah kehabisan bahan bakar yang berupa hidrogen dan unsur ringan lainya yang berubah menjadi unsur-unsur alami yang berbeda-beda. Materi-materi bintang yang berterbangan jatuh pada seluruh gravitasi matahari, lalu mulai berotasi mengelilingi matahari dan akhirnya membentuk planet-planet yang berbeda26.

Teori lain mengatakan, asal usul terciptanya bumi berasal dari radiasi yang dipancarkan oleh matahari yang baru lahir menolak materi awan debu disekitarnya. Yang tersisa hanyalah sebuah cakram debu yang mengitari matahari. Perlahan-lahan butir-butir tersebut saling bergabung dalam proses

26

Hisham Thalbah dkk, Esiklopedia Mukjizat Alquran Dan Hadis, terj. Syarif Hade Masyah dk, cet. III, vol 8, hal . 19.


(43)

yang disebut akresi. Lambat laun, cakram debu berubah menjadi sejumlah planet, yang salah satunya adalah bumi. Massa bumi terus bertambah sehingga medan gravitasinya terus meningkat. Hingga terus memampat dan terbentuklah bola padat yang intinya meleleh. Inti bumi terdiri dari lelehan besi pekat, yang diselimuti oleh mantel silikat padat. Aktivitas gunung api dan gempuran hujan meteor membentu rupa permukaan planet bumi. Ketika pembentukan bumi hamper rampung, sebuah benda seukuran planet mars membenturnya sehingga terlemparlah awan materi ke jalur orbit bumi. Selanjutnya, awan debu tersebut memampat dan menjadi satelit bumi dengan nama bulan.27

Menurut teori lain, bumi dulu merupakan suatu massa yang terdiri dari gas yang berputar yang terlempar dari matahari pada saat matahari masih muda. Gas tersebut perlahan menjadi dingin, bentuknya berubah menjadi cairan. Cairan ini, yaitu magma, menjadi dingin dan mineral yang terkandung didalamnya mulai mengkristal. Mineral-mineral berat cenderung tenggelam kedalam cairan magma, sedangkan mineral yang ringan terapung diatas mineral yang berat. Sementara pendinginan terus berlanjut, batuan mulai memadat. Pada waktunya batuan ini membentuk kerak bumi. Pada saat magma mengeras menjadi kerak bumi, sering terjadi magma dalam jumlah yang besar dan pada suhu yang sangat tinggi akan terjebak/terkurung dalam kerak bumi. Gas yang terdapat dalam magma akan mengeluarkan tekanan yang sangat besar yang menekan batuan kerak bumi yang di atasnya. Batuan tersebut sering tidak dapat menahan

27Charles Taylor dkk,“ Ensiklopedia Sains untuk pelajar dan umum”terj. Tim Penerbit


(44)

tekanannya sehingga magma akan naik membentuk lapisan-lapisan yang lebih tinggi.dan terbentuklah gunung berapi28.

Selain terjadi batuan kerak bumi, karena posisi bumi yang sangat istimewa terhadap matahari, terbentuk juga materi bumi yang lain yang sangat penting yaitu air yang menggenang diatas kerak bumi sebagai lautan. Permukaan bumi saat ini 2/3 nya merupakan air dan 1/3 nya berupa daratan. Dari siklus air yaitu penguapan-hujan-mengalir kembali kelaut serta angin dan perubahan suhu siang-malam, batuan-batuan tersebut lama-lama menjadi pecah-pecah. Pecahan-pecahan tersebut terbawa air dan terdampar didanau atau bagian laut yang dangkal. Pecahan-pecahan ini saling menekan karena berat yang semakin bertamabah dan dengan perlahan berubah menjadi batuan sedimen29.

Pada tahun 1755 M, Immanuel kant salah seorang filsuf terbaik Jerman berpendapat30:

“ The solar system –The Sun, Planets, Moons, Comets and the rest- were formed from a Nebula-a great mass of thin and like gas”

Artinya:

“Sistem tata surya seperti Matahari, Planet-planet, Bulan, Komet-komet dan sisanya terbentuk dari sebuah Nebula yaitu sebuah massa yang besar dan seperti gas.”

Dalam waktu yang bersamaan, naturalis Perancis George Louis leclerc, Comte the Buffon, memberikan jawabannya sendiri atas pertanyaan31:

28

Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 44.

29

Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, hal. 44.

30

Howard Graham dkk, The Book of Popular Science,( Canada: Grolier Limited, 1977), vol 1, hal. 27

31


(45)

”how was the earth born?he belived that, ages ago, the Sun collided whith a comet and that, as a result, a great deal of material was forced out of it. This material later cooled and gave rise to the planets ”

Artinya:

“Bagaimana bumi telah tercipta? Dia Percaya Bahwa, pada masa lalu, Matahari bertabrakan dengan komet dan bahwa, sebagai hasilnya, banyak Bahan Dipaksa Keluar. Bahan ini kemudian didinginkan dan memunculkan planet-planet.”

Pendapat Buffon ini sangat disayangkan, bahwa sebuah komet yang bertabrakan dengan sama sekali tidak dapat mempengaruhi itu. Walau bagaimanapun, teori ini menjadi awal untuk hipotesis-hipotesis modern mengenai sebuah idea tabrakan benda langit.

Sekitar tahun 1900 M, seorang astronome Forest Ray Moulton dan seorang geolog T. C. chamberlin, menyajikan sebuah teori baru, yang mereka sebut “planetesimal hypothesis, menurut Moulton dan Chamberlin32:

“a star speeding through space came very close to our sun. the greatly increased gravitational forces between the two star caused each to raise great tides in the hot gaseous body of the other. As the solar tides by the pull of the passing star become greater and greater, masses of gas were thrown clear of the sun and began whirling round and round. Some of the followed the orther star as it dashed off into space;held by the attraction of the sun, started to move around that body. The great solar tides subsided when the orther star move on; the masses of gas flung off from the sun settled down into orderly paths around it. As they became cooler, they changed into liquid form and the gradually became small solid masses. These fragments-planetesimal-eventually drew together to form planet. ”

Artinya:

“Sebuah bintang datang melaju dari ruang angkasa mendekati matahari kita. Gaya gravitasi sangat meningkat antara kedua bintang disebabkan oleh masing-masing panas gas yang meningkatkan di dalam kedua benda. Sebagai tata surya yang sedang naik dengan tarikan bintang yang lewat menjadi lebih besar dan lebih besar, massa gas terlempar dari matahari dan mulai berputar-putar. Beberapa bintang mengikuti yang lainnya melesat keangkasa, di tahan oleh daya tarik Matahari, mulai bergerak di sekitar benda itu. Arus tata surya yang besar berkurang ketika bintang lainnya mulai bergerak, massa gas terlempar dari matahari mereda ke

32


(46)

jalan yang teratur disekitarnya. Karena mereka menjadi dingin, mereka berubah menjadi bentuk cair dan bertahap menjadi massa padat yang kecil. Fragmen ini -planetesimal- akhirnya menarik bersama untuk membentuk planet.”

Kemudian sekitar tahun 1918 M, Sir James jeans and H. jefreys, dua ilmuwan Inggris, mengeluarakan sebuah teori yang disebut “Tidal Theory” teori ini terinspirasi dari “Teori Tabrakan”. Menurut mereka33:

“The planets were formed directly from the priginal mass of gas pulled out of the sun by passing the star, and not by the building up of large solid bodies from small particles. The tidal theory, as the star approached, or even sidewiped our sun, its gravitational, pull drew out a long cigarshaped filament of gas from the sun a filaments largest in the middle section and tapering at boths end.”

Artinya:

Planet-planet terbentuk secara langsung dari massa gas asli yang ditarik keluar dari matahari oleh bintang yang lewat, dan bukan merupakan bangunan benda padat yang besar dari partikel-partikel yang kecil. Teori tidal”, sebagai bintang mendekati, atau bahkan pada sisi lain, Matahari kita, gaya gravitasi ini, tarik menarik sebuah filamen berbentuk cerutu panjang gas dari Matahari sebuah filamen terbesar dibagian tengah dan meruncing pada akhir keduanya.

Lebih lanjut lagi, seorang astonom amerika Fred L. Whipple menawarkan sebuah teori awan debu alam semesta “dust-cloud theory of the universe”, menurutnya34

:

“the solar system to be was at the first a vast cloud of cosmic dust and gasses which assumed a disclike shape. irregularities whithin the cloud brought about rotation; the rotating dust and gases became concentrated and the cloud collapsed. the solid particles within it collided, stuck together and became planets.the gases at the center of the former cloud developed into the sun.”

Artinya :

“sistem tata surya yang pada awalnya adalah sebuah gumpalan awan debu kosmik dan gas yang belum memiliki bentuk. Ketidak teraturan dalm awan yang disebabkan oleh rotasi; perputaran debu dan gas menjadi terkonsentrasi dan awan memadat. Partikel partikel padat di dalmnya

33

Howard Graham dkk, The Book of Popular Science, vol 1, hal. 29

34


(47)

saling bertabrakan, saling menempel dan menjadi planet-planet. Gas yang berada di bagian tengah awan berubah bentuk menjadi Matahari.”

Itulah beberapa teori yang diusul untuk memperediksi bagaimana Bumi tercipta. Tidak ada salah satu teoripun yang dianggap dapat memberikan jawaban yang memuaskan mengenai kelahiran Bumi dan planet lainnya. Ini dikarenakan teori-teori tersebut berbasis spekulasi dan merupakan sebuah dugaan yang cerdas.

Namun, para astronom modern percaya bahwa terciptanya Bumi secara teratur dan bertahap bukan hanya pada sebuah bencana tabrakan yang beruntung.seperti yang tertulis dibuku “The Book of Popular Science”35:

“Many modern astronomers are inclined to discount theories based on the collision or the near-collision between a sun and passing star. they believe that the universe as a whole has evolved in a gradual and orderly fashion, and not through chance catastrophes beyond the normal course of events.”

Artinya:

“Banyak astronom modern cenderung mengabaikan teori – teori yang didasarkan kepada tabrakan atau hampir mendekatinya antara Matahari dan bintang yang lewat. Meraka percaya bahwa alam semesta secara keselurahan telah berkembang secara bertahap dan teratur, dan bukan melalui bencana dari sebuah kemungkinan dari kejadian yang luar biasa.”

Pengakuan para astronom mengindikasikan ada sebuah kekomplekan yang teratur dari jutaan kesempatan sebuah penciptaan.

b. Menurut Pandangan Muffasir

Adapun al Qur’an memberikan informasi mengenai penciptaan langit dan Bumi dalam waktu enam hari. Maha besar Allah Dalam firman-Nya:

35


(48)

“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?36.

Akan tetapi al Qur’an belum cukup menyebutkan hakikat alam ini. Oleh karena itu, ada hakikat pendukung tentang penjelasan dari hari-hari penciptaan langit dan bumi tersebut. Begitu juga tentang keadaan alam ketika pertama kali diciptakan. pada hakikatnya penciptaan bumi tidak memakan waktu selama enam hari. Hal ini seperti yang termaktub dalam firman-Nya berikut:

“Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku

36


(49)

dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.37

Adapun kata yaum/hari pada ayat di atas dalam penggunaan bahasa Arab tidak harus dipahami dalam arti 24 jam. Ia bahkan digunakan untuk menunjukan satuan waktu bagi selesasinya suatu kegiataan, baik pendek maupun panjang. Perlu dingat bahwa satuan-satuan waktu yang digunakan oleh manusia bertalian dengan rotasi bumi dan revolusi bumi. Dengan demikian, apabila seorang meninggalkan bumi menuju planet lain, maka panjang pendek satuan waktu itu di masing-masing planet memiliki perbedaan.38

Sebagaimana yang telah diungkapkan pada ayat di atas, bahwa Allah swt telah menciptakan bumi dalam waktu dua hari dan dua hari sisanya buat pemberkahan dan penyiapan makanan bagi para penghuninya. dia juga telah menciptakan langait dalam waktu yang sama. Sementara itu, ayat-ayat lain menyebutkan bahwa waktu penciptaan langit dan bumi adalah enam hari.

Adapun kronologis konsep enam masa penciptaan langit dan bumi tercantum dalam al Qur’an sebagai berikut, Allah swt berfirman:

37

QS. Fushilat : 9-11.

38

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), Vol. 12, hal. 382.


(50)

“Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”39

Menurut ahli astronomi ayat tersebut, memberi petunjuk tentang kronologis enam proses penciptaan langit dan bumi, yaitu40:

Masa Pertama, dipahami dari ayat 27 yang memberi petunjuk tentang penciptaan alam semesta dengan pristiwa Big Bang, yaitu ledakan besar sebagai awal lahirnya ruang dan waktu, termasuk materi.

Masa Kedua, dipahami dari ayat 28 yang memberi petunjuk tentang pengembangan alam semesta, sehingga benda-benda langit makin berjauhan

…lalu menyempurkannya..”, memebri pengertian bahwa pembentukan benda langit bukanlah proses sekali jadi tetepi proses evolutif.

Masa Ketiga, diperoleh petunjuk dari ayat 29 tentang adanya tata surya yang juga berlaku pada bintang-bintang lain. Masa ini adalah masa penciptaan matahari bersinar dan bumi yang berotasi hingga adanya siang dan malam.

Masa Keempat, diperoleh petunjuk dari ayat 30 yang sepertinya menjelaskan proses evolusi bumi karena tumbukan benda langit lainnya, dan bumi dihamparkan mungkin pada saat lempeng benua besar Pangea mulai terpecah tetapi bias jadi lebih tua dari pangea.

39

QS. An-Nazi’at: 27-33.

40

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik Al-Qur’an Dan Sains (Tafsir ‘Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), Cet.1, hal. 21.


(51)

Masa Kelima, dipahami dari ayat 31 yang memberi petunjuk tentang awal penciptaan kehidupan di bumi dengan menyediakan air.

Masa Keenam, diperoleh petunjuk dari ayat 32 dan 33 yang menjelaskan timbulnya gunung-gunung akibat evolusi geologi dan mulai diciptakannya hewan dan kemudian manusia.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penciptaan bumi terjadi pada masa ketiga sampai dengan keenam. Seperti yang termaktub dalam ayat di atas. Pada Masa Ketiga, masa penciptaan matahari dan bumi serta planet-planet lainya bumi terbentuk semula oleh sekumpulan gas (cloud of gas) dan debu, lebih dari 4,5-4,6 milliar tahun yang lalu. Elemen-elemen ringan termasuk hydrogen (H) dan oksigen(O) yang jumlahnya sangat besar terkumpul dalam planet sebagai gas yang terkondensasi dan membentuk batuan yang lunak dan mulailah sejarah bumi dan planet-planet lainnya. Material-material yang ada kemudian terpisah berdasarkan berat jenisnya. Material berat memisahkan diri dan menempati tempat yang dalam, sedangkan material ringan naik ke atas. Pada masa ini yang dalam geologi disebut sebagai hadean eon (masa hadean), dimana bumi masih pada awal penciptaannya dan belum terbentuk batuan, kecuali meteorit. Meteorit tertua diketahui berumur sekitar 4,6 milliar tahun yang lalu. Rentang waktu masa hadean sekitar 4,6-3,8 milliar tahun yang lalu. Batuan yang tertua yang diketemukan di kanada dan diketahui berumur 3,8-4,3 milliar tahun yang lalu. Bias jadi inilah yang menandai akhir masa ketiga dan memasuki masa keempat.


(52)

Pada Masa Keempat, bulan terbentuk dari lontaran sebagian kulit bumi karena tumbukan dahsyat benda langit lainnya, dan al Qur’an menandai dengan

“…dan setelah itu bumi Dia hamparkan..”. Batuan-batuan tua yang berumur sekitar 3,8 - 4,3 milliar tahun yang lalu mungkin merupakan batuan-batuan yang

dihamparkan. Pada masa keempat mulai memasuki peralihan dari masa Hadean ke masa Archean. Dimasa keempat “bumi yang dihamparkan” yaitu dimana benua pangea terpecah, bergerak dan membentuk 5 benua plus antartika. Masa Archean diakhiri dengan munculnya bakteri dan stromatolite.

Kemudian, pada Masa Kelima, masa kelima adalah awal penciptaan kehidupan dengan ditandai dan disertai ketersedian air. Masa kelima dalam geologi mungkin paralel dengan masa Proterozoikum dimana dijumpai, meski dalam jumlah tidak banyak, binatang-binatang dalam bentuk primitif. Selanjutnya, pada Masa Keenam, merupakan masa pembentukan pegunungan. Pada masa yang disebut fanerozoikum ini salah satunya ditandai oleh pecahnya benua pangea menjadi beberapa benua seperti sekarang. Pada masa tersebut pembentukan pegunungan terjadi di wilayah interaksi dua lempeng. Pembentukan pegununga yang terkait dengan tumbukan antar lempeng, paling tidak ada 6 atau 7 episode pembentukan pegunungan yang sangat besar.41

41

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik Al-Qur’an Dan Sains (Tafsir ‘Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), Cet.1, hal. 21.


(53)

38

ALQUR’AN DAN SAINS

A. Keseimbangan Penciptaan Bumi

Keseimbangan diambil dari kata imbang yang bermakna setimbang (berat,ukuran, derajat, dsb) sedangkan keseimbangan memiliki makna suatu keadaan yang berimbang.1

Al Qur’an bukan hanya mengungkap bahwa Tuhan berkuasa menciptakan

alam semesta akan tetapi memeliharanya dengan keseimbangan untuk semua ciptaan-Nya2. Allah berfirman dalam firman-Nya:

“Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. dan Tuhanmu Maha memelihara segala sesuatu.”3

Hukum-hukum keseimbangan yang mengatur alam sesungguhnya adalah hukum Allah swt. Maha besar Allah dengan firman-Nya, yang menciptakan segala sesuatunya keseimbangan takaran yang sempurna:

1

Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007) , hal. 425.

2

A. Hidayat, Teologi Qur‟ani,( Bandung :Gunung Jati Press, 1998). hal. 178.


(1)

66

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya),”68

68


(2)

67

A. Kesimpulan

Ada tiga kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian singkat mengenai keseimbangan penciptaan bumi dalam al-Qu’ran di atas, yaitu:

1. Planet Bumi yang merupakan salah satu wujud dari salah satu keseimbangan alam semesta yang diciptakan oleh Allah swt merupakan salah satu pembenaran akan sebuah kemustahilan adanya perbedaan antara nature sebagai work of God dan The Qur’an sebagai word of God. Sehingga benarlah bahwa al-Qur’an adalah kalam-Nya.

2. Penciptaan bumi yang sangat mengagumkan merupakan salah satu tanda-tanda kebesaran Tuhan untuk menunjukan keberadaan-Nya. Jika ada orang yang mengatakan bahwa penciptaan bumi merupakan sebuah pristiwa kebetulan saja, tampak dia harus berpikir ulang dan melihat sekelilingnya kesempurnaan keseimbangan. Bagaimana mungkin sebuah sistem yang sangat sempurna yang ter dapat dalam penciptaan Bumi merupakan sebuah kebetulan belaka yang bergerak dan berproses secara tepat untuk keberadaan sebuah kehidupan. hanya orang-orang yang merenungkannya yang dapat melihat tanda-tadan ini.

3. Bumi telah diciptakan oleh Allah swt dengan kesempurnaan keseimbang yang memungkinkan tercipta kehidupan untuk manusia dan mahluk lainnya. Alangkah bijaknya bila manusia menjaga keteraturan dan keseimbangn yang telah disediakan untuk kehidupan manusia itu sendiri,


(3)

68

sehingga tidak terjadi kepincangan dan ketidakseimbangan yang akibatnya akan menimpa manusia itu sendiri. Dalam keadaan Bumi yang nyaman ini sungguh sangat disayangkan bila manusia hidup dalam kesiasiaan tidak bersujud mengakui adanya Tuhan yang telah menunjukan keberadaan-Nya melalui ciptaan-Nya yang sangat mengagumkan ini.

B. Saran-saran

Kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta termasuk Bumi dengan kedaan yang seimbang sehingga menunjang kehidupan dan menjadi manusia sebagai Khalifah di Bumi, agar manusia yang diberikan kecerdasan akal untuk mengelola Bumi ini dengan baik dan menjaga segala sesuatu agar Bumi ini berada dalam Keadaan yang serasi dan harmonis bagi kehidupan.

Sebagai umat islam, penulis berharap umat islam tidak melupakan ilmu pengetahuan tetang sains yang menjadi salah satu tanda akan keberadaan Tuhan. Serta, menunjukan kepada umat lain bahwa islam datang dengan kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Penelitian ini sangatlah sederhana dan belum optimal, dalam menyingkap rahasia keagungan penciptaan Bumi. Namun peneliti berharap dengan tulisan yang sederhana ini banyak memberikan inspirasi, dan menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dapat mengungkap sebuah kebenaran akan keyakinan yang masih diragukan oleh sebagian orang. Dengan pembenaran ini semoga menjadi sebuah tindak lanjut dalam lebih mengamalkan ajaran-ajaran Al Qur’an.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Admiranto, A. Gunawan, Tata Surya Dan Alam Semesta, Yogyakarta : Kanisius, 2000.

Ali, Mukti, Alam Pokiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1995.

Arny, Thomas T, Exploration Star Galaxies And Planets, New York: The McGraw-hill Componies. Inc, 2004

Asyarie, Sukmadjaja, Indeks Al-Quran, Bandung : Pustaka, 1984, cet. Ke-1. Asyarie, Musa, Filsafat Islam, Sunah Nabi Dalam Berfikir ,Yogyakarta : Lesfi,

2002, cet. Ke-3.

Barbour, Ian G, Juru Bicara Tuhan, terj. E.R. Muhammad, Mizan: Bandung, 2002, Cet. Ke-1.

Baiquni, Achmad, AlQuran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.

Bergamini, David, The Universe, New York : Time-Life Books, 1970.

Bucaille, Maurice, Bibel, Qur-an, dan Sains Modern, Jakarta : Bulan Bintang, 1979.

Budianto, Risalah Alam Semesta Dan Kehidupan, (Jakarta: G-Kreatif, 2006), Cet. Ke-1

Denton, Michael, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, The New York: The Free Press, 1998.

Field, George B, Cosmic Evolution : An Introduction To Astronomy, Boston : Houghton Mifflin Company, 1978.

Fix, john D, Astronomy : Journey To The Cosmic Frontier, 4th ed, New York : McGraw-Hill, 2006.

Gani, H. bustami A., dkk, al Qur’an Dan Tafsirnya, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 1990

Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999, cet. Ke-1.

Graham , Howard, dkk, The Book of Popular Science,( Canada: Grolier Limited, 1977).

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Cet. Ke-3, Juz. 30.


(5)

70

Ibnu katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Beirut : Dar al-Fikr, 1994.

Jalalain, Imam, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009, cet. Ke-6.

Jauhari, al-Tantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, Kairo: Musthafa al-Bab Halab, 1350 H.

Kartanegara, Mulyadi, Menembus Batas Waktu, Panorama Filsafat Islam, Bandung : Mizan, 2005, cet. III

Khan, Waheeuddin, Islam Menjawab Tantangan Zaman.Surabaya : Bina Ilmu,1982.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Penciptaan Bumi Dalam Perspektik

Al-Qur’an Dan Sains (Tafsir ‘Ilmi), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010, Cet. Ke-1.

Lerner , K. Lee, dkk, U.X.L Encylopedia of Water Science, (USA : Thomson Gale, 2005).

al-Marâghi, Ahmad Mustafâ, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, dkk, Semarang: CV. Toha Putra, 1998.

Michael A. Corey, God and the New Cosmology: The Anthropic Design Argument, Maryland: Rowman & Littlefield Publishers, Inc., 1993.

Milton, Jacqueline, Cambrige Illustrated Dictionary Of Astronomy, New York: Cambridge Universty Press, 2007.

Misriyadi, M. Ratim, Bumi Dan Antariksa 1, Bandung : Angkasa, 1982, cet. Ke-2

Murata, Sachiko, The Tao Of Islam, Edisi terjemah, Bandung: Mizan, 2004. Muslim, Mustafa, Mabahis Fi ijaz al-Qur’an, Jeddah: Dar al-Manar

As-Saudiyah, 1988 M/1408 H, cet. Ke-1.

Nasuhi, Hamid, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: CeQda, 2007, cet. Ke-1

Purwanto, Agus, Ayat-Ayat Semesta, Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009, cet. Ke-3.

Rahman, Afzalur, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj. Arifin, Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992, cet. Ke-2.

Ritonga, Abdul Rahman, Alam Semesta, Jakarta: FE UI, 1997. Razak, Nasrudin, Dienul Islam, Bandung: al-Ma’arif, 1996.


(6)

ar-Razi, Fakruddin, Mafatihul Ghayb,Beirut: Dar Al-Fikri, 1994, juz. V. Sandi, Setiawan, Gempita Tarian Cosmos, Yogyakarta: Andi Offset, 1994. Schelder, Stephen E, dkk, Patway To Astronomy, New York: The McGraw-hill

Componies. Inc, 2007

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

---, M. Quraish Shihab, Lentera hati:kisah dan hikmah kehidupan, Bandung: Mizan Pustaka,1994

Taylor , Charles, dkk, Ensiklopedia Sains untuk pelajar dan umum, terj. Tim Penerbit lentera abadi, Jakarta : PT Lentera Abadi,2007.

Thalbah, Hisham, dkk, Esiklopedia Mukjizat Alquran Dan Hadis, terj. Syarif Hade Masyah dkk, ( Jakarta : PT. Sapta Sentosa, 2009), cet. Ke-3.

Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Walker, Richard dkk,Ensiklopedia Ipa: Visual Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika, terj. Anis apriliawati dkk, Jakarta : PT. Lentera Abadi, 2009. Yahya, Harun, the creation of universe, London : Ta-Ha Publisher Ltd, 2000,

cet. Ke-1.

Yahya, Harun, Penciptaan Alam Raya, terj. Catur sriherwanto, Bandung : Dzikra, 2003.

Zar, Sirujuddin, Konsep Penciptaan Alam Dalam Pemikiran Islam, Sains Dan Al-Qur’an, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, cet. Ke-3.

al-Zamakhsyariy, Abi al-Qasim jar-Allah Mahmud bin Umar, Al-Kasyaaf, Beirut : Dar al-Kutub ilmiyyah, 1995, juz IV