BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Informasi Laporan Keuangan - Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Price Earnings Ratio, dan Dividend Yield Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Informasi Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan pihak yang berkepentingan mengenai kondisi keuangan dan selanjutnya digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagi para pemakai laporan keuangan. Menurut Harahap (2013) para pemakai laporan keuangan meliputi pemegang saham, investor, karyawan dan serikat pekerja, pemberi dana (kreditur), dan pemerintah atau lembaga pengatur resmi. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan biasanya tidak mampu memberikan pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi yang berbeda-beda untuk tujuan umum mereka. Berikut dijelaskan para pemakai keuangan dan kebutuhannya terhadap laporan keuangan :
a. Pemegang saham Pemegang saham ingin mengetahui kinerja perusahaan dengan melihat asset, utang, modal, hasil, biaya dan laba. Sehingga pemegang saham dapat mengetahui jumlah dividen, pendapatan saham dan jumlah laba ditahan yang dapat mereka terima. Dari informasi tersebut, para pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah ia akan mempertahankan sahamnya, atau menjualnya, atau menambah jumlah saham di perusahaan tersebut.
b. Investor Sama halnya dengan pemegang saham, para investor lebih tertarik melakukan investasi pada perusahaan yang dapat memberikan keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan tersebut. Para investor membutuhkan informasi tersebut untuk memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.
c. Karyawan dan serikat pekerja Karyawan perlu mengetahui informasi keuangan untuk mengetahui pendapatan yang diterima oleh perusahaan dan menilai apakah pendapatan yang mereka adil atau tidak.
d. Pemberi dana (kreditur) membutuhkan informasi keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui kondisi dan kinerja perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman. Laporan keuangan tersebut dapat memberikan sumber informasi bagi kreditur untuk menilai kelayakan perusahaan untuk menerima pinjaman.
e. Pemerintah atau lembaga pengatur resmi. pemerintah atau lembaga pengatur resmi sangat membutuhkan laporan keuangan. Pemerintah membutuhkan informasi keuangan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak serta menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang sudah ditetapkan.
Laporan keuangan merupakan instrumen untuk melaporkan informasi keuangan suatu perusahaan kepada para pengguna laporan keuangan yang berbeda-beda dan digunakan dalam pengambilan keputusan. Suatu laporan keuangan akan bermanfaat, jika laporan keuangan memberikan informasi yang relevan bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Informasi keuangan tersebut akan tepat guna jika informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan khususnya para investor.
Informasi laporan keuangan merupakan dasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai kondisi dan kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
2.1.2. Analisis Kinerja Keuangan
Sangat penting bagi para investor untuk mengetahui kinerja perusahaan dimana mereka menempatkan dana mereka dengan mengetahui kondisi, stabilitas, dan kontinuitas perusahaan. Investor membutuhkan informasi keuangan yang lengkap untuk dianalisis sehingga dapat mencerminkan kondisi perusahaan tersebut. Untuk melihat kondisi keuangan perusahaan, rasio keuangan merupakan instrumen analisis yang tepat untuk mengukur kinerja perusahaan. Pada dasarnya untuk menghitung rasio keuangan perusahaan diperlukan angka-angka yang terdapat dalam neraca, laba rugi, atau keduanya. Disebut rasio karena yang dilakukannya adalah membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya (Syahyunan, 2013).
Sehingga dapat menjelaskan makna suatu angka atas laporan keuangan tersebut.
Hanafi dan Halim (2005) dalam Widhi (2011) mengelompokkan analisis rasio keuangan ke dalam lima macam kategori, yaitu:
1. Rasio likuiditas yang terdiri dari a.
Rasio Lancar b. Rasio Quick 2. Rasio Aktivitas yang terdiri dari: a.
Rata-rata Umur Piutang Perputaran Persediaan c. Perputaran Aktiva Tetap d. Perputaran Total Aktiva 3. Rasio solvabilitas yang terdiri dari: a.
Rasio Total Hutang terhadap Total Asset b. Rasio Hutang-Modal Saham c.
Rasio Times Interest Earned d. Rasio Fixed Charge Coverage 4.
Rasio profitabilitas yang terdiri dari: a.
Profit Margin b.
ROA (return on asset) c. ROE (return on equity) 5. Rasio pasar yang terdiri dari: a.
PER (price earnining ratio) b. DY (dividend yield) c. Pembayaran dividen (dividend payout)
Menurut Syahyunan (2013) rasio keuangan terbagi atas lima jenis yaitu :
1. Rasio Likuiditas (liquidty ratio) Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Menurut James O. Gill (Kasmir, 2008) rasio likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban pada saat ditagih. Rasio likuiditas atau disebut juga dengan rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa likuidnya suatu perusahaan.
Rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah Current
ratio (rasio lancar). Rasio ini digunakan untuk menghitung kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan asset lancar yang tersedia. Penghitungan ratio dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban lancarnya.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: =
2. Rasio Leverage ( leverage ratio) Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha perusahaan lebih banyak didanai oleh utang atau ekuitas. Menurut Kasmir (2008) rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai utang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio yang digunakan untuk mengukur leverage adalah
debt to equity ratio (rasio utang atas modal). Rasio ini menggambarkan
perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
=
3. Rasio aktivitas (activity ratio) Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Menurut Kasmir (2008) rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dalam pemanfaatan sumbr daya perusahaan. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asset yang dimilikinya atau malah sebaliknya. Rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas adalah total asset turnover. Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh asset dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
=
4. Rasio profitabilitas (profitability ratio) Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah return on asset. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara keuntungan dengan seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang ada didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
ℎ =
5. Rasio peniliaian (valuation ratio) Rasio penilaian bertujuan menjadi tolak ukur yang mengkaitkan hubungan antara harga saham dengan pendapatan perusahaan dan nilai buku saham atau mencerminkan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Rasio penilaian yang digunakan yaitu price earning ratio dan dividend
yield . Rasio price earning ratio menunjukkan perbandingan antara harga
saham di pasar dengan pendapatan yang diterima. Bagi investor semakin kecil PER suatu saham, semakin bagus, karena saham tersebut termasuk kategori murah. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
ℎ =
Dividend yield adalah suatu rasio yang menghubungkan dividen
yang dibayar dengan harga saham biasa. Dividend Yield menyediakan suatu ukuran komponen pengembalian total yang dihasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi harga yang ada. Beberapa investor menggunakan dividend yield sebagai suatu ukuran risiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan dividend yield yang tinggi.
(Warsono, 2003)
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: ℎ
= ℎ ℎ
2.1.3. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Menurut sofyan syafri harahap (2013:298) analisis rasio keuangan memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lain.
4. Sangat bermanfaat dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
5. Menstandarisis size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau
time series .
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Dari pernyataan diatas, dapat dilihat bahwa rasio keuangan memiliki manfaat dalam menilai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan.
Dengan digunakan rasio keuangan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai kondisi dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang.
2.1.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Kelemahan yang ada pada rasio keuangan adalah setiap data yang diperoleh dan digunakan dalam menganalisis bersumber daru laporan keuangan. Perbedaan dalam metode yang diterapkan perusahaan akan memberikan perhitungan yang berbeda. Selain perbedaan penggunaan metode, ada kemungkinan data yang diperoleh adalah data yang sudah diubah angkanya atau dimanipulasi (Syahyunan, 2013). Menurut friedlob dan plewa dalam fahmi (2006) analisis rasio tidak memberikan banyak jawaban, kecuali menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan, sehingga dapat dipahami bahwa rasio keuangan merupakan suatu titik awal dalam analisis keuangan perusahaan. keuangan, maka sangatlah penting untuk mengkaji ulang setiap hasil yang diperoleh dari perhitungan rasio keuangan. Namun dengan adanya rasio keuangan, akan sangat membantu para investor dalam menganalisis kinerja keuangan. Hasil analisis tersebut akan membantu para investor membuat keputusan.
2.1.5. Return Saham
Return adalah tingkat pengembalian atas investasi yang diharapkan
oleh investor atas investasi yang dilakukannya. Return yang diterima oleh investor dalam investasi saham terdiri dari keuntungan atau kerugian yang terjadi akibat kenaikan atau penurunan harga saham (capital gain), serta pendapatan yang diterima berupa dividen.
Menurut Jogiyanto (2012) return memiliki dua komponen yaitu
capital gain dan yield. Capital gain merupakan selisih dari harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Besarnya capital gain suatu saham akan positif, jika harga jual saham yang dimiliki lebih besar dari harga belinya. Sedangkan yield merupakan presentasi penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi.
Untuk saham, yield adalah presentasi dividen terhadap saham periode Jogiyanto (2012) membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu return realisasian (realized return) dan return ekspektasian (expected
return ). Return realisasian merupakan return yang sudah terjadi dan
dihitung berdasarkan data historis. Return ini merupakan selisih harga saham sekarang dengan harga saham sebelumnya secara relatif. Sedangkan
return ekspektasian merupakan return yang diharapkan terjadi dimasa
mendatang dan bersifat tidak pasti.Pengertian return saham dalam penelitian ini sama dengan return realisasi atau capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga saham. Return saham inilah yang digunakan sebagai variabel dependen dalam penelitian ini, yang diperoleh dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden. Return saham yang diterima investor dinyatakan sebagai berikut (Jogiyanto, 2012):
- − − 1 ℎ =
− 1 Dimana: P t = Harga saham pada periode sekarang P t-1 = Harga saham pada periode lalu
Untuk menghadapi pergerakan harga saham di bursa saham, terdapat dua macam pendekatan dalam menganalisis harga saham yaitu:
1. Analisis Fundamental.
Dalam analisis fundamental, yang dijadikan dasar perkiraan harga (intrinsic value) adalah faktor-faktor fundamental seperti laporan keuangan, informasi penting lain yang sewaktu-waktu harus diumumkan perusahaan publik dan perkembangan ekonomi makro, maupun berita dalam bidang-bidang lain seperti politik, sosial, cuaca, dsb.
2. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut dari waktu ke waktu. Analisis teknikal didasarkan pada anggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap sekuritas tersebut.
2.1.6. Teori Sinyal Teori sinyal merupakan penejelasan dari asimetri informasi.
Terjadinya asimetri disebabkan karena pihak perusahaan mempunyai informasi lebih banyak mengenai prospek perusahaan (Widyawati dalam Novitasari (2013)). Untuk menghindari asimetri informasi, perusahaan harus memberikan informasi sebagai sinyal kepada pihak investor. teori signaling menyatakan bahwan perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar yang berupa informasi, dengan demikian pasar diharapkan akaan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk.
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah tersebut berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik ataupun pihak yang berkepentingan. Sinyal yang diberikan dapat juga dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa saja yang sudah dilakukan manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain (Susilowati, 2011).
Menurut teori sinyal, kegiatan perusahaan memberikan informasi kepada investor tentang prospek return masa depan yang substansial.
Sinyal tersebut memberikan informasi kepada public bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang bagus di masa depan. Marwata menyatakan bahwa return yang meningkat akan diprediksi dan memberikan sinyal tentang laba dan analisa yang mengungkap sinyal tersebut digunakan untuk memprediksi peningkatan earning jangka panjang.
Teori sinyal ini membahas bagaimana seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik modal. Penyampaian laporan keuangan dapat dianggap sebagai sinyal, yang menunjukkan apakah manajer telah berbuat sesuai dengan kewajibannya atau tidak.
Margaretha dan Damayanti (2008) menunjukkan bahwa secara signifikan ketiga variabel bebas price earnings ratio, dividend yield dan market to book ratio berpengaruh secara negatif terhadap return saham. Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa variabel bebas price earnings ratio berpengaruh secara positif terhadap return saham. Return saham sensitif terhadap price earnings ratio dengan arah negatif yang menunjukkan perubahan return saham akan meningkat jika price earnings ratio menurun. Return saham sensitif terhadap dividend yield dengan arah negatif yang menunjukkan perubahan return saham akan mengikuti
dividend yield. Selanjutnya pengujian terhadap market to book ratio menunjukan
pengaruh yang signifikan terhadap return saham.Anggraeni Puspitasari dan Linda Purnamasari (2013) menunjukkan bahwa rasio pembayaran dividen di samping meningkat juga menurun. Namun, kondisinya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada saat dividend yield menurun. Kemudian, dalam pengujian hipotesis peningkatan dividend yield, juga ditemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Rio Malintan (2010) melakukan penelitian untuk memberikan bukti empiris apakah current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), price earning ratio (PER), dan return on asset (ROA) berpengaruh terhadap return saham yang deperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Menggunakan analisis regresi berganda dengan data dari 19 sampel perusahaan pertambangan yang terdaftar dari tahun
equity ratio (DER), price earning ratio (PER), dan return on asset (ROA) secara
simultan tidak berpengaruh terhadap return saham. Namun hasil penelitian secara parsial, current ratio (CR) dan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap
return saham sedangkan sedangkan price earning ratio (PER) dan return on asset (ROA) berpengaruh terhadap return saham.
I.G.K.A. Ulupui (2005) hasil penelitian menunjukkan current ratio (CR),
debt to equity ratio (DER), total asset turnover (TATO) dan return on asset
(ROA) secara simultan tidak berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial hanya current ratio yang berpengaruh terhadap return saham.
Dwi Martani et al (2006) menunjukkan bahwa net profit margin (NPM),
return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER) dan price to book value (PBV)
bepengaruh terhadap market adjusted return pada perusahaan manufaktur tahun 2002-2006. Namun current ratio (CR), total asset turnover (TATO), log TA (total asset) dan cashflow from operation/sales (CFO/S) tidak berpengaruh terhadap
market adjusted return . Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa current
ratio (CR), net profit margin (NPM), return on equity (ROE), debt to equity ratio(DER), cashflow from operation/sales (CFO/S), dan price to book value (PBV) berpengaruh terhadap cumulative abnormal return dan total asset turnover (TATO), log total assetA (TA) tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return .
Michell Suharli (2004) hasil pengujian statistic menunjukkan bahwa debt
to equity ratio (DER) dan beta saham tidak berpengaruh terhadap return saham
kali pergantian presiden dan satu kali pemilu, dalam periode penelitian ini, turut mempengaruhi kondisi perekenomian yang menjadikan hasil penelitian ini menolak kedua hipotesis.
Amrih Tri Raharjo (2004) menggunakan perusahaan perusahaan yang bergerak di bidang financial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi. Periode penelitian ini dua tahun (2002-2003) dengan data kwartalan. Pemilihan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 24 perusahaan sebagai sampel. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan model regresi linear berganda. Hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa secara simultan (uji F) menunjukkan pengujian variabel independen menghasilkan nilai uji F sebesar 24,868 dengan signifikansi F sebesar 0,000. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Price-Earning Ratio, volume penjualan, dan suku bunga SBI secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Pada uji secara parsial (uji t) menunjukkan Price-Earning Ratio dan volume penjualan berpengaruh terhadap return saham. Hail uji R2 diketahui bahwa variabel Price earning ratio (PER), volume penjualan, dan siku bunga SBI memeberikan pengaruhnya 27,3% terhadap return saham.
- Secara parsial Price Earnigs
- Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa perubahan
dan dividend yield menurun tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham.
Return on Asset secara parsial
Perusahaan Makanan dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang
Return Saham (Studi Pada
Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage , Aktivitas, dan Profitabilitas Terhadap
Ulupui (2005)
4. I.G.K.A.
parsial berpengarih terhadap return saham.
Return on Asset (ROA) secara
tidak berpengaruh pada return saham.
to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return on Asset (ROA) secara simultan
Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005- 2010
Ratio (PER), dan Return on Asset (ROA) Terhadap Return Saham Perusahaan
Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning
3. Rio Malintan (2010)
dividend payout ratio meningkat, dividend payout ratio menurun,
Dan Dividend Yield Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)
Dividend Payout Ratio
Pengaruh Perubahan
Puspitasari dan Linda Purnamasari (2013)
Bursa Efek Indonesia 2. Anggraeni
return yang masuk dalam daftar
berpengaruh terhadap stock
Ratio, Dividend Yield Dan Market To Book Ratio signifikan
Terhadap Stock Return Di Bursa Efek Indonesia
Ratio, Dividend Yield Dan Market To Book Ratio
Pengaruh Price Earnigs
Farah Margaretha dan Irma Damayanti (2008)
Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Hasil 1.- Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Current Ratio (CR), Debt
- Secara parsial Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap return saham.
- Price Earning Ratio (PER) dan
- Variabel Current Ratio dan
berpengaruh siginifikan terhadap return saham.
- Variabel total asset turn over tidak berpengaruh siginifikan terhadap return saham.
5. The Effect of Financial Dwi • Variabel yang secara konsisten
Martani et Ratios, Firm Size, and signifikan terhadap adjusted
al. (2006) Cash Flow From return and abnormal return Operating Activities in The
adalah rasio proftabilitas (NPM
Interim Report to The
dan ROE), TATO, dan market
Stock Return value ratio (PBV).
- Variabel current ratio (CR), net
profit margin (NPM), return on equity (ROE), debt to equity ratio
(DER), cashflow from
operation/sales (CFO/S), dan price to book value (PBV)
berpengaruh terhadap cumulative abnormal return .
6. Studi empiris terhadap dua Hasil penelitian menunjukkan bahwa Michell suharli faktor yang mempengaruhi rasio hutang dan tingkat risiko tidak
(2004) return saham pada industri memberikan pengaruh signifikan
food & beverages di Bursa terhadap return saham.
Efek Jakarta
7. Pengaruh Price-Earning Amrih Tri • hasil penelitian menunjukkan raharjo Ratio , Volume Penjualan, bahwa secara simultan price
(2004) dan Suku Bunga SBI
earning ratio (PER), volume
Terhadap Return Saham penjualan, suku bunga SBI Perusahaan yang Bergerak berpengaruh terhadap return di Bidang Finansial di saham. Bursa Efek Jakarta
- Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa price
earning ratio (PER) dan volume
penjualan berpengaruh terhadap
return saham
- Hasil uji R2 menunjukkan bahwa
price earning ratio (PER),
volume penjualan, dan suku bunga SBI memberikan pengaruh sebesar 27,3% terhadap return saham.
2.3.Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.3.1. Kerangka Konseptual
2 )
Dividend yield (X 6 )
)
5
(X
4 ) Price earning ratio
) Ratio aktivitas (X
3
Ratio profitability (X
Berdasarkan telaah teori dan hasil penelitian terdahulu maka hubungan antara pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, price earnings ratio, dan dividend yield terhadap return saham, maka dibangun model penelitian seperti terlihat pada Gambar 2.1. berikut ini:
Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual
2 Ratio likuiditas (X 1 )
1 H
Saham (Y) H
3 Return
4 H
5 H
6 H
7 H
H
Ratio leverage (X
2.3.2. Pengaruh Rasio likuiditas Terhadap Return Saham
Untuk mengukur likuiditas perusahaan dalam penelitian ini digunakan Current Ratio. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancarnya dengan aset lancar yang dimilikinya. Suatu perusahaan mampu memenuhi segala kewajiban lancarnya, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid.
Current Ratio merupakan rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Semakin tinggi current ratio suatu perusahaan berarti semakin kecil resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Akibatnya resiko yang ditanggung perusahaan juga semakin kecil. Dengan semakin kecilnya resiko yang ditanggung perusahaan maka diharapkan akan meningkatkan minat para investor untuk menananamkan dananya yang tinggi dibandingkan current ratio yang rendah.
Berdasarkan uraian yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H : Terdapat pengaruh ratio likuiditas terhadap return saham
1 pada perusahaan LQ 45
2.3.3. Pengaruh Rasio Leverage Terhadap Return Saham
Salah satu rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio (DER) mencerminkan bagaiman kemampuan perusahaan dalam memnuhi seluruh kewajiban perusahaan dengan mengaitkannya pada seluruh ekuitas pemiliknya. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar total utang terhadap total ekuitas , hal ini menunjukkan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar sehingga menurunkan minat investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut. Menurunnya minat investor akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return saham semakin menurun.
Berdasarkan uraian yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H 2 : Terdapat pengaruh rasio leverage terhadap return saham pada perusahaan LQ 45
2.3.4. Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan
return on asset (ROA). Return on asset (ROA) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam asset yang digunakan dalam operasional perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi ROA maka akan menunjukkan semakin efisien operasional dari suatu perusahaan semakin efisien operasional daru suatu perusahaan, begitupun sebaliknya. Rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya aset perusahaan yang menganggur, persediaan yang terlalu banyak, aset tetap beroperasi di bawah normal dan lain-lain.
Berdasarkan uraian yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H : Terdapat pengaruh rasio profitabilitas terhadap return
3 saham pada perusahaan LQ 45
2.3.5. Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Return Saham
Rasio aktivitas menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan (sales) dengan aset yag dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan tersebut. Rasio aktivitas juga dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan. Salah satu rasio aktivitas adalah total asset turnover (TATO). Total asset turnover digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aset dalam menghasilkan penjualan. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukan suatu trend yang cenderung aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat.
Berdasarkan uraian yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H : Terdapat pengaruh rasio aktivitas terhadap return saham
4 pada perusahaan LQ 45
2.3.6. Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Return Saham Price earning ratio merupakan suatu perbandingan antara harga
pasar suatu saham (market price) dengan earning per share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Dengan meningkatnya PER berarti harga saham di pasar modal akan meningkat, sehingga return saham juga meningkat.
Semakin tinggi PER menunjukkan prospectus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatanya. Jika harga saham semakin tinggi maka selisih harga saham priode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi PER maka akan mengakibatkan return saham meningkat juga.
Beberapa peneliti terdahulu telah meneliti PER terhadap return saham seperti Malintan (2010) mengemukakan bahwa price earning ratio mempengaruhi return saham. Hal ini juga didukung oleh Raharjo (2004)
Berdasarkan uraian yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H 5 : Terdapat pengaruh price earning ratio terhadap return saham pada perusahaan LQ 45
2.3.7. Pengaruh Dividend Yield Terhadap Return Saham
Menurut Hirt (2006) dalam Margaretha dan Damayanti (2008),
dividend yield merupakan salah satu alat ukur yang dapat mempengaruhi
return saham, yaitu dengan hasil presentase dari keuntungan per lembar
saham dibagi dengan harga pasar per lembar saham yang di terima perusahaan. Menurut Guler dan Yimaz (2008) dalam Margaretha dan Damayanti (2008), tingginya suatu dividend yield menunjukkan bahwa suatu pasar modal dalam keadaan undervalued, dimana jika suatu harga pasar saham lebih kecil dari nilainya, maka saham tersebut harus dibeli dan ditahan sementara dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika harga pasar saham tersebut kembali naik.
Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa dividend yield juga dapat memperkirakan return saham dengan beberapa keberhasilan yang diharapkan, salah satunya mengenai pertumbuhan dividen. Dalam penelitian Margaretha dan Damayanti (2008) menunjukkan bahwa dividend yield berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini terjadi karena banyak perusahaan yang profitabilitasnya belum stabil yang dipengaruhi oleh keadaan ekonomi yang berflutuasi, sehingga hanya kepada para pemegng saham. Jadi apabila perusahaan mendapatkan return yang tinggi maka jumlah dividen yang dibagikan kepada para investor juga semakin tinggi.
Berdasarkan uraian yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H 6 : Terdapat pengaruh dividend yield terhadap return saham pada perusahaan LQ 45
2.3.8. Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio
Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Price Earning Ratio, dan Dividend Yield Terhadap Return SahamMenurut beberapa kesimpulan sementara yang telah disebutkan sebelumnya tentang hubungan pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, price earning ratio, dan dividend yield terhadap return saham maka peneliti mengasumsi bahwa secara simultan rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, price
earning ratio , dan dividend yield berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan LQ 45.
H 7 : Terdapat pengaruh rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, price earning ratio, dan dividend yield
terhadap return saham pada perusahaan LQ 45