Peninggalan Kerajaan Cirebon Beserta Pen

15 Peninggalan Kerajaan Cirebon Beserta Penjelasan
dan Gambarnya
Sponsors Links

Kesultanan Cirebon adalah Kesultanan Islam yang terkenal di Jawa Barat pada abad 15 –
16 Masehi, dan merupakan tempat yang penting dalam jalur perdagangan dan jalur
pelayaran antar pulau di Indonesia. Lokasi Kesultanan Cirebon terdapat pada perbatasan
antara Jawa Tengah dan Jawa Barat.Kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi
Kebudayaan Jawa dikarenakan Kerajaan Cirebon mempunyai kebudayaan campuran yaitu
antara Jawa dan Sunda.Kesultanan Cirebon didirikan di dalem agung pakungwati atau yang
sering disebut dengan Keraton Kasepuhan Cirebon.
Baca juga :






Sejarah Situs Ratu Boko
Sejarah Candi Kalasan
Sejarah Candi Penataran

Sejarah Candi Mendut
Sejarah Kerajaan Kediri
Peninggalan Kerajaan Cirebon
Berikut ini merupakan peninggalan bersejarah Kerajaan Cirebon di Indonesia.
1. Keraton Kasepuhan Cirebon

Keraton Kasepuhan Cirebon atau Keraton
Pakungwati, dibangun oleh Pangeran Cakrabuana atau sering dikenal dengan sebutan
Mbah Kuwu Cerbon pada tahun 1430,berselang waktu kemudian Pangeran Cakrabuana
mengganti nama menjadi Keraton Pakungwati yang sebelumnya nama pertamanya yaitu
Dalem Agung Pakungwati, dikarenakan Pangeran Cakrabuana mempunyai kasih sayang
terhadap putrinya yang bernama Ratu Ayu Pakungwati.Keraton Kasepuhan Cirebon juga
termasuk kerajaan islam tertua di Cirebon.
Ratu Ayu Pakungwati menikah dengan sepupunya yang bernama Syarif Hidayatulllah ,
Syarif Hidayatullah merupakan tokoh agama terkemuka di Indonesia dan orang sering
menyebutnya dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
Keraton Kasepuhan merupakan bangunan bersejarah Kesultanan Cirebon yang masih
terawat dengan baik, dan bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon tersebut menghadap ke
posisi utara , dikarenakan itu termasuk ciri khas bangunan keratin yang selalu menghadap
utara dan didekatnya ada masjid



Di sebelah keratin terdapat bangunan masjid yang megah dan mewah, bangunan

tersebut merupakan hasil karya dari para Wali.

Di sebelah timur alun-alun yang dulunya digunakan sebagai pasar dan sampai
sekarang yang terkenal dengan barang buatan masyarakat lokal yaitu Poci/Teko

Gerbang Depan Keraton
Keraton Kasepuhan Cirebon mempunyai 2 buah pintu gerbang, pintu utama yang terletak di
utara dan pintu belakang yang terletak di selatan keraton.Pintu utara sering disebut Kreteg
Pangrawit yang berarti Jembatan Kecil , sedangkan disebelah selatan dinamakan Lawang
Sanga yang berarti Pintu Sembilan. Dibagian depan keraton terdapat dua bangunan yaitu
Pancaratna dan Pancaniti.
Pancaratna ialah bangunan yang terdapat pada kiri depan komplek yang terdapat pada
pintu utara dan bangunan ini berfungsi sebagai tempat seba atau tempat yang menghadap
para pembesar desa yang diterima oleh Demang atau Wedana ,dan bangunan tersebut
sekelilingnya di pasangi dengan pagar yang terali besi.


Pancaniti ialah bangunan pendopo yang terletak disebelah timur yang merupakan tempat
para perwira tinggi keraton melakukan pelatihan terhadap para prajurit dan sebagai tempat
pengadilan. Pendopo tersebut merupakan bangunan yang tidak mempunyai dinding atau
terbuka dan memiliki tiang berjumlah 16 buah untuk menopang atapnya.
2. Keraton Kanoman

Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran
Mohammad Badridin atau Pangeran Kertawijaya , Keraton Kanoman mempunyai luas
sekitar 6 Hektar dan berlokasi di belakang pasar di Kraton ini merupakan tempat tinggal
kesultanan ke-12 yaitu Sultan Muhammad Emiruddin beserta keluarganya. Keraton
Kanoman mempunyai komplek yang luas dan terdiri dari banyak bangunan kuno.
Di keraton ini terdapat dua kereta yang disimpan dan merupakan peninggalan kuno dari
Kesultanan Cirebon yaitu kereta Paksi Naga Liman dan Kereta Jempana,Kesultanan
Kanoman merupakan pembagian dari Kesultanan Cirebon , yang dibagi kepada putera
Pangeran Girilaya yaitu Pangeran Raja Kartawijaya.
3. Keraton Kacirebon

Keraton Kacirebon dibangun pada tahun
1800 Masehi, bangunan ini digunakan untuk menyimpan barang-barang peninggalan pada
jaman terdahulu yaitu seperti Keris,Wayang,alat musik Gamelan , dan alat-alat perang

lainnya.
Keraton Kacirebon berada di wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan di Kota
Cirebon,dan terletak di sebelah barat daya dari Keraton Kasepuhan dan selatan dari
Keraton Kanoman.Bangunan ini mempunyai panjang yang sangat besar dan memanjang ke
arah selatan dengan luas tanah 46.500 m persegi.
Baca juga :






Sejarah Candi Gedong Songo
Sejarah Perang Kamang
Asal Usul Nusantara
Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara
Sejarah Kerajaan Singasari
Sponsors Link

4. Keraton Keprabon


Peninggalan Kerajaan Cirebon selanjutnya
adalah keraton Keprabon. Keraton Keprabon adalah sebuah tempat pembelajaran yang
didirikan putera mahkota Kesultanan Kanoman yang merupakan pembagian dari Kesultanan
Cirebon , Pangeran Raja Adipati Keprabon memilih untuk mendalami ilmu keagamaanya di
agama islam.
Akan tetapi Keprabon bukanlah Keraton atau Kesultanan melainkan sebuah tempat yang
dibangun oleh Pangeran Raja Adipati untuk mendalami agami islam seperti
Thareqat.Keprabon tidak mempunyai keraton melainkan hanya rumah-rumah biasa.Akan
tetapi Keprabon tetap mempunyai bau peninggalan sejarah dari Kesultanan Cirebon
meskipun sedikit.
Baca juga :






Sejarah Kerajaan Majapahit
Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Sejarah Islam di Indonesia
Sejarah Runtuhnya Bani Ummayah
5. Kereta Singa Barong Kasepuhan

Kereta Singa Barong Kasepuhan merupakan
karya Panembahan Losari yaitu merupakan cucu Sunan Gunung Jati, yang dibuat pada
tahun 1549. Depan kereta Singa Barong berbentuk belalai gajah yang melambangkan
persahabatan Kesultanan Cirebon dengan negara India , dan yang berkepala naga
melambangkan persahabatan dengan negara Tiongkok , serta yang bersaya dan berbadan
Buroq melambangkan persahabatan dengan negara Mesir. Senjata Trisula pada belalai
gajah mempunyai lambang mengenai ketajaman cipta,rasa , dan karsa manusia.
Ukiran pada Kereta Singa Barong tersebut cukup menarik dan indah meskipun pada saat ini
kereta kuno tersebut kurang terawatt. Di sisi belakang Kereta Singa Barong tersebut
menempel bendera kuning yang disebut Blandrang , Blandrang sendiri bendera yang selalu
dibawa prajurit Panyutran sebagai barisan kehormatan.
Ukiran pada sisi belakang Kereta berbentuk gumpalan-gumpalan awan hijau dengan
ornament berwarna emas, Kereta Singa Barung tersebut biasa digunakan pada saat kirab 1
Muharam dan Pelantikan Sultan. Di Tahun 1945 Kereta Singa Barong yang asli ini tidak
digunakan lagi pada saat kirab , yang digunakan yaitu Kereta Singa Barong palsu atau

duplikatnya.
6. Masjid Sang Cipta Rasa

Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan
masjid tertua di Cirebon , yaitu dibangun pada tahun 1840 M . Nama masjid ini diambil dari
kata “sang” yang berarti keagungan, “cipta” yang berarti dibangun,dan “rasa” yang berarti
digunakan.
Konon , masjid ini dibangun dengan melibatkan 500 orang yang didatangkan dari
Majapahit,Demak,dan Cirebon. Sunan Gunung Jati yang merencanakan pembangungan
masjid ini menunjuk Sunan Kalijaga untuk menjadi arsiteknya, daripada itu Sunan Gunung
Jati juga meminta bantuan dari Raden Sepat seorang arsitek Majapahit yang merupakan
tahanan perang Demak-Majapahit.
ads

7. Makam Sunan Gunung Jati

Makam Sunan Gunung Jati terletak di
Cireban tepatnya disebuah bukit kecil yang sering dikenal dengan Gunung
Sembung,kompleks pemakaman ini terletak berada di lintasan Cirebon – Indramayu .
Sebagai salah seorang wali penyebar agama Islam, makam Sunan Gunung Jati ini selalu

dipadati oleh pengunjung dari berbagai daerah bahkan ada yang dari luar negeri demi
berziarah ke makam salah satu wali penyebar islam ini.
Sunan Gunung Jati sendiri lebih dikenal dengan panggilan Syarif Hidayatullah, dan ia
merupakan putra dari Nyai Rara Santang, salah seorang puteri Sri Baduga Maharaja Prabu
Siliwangi dari Ibunda Nyai Subang Larang.
8. Patung Macan Putih

2 Buah Patung Macan Putih merupakan
peninggalan Kesultanan Cirebon dan Kasepuhan , dan patung ini berlokasi didepan keratonkeraton yang terdapat di Cirebon terutama Keraton Kasepuhan. Arti dari Patung Macan
Putih tersebut yaitu melambangkan keluarga besar Pajajaran yang merupakan keturunan
Maharaja Prabu Siliwangi.
Masyarakat sekarang lebih menganggap 2 patung tersebut sebagai penjaga suatu tempat
yang berbau sacral atau mistis , akan tetapi sebenarnya fungsi dari patung tersebut pada
jaman dahulu hanya digunakan sebagai lambang keluarga atau keturunan Prabu Siliwangi
saja.
9. Alun – Alun Sangkala Buana atau Saptonan

Alun – Alun Sangkala Buana merupakan
salah satu peninggalan Kesultanan Cirebon dimana tempat itu sering dipakai untuk acara
resmi Keraton , dan Sultan Cirebon biasanya menyaksikan dari tempat duduknya di Mande

Malang Semirang yang berada di kompleks Siti Inggil. Di sebelah barat Alun-alun adalah
Masjid Agung Sang Cipta rasa, sedangkan di sebelah Utara Alun-alun utara Keraton
Kasepuhan terdapat sebuah penjara, dan ada pula sebuah pasar di sebelah Timur , namun
sekarang kedua tempat itu sudah tidak ada dikarenakan digunakan untuk pembangunan
tempat lainnya.
Saptonan sebutan dari tempat itu dikarenakan konon tempat itu digunakan sebagai tempat
latihan keprajuritan tiap hari Sabtu , serta sebagai tempat pelaksanaan hukuman terhadap
rakyat-rakyat yang telah melakukan kesalahan atau menjalani hukuman , tempat itulah yang
digunakan seperti hokum cambuk.
10. Bangunan Mande Pengiring

Bangunan Mande Pengiri yaitu bangunan
yang terdapat di dalam keraton Kasepuhan yang dulunya juga dibangun oleh Sunan
Gunung Jati dan bangunan tersebut digunakan untuk tempat bersantai atau duduk bagi
pengiring sultan , maka dari itu kenapa bangunan tersebut dipanggil dengan nama Mande
Pengiring sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.
Bangunan ini merupakan salah satu bangunan dari 5 bangunan mande lainnya seperti
Mande Malang Semirang , Mande Pandawa Lima , Mande Semar Tinandu , Mande
Karesmen , Mande Pengiring itu sendiri. Mande – mande tersebut digunakan kesultanan
sesuai dengan kegunaannya masing – masing untuk melambangkan bagaimana kasultanan

itu berkuasa .
11. Bangunan Mande Karesmen

Peninggalan Kerajaan Cirebon selanjutnya
adalah Bangunan Mande Karesmen yang merupakan bangunan yang terletak disebelah
Mande Pengiring, tempat ini merupakan tempat pengiring tetabuhan atau gamelan. Di
bangunan inilah sampai sekarang masih digunakan untuk membunyikan gamelan Sekaten
(Gong Sekati), gamelan ini biasanya hanya dibunyikan sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu
pada hari – hari tertentu seperti saat Idul Fitri dan Idul Adha.
Disamping merupakan para pemain gamelan yang berada di kompleks keraton Kasepuhan
terlihat para Wiyaga (penabuh gamelan) sedang berdiskusi disela-sela kegiatan
penabuhan gong Sekati pada Idul Fitri 2014, dari jajaran Wiyaga terlihat Ki Waryo (anak
dari Ki Empek) duduk paling kanan, Ki Adnani dan kemudian Ki Encu.

12. Regol Pengada

Regol Pengada yaitu pintu gerbang yang
berbentuk paduraksa, dan menggunakan batu dan daun pintunya dari kayu. Gapura
Lonceng terdapat disebelah timur Gerbang Pengada, dan gerbang ini berbentuk kori agung
atau gapura beratap yang menggunakan bahan dasar batu bata.

Bangunan Pengada yang berada tepat di depan gerbang Regol Pengada dengan ukuran 17
x 9,5 m yang berfungsi sebagai tempat membagikan berkat dan juga tempat pemeriksaan
sebelum menghadap ke raja dan di atas tembok sekeliling kompleks Siti Inggil ini terdapat
Candi Laras untuk penyelaras dari kompleks Siti Inggil ini.
Siti inggil atau sering disebut dengan lemah duwur yaitu tanah yang tinggi sesuai dengan
namanya, bangunan ini memang tinggi dan nampak seperti kompleks candi pada zaman
Kerajaan Majapahit. Bangunan ini didirikan pada tahun 1529, pada masa pemerintahan
Syekh Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati.
Sponsors Link

13. Tajuq Agung dan Beduq Samogiri

Tajuq Agung atau Mushola Agung merupakan
bangunan yang terdapat di dalam Keraton Kasepuhan yang terdapat pos bedug Samogiri di
sebelah kiri bangunan itu. Tajug Agung ini berfungsi sebagai tempat ibadah kerabat
keraton ,bangunan utama ini mempunyai ukuran 6 x 6 m dengan luas teras 8 x 2,5 meter.
Pos bedug samogiri merupakan bangunan yang disamping Mushola Agung tersebut
dibangun tanpa dinding dan atap berbentuk limas.
Pos bedug Samogiri yang berada di depan Tajug Agung atau Masjid Agung dan menghadap
ke timur ini berdenah bujursangkar berukuran 4 x 4 m yang di dalamnya terdapat bedug .
Penutup atap didukung 4 tiang utama dan 5 tiang pendukung.
Baca Juga :






Sejarah Kota Pontianak
Sejarah Kota Timor Timor
Sejarah Kota Surabaya
Sejarah Kota Semarang
Sejarah Istana Al Hamra
14. Kutagara Wadasan dan Kuncung

Kutagara Wadasan adalah bangunan yang
terdapat pada Keraton Kasepuhan berbentuk gapura yang bercat putih dengan gaya khas
Cirebon, gaya Cirebon tampak pada bagian bawah kaki gapura yang berukiran Wadasan
dan bagian atas dengan diukir dengan ukiran mega mendung.
Arti dari ukiran tersebut yaitu seseorang harus mempunyai pondasi yang kuat jika sudah
menjadi pimpinan atau sultan dan juga harus bisa mengayomi bawahan dan rakyatnya.
Kuncung merupakan bangunan digunakan parkir kendaraan sultan dan dibangun oleh
Sultan Sepuh I Syamsuddin Martawidjaja pada tahun 1678.
15. Mangkok kayu berukir

Peninggalan Kerajaan Cirebon yang terakhir
adalah mangkok kayu berukir yang merupakan barang peninggalan yang digunakan
kesultanan sebagai nampan , dan sebelumnya warna dari mangkok tersebut dengan
beberapa warna dan sekarang yang terdapat di museum tropen belanda yaitu tinggal yang
bercorak coklat dan mempunyai ukiran pohon kehidupan .
Mangkok tersebut digunakan kerajaan untuk seharinya membawakan keluarga raja suatu
makanan atau yang lain , arti dari corak ukiran tersebut melambangkan silsilah sebuah
kehidupan yang panjang yang dialami manusia di dunia ini.
Baca Juga :





Sejarah Benua Asia
Sejarah Benua Australia
Sejarah Benua Amerika
Sejarah Benua Atlantis
Semoga artikel dari kami yang kami buat bertujuan untuk memperluas wawasan kalian ,
peninggalan tersebut dapat dijumpai di berbagai museum yang telah kami cantumkan diatas
. Peninggalan – peninggalan diatas masih banyak yang mempunyai fisik asli seperti dulu
dan ada yang sudah dimodifikasi atau renovasi , Terima Kasih.