PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  Pembangunan masyarakat dalam perspektif pengelolaan sumberdaya berkelanjutan

PEMBANGUNAN MASYARAKAT

  (PMPSDA) menyajikan berbagai informasi dengan dasar teori yang kuat serta metode dan contoh kasus pengelolaan sumberdaya dengan perspektif berkelanjutan. Buku ini berisi teori, prinsip-prinsip, metode dari pendekatan sistem dalam pembangunan masyarakat, model

DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN

  penelitian berbasis masyarakat , pembangunan berkelanjutan dari usaha perikanan tangkap, pertanian dan peternakan. Buku ini juga dilengkapi dengan beberapa contoh analisis dari hasil penelitian di lapangan selama beberapa tahun sebelumnya dengan menggunakan CDI SUMBERDAYA BERKELANJUTAN (criterium decision plus) dan ISM (interpretative structural modeling) untuk memberikan contoh nyata dalam penerapannya.

  Berbagai informasi dengan dasar teori yang kuat serta metode dan Dr. Chaterina Agusta Paulus, M.Si adalah Dosen pada Program PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF contoh kasus pengelolaan sumberdaya dengan perspektif berkelanjutan Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN dan Perikanan (FKP) Undana. Memperoleh gelar Doktor dan mendapatkan Piagam Penghargaan Prestasi Akademik pada Wisuda Tahap I Tahun Akademik 2012/2013 sebagai Lulusan Terbaik Program Pendidikan Doktor Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Penulis juga mendapatkan beberapa pendidikan informal di Belanda, yang bersangkutan juga aktif di berbagai pertemuan ilmiah nasional dan internasional. Telah mendapatkan beberapa skim penelitian dan pengabdian kepada masyarakat melalui hibah kompetitif nasional dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan menulis beberapa Nemberala, Rote Ndao PRA Perempuan Pesisir jurnal ilmiah dan koran pada tingkat nasional. Penulis juga pernah menjadi tenaga ahli pada beberapa lembaga pemerintah dan institusi nasional juga internasional di bidang kelautan dan perikanan seperti The Nature Conservancy (TNC), DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Dewan Konservasi Perairan Provinsi NTT, Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) NTT, dan Badan Perencana Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Sapi Bali Timor, NTT NTT. Pernah menjadi Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (LPMT)

  Undana dan saat ini menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran (LPPP) Undana. adalah Dosen pada Program Studi Ilmu Peternakan,

  Ir. Yohanis Umbu Laya Sobang, M.Si Nelayan Lampara Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Telah mendapatkan beberapa skim penelitian Pulau Timor, NTT dan pengabdian kepada masyarakat melalui hibah kompetitif nasional dari Kementerian Ipomoea batatas L.

  Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sejak tahun 2009 sampai dengan saat ini, serta aktif pesisir Nembrala, Rote Ndao pangan lokal masyarakat menulis beberapa buku, jurnal ilmiah dan koran pada tingkat nasional dan internasional.

  Penulis juga pernah menjadi tenaga ahli pada beberapa lembaga pemerintah dan institusi nasional juga internasional di bidang ilmu peternakan dan memiliki pengalaman dalam merumuskan beberapa kebijakan publik/rekayasa sosial lainnya di beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menerima penghargaan Dosen Teladan I Tingkat Fakultas Peternakan dan Peneliti Terbaik Ke II Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana.

  Penerbit UNDANA Press Press UND

  Kampus UNDANA Penfui Kupang

CHATERINA AGUSTA PAULUS

  Jl. Adisucipto Penfui, Kotak Pos 104, Kupang 85001, NTT AN

  

PEMBANGUNAN MASYARAKAT

DALAM PERSPEKTIF

PENGELOLAAN SUMBERDAYA

BERKELANJUTAN

Berbagai informasi dengan dasar teori yang kuat serta

metode dan contoh kasus pengelolaan sumberdaya

dengan perspektif berkelanjutan

  

CHATERINA AGUSTA PAULUS

dan

YOHANIS UMBU LAIYA SOBANG

  PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN Chaterina Agusta Paulus dan Yohanis Umbu Laiya Sobang Copyright © 2014 Chaterina Agusta Paulus Editor : Ir. D. Roy Nendissa, MP Desainer Sampul & Tata Letak : Devid Susilo & Tony Prabowo Korektor : David Sir, S.Sos, M.Hum Sumber Gambar Sampul : http://www.eoasia.com/en/indonesia/ flores-island

  ISBN: 978-602-8547-86-4 Penerbit UNDANA Press Kampus UNDANA Penfui Kupang Dicetak oleh Percetakan Muara Cipta Kreasi Epicentrum Walk Lt. 17 - B7 17, Komp. Rasuna Epicentrum Jl. HR. Rasuna Said, Karet Kuningan, Setiabudi Jakarta Selatan - 12940 Telp. +6221 2991 2275 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang merubah isi dan memperbanyak buku ini tanpa izin tertulis dari Penulis

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Kuasa yang atas anugerah dan hikmatNya, sehingga penulisan buku

ini dapat terlaksana setelah melewati pergumulan yang panjang.

  Penulisan buku ini diilhami oleh fakta bahwa pada negara-negara

berkembang, proses pembangunan belum banyak memberikan

dampak yang positif bagi kesejahteraan masyarakatnya. Ditengarai

banyak faktor yang berpengaruh mulai dari rendahnya kualitas

sumberdaya manusia, kelangkaan sumberdaya ekonomi, kurangnya

infrastruktur, lemahnya penegakan hukum sampai pada maraknya

tindakan korupsi. Di pihak lain ditengah tuntutan peningkatan

ekonomi suatu negara telah membawa pembangunan ekonomi

yang lebih pada tindakan eksploitatif tanpa memperdulikan aspek

kelestarian sumberdaya alam, sehingga mengarah pada kerusakan

lingkungan yang mencemaskan terutama untuk kehidupan generasi

yang akan datang.

  Oleh karena itu isi buku ini akan diawali dengan membangun

pemahaman tentang masyarakat sebagai subyek pembangunan yang

mengedepankan partisipasi, konsep-konsep dan metode pendekatan

dan aplikasinya untuk menilai keberlanjutan suatu pembangunan dan

untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan,

konsep pembangunan berkelanjutan yang lebih diarahkan pada

pembangunan perikanan berkelanjutan, pertanian berkelanjutan,

dan peternakan berkelanjutan. Di samping itu buku ini juga

dilengkapi dengan contoh kasus pengelolaan sumberdaya dengan

perspektif berkelanjutan dari hasil penelitian selama beberapa tahun

di lapangan bersama dengan masyarakat dan pemerintah daeeah.

  Sasaran dari buku ini adalah dosen dan mahasiswa dari lintas

bidang pertanian secara umum dan ekonomi pembangunan, para

penggiat di bidang LSM terutama yang bergerak dalam pemberdayaan

masyarakat, dan khalayak umum yang memiliki atensi terhadap

pembangunan masyarakat yang partisipatif dan pembangunan yang

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  Akhir kata penulis berharap dengan membaca buku ini kiranya

dapat memberikan warna dalam pengembangan khazanah ilmu

pengetahuan. Shalom dan Tuhan memberkati.

  Kupang, Agustus 2014 Penulis

  Chaterina Agusta Paulus &

  Yohanis Umbu Laiya Sobang

  PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR ........................................................................................iii KATA SAMBUTAN ........................................................................................... v DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

  Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1

  1.1 Masyarakat .......................................................................................... 1

  1.2 Pembangunan Masyarakat (community development) ................ 4

  1.3 Tantangan Pembangunan Masyarakat di Indonesia ...................... 8

  1.4 Pembangunan dan Sumber Daya .................................................... 9

  1.5 Pengelolaan Sumberdaya Alam Yang Berkelanjutan ................... 11

  Bab 2 Penguatan Kapasitas Masyarakat....................................................... 14

  2.1. Konsep Penguatan Kapasitas Masyarakat ..................................... 15

  2.2. Pentingnya Penguatan Kapasitas Masyarakat Dalam Pembangunan ................................................. 17

  2.3. Strategi Penguatan Kapasitas Masyarakat ..................................... 18

  2.4. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan ............................... 22

  2.5. Program Pemberdayaan Masyarakat ............................................. 26

  Bab 3 Pendekatan Sistem dalam Pembangunan Masyarakat ................... 31

  3.1 Pendekatan Sistem ............................................................................ 31

  3.2 Sistem dalam Pembangunan Masyarakat ...................................... 32

  3.3 Persepsi Masyarakat ........................................................................ 43

  3.4 Interpretatif Struktural Modeling ................................................... 54

  Bab 4 Pendekatan Penelitian Berbasis Masyarakat ...................................... 69

  4.1. Pentingnya Penelitian Dalam Pembangunan ............................... 71

  4.2. Penelitian Berbasis Masyarakat ...................................................... 75

  4.3. Metode Penelitian Berbasis Masyarakat ........................................ 77

  Bab 5 Pembangunan Berkelanjutan ........................................................... 127

  5.1 Konsep Pembangunan Berkelanjutan .......................................... 129

  PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  5.2 Pembangunan Sumberdaya Secara Berkelanjutan ..................... 140

  5.3 Tantangan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia .............. 147

  5.4 Pengembangan Indikator dalam Pembangunan Berkelanjutan ........................................................ 150

  Bab 6 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan yang Berkelanjutan ............ 170

  6.1 Konsep Perikanan Berkelanjutan ................................................. 173

  6.2 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (EAFM) ............................ 174

  6.3 Indikator Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan ........................ 179

  6.4 Penilaian Awal Indikator EAFM pada Pengelolaan Wilayah Perikanan Indonesia ................................. 190

  6.5 Tantangan Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan ...................... 202

  6.5 Catatan Penutup ............................................................................. 203

  Bab 7 Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan ................................ 206

  7.1 Konsep Pertanian Berkelanjutan .................................................. 207

  7.2 Manajemen Sumberdaya Pertanian ............................................. 209

  7.3. Indikator Usaha Pertanian Berkelanjutan ................................... 214

  7.4. Tantangan Pengelolaan Sumberdaya Pertanian Berkelanjutan 219

  7.5. Pengembangan Kapasitas Petani .................................................. 222

  Bab 8 Pembangunan Peternakan yang Berkelanjutan ............................. 227

  8.1 Konsep Peternakan Berkelanjutan ............................................... 229

  8.2 Manajemen Sumberdaya Peternakan Berkelanjutan ................ 231

  8.3. Indikator Usaha Peternakan Berkelanjutan ................................ 242

  8.6 Catatan Penutup ............................................................................. 254 Glosarium ........................................................................................................ 259 Indeks ............................................................................................................... 261

  PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Skala penilaian perbandingan berpasangan (Saaty, 1993) ......... 49 Tabel 2. Kuesioner Responden AHP ........................................................... 50 Tabel 3 Keterkaitan antara sub elemen pada teknik ISM (Marimin, 2004) .......................................................... 54 Tabel 4. Petunjuk pemakaian: Isilah titik-titik pada kolom dengan symbol V, A, X, O............................................................... 59 Tabel 5 Matriks Interaksi Tunggal Terstruktur ......................................... 61 Tabel 6 Matriks Reachibility (RM) ............................................................. 61 Tabel 7 Diagram Hubungan Elemen 62 Tabel 8. Beberapa perbedaan antara metode RRA dan PRA ................... 81 Tabel 9. Hasil Dinamika Kelompok Tentang Sistem

  Indikator Domain Habitat dan Ekosistem Perairan Dalam EAFM ................................................................. 182

  Tabel 10. Hasil Dinamika Kelompok Tentang Sistem Indikator Domain Sumberdaya Ikan dalam EAFM ................. 184

  Tabel 11. Hasil Dinamika Kelompok Tentang Sistem Indikator Domain Teknis Penangkapan Ikan dalam EAFM ... 186

  Tabel 12. Hasil Dinamika Kelompok Tentang Sistem Indikator Domain Sosial dalam EAFM ...................................... 188

  Tabel 13. Hasil Dinamika Kelompok Tentang Sistem Indikator Domain Ekonomi dalam EAFM ................... 188

  Tabel 14. Hasil Dinamika Kelompok Tentang Sistem Indikator Domain Kelembagaan dalam EAFM ............ 189

  Tabel 15. Visualisasi Model Bendera untuk Indikator EAFM Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia ................... 192

  Tabel 16. Indeks Komposit Agregat Indikator EAFM untuk Wilayah Pengelolaan Perikanan ....................................... 201 Tabel 17. Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi Potong Di NTT ........ 238 Tabel 18 Keragaan Parameter Reproduksi Ternak Sapi Potong di NTT 239 Tabel 19 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan program pembibitan sapi potong di NTT .................................. 242 Tabel 20. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan penyediaan pakan sapi potong di NTT ...................................... 244

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  Tabel 21 Faktor-faktor kelembagaan yang mempengaruhi keberlanjutan usaha sapi potong di NTT ................................... 246 Tabel 22. Komposisi kimia beberapa jenis pakan yang sering digunakan peternak untuk ternak sapinya pada musim kemarau ..................................................... 248

  Tabel 23 Tahapan-tahapan proses adopsi teknologi (Mundy, 2000) ...... 252

  BAB 1 - PENDAHULUAN DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Struktur Hirarki Pengembangan Kawasan Minapolitan ....... 49 Gambar 2. Pembobotan Kriteria Faktor pada Level Fokus dalam

  Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Kupang .............. 51 Gambar 3. Kontribusi setiap Faktor dalam Level Pengembangan

  Kawasan Minapolitan Berbasis Budidaya Laut di Kabupaten Kupang ................................................................. 52 Gambar 4 Kontribusi setiap Faktor dalam Pengembangan

  Kawasan Minapolitan Berbasis Budidaya Laut di Kabupaten Kupang ................................................................. 53 Gambar 5. Matriks driver power-dependence analisis

  ISM (Marimin, 2004) ................................................................. 57 Gambar 6 Diagraph Driver Power-Dependence ....................................... 63 Gambar 7 Struktur Hirarki Sub Elemen Kebutuhan Program

  Pengembangan Kawasan Minapolitan di Wilayah Kabupaten Kupang ..................................................................... 66

  Gambar 8 Mekanisme Identifikasi Indikator SDGs di Indonesia (BPS, 2014) ............................................... 151

  Gambar 9 Penyusunan Indeks Pembangunan Berkelanjutan (Fauzi dan Oktavianus, 2014) ........................ 168

  Gambar 10 Interaksi dan Proses Antar Komponen dalam Pengelolaan Perikanan ................................................. 176 Gambar 11. Proses Implementasi EAFM (FAO, 2003) ............................. 177 Gambar 12. Diagram Proses Evaluasi dan

  Adaptasi EAFM (FAO, 2003) .................................................. 178 Gambar 13. Kerangka Pendekatan Kajian Awal

  Pendekatan Ekosistem Dalam Pengelolaan Perikanan ........ 191 Gambar 14. Distribusi Spasial Wilayah Pengelolaan Perikanan

  Indonesia (Permen KP No 1/2009) ........................................ 191 Gambar 15. Nilai Komposit Aspek Habitat Setiap

  Wilayah Pengelolaan Perikanan .............................................. 193 Gambar 16. Status indikator habitat di WPP-RI berdasarkan penilaian .............................................................. 194 Gambar 17. Status indikator Sumberdaya

  Ikan di WPP-RI berdasarkan penilaian ................................. 195

  PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  Gambar 18. Nilai Komposit Aspek Teknis Penangkapan Ikan Setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan ......................... 196

  Gambar 19. Status indikator Teknis Penangkapan Ikan di WPP-RI berdasarkan penilaian ................................. 197

  Gambar 20. Status indikator Ekonomi di WPP-RI berdasarkan penilaian .............................................................. 198 Gambar 21. Nilai Komposit Aspek Sosial Setiap

  Wilayah Pengelolaan Perikanan .............................................. 199 Gambar 22. Status indikator Sosial di WPP-RI berdasarkan penilaian .............................................................. 199 Gambar 23. Nilai Komposit Aspek Kelembagaan

  Setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan .................................. 200 Gambar 24. Status indikator Kelembagaan di

  WPP-RI berdasarkan penilaian............................................... 200 Gambar 25. Peta komposit indikator pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem pada WPP-RI .... 202 Gambar 26 Keterkaitan Konsep Kapasitas, Kompetensi dan Ability (Sumber: Fatchiya 2011) ...................................... 222

BAB 1 - PENDAHULUAN

  BAB PENDAHULUAN

  1

1.1 Masyarakat

  Pada sub bab pertama ini membahas pengertian dari masyarakat dan bagaimana proses terbentuknya masyarakat.

1.1.1 Pengertian Masyarakat

  Masyarakat (society) diartikan sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Adapun pengertian masyarakat menurut para ahli adalah :

  a. Selo Soemardjan

  yang

  Masyarakat adalah orang-orang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

b. Emile Durkheim

  Masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.

  c. Karl Marx Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.

  d. Max Weber Masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  e. Koentjaraningrat Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu.

  f. Mayor Polak Masyarakat adalah wadah segenap antar hubungan sosial yang terdiri dari banyak sekali kolektivitas serta kelompok, dan tiap-tiap kelompok terdiri lagi atas kelompok-kelompok yang lebih kecil (sub kelompok).

  g. Roucek dan Warren Masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki rasa dan kesadaran bersama, di mana mereka berdiam (bertempat tinggal) dalam daerah yang sama yang sebagian besar atau seluruh warganya memperlihatkan adanya adat istiadat serta aktivitas yang sama pula.

  h. Paul B. Horton Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain Horton mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

1.1.2 Proses Terbentuknya Masyarakat

  Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses terbenruknya masyarakat sekaligus problem-problem yang ada sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser, kita memerlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses terbentuk dan tergesernya masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial (social dynamic), yaitu : a. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri 1)

  Proses Internalisasi Manusia mempunyai bakat tersendiri dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan budayanya. Maka proses

BAB 1 - PENDAHULUAN

  internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.

  2) Proses Sosialisasi Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola- pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya.

  3) Proses Enkulturasi Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahas Indonesia juga berarti “pembudayaan”.

  b. Proses Evolusi Sosial Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail

  (microscopic), atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja (macroscopic). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan membuka mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam masyarakat di dunia.

  c. Proses Difusi Penyebaran Manusia. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerakan penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adaptasi fisik dan sosial budaya.

  d. Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi Akulturasi adalah Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  unsur dari suatu kebudayaan asing dengan demikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Fenomena ini sulit dibendung apalagi dalam era globalisasi saat ini, dimana unsur-unsur kebudayaan asing akan masuk dan akan terjadi dimana unsur-unsur kebudayaan yang positif akan diadopsi oleh masyarakat tanpa menghilangkan kebudayaannya sendiri.

  Asimilasi adalah Proses sosial yang timbul bila ada golongan- golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tersebut masing- masing mengalami perubahan sifatnya yang khas, dan juga unsur- unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang campuran. Fenomena ini dapat terjadi karena adanya migrasi manusia dari tempat yang satu ke tempat yang lain baik dilakukan melalui inisiatif sendiri atau kelompok ataupun melalui kebijakan pemerintah seperti program transmigrasi yang terjadi di Indonesia.

  e. Pembauran atau Inovasi Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber- sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang mana akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan mengahsilkan produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu discovery (menguatkan apa yang sudah ada) dan invention (menemukan hal yang baru).

1.2 Pembangunan Masyarakat (community development)

  Pada sub bab kedua ini membahas pengertian dari pembangunan masyarakat, tujuan dan sasaran dari masyarakat, serta prinsip-prinsip pembangunan masyarakat.

BAB 1 - PENDAHULUAN

1.2.1 Pengertian Pembangunan Masyarakat

  Pembangunan masyarakat pada hakekatnya adalah merupakan suatu proses perubahan menuju kehidupan yang lebih baik lagi bagi masyarakat, dengan mengkondisikan serta menaruh kepercayaan kepada masyarakat itu sendiri untuk membangun dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Pengertian Baku mengenai pembangunan masyarakat telah ditetapkan PBB, dalam Konkon Subrata (1991:4) bahwa: “Pembangunan masyarakat adalah suatu proses yang ditumbuhkan untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan ekonomi sosial masyarakat seluruhnya kepada inisiatif masyarakat”.

  Menurut definisi tersebut, pembangunan masyarakat merupakan suatu proses, baik ikhtiar masyarakat yang bersangkutan yang diambil berdasarkan prakarsa sendiri, maupun kegiatan pemerintah, dalam rangka untuk memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan kebudayaan masyarakat (komunitas). Mengintegrasikan berbagai komunitas itu dalam kehidupan bangsa dan memampukan mereka untuk memberikan sepenuhnya demi kemajuan bangsa dan Negara berjalan terpadu didalam proses tersebut.

  Proses tersebut meliputi elemen dasar: pertama, partisipasi masyarakat itu sendiri dalam rangka usaha mereka untuk memperbaiki tarap hidup mereka. Sedapat-dapatnya berdasarkan kekuatan dan prakarsa sendiri. Kedua, bantuan dan pelayanan teknik yang bertujuan menumbuhkan prakarsa, tekad untuk menolong diri sendiri dan kesediaan untuk menolong orang lain, dari pemerintah. Proses tersebut dinyatakan dalam berbagai program yang dirancang untuk perbaikan proyek khususnya terhadap proyek spesifik (Talizuduhun Ndraha, 1997).

  Selanjutnya Konkon Subrata (1991:6) memberikan batasan tentang pembangunan masyarakat, yaitu: “Pembangunan masyarakat adalah proses evaluasi dimana sekelompok manusia yang mempunyai persamaan kebutuhan dan aspirasi bekerjasama untuk memperbaiki keadan sosial ekonomi yang lebih baik, materiil dan spiritual bagi perseorangan dan masyarakat”.

  Pengertian pembangunan masyarakat diatas, menunjukan bahwa pembangunan masyarakat sesungguhnya merupakan upaya terorganisir secara berkelompok yang memiliki kebutuhan yang sama, yaitu untuk memperbaiki kondisi masyarakat yang lebih baik terutama bagi anggotanya.

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  Cook (1994) menggarisbawahi bahwa pembangunan atau secara spesifik pembangunan masyarakat (community development) merupakan konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan yang bermakna terjadi perubahan ke arah yang positif. Sedangkan Giarci (2001) memandang bahwa community development merupakan pusat perhatian untuk membantu masyarakat pada berbagai tingkat umur untuk tumbuh dan berkembang dengan berbagai fasilitasi dan dukungan agar mampu memutuskan, merencanakan, dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisik dan kesejateraan sosialnya. Pada terminologi ini ada upaya penguatan ekonomi lokal dan memungkinkan masyarakat untuk melakukan kegiatan bersama (collective action) dan political pressure serta menjadikan kegiatan bersama untuk memulai perubahan-perubahan pada tingkat lokal. Bartle (2003) mendefednisikan community development sebagai alat untuk menjadikan masyarakat semakin kompleks dan kuat. Pada terminologi ini terjadi perubahan sosial dimana masyarakat lebih kompleks, institusi lokal tumbuh, collective power-nya meningkat serta terjadi perubahan secara kualitatif pada organisasinya.

1.2.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Masyarakat

  Tujuan pembangunan masyarakat adalah untuk menciptakan kondisi- kondisi untuk tumbuhnya suatu masyarakat yang tumbuh dan berkembang secara berswadaya dalam hal ini, adalah masyarakat miskin sehingga masyarakat mampu menetralisir belenggu-belenggu sosial yang dapat menahan laju perkembangan masyarakat (adaptasi, tradisi, kebiasaan, cara dan sikap hidup) yang dapat menjadi hambatan pembangunan.

  Selanjutnya, Talizuduhu Ndraha (1997) menguraikan tentang sasaran pembangunan masyarakat yaitu: a. Peningkatan tarap hidup masyarakat, diusahakan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan swadaya masyarakat. dan juga sebagai usaha menggerakan partisipasi masyarakat.

  b. Partisipasi masyarakat dapat meningkat dalam upaya peningkatan tarap hidup masyarakat.

  c. Antara partisipasi masyarakat dengan kemampuannya berkembang secara mandiri, terhadap hubungan yang erat sekali, ibarat dua sisi mata uang tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Masyarakat yang berkemampuan demikian biasa membangun dengan atau tanpa partisifasi vertikal dari pihak lain.

BAB 1 - PENDAHULUAN

  d. Kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dapat ditum-buhkan melalui intensifikasi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Lebih lanjut Talizuduhu Ndraha (1997) berpendapat bahwa keempat sasaran pembangunan masyarakat diatas yaitu perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat miskin, pembangkitan partisipasi masyarakat, dan menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Ketiga aspek di atas, tidak berdiri sendiri melainkan diusahakan agar satu berkaitan dengan yang lainnya sehingga merupakan sebuah paket program yang utuh.

1.2.3 Prinsip-Prinsip Pembangunan Masyarakat

  Pembangunan masyarakat diselenggarakan atas dasar prinsip- prinsip keterpaduan, keberlanjutan, keserasian, kemampuan sendiri, dan kederisasi. Prinsip keterpaduan mengandung arti bahwa program atau kegiatan pembangunan masyarakat disusun oleh, bersama, dalam dan untuk masyarakat atas dasar kebutuhan dan berbagai sumber yang tersedia untuk memenuhi kepentingan bersama dalam aspek kehidupan. Prinsip keberlanjutan, memberi arah bahwa pembangunan masyarakat itu tidak dilakukan sekaligus, melainkan bertahap dan terus menerus menuju kearah yang lebih baik. Program yang telah berhasil merupakan titik awal untuk program berikutnya sedangkan suatu program yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menuntut adanya kegiatan lanjutan.

  Prinsip keserasian, mengandung makna bahwa program pembangunan masyarakat memperhatikan keserasian antara kebutuhan riil yang diyatakan oleh perorangan, lembaga-lembaga dan pemerintah. Keserasian ini pun tercermin dalam kegiatan yang bertumpu pada kepentingan rakyat banyak dan pemerintah. Kegiatan dan sasarannya mengarah pada terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohaniah serta keseimbangan dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan. Keserasian itupun tercermin daqlam kegiatan yang bertumpu pada kepentingan rakyat banyak dan pemerintah. Kegiatan dan sasarannya mengarah pada terpenuhinya kebutuhan jasmaniah dan rohaniah serta keeimbangan dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan. Keserasian itupun tercermin antara kegiatan yang telah, sedang dan akan dilakukan.

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

1.3 Tantangan Pembangunan Masyarakat di Indonesia

  Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa pembangunan diarahkan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Oleh karena itu menjadi mutlak bahwa pembangunan mestinya berfokus pada masyarakat baik sebagai obyek dan sekaligus menjadi subyek dalam pembangunan. Berbagai pendekatan pembangunan telah dilakukan oleh pemerintah untuk meretas jalan menuju pencapaian cita-cita luhur bangsa Indoensia yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Namun demikian pada tingkat implementasinya tidak semua pendekatan dapat memberikan dampak positif dalam pencapaian tujuan pembangunan.

  Pendekatan pembangunan selama ini yang menempatkan masyarakat sebagai obyek pembangunan telah menjadikan masyarakat yang pasif dan menciptakan ketergantungan pada bantuan pemerintah. Kreatifitas masyarakat yang selama ini menjadi kearifan lokal menjadi hilang oleh karena terjadinya pergeseran tatanan budaya dalam masyarakat dengan adanya berbagai proyek yang digulirkan pemerintah dan harus dilakukan oleh masyarakat. Pemberian bantuan kepada rakyat oleh pemerintah merupakan tanggungjawab negara, namun bantuan tanpa pengawasan justru menjadi sumber konflik pada tingkat masyarakat. Sebagai contoh pemberian bantuan yang tidak sesuai sasaran justru menciptakan rasa antipati terhadap pembangunan oleh kelompok masyarakat yang tidak menerima bantuan. Banyak contoh dapat disajikan betapa masyarakat sangat tergantung pada bantuan pemerintah.

  Kalau dulu masyarakat dapat melakukan pembangunan sekolah di desanya dengan swadaya dan gotong royong tetapi sekarang kita dapat menyaksikan masih banyak sekolah yang murid-muridnya tidak meja dan kursi bahkan tidak memiliki gedung sekolah, pertanyaannya di mana kepedulian masyarakat setempat untuk mendukung kegiatan pendidikan di desanya? Bagi masyarakat sekarang setiap pemberian harus dinilai dengan uang walaupun program tersebut untuk kepentingan anaknya sendiri, memang sangat ironi!!

  Contoh lain di bidang pertanian dulu masyarakat memiliki kearifan lokal dimana hasil panennya telah diatur untuk kepentingan konsumsi dengan nama lumbung desa yang pengambilannya diatur dan disepakati bersama serta mereka menyisihkan bibit tanaman untuk musim tanam berikutnya, tetapi sekarang dengan adanya subsidi bibit dan bantuan

BAB 1 - PENDAHULUAN

  tanam kita menyaksikan karena media massa bahwa terjadi keterlambatan tanam karena keterlambatan bibit, memang sangat ironi!!! Diversifikasi tanaman yang menjadi kearifan lokal masyarakat secara turun temurun juga terkikis dengan berbagai program pemerintah untuk menetapkan komoditi unggulan misalnya padi dan jagung, sedangkan kacang-kacangan dan umbi-umbian telah ditinggalkan oleh petani dan ketika komoditi padi dan jagung mengalami kegagalan panen maka terjadilah kerawanan pangan dan solusinya “beras murah”.

  Akhirnya niat pemerintah untuk membantu masyarakat menjadi tantangan baru dalam pembangunan masyarakat saat ini dan menjadi “pekerjaan rumah” oleh berbagai pemangku kepentingan. Untuk itu pendekatan bantuan ke depan harus dibarengi dengan pencerahan bagi masyarakat bahwa bantuan hanya merupakan stimulan dari pemerintah untuk membangun masyarakat yang produktif dan mandiri, sehingga partisipasi masyarakat yang produktif merupakan syarat utama tercapainya cita-cita pembangunan nasional.

1.4 Pembangunan dan Sumber Daya

  Badruddin (2009) menyatakan bahwa konsepsi pembangunan sesungguhnya tidak perlu dihubungkan dengan aspek-aspek spasial. Pembangunan yang sering dirumuskan melalui kebijakan ekonomi dalam banyak hal membuktikan keberhasilan. Hal ini antara lain dapat dilukiskan di negara-negara Singapura, Hongkong, Australia, dan negara -negara maju lain. Kebijakan ekonomi di negara-negara tersebut umumnya dirumuskan secara konsepsional dengan melibatkan pertimbangan dari aspek sosial lingkungan serta didukung mekanisme politik yang bertanggung jawab sehingga setiap kebijakan ekonomi dapat diuraikan kembali secara transparan, adil dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan. Dalam aspek sosial, bukan saja aspirasi masyarakat ikut dipertimbangkan tetapi juga keberadaan lembaga-lembaga sosial (social capital) juga ikut dipelihara bahkan fungsinya ditingkatkan. Sementara dalam aspek lingkungan, aspek fungsi kelestarian natural capital juga sangat diperhatikan demi kepentingan umat manusia. Dari semua itu, yang terpenting pengambilan keputusan juga berjalan sangat bersih dari beragam perilaku lobi yang bernuansa kecurangan (moral hazard) yang dipenuhi kepentingan tertentu (vested interest) dari keuntungan semata (rent seeking). Demikianlah,

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  hasil- hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara adil melintasi (menembus) batas ruang (inter-region) dan waktu (inter- generation). Fattah (2014) menyatakan bahwa dalam pengertian umum, sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Grima dan Berkes (1989) dalam Fattah (2014) mendefinisikan sumberdaya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia dan lebih jauh mengatakan bahwa sesuatu untuk dapat dikatakan sebagai sumberdaya harus memiliki dua kriteria, yakni:

  1. Harus ada pengetahuan, teknologi atau ketrampilan (skill) untuk memanfaatkannya.

  2. Harus ada permintaan (demand) terhadap sumberdaya tersebut.

  Kalau kedua kreteria tersebut tidak dimiliki, maka sesuatu itu kita sebut barang netral. Jadi, tambang emas yang terkandung di dalam bumi misalnya, jika kita belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk memanfaatkannya dan tidak ada demand untuk komoditas tersebut, tambang emas tersebut masih dalam kreteria barang netral. Namun pada saat permintaan ada dan teknologi tersedia, ia menjadi sumberdaya atau resource. Dengan demikian dalam pengertian ini definisi sumberdaya terkait dengan kegunaan (usefulness) baik untuk masa kini maupun masa mendatang bagi umat manusia.

  Selain dua kreteria diatas, definisi sumberdaya juga terkait pada dua aspek, yakni 1) aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumberdaya dimanfaatkan dan 2) aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumberdaya dan bagaimana teknologi digunakan. Aktivitas ekstraksi sumberdaya ikan, misalnya, melibatkan aspek teknis menyangkut alat tangkap, tenaga kerja, dan kapal, serta aspek kelembagaan yang menentukan pengaturan siapa saja yang boleh menangkap ikan. Jika misalnya, aspek kelembagaan ini tidak berfungsi baik, sumberdaya ikan akan terkuras habis tanpa memberi manfaat berarti bagi manusia.

  Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non-fisik (intangible). Sumber daya ada yang dapat berubah, baik menjadi semakin besar maupun hilang, dan ada pula sumber

BAB 1 - PENDAHULUAN

  daya yang kekal (selalu tetap). Selain itu, dikenal pula istilah sumber daya yang dapat pulih atau terbarukan (renewable resources) dan sumber daya tak terbarukan (non-renewable resources). Ke dalam sumber daya dapat pulih termasuk tanaman dan hewan (sumber daya hayati).

  Berdasarkan definisi di atas, maka sumberdaya dapat digolongkan dalam 4 (empat) kelompok yaitu sumberdaya alam (natural resources), sumberdaya manusia (human resources), sumberdaya teknologi (technology resources), dan sumberdaya kelembagaan (institution resources). Dari keempat sumberdaya tersebut, maka sumberdaya manusia memegang peran penting sebagai pengendali, pengelola, dan pengguna sumberdaya yang lainnya. Untuk itu dalam upaya pengelolaan sumberdaya yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi umat manusia dan juga dapat menjaga kelestarian alam, maka sumberdaya manusia perlu dipersiapkan sebaik mungkin, sehingga dapat menerima tanggungjawab tersebut.

1.5 Pengelolaan Sumberdaya Alam Yang Berkelanjutan

  Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan merupakan salah satu agenda yang dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio Jeneiro (Brasil) tahun 1992, yang merumuskan tentang konservasi keanekaragaman hayati, pengembangan bioteknologi dan pengelolaan wilayah terpadu termasuk wilayah pesisir dan lautan. Ketiga aspek ini diarahkan kepada upaya pelestarian dan perlindungan keanekaragaman biologi pada tingkat genetik, spesies dan ekosistem serta menjamin kekayaan alam, binatang dan tujuan di seluruh kepulauan Indonesia. Selanjutnya dikatakan bahwa upaya-upaya pengelolaan sumber daya alam tidak hanya diarahkan untuk kepentingan jangka pendek nasional yaitu meningkatkan devisa negara tetapi juga kepentingan jangka panjang dalam skala yang lebih luas.

  Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia di masa sekarang dan di masa depan. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan didasarkan pada dua prinsip yaitu: 1) Sumberdaya Alam yang tidak dapat di perbaharui memiliki persediaan yang terbatas sehingga harus dijaga ketersediaanya dan digunakan secara bertanggung jawab, 2) pertambahan penduduk setiap tahun meningkat maka kebutuhan hidup akan meningkat pula oleh karena

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  itu potensi sumber daya alam harus mendukung kebutuhan sekarang dan kebutuhan masa depan. Beberapa contoh penerapan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, adalah:

  1. Mengurangi ekploitasi berlebihan terhadap alam.

  Tuntutan ekonomi terutama dalam pemenuhan kebutuhan umat manusia yang selalu meningkat menjadi pemicu untuk melakukan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Sebagai contoh di bidang pertanian, sebagai akibat tuntutan produksi pangan yang tinggi, maka eksploitasi terhadap lahan sangat tinggi tanpa memperhatikan masa instrahat lahan tersebut untuk melakukan pemulihan kesuburannya.

  2. Menggunakan Sumberdaya Alam secara efisien. Anggapan bahwa sumberdaya alam selalu tersedia dan lebih mementingkan kebutuhan saat sekarang, seringkali mengarah kepada pemanfaatan yang tidak efisien terutama untuk sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak, gas, dan bahan tambang lainnya.

  3. Pemanfaatan Sumberdaya Alam sesuai dengan daya dukung lingkungan.

  Banyak kasus dilakukan pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan. Sebagai contoh, terjadi penebangan hutan di mana-mana tanpa memperhatikan kemampuan lingkungan hutan tersebut melakukan pemulihan, sehingga yang terjadi justru kerusakan hutan dan dibutuhkan waktu dan biaya yang tidaks sedikit untuk pemulihannya.

  4. Pengelolaan barang tambang sebelum di ekspor  agar memiliki nilai jual yang tinggi dan mengurangi pengunaan barang tambang yang tidak bertanggungjawab. Kecenderungan Negara-negara berkembang untuk melakukan ekspor barang tambang dalam bentuk raw material mengarah pada pemanfaatan yang tidak efisien dan tidak bertanggungjawab justru mengarah pada pengurasan sumberdaya tetapi manfaat ekonomi yang diperoleh sangat rendah.

  5. Pengelolaan sumberdaya alam berdasarkan prinsip ekofiensi, yakni prinsip yang menggunakan sumberdaya alam dengan biaya yang murah

BAB 1 - PENDAHULUAN

  dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.  Sebagai contoh modernisasi di bidang pertanian, petani berlomba-lomba untuk menggunakan berbagai input seperti pupuk kimia dan insektisida untuk mencapai produk pertanian yang tinggi tanpa mempedulikan bahwa akibat penggunaan input tersebut membawa pada kerusakan ekosistem. Penggunaan pupuk kandang dan insektisida hayati masih kurang popular padahal input tersebut dapat diperoleh dengan cuma- cuma atau harganya lebih rendah.

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

  Pustaka

  Bartle, P. 2003. Key Words C of Community Development, Empowerment, Participation: Diakses 22 Desember 2013. http://scn.org/ip/cdmp/ key-c.htm.

  Cook, J.B. 1994. Community Development Theory, Community Development Publication MP568. Dept. Of Community Development.

  University of Missouri. Columbia. Fattah, Luthfi. 2014. Ekonomi Sumberdaya Alam. Definisi Sumberdaya.

  Diakses 29 Desember 2013. https://luthfifatah.wordpress.com/ definisi-dan-klasifikasi-sumberdaya-alam/definisi-sumberdaya/. Giarci, G.G. 2001. Caught in Nets: A Critical Examination of The Use of the Concept of “Network” in Community Development Studies.

  Community Development Journal Vol.36 (1): 63-71. Januari 2001. Oxford University Press.

  Ndraha, Talizuduhun. 1997. Metodologi Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Rineka Cipta. Subrata, Konkon. 1991. Dinamika Kelompok, Moral Kelompok dan Kepemimpinan Kelompok. Jakarta : Gramedia Pustaka.

BAB 2 - PENGUATAN KAPASITAS MASYARAKAT

  PENGUATAN BAB

KAPASITAS

MASYARAKAT

  2