Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Think Pair Share (TPS) Dipadukan dengan Eksperimen pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Tolokan Kecamatan Getasan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pendidikan di Indonesia seperti yang dijabarkan dalam Undang-Undang No

  20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran bagi peserta didik agar mereka secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki nilai-nilai keagamaan, belajar mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan lain yang diperlukan dirinya untuk terjun dalam masyarakat.

  Pendidikan merupakan faktor penting dalam upaya memajukan negara, melalui dunia pendidikan peserta didik belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan potensi diri mereka. Pendidikan perlu direncakan dengan baik untuk memberikan pengetahuan dan mengembangkan potensi diri peserta didik secara optimal agar dapat membekali peserta didik ketika mereka terjun dalam masyarakat nantinya.

  Pendidikan yang baik, dalam proses pembelajarannya memerlukan adanya interaksi aktif antara guru dan peserta didik. Interaksi dapat muncul apabila siswa mengikuti pembelajaran dengan memberikan respon dari pengetahuan yang diajarkan guru. Respon tersebut dapat berupa tanggapan atau rasa ingin tahu peserta didik terhadap stimulus atau tugas yang diberikan guru kepada peserta didik. Dalam menanggapi stimulus dan tugas dari guru tentu peserta didik akan berpikir untuk memecahkan masalah dan membuktikan kebenaran jawabannya. Maka dari itu perlu disusun suatu proses pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif antara guru dan peserta didik. Salah satu mata pelajaran yang menuntut proses pembelajaran interkatif yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA dapat dijadikan wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan agar siswa dapat menemukan sendiri informasi dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

  Menurut Nur dan Wikandari (Trianto, 2010: 143) dalam proses pembelajarannya IPA harus lebih menitikberatkan pada pendekatan ketrampilan proses supaya dapat melatih siswa untuk menemukan sendiri fakta-fakta, membentuk konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah yang memberikan dampak positif pada proses pembelajaran dan tujuan pendidikan. Pembelajaran IPA direncanakan agar dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik karena IPA tidak hanya berisi tentang fakta dan konsep tetapi juga mempelajari tentang bagaimana fakta dan konsep itu terbentuk. Terbentuknya suatu fakta dan konsep berasal dari penemuan manusia terhadap hal-hal disekitarnya, namun pengalaman setiap orang dalam menemukan sesuatu tidak selalu sama karena cara yang digunakan seseorang dalam menemukan suatu hal tidak selalu sama dengan orang lain. Maka dari itu perlu adanya kesepahaman pikiran dan kerja sama untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang disepakati setiap orang. Dalam hal ini pembelajaran IPA diharapkan dapat melatih peserta didik untuk berkerja sama dalam menyelesaikan masalah supaya menghasilkan suatu kesimpulan dalam diskusi yang dapat disepakati oleh semua peserta didik.

  Dalam proses pembelajaran IPA peserta didik diharapkan aktif dalam pembelajaran untuk dapat menemukan sendiri mengenai informasi tentang materi yang mereka pelajari. Guru dapat berperan sebagai fasilitator yang menghubungkan siswa dengan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya tahu tentang apa yang dipelajarinya tetapi juga memahaminya.

  Pada kenyataannya, pelaksanaan proses pembelajaran IPA banyak yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA seperti yang terkandung dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 di atas. Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah kebanyakan masih belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam upaya mereka untuk mempelajari diri dan alam sekitarnya, peserta didik hanya mendapat pengetahuan dari penjelasan guru dan buku paket yang mereka baca tanpa adanya percobaan atau penyelidikan yang mereka lakukan untuk mengetahui bagaimana fakta, konsep, dan prinsip dari pengetahuan yang mereka pelajari itu terbentuk.

  Hal di atas terjadi juga pada proses pembelajaran di kelas 5 SD Negeri Tolokan Kec. Getasan dimana terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPA. Peserta didik cenderung pasif dalam proses pembelajaran, mereka terbiasa mendapatkan pengetahuan dari penjelasan guru dan buku paket serta LKS yang ada. Proses pembelajaran yang berjalan masih sangat terpusat kepada guru, guru terbiasa mentransfer pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik mengenai penjelasan-penjelasannya, sehingga peserta didik hanya menghafalkan dan tidak tahu gambaran nyatanya pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang berjalan demikian berdampak pada hasil belajar peserta didik yang belum optimal, hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya peserta didik yang nilai ulangan tengah semesternya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil belajar siswa kelas

  5 SD Negeri Tolokan Kec. Getasan pada nilai ulangan harian IPA dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1 Hasil Belajar UTS Siswa SD Negeri Tolokan Kec. Getasan Mata Pelajaran IPA semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017

  

Nilai Jumlah Siswa Presentase Keterangan

24 67 % Tuntas ≥ 70

  < 70 12 33 % Belum Tuntas Total Siswa 36 100%

  Sumber: Nilai UTS IPA Kelas 5 SD Negeri Tolokan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA adalah 70.

  Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat hampir sepertiga dari seluruh kelas masih belum mencapai KKM. Data tersebut memberikan gambaran bahwa proses pembelajaran yang terpusat kepada guru dan kurang aktifnya peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran berdampak pada hasil belajar yang tidak optimal.

  Berdasarkan permasalahan yang ada seperti yang dijabarkan di atas diperlukan adanya suatu perbaikan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Guru sebagai perencana proses pembelajaran memiliki peranan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Guru harus pandai dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran tertentu untuk mencapai hasil belajar peserta didik yang baik. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta untuk menemukan informasi sendiri dan membuat siswa tertarik kepada materi pelajaran yang akan diajarkannya. Guru juga harus bisa membuat siswa aktif dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak hanya terpusat kepada guru, dengan aktifnya siswa dalam pembelajaran akan melatih kemampuan-kemampuan mereka seperti kemampuan mengememukakan pendapat, bekerjasama dengan teman sebaya, membuat keputusan dll. Hal itu dapat disiasati dengan menggunakan model pembelajaran yang beragam agar siswa tidak bosan dan aktif dalam pembelajaran.

  Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dibuat untuk digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010: 51). mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

  Model pembelajaran adalah cara yang dipilih dan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih oleh guru mempunyai peranan penting terhadap hasil belajar siswa. Guru dapat menyesuaikan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan dan karakteristik siswanya. Dengan memilih model pembelajaran yang tepat dan kreatif siswa diharapkan dapat aktif dalam pembelajaran.

  Model Think Pair Share (TPS) merupakan strategi pembelajaran yang digagas oleh Profesor Frank Lyman di University of Mariland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang pendidikan pada masa-masa selanjutnya. Strategi ini mengenalkan gagasan menganai waktu tunggu atau berpikir (wait or think time) pada interaksi pembelajaraan kooperatif.

  Manfaat TPS antara lain: 1) memungkinkan siswa untuk bekerja secara individual dan bekerja sama dengan temannya. 2) mengoptimalkan partisipasi siswa. 3) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan gagasannya kepada orang lain. Kemampuan-kemampuan yang umumnya terlatih pada dengan menggunakan strategi ini adalah kemampuan berbagi informasi, bertanya, meringkas gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan kepada orang lain. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat dipadukan dengan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dengan melakukan eksperiman siswa akan aktif dalam pembelajaran dan mengetahui secara langsung bagaimana fakta, konsep, dan prinsip

  IPA terbentuk. Dari eksperimen yang dilakukan, selanjutnya peserta didik akan berlatih diskusi dengan kelompok untuk menyimpulkan hasil eksperimen dan mengungkapkan hasil diskusi mereka pada seluruh kelas.

  Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang mendukung keefektifan model Think Pair Share (TPS) yaitu :

  Penelitian yang dilakukan Fitriana Eka Marta (2014) yang berjudul

  

Penerapan Pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan Hasil Belajar

  

IPA Siswa Kelas 4 SDN 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran

2013/2014. Henokh Dwi Ariyanto (2014) yang berjudul Meningkatkan Kerjasama

dan Hasil Belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Think Pairs and Share

pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V SD Negeri Sumogawe 01

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014 . Rina Puji

  Rahayu (2013) yang berjudul Penerapan Strategi Inkuiri melalui Eksperimen untuk

  

meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Kemambang 02

Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013. Sumarni

  (2012) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Eksperimen

  

pada Siswa Kelas II Semester 2 SDN Simbangdesa 01 Kecamatan Tulis Kabupaten

Batang Tahun Pelajaran 2011/2012.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti lain seperti yang disebutkan di atas penggunaan model Think Pair Share (TPS) dan metode Eksperimen mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penggabungan model Think Pair Share (TPS) dan metode Eksperimen dilakukan untuk lebih mengoptimalkan hasil belajar yang akan dicapai. Model Think Pair Share (TPS) dipilih untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dengan diskusi yang dilakukan, dan metode Eksperimen dipilih untuk memberikan pengalaman kepada peserta didik dengan percobaan yang dilakukan. Pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk saling berkerja sama dalam menyikapi suatu persoalan diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga dapat dijadikan latihan antar siswa untuk saling bertukar pendapat guna mencapai suatu kesimpulan yang dapat memuaskan semua pihak. Oleh karena itu, timbul ketertatikan penulis untuk membuat penelitian tentang model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang digabungkan dengan metode Eksperimen, yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan model Think

  

Pair Share (TPS) dipadukan dengan Eksperimen pada Siswa Kelas 5 SD Negeri

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidenfikasi masalah yang ada dalam proses pembelajaran IPA di SD Negeri Tolokan Kec. Getasan diantaranya:

  1. Kurangnya keaktifan peserta didik pada proses pembelajaran IPA.

  2. Kurangnya inovasi guru dalam menerapkam model pembelajaran dimana model pembelajaran yang digunakan hanyalah metode ceramah dan buku paket.

  3. Terdapat lebih dari 30% peserta didik kelas 5 SD Negeri Tolokan Kec.

  Getasan yang belum mencapai KKM pada mata pelajaran IPA.

  1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah seperti di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model Think Pair Share (TPS) dipadukan dengan

  Eksperiman pada siswa kelas 5 SD Negeri Tolokan Kecamatan Getasan”.

  1.4 Tujuan Penelitian

  Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan untuk mengupayakan peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Tolokan Kecamatan Getasan melalui model Think Pair Share (TPS) dipadukan dengan Eksperimen.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Dari penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diberikan antara lain:

  1.5.1 Manfaat Teoritis Menjadi daftar rujukan bagi praktisi pendidikan dan peneliti lain tentang model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dipadukan dengan Eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

  1.5.2 Manfaat Praktis 1.

  Bagi Guru Manfaat yang dapat diambil guru dari penelitian ini adalah dapat menjadi tambahan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

  2. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

  3. Bagi Sekolah Memberikan variasi model pembelajaran di sekolah dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Definisi Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa X IPS

0 0 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa X IPS 2 SMA Kristen Satya Wa

0 0 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa X IPS 2 SMA Kri

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa X IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

0 1 64

Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mengajar Pada Materi Himpunan Siswa Kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa Disusun untuk persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika

0 0 19

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Assure dalam Meningkatkan Keterampilan Proses IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Asinan 01 Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Assure dalam Meningkatkan Keterampilan Proses IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Asinan 01 Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Assure dalam Meningkatkan Keterampilan Proses IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Asinan 01 Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Assure dalam Meningkatkan Keterampilan Proses IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Asinan 01 Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Assure dalam Meningkatkan Keterampilan Proses IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Asinan 01 Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 45