BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Definisi Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa X IPS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI

1. Definisi Belajar

  Menurut pengertian belajar secara psikologis, belajar juga merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan dalam arti belajar (Slameto,2010:2).

  Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengaruh sendiri (self regulated) (Wina Sanjaya, 2006:107).

  Selanjutnya ada, yang mendefinisikan:” belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (S. Nasution, 1989: 21).

  Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik (Muhhibin Syah, 2010: 87). Menurut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Hasan Alwi, 2005 :756).

  Dimyati mendefinisikan belajar merupakan menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru (Dimyati, dkk, 2006:84).

  Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Namun demikian, satu hal sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh iktikad dan maksud tertentu. Dalam konteks merancang sistem belajar, konsep belajar ditafsirkan berbeda. Belajar dalam hal ini harus dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu. Maksudnya agar proses belajar dan hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol secara cermat. Guru dengan sengaja menciptakan kondisi dan lingkungan yang menyediakan kesempatan belajar kepada para siswa untuk mencapai tujuan tertentu, dilakukan dengan cara tertentu dan diharapkan memberi hasil tertentu pula kepada siswa. Hal ini dapat diketahui melalui sistem penelitian yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Oemar Hamalik, 2001:154).

  Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal hal-hal yang telah dipelajarinya. Perlu dipahami bahwa pemerolehan pengetahuan maupun upaya penambahan pengetahuan hanya salah satu bagian kecil dari kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (M.Thobroni.2015:16).

2. Prestasi Belajar

  Menurut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh perhubungan berkondisi antara stimulus dan respons (Winarno Surakhmad, 1973: 61).

  Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi memiliki makna yang berarti hasil yang sudah dicapai. Hasil dari prestasi belajar ini ditunjukkan dengan nilai atau angka oleh guru kepada siswanya, sebagai bentuk penghargaan atas apa yang telah dikerjakan oleh siswanya (I Wayan Badrika, 2006:3).

  Pada umumnya prestasi belajar (achievement) dikaitkan dengan skore hasil tes yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti atau melakukan suatu pengalaman belajar. Dalam bidang akademik, prestasi belajar dinyatakan sebagai pengetahuan yang dicapai atau ketrampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah.

  Prestasi belajar merupakan sederet kompetensi yang dimiliki oleh para lulusan. Menurut Good (1969), prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam suatu keahlian atau sekumpulan pengetahuan. Lebih jelas lagi, Battersby (2001) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan perpaduan pengetahuan, kemampuan (ketrampilan) dan sikap (nilai, watak kecenderungan) yang bersifat mendasar dan bertahan lama yang diperlukan oleh lulusan suatu program atau jurusan.

  Prestasi belajar secara lebih spesifik dirumuskan sebagai terminal behaviour

  konquren dengan tujuan pengajaran untuk setiap peserta didik pada kelas

  tertentu dalam satu kurun waktu tertentu (tahun ajaran). Menurut Davis (1985), tujuan test prestasi belajar berupa knowledge, understanding, and skills peserta didik dalam satu waktu tertentu yang memprediksi performance dan kompetensi peserta didik dalam materi/mata pelajaran yang dipelajari peserta didik dalam satu rentang waktu tertentu (cawu atau tahun pelajaran).

  Menurut Dewanto (1976), dalam prestasi belajar diwujudkan suatu sasaran evaluasi bagi peserta didik yang meliputi sikap, penguasaan materi pelajaran

  

(knowledge), kecakapan-kecakapan (skills). Sedangkan dalam bukunya, Thomas

  (2001) menyatakan bahwa pada sumber lain disebut prestasi belajar itu meliputi 7 unsur yaitu pengetahuan, pemahaman, ketrampilan berpikir kritis, analitis, komunikasi, pemanipulasian informasi dan pemberdayaan peserta didik, yang semuanya dapat ditransfer.

  Berdasarkan kutipan diatas maka dapat dirumuskan bahwa prestasi belajar peserta didik adalah performance dan kompetisinya dalam mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran dalam satu satuan waktu selama semesteran, atau tahun akademik pelajaran (Soesilo, 2013:107).

3. Pembelajaran

   Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:17) mendefinisikan kata

  ‘’pembelajaran’’ berasal dari kata ‘’ajar’’ yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan ‘’pembelajaran’’ berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Kimble dan Garmezy (Pringgawidagda, 2002:20), pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.

  Selain itu, Rombepajung (1988:25) juga berpendapat bahwa pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu ketrampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran (M.Thobroni, 2015:16).

  Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa

  dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki, termasuk gaya belajar, maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sebagai suatu proses kerjasama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, tetapi guru dan siswa secara bersama-sama mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, kesadaran dan pemahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.

  Pembelajaran adalah terjemahan dari intruction yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-holistik yang menyiratkan adanya interaksi dan komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sudrajat,2011). Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media seperti media cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar (Agung;Wahyuni, 2013:3).

   Pembelajaran Sejarah

  Mata pelajaran sejarah telah diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari mata pelajaran IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermatabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dikemukakan bahwa materi sejarah 1.

  Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik; 2. Memuat khazanah mengenai peradaban bangsa-bangsa termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan.

  3. Menanamkan kesadaran kesatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa; 4. Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi kritis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;

  5. Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Adapun tujuan pembelajaran sejarah SMA, seperti yang tercantum dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

  1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

  2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.

  3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.

  4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indoneia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.

  5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional (Agung;Wahyuni, 2013:54).

4. Pengertian, Tujuan Dan Fungsi Mata Pelajaran Sejarah

  1. Pengertian Sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia hingga masa lampau hingga kini.

  2. Tujuan Pengajaran sejarah disekolah bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui pengajaran sejarah, siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Pengajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda, dan tujuan lainnya.

  3. Fungsi Mata Pelajaran Sejarah Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadaran siswa akan adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa dimasa lalu, masa kini, dan masa depan ditengah-tengah perubahan dunia (Agung;Wahyuni, 2013:55).

  

5. Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik

(PAILKEM)

  PAILKEM merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif Dan Menarik. PAILKEM bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Strategi PAILKEM senantiasa memposisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif, inovatif, lingkungan dimanfaatkan sebagai sumber belajar, kreatif, efektif dan menarik. Dalam proses pembelajaran PAILKEM itu terjadi dialog yang interaktif antara siswa dengan siswa, siwa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya.

  Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif.

  Dalam strategi pembelajaran yang inovatif ini, guru tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal- hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui aktivitas belajar yang dibangun melalui strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang dia pelajari.

  Strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang ada dalam buku yang merupakan pegangan guru. Dengan mengetahui lingkungan yang ada disekitarnya, maka kelak siswa setelah selesai belajar, dia akan berusaha memanfaatkan lingkungan ini sebagai sumber daya yang akan dikelolanya sebagai sumber yang dapat memberikan nilai tambah baginya.

  Pembelajaran yang kreatif juga sebagai salah satu strategi yang mendorong siswa untuk lebih bebas mempelajari makna yang dia pelajari. Pembelajaran yang kreatif jug sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.

  Strategi pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang belajar dimana dia telah membawa sejumlah potensi lalu dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan, dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas.

  Strategi pembelajaran yang menarik tentu tidak akan berjalan hampa tanpa dibarengi dengan penyiapan suasana pembelajaran yang mendorong siswa akan memperdalam apa yang dia pelajari. Dalam kaitan ini hal yang perlu disisapkan oleh guru adalah metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar, sehingga siswa merasa tertarik karena sesuai dengan apa yang diinginkan (Uno;Mohammad, 2011:10).

6. Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture Pembelajaran Kooperatif

  Panitz(Suprijono,2009:54) menyebutkan pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), yang selanjutnya disingkat CL. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Istilah ‘’kooperatif’’ digunakan dalam tulisan ini karena maknanya lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar.

  Menurut Johnson dan Johnson (dalam Isjoni dan Ismail 2008:152), CL adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok, sama dengan pengalaman individu maupun kelompok. Selanjutnya, menurut Lie (2008:12), sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai ‘’sistem pembelajaran gotong-royong’’ atau Cooperatif Learning. CL adalah pembelajaran yang berbasis sosial yang didasarkan pada falsafah homo homini socius.

  Nurhadi(2004:61) juga menambahkan bahwa CL adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh(tenggang rasa) untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbukan permusuhan. Hasil belajar yang diperoleh dalam CL tidak hanya berupa nilai-nilai akademis saja, tetapi juga nilai-nilai moral dan budi pekerti rasa tanggung jawab pribadi, rasa saling menghargai, saling membutuhkan, saling memberi, dan saling menghormati keberadaan orang lain disekitar kita (Thobroni, 2015:235).

  Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi (Uno;Mohammad, 2011:120).

  Model Pembelajaran Picture and Picture

  Menurut Suprjiono (2009), Picture and Picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example and Non Example, dimana gambar yang diberikan pada siswa harus dipasang atau diurutkan secara logis. Gambar-gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran. Untuk itulah, sebelum proses proses pembelajaran berlangsung, guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta berukuran besar. Gambar-gambar tersebut juga ditampilkan melalui bantuan powerpoint atau software-software lain (Huda, 2013 : 236). Langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture dapat diuraikan sebagai berikut: a.

  Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; b.

  Menyajikan materi sebagai pengantar; c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan materi; d.

  Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian; e. Memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis; f. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut; g.

  Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai; h.

  Kesimpulan (Uno;Mohammad, 2011: 81). Kelebihan strategi pembelajaran Picture and Picture antara lain: 1.

  Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa 2. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis, 3. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir;

  4. motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan; 5. siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

  Kekurangan strategi ini bisa mencakup hal-hal berikut: 1. memakan banyak waktu; 2.

  Membuat sebagian siswa pasif; 3. Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan dikelas;

  4. adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain;

  5. kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai (Huda, 2013 : 239).

B. PENELITIAN RELEVAN

  Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meingkatkan kualitas dalam pembelajaran salah satu diantaranya, yaitu: Hasil penelitian dari Maksima Amerta A. S. FKIP Universitas Sanata Dharma pada tahun 2015. Dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Penerapan Model Picture and

  Picture Siswa Kelas X C SMA Negeri 1 Mlati Tahun Ajaran 2013/2014”.

  Hasilnya ada pengaruh yang signifikan menggunakan model pembelajaran

  

Picture and Picture terhadap hasil belajar ranah kognitif pada siswa kelas X di

  SMA Negeri 1 MLATI yaitu nilai rata-rata pada kelas eksperimen yang diberikan model pembelajaran Picture and Picture lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggumakan model konvensional, Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata sebesar 71,3 pada keadaan awal meningkat menjadi 77,3 pada siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 95,53 pada siklus 2. Dari segi KKM, 9 siswa (29%) yang mencapai KKM pada keadaan awal, meningkat menjadi 20 siswa (62%) pada siklus 1 dan 32 siswa (100%) pada siklus 2. Peningkatan prestasi yang terjadi pada siklus 1 dari segi nilai rata-rata mencapai 77,3% dan pada segi KKM mencapai 33% dari pra siklus. Peningkatan prestasi yang terjadi pada siklus 2 dari segi nilai rata-rata mencapai 95,53 dan pada segi KKM mencapai 38% dari siklus

  1. Model pembelajaran Picture and Picture ini berhasil digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas seperti penelitian yang dilakukan oleh Sriyana Jumiasih (2008) penerapan CTL dengan model Picture and Picture untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS sejarah pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Ngaglik. Penelitian ini mendapat hasil bahwa penerapan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kelas XI IPS 1 SMA Ngaglik. Peningkatan tersebut dapat dilihat dimana pada saat pra tindakan ada 15 siswa (42,85%) yang mencapai KKM sebesar 75, sedangkan 20 siswa (57,14%) yang dinyatakan tidak tuntas KKM karena memiliki nilai di bawah 75, pada siklus 1 sebanyak 16 siswa (45,71%) yang mencapai KKM karena memiliki nilai di bawah 75, sedangkan 19 siswa (52,28%) yang dinyatakan tidak tuntas KKM karena memiliki nilai di bawah 75, pada siklus 2 sebanyak ada 27 siswa (81,81%) yang mencapai KKM sebesar 75, sedangkan 6 siswa (18,18%) yang dinyatakan tidak tuntas KKM karena memiliki nilai di bawah 75.5

  Kesimpulannya bahwa berdasarkan contoh diatas, membuktikan bahwa model pembelajaran Picture and Picture mampu memberikan keberhasilan dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa di dalam kelas. Maka dari itu, dengan mengacu pada penelitian dengan model pembelajaran Picture and Picture mengalami keberhasilan di atas. Diharapkan model pembelajaran Picture and

  Picture yang digunakan dalam penelitian di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga

  ini mengalami keberhasilan seperti contoh di atas. Sehingga, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

C. KERANGKA BERPIKIR

  Model Pembelajaran awal Dari 25 siswa, 12 Sebagian besar siswa kurang

  Guru masih menggunakan

  orang belum aktif dalam kegiatan

  metode ceramah, dan

  mencapai nilai pembelajaran dan terkesan pasif,

  belum menggunakan

  KKM 70 ketrampilan berpikir siswa

  model pembelajaran

  kurang serta siswa lebih asyik

  kooperatif

  berbicara dengan teman sebangku

  Model Picture and Picture Langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture: 1.

  Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2. Menyajikan materi sebagai pengantar; 3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan materi

  4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian; 5.

  Memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis; 6. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut; 7. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai

  8. Kesimpulan (Uno;Mohammad, 2011:81).

  Bagian Kegiatan Pembelajaran

a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

  b) Menyiapkan materi pembelajaran dan media pembelajaran yang diperlukan (lembar soal, angket dan puzzle dari kertas).

  c) Merancang pembelajaran dengan membentuk 5-6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang dipilih melalui pengambilan permen secara acak secara bergantian. Pengelompokan disesuaikan dengan jenis permen yang didapatkan oleh masing-masing siswa.

  d) Siswa diberi penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran Picture and Picture.

  e) Guru memberikan puzzle/potongan gambar dari kertas dan setiap kelompok mulai menyusun.

  f) Setiap kelompok bertugas merangkai potongan kertas lalu ditempelkan pada bingkai menjadi rangkaian yang utuh yang sudah disediakan oleh guru g)

  Setiap kelompok diwajibkan mencari sumber dari buku wajib maupun internet untuk mengumpulkan informasi tambahan h)

  Guru membimbing dan memberikan penjelasan serta pengarahan terhadap siswa yang belum memahami pembelajaran. i)

  Peserta didik saling bekerja sama membuat analisa pada tugas yang diberikan oleh guru lalu mempresentasikan di depan kelas sesuai urutan nomor perkelompok j)

  Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar pada materi tersebut Dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture hasil prestasi belajar pada mata pelajaran Sejarah siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga mengalami peningkatan.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan kerangka berfikir dapat dijelaskan bahwa ketika guru melakukan proses belajar mengajar belum menggunakan model pembelajaran

  Picture and Picture, tetapi masih menggunakan model ceramah dan diskusi.

  Pada kondisi tersebut siswa belum berpartisipasi aktif di dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang asyik bercerita dengan teman sebangkunya, dan ada siswa yang tidak memperhatikan guru saat mengajar. Rata-rata klasikal pada pra siklus yaitu 68, siswa yang belum tuntas ada 12 siswa dari 25 siswa.

  Melihat kondisi tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran

  Picture and Picture dalam penelitian ini, agar meningkatkan hasil belajar

  siswa sekaligus menjadikan siswa lebih aktif dan berpartisipasi selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan menggunakan model pembelajaran

  Picture and Picture pada mata pelajaran Sejarah, siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga mengalami peningkatan khususnya kelas X IPS 2.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka peneliti menyusun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pembelajaran Picture and Picture diduga dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas X IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester I Tahun 2017/2018 pada mata pelajaran IPS Sejarah.

Dokumen yang terkait

BAB VII SIMPULAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Resistensi Simbolik: Gerakan Perlawanan Simbol Adat terhadap Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kaimana

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Resistensi Simbolik: Gerakan Perlawanan Simbol Adat terhadap Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kaimana

0 0 19

1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak geografis - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi Kadeso dengan Nilai Gotong-Royong dalam Masyarakat Desa Randugunting Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang

0 0 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT

0 0 9

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Berbantua

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Power Point pada Siswa Kelas X Bahasa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Se

0 0 17

A. KOMPETENSI INTI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Power Point pada Siswa Kelas X Bahasa SMA Kristen Sat

0 0 26