BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Return on Investment dan Return on Equity Pada Perusahaan yang Terdaftar di Indonesian Institute for Crorporate Governance (IICG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Keagenan

  Konsep Good corporate governance (GCG) sesungguhnya telah dimulai jauh sebelum isu GCG ini menjadi pembicaraan hangat di kalangan para eksekutif bisnis. Bersama dengan dikembangkannya sistem korporasi di Inggris, Eropa dan Amerika Serikat sekitar tahun 1840-an, isu corporate governance telah muncul kepermukaan, meskipun hanya berupa saran. Kajian teoritis corporate governance ini mulai muncul di akhir tahun 1980-an berdasarkan atas agency theory. Teori tersebut menyatakan bahwa para dewan (para agen yang mewakili para pemegang saham) secara rasional akan bertindak bagi kepentingan mereka, dan bukan dengan bijaksana dan adil bertindak bagi kepentingan pemegang saham. Oleh sebab itu, diperlukan suatu sistem checks and balances untuk mencegah potensi penyalah gunaan kekuasaan.

  Menurut Jensen dan Meckling dalam Kodrat et al (2009:152) menyatakan “pada dasarnya hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal)”. Pada praktiknya agen mungkin saja bertindak tidak sesuai dengan kepentingan investor (principal) dalam pengambilan-pengambilan keputusannya. Konflik kepentingan yang dikarenakan oleh kemungkinan bahwa agen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan

  

principal memicu terjadinya biaya keagenan. Biaya keagenan didefinisikan sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan Principal untuk melakukan pengawasan terhadap agen. Berangkat dari teori keagenan ini, corporate

  governance mulai dikaji secara teoritis di akhir tahun 1980-an.

2.1.2 Good Corporate Governance

  Istilah “corporate governance” pertama kalinya diperkenalkan oleh Cadbury

  

Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan

  mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di seluruh dunia. Definisi corporate governance menurut Cadbury Committee dalam Tjager et al (2002 : 27) adalah:

  a set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities

  (Seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.) OECD (Oganization for Economic Cooperation and Development) dalam

  Tjager et al (2003:27-28) mendefinisikan corporate governance sebagai:

  The structure through which shareholders, directors, managers, set of the board objective of the company, the means of attaining those objectives and monitoring performance.

  (Struktur yang olehnya para pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut dan mengawasi kinerja.)

  Adapun definisi-definisi lain dari corporate governance, sebagian besar memiliki arti yang tidak jauh berbeda dari kedua definisi diatas. Kedua definisi tersebut memiliki cakupan yang umum dan khusus.

  Pemerintah

  • Pemegang saham

  Kreditor Supplier

  • Dewan Komisaris - Manajer

  Masyarakat Sumber: Tjager et al (data diolah)

  

Gambar. 2.1 Bagan pihak-pihak dalam Corporate Governance

  Definisi yang dipaparkan oleh Cadbury committee, corporate governance memiliki perspektif yang lebih luas, dimana tidak hanya mencakup pihak-pihak yang bersentuhan langsung dengan perusahaan seperti Manajer, pemegang saham, dan komisaris tetapi juga melibatkan pihak lainnya seperti karyawan, kreditor, pemerintah bahkan masyarakat (stakeholders). Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan definisi corporate governance adalah suatu sistem, aturan/tata cara yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan secara luas (stakeholders) namun terutama antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi untuk tujuan bersama.

  Pada Gambar 2.1 diperlihatkan keseluruhan pihak-pihak yang berperan tercakup dalam corporate governance, dimana digambarkan bahwa dalam perusahaan hubungan antar manajemen, dewan komisaris, dan pemegang saham adalah yang paling utama diatur namun tidak juga mengesampingkan pihak-pihak lainnya seperti pemerintah, masyarakat, kreditor dan lain-lain.

2.1.3 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

  OECD dalam Tjager et al (2003:57) merumuskan dan menyusun prinsip- prinsip good corporate governance se-universal mungkin sehingga dapat dijadikan acuan oleh semua negara dan disesuaikan dengan sistem hukum, aturan atau nilai yang berlaku di tiap negara.

  Kemudian pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini kementrian BUMN mengeluarkan berbagai keputusan yang mewajibkan BUMN-BUMN menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance. Prinsip-prinsip yang dimaksud merupakan penyelarasan dari apa yang di susun oleh OECD, yaitu:

  • Transparency (keterbukaan), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Konsep good corporate

  

governance harus menjamin pengungkapan yang cukup, akurat dan tepat

  waktu terhadap seluruh kejadian penting yang berhubungan dengan perusahaan termasuk didalamnya mengenai kondisi keuangan, kinerja, struktur kepemilikan dan pengaturan perusahaan.

  • Accountability (akuntabilitas), yaitu, kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban setiap pihak dalam organisasi. Realisasi dari prinsip ini bisa berupa ikutnya perusahaan dalam pemeringkatan yang dilakukan oleh

  IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance) agar mendapat kritik dan masukan yang berarti dalam menerapkan GCG.

  • perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi. Prinsip ini berhubungan dengan kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua peraturan hukum yang berlaku, termasuk juga prinsip- prinsip yang mengatur tentang penyusunan dan penyampaian laporan keuangan perusahaan.

  Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

  • hak stakeholder yang timbul berdasarkan pernjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat melaksanakan prinsip ini diperlukan ketersediaan peraturan yang melindungi kepentingan para pemegang saham minoritas maupun asing, membuat pedoman perilaku perusahaan dan atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perlakuan buruk orang dalam.

  Fairness (kewajaran), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-

  Accountability Transparancy Good Corporate Governance Fairness Responsibility Sumber: Tjager et al (2002)

Gambar 2.2 Prinsip-prinsip dasar GCG

  • pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

  Independency (kemandirian), yaitu professional tanpa ada kepentingan dan dan norma dalam pengelolaannya. Prinsip kemandirian ini diluar dari prinsip dasar yang dikemukakan oleh OECD, namun merupakan prinsip tambahan yang dirasa perlu diterapkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang dirumuskan dalam keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN (Tjager et.al 2003:57).

2.1.4 Nilai Corporate Governance Perception Index

  IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance) adalah salah satu badan yang memberikan perhatian khusus akan pelaksanaan corporate

  

governance di Indonesia. Sejauh ini IICG telah melakukan penelitian akan

  penerapan corporate governance perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan public yang tercatat di BEJ (Bursa Efek Jakarta) dan menyusun pemeringkatannya yang disebut dengan Corporate Governance Perception Index (CGPI). Riset ini dilakukan bersama Majalah SWA, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), serta BEJ.

  Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang

  memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholder, karena berpengaruh terhadap aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan oleh perusahaan.

  Penelitian yang dilakukan oleh IICG ini, menggunakan kaidah yang mengacu pada kesepakatan umum yang berlaku di beberapa negara dengan menggunakan pendekatan Stakeholders Theory yang diuraikan dalam 9 variabel pengukur, yaitu: Komitmen terhadap tata kelola perusahaan, tata kelola dewan komisaris, komite-komite fungsional, dewan direksi, transparansi, perlakuan terhadap pemegang saham, peran pihak berkepentingan lainnya, integritas, dan independensi.

  Penilaian awal dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dimana aspek yang dinilai meliputi komitmen terhadap tata kelola perusahaan, hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kuni, perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, peran stakeholders dalam tata kelola perusahaan, pengungkapan transparansi, serta tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direksi.

  Tahapan riset berikutnya adalah dengan penyusunan makalah yang merefleksikan program dan hasil penerapan good corporate governance sebagai sebuah sistem di perusahaan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan memamparkan upayanya dalam penerapan good corporate

  governance pada saat tim penilai melakukan observasi.

  Kemudian tahapan akhir merupakan kegiatan peninjauan langsung ke seluruh perusahaan peserta corporate governance perception index untuk memastikan bagaimana praktek good corporate governance sebagai sebuah sistem pengelolaan bisnis di lingkuangan perusahaan tersebut.

  Bobot tahapan-tahapan penilaian CGPI (Corporate Governance Perception

  Index ) tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut: 1.

  Self-assesment (bobot 15%) Pada tahap ini perusahaan diminta untuk mengisi kuesioner self-assesment seputar penerapan konsep corporate governance di perusahaannya. Tahapan ini melibatkan seluruh organ dan anggota perusahaan serta para pihak yang berkepentingan lainnya (Stakeholders) dalam memberikan tanggapan terhadap implementasi GCG di perusahaan.

  2. Kelengkapan dokumen (bobot 25%) Penelusuran dokumen dan bukti yang mendukung penerapan GCG dalam perspektif pengetahuan. Kelengkapan dokumen mempersyaratkan pemenuhan dokumen terkait penerapan GCG dan praktek bisnis yang beretika serta kelengkapan sistem yang berlaku di perusahaan.

  3. Penyusunan makalah dan presentasi (bobot 12%) Pada tahap ini perusahaan diminta untuk membuat penjelasan tentang kebijakan dan kegiatan perusahaan terkait GCG dalam perspektif pengetahuan, dalam bentuk makalah dengan memperhatikan sistematika penyusunan yang telah ditentukan.

  4. Observasi ke perusahaan (bobot 48%) Pada tahap ini dilakukan klarifikasi dan konfirmasi dan informasi seputar penilaian melalui diskusi dan kunjungan ke perusahaan. Diskusi observasi melibatkan dewan komisaris, direksi, dan pimpinan manajerial perusahaan (Sumber: iicg.org).

  Skor CGPI diperoleh dengan menjumlahkan nilai bobot dari setiap tahapan- tahapan diatas. Setelah skor-skor tersebut diproleh, kemudian pemeringkatan

  

corporate governance perception index dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan

  tingkatan-tingkatan sebagai berikut:

  • Sangat terpercaya (85,00-100)
  • Terpercaya (70,00-84,99)
  • Cukup terpercaya (55,00-69,00)

2.1.5 Manfaat Good Corporate Governance dan Kaitannya dengan Kinerja Keuangan Perusahaan

  Berikut adalah teori-teori yang menyebutkan apa tujuan/manfaat dari pelaksanaan GCG (good corporate governance):

  • Menurut Bank Dunia (World Bank), good corporate governance dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan agar bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara luas (Tangkilisan 2003: 12).
  • Menurut (Fahmi 2013:72) dinyatakan beberapa manfaat dari diterapkannya

  good corporate governance adalah sebagai berikut: a.

  Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kewajaran dan kesetaraan untuk mendorong fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan.

  b.

  Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan. c.

  Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan.

  d.

  Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

  e.

  Meningkatkan daya saing nasional maupun internasional perusahaan. Sedangkan, manfaat diterapkannya good corporate governance menurut FCGI

  • (Forum for Corporate Governance in Indonesia) adalah: a.

  Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

  b.

  Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.

  c.

  Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya.

  d.

  Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

  • Tangkilisan (2003), dinyatakan bahwa GCG berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif, yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung: a.

  Pada GCG Workshop Kantor Meneg PM BUMN, Desember 1999 Dalam

  Pengembangan perusahaan b. Pengelolaan sumberdaya dan resiko secara lebih efisien dan efektif c.

  Pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.

  Jika dilihat dari beberapa uraian diatas tentang manfaat/tujuan pelaksanaan GCG (good corporate governance), semuanya menekankan pada pengelolaan yang baik dan efisien demi tercapainya kinerja perusahaan yang baik. Maka dapat disimpulkan dengan meningkatnya penerapan good corporate governance pada suatu perusahaan akan meningkatkan kinerja kinerja keuangan perusahaan tersebut.

1.1.6 Kinerja Keuangan

  Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengukur atau menentukan sejauh mana kualitas perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan tersebut dapat diketahui melalui keadaan financial dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan selama periode tertentu.

  Pengukuran kinerja digunakan untuk dapat melakukan perbaikan atau pembenahan atas kegiatan operasional perusahaan. Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk referensi pengambilan keputusan dalam mempertahankan investasinya pada perusahaan tersebut atau mencari alternatif investasi lain.

  Begitu juga untuk para pemegang saham, informasi mengenai kinerja keuangan, dapat digunakan untuk pertimbangan dalam membeli atau menjual saham atas perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diukur dengan rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan tersebut antara lain: a.

  Rasio Leverage Rasio leverage digunakan untuk melihat seberapa berat utang perusahaan.

  Utang meningkatkan pengembalian bagi pemegang saham ketika keuntungan perusahaan meningkat, dan sebaliknya mangurangi pengembalian tersebut ketika perusahaan merugi. Maka utang tersebut dikatakan menciptakan leverage keuangan. Rasio leverage mengukur seberapa besar leverage keuangan yang ditanggung perusahaan.

  b.

  Rasio Likuiditas Likuiditas artinya kemampuan untuk menjual sebuah asset guna mendapatkan kas pada waktu singkat. Asset yang likuid dapat diubah menjadi kas dengan cepat dan murah. Karena itu, rasio likuiditas digunakan untuk mengukur seberapa mudah perusahaan dapat memegang kas.

  c.

  Rasio Efisiensi atau Rasio Tingkat Perputaran Rasio efisiensi atau rasio tingkat perputaran digunakan untuk melihat seberapa produktif perusahaan menggunakan asset-asetnya. Misalnya, kita bisa melihat penjualan yang dihasilkan per dolar asset atau tingkat persediaan per dolar barang yang dijual.

  d.

  Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas mengukur fokus pada laba perusahaan. Misalnya, pemegang saham ingin tahu berapa banyak laba yang telah dihasilkan untuk setiap dolar yang telah mereka investasikan dalam perusahaan. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi perusahaan. (Brealey

  et al 2011:72)

  Dari keempat rasio yang dipaparkan diatas, rasio profitabilitas adalah rasio yang paling sering digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan karena fokus pada laba perusahaan yang menjadi tujuan dasar dari perusahaan.

  Menurut Brealey et al (2011:25): “Rute terpasti untuk memaksimalkan nilai dimulai dengan produk dan jasa yang memuaskan pelanggan. Reputasi yang baik dengan pelanggan, karyawan, dan stakeholder lain juga penting bagi nilai dan profitabilitas jangka panjang perusahaan.”

  Reputasi yang baik tersebut dapat dicapai dengan menerapkan prinsip- prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Secara tak langsung juga menyatakan semakin baik penerapan good corporate governance semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut yang dapat dilihat dari semakin meningkatnya profitabilitasnya.

1.1.7 Profitabilitas

  Demi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri, perusahaan harus senantiasa dalam keadaan yang menguntungkan/profitable. Keuntungan memiliki arti penting karena, tanpa adanya keuntungan perusahaan akan sangat sulit untuk menarik modal dari luar.

  Menurut Warsono (2003:37) “Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh kombinasi likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan”. Dengan demikian rasio profitabilitas merupakan salah satu rasio yang penting dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Rasio-rasio profitabilitas tersebut diantaranya:

  • Gross Profit Margin, yaitu presentase dari laba kotor dibandingkan dengan sales (penjualan), dimana semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan opreasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of goods

  sold relative lebih rendah dibandingkan dengan penjualan dan demikian sebaliknya.

  − Gross profit margin =

  %

  • Net Profit Margin (NPM), untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Dimana semakin tinggi net profit margin , semakin baik operasi perusahaan.

  Net profit margin = %

  • Total Assets Turnover, menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu, dimana semakin tinggi total assets turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan penjualan.

  Total Assets Turnover =

  • Return on Investment (ROI) atau rasio pengembalian atas investasi adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan, dimana semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik keadaan perusahaan.

  ROI =

  • Return on Equity (ROE) atau disebut juga tingkat pengembalian atas para pemegang saham, adalah rasio untuk mengukur penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan, tentu semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.

  ROE =

  Dari teori tentang rasio-rasio profitabilitas diatas, tampak bahwa return on

  

investment merupakan tingkat pengembalian atas investasi. Sementara return on

equity merupakan ukuran penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan

  (pemegang saham) atas modal yang bereka dinvestasikan dalam perusahaan tersebut. Karena itu, return on investment dan return on equity merupakan hal yang sangat penting diperhatikan bagi para pemegang saham ataupun bagi para

  investor . Karena itu penelitian ini menggunakan return on investment dan return on equity untuk menganalisis pengaruh penerapan good corporate governance

  terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

  Penelitian terdahulu terkait dengan good corporate governance yang pernah dilakukan, diantaranya:

1 Corporate Governance dan Kinerja Keuangan oleh Supatmi (2007)

  Riset ini menyimpulkan bahwa belum tentu perusahaan yang memperoleh peringkat penerapan corporate governance baik akan memiliki kinerja keuangan baik pula. Dimana hasil secara statistik menunjukkan bahwa corporate governance tidak berpengaruh terhadap rasio-rasio keuangan.

  Dalam risetnya, Supatmi menggunakan skor CGPI sebagai ukuran

  

corporate governance yang merupakan variabel bebas, sedangkan kinerja

  keuangan sebagai variabel terikat dilihat dari profitabilitas, liquiditas, leverage, dan aktivitas perusahaan dan kebangkrutan yang ditentukan berdasarkan rumus

  Altmant-z-score yang diukur secara dummy.

  Yang menjadi objek penelitiannya adalah perusahaan-perusahaan yang memperoleh peringkat baik dalam penerapan corporate governance menurut

  IICG yang dipublikasikan di majalah SWA mulai tahun 2001-2004. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analsis regresi linear sederhana.

2 Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada

  Perusahaan Go Public di Indonesia oleh Ibnu Austrindanney Sina Azhar Penelitian ini menggunakan penerapan good corporate governance sebagai variabel bebasnya dan profitabilitas sebagai variabel terikatnya.

  Penerapan GCG diukur dengan skor yang dikeluarkan oleh IICG, dan profitabilitas diukur dengan ROA (return on assets). Dari penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (ROA).

  Perusahaan-perusahaan yang dijadikan objek penelitiannya adalah perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar dalam pemeringkatan yang dilakukan oleh IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance) pada periode 2007-2009. Penelitian ini juga menggunakan analsis regresi linear sederhana sebagai metode analisis datanya.

  3 Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Return On Asset,

  

Net Profit Margin , dan Earning Per Share Pada Perusahaan yang Terdaftar Di

Corporate Goevernance Perception Index oleh Dani Riandi dan Hasan Sakti

  Siregar (2011).

  Penelitian ini menggunakan GCG sebagai variabel independent-nya dan tiga buah variabel dependent yaitu, Return on asset, net profit margin, dan

  

earning per share . Seperti penelitian lain yang diungkapkan di atas, penelitian

ini menggunakan skor CGPI sebagai ukuran corporate governance.

  Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan GCG berpengaruh secara parsial terhadap NPM perusahaan dan tidak berpengaruh terhadap ROA perusahaan.

  Perusahaan-perusahaan yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan go

  

public yang terdaftar dalam pemeringkatan CGPI dan menerbitkan laporan

  keuangan lengkap dari tahun 2006-2009. Penelitian ini juga menggunakan analisis regresi linear sederhana sebagai metode analisis datanya.

  4 Pengaruh Kualitas Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan oleh Denta Wisnu Pradipta.

  Penelitian ini menggunakan GCG sebagai variabel Independent yang diukur dengan skor CGPI sedangkan kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel dependent-nya di proksikan dengan ROI dan TAT (total asset turnover ).

  Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa kualitas GCG berpengaruh terhadap return on investment dan total asset turnover pada perusahaan-perusahaan go public yang mengikuti survey pemeringkatan CGPI tahun 2009-2011. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda.

  Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar (2011)

  Kualitas GCG diproksikan dengan skor CGPI, variabel kontrol: umur perusahaan dan variabel terikat diukur dengan ROI dan TAT

  Pengaruh Kualitas Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Variabel bebas:

  Denta Wisnu Pradipta (2012)

  Regresi linear sederhana GCG tidak berpengaruh terhadap ROA, namun berpengaruh terhadap NPM dan EPS

  Variabel bebas: Penerapan Good Corporate Governance yang diukur dengan skor CGPI dan variabel terikat: ROA,NPM dan EPS

  Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap ROA, NPM, dan EPS pada Perusahaan yang Terdaftar di CGPI

  GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (ROA)

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang digunakan Metode Analisis Data Hasil penelitian

  Variabel bebas: Good Corporate Governance (skor CGPI) dan variabel terikat profitabilitas (ROA) Regresi Linear sederhana Penerapan

  Good Corporate Governance terhadap profitabilitas terhadap perusahaan go public di Indonesia

  Ibnu Austrindann ey Sina Azhar (2010) Pengaruh Penerapan

  Regresi linear sederhana Corporate governance terbukti secara statistik tidak berpengaruh terhadap rasio keuangan.

  Corporate Governance (skor CGPI) variabel terikat: rasio profitabilitas leverage, Likuiditas ,aktivitas dan kebangkrutan

  Supatmi (2007) Corporate Governance dan Kinerja Keuangan Variabel bebas:

  Regresi berganda Kualitas GCG berpengaruh terhadap ROI, kualitas GCG juga berpengaruh terhadap TAT

2.3 Kerangka Konseptual

  Good corporate governance diakui membantu mengebalkan perusahaan dari

  kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, dalam banyak hal corporate

  

governance yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporat sampai

  30% diatas tingkat kembalian (rate of return) yang normal (Tangkilisan 2003:112).

  Menurut Bank Dunia (World Bank), good corporate governance dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan agar bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara luas (Tangkilisan 2003: 12).

  Dengan pengelolaan yang didasarkan pada asas keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kewajaran dan kesetaraan untuk mendorong fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan maka akan menciptakan kesinambungan perusahaan yang mengarah pada efisiensi dan efektifitas kinerja masing-masing organ perusahaan sehingga menghasilkan laba yang maksimal.

  Pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan yang dilandasi dengan nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan akan juga mengurangi resiko yang mungkin terjadi pada perusahaan akibat pelanggaran dalam menjalankan kegiatannya, yang pada akhirnya juga berkontribusi dalam memaksimalkan laba perusahaan.

  Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik tersebut menghasilkan integritas perusahaan yang mampu mendorong para pemegang saham atau kreditor (bank) lainnya untuk memberikan kepercayaan lebih bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya melalui penyediaan dana yang lebih untuk dikelola.

  Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan dengan semakin baiknya penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan akan semakin baik pula kinerja perusahaan, yang dapat dilihat dari semakin meningkatnya laba perusahaan. Rasio profitabilitas berusaha mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun menggunakan modal sendiri (Tangkilisan 2003:156). Penelitian ini menggunakan return on investment dan return on equity untuk mengukur profitabilitas perusahaan.

  Return on Investment (ROI) Penerapan Good Corporate

  Governance (Nilai CGPI) Return on Equity (ROE)

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

  Seperti yang diperlihatkan Gambar 2.3 diatas, dalam penelitian ini variabel

  

independent -nya adalah penerapan good corporate governance yang diukur

  dengan skor/nilai CGPI dan variabel dependent-nya adalah return on investment dan return on equity.

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

  1. Penerapan good corporate governance berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on investment (ROI) pada perusahaan yang terdaftar dalam

  IICG.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Return on Investment dan Return on Equity Pada Perusahaan yang Terdaftar di Indonesian Institute for Crorporate Governance (IICG)

0 59 84

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Return on Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per Share Pada Perusahaan yang Terdaftar di Corporate Governance Perception Index

0 42 7

Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar Di Indonesian Institute for Corporate Governance

0 57 116

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar Pada The Indonesian Institute For Corporate Governance (IICG)

2 33 80

Pengaruh Corporate Governance Perception Index dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di The Indonesian Institute of Corporate Governance dan Bursa Efek Indonesia

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Return on Investment dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance (GCG) 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

1 3 19

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Return on Investment dan Return on Equity Pada Perusahaan yang Terdaftar di Indonesian Institute for Crorporate Governance (IICG)

0 0 8