BAB II KEMENYAN 2.1. Sejarah Kemenyan di desa Hutajulu. - Mata Pencaharian Petani Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Studi Etnografi)

BAB II KEMENYAN 2.1. Sejarah Kemenyan di desa Hutajulu. Petani desa Hutajulu mempercayai bahwa awal mulanya pohon kemenyan ini adalah

  jelmaan seorang perempuan. Perempuan tersebut selalu dimarahi oleh orang tuanya karena sangat malas bekerja di ladang dan di rumah, maka suatu hari ibunya mengajak anak perempuan tersebut ke hutan (tombak). Hal yang sama juga terjadi ketika di dalam hutan anak perempuan tersebut sangat malas bekerja sehingga membuat orang tuanya marah dan meninggalkan anak perempuan mereka dengan sengaja di dalam hutan sendiri didekat gubuk (sopo).

  Selama ditinggalkan di hutan perempuan tersebut terus menagis tanpa berhenti sehingga, lama kelamaan anak perempuan tersebut berubah menjadi sebuah pohon. Pada keesokan harinya orang tua perempuan tersebut kembali ke hutan. Kemudian mereka melihat terdapat sebuah pohon tumbuh di dekat gubuk (sopo) tersebut, dan mereka belum pernah melihat pohon seperti itu sebelumnya. Dengan perasaan heran dan panik, orang tua tersebut langsung mencari-cari anak perempuannya. Setelah lama mencari mereka tidak menemukannya juga, kemudian orangtuanya teringat bahwa mereka meninggalkan anak perempuannya di dekat gubuk/sopo tepat dimana pohon tersebut tumbuh. Orang tua dari anak perempuan merasa sangat sedih, menyesal dan sudah sangat lama waktunya mereka juga tidak menemukan hingga akhirnya mereka menyerah. Sementara pohon tersebut tumbuh semakin besar dan mengeluarkan banyak getah, orangtua itu tersadar bahwa pohon itu adalah putrinya yang hilang.

  Mereka beranggapan bahwa getah itu adalah air mata putri mereka yang memang

  7 . 7 sangat sedih saat mereka tinggal. Kemudian mereka menamai pohon tersebut “Haminjon” Haminjon adalah sebutan petani pada pohon kemenyan atau bahasa batak toba dari kemenyan. Pohon tersebut terus mengeluarkan getah, dan pada akhirnya orang tua tersebut menampungnya dan mulai berpikir bagaimana mempergunakan atau mengelolanya . Sejak saat itu, orang tua tersebut mempergunakan dan mengelola getah tersebut untuk kemudian dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagian juga dapat dijual. Sehingga, orang tua tersebut mulai mengembangkannya dan menjual sebagian.

  Itulah cerita peristiwa awal ditemukannya pohon kemenyan. Sejak saat itu masyarakat desa tersebut (Hutajulu) mulai mengembangkan dan membudidayakannya hingga terus berkembang sampai saat ini. Hasil tani kemenyan menjadi sumber mata pencaharian di desa Hutajulu.

2.2. Budidaya Kemenyan

  Pohon kemenyan merupakan pohon yang dimanfaatkan masyarakat Hutajulu sebagai sumber mata pencaharian. Di Sumatera Utara banyak daerah yang membudidayakan pohon kemenyan yaitu Pak-Pak Barat, Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan (Jayusman 2014:2). Seperti yang dijelaskan di atas, Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu kabupaten yang masih aktif dalam mengelola pohon kemenyan hingga saat ini. Hampir disetiap desa di Kabupaten ini bisa ditemukan pohon kemenyan yang ditanam petani kecuali di Lintong Nihuta. Lintong Nihuta adalah salah kecamatan yang terdapat di Humbang Hasundutan yang tidak mengelola pohon kemenyan, penduduk desa Lintong Nihuta ini lebih banyak bekerja dibidang pertanian seperti kopi dan sawah dan tanaman palawija.

  Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Humbang Hasundutan provinsi Sumatera Utara, dimana penduduk di desa Hutajulu ini masih aktif mengelola kemenyan. Aktifnya petani mengelola hutan kemenyannya dapat dilihat bahwa semua area hutan kemenyan di Hutajulu yang mencapai kurang lebih 300 (Ha) masih dikerjakan petani sampai sekarang. Dimana setiap rumah tangga petani di desa Hutajulu

  8

  memiliki luas kemenyan 4,28(Ha) , sehingga petani banyak menggantungkan hidupnya ke tanaman hutan ini. Walapun sebenarnya mereka masih melakukan pertanian lainnya.

  Dalam membudidayakan kemenyan penduduk desa Hutajulu membudidayakannya di dalam hutan, dimana petani menggatakan hutan kemenyan dengan sebutan “Tombak

9 Haminjon Kemenyan dapat tumbuh pada habitat yang bervariasi yaitu mulai dari dataran ”.

  rendah sampai hutan pengunungan dengan ketinggian 1600 m diatas permukaan laut (dpl) dan dapat tumbuh pada hutan primer campuran, umumnya pada tanah subur. Kemenyan juga dapat tumbuh pada tanah daratan tinggi yang berpasir maupun lempeng rendah, dihutan alam, tetapi secara umum kemenyan menghendaki tanah yang memiliki kesuburan yang baik.

  Petani desa Hutajulu mengenal dua jenis kemenyan yaitu Sytrax sumatra atau dikenal dengan sebutan kemenyan Batak Toba dimana petani di Desa Hutajulu sering mengatakan

  

Haminjon Dolok (kemenyan gunung). Dinamakan haminjon dolok (kemenyan gunung)

  karena kemenyan ini tumbuh dan memiliki getah yang deras di gunung atau dataran tinggi dengan cuaca yang dingin. Dan jenis kemenyan gunung ini yang ditanam dan diusahakan petani saat ini. Kemenyan toba (haminjon dolok) ini menghasilkan getah kualitas pertama dengan memiliki aroma yang lebih wangi, berwarna putih dan tidak lengket.

  Petani desa Hutajulu juga mengenal Styrax Benzoin Dryand (kemenyan jerami) yang sering disebut petani dengan haminjon durame. Kemenyan ini jarang ditanam petani di desa Hutajulu karena jenis kemenyan ini tidak cocock ditanam didaerah seperti Humbanag hasundutan yang memiliki cuaca yang dingin dan pengunungan, hanya daerah tertentu saja yang dapat menanam jenis kemenyan ini. Jenis kemenyan ini dapat menghasilkan getah kemenyan berkualitas rendah dengan ciri-ciri berwarna hitam kecoklatan dan getahnya encer 8 dan agak lengket. 9 Dokumentasi desa.

  Tombak haminjon adalah bahasa batak toba untuk menyatakan hutan kemenyan.

  Selain dari getah yang dihasilkan, kedua kemenyan ini dapat dibedakan pada sebelum pohon kemenyan menghasilkan getah, dimana petani dapat melihat daun dari pohon-pohon kemenyan tersebut. Daun Kemenyan Jerami memiliki daun lebar dan agak runcing, sementara kemenyan batak toba daunnya lebih kecil dan keras. Pertumbuhan kemenyan jerami lebih cepat, dimana pohonnya sudah menghasilkan getah pada umur lima sampai enam tahun.

  Kemenyan yang dikelola petani di desa Hutajulu adalah kemenyan batak toba (haminjon dolok). Kemenyan ini akan menghasilkan getah saat pohon berusia sepuluh tahun (10) ke atas. Selain dari beberapa perbedaan di atas petani juga bisa membedakan ketiga jenis kemenyan tersebut dari aroma getah yang dihasilkan pohon kemenyan.

  Membudidayakan kemenyan membutuhkan proses yang panjang dan sangat diperlukan kesabaran yang tinggi, mulai dari proses menanam kemenyaan, perawatan kemenyan, pengambilan getah kemenyan, dan juga penjualan getah.

2.2.1. Menanam Kemenyan

  Tombak (hutan) merupakan tempat masyarakat Hutajulu mengembangkan budidaya

  kemenyan, disanalah petani menanam kemenyan. Tombak ini terletak jauh dari kediaman penduduk, dengan berjalan kaki petani harus menempuh jarak selama 2-3 jam. Sehingga untuk mengefektifkan waktu, petani harus menginap di hutan selama beberapa hari.

  Jika dahulu petani harus berjalan kaki menuju hutan sekarang petani sudah dapat memanfaatkan teknologi canggih, yaitu dengan mengendarai motor/kereta. Dengan demikian, waktu jarak tempuh ke hutan kemenyan menjadi lebih singkat, yaitu sekitar 1 jam. Tetapi, dengan berkendara petani hanya bisa mencapai setengah jalan kemudian petani melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, karena sarana jalan yang belum bisa dicapai kendaraan. Foto 1 dan 2 : Tempat peristirahatan petani dan tempat penyimpanan motor/kereta petani dan sopo (gubuk) petani didalam hutan. Sumber : dokumentasi pribadi

  Kemenyan merupakan tanaman hutan yang dibudidayakan dengan memanfaatkan getahnya sebagai hasil akhir. Berdasarkan informasi dari petani pertumbuhan tanaman kemenyan sangat berkaitan dengan tanaman yang tumbuh disekitarnya, dimana tumbuhan atau pohon alam yang terdapat disekitar tanaman kemenyan berfungsi sebagai pelindung dari terpaan angin yang dalam hal ini juga berfungsi untuk menguragi penguapan yang dilakukan kemenyan yang dapat mengurangi hasil getah kemenyan. Hal ini juga berhubungan dengan sifat tumbuh tanaman kemenyan yang dapat tumbuh dengan baik jika ada naungan, sehingga

  10 tanaman kemenyan sering disebut sebagai tanaman polikultura .

  Meskipun tanaman kemenyan merupakan jenis tanaman hutan, tanaman ini tetap membutuhkan perawatan (pembersihan sekitar pokok tanaman kemenyan), yaitu dengan menyingkirkan atau menebang tanaman/pohon pengganggu di sekitar kemenyan. Kayu yang ditebang petani akan dimanfaatkan petani sebagai bahan bakar ketika bekerja didalam hutan.

  Tombak Haminjon dikelola dan diusahakan oleh petani dengan sebaik mungkin agar hasil 10 yang diperoleh dapat maksimal sesuai dengan harapan petani. Selama Pengelolaan kemenyan

Polikultura adalah kegiatan pertanian yang melibatkan penanaman beberapa jenis tanaman ditanah pertanian untuk mendapatkan berbagai tanaman. ini, petani mengakui tidak terlalu mengalami kesulitan baik itu dari segi biaya maupun tenaga, akan tetapi diperlukan kesabaran serta keuletan yang tinggi.

  Berbeda dengan pertanian padi, sawah dan tanaman palawija yang petani akui harus membutuhkan banyak tenaga selama melakukan budidaya dan bahkan petani harus mengeluarkan biaya. Biaya yang dikeluarkan biasanya diperuntukkan untuk membeli pupuk, obat pencegah hama dan keperluan lainnya yang bersangkutan dengan tanaman tersebut.

  Dalam penanaman pohon kemenyan, petani kemenyan desa Hutajulu tidak mengenal istilah membeli bibit pohon kemenyan. Petani biasanya memanfaatkan bibit pohon kemenyan yang tumbuh sendiri disekitar pohon. Bibit tersebut sering dikatakan petani dengan istilah

  lata haminjon

  11

  atau petani bisa juga memanfaatkan buah biji kemenyan dan mengolahnya menjadi bibit kemenyan yang baru. Pak Irma Sinaga (61) mengatakan berupa:

  

Dihuta on dang adong na manuhor bibit laho disuan ditombak na, hami biasana

mambuat lata-lata haminjon natubu sadiri ditombak on do manang sian tombak

ini angka petani lainna. Molo dang adong lata ni haminjon nami di tombak nami

sandiri. Manang molo adong waktu nami boido dibahen hami sian boras ni

haminjon on baru imadibahen hami gabe tammapak na, ale molo sian boras na

paleleng hu asa boi suanon hu, makana dipilit hami angka latana ma sian angka

bonana ni haminjoni asa boi langsung disuan hami disadari i. (Petani di desa ini

  tidak ada istilah beli bibit pohon kemenyan karena bibit kemenyan jarang ada yang jual, kami memanfaatkan bibit kemenyan yang tumbuh di sekitar pohon kemenyan. Tapi kalau tidak ada bibit kemenyan di hutan kami ini, kami bisa mengambil bibit kemenyan petani lainnya. Dan jika kami ada waktu kami bisa memanfaatkan buah bijinya untuk jadi bibit kemenyan yang baru, tapi jika kami memanfaatkan bijinya sangat lama untuk bisa ditanam, sehingga kami lebih memilih bibit kemenyan yang sudah tumbuh disekitar pohon saja biar langsung ditanam pada hari itu juga).

  Jika petani menggunakan lata haminjon sebagai bibit baru, maka petani biasanya hanya tinggal memindahkan lata haminjon yang tumbuh disekitar pohon kemenyan ke lahan yang kosong. Dan bisa langsung melakukan penanaman pada waktu itu juga. Lata haminjon yang dipindahkan petani sudah harus cukup besar dan sudah memiliki beberapa daun bahkan mungkin sudah mencapai ketinggian 30 cm. Karena ketika lata haminjon yang sudah 11 Anakan alam berdaun ditanam tidak ada mempunyai resiko, asalkan pada saat memindahkan bibit yang harus petani perhatikan adalah pucuk daunnya apakah masih muda dan masih tertutup atau sudah terpisah.

  Penanaman bibit kemenyan yang berdaun muda dan masih tertutup tidak baik karena yang berdaun muda cepat layu dan mati. Tetapi apabila daunnya sudah keras maka tanaman kemenyan yang baru ditanam akan cepat berkembang dan akan bertahan jika ada yang menganggu seperti hama dan cuaca kurang bagus. Pak Irma Sinaga (61) mengatakan berupa: lata haminjon nabagak biasana ungga aning adong tolupuluh sentimeter alana

  

molo nungga sinasai biasa ungga gogo batang na dohot ungga gogo manahan

  . (Anakan alam

  angka udan dohot ari nalain dohot angka binatang namanggagu

  yang dipindahkan petani paling bagus setelah lata haminjon tersebut sudah memiliki ukuran hampir lebih tiga puluh cm, karena dengan tinggi seperti itu, maka anakan alam kemenyan tersebut sudah kuat dan bertahan jika banyak yang menggangu mulai dari hama seperti binatang dan cuaca yang selalu berganti).

  Dalam penanaman lata haminjon yang sudah diambil, petani cukup membuat lubang kecil dengan mengali tanah dengan alat seperti parang/pisau atau bisa menggunakan tongkat yang terbuat dari kayu yang sudah diruncingkan petani. Sebelum melakukan penggalian lubang, petani terlebih dahulu akan menyisihkan dedaunan yang telah membusuk dan melanjutkan penggalian ke tanah. Setelah hal ini dilakukan maka petani akan melanjutkan dengan membuat lubang sedalam 15-25 cm.

  Setelah pembuatan lubang maka lata haminjon tersebut akan dimasukkan petani ke dalam lubang yang sudah disediakan. Lubang yang sudah ditanam lata haminjon akan ditutupi kembali dengan tanah bekas galian dan juga dengan daun-daunan yang ada disekitar tanaman kemenyan yang baru ditanam. Petani kemenyan Hutajulu mengangap bahwa dengan memakai tanah bekas galian akan meningkatkan kesuburan pertumbuhan tanaman. Pak Lisdui Sinaga (58) tahun mengatakan berupa :

  Molo nungga sidung di suan hami lata ni hamijon i tu lubang na dibahen hami i,ditutup hami ma muse lubang ni lata nihamijon i dohot tano na sinakaningan,alana bagak do nai attong,tu partumbuhanna. ( Ketika kami selasai menanam bibit kemenyan,ke lubang yang sudah kami buat sebelumnya maka bbit kemenyan tersebut akan kembali kami tutup dengan tanah hasil galiannya). Ungkapan di atas menjelaskan bahwa memang semenjak dahulu dalam penanaman lata

  

haminjon, petani akan selalu memakai tanah hasil galian awal, ditambah lagi dengan

dedauanan pohon yang sudah membusuk atau dedaunan yang kering disekitar penanaman.

  Karena menjadi penyubur (pupuk) bagi Lata Haminjon dan ketika penanaman lata haminjon dilakukan maka lata haminjon tersebut terlebih dahulu akan disambilhon (dilengkungkannya pucuk bibit kemenyan). Hal ini dilakukan petani supaya bibit tersebut cepat tumbuh dan berkembang dengan baik.

  Petani yang tidak melakukan penanaman langsung pada saat itu bisa menyimpan lata

  

haminjon untuk ditanam diesok harinya, petani akan menyimpan lata haminjon tersebut di

  bawah pohon kemenyan atau pohon lain yang tumbuh di hutan tersebut. Hal itu dilakukan petani untuk menghindari lata haminjon dari teriknya matahari. Akar lata haminjon tersebut biasanya akan dibungkus petani kededaunan yang cukup lebar, atau memasukkan lata

  

haminjon tersebut ke dalam polibek jika petani membawanya dari rumah. Sehingga untuk

penanaman ke esokan harinya pohon masih tetap segar dan tidak layu.

  Untuk menandakan bahwa lata haminjon telah ditanam pada lobang, biasanya petani menancapkan satu atau dua tongkat yang panjang disamping tanaman yang baru ditanam.

  Tongkat tersebut ditancapkan petani untuk menandakan adanya pohon kemenyan yang baru ditanam, karena disekitar pohon kemenyan akan banyak tumbuh-tumbuhan yang berkembang dan tumbuh yang mungkin melampaui tingginya lata haminjon yang baru ditanam.

  Penanaman lata haminjon kembali akan dilakukan petani setelah pohon kemenyan petani sudah berumur tua dan tidak banyak lagi menghasilkan getah. Maka yang akan dilakukan petani adalah mengganti pohon dengan lata haminjon. Tanaman yang sudah tua tersebut tidak langsung ditebang oleh petani. Petani biasanya melakukan penglogotan pada pohon kemenyan yang tua. Penglogotan adalah pengupasan kulit pohon kemenyan secara keliling, hal ini dipercaya dapat mempercepat merobohkan pohon kemenyan tanpa melakukan penebangan.

  Penanaman lata haminjon tidak menggunakan jarak/ukuran tertentu yang ditetapkan, namun lata haminjon harus terhindar dari akar pohon yang tumbuh disekitarnya supaya perkembangan lata haminjon lebih cepat dan bertumbuh subur tanpa ada ganguan pohon lainnya.

  Petani yang memilih cara kedua dari pemilihan biji pohon yang terbaik. Pohon kemenyan terbaik yaitu pohon yang memiliki getah yang sangat deras atau menghasikan getah lebih banyak dari pohon kemenyan lainnya. Setelah biji dipilih maka akan dilanjutkan dengan membuang kulit luar biji, setelah kulit luarnya dibuang maka biji kemenyan akan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disimpan ditempat yang kering atau di dekat perapian. Pak Dimpos Situmorang (56) mengatakan, berupa:

  

Molo anning mandapot bibit nabagak sebenarna ikkon nasian bijina do

langsung, alana petani ido namamilit sian diado dibuat borasnai, alana pas

namamilliti dibereng petani ido boha do batangna, bagak do manang pargota do.

  (Bibit kemenyan yang dihasilkan dari biji kemenyan secara langsung oleh petani lebih bagus sebenarnya, karena petani sudah memilihnya bibitnya secara langsung dari biji kemenyan. Dimana Petani sudah melihat langsung hasil pohonnya apakah pohon kemenyan tersebut memiliki getah yang banyak atau tidak, sehingga ketika petani sudah melihat batang kemenyannya, maka petani sudah bisa menjadikan darimana saja biji kemenyan yang bisa dibuat menjadi bibit kemenyan selanjutnya.)

  Biji pohon kemenyan yang dimasukkan kedalam plastik akan diikat petani dengan kuat dan akan digantungkan petani di dalam gubuk (sopo). Setelah biji kemenyan tersebut sudah kering maka petani akan memindahkannya ke dalam tempat yang sudah disiapkan petani sebelumnya. Selama 3-6 minggu petani tidak akan menggangu bibit tersebut hanya membiarkan begitu saja. Ke 6 mingggunya bibit biji pohon kemenyan sudah dipastikan petani bertunas dan petani siap melakukan penanaman ke lobang yang telah disiapkan petani. foto 3 dan 4 : Lata haminjon dan biji haminjon Sumber : Dokumentasi pribadi

2.2.2. Merawat Pohon Kemenyan Dalam merawat pohon kemenyan petani desa Hutajulu masih bersifat tradisional.

  Misalnya dalam merawat pohon kemenyan petani tidak pernah melakukan sistem pemupukan hingga sampai saat ini untuk mendapatkan hasil yang berlimpah atau untuk mencegah tanaman ini dari berbagai macam penyakit tumbuhan. Hal itu disebabkan karena tanah di dalam hutan sangat baik dan subur untuk pertumbuhan kemenyan.

  Pertumbuhan pohon kemenyan tergantung pada alam lingkungan dan kondisi tanah. Petani kemenyan mengatakan bahwa pohon kemenyan yang mereka miliki saat ini kadang mengalami penyakit seperti adanya ulat yang memakan getah kemenyan, sehingga membuat getah kemenyan membusuk, hal serupa juga dikatakan Pak Irma sinaga (61) mengatakan berupa :

  Adang do tong penyakit nihaminjon on misalna digota ni haminjon ni adong

  

busukna, alana ungga dialak angka gilong, ale dang disude haminjon

didapot.mungkin sada-sada doi. Mola obat laho tu si dang adong dituhor hami

mang dibuat hami, cuma molo pas penggambilan gota nihaminjon ni, disima

  

dibolongkkon hami gota nasegai asa unang gabe tambah tu haminjon nalain na.

  

( Pohon kemenyan kami ini ada juga yang diserang hama seperti ulat yang

  memakan getah kemenyan atau membuat getah kemenyan tersebut membusuk di kulit kemenyan, tetapi petani disini tidak ada yang tahu cara membasmi penyakit ini, bahkan ketika kami mencari obat di toko obat pertanian kami tidak menemukannya dan tidak ada yang menjual, sehingga cara kami adalah membuang getah yang membusuk yang lengket di pohon kemenyan setiap kami menemukannya).

  Dalam Perawatan kemenyan petani cukup melakukan pembersihan pohon kemenyan dari tanaman-tanaman yang menggangu yang disekitar pohon, dengan cara menebas

  

(manggarambas ). Manggarambas merupakan salah satu cara yang dilakukan petani untuk

  merawat pohon kemenyan biar tetap tumbuh dengan baik. Tumbuhan-tumbuhan yang ditebas petani akan dibiarkan petani di tempat yang mereka tebas semula karena dedaunan dan ranting-ranting tumbuhan tersebut akan membusuk dan menjadi kompos bagi kemenyan dan pohon lainnya yang di sekitarnya.

  Selain penebasan petani juga akan melanjutkan pembersihan pohon kemenyan itu sendiri dari lumut-lumut yang lengket dibatang pohon seperti tumbuhan lumut, paku-pakuan

  

(sarindan ). Paku-pakuan ini akan dikikis petani dengan pabbuat/pangarit. Pabbuat/panggrit

adalah alat yang dipakai petani dalam mengerjakan pembersihan pohon kemenyan.

  Pembersihan pohon dari lumut dan paku-pakuan (sarindan) adalah pekerjaan mangguris. Mangguris adalah kegiatan untuk membersihkan batang kemenyan dengan menggunakan

  

guris . Guris adalah besi dengan ujungnya berbentuk setengah lingkaran sedangkan

  tangkainya terbuat dari kayu. Batang kemenyan dikikis dengan pelan-pelan agar tumbuhan- tumbuhan yang ada dibatang terkikis bersih sehingga getah yang dihasilkan tetap bersih.

  Setelah selesai melakukan pembersihan petani akan melanjutkan penggambilan getah kemenyan. foto 5 dan 6 : pembersihan dengan cara manggarambas tumbuh-tumbuhan yang mengangu pohon dan membersihan sarindan ( paku-pakuan) yang lengket di pohon kemenyan. Sumber : Dokumentasi pribadi Pengerjaan dan perawatan kemenyan pada desa Hutajulu biasanya akan dilakukan oleh kaum pria. Karena dari sekian banyak petani kemenyan jarang ditemukan perempuan atau kaum ibu yang mengerjakan pertanian kemenyaan ini. Hanya saja ketika getah kemenyan tersebut sudah dibawah petani laki-laki ke rumah baru maka bisa diurusi kaum perempuan dengan menemani kaum pria melakukan penjualan atau pembersihan getah kemenyan yang baru saja diambil dari hutan. Jika memang getah yang diambil masih ada kulit getahnya yang terikut ke dalam tempat penggambilan getah.

  Op M ery Lumban Gaol (90) mengatakan: “Molo pas dohot boru-boru makarejohon

  

pohon haminjon on, bagak-bagak hian dona haminjon i. Alana boro-boru biasana puhut jala

teliti dohot ias pas makarejohon. Molo dohot boru-boru makarejohon haminjon on di tombak

godang d o gota,bah olo unggo dang sian nanisige ni angka bawa.” (ketika perempuan ikut

  mengerjakan perawatan pohon kemenyan di hutan sangat baik, karena ketika perempuan ikut mengerjakan kemenyan maka pohon akan menghasilkan getah lebih deras dari pada yang dikerjakan oleh kaum pria).

  Hal ini terjadi karena kaum perempuan lebih giat dan hati-hati dalam melakukan pekerjaan. Perempuan yang dimaksud adalah mereka yang miliki suami dan ikut serta melakukan perawatan pohon kemenyan di hutan mereka sendiri. Menurut para informan mengapa laki-laki yang lebih sering kehutan untuk mengerjakan pohon kemenyan, padahal jika kaum perempuan ikut mengerjakan jauh lebih banyak menghasilkan getah dibandingkan dengan kaum petani laki-laki. Hal itu disebabkan pekerjaan di hutan merupakan pekerjaan pria karena selain jarak dari kampung ke hutan sangat jauh, para kaum ibu harus merawat anak-anaknya mereka yang masih kecil dan bersekolah. Selain itu kaum ibu di kampung juga harus mengerjakan sawah dan ladangnya serta memelihara ternak babi, kerbau, ayam dan lain-lainya.

2.2.3. Manige Haminjon (Proses Mengelola Pohon Kemenyan)

  Cara-cara yang digunakan petani dalam memproduksi kemenyan mulai dari penanaman sampai penggambilan getah masih tergolong tradisional, kerena belum adanya pengaruh- pengaruh dari kemajuan zaman (teknologi), misalnya dari pemerintah atau masyarakat lain. Pada saat ini dalam mengerjakan lahan kemenyan. Pola yang digunakan petani masih berasal dari nenek moyang yang diwariskan secara turun-temurun yang menjadi modal petani dalam melakukan pekerjaan ini.

  Hal itu tercermin dari peralatan yang digunakan petani dalam mengerjakan lahan yang masih sangat sederhana, serta belum ada dilakukannya upaya-upaya untuk meningkatkan produksi seperti pemupukan, penyempropatan, pengendalian hama, penyakit lainya dan sebagainya. Pertumbuhan tanaman kemenyan masih bergantung kepada kesuburan alamiah tanah dan perawatan kemenyan itu sendiri seperti kegiatan manggarambas (menggunakan parang) dan lain-lain.

  Salah satu pola yang digunakan petani untuk memproduksi pohon kemenyan adalah dengan manige. Manige adalah pekerjaan untuk menusuk kulit kemenyan sedalam kurang lebih tiga inci supaya batang kemenyan dapat mengeluarkan getah. Alat yang digunakan adalah sugi yang terbuat dari besi. Ciri-ciri pohon kemenyan yang sudah dapat disugi adalah daunnya keras, tua, berwarna hijau tua, ujung daun harus runcing dan bisa menusuk daun yang muda. Selain ciri di atas yang dapat diperhatikan petani adalah Kulit batang pohonnya harus tebal karena apabila kulit pohon masih tipis disige maka batang kemenyan akan mengalami kerusakan, dan bisa mengakibatkan pertumbuhan batang kemenyan akan terlambat mengeluarkan getah. Pekerjaan manige akan dilaksanakan jika tanda-tanda yang dijelaskan di atas sudah terlihat dipohon kemenyan.

  Pengikisan kulit dengan guris dilakukan perlahan-lahan supaya batang kemenyan tidak terluka. Selain kegiatan mengguris barulah dilakukan kegiatan manige, setelah manige kegiatan selanjutnya adalah kegiatan mengetuk (manuktuk) yang fungsinya adalah untuk menutup kulit yang disige dengan cara menggetuk kulit sebanyak tiga kali ketukan, cara mengetuk dengan kuat membuat kulit pohon kemenyan bisa rusak dan terpisah dari batang sehingga getah pohon kemenyan tidak keluar dari batang. Batang kemenyan sebelum disige berwarna coklat dan menjadi warna kemerah-merahan bila sudah disige.

  Menurut petani dalam melakukan panigean tidak bagus jika satu musim saja misalnya hujan berkepanjangan akan mengakibatkan getah lama kering dan kemarau berkepanjagan akan mengakibatkan getah menjadi encer. Oleh karena itu waktu yang baik harus berselang- seling antara musim hujan dan musim kemarau.

  Manige pohon kemenyan tidak dilakukan petani secara menyeluruh namun jika petani memiliki 500 batang pokok pohon kemenyan maka yang dapat di sige adalah setengah dari 500 pokok pohon milik petani. Sisa yang setengahnya lagi dikerjakan untuk tahun berikutnya karena panigean harus dilakukan hanya sekali dalam setahun saja secara berotasi.

  Ada tradisi para petani jika ada acara panigean hal ini tidak terus memang dilakukan petani, petani melakukannya jika menginginkanya. Pada saat melakukan pekerjaan panigean petani sering diberangkatkan para istrinya dengan makanan itak natata (tepung beras yang dicampur gula dan kelapa tanpa dimasak), dali (susu kerbau), dan jagal (daging baik itu daging kerbau, babi, ayam). Makanan yang disediakan petani akan di bawa ke dalam hutan. Pertani akan berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa untuk meminta berkat agar hutan kemenyan yang dikerjakan mereka dapat menghasilkan getah yang banyak.

  Makanan yang telah disediakan petani tersebut merupakan suatu alat petani untuk mengucap rasa syukur pada Tuhan. Selain itu makanan yang dihidangkan oleh petani tersebut memiliki makna. Makanan itak natata dimaknai petani sebagai makanan yang menjadikan kemenyan mengeluarkan getah yang lebih banyak seperti itak natata ( makanan yang dibentuk petani, dali dimaknai petani menjadi getah yang menghasilkan getahnya putih tebal dan besar

  • –besar seperti, bentuk dali makanan yang telah disajikan ini dimanai hottas. Jagal akan dimaknai sebagai makanan yang akan membuat kemenyan tersebut tetap sehat.

  Getah kemenyan biar dapat berkesinambungan maka harus diberi jarak panigean yang satu dengan yang lain. Jarak yang ditentukan petani kira-kira tiga puluh centi meter. Apabila tidak diberi jarak maka pohon kemenyan akan rusak karena terlalu banyak lubang yang terluka pada batang kemenyan. Jumlah baris panigean dalam satu batang pohon ditentukan oleh besar kecilnya pohon kemenyan. Menurut pengalaman petani apabila pohon masih kecil (berumur 10 tahun) maka cukup membuat satu baris panigean dan apabila pohon sudah besar akan dibuat tiga sampai empat baris panigean dalam satu batang.

  Panigean yang dilakukan oleh petani adalah pada bulan Juli sampai bulan Oktober,

  dan musim panen dilakukan setelah tiga bulan sampai empat bulan kemudian, misalnya

  

disige bulan juli maka panennya dilakukan pada bulan Oktober sampai November yaitu

mangaluak.

  Selain ciri-ciri yang disebut di atas, masih ada ciri lainya yang harus diperhatikan oleh petani sebelum melakukan kegiatan manige yang terutama dapat dilihat dari daun (bulung) kemenyan. Bulung merupakan bahasa lokal dari daun seperti berikut:

  1. Marbulung Gadong (Berdaun Seperti Daun Ubi ) Pada saat ini daun kemenyan masih muda-muda akan tetapi sudah bisa untuk disige.

  Getahnya masih lembek dan lama menggumpul dan kering. Hasil getah yang disige pada saat marbulung gadong kurang bagus. Sehingga petani jarang melakukan panigean pada saai itu juga.

  2. Marbulung Topung ( Berdaun Tepung)

  Ketika daun kemenyan seperti ini maka daunnya sudah keras dari jenis yang pertama yang sudah bisa disegi. Daunnya berwarna agak putih dan getahnya tidak begitu deras dan lama menggumpal.

  3. Marbulung Ni Oma (Berdaun Seperti Daun Ilalang)

  Ketika kemenyan berdauan ilalang maka daun kemenyan sudah lebih keras dan di ujung daunnya sudah runcing, bisa menusuk daun lainya dan sudah mengeluarkan bunga tetapi petani belum bisa disige.

  4. Marbunga Sattung

  Daunnya keras dan berwarna hijau tua dan juga sudah bisa disige namun hasilnya kurang bagus, karena pada saat itu daun masih ada yang tertutup atau yang masih muda.

  5. Marbulung Sarsar (Daun Udah Terpisah-Pisah dan Keras)

  Apabila pohon kemenyan sedang marbunga sarsar, dimana daunnya berwarna hijau tua dan keras dan kuningnya tebal, pada masa inilah pohon kemenyan paling bagus untuk disige dan nantinya akan lebih banyak mengeluarkan getah. Pada saat inilah petani akan melakukan panigean dengan berhati-hati karena pada saat pohon kemenyan berdauang terpisah maka petani sudah bisa mendapatkan getah yang banyak.

  6. Maringgir-Inggir ( kemenyan berbuah kecil-kecil)

  Pohon kemenyan yang lagi berbuah kecil-kecil sebesar biji jagung oleh para petani disebut dengan maringgir-inggir. Pada saat ini bunga kemenyan sudah menjadi buah dan masih bisa disige karena kulit masih tebal, namun ditentukan juga oleh kekebalan daripada pohon kemenyan, jangan sampai ketika petani salah melakukan penusukkan maka membuat pohon kemenyan sedikit mengeluarkan getah.

  7. Marbulung Gantung ( Daun Sudah Berguguran Tapi Belum Semua)

  Pada saat ini buah pohon kemenyan sudah sebesar kelereng dan daun sudah mulai beguguran. Dan pada saat ini kegiatan panigean tidak dapat dikerjakan oleh petani.

  8. Marurus Bulung (Daun Sudah Berguguran)

  Daun kemenyan pada saat ini sudah berguguran semua dan tidak bisa di sige, kulitnya sudah menempel ke batang karena sudah menipis. Dan pada beberapa minggu petani akan melihat pergantian daun pada kemenyan.

  9. Marulam (Berganti Daun)

  Daun-daun pohon telah selesai berguguran dan berganti dengan daun baru, atau daun muda. Pada saat ini pohon kemenya tidak bisa lagi di sige. Lubang panigean akan tutup setelah mencapai umur lima-sampai enam tahun. Jika lubang sudah tutup secara utuh maka akan disige lagi pada tempat yang sama

2.2.4. Mangaluak (Mengambil Getah/Panen Getah Kemenyan)

  Masyarakat petani kemenyan desa Hutajulu dalam mengelola kemenyan mengenal istilah mangaluak. Mangaluak adalah kegiatan pengambilan getah kemenyan setelah petani selesai melakukan panigean pada kulit kemenyan. Magaluak sering disebut petani menggambil hasil atau panen.

  Pengambilan getah kemenyan dilakukan dengan menggunakan alat pabbuat

  

(pangarit) . Alat yang sama ketika penusukan pada kulit pohon kemenyan. Pabbuait

(pangarit) menyerupai parang yang terbuat dari besi sedangkan tangkainya terbuat dari kayu,

  yang mana ukuranya 10 centi meter. Pabbuat (pangarit) akan mencongkel getah yang menempel dikulit pohon. Setelah kulit yang bergetah tercongkel dan terlepas dari batang maka petani akan memasukkannya ke dalam bakul.

  Hampir semua pohon kemenyan tinggi, sehingga untuk mendapatkan getah harus dipanjat oleh petani kemenyan. Untuk mempermudah petani memanjat pohon kemenyan petani harus menggunakan sebuah tali yang disebut tali polang. Tali polang adalah tali yang terbuat dari ijuk atau riman yang panjangnya bisa mencapai sembilan sampai dua belas meter.

  Untuk bisa memanjat dengan menggunakan tali polang, tali tersebut harus dikat dengan dua buah gaul yang terbuat dari kayu yang sudah ringan. Gual tersebut harus diikat di kedua ujung tali polang. Untuk memakai gual tersebut pada batang pohon kemenyan maka gual harus diletakkan dan diikat pada dibatang pohon kemenyan. ketika gual sudh ikat dibatang kemenyan maka petani akan mulai bisa memanjatnya dan ketika petani ingin memanjatnya ke atas lagi petani bisa mengangkat tali dengan tangan kiri memegang satu gual sedangkan tangan kanan akan diatas gual satu lagi yang diikat petani, dengan berdiri diatas gual inilah petani akan mengerjakan pohon kemenyan.

  Apabila petani hendak memanjat gual yang satunya lagi yang telah diikat diujung tali polang akan dipasang sesuai dengan cara memasang gual yang pertama. Demikian pula bila petani masih akan memanjat ke tempat yang lebih tinggi maka gual yang petama akan dibuka sementara patani sudah berdiri digual kedua atau yang terakhir dipasang. Untuk membuka gual yang pertama petani cukup menayun-ayunkan tali sesuai dengan arah lilitan tali yang diikat pada gual. Demikianlah seterusnya apabila petani hendak memanjat ke tempat yang lebih tinggi lagi.

  Tali dililitkan ke gual sepanjang empat kali lilitan dan kepada lilitan ketiga disisikan tali kebawah kira-kira 40 cm tali membentuk huruf U dan untuk membentuk tali yang tersisa itu supaya kokoh maka dililitkan sekali lagi biar dapat menahan berat badan petani. Hal ini dilakukan petani supaya bisa mencapai gual diatasnya yang baru dipasang tadi karena gual dipasang sejajar kepala atau diatas kepala, maka petani harus mengunakan alat pembantu untuk mencapai gual yang baru di pasang pada batang pohon. Apabila petani berdiri di gual pertama dan hendak naik ke gual kedua maka terlebih dahulu diinjak tali sisanya tadi, baru naik ke gual yang kedua karena bila dari gual pertama petani langsung naik ke gual kedua tanpa alat bantu maka kaki mereka tidak akan mampu meraih gual kedua. foto 7 Dan 8 : Pengambilan Getah (Gota) Sumber : Dokumentasi Pribadi 2.3. Penjualan/Pemasaran Getah Kemenyan.

  Hasil akhir pohon kemenyan yang dijual petani adalah getahnya. Getah yang baik untuk dijual harus kering karena hal itu dapat mempengaruhi harga jual kemenyan. Jika kemenyan yang belum kering dijual maka harga dari getah tersebut akan berkurang dari harga pasaran, demikian pula sebaliknya. Petani menjual getah kemenyanya langsung kepada penggumpul yang berada di desa dan ada juga yang menjual ke toke yang datang dari kota Doloksanggul. Doloksanggul adalah ibukota dari kabupaten Humbang Hasundutan dan sekaligus menjadi pusat pasar tradisional daerah ini atau sering disebut dengan Onan.

  Petani kemenyan pulang dari hutan pada hari jumat atau kamis dengan membawa getah kemenyannya. Pada hari itu biasanya sudah ada para penggumpul desa menunggu petani ditempat persinggahan petani. Penggumpul tingkat desa yang menunggu petani adalah petani kemenyan yang berperangkap menjadi seorang penggumpul getah. Penjualan getah kemenyan dilakukan petani ada di tiga tempat yaitu di tengah jalan, di rumah dan di pasar (onan). Bila petani menjual getah kemenyan ditengah jalan umumnya karena petani sangat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan pangan atau kebutuhan hidup lainnya. Tetapi ketika petani membawa getah kemenyan ke rumah atau ke onan berarti keperluan uang bagi petani pada saat itu tidak mendesak.

  Petani juga bisa mengumpulkan getah kemenyan di rumah dalam beberapa minggu sebelum dijual, getah tersebut akan dijual petani ketika sewaktu-waktu jika ada kebutuhan mendesak seperti uang sekolah anak-anaknya dan keperluan yang lainnya. Penjualan getah kemenyan tersebut bisa dijual pada penggumpul tingkat desa atau ke toke yang datang dari kota atau langsung membawa getah ke onan. Dengan kata lain bahwa kemenyan yang dikumpulkan dirumah itu berfungsi juga sebagai tabungan bagi sipetani.

  Penjualan getah ke onan secara langsung memang jarang dilakukan petani karena banyaknya penggumpul tingkat desa. Petani memilih menjual getah ke pasar (onan) karena di pasar petani bisa bertemu dengan banyak toke dan berharap harga lebih mahal dibandingkan dengan harga tingkat desa. Di samping itu petani juga dapat memanfaatkan hasil penjualan untuk membeli keperluan rumah tangga saat itu juga. Hal tersebut telah direncanakan petani sebelumnya yaitu, memilih menjual di pasar.

  Getah yang diperoleh petani dari pohon kemenyan ada tiga jenis macam getah. Petani biasanya akan membedakan jenis getah ini ketika saat penjualan getah. Jenis getah tersebut adalah gota disukkapi (getah nomor satu kasar), barbar (getah nomor dua kasar yang ada abunya) dan tahir (getah nomor tiga yang sudah banyak abunya).

  1. Gota Sidukkapi (Getah Nomor Satu Kasar)

  Getah nomor satu kasar lebih mahal daripada getah nomor dua kasar yang ada abunya, karena getah nomor satu ketika dijual tidak akan dicampur dengan jenis getah lainnya. Getah ini didapatkan petani ketika pencokelan pertama di kulit kemenyan setelah selesai melakukan panigean.

  2. Gota Barbar ( Getah Nomor Dua Kasar)

  Getah nomor dua kasar ini merupakan getah yang sudah ada abunya hal ini dikarenakan ketika penggambilannya sudah bercampur-campur dan ketika pembersihan pada getah ini banyak getah pecah sehingga menimbulkan abu di getah. Getah ini akan lebih murah dijual dibandingkan dengan getah nomor satu kasar karena getah nomor dua ini sudah tercampur dengan abu walapun dengan jumlah yang masih sedikit.

3. Gota Tahir ( Getah Nomor Tiga Kasar )

  Getah nomor tiga kasar kebanyakan abunya disebut petani sebagai Tahir. Getah ini sudah dicampur dengan jenis getah lain seperti julur. Julur adalah jenis getah kemenyan yang diperoleh dari luar kulit kemenyan atau getah luar yang tertusuk atau dari luar kulit getah. Getah nomor satu dan julur ini diambil pada waktu bersamaan. Getah kemenyan yang terlebih dahulu diambil adalah julur. Julur berada di sekitar kulit getah nomor satu. Ciri ciri julur adalah berwarna merah kekuning-kunigan agak bulat dan lengket pada batang, serta bentukknya ada yang tipis dan tebal. Julur inilah yang sering sering dicampur dengan sidungkapi bila petani hendak menjual kemenyan, petani sering menyebutnya joker (menambahi kiloan). foto 9,10 dan 11 : Getah sebelah kiri getah kasar satu, getah yang ditengah getah kasar sedikit abunya dan getah sebelah kanan getah yang banyak abunya. Sumber : Dokumentasi pribadi

  Tabel 2: Penjualan Ketiga Jenis Getah No Jenis Vol/Kg Harga/Kg Penjualan Kemenyaan (Bulan) (Rupiah) Bulan Tahun (9 Bulan)

  1. Gota sidukkapi 15kg Rp Rp ≥ Rp

  (Getah Nomor 170.000,00 2.550.000,00 22,.950.000,00 Satu Kasar)

  2. Gota barbar 8 kg Rp 800.000,00 Rp 7.200.000,00 ≥ Rp

  (Getah Nomor 100.000,00 Dua Kasar Sedikit Abunya)

  3. Gota tahir (Getah 5kg 150.000,00 Rp 1.350.000.00 ≥ Rp

  Nomor Tiga 30.000,00 Banyak Abunya)

  Total 28kg Rp3,500.000,00 Rp31,500.000,00 Dalam penjualan ketiga jenis getah ini petani selalu membedakannya. Jika petani menjual 28 kg setiap bulan petani akan memperoleh pendapatan dari penjualan getah kemenyan sebanyak Rp. 3.500.000,00 Sehingga setahun petani bisa mendapatkan Rp. 31.500.000,00

  Pendapatan petani ini diperuntukkan petani untuk uang iuran petani ke gereja setiap bulannya, untuk biaya sekolah anak-anak petani baik yang sekolah di kota maupun di desa misalnya dalam membeli buku, pensil, tas, sepatu hal ini akan dirasakan petani ketika sianak baru memasuki ajaran baru. Pendapatan dari penjualan getah kemenyan ini juga digunakan petani untuk kegiatan hari-hari besar tiba seperti natal, tahun baru, paska misalnya untuk membeli baju anak-anak mereka, membeli kue-kue dan perlengkapan natal dan untuk hal yang lainnya. Bahkan pendapatan dari kemenyaan ini akan digunakan petani jika mereka mengadakan pesta (kelahiran, kematian, pernikahan) dan biaya pengobatan ketika petani sakit.

  Pendapatan dari penjualan getah kemenyan ini juga dimanfaatkan petani untuk membantu pembelian pupuk dan obat-obatan, yang digunakan petani untuk tanaman pertanian mereka yang lainnya misalnya pertanian kopi, padi dan palawija. Karena hasil dari pertanian kopi tidak akan cukup dimanfaatkan petani untuk pembelian pupuk.

  Dari pendapatan tersebut petani juga akan melakukan pemotongan untuk gaji petani lainnya, ketika petani ada yang melakukan penyewaan tenaga dalam melakukan pekerjaan didalam hutan. Selain itu pendapatan tersebut juga sudah dipakai petani dalam membayar uang pinjaman kepada penggumpul kemenyan karena ada beberapa petani kemenyan di desa Hutajulu sebelum mengelola kemenyan sudah terlebih dahulu melakukan peminjam kepada pengumpul desa untuk modal. Sehingga ketika petani sudah mendapatkan hasil maka pendapatan tersebut akan dipotong penggumpul desa ketika penjulan berlangsung.

  Dalam pengelolaan kemenyaan di desa Hutajulu ada yang disebut dengan mamola atau mengupahkan tenaga orang lain dalam pengerjan hutan kemenyan, dengan

  pinang

  pembagian hasil panen dari hasil olahan kemenyaan itu sendiri. Biasanya sistem ini digunakan para masyarakat yang memiliki luas kebun kemenyaan atau melebihi dari 1000 batang atau ketika pemilik lahan sudah berumur tua. Sehingga petani tersebut harus menyewa tenaga petani lainnya untuk mengelola lahan kemenyan tersebut, supaya lahan kemenyan tersebut terus aktif.

Dokumen yang terkait

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN SWADAYA MASYARAKAT (GERBANG SWARA) DI DESA MELATI II KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Skripsi

0 1 14

Peran Koordinasi Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan dalam Peningkatan Aksesibilitas Pangan bagi Daerah Rawan Pangan di Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN - Peran Koordinasi Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan dalam Peningkatan Aksesibilitas Pangan bagi Daerah Rawan Pangan di Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 10

Peran Koordinasi Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan dalam Peningkatan Aksesibilitas Pangan bagi Daerah Rawan Pangan di Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan di Bank Perkreditan Solider Cabang Pematangsiantar

0 0 36

2.1.1.1. Ruang Lingkup Komunikasi - Public Relations Sebagai Tools Marketing

0 1 24

Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 1 46

2.1 Kerangka Teori - Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 0 18

1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 3 8

Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 0 16