BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Konsep Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah komitmen
perusahaan atau suatu entitas bisnis dalam berkontribusi untuk pengembangan
ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan
lingkungan (Untung, 2007).
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang disebut juga Corporate
Social Responsibility (CSR), secara teoritis sampai saat ini memiliki definisi yang
beragam atau kontradiksi. Salah satu definisi CSR yang terkenal adalah yang
diungkapkan oleh Caroll (1991) yang mendefinisikan CSR kedalam empat bagian
yaitu : tanggung jawab ekonomi (economic responsibilities), tanggung jawab
hukum (legal responsibilities), tanggung jawab etis (ethical responsibilities), dan
tanggung jawab filantropis (philanthropic responsibilities). Keempat bagian CSR
ini oleh Caroll digambarkan kedalam sebuah piramid yang dimulai dengan
tanggung jawab ekonomi sebagai dasar untuk tanggung jawab yang lain.
Pada saat yang sama, perusahaan diharapkan untuk mematuhi hukum,
karena hukum adalah kodifikasi yang dapat diterima masyarakat berkenaan
dengan perilaku yang dapat diterima dan perilaku yang tidak dapat diterima oleh

masyarakat. Selanjutnya, perusahaan harus bertanggung jawab secara etis. Dan
yang terakhir, perusahaan diharapkan untuk dapat menjadi warga perusahaan

10
Universitas Sumatera Utara

yang baik (good corporate citizen). Definisi mengenai CSR sangatlah beragam,
seperti definisi CSR yang dikemukan oleh World Bank (2002), sebagai berikut:
“.......... CSR is committment of business to contribute to sustainable economic
development working with employees and their representatives, the local
community and society at large to improve quality of live, in ways that are both
good for business and good for development. ..........”
Maksud dari definisi ini adalah CSR merupakan suatu komitmen bisnis untuk
berperan dalam pembangunan ekonomi yang dapat bekerja dengan karyawan dan
perwakilan mereka, masyarakat sekitar dan masyarakat yang lebih luas untuk
memperbaiki kualitas hidup mereka, dengan cara yang baik bagi bisnis maupun
pengembangan (Sumedi, 2010).
Commission of the European Communities (2001) mendefinisikan CSR
sebagai berikut :
“A concept whereby companies integrate social and environmental

concerns in their business operations and in their interaction with their
stakeholders on a voluntary basis.”
Dari

pengertian

di

atas

konsep

CSR

adalah

perusahaan

seharusnya


mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka
dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder secara sukarela.
Sementara menurut WBCSD (World Business Council for Sustainable
Development), yaitu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan
yang secara khusus bergerak dibidang “pembangunan berkelanjutan” (sustainable
development) mendefinisikan CS R sebagai berikut:

11
Universitas Sumatera Utara

“…CSR is the continuing commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality of life of the
workforce and their families as well as of the local community and society at
large.”
Ini berarti bahwa perusahaan harus dapat berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi beriringan dengan meningkatkan kualitas hidup tenaga
kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat luas. Ini bisa
dilakukan dengan cara berusaha untuk mengerti aspirasi dan kebutuhan
stakeholder dan kemudian berkomunikasi dan berinteraksi dengan para
stakeholder.

Akibat banyaknya definisi CSR yang sangat beragam, lebih lanjut dalam
penelitian Dahlsrud (2006) meneliti komponen yang terdapat dalam definisidefinisi CSR yang telah ada sebelumnya. Dahlsrud menemukan bahwa berbagai
definisi CSR yang diteliti secara konsisten mengandung lima komponen, yaitu :
ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku kepentingan dan voluntarisme. Jika hasil
analisis frekuensi diterapkan, maka urutan paling konsisten dari lima komponen
adalah pemangku kepentingan dan sosial (keduanya memiliki rasio 88%), disusul
ekonomi (86%), voluntarisme (80%), dan lingkungan (59%).
Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) menyatakan
bahwa CSR dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut :
1. Basic responsibility. Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab
yang pertama dari suatu perusahan yang muncul karena keberadaan
perusahaan tersebut seperti: perusahaan harus membayar pajak, memenuhi

12
Universitas Sumatera Utara

hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham.
Bila tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan
dampak yang sangat serius.
2. Organization responsibility. Pada level kedua ini menunjukan tanggung

jawab perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder
seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.
3. Sociental responses. Pada level ketiga ini, menunjukan tahapan ketika
interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian
kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara
berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya
secara keseluruhan.
Dalam ISO 26000:2010, guidance on social responsibility, menyebutkan:
“Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and
activities on society and the environment, through transparent and ethical
behaviour that contributes to sustainable development, health and the
welfare of society; takes into account the expectations of stakeholders; is
in compliance with applicable law and consistent with international norms
of behaviour; and is integrated throughout the organization and practiced
in its relationships.”
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek inti
tanggung jawab sosial dapat diurai dengan gambar berikut ini:

13
Universitas Sumatera Utara


(Gambar 2.1 Subjek Inti CSR)
Sumber: ISO 26000: 2010 Guidance on Social Responsibility
(dikutip dari www.csrindonesia.com)

2.2 Teori-Teori Dalam Corporate Social Responsibility (CSR Disclosure)
Berdasarkan buku yang ditulis oleh Lako (2010:5-6) ada beberapa teori
yang menekankan pentingnya perusahaan peduli dan melaksanakan CSR secara
tepat, sungguh-sungguh, dan konsisten, diantaranya yaitu:
(Teori stakeholder) menyatakan bahwa kesuksesan dan hidup matinya
sebuah perusahaan sangat bergantung pada kemampuannya menyeimbangkan
beragam kepentingan dari para stakeholder atau pemangku kepentingan. Bila
suatu perusahaan mampu, maka perusahaan akan meraih dukungan yang
berkelanjutan dan menikmati pangsa pasar, penjualan, serta laba. Dalam
perspektif teori stakeholder , masyarakat dan lingkungan merupakan stakeholder
inti perusahaan yang harus diperhatikan.

14
Universitas Sumatera Utara


Teori legitimasi (legitimacy policy) menyatakan bahwa perusahaan dan
komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat kerena keduanya terikat
dalam suatu “social contract” yang menyatakan bahwa keberadaan perusahaan
dalam suatu area karena didukung secara politis dan dijamin oleh regulasi
pemerintah dan parlemen yang merupakan representasi dari masyarakat. Dengan
demikian, ada kontrak sosial secara tidak langsung antara perusahaan dan
masyarakat di mana masyarakat memberi costs dan benefits untuk keberlanjutan
suatu korporasi. Karena itu, CSR merupakan suatu kewajiban asasi perusahaan
yang tidak bersifat suka rela.
Teori sustainabilitas korporasi (corporate sustainability theory) yang
menyatakan bahwa agar dapat hidup dan tumbuh secara berkelanjutan, korporasi
harus mengintegrasikan tujuan bisnis dengan tujuan sosial dan ekologi secara utuh.
Pembangunan bisnis harus berlandaskan pada tiga pilar utama yaitu ekonomi,
sosial, dan lingkungan secara terpadu, serta tidak mengorbankan kepentingan
generasi-generasi berikutnya untuk hidup dan memenuhi kebutuhannya. Dalam
perspektif teori ini, masyarakat dan lingkungan adalah pilar dasar dan utama yang
menentukan keberhasilan bisnis suatu perusahaan sehingga harus selalu diproteksi
dan diberdayakan.
Teori political economy menyatakan bahwa domain ekonomi tidak dapat
diisolasikan dari lingkungan di mana transaksi-transaksi ekonomi dilakukan.

Laporan keuangan (ekonomi) perusahaan merupakan dokumen sosial dan politik
serta juga dokumen ekonomi. Karena tidak dapat diisolasikan dari masyarakat
dan lingkungan, perusahaan wajib memperhatikan dan melaksanakan CSR.

15
Universitas Sumatera Utara

Teori keadilan (justice policy) menyatakan bahwa sisitem kapitalis pasar
bebas laba/rugi sangat tergantung pada the unequal rewards and priveleges yang
terdapat dalam laba dan kompensasi.

Laba/rugi mencerminkan ketidakadilan

antarpihak yang dinikmati atau yang diderita oleh suatu perusahaan. Oleh karena
itu, perusahaan harus adil terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang
sudah turut ikut menanggung dampak eksternalitas perusahaan melalui programprogram CSR.

2.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR Disclosure)
Pengungkapan adalah pengeluaran informasi yang ditujukan bagi pihakpihak yang berkepentingan. Tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure) adalah agar perusahaan

dapat menyampaikan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan
dalam periode tertentu. Penerapan CSR dapat diungkapkan perusahaan dalam
media laporan tahunan (annual report) perusahaan yang berisi laporan tanggung
jawab sosial perusahaan selama kurun waktu satu tahun berjalan (Rizkia, 2012).
Pengungkapan kaitannya dalam laporan keuangan, mengandung arti
bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup
mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut
harus lengkap, jelas, serta mampu menggambarkan secara tepat, mengenai
kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha
(Ghozali dan Chariri, 2007). Informasi yang dimuat dalam laporan tahunan ada
dua jenis. Yang pertama adalah laporan tahunan dengan pengungkapan wajib

16
Universitas Sumatera Utara

(mandatory disclosure) yaitu pengungkapan informasi yang wajib diberitahukan
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bapepam. Jenis yang kedua adalah laporan
tahunan

dengan


pengungkapan

sukarela

(voluntary

disclosure)

yaitu

pengungkapan informasi diluar pengungkapan wajib yang diberikan dengan
sukarela oleh perusahaan kepada para pemakai (Yularto dan Chariri, 2003). Salah
satu bagian dari pengungkapan sukarela yang diungkapkan dalam laporan tahunan
perusahaan yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pengungkapan melibatkan keseluruhan proses pelaporan. Ada metode
yang berbeda-beda dalam mengungkapkan informasi yang dianggap penting.
Pemilihan metode terbaik dari pengungkapan tiap-tiap kasus tergantung pada sifat
informasi yang ingin disampaikan serta kepentingan relatifnya. Menurut
Hendriksen dan Brenda (2002), metode yang biasa dipakai dalam pengungkapan

tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bentuk dan susunan laporan formal
b. Terminologi dan penyajian yang terinci
c. Informasi parenthis
d. Catatan kaki
e. Laporan dan daftar (schedule) pelengkap
f. Komentar dalam laporan auditor
g. Pembahasan dan analisis manajemen dan surat direktur utama
Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai isi dari
pengungkapan CSR itu sendiri (Chariri dan Ghozali, 2007). Dalam survei yang
dilakukan oleh Ernst dan Ernst(1998) dalam Chariri dan Ghozali (2007)

17
Universitas Sumatera Utara

menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu sosial (dan
lingkungan) jika pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat dikatagorikan
ke dalam kelompok berikut ini :
1. Lingkungan
2. Energi
3. Praktik bisnis yang wajar (fair)
4. Sumber daya manusia
5. Keterlibatan masyarakat
6. Produk yang dihasilkan
7. Pengungkapan lainnya
Ada berbagai motivasi bagi para manajer untuk sukarela melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu, seperti memutuskan untuk melaporkan informasi sosial
dan lingkungan. Deegan (2002) dalam penelitiannya merangkum beberapa alasan
yang dikemukakan oleh berbagai peneliti untuk melaporkan informasi sosial dan
lingkungan sebagai berikut :
1. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam UndangUndang.
2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi.
3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan.
4. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman.
5. Untuk memenuhi harapan masyarakat, mungkin mencerminkan suatu
pandangan yang sesuai dengan "komunitas lisensi untuk beroperasi".

18
Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang
sering disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social
accounting atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996)
diartikan sebagai suatu proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan
dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan
dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005).

2.4 Karakteristik Perusahaan dan CSR Disclosure
Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan
sukarela dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor
kualitas pengungkapan (Lang and Lundholm, 1993). Setiap perusahaan memiliki
karakteristik yang berbeda satu entitas dengan entitas lainnya. Lang and
Lundhlom (1993) dan Wallance (1994) membagi karakteristik perusahaan
menjadi tiga kategori yaitu, variabel struktur (structure-related variables),
variabel kinerja (performance-related variable), dan variabel pasar (marketrelated variables).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Anggraini (2006), Chanda Sari
(2010), Sembiring (2006), Rosmasita (2007) dan Apriwenni (2008) menggunakan
variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat leverage, sementara itu
Reverte (2008), Branco dan Rodrigues (2008) menggunakan pengungkapan media
dan sensitivitas industri. Penelitian yang dilakukan oleh Rizkia (2012)
menggunakan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, tipe industri atau profile,
leverage, dan pertumbuhan perusahaan. Ada juga Ahmad Nurkhin (2007), Hexana

19
Universitas Sumatera Utara

Sri Lastanti (2005), Angling Mahatma (2010) menggunakan kepemilikan saham
pemerintah, kepemilikan saham asing, struktur kepemilikan sebagai variabel
karakteristik perusahaan, sementara itu Rendro (2010), Theodora Hutabarat (2007)
menggunakan variabel ukuran dewan komisaris sebagai indikator karakteristik
perusahaan.

Haryanto dan Lady Aprilia (2007) menggunakan rasio ungkitan

(KIT), rasio likuiditas (LIK), basis perusahaan (BAS), umur emiten (MUR),
kepemilikan publik (PUB) dan kepemilikan asing (ASI) besar perusahaan (AKT)
dan good corporate governance (GCG) sebagai indikator karakteristik perusahaan.
Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 5 (lima) variabel,
yaitu : profitabilitas (ROA), umur perusahaan (AGE), leverage (LEV), ukuran
perusahaan (SIZE), dan ukuran dewan komisaris (UDK). Dengan alasan bahwa
kelima variabel tersebut secara umum dapat mewakili variasi dari beberapa
variabel di atas dalam pengungkapan CSR dan merupakan replikasi dari penelitian
sebelumnya.
2.4.1 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Profitabilitas juga
merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel
untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kapada pemegang saham
(Heinze, 1976 dalam Hackston & Milne (1996), hubungan antara profitabilitas
dan tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosial adalah bahwa ketika
perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi

20
Universitas Sumatera Utara

tentang sukses keuangan tersebut. Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas
rendah perusahaan akan berharap pengguna laporan akan membaca “good
news” kinerja perusahaan.
2.4.2 Umur Perusahaan
Menurut Poerwadarmita (2003:1338) defenisi umur adalah lama waktu
hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Menurut Widiastuti (2002)
dalam Rahmawati (2012:187) menyatakan bahwa umur perusahaan dapat
menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu bersaing. Dalam
undang-undang no.8 tahun 1997 perusahaan didefinisikan sebagai berikut:
“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap
dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba , baik
yang diselenggarakan oleh orang perorangan, maupun badan usaha yang
berberentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan
berkedudukan di wilayah Indonesia”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu

perusahaan yang

menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dalam dunia
usaha dan mampu mempertahankan kesinambungan usahanya serta merupakan
bagian dari dokumentasi yang menunjukan tujuan dari perusahaan tersebut.
Umur perusahaan, diproksikan sejak perusahaan terdaftar di BEI. Umur
perusahaan dihitung dengan tahun berjalan dikurangi dengan tahun terdaftar
perusahaan di BEI atau tahun IPO.

21
Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Tingkat Leverage
Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata
ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan
gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat
dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Perjanjian terbatas seperti
perjanjian hutang yang tergambar dalam tingkat leverage dimaksudkan
membatasi kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan antar
pemegang saham dan pemegang obligasi (Jensen dan Meckling, 1976; dalam
Belkaoui dan Karpik, 1989).
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage
yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan
Meckling, 1976 dalam Anggraini, 2006).
Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Sembiring (2005)
keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial akan mengikuti suatu
pengeluaran untuk pengungkapan yang menurunkan pendapatan. Sesuai
dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi akan mengurangi perngungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya
agar tidak menjadi soratan debtholders. Hasil penelitiannya menunjukkan
leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan Corporate
Social Responsibility.
Menurut Schipper (1981) dan Meek et. al., (1995) dalam Anggraini
(2006)

menyebutkan

bahwa

tambahan

informasi

diperlukan

untuk

22
Universitas Sumatera Utara

menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak
mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih
luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.
2.4.4 Ukuran Perusahaan ( Firm Size)
Ukuran perusahaan (firm size) merupakan salah satu variabel yang
banyak digunakan untuk menjelaskan mengenai variasi pengungkapan dalam
laporan tahunan perusahaan. Terdapat beberapa penjelasan mengenai pengaruh
ukuran perusahaan terhadap kualitas ungkapan. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai penelitian empiris yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
pengaruh total aktiva hampir selalu konsisten dan secara statistik signifikan.
Beberapa penjelasan yang mungkin dapat menjelaskan fenomena ini adalah
bahwa perusahaan besar mempunyai biaya informasi yang rendah, perusahaan
besar juga mempunyai kompleksitas dan dasar pemilikan yang lebih luas
dibanding perusahaan kecil (Cooke, 1989 dalam Rosmasita, 2007). Perusahaan
besar merupakan entitas bisnis yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih
besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab
sosial. Akan tetapi, tidak semua penelitian mendukung hubungan antara size
perusahaan dengan CSR. Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan
hubungan kedua variabel ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Robert
(1992) dalam Sembiring (2005), sedangkan penelitian yang berhasil
menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain, Anggraini (2006), dan
Sembiring (2005).

23
Universitas Sumatera Utara

2.4.5 Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang
berbadan hukum perseroan terbatas yang berfungsi mengawasi pengelolaan
perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung
jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab
mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern
perusahaan (Mulyadi, 2002).
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris,

Sembiring (2005)

menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka
akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring yang
dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan semakin besar untuk
mengungkapkannya. Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap
sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab
untuk

memonitor

tindakan

manajemen

puncak.

Dikaitkan

dengan

pengungkapan informasi oleh perusahaan, kebanyakan penelitian menunjukkan
adanya hubungan positif antara berbagai karakteristik dewan komisaris dengan
tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan.

2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan pengungkapan sosial perusahaan telah
banyak dilakukan di Indonesia dengan karakteristik perusahaan yang berbedabeda dan hasil penelitian yang berbeda-beda pula.

24
Universitas Sumatera Utara

Reverte (2008) menggunakan 7 variabel yaitu, ukuran (size)
perusahaan,

sensitivitas

industri,

profitabilitas

perusahaan,

struktur

kepemilikan perusahaan, pengungkapan media, international listing, leverage.
Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa ukuran (size) perusahaan,
sensitivitas industri, pengungkapan media, berpengaruh positif terhadap indeks
pengungkapan CSR perusahaan. Sedangkan profitabilitas perusahaan, struktur
kepemilikan, international listing, leverage, tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan pada indeks pengungkapan CSR.
Sembiring (2005) menyatakan bahwa size perusahaan, profile dan
ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR
perusahaan. Sedangkan tingkat leverage dan profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan.
Anggraeni (2006) menggunakan 5 karakteristik perusahaan yaitu
ukuran perusahaan, kepemilikan manajemen, profile perusahaan, leverage dan
profitabilitas. Penelitian ini menemukan profile perusahaan dan kepemilikan
manajemen mempunyai pengaruh terhadap kuantitas pengungkapan sosial
laporan tahunan emiten di BEI. Sementara rasio ukuran perusahaan, leverage,
dan profitabilitas tidak mempengaruhi kuantitas pengungkapan laporan
tahunan emiten di BEI.
Penelitian yang dilakukan oleh Rizkia (2012)

menyatakan bahwa

ukuran perusahaan dan profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR sedangkan tipe industri atau profile memiliki pengaruh

25
Universitas Sumatera Utara

negatif terhadap pengungkapan CSR dan leverage serta pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Lady Aprilia (2007)
menyatakan bahwa rasio ungkitan (KIT), rasio likuiditas (LIK), basis
perusahaan (BAS), umur emiten (MUR), kepemilikan publik (PUB) dan
kepemilikan asing (ASI) tidak signifikan dan variabel besar perusahaan (AKT)
dan good corporate governance (GCG) signifikan dan berpengaruh positif
terhadap variabel dependen yaitu kualitas pengungkapan sukarela.
Secara ringkas dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No

1.

2.

Nama
Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Eddy
Rismanda
Sembiring
(2005)

Fr. Reni
Retno
Anggraini
(2006)

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Karakteristik
Perusahaan dan
pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial: Study
Empiris pada
Perusahaan yang
tercatat di BEJ

X1: Size
X2: Profitabilitas,
profil
X3: Profile
perusahaan
X4: Ukuran dewan
komisaris
X5: Leverage
Y: CSR disclosure

Size, profile, dan
ukuran dewan
komisaris
berpengaruh secara
signifikan terhadap
pengungkapan
sosial sedangkan
leverage dan
profitabilitas tidak
berpengaruh.

Pengungkapan
Informasi Sosial
dan Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi

X1: Kepemilikan
manajemen
X2: Leverage
X3: Ukuran
perusahaan

Kepemilikan
manajemen dan
tipe industri
berpengaruh
terhadap luas

26
Universitas Sumatera Utara

3.

Carmelo
Reverte
(2008)

Pengungkapan
Informasi Sosial
dalam Laporan
Keuangan
Tahunan (Studi
Empiris pada
PerusahaanPerusahaan yang
terdaftar BEI)
Determinants of
Corporate Social
Responsibility
Disclosure
Ratings by
Spanish Listed
Firms

X4: Tipe industri
X5: Profitabilitas
Y: CSR disclosure

pengungkapan
sosial. Sedangkan
leverage,
profitabilitas, dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
secara nyata.

X1: Ukuran
perusahaan
X2: Sensitivitas
industri
X3: Profitabilitas
perusahaan
X4: Struktur
kepemilikan
perusahaan
X5: Pengungkapan
media
X6: International
listing
X7: Leverage
Y : CSR disclosure

Ditemukan bahwa
ukuran perusahaan,
sensitivitas
industri,
pengungkapan
media,berpengaruh
positif terhadap
CSR disclosure
perusahaan.
Sedangkan
profitabilitas
perusahaan,
struktur
kepemilikan,
international
listing, leverage,
tidak mempunyai
pengaruh yang
signifikan pada
CSR disclosure
perusahaan.

27
Universitas Sumatera Utara

4.

Rizkia
Anggita
Sari
(2012)

Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap
Corporate Social
Responsibility
Disclosure
Pada Perusahaan
Manufaktur
Yang Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia

X1: Tipe industry
(profile)
X2: Ukuran
perusahaan (size)
X3: Profitabilitas
perusahaan
X4: Leverage
X5: Pertumbuhan
perusahaan
Y : CSR disclosure

Ditemukan bahwa
ukuran perusahaan
dan profitabilitas
memiliki pengaruh
positif terhadap
pengungkapan
CSR sedangkan
tipe industri atau
profile memiliki
pengaruh negatif
terhadap
pengungkapan
CSR dan leverage
serta pertumbuhan
perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
CSR.

5.

Haryanto
dan Lady
Aprilia
(2007)

Asosiasi Antara
Karakteristik
Perusahaan dan
Kualitas
Pengungkapan
Sukarela Dalam
Laporan Tahunan

X1: rasio ungkitan
(leverage)
X2: rasio likuiditas
X3: basis perusahaan
X4: umur
perusahaan
X5: kepemilikan
publik
X6: kepemilikan
asing
X7: variabel besar
perusahaan
X8: good corporate
governance
Y : Pengungkapan
Sukarela

Ditemukan bahwa
rasio ungkitan,
rasio likuiditas,
basis perusahaan,
umur emiten,
kepemilikan publik
dan kepemilikan
asing tidak
signifikan dan
variabel besar
perusahaan dan
good corporate
governance
signifikan dan
berpengaruh positif
terhadap kualitas
pengungkapan
sukarela.

Sumber : Data sekunder yang diolah

28
Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konseptual
Corporate social responsibility (CSR) menurut Sembiring (2005) diartikan
sebagai suatu proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari
kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan
terhadap masyarakat secara keseluruhan.

CSR dihitung

atau diukur dengan

menggunakan metode content analysis dengan kategori pengungkapan yang
digunakan konsisten dengan penelitian yang dilakukan Sembiring (2005) yang
terdiri dari 78 item pengungkapan. Skala pengukuran yang digunakan adalah bila
item informasi tidak ada maka akan diberi skor 0, sedangkan bila item informasi
yang ditentukan ada dalam laporan tahunan maka akan diberi skor 1.
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan atau entitas bisnis
dalam menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham.
Dalam kaitannya dengan CSR,

menurut Donovan dan Gibson (2000) dalam

Sembiring (2005) bila suatu perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi maka
perusahaan atau manajemen menganggap tidak perlu untuk melaporkan hal-hal
yang dapat mengganggu informasi tentang suksesnya kuangan tersebut. Namun
sebaliknya bila perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang rendah, maka
perusahaan akan berharap agar pengguna laporan membaca “good news” dari
kinerja perusahaan, seperti dalam lingkup sosial dengan demikian investor akan
tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

29
Universitas Sumatera Utara

Umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu perusahaan yang
menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dalam dunia usaha
dan mampu mempertahankan kesinambungan usahanya serta merupakan bagian
dari dokumentasi yang menunjukan tujuan dari perusahaan tersebut. Pada
umumnya, perusahaan dengan umur yang lebih lama cenderung lebih banyak
mengungkapkan informasi sosial dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki
umur bediri yang lebih sedikit. Umur perusahaan, diproksikan sejak perusahaan
didirikan. Umur perusahaan dihitung dengan tahun berjalan dikurangi dengan
tahun perusahaan tercatat di BEI (Ansah, 2000 dalam Sembiring, 2003).
Leverage merupakan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap hutang
dalam membiayai kegiatan operasinya, sehingga leverage juga mencerminkan
tingkat resiko keuangan perusahaan. Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) dalam
Sembiring (2005), keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial akan
mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang menurunkan pendapatan.
Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage
yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang
dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders.
Ukuran perusahaan (Size) adalah variabel yang banyak digunakan untuk
menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan
tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan
informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan
besar merupakan entitas bisnis yang paling disoroti dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui

30
Universitas Sumatera Utara

pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar
dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.
Dewan komisaris dianggap sebagai suatu mekanisme pengendalian
internal yang dianggap bertanggung jawab untuk memonitor atau mengawasi
tindakan manajemen puncak. Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris,
Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan
memonitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan
semakin besar untuk mengungkapkannya. Berdasarkan teori agensi, dewan
komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang
bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Dikaitkan
dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan, kebanyakan penelitian
menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai karakteristik dewan
komisaris dengan tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan.
Berdasarkan analisis dalam landasan teori dan penelitian terdahulu yang
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR di atas,maka dapat
digambarkan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:

31
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2 Skema Kerangka Konseptual

Profitabilitas
(ROA)
Umur Perusahaan
(Age of the Firm)

Financial Leverage

CSR Disclosure

(LEV)

(CSR)

Ukuran Perusahaan
(Size)

Ukuran Dewan
Komisaris
(UDK)

2.7 Hipotesis Penelitian
Dari konsep dan uraian kerangka konseptual diatas, maka hipotesishipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.7.1 Hubungan Profitabilitas dengan CSR
Hubungan antara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan
profitabilitas perusahaan telah diyakini mencerminkan pandangan bahwa reaksi
sosial memerlukan gaya manajerial yang sama dengan gaya manajerial yang

32
Universitas Sumatera Utara

dilakukan pihak manajemen untuk membuat suatu perusahaan memperoleh
keuntungan (Bowman dan Haire, 1976 dalam Sembiring, 2003).Penelitian
yang dilakukan oleh Sembiring (2005), Anggraini (2006), Carmelo Reverte
(2008) mengungkapkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh yang signifikan
terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Rizkia (2012) mengungkapkan bahwa profitabilitas memiliki
pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan.
Mengingat ketidakkonsistenan dari hasil penelitian para ahli yang telah
dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini menguji kembali pengaruh
profitabilitas terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur sub sektor
aneka industri dalam laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia, maka hipotesis
yang dikemukakan:
H1 :

Profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR suatu perusahaan.

2.7.2 Hubungan Umur Perusahaan dengan CSR
Hubungan

antara

umur

perusahaan

dengan

pengungkapan

tanggung jawab sosial suatu perusahaan dicerminkan dengan lamanya suatu
perusahaan berdiri dan melakukan kegiatan bisnisnya.

Perusahaan dengan

umur yang lebih lama pada umumnya cenderung melaporkan pengungkapan
sosialnya. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Lady Aprilia (2007)
mengungkapkan bawa umur perusahaan memiliki pengaruh yang tidak
signifikan dan negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial,

33
Universitas Sumatera Utara

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yularto dan Chariri (2003)
mengungkapkan bahwa umur perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap
pengungkapan sosial suatu perusahaan.
Dari uraian di atas, dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
H2 :

Umur

perusahaan

(AGE)

berpengaruh

terhadap

pengungkapan CSR suatu perusahaan.

2.7.3 Hubungan Tingkat Leverage dengan CSR
Perjanjian terbatas seperti perjanjian hutang dimaksudkan membatasi
kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan antar pemegang
saham dan pemegang obligasi (Jensen dan Mecling, 1976; Smith dan Warner,
1979 dalam Belkaoui dan Karpik, 1989). Keterbatasan salah satunya termasuk
dalam batas leverage keuangan (rasio hutang jangka panjang terhadap total
asset). Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) keputusan untuk mengungkapkan
informasi sosial akan mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang
menurunkan pendapatan. Hasil penelitiannya menemukan pengaruh signifikan
dan negatif leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
(Sembiring, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Carmelo Reverte (2008), Anggraini
(2006), Sembiring (2005) menunjukkan bahwa leverage tidak berpengarug
terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Apriwenni (2008) menunjukan bahwa leverage memiliki
pengaruh

terhadap

pengungkapan

CSR

suatu

perusahaan.

Dari

34
Universitas Sumatera Utara

ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu tersebut, maka peneliti menguji
kembali variabel tersebut sehingga dikemukakanlah hipotesis sebagai berikut :
H3 :

Leverage perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR suatu perusahaan.

2.7.4 Hubungan Ukuran Perusahaan (Size) dengan CSR
Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak
digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan
perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar
yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan
informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Di
samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti,
pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai
wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2000).
Penelitian oleh Carmelo Reverte (2008), Sembiring (2005), Branco
dan Rodrigues (2008), serta Apriwenni (2008) menunjukkan adanya pengaruh
ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan. Sedangkan
penelitian oleh Anggraini menunjukkan tidak adanya pengaruh ukuran
perusahaan terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan. Dari perbedaan
hasil penelitian tersebut, maka peneliti melakukan pengujian kembali dengan
hipotesis sebagai berikut :
H4 :

Ukuran

perusahaan

(Size)

berpengaruh

terhadap

pengungkapan CSR suatu perusahaan.

35
Universitas Sumatera Utara

2.7.5 Hubungan Ukuran Dewan Komisaris dengan CSR
Sehubungan dengan ukuran dewan komisaris (UDK), Coller dan
Gregory (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar
jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk
mengendalikan CEO dan memonitoring yang dilakukan akan semakin efektif.
Jika dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan
terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Dari
uraian tersbut, disusun hipotesis sebagai berikut :
H5 :

Ukuran dewan komisaris (UDK) memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan CSR suatu perusahaan.

2.7.6 Hubungan Profitabilitas, Umur Perusahaan, Leverage, Ukuran
Perusahaan, dan Ukuran Dewan Komisaris terhadap CSR
H6 :

Profitabilitas (ROA), Umur Perusahaan (AGE), Leverage
(LEV), Ukuran Perusahaan (SIZE), dan Ukuran Dewan
Komisaris (UDK) memiliki pengaruh secara simultan terhadap
pengungkapan CSR suatu perusahaan.

36
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Garmen Dan Tekstil Yang Terdaftar Di Bei Dengan Menggunakan Metode Altman’s Z-Score

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan - Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Garmen Dan Tekstil Yang Terdaftar Di Bei Dengan Menggunakan Metode Altman’s Z-Score

0 0 19

B. Industri Keramik, Porselen dan Kaca - Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi - Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 12

Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Suatu Studi Kasus Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI

0 0 30

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Suatu Studi Kasus Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI

0 0 13

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Suatu Studi Kasus Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI

0 0 13

BAB III METODE PENELITIAN - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 40