Menyelami Sistem Pendidikan Jepang dalam

Menyelami Sistem Pendidikan Jepang dalam Novel Tottochan :Gadis Kecil di Jendela
diposting oleh retnosari-fib13 pada 29 June 2014
di Kesusastraan - 0 komentar
Pada zaman Restorasi Meiji (Meiji Ishin) tahun 1868 dan dekade sesudahnya, bangsa
Jepang telah mengejutkan dunia dengan mereformasi dunia pendidikan secara menyeluruh
sesuai dengan dunia Barat. Padahal, sebelum zaman Restorasi Meiji, Jepang menerapkan
pendidikan berdasarkan sistem feodal. Namun, sejak Restorasi Meiji dikibarkan, pemerintah
Jepang mulai giat menerjemahkan dan menerbitkan berbagai macam buku dari ilmu
pengetahuan, sastra, hingga filsafat. Kemudian, banyak pemuda dikirim untuk ke luar negeri
dan belajar sesuai bidangnya. Dikirimnya mereka bertujuan untuk menanamkan keyakinan
bahwa Jepang akan dapat “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah” dengan kemajuan dunia
Barat. Sebagai bangsa literal dengan minat baca yang tinggi dan memiliki ciri ‘kehausan yang
tidak pernah puas akan pengetahuan’, wajar jika bangsa Jepang menjadi maju dalam bidang
pendidikan.

Salah satu contoh penerapan pendidikan di Jepang adalah sistem pendidikan di
Tomoe Gakuen dalam “Madougiwa no Tottochan”. Novel yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan judul “Totto-chan : Gadis Kecil di Jendela” ini merupakan
autobiografi yang ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi. Novel Totto chan ini merupakan
otobiografi yang ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi. Novel Totto-chan karya Tetsuko
Kuroyanagi merupakan salah satu contoh hasil dari karya sastra.


Di dalam novel “ Totto-chan karya Tetsuko Kuroyanagi” syarat akan nila-nilai
pengajaran, sehingga novel ini cocok dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologis
pendidikan dikarenakan sistem pendidikan yang diterapakan Kobayashi-san sangat unik dan
tenyata menjadi terkenal sekarang ini.

Kurikulum yang diterapkan di Tomoe Gakuen oleh Sosaku Kobayashi mengunakan
sistem pembelajar aktif (active learning), dimana anak bukan pasif duduk diam menerima
pelajaran tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan lebih baik serta pendidikan harus
difokuskan pada anak secara keseluruhan dan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungannya dan semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya, mulai dari
kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, semua golongan etnis, sampai pada semua lapisan
ekonomi-sosial. Sistem ini tidaklah asing karena Kobayashi-san secara tidak langsung
menerapan sistem pendidikan dengan basic psikologi pendidikan. Dimana Sosaku Kobayashi
merupakan pelopor pertama di Jepang yang menerapakan sistem ini. Sistem pendidikan
psikologi ini di dapat Sosaku Kobayashi dari perjalannya berkeliling dunia dan mengunjungi
banyak tempat untuk mengamati sistem sekolah dan pembelajarannya. Oleh karena ini sistem
yang diajarkan oleh Kobayashi di Tomoe, sangat erat hubunganya dengan psikologi
pendidikan. Ini bisa dilihat dari beberapa kutipan dibawah ini :


Yang paling aneh dari sekolah ini adalah pelajarannya. (hal 37)

Tomoe Gakuen memiliki peraturan yang berbeda dari sekolah-sekolah lain Murid diberi
kebebasan untuk mengembangkan bakatnya masing-masing. Murid tidak dikekang dalam
menentukan mata pelajaran yang akan diikuti muridmuridnya. untuk melakukan hal yang
ditentukan, mekainkan diberi kebebasan sepenuhnya untuk memilih yang menarik hatinya.
Dengan pemberian kebebasan ini, murid akan lebih bisa mengembangkan bakat dan minatnya
pada hal tertentu tanpa merasa terkekang.

Seperti yang akan diketahuinya kemudian, jika di pagi hari murid-murid bekerja keras dan
menyelesaikan semua tugas dalam daftar yang ditulis guru di papan tulis,biasanya mereka
diijinkan berjalan-jalan setelah makan siang. (hal. 48)

Apabila di pagi dan siang harinya murid-murid telah giat mengikuti pelajaran dan belajar
dengan tekun, maka mereka boleh memilih apa yang ingin dilakukan. Biasanya mereka akan
memilih untuk berjalan-jalan di sekitar Tomoe. Setiap hal yang baik akan mendapatkan
balasan yang baik pula. Berlaku juga sebaliknya, hal yang buruk akan mendapatkan balasan
yang buruk pula. Karena para murid telah melakukan tugas mereka dengan baik, mereka
berhak mendapatkan hadiah yang menyenangkan hati mereka. Mereka bebas meminta hadiah
apa pun yang mereka inginkan.


Setelah berjalan kira-kira sepuluh menit, Guru berhenti. Dia menunjuk beberapa kuntum
bunga berwarna kuning dan berkata, “Lihat bunga sesawi itu. Kalian tahu mengapa bungabunga mekar?”(hal. 49)

Sambil berjalan- jalan di sekitar sekolah, Guru mengarahkan murid pada hal yang banyak
terjadi secara alami sebagai contoh yang mudah dimengerti. Murid-murid tanpa sadar belajar
tentang pendidikan biologi. Belajar tidak harus di dalam kelas. Belajar dapat dilakukan di
mana saja dan kapan saja, tanpa terpengaruh ruang dan waktu. Murid akan lebih bisa
memahami pelajaran yang diberikan apabila disertai dengan praktik secara langsung.

Pengaruh sistem pendidikan dengan pendekatan psikologi yang diterapkan oleh
Sosaku Kobayashi di Tome Gakuen pada anak didiknya dan masing-masing kepribadian anak
didiknya terutama pada kepribadian Totto-chan bisa dilihat dari kutipan berikut :

a.

Memberi Kebebasan Pada Anak Untuk Berekspresi
Hal ini ditampilkan pada halaman 100, 111 dan 220.
Kepala Sekolah selalu meminta para orangtua agar menyuruh anak-anak mereka
mengenakan pakaian paling usang untuk bersekolah di Tomoe. (hal. 111)


Selain cara pengajaran yang berbeda dengan sekolah-sekolah biasa, sebagian besar
jam pelajaran di Tomoe diisi dengan pelajaran musik. (hal. 100)
Murid-murid Tomoe tidak pernah mencoret-coret jalanan atau dinding rumah orang,
karena mereka punya banyak kesempatan untuk melakukannya di sekolah. (hal. 220)
Metode diatas digunakan untuk membuat anak-anak merasa senang serta metode
mengajar tersebut membuat murid-murid merasa dihargai, dan diberi kebebasan
memilih sehingga keberanian mengambil keputusan akan berkembang. Begitu pula
yang dirasakan pada Totto-chan.

b. Menjaga dan Memupuk Bibit-Bibit Keberanian Anak Dalam Mengambil Tindakan
Hal ini ditampilkan pada halaman 121 – 122.
Pada suatu siang hari Kepala Sekolah berkata,“Kurasa kita semua harusbelajar
berbicara lebih baik. Bagaimana menurut kalian?” (hal. 121-122)
“Kalian tak perlu merasa harus jadi pembicara yangbaik,” katanya. (hal. 122)
Dalam hal ini kepala Sekolah berusaha menjaga agar bibit-bibit keberanian
mengambil tindakan yang mulai tumbuh di dalam jiwa muridnya tidak mati. Agar
kelak saat umurnya bertambah, si anak akan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuan diri sendiri dalam menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapinya.
Sebuah tindakan yang dilandasi empati luar biasa terhadap perkembangan

kepribadian seorang anak.

Dan masih banyak lagi pengaruh yang ditimbulkan oleh sistem pengajara di Tomoe
Gakuen ini terhadap kepribadian murid-muridnya

I.

Identitas Buku
Judul asli
Judul terjemahan
Penulis asli
Alih bahasa
Penerbit
Halaman
Cetakan
ISBN

II.

:

:
:

:

: Totto-chan, The Little Girl At The Window
Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela
Tetsuko Kuroyanagi
Widya Kirana
: PT Gramedia Pustaka Utama
: 272 halaman
: Ke-3, September 2003
979-22-0234

Pratinjau
Penuh humoris!!!
Itulah kesan pertama yang dapat saya katakan setelah membaca novel yang
berjudul “Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela” yang di tulis oleh “ Tetsuko
kuroyanagi”. Sebuah pengalaman hidup yang nyata, deskripsi yang diberikan
penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada di sana.

Penulis mengambil teknik penulisan yang sederhana dengan sudut pandang orang
ketiga. Penokohan yang digunakan oleh penulis tercermin melalui adegan-adegan
nyata dan dialog yang diucapkan masing-masing karakter. Melalui novel ini, sang
penulis juga menjelaskan teman-temanya di masa kanak-kanak yang masih lekat
dalam ingatanya sebagai kenangan terindah yang tidak akan ia lupakan.
Kepiawaian penulis dalam menuliskan cerita sangat tampak dalam bahasanya
sebagai seorang anak-anak meskipun saat ini Tetsuko sudah dewasa, ia seolah
kembali ke masa kanak-kanaknya dan becerita kepada para pembaca dengan
begitu lancarnya.
Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya. Mulai dari
kebijaksanaan sang ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih
duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah dikeluarkan. Bagaimana apabila
saat itu sang ibu malah menyahkan Totto-chan? Ia pasti tidak dapat merasa begitu
bersemangat dan menjalani hari dengan bahagia sejak hari pertamanya bersekolah
di Tomoe Gakuen! Sebagai pelajar, adakah seorang dari kita yang merasa begitu
semangat dan tidak sabar menunggu pagi hanya untuk pergi ke sekolah?

III.

ISI

Unsur Intrinsik
Tema:

-

Tema dari novel ini sangatlah menarik, yaitu Pendidikan.
Alur:
Maju mundur (Kejadianya seminggu yang lalu. Mama dipanggil wali kelas Tottochan yang langsung berbicara tanpa basa- basi.”Purti anda mengacaukan kelas
saya. Saya terpaksa meminta anda memindahkan ke sekolah lain.”(GCJ.12))

Penokohan/perwatakan:
 Totto-chan
- Periang (Katanya, “ sekolah asyik sekali! Mejaku di rumah ada lacinya yang bisa
ditarik, tapi meja di sekolah ada tutupnya yang bisa dibuka ke atas. Meja itu seperti
peti, dan kita bisa menyimpan apa saja di dalamya. Keren sekali!”(GCJ. 13))
- Sopan ( sambil membungkuk memberi hormat, Totto-chan bertanya dengan penuh
semangat, “ Bapak ini apa, kepala sekolah atau kepala stsiun?”GCJ.24)
- Polos ( Wataknya yang periang dan terkadang suka melamun, membuat Tottochan berpenampilan polos. (GCJ.27))
- Cerdik ( Lagu pula Mama dan guru wali kelasnya yang dulu pasti heran kalau
tahu ada anak umur tujuh tahun yang bisa menemukan bahan obrolan untuk

diceritakan selama empat jam penuh tanpa henti. (GCJ.27))
- Perhatian ( Hari itu Totto-chan menyuruh semua anak di sekolah menggigit kulit
kayunya sedikit. Tak satu anak pun merasa kulit kayu itu pahit, artinya mereka
semua sehat.Totto-chan senang sekali.(GCJ.210))
- Lucu ( Dengan riang Totto-chan menyusup masuk dan keluar, menggali lubang
di bawah pagar kawat berduri. Tak heran, celana dalamnya selalu robek-robek.
(GCJ.114))
- Ceriwis ( Setiap malam Totto-chan ceriwis menceritakan pengalamanya di
sekolah. Ia takkan berhenti bercerita sampai Mama berkata, “ sudah waktunya
tidur.”(GCJ.145))
 Mama
- Penyayang ( Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari
sekolah dan Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan batin,jadi diputuskan
untuk tidak memberi tahu Totto-chan sampai dia dewasa kelak.(GCJ.18))
- Sabar ( Mama punya sifat yang sangat sabar dan suka bercanda.(GCJ.22))
- Pengertian ( Mama tidak pernah berkata pada Totto-chan bahwa ia harus
melakukan ini atau itu, tapi kalau Totto-chan ingin melakukan sesuatu, Mama
selalu setuju.(GCJ.175))
 Papa
- Berpendirian kuat ( Banyak keluarga dan kerabatnya tidak mau lagi bicara

padanya. Papa mengalami masa-masa sulit,tapi dia bersikukuh tidak mau
menyerah, demi musik dan biolanya.(GCJ.233))
 Kepala sekolah
- Perhatian ( Kepala sekolah masih memeriksa kotak bekal kelima puluh muridnya,
untuk memastikan mereka membawa “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari

-

pegunungan” dan membawa dua panci, siap menambahkan makanan dari laut atau
dari daratan yang tidak mereka bawa.(GCJ.121))
Percaya diri ( Kepala sekolah tertawa terbahak-bahak, tak peduli giginya sudah
ompong.(GCJ.124))

 Takahashi
- Sopan ( anak itu melepas topinya, membungkuk menghormat, dan malu-malu, “
senang berkenalan dengan kalian.”(GCJ.115))
 Tai-chan
- Cerdas ( Anak itu cerdas dan mahir fisika. Tai-chan belajar bahasa inggris dan
dialah yang mengajari Totto-chan mengucapkan kata Inggris untuk rubah.
(GCJ.190))

 Miyo-chan
- Suka memuji ( Miyo-chan dan teman-teman sekelasnya, berseru serempak, “Oh!
Kepang!” Totto-chan senang sekali dan dibiarkanya kawan-kawanya meraba-raba
rambutnya.(GCJ.157))
 Sakko-chan
- Disiplin ( Anak itu mengeluarkan buku tulis dan kotak pensil dan tas sekolahnya
lalu meletakkan kedua benda itu di mejanya. Kemidian dia berjinjit dan
meletakkan tasnya di rak barang. Dia juga meletakkan tas sepatunya di rak itu.
(GCJ.35))
 Yasuaki-chan
- Percaya diri ( “Aku kena polio, bukan hanya kakikku, tanganku juga.”Dia
mengulurkan tanganya, jari-jarinya yang panjang tertekuk dan kelihatanya seperti
lengket satu sama lain.(GCJ.39))
 Oe
- Nakal ( Oe mendekat lalu mencengkeram kedua kepang Totto-chan sambil
berkata, “aku capek. Dan menarik kepangnya, Totto-chan limbung lalu jatuh
terduduk.(GCJ.157))
 Ryo-chan
- Pekerja keras ( Ryo-chan, tukang kebun sekolah yang dihormati semua anak dan
bisa melakukan pekerjaan apa saja,rupanya sudah bekerja sangat keras.(GCJ.163))
Latat /setting:
 Tempat
- Stasiun kereta ( Mereka turun dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama
menggandeng Totto-chan melewati pintu pemeriksaan karcis.(GCJ. 9))
- Dalam kelas ( Belajar di sini rasanya akan seperti melakukan perjalanan
menyenangkan. Satu-satunya yang berbeda adalah papan tulis di bagian depan

gerbong dan tempak duduk menyamping yang telah diganti dengan mej kursi
sekolah yang semua menghadap ke depan.(GCJ.34))
- Aula sekolah ( Setelah menyanyi keras-keras, semua anak serentak mengucapkan
“Itadakimasu” dan mulai menyantap “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari
pegunungan”. Selama beberapa waktu Aula menjadi sunyi.(GCJ.47))
- Kolam renang ( sangat berkesan bagi Totto-chan. Hari itu, untuk pertama kalinya
ia berenang di kolam renang.tanpa mengenakan apa-apa.(GCJ.70))
- Gedung latihan ( Totto-chan menyukai gedung itu. Tata ruangnya ala Barat dan
sudah agak bobrok. Angin yang bertiup dari kolam Senzoku membawa alunan
musik sampai jauh keluar dari gedung latihan.(GCJ.92))
- Di kamar ( Totto-chan mengalami kecelakaan parah. Kecelakaan itu terjadi di
rumah, setelah ia pulang sekolah. Ia dan Rocky anjingnya bermain “serigala” di
kamarnya sebelum makan malam.(GCJ.127))
- Di perpustakaan ( Seluruh murid Tomoe lima puluh anak masuk ke
perpustakaan. Dengan penuh semangat, mereka memilih buku yang mereka sukai
lalu mencari tempat duduk, tapi hanya setengah dari mereka hanya bisa
memperoleh kursi, yang lain terpaksa bediri.(GCJ.164))
 Suasana
- Hening ( Semua gerbong kereta itu hening, karena saat itu jam pelajaran pertama
untuk semua kelas sudah dimulai.(GCJ.22))
- Menyenangkan ( Sambil berseru-seru riang “ kita berkemah! Kita berkemah!”
anak-anak mengatur diri menjadi beberapa kelompok. Kegiatan sederhana ini tidur
di dalam tenda di Aula menjadi pengalaman yang sangat berharga dan
menyenangkan bagi para murid.(GCJ.77)
- Mengharukan ( Begitu sampai lagi ke jalanan yang gelap, ia berkata sambil
terisak-isak , “Belum pernah aku sangat mengiginkan sesuatu seumur hidupku.
Aku takkan pernah lagi minta dibelikan sesuatu. Tapi, belikan aku satu anak ayam,
ya, Ma! Pa?”(GCJ.109))
- Mengherankan ( Batu penanda itu masih ada di situ, persis seperti ketika
ditinggalkan kemarin. Ia menggali-gali di sekitarnya, tapi uang lima sen itu tak
bisa ditemukan. Kejadian yang amat misterius yang tak mungkin dilupakanya.
(GCJ.145))
- Menyedihkan ( Kemudian dia mengeluarkan tangan dari saku dan memandang
anak-anak. Kelihatanya dia baru saja menangis.”Yasuaki-chan meninggal,”katanya
pelan.” Kita semua akan menghadiri pemakamanya hari ini.(GCJ.223))
- Menegangkan ( banyak bom yang dijatuhkan pesawat pembom B29 menimpa
gerbong-gerbong kereta api yang berfungsi sebagai ruang kelas, api yang tak
mungkin dipadamkan, meratakanya dengan tanah.(GCJ.247))
 Waktu
- Pagi hari ( Tadi pagi ketika hendak berpakaian sebelum berangkat ke sini, baru
ketahuan bahwa ternyata semua gaun buatan Mama robek, jadi dia harus
mengenakan rok yang di belikan Mama.(GCJ.26))

-

Siang hari ( Setelah makan siang, Totto-chan bermain di halaman sekolah
bersama anak-anak lain sebelum kembali ke kelas tempat guru mereka sudah
menunggu.(GCJ.48))
Sore hari ( Sore itu murid-murid tak bisa lagi berkonsentrasi pada pelajaran.
(GCJ.67))
Malam hari ( Malam itu, sebelum tidur Totto-chan teringat dompetnya yang
indah dan jatuh ke dalam lubang gelap.(GCJ.60))

 Sudut pandang:
- Sudut pandang orang ketiga sebagai tokoh utama (Ia selalu melakukan hal-hal
seperti itu dan melukai dirinya sendiri, tapi Kepala Sekolah tak pernah memanggil
Mama atau Papa.(GCJ.188))
 Amanat:
- Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya.mulai dari
kebijaksanaan sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih
duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Bayangkan apabila
saat itu sang Ibu malah menyalakan Totto-chan ? ia pasti tidak dapat merasakan
begitu bersemangat dan menjalani hari yang berbahagia sejak hari pertamanya
bersekolah di Tomoe Gakuen.
- Rutinitas yang terasa membosankan dan banyak faktor lainya turut menghambat
motivasi kita untuk pergi sekolah.mari kita melihat siswa dan siswi dari Tomoe
Gakuen mereka begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Menjalani metode
pembelajaran yang memang membangkitkan rasa ingin tahu, bukan hanya sekedar
memaparkan teori saja.
- Amanat yang terkandung dalam novel ini juga dapat di terapkan dalam membina
jiwa pemimpin yang ada di dalam diri kita. Melalui sosok seorang Kepala Sekolah
bernama sosaku kobayashi, kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk
bertindak berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing.
- Juga bagaimana Kepala Sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya
melalui perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana
untuk bersikap tegar dari situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang mengalami
kegagalan yang menurut kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup.


Gaya bahasa
Tata bahasa dalam novel sangat sederhana, paragrap terakhir setiap bab di tulis
dengan sangat manis dan menyentuh hati.Selain itu, novel ini ditulis dengan gaya
realis bertabur metafora, penuh cetita lucu, penyampaian cerita yang cerdas,
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi.sehingga kita tidak bosan saat
membacanya.

Unsur Ekstrinsik



Nilai moral:
Pasalnya setelah membaca novel ini terdapat begitu banyak nila-nilai moral yang
di sampaikan oleh penulis. Seperti kehidupan sehari-hari siswa-siswi di Tomoe
telah mengajarkan bahwa mereka tidak boleh mendorong orang yang lebih kecil
atau lemah daripada mereka, bahwa bersikap tidak sopan berarti mempermalukan
diri sendiri, dan setiap kali melewati sampah mereka harus mengambilnya dan
membuangnya ke tempat sampah, dan juga mereka tidak boleh melakukan
perbuatan yang membuat orang lain kesal atau terganggu.(GCJ.95)



Nilai sosial:
Dalam novel ini mengandung unsur sosial yang patut untuk di contoh dalam
kehidupan bermasyarakat. Dilihat bagaimana sosok gadis kecil yang ingin sekali
mengundang Yasuaki-chan ke pohonnya dan memperlihatkan banyak hal kepada
kawanya itu. Dan demi membantu kawanya mencapai puncak ia rela
mempertaruhkan nyawanya sendiri.( Totto-chan memegangi tangan kawannya
yang jari-jarinya saling melekat akibat sakit polio. Kemudian ia berkata
“Berbaringlah. Akan kucoba menarikmu ke sini.” Dan ia berdiri di lekukan cabang
pohon dan menarik Yasuaki-chan yang kini terkurap dengan perut tertumpang
pada puncak tangga lipat ke atas pohon. Mungkin orang yang melihatnya akan
menjerit karena melihat pemandangan itu tampak mengerikan dan berbahaya.
(GCJ.83))



Nilai adat istiadat:
Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah di Tomoe
Gakuen, setiap tanggal 14 desember mereka mengunjungi Kuil Sengkuji dan
berziarah untuk memperingati Empat Puluh Tujuh Ronin melaksanakan balas
dendam mereka yang termasyhur.(GCJ.150)

Konflik
Mama dipanggil wali kelas Totto-chan yang langsung berbicara tanpa basa
basi. “ Putri Anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta Anda
memindahkan ke sekolah lain.” Kemudian ibu guru muda yang manis itu
mendesah. “ kesabaran saya benar-benar sudah habis.”
Mama kaget sekali. Apa yang dilakukan Totto-chan hingga mengacaukan
seluruh kelas ? pikirnya menebak-nebak.
Sambil mengedip-ngedip gugup, sang guru mulai menjelaskan. Saya sudah
memberi tahu bahwa murid-murid tidak boleh membuka atau menutup mejanya
kecuali untuk mengambil atau memasukkan sesuatu. Eh, putri Anda malah jadi
terus- terusan mengeluarkan atau memasukkan sesuatu yang ada di mejanya dan
membantingnya. Selain itu pada saat waktu pelajaran Totto-chan memanggilmanggil pemusik jalanan dan menyuruh untuk bernyanyi, karena dinding sekolah

dan jalan hanya di batasi pagar tanaman rendah jadi, siapa pun yang ada di dalam
kelas bisa dengan mudah bercakap-cakap dengan orang yang lewat di jalan.
“Apa lagi yang dilakukanya?” Tanya Mama dengan perasan makin tak enak.
“Apa lagi?” seru guru itu. “Kalau saja saya bisa menghitung apa saja di
lakukannya, saya tidak akan meminta Anda memindahkannya ke sekolah lain.”
Selain itu bukan hanya satu-satunya guru yang kesal . guru di kelas sebelah juga
mendapat kesulitan.
Akhirnya Mama melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah itu. Dengan
harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami dan mengajari putri
ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Dan akhirnya Mama
menemukan sekolah yang bisa menerima Totto –chan. Nama sekolah itu adalah
Tomoe Gakuen

IV.

V.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN



Kelebihan
Novel ini sangat menarik untuk di baca karena mengangkat kisah hidup yang
nyata, deskripsi penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada
dalam cerita tersebut. Selain itu di selingi dengan ilustrasi yang lucu sehingga kita
tidak mudah bosan saat membacanya. Novel ini diciptakan tidak hanya untuk
memberikan hiburan semata tetapi juga menambah wawasan kita.



Kelemahan
Dari banyaknya kelebihan yang ada, novel ini juga memiliki kekurangan. Salah
satunya adalah terdapat kata-kata yang sulit di mengerti sehingga kita perlu
bantuan kamus untuk menikmati membaca novel ini.

SINOPSIS
Buku ini bercerita tentang Totto-chan, gadis cilik yang harus di keluarkan
dari sekolahnya di usia 7 tahun. Guru-guru di sekolah menganggap Totto-chan
nakal. Padahal gadis cilik periang itu hanya memiliki keingin tahuan yang besar
tentang sesuatu dan dipandang aneh jika dibandingkan dengan teman-temanya.
Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah dengan alasan selalu membuat keributan
di kelas. Mulai dari masalah laci, Totto-chan yang selalu membuka ratusan kali
dan ditutup dengan cara dibanting hingga memanggil para pemusik jalanan yang
langsung membuat para murid ribut dan bahkan berdiri berjam-jam di depan
jendela untuk berbicara dengan burung walet yang bertengga di pohon samping
kelasnya.

Akhirnya mama tak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke
sekolah lain. Sekolah yang bisa memahami dan mengajari putrinya menyesuaikan
diri dengan orang lain. Setelah mencari kemana-mana akhirnya Mama menemukan
sekolah yang pantas untuk purtinya. Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa
dia dikeluarkan dari sekolah karena Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan
batin, jadi diputuskannya untuk tidak memberi tahu Totto-chan sampai dewasa
kelak. Dan ia pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen.
Totto-chan senang sekali, di sekolah itu para murid belajar di dalam gerbong
kereta sebagai pengganti ruang kelas. Ia bisa belajar sambil melihat ke halaman
sekolah dan merasa sedang melakukan perjalanan naik kereta. Sekolah yang
berlambang dua simbol kuno berbentuk koma yang berwarna hitam dan putih ini di
kepalai oleh Sosaku kobayashi memang lain dari sekolah yang lain. Di sekolah
Tomoe para murid bebas memilih urutan pelajaran yang mereka sukai. Kepala
sekolah juga menetapkan makan siang dengan membawa “ sesuatu dari laut dan
sesuatu dari pegunungan“. Dan
sebelum makan siang, kepala sekolah
mengucapakan kata “ Itadakimasu “ yang artinya selamat makan. Dan biasanya
setelah makan siang Totto-chan dan teman-temanya berjalan-jalan kemudian,
ketika mereka melewati kebun bunga, guru akan menceritakan kepada mereka
bagaimana bunga sesawi bisa bermekaran. Karena sekolah itu begitu unik Tottochan sangat senang dan amat menyukai sekolah itu, hingga dia memutuskan untuk
datang ke sekolah setiap hari dan takkan pernah berlibur.
Hari demi hari dilewati Totto-chan dengan kegembiraan dan peristiwa yang
tak terduga. Sampai-sampai, ia dan teman-temannya yang lain tak menyadari
bahwa perang pasifik sudah pecah. Sampai kemudian, perang dan segala
kengerianya telah mulai terasa di kehidupan Totto-chan dan keluarganya. Setiap
hari, para pria dan pemuda di sekitar tempat tinggalnya dikirim pergi untuk
berperang.
Hingga beberapa hari kemudian, Tomoe terbakar!!
Semuanya terjadi pada malam hari. Banyak bom yang dijatuhkan pesawat B29
menimpa gerbong-gerbong kelas. Sekolah Tomoe sudah tak ada. Api berkobar
menghancurkan semuanya. Totto-chan tak pernah tahu bagaimana perasaan kepala
sekolah saat melihatnya, tapi yang ia tahu hatinya merasa sesak saat tahu
keinginanya untuk menjadi guru di Tomoe telah hancur. Serta dia ingat kata-kata
perpisahan yang diucapkan kepala sekolah “ kita akan bertemu lagi “ dan kata-kata
yang selalu diucapakan kepadanya, “kau itu anak yang benar-benar baik, kau tahu
itu, kan?”. Sambil merasa yakin akhirnya Totto-chan tertidur. Kereta merayap
dalam gelap, membawa para penumpang yang diliputi kecemasan…………..

VI.

KEPENGARANGAN
Tetssuko Kuroyanagi lahir di Nogisaka, Tokyo 9 Agustus 1933. Ayahnya
seorang pemain biola dan concertmaster. Totto-chan adalah nama panggilan

Tetsuko Kuroyanagi saat masih anak-anak. Menurut Memo ar Otobiografinya
1981. Kuroyanagi pergi ke SD Tomoe Gakuen ketika masih muda. Setelah itu, ia
belajar di Tokyo Collage of Musik, jurusan opera, karena dia bermaksud untuk
menjadi seorang penyanyi opera. Setelah lulus dari Universitas Tokyo Ongku pada
tahun 1979, dia tertarik untuk bertindak dalam industry televisi hiburan, sehingga
dia bergabung di Tokyo Hoso Gekidan dan pelatihan di Mary Tarcai Studio di
New York. Selanjutnya, ia menjadi aktris Jepang pertama yang dikontrakke Jepang
Broadcasting Corporation (NHK)
Tetsuko Kuroyanagi seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, seorang
pembawa acara talk show, seorang penulis buku anak terlaris Totto- Chan, The
Little Girl At The Window, World Wide Fund untuk penasihat alam, dan Good
Will Ambassador untuk UNICEF. Dia terkenal dengan karya amal, dan dianggap
sebagai salah satu selebriti
Jepang pertama yang mencapai pengakuan
internasional. Pada tahun 2006, Donald Richie dimaksud Kuroyanagi dalam
bukunya Potret Jepang. Foto-foto orang yang berbeda-beda sebagai wanita yang
paling popular dan di kagumi di Jepang.
Pada tahun 1997, Kuroyanagi menerbitkan buku “Totto-chanAnak”, yang
didasarkan pada pengalamannya bekerjas ebagai UNICEF Good will Ambassador
1984-1996. Kuroyanagi adalah direktur cabang Jepang dari Wildlife World Dana.
Untuk keterlibatannya di media dan hiburan televisi, Kuroyanagi
memenangkan Budaya Jepang Broad casting Award, yang merupakan kehormatan
tertinggi televisi di Jepang.Sejak itu, dia telah terpilih 14 kali sebagai pembawa
acara televise favorit di Jepang, untuk pertunjukan Tetsuko’s Room.

VII.

NILAI BUKU
Buku Totto-chan Gadis Cilik di Jendela ini memang bukan terbilang buku baru.
Tapi jika di titik isinya, buku ini tidak mengenal kata out of date. Tetsuko
kuroyanagi pengarangya, sangat piawai dalam mengemas kisah pengalaman
hidupnya menjadi sebuah cerita yang lucu dan sangat bermakna. Dan setelah
membaca novel ini saya sangat merekomendasikan untuk dibaca segala kalangan
karena mengandung segudang nilai indah yang dapat kita petik dari novel ini. Di
mulai dari kebijaksanaan sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu
masih duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Dan melalui
sosok kepala sekolah kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk bertindak
berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing. Bagaimana
beliau sebagai kepala sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya
melalui perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana
untuk bersikap selalu tegar dalam situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang
mengalami kegagalan yang menurut kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam
hidup. Dan meskipun dalam novel ini menggunakan kata yang sulit di mengerti

yaitu, bahasa jepang, tetapi tidak membuat kita merasa bosan saat membacanya
karena kita dapat membuka kamus atau internet.

Totto-chan: Gadis cilik di jendela
Totto- chan adalah seorang anak yang mempunyai segudang rasa ingin tahu. Dia
berumur tujuh tahun dan duduk di kelas satu SD. Memang seperti anak kecil kebanyakan,
tetapi menurut gurunya di sekolah yang lama, sang gadis kecil telah membuat kacau
kelasnya. Sehingga,Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah. Guru itupun menceritakan
berbagai kenakalan Totto-chan. Totto-chan tidak pernah berhenti membuka-tutup mejanya,
dan setelah satu jam kemudian dia meninggalkan tempat duduknya lalu berdiri di depan
jendela, memandang keluar. Kemudian guru itu pun berpikir, selama Totto-chan tidak
membuat keributan, biar saja dia berdiri di sana. Tapi tiba- tiba gadis cilik itu memanggil
pengamen jalanan yang berpakaian kumuh. Dan kelas pun menjadi gaduh.
Perbuatan Totto-chan ini menyulut emosi sang guru. Tidak hanya guru di kelasnya
yang kesal atas perbuatan Totto-chan, guru-guru lain pun terganggu oleh ulanya. Oleh karena
itu, Mama Totto-chan pun terpaksa harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami
dan mengajari putri ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Tetapi mamanya
tidak memberi tahu Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah. Karena takut Totto-chan
akan menderita tekanan batin.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah barunya, Totto-chan merasa
bermimpi. Sekolah itu bernama Tomoe Gakuen. Tomoe Gakuen sendiri adalah sebuah
sekolah unik yang didirikan di Jepang pada tahun 1937. Ruang kelas sekolah barunya itu
menggunakan enam gerbong kereta yang sudah tidak terpakai.Totto-chan pun menjerit
kegirangan. Dia langsung menyukai sekolah barunya itu. Sekolah itu dipenuhi oleh bunga
berwarna merah dan kuning.
Ketika Totto-chan bertemu dengan kepala sekolah, dia langsung merasa cocok
walaupun awalnya dia merasa tidak nyaman. Kemudian dia menceritakan semua hal yang dia
sukai. Kepala sekolah di sekolah barunya, Sosaku Kobayashi membuat ia merasa aman,
hangat dan senang.
Memang, sekolah itu berbeda dengan sekolah lainnya. Muridnya saja hanya ada kirakira lima puluh anak. Apalagi ketika Totto-chan diajak melihat aula tempat biasa murid-

murid makan siang. Dia sangat heran. Murid-murid diwajibkan membawa makanan yang
berasal dari laut dan pegunungan. Dan Totto-chan pun tidak sabar menunggu hari esok.
Esok harinya, Totto-chan sangat gembira ketika mau pergi ke sekolah. Di kelas satu
di sekolah Tomoe Gakuen, hanya ada 9 murid. Peraturan di kelas itu sangat aneh menurut
Totto-chan. Setiap anak diberi satu bangku tetap, tetapi mereka boleh duduk sesuka hati,
dimana saja dan kapan saja. Pelajarannya pun sangat aneh. Setiap anak dibebaskan memilih
pelajaran yang akan dipelajarinya. Murid yang suka mengarang langsung menuliskan sesuatu
dan anak yang menyukai pelajaran fisika bisa langsung memulai praktikum.
Metode pengajaran ini membuat para guru bisa mengamati perkembangan anak- anak
dan bidang apa saja yang mereka minati serta cara berpikir dan karakter mereka. Bagi muridmurid memulai hari dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka sukai merupakan hal
yang sangat menyenangkan.
Dan akhirnya, tibalah waktu makan siang. Setiap anak diwajibkan untuk membawa
makanan yang berasal dari laut dan pegunungan. Makanan yang dari laut contohnya seperti
ikan dan tsukuda- ni (udang kecil dan sejenisnya yang direbus dengan kecap dan sake manis).
Sementara makanan yang berasal dari pegunungan berarti makanan dari daratan seperti
sayuran, daging sapi dan daging ayam.
Mama Totto-chan sangat terkesan dengan cara ini dan berpendapat bahwa sangat
sedikit kepala sekolah yang mampu menetapkan aturan makan sepenting itu secara
sederhana. Anehnya, keharusan untuk memilih hanya dari dua kategori itu, justru membuat
pekerjaan menyiapkan bekal makan siang menjadi lebih sederhana.
Totto-chan merasa gugup di hari pertama ketika makan siang, tapi acara itu
menurutnya sangat menyenangkan. Dan yang lebih menyenangkan lagi menurutnya adalah
ketika menyantap bekal buatan mama, rasanya sungguh lezat.
Biasanya orang mulai makan dengan berkata “itadakimasu”. Tetapi di Tomoe Gakuen
lain. Sebelum makan semua bernyanyi. Kepala Sekolah menciptakan lagu khusus untuk
makan siang. Lagunya seperti ini:
Yuk kunyah baik-baik,
Semua makananmu,
Yuk kunyah baik-baik,
Nasi, ikan, sayur!
Barulah setelah selesai bernyanyi, mereka semua mengucapkan “itadakimasu”.
Setelah makan siang, Totto-chan bermain di halaman sekolah bersama anak-anak lain
sebelum kembali ke kelas.

Setiap hari di Tomoe Gakuen selalu penuh kejutan menurut Totto-chan. Ia begitu
bersemangat pergi ke sekolah. Dan setiap kali pulang dia tidak pernah berhenti bicara. Dia
menceritakan semua yang dilakukannya di sekolah hari itu kepada orang tuanya dan
Rocky,anjingnya.
Bahkan ketika sudah terbiasa dengan sekolah barunya, Totto-chan masih saja punya
segudang cerita untuk diceritakannya setiap hari. Orang tuanya sangat bersyukur karena
Totto-chan sangat menikmati sekolahnya.
Pemupukan kepercayaan diri juga dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki
hambatan fisik yang kebetulan bersekolah di Tomoe. Perlombaan pada saat perayaan Hari
Olahraga di Tomoe sepertinya dirancang sedemikian rupa sehingga mereka dapat ikut serta.
Bahkan dapat menjadi pemenang.
Takahashi, seorang murid yang tubuh, tangan dan kakinya berukuran pendek, mampu
meraih juara umum. Kaki dan tangan Takahashi yang pendek membantunya memenangkan
bermacam-macam lomba, seperti perlombaan menaiki tangga yang anak tangganya tersusun
rapat, dan perlombaan merayap ke dalam ikan karper yang terbuat dari kain. Perlombaan
yang berhasil membuat seorang anak yang memiliki hambatan fisik merasa dirinya mampu
berprestasi seperti anak-anak lainnya.
Bahkan saking ingin menjaga mental anak didiknya, Kepala Sekolah pernah
memarahi seorang guru yang pada saat menerangkan pelajaran biologi menanyakan pada
seorang anak, apakah anak itu masih punya ekor. Pertanyaan yang wajar ditanyakan seorang
guru saat pelajaran. Pertanyaan yang biasa saja bila ditujukan kepada anak normal. Namun
pertanyaan tersebut kebetulan ditujukan pada seorang anak yang mengalami kelainan pada
pertumbuhan tubuhnya. Kepala Sekolah tak ingin perkembangan jiwa si anak terganggu,
karena merasa dirinya dianggap makhluk aneh.
Pada suatu hari, dalam perjalanan sekolah di atas kereta api, Totto-chan berpikir
apakah Tomoe Gakuen punya lagu sekolah. Karena ingin tahu secepat mungkin, ia tidak
sabar menunggu sampai kereta tersebut sampai ke stasiun yang terdekat di sekolahnya.
Begitu kereta memasuki stasiun Jiyugaoka, Totto-chan langsung melompat turun dan
melesat dengan cepat. Begitu masuk gerbong kelasnya, dia langsung bertanya kepada
temannya apakah sekolah Tomoe Gakuen itu punya lagu sekolah. Tetapi temannya menjawab
tidak. Dan dia beserta teman- temannya pergi ke kantor kepala sekolah untuk meminta
dibuatkan lagu sekolah. Dan kepala sekolahnya pun berjanji besok pagi lagu sekolah itu pasti
siap.

Dan keesokan harinya, ada pengumuman yang ditempelkan disetiap kelas, yang
menyuruh setiap anak dan guru berkumpul di lapangan sekolah. Totto-chan bergabung
dengan murid-murid lain , semua penasaran ingin tahu. Sambil membawa papan tulis ke
tengah lapangan, kepala sekolah berkata , “ Nah, dengar, ini lagu untuk Tomoe, sekolah
kalian.” Tetapi lagu itu sangat pendek. Dan anak- anak pun tidak menyukai lagu itu.
Kepala Sekolah pun merasa sedikit kecewa. Tetapi dia tidak marah. Mungkin kepala
sekolah tidak pernah berpikir untuk membuat lagu sekolah. Jadi, ketika nada-nada itu dihapus
dari papan tulis, berakhirlah masalah dan Tomoe Gakuen tidak pernah punya lagu sekolah.
Nama Totto-chan yang sebenarnya adalah Tetsuko. Sebelum ia lahir, semua teman
orang tuanya yakin bahwa bayi yang akan lahir itu berjenis kelamin laki- laki. Mereka pun
memutuskan menamai bayi mereka Toru. Ketika ternyata yang lahir bayi perempuan, mereka
sedikit kecewa.
Tapi mereka menyukai huruf Cina untuk Toru, maka mereka menggunakan huruf itu
untuk nama anak perempuan dengan memakai ucapan versi Cina tetsuko dan menambahkan
akhiran ko yang biasa digunakan untuk nama anak perempuan.
Jadi, semua orang memanggilnya Tetsuko-chan. Tapi bagi gadis cilik itu, nama itu
tidak terdengar seperti Tetsuko-chan. Jadi, setiap kali seseorang bertanya siapa namanya, ia
akan menjawab, Totto-chan. Ia bahkan mengira chan adalah bagian dari namanya. Papanya
kadang memanggil Totsky seolah ia anak laki-laki.
Di sekolah Tomoe akan ada sebuah gerbong baru untuk ruang perpustakaan. Dan
anak-anak yang ingin melihat datangnya gerbong tersebut harus menginap di sekolah. Karena
gerbong tersebut akan datang pada malam hari. Mereka pun berkumpul di sekolah setelah
sempat pulang ke rumah untuk mengambil piama dan selimut. Totto-chan dan temantemannya tidak akan pernah lupa malam itu. Saat gerbong yang baru, datang.
Keesokan harinya, ada kejadian yang membuat Totto-chan bertambah heran. Kepala
sekolah Tomoe Gakuen mengizinkan anak muridnya untuk berenang tanpa memakai sehelai
baju pun. Ini dimaksudkan untuk mengajarkan muridnya bahwa semua tubuh itu indah.
Karena ada beberapa murid di sekolah Tomoe Gakuen yang terkena polio dan cacat tubuh.
Kepala Sekolah berpendapat jika mereka bertelanjang dan bermain bersama, rasa
malu itu akan hilang dan membantu menjauhkan mereka dari rasa rendah diri. Akibatnya
hampir semua murid Tomoe Gakuen berkulit cokelat, dan hampir tidak ada yang kulitnya
belang putih bekas baju renang.
Setelah liburan musim panas berakhir, semester kedua pun dimulai. Di Jepang, tahun
ajaran sekolah dimulai pada bulan April. Pada waktu mau masuk sekolah, kepala sekolah

berpesan kepada para orangtua agar mengenakan pakaian paling using ketika ke sekolah. Dia
ingin semua murid mengenakan pakaian usang agar mereka tidak perlu mengkhawatirkan
pakaian mereka akan kena lumpur atau robek. Menurutnya, sayang kalau anak-anak harus
takut dimarahi akibat mengotori pakaian mereka, atau ragu-ragu bergabung mengikuti suatu
permainan karena cemas baju mereka akan robek.
Suatu pagi, sekolah Tomoe Gakuen kedatangan murid baru. Namanya Takahashi. Dia
sekelas dengan Totto-chan dan berasal dari Osaka. Osaka adalah kota impian yang belum
pernah dilihat Totto-chan. Dan saat itu Totto-chan meminta Takahashi untuk menceritakan
tentang Osaka. Sayangnya, lonceng berdentang, tanda jam pelajaran pertama dimulai. Tottochan pun merasa sedikit kecewa. Dan Takahashi pun menjadi salah satu sahabat Totto-chan.
Dalam perjalanan pulang dari sekolah, tak jauh dari rumah, di pinggir jalan Tottochan menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya, gundukan pasir yang tinggi. Tottochan senang sekali. Setelah melompat-lompat kecil, ia berlari kencang kearah gundukan pasir
itu lalu melompat ke puncaknya. Tapi, ternyata itu bukan gundukan pasir. Di dalamnya ada
adonan semen abu-abu.
Kemudian Totto-chan pun terbenam ke dalam semen itu. Lama-kelamaan badannya
tenggelam sampai dada. Ia tampak seperti patung, lengkap dengan tas sekolah dan sepatu.
Semakin kuat ia mencoba keluar, semakin dalam kakinya terbenam. Sepatunya pun hampir
lepas. Sampai sore hari tidak ada yang menolongnya. Sampai mama menemukannya di dalam
gundukan semen itu. Mama yang mencoba menolongnya, kakinya malah ikut terperosok ke
dalam gundukan itu.
Selang beberapa lama, akhirnya Totto-chan dapat keluar dari gundukan semen itu.
Dan mama pun mengingatkannya agar tidak melompat ke dalam sesuatu sebelum mengetahui
isinya. Hari-hari di musim gugur semakin pendek. Ketika akhirnya mereka sampai di rumah
langit benar-benar sudah gelap.
Liburan tahun baru hampir tiba. Totto-chan berencana akan pergi bermain ski
bersama papa dan mama. Teman papanya, Hideo Saito, pemain cello dan dirigen di orkestra
tempat papa bermain, punya rumah peristirahatan yang indah di Tanah Tinggi Shiga. Mereka
biasa menginap di sana pada musim dingin. Totto-chan mulai belajar bermain ski sejak
bersekolah di taman kanak-kanak.
Bagi Totto-chan, tahun ini tidak sama dengan tahun sebelumnya. Kini ia sudah kelas
satu sekolah dasar dan sudah tahu bahasa Inggris walaupun sedikit. Papa mengajarinya
bagaimana mengucapkan “thank you”.

Ketika kembali ke sekolah setelah liburan musim dingin, anak-anak melihat sesuatu
yang baru dan menakjubkan. Mereka berteriak-teriak kegirangan melihatnya. Di seberang
deretan kelas ada satu gerbong baru, di samping petak bunga, dekat Aula. Ketika mereka
berlibur, gerbong itu telah ditata menjadi perpustakaan.
Kepala sekolah mengatakan bahwa semua murid boleh datang ke perpustakaan kapan
saja serta boleh meminjam buku untuk dibawa pulang. Dan jika sudah selesai membacanya,
mereka harus mengembalikan buku itu. Dan kalau ada yang punya buku di rumah yang
pantas dibaca oleh teman-teman, kepala sekolah akan senang sekali jika mereka membawa
buku itu ke perpustakaan.
Anak-anak sangat gembira. Karena belum terlalu lancar membaca, Totto-chan
memilih buku bergambar yang tampak paling menarik. Buku yang dipilih Totto-chan rupanya
berisi cerita rakyat. Ceritanya tentang putri orang kaya yang tidak bisa mendapatkan suami
karena dia selalu buang angin. Akhirnya, orangtuanya berhasil menemukan suami untuk
putrinya. Tetapi gadis itu terlalu bersemangat pada hari pernikahannya hingga tanpa sadar,
dia buang angin lebih kencang dari biasanya. Angin itu mengangkat suaminya dari ranjang,
memutar-mutar tubuhnya tujuh setengah kali, lalu membenturkan pria malang itu ke dinding
sampai pingsan.
Gambar yang paling menarik di buku itu adalah gambar yang menunjukkan si
pengantin pria berputar-putar di dalam kamar karena diterbangkan angin. Sejak itu, banyak
anak yang ingin membaca buku tersebut.
Tak terasa musim semi telah tiba. Hari itu tepat setahun sejak pagi hari ketika untuk
pertama kalinya Totto-chan datang ke Tomoe Gakuen bersama mama. Sekarang Totto-chan
dan teman-temannya gembira karena status baru mereka sebagai anak kelas dua. Mereka
menonton anak-anak baru di kelas satu dengan penuh rasa ingin tahu. Bagi Totto-chan,
tahun-tahun yang sudah ia lewati penuh dengan berbagai peristiwa.
Kepala sekolah memperkenalkan seorang guru baru. Dia adalah petani yang diminta
kepala sekolah untuk mengajarkan cara bercocok tanam kepada muridnya. Petani itu
mengajarkan apa saja yang dia bisa. Walaupun seorang petani, murid-murid menghormatinya
layaknya seorang guru. Dan mereka menyebutnya guru pertanian.
Setahun kemudian, Totto-chan sudah duduk di kelas tiga. Dan dia sangat sedih karena
dia sangat menyukai Tai-chan. Tai-chan anak yang cerdas dan mahir dalam pelajaran fisika.
Tai-chan juga pintar bahasa Inggris dan dia yang mengajari Totto-chan mengucapkan kata
rubah dalam bahasa Inggris. Tetapi suatu hari, Tai-chan pernah berbicara kasar terhadapnya.

Dan itu membuatnya sangat sedih. Hanya karena Totto-chan melempar Tai-chan keluar arena
waktu gulat sumo. Dan itu membuat Tai-chan sangat malu.
Tomoe Gakuen kedatangan anak baru lagi. Tubuhnya terlalu jangkung dan tegap
untuk anak laki-laki seusianya. Menurut Totto-chan perawakannya seperti anak kelas tujuh.
Pakaiannya juga beda, mirip pakaian anak dewasa.
Pagi itu anak-anak berkumpul di halaman sekolah. Dan kepala sekolah pun
memperkenalkan murid baru. Namanya adalah Miyazaki. Dia lahir dan dibesarkan di
Amerika. Jadi, Miyazaki tidak lancar berbicara dalam bahasa Jepang. Kepala sekolah
meminta murid-muridnya untuk membantu Miyazaki mengenal lingkungan sekolahnya.
Sebelum mereka sadari, perang dan segala kengeriannya telah mulai terasa dalam
kehidupan Totto-chan dan keluarganya. Setiap hari, para pria dan pemuda di lingkungan
tempat tinggalnya dikirim untuk pergi perang. Bahan pangan dengan cepat menghilang dari
toko-toko. Semakin lama semakin sulit untuk memenuhi aturan makan siang di Tomoe
Gakuen, yaitu menyediakan sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan. Hampir semua
kebutuhan dijatah. Di mana-mana tidak ada lagi orang yang menjual permen.
Banyak serdadu gugur, makanan sulit didapat dan semua orang hidup dalam
ketakutan, tapi musim panas tetap datang seperti biasa. Tidak ada lagi acara berkemah di
Tomoe dan tak ada lagi piknik-piknik yang menyenangkan ke sumber air panas.
Ryo-chan, tukang kebun di Tomoe akhirnya dipanggil untuk berperang. Dia sudah
dewasa, tetapi mereka selalu memanggilnya dengan panggilan kanak-kanaknya. Ryo-chan
bagaikan malaikat pelindung yang selalu menyelamatkan setiap kali ada anak yang
mengalami masalah. Ryo-chan bisa melakukan apa saja.
Kepala sekolah merencanakan acara jamuan minum teh untuk mengantarkan
keberangkatan Ryo-chan. Ini jamuan minum teh yang pertama di Tomoe. Jamuan minum teh
adalah hadiah perpisahan yang menyenangkan dari Ryo-chan untuk anak-anak, walaupun
ketika itu anak-anak sama sekali tidak punya bayangan tentang apa yang terjadi di luar
lingkungan mereka. Jamuan minum teh menjadi permainan terakhir yang para murid mainkan
di Tomoe sebelum mereka berpisah dan pergi menjalani kehidupan masing-masing.
Ryo-chan pergi naik kereta Toyoko. Kepergiannya bertepatan dengan kedatangan
pesawat-pesawat Amerika. Pesawat-pesawat itu akhirnya muncul di langit Tokyo dan mulai
menjatuhkan bom setiap hari.
Karena banyaknya bom yang dijatuhkan tentara Amerika, akhirnya Tomoe Gakuen
pun terbakar. Kejadiannya di malam hari. Sekolah yang merupakan impian Sosaku
Kobayashi,sang kepala sekolah terbakar habis. Sekolah itu roboh bersamaan dengan bunyi-

bunyi yang mengerikan, bukan iringan suara-suara yang amat disayanginya, suara tawa dan
nyanyian anak-anak. Api, yang tidak mungkin dipadamkan, meratakannya dengan tanah. Api
berkobar dimana-mana diseluruh Jiyugaoka.
Di tengah semua itu, kepala sekolah berdiri di tengah jalan sambil memandang
Tomoe terbakar. Seperti biasa, dia mengenakan setelan tiga potong berwarna hitam yang
sudah usang. Dia berdiri tegak dengan kedua tangan di dalam saku. “Sekolah seperti apa yang
akan kita bangun lagi?” tanyanya kepada putranya, Tomoe, yang berdiri di sampingnya.
Tomoe mendengar kata-kata ayahnya,terpana dan tidak bisa berkata apa-apa. Kecintaan Mr.
Kobayashi terhadap anak-anak dan ketulusannya dalam mengajar jauh lebih kuat daripada api
yang sekarang membakar sekolahnya.
Totto-chan berbaring dalam kereta pengungsi yang penuh sesak, terhimpit di antara
orang-orang dewasa. Kereta bergerak menuju Timur Laut. Ketika dia memandang ke luar
jendela, dia ingat kata-kata perpisahan yang diucapkan kepala sekolah, “Kita akan bertemu
lagi!”. Dia tidak ingin melupakan kata-kata itu. Sambil merasa yakin dia akan segera bertemu
lagi dengan Mr. Kobayashi, Totto-chan akhirnya tertidur. Kereta merayap dalam gelap,
membawa para penumpang yang diliputi kecemasan.
Di akhir buku cerita ini Si penulis menceritakan tentang teman-temannya yang dulu
pernah bersekolah di Tomoe Gakuen. Akira Takahashi, temannya yang terkena polio tidak
pernah bertambah tingginya. Tapi dengan nilai-nilai yang sangat bagus, dia berhasil diterima
di SMU yang terkenal di Jepang. Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya ke Universitas
Meiji dan meraih gelar insinyur listrik. Sekarang dia menjadi manajer personalia di sebuah
perusahaan elektronik. Dan Totto-chan pun mengunjungi Takahashi dan istrinya di
Hamamatsu.Mereka bernostalgia dengan menceritakan perasaan mereka saat bersekolah di
Tomoe Gakuen.
Miyo-chan, putri ketiga Mr. Kobayashi, lulus dari Departemen Pendidikan Kolese
musik Kunitachi dan sekarang mengajar musik di sekolah dasar yang merupakan bagian dari
kotese itu. Seperti ayahnya, dia sangat suka mengajar anak-anak kecil.
Tai-chan, orang yang pernah disukainya, menjadi salah satu ahli fisika Jepang yang
terkenal. Sekarang dia tinggal di Amerika, bekerja di laboratorium terbesar di dunia dan
menjadi asisten direktur. Tai-chan menikah dengan gadis berbakat yang lulus dengan nilainilai yang bagus di bidang Matematika dari University of Rochester.
Ryo-chan, si penjaga sekolah , yang pergi ke medan perang, kembali dengan selamat.
Dia tidak pernah melewatkan acara reuni siswa Tomoe setiap tanggal 3 November.

Kelebihan
:
●Buku yang mengajarkan sebuah metode pendidikan yang sebenarnya. Dimana siswa tetap
senang dengan pelajaran sekolah yang sesuai dengan bakat dan minat siswa tanpa kekangan.
●Buku ini menampilkan karakteristik seorang guru dan kepala sekolah yang patut di contoh.
Seperti guru yang penyayang dan bijaksana.
●Mengajarkan kita tentang arti persahabatan yang sebenarnya tanpa memandang perbedaan.
●Buku ini juga menampilkan sosok orang tua yang sabar menghadapi masalah yang dialami
anaknya dan tetap menyayangi anaknya yang berbeda dengan anak-anak sebayanya.
Kekurangan :
●Bahasa yang digunakan masih menggunakan kata yang sering diulang.
●Pada pertengahan cerita dirasa cukup membosankan.