Pengaruh Pembangunan Skywalk Cihampelas (1)

1

PENGARUH PEMBANGUNAN SKYWALK CIHAMPELAS
TERHADAP KUALITAS UDARA DI JALAN CIHAMPELAS

Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah

oleh

Audrey Difi - 16316006
Muhammad Diaz Faisal - 16316047

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung


2

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI


2

BAB 1

3

PENDAHULUAN

3

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah

3

1.1.1 Latar Belakang

3

1.1.2 Rumusan Masalah


4

1.2 Tujuan Penulisan dan Manfaat

4

1.2.1 Tujuan Penulisan

4

1.2.2 Manfaat

4

1.3 Ruang Lingkup Kajian

5

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


5

1.4.1 Metode

5

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

6

BAB II

7

TEORI DASAR

7

2.1 Jalan Cihampelas Sebagai Pusat Kegiatan di Kota Bandung


7

2.2 Skywalk Cihampelas Sebagai Pembuat Masalah

8

2.3 Kualitas Udara

9

2.4 Indeks Kualitas Udara

12

BAB III

21

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


21

3.1 Indeks Standar Pencemar Udara Kota Bandung

21

3.2 Penentuan Kualitas Udara Jalan Cihampelas Secara Kualitatif

21

3.3 Penentuan Kualitas Udara Jalan Cihampelas Secara Kuantitatif

23

BAB IV

25

SIMPULAN DAN SARAN


25

4.1 Simpulan

25

4.2 Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

27

3

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah
1.1.1 Latar Belakang

Sejak berakhirnya Revolusi Industri, setiap teknologi terbaru selalu dibayangi
oleh isu-isu seputar dampak yang dapat ditimbulkan oleh pemakaiannya.
Belakangan ini, isu-isu tersebut hampir selalu berfokus pada lingkungan. Hal yang
sama terjadi pada bangunan-bangunan modern. Berbagai perusahaan
pembangunan mempekerjakan sarjana-sarjana arsitektur dan teknik sipil
berwawasan lingkungan untuk meminimalkan dampak negatif yang dapat
ditimbulkan oleh bangunan-bangunan yang mereka buat. Hal ini tentu saja
bertujuan baik, yaitu untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik
dalam bentuk pencemaran udara, air, suara, cahaya, atau tanah.
Skywalk Cihampelas merupakan sebuah jalan layang bagi pejalan kaki yang,
saat penulisan karya tulis ilmiah ini dibuat, masih dalam proses pembangunan.
Berbagai pertanyaan kerap muncul mengiringi pembangunannya. Salah satu
dampak yang dapat ditimbulkan oleh pembangunan jembatan ini adalah
kemacetan yang dapat berdampak pada penurunan kualitas udara di daerah
pembangunannya. Penurunan kualitas udara merupakan hal yang sangat penting
karena kualitas udara di suatu daerah dapat menentukan kualitas vegetasi hingga
tingkat mortalitas di daerah tersebut. Semakin tinggi kualitas udara, semakin baik
pula kualitas hidup masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Dengan demikian, masalah kualitas udara akibat pembangunan selalu penting
untuk dibahas jika kita ingin mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup

manusia yang berada di sekitar daerah pembangunan daerah tersebut. Oleh karena
itu, diperlukan sebuah penelitian mengenai dampak kualitas udara yang dapat
ditimbulkan oleh pembangunan Skywalk Cihampelas untuk menentukan bahaya-

4

bahaya yang dapat muncul dan usaha-usaha untuk meminimalkan bahaya-bahaya
tersebut.

1.1.2 Rumusan Masalah
Ketika membahas suatu tema, terdapat berbagai pertanyaan yang muncul
berkaitan dengan tema tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Apa saja parameter penentu kualitas udara?
2. Bagaimana kualitas udara di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas?
3. Langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk memperkecil dampak
penurunan kualitas udara yang dapat ditimbulkan oleh Skywalk Cihampelas?

1.2 Tujuan Penulisan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan suatu laporan karya tulis ilmiah, tentu saja terdapat tujuantujuan yang ingin dicapai agar masalah-masalah yang muncul dapat terjawab.
Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui parameter-parameter penentu kualitas udara
2. Menentukan nilai indeks kualitas udara di daerah pembangunan Skywalk
Cihampelas.
3. Menentukan langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperkecil dampak
penurunan kualitas udara yang dapat ditimbulkan oleh Skywalk Cihampelas

1.2.2 Manfaat

5

Selain memiliki tujuan, terdapat pula manfaat-manfaat yang dapat diperoleh
dari penulisan suatu karya tulis ilmiah. Beberapa di antaranya adalah sebagai
berikut.

1. Menambah wawasan seputar pentingnya kualitas udara dan parameterparameter penentunya
2. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bila terjadi masalah seputar bidang

kualitas udara

1.3 Ruang Lingkup Kajian
Untuk mempermudah penelitian dan penulisan laporan karya tulis ilmiah ini
agar lebih terarah, maka dibuat batasan-batasan yang akan dibahas dalam
penulisan laporan karya tulis ilmiah ini. Ruang lingkup kajian tersebut adalah
sebagai berikut.

1. Jalan Cihampelas
2. Skywalk Cihampelas
3. Kualitas udara
4. Indeks kualitas udara di Indonesia

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.4.1 Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun laporan karya tulis ilmiah
ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Sugiyono (2009: 29), “Metode
deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat


6

kesimpulan yang berlaku untuk umum.” Dengan kata lain penelitian deskriptif
analitis mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah
sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan. Hasil penelitian kemudian
diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun laporan karya tulis
ilmiah ini adalah dengan observasi lapangan dan studi pustaka. Observasi
merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan tentang
keadaan yang ada di lapangan, sementara studi pustaka merupakan metode
pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen
elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.


7

BAB II
TEORI DASAR
2.1 Jalan Cihampelas Sebagai Pusat Kegiatan di Kota Bandung
Pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan pada dasarnya ditentukan
oleh tiga faktor, yaitu faktor manusia, faktor aktivitas manusia, dan faktor
pergerakan manusia (Tamin, 2000). Jalan Cihampelas merupakan sebuah jalan di
Kota Bandung dengan aktivitas perdagangan yang mendominasi. Namun,
berkembangnya perdangangan di Jalan Cihampelas tidak dapat terkontrol dan
memicu para pedagang kaki lima membuka kios-kios dagang di mana pun
sepanjang jalan.
Berkembangnya Jalan Cihampelas menyebabkan semakin padatnya jalan
sehingga memicu kemacetan lalu lintas. Bus pariwisata, angkutan umum, dan
kendaraan pribadi, baik singgah atau hanya lewat, menambah kompleksnya
kegiatan manusia di Jalan Cihampelas. Lebar jalan yang relatif sempit dan jumlah
kendaraan yang melintas menjadi faktor yang memicu terjadinya kemacetan lalu
lintas. Kurangnya lahan parkir khusus pengunjung toko-toko di Jalan Cihampelas
merupakan akibat tidak direncanakannya kawasan tersebut secara matang dari
kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan.
Kemacetan lalu lintas merupakan sebuah masalah yang cukup populer di Kota
Bandung. Pertambahan volume kendaraan yang tidak diimbangi dengan
pertambahan ruas jalan tentu berperan penting dalam menambah kemacetan.
Salah satu dampak terbesar yang dapat dirasakan sebagai akibat kemacetan lalu
lintas adalah pencemaran udara.
Masalah kemacetan lalu lintas seringkali terjadi pada kawasan yang
mempunyai intensitas kegiatan dan penggunaan lahan yang tinggi. Selain itu,
kemacetan lalu lintas terjadi karena volume lalu lintas tinggi yang disebabkan
bercampurnya lalu lintas menerus (through traffic), lalu lintas regional dan lokal.
Bilamana sifat kemacetan lalu lintas tersebut merupakan suatu kejadian yang

8

rutin, akibatnya bukan saja akan mempengaruhi ketidakefisienan penggunaan
sumber daya, tetapi juga dapat mengganggu kegiatan di lingkungan yang ada.
Selain itu, berdampak luas pula terhadap kelancaran kegiatan sosial ekonomi kota.
Tingkat pencemaran di Kota Bandung terus meningkat dengan tajam tiap
tahunnya. Peringkat Kota Bandung sebagai kota dengan polutan terendah turun
dari peringkat satu pada tahun 2013 menjadi peringkat enam pada 2014 (BPLHD
Kota Bandung, 2015). Hal ini disebabkan oleh lonjakan jumlah kendaraan pada
akhir pekan. Selain itu, polusi semakin diperparah oleh topografi dan geografi
Kota Bandung yang berupa cekungan. Kondisi tersebut membuat udara buruk
sulit dihempaskan angin. Bahkan, penambahan beban karbon monoksida (CO)
pada akhir pekan dapat mencapai 2.500 kg per hari dan kadar timbal dalam darah
dari anak-anak telah mencapai 46%. Angka ini sudah melebihi standar World
Health Organization (WHO) yakni 10%.
Jalan Cihampelas sebagai pusat kegiatan manusia di Kota Bandung tentu tidak
terlepas dari dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran udara. Terlihat
dari kemacetan yang terus terjadi sepanjang hari dan malam, diperlukan suatu
solusi yang dapat mengurangi, atau bahkan menghilangkan, pencemaran udara di
Jalan Cihampelas.

2.2 Skywalk Cihampelas Sebagai Pembuat Masalah
Dengan parahnya kemacetan yang terjadi di Jalan Cihampelas, Pemerintah
Kota Bandung menawarkan sebuah solusi yang diklaim mampu mengurangi
kemacetan dan pencemaran udara di jalan tersebut: Skywalk Cihampelas.
Skywalk Cihampelas merupakan sebuah jalan layang yang didesain bagi pejalan
kaki untuk melintasi Jalan Cihampelas tanpa perlu memikirkan kendaraan
bermotor yang berlalu lalang. Jalan layang yang digadang-gadang memakan biaya
sekitar Rp45 miliar ini membentang sejauh 500 meter dimulai dari Rumah Sakit

9

Advent hingga Cihampelas Walk. Pengerjaannya dimulai sejak bulan September
2016 dan diproyeksikan rampung pada akhir tahun tersebut.
Skywalk Cihampelas sendiri didesain agar kendaraan bermotor berada di
bawah jalan layang tersebut, sementara para pejalan kaki dapat menikmati jalan
tanpa kendaraan bermotor di atas Jalan Cihampelas. Para pedagang yang tadinya
berada di pinggir jalan pun nantinya akan dipindahkan ke jalan layang ini. Selain
itu, terdapat pula tanaman-tanaman perdu dan penerangan yang menghias jalan
layang tersebut. Apabila berhasil terwujud sesuai rencana, Skywalk Cihampelas
dapat dijadikan contoh bagi kota-kota lain dalam membuat jalan layang bagi
pejalan kaki.
Meskipun bertujuan untuk memecah masalah kemacetan dan polusi udara,
dalam pengerjaannya sendiri, pembangunan Skywalk Cihampelas akan
menyebabkan pencemaran udara yang lebih parah dibanding pencemaran yang
disebabkan kegiatan sehari-hari di Jalan Cihampelas. Hal ini disebabkan oleh
penggunaan mesin-mesin berat untuk membuat lubang-lubang tempat fondasi
jalan layang tersebut. Penggunaan mesin-mesin berat akhirnya mengakibarkan
penyempitan jalan yang menambah parah kemacetan lalu lintas yang berdampak
pada pencemaran udara yang semakin parah. PT. Likatama Graha Mandiri, selaku
konstruktor, bertugas membangun Skywalk Cihampelas dengan dampak
seminimal mungkin terhadap kualitas udara.

2.3 Kualitas Udara
Kualitas udara di suatu daerah selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Konsentrasi polutan bergantung pada besarnya tingkat emisi dari sumber
individual, densitas emisi sumber, topografi, dan keadaan atmosfer. Kualitas udara
dapat ditentukan secara kualitatif. Nilainya jelek ketika polutan (1) menyebabkan
penurunan jarak pandang, (2) mengotori lapisan permukaan bangunan dan
merusak material-material lain, (3) merusak panen dan tanaman lain, atau (4)

10

menyebabkan efek yang merugikan dalam kesehatan. Nilainya dianggap bagus
ketika langit tampak bersih dan tidak ada dampak merugikan yang tampak.
Penilaian kualitatif kualitas udara, meskipun dapat mengindikasikan keadaan
atmosfer terhadap polutan, tidak dapat digunakan untuk mendukung programprogram regulasi yang dirancang untuk melindungi lingkungan. Dengan kata lain,
kualitas udara harus ditentukan secara kuantitatif. Seluruh program pengendali
polusi udara bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari
dampak merugikan polutan.
Konsentrasi zat berfase gas di udara umumnya digambarkan sebagai
perbandingan campuran dan dituliskan dalam parts per million by volume (ppmv).
Satu part per million by volume setara dengan satu volume gas yang dicampur
dalam satu juta partikel udara. Satu mikroliter gas tercampur dalam satu liter
udara setara dengan 1 ppmv:

1 ppmv = 1 µL gas/L udara

Konsentrasi dapat dikonversi dari satu satuan ke satuan lain menggunakan
hukum-hukum gas. Sebagai contoh, asumsikan sebuah alat mendapatkan sampel
SO2 sejumlah 40 µg dengan debit rata-rata 0,2 L/menit selama 24 jam.
Konsentrasi dapat ditentukan menggunakan persamaan

ppmv = [(m)(24,45)]/[MV]

dengan m adalah massa gas yang terkumpul (µg), V volume sampel (L), M massa
realtif molekul gas (SO2 = 64), dan 24,45 adalah jumlah mikroliter gas yang
dihasilkan dari satu mikromol zat pada suhu dan tekanan ruang (25°C dan 760
mmHg). Sehingga,

ppmv = [(40 μg)(24,45 μL)]/[(64)(288 L)]

11

. = 0,053
Konsentrasi ppmv dari suatu gas di udara dapat dikonversi ke Satuan
Internasional (SI) menggunakan persamaan
μg/m3 = (M/24,45)(10-3) ppmv
Konsentrasi polutan yang terukur harus dapat menggambarkan konsentrasi
polutan sebenarnya secara tepercaya. Tiga konsep berikut penting dalam
menentukan seberapa tepercaya pengukuran: akurasi, presisi, dan bias. Akurasi
adalah kesepakatan relatif antara nilai terukur dengan nilai sebenarnya. Akurasi
100% hampir tidak mungkin dicapai karena setiap analisis dan pengambilan data
selalu diiringi dengan kesalahan, baik kesalahan pada instrumen pengambilan
data, kesalahan metode analisis, atau pun kesalahan yang dibuat oleh para peneliti.
Maka, reliabilitas suatu teknik analisis dan pengambilan data ditentukan melalui
suatu sasaran performa akurasi, biasanya ±10% dari nilai referensi atau nilai
sebenarnya.
Akurasi ditentukan dan dituliskan dalam konteks kesalahan mutlak atau relatif.
Kesalahan mutlak didefinisikan sebagai

E=O-A

dengan O adalah nilai yang terukur dan A nilai sebenarnya.
Presisi suatu teknik analisis ditentukan berdasarkan perhitungan pengukuran
berulang dan simpangan bakunya. Dalam suatu populasi yang terdistribusi secara
normal, sekitar 67% nilai sampel berada dalam ±1 σ (deviasi standar) dari nilai
rata-rata; 95% berada dalam 2 σ.
Simpangan baku dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

12

dengan X sebagai nilai rata-rata, Xi nilai terukur tiap data, dan N jumlah
pengukuran. Nilai presisi sampel dalam ±10% dapat dikatakan baik dan dapat
dipercaya karena nilai variasinya yang rendah.
2.4 Indeks Kualitas Udara
Kualitas udara di Indonesia umumnya diukur menggunakan suatu indeks
bernama Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), sesuai dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP-45/MENLH/1997 tentang Indeks
Standar Pencemar Udara. Dalam keputusan tersebut yang dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan diantaranya adalah bahwa untuk memberikan kemudahan
dari keseragaman informasi kualitas udara ambien kepada masyarakat di lokasi
dan waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upayaupaya pengendalian pencemaran udara perlu disusun Indeks Standar Pencemar
Udara.
Indeks

Standar

Pencemar

Udara

adalah

angka

tanpa

satuan

yang

menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang
didasarkan pada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk
hidup lainnya. Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara mengubah
kadar pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka yang tidak berdimensi.
Rentang Indeks Standar Pencemar Udara dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara
Kategori

Rentan
g

Penjelasan

Baik

0-50

Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan
manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan,
bangunan, atau nilai estetika.

Sedang

51-100

Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan
manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang
sensitif dan nilai estetika.

Tidak sehat

Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia
101-199 ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan
kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

Sangat tidak
sehat

Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada
200-299 sejumlah segmen populasi yang terpapar.

13

Kategori

Rentan
g

Berbahaya

>299

Penjelasan
Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat
merugikan kesehatan yang serius.

Data Indeks Standar Pencemar Udara diperoleh dari pengoperasian Stasiun
Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis Ambien Otomatis, dengan
parameternya meliputi:
a. partikulat (PM10),
b. karbon monoksida (CO),
c. sulfur dioksida (SO2),
d. nitrogen dioksida (NO2), dan
e. ozon (O3).
Perhitungan dan pelaporan serta informasi ISPU ditetapkan oleh Kepala Badan
Pengedalian Dampak Lingkungan, yaitu Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 yang memuat di antaranya sebagai
berikut.
1. Parameter-Parameter Dasar Untuk ISPU dan Periode Waktu Pengukuran,
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter-parameter dasar untuk ISPU dan periode waktu pengukuran
No.

Parameter

Waktu pengukuran

1

Partikulat (PM10)

24 jam (periode pengukuran rata-rata)

2

Sulfur dioksida (SO2)

24 jam (periode pengukuran rata-rata)

3

Karbon monoksida (CO)

8 jam (periode pengukuran rata-rata)

4

Nitrogen dioksida (NO2)

1 jam (periode pengukuran rata-rata)

5

Ozon (O3)

1 jam (periode pengukuran rata-rata)

Catatan:
• Hasil pengukuran untuk pengukuran kontinu diambil harga rata-rata tertinggi
waktu pengukuran.
• ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari rata-rata sebelumnya
(24 jam sebelumnya.

14

• Waktu terakhir pengambilan data dilakukan pada pukul 15.00 Waktu Indonesia
Bagian Barat (WIBB).
• Indeks Standar Pencemar Udara yang dikaporkan kepada masyarakat berlaku 24
jam ke depan (pukul 15.00 tanggal n sampai pukul 15.00 tanggal n+1).
2. Angka dan Kategori Indeks Standar Pencemar Udara, selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Angka dan kategori ISPU
Indeks

Kategori

1-50

Baik

51-100

Sedang

101-199

Tidak Sehat

200-299

Sangat Tidak Sehat

>299

Berbahaya

3. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara untuk Setiap Parameter
Pencemar, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh ISPU untuk setiap parameter pencemar
Kategori

Rentang

Nitrogen
dioksida
(NO2)

Ozon (O3)

Sulfur
dioksida
(SO2)

Partikulat
(PM10)

Tidak ada efek

Sedikit berbau

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan SO2
(selama 4 jam)

51-100

Perubahan
kimia darah
tetapi tidak
terdeteksi

Berbau

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan

Terjadi
penurunan pada
jarak pandang

101-199

Peningkatan
pada
kardiovaskuler
pada perokok
yang sakit
jantung

Bau dan
kehilangan
warna,
peningkatan
reaktivitas
pembuluh
tenggorokan
pada penderita
asma

Penurunan
kemampuan
pada atlet yang
berlatih keras

Bau,
meningkatnya
kerusakan
tanaman

Jarak pandang
turun dan
terjadi
pengotoran
debu di manamana

Baik

0-50

Sedang

Tidak
sehat

Karbon
monoksida
(CO)

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan O3
(selama 4 jam)

Tidak ada efek

15

Rentang

Karbon
monoksida
(CO)

Sangat
tidak sehat

200-299

Meingkatnya
kardiovaskuler
pada orang
bukan perokok
yang
berpenyakit
jantung, dan
akan tampak
beberapa
kelemahan
yang terlihat
secara nyata

Berbahaya

>299

Kategori

Nitrogen
dioksida
(NO2)

Meningkatnya
sensitivitas
pasien yang
berpenyakit
asma dan
bronkitis

Ozon (O3)

Olah raga
ringan
mengakibatkan
pengaruh
pernafasan pada
pasien yang
berpenyakit
paru-paru
kronis

Sulfur
dioksida
(SO2)

Meningkatnya
sensitivitas
pada pasien
berpenyakit
asma dan
bronkitis

Partikulat
(PM10)

Meningkatnya
sensitivitas
pada pasien
berpenyakit
asma dan
bronkitis

Tingkat yang berbahaya bagu semua populasi yang terpapar

4. Batas Indeks Standar Pencemar Udara dalam SI.
a. Dalam bentuk Tabel
Tabel 5. Batas ISPU dalam SI
ISPU

24 jam PM10
(µg/m3)

24 jam SO2
(µg/m3)

8 jam CO
(µg/m3)

1 jam O3
(µg/m3)

1 jam NO2
(µg/m3)

50

50

80

5

120

265

100

150

365

10

235

550

200

350

800

17

400

1130

300

420

1600

34

800

2260

400

500

2100

46

1000

3000

500

600

2620

57,5

1200

3750

Catatan:
• Indeks dikur pada suhu 25 C dan tekanan 760 mmHg.
• Tidak ada indeks yang dapat dilaporkan pada konsentrasi rendah dengan jangka
pemaparan yang pendek.
b. Dalam bentuk grafik

16

Grafik 1. Batas ISPU dalam satuan matriks untuk karbon partikulat
600
600

500
420

Kadar partikulat (µg/m3)

450

350
300

150
150

0
0

0

100

200

300

400

500

ISPU

Grafik 2. Batas ISPU dalam satuan matriks untuk sulfur dioksida
3000

Kadar sulfur dioksida (µg/m3)

2620

2100

2250

1600
1500

800
750

365
0
0

0

100

200

300

400

ISPU

500

17

Grafik 3. Batas ISPU dalam satuan matriks untuk karbon monoksida
57.5

Kadar karbon monoksida (µg/m3)

60

46
45

34
30

17
15

10

0
0

0

100

200

300

400

500

ISPU

Grafik 4. Batas ISPU dalam satuan matriks untuk ozon
1200
1200

1000

Kadar ozon (µg/m3)

900

800

600

400
235

300

0
0

0

100

200

300

400

ISPU

500

18

Grafik 5. Batas ISPU dalam satuan matriks untuk nitrogen dioksida
3750

Kadar nitrogen dioksida (µg/m3)

4000

3000
3000

2260
2000

1130
1000

550
0
0
0

100

200

300

400

500

ISPU

5. Penentuan Indeks Standar Pencemar Udara, dapat dihitung menggunakan
rumus berikut.
I = (Ia - Ib)(Xx - Xb)/(Xa - Xb) + Ib
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas
Ib = ISPU batas bawah
Xa = Ambien batas atas
Xb = Ambien batas bawah
Xx = Kadar ambien nyata hasil perhitungan
Contoh perhitungan:
Diketahui konsentrasi udara ambien untuk jenis parameter SO2 adalah 332 μg/
m3. Konsentrasi tersebut jika dirubah ke dalam angka Indeks Standar Pencemar

19

Udara adalah sebagai berikut. Dari Tabel 5 “Batas Indeks Standar Pencemar
Udara dalam Satuan SI” kita dapatkan
Xx

= 322 μg/m3

Ia

= 100

Ib

= 50

Xa

= 365

Xb

= 80

sehingga bila angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus, kita peroleh
Indeks Standar Pencemar Udaranya:
I = (Ia - Ib)(Xx - Xb)/(Xa - Xb) + Ib
= (100-50)(322-80)/(365-80) + 50
= 92,45
≈ 92 (pembulatan)
Jadi, konsentrasi udara ambien SO2 322 μg/m3 bila diubah menjadi Indeks Standar
Pencemar Udara adalah 92.


6. Contoh Perhitungan Pengambilan Indeks Standar Pencemar Udara dari
Beberapa Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis.
Misal: Kota Denpasar
Jumlah Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis: 3 buah
Angka-angka ISPU setiap stasiun:
Stasiun I
Angka ISPU untuk kelima polutan:
• PM10

= 96

• SO2

= 80

• O3

= 40

• NO2

= 55

• CO

= 90

Stasiun II

20

Angka ISPU untuk kelima polutan:
• PM10

= 88

• SO2

= 44

• O3

= 40

• NO2

= 42

• CO

= 83

Stasiun III
Angka ISPU untuk kelima polutan:
• PM10

= 91

• SO2

= 71

• O3

= 35

• NO2

= 55

• CO

= 92

Indeks Standar Pencemar Udara yang dilaporkan ke media massa (display,
koran harian setempat, dan stasiun televisi setempat) adalah Indeks Standar
Pencemar Udara yang paling tinggi. Untuk kasus di atas Indeks Standar Pencemar
Udara tertinggi adalah dari Stasiun I yaitu polutan PM10 dengan Indeks Standar
Pencemar Udara 96 sehingga inti laporan kemasyarakatan Indeks Standar
Pencemar Udara Kota Denpasar adalah:
• Indeks Standar Pencemar Udara

: 96

• Kualitas Udara

: Sedang

• Parameter dominan

: PM10

berlaku 24 jam dari hari ini pukul 15.00 tanggal n sampai pukul 15.00 tanggal
n+1.
Terdapat berbagai indeks kualitas udara lain yang dapat menunjukkan tingkat
pencemaran udara yang terjadi di daerah tertentu, seperti Pollutant Standard Index
(PSI), National Air Quality Index (NAQI), dan Oak Ridge Air Quality Index
(ORAQI). Parameter-parameternya pun tidak jauh berbeda dengan Indeks Standar
Pencemar Udara. Meskipun begitu, indeks-indeks tersebut tidak lazim digunakan
di Indonesia sehingga data yang diperoleh umumnya tidak lengkap.


21

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Indeks Standar Pencemar Udara Kota Bandung
Indeks Standar Pencemar Udara di Kota Bandung diukur menggunakan enam
Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis dengan nama dan lokasinya
sebagai berikut.
1. BAF-1 Kantor Arya Graha
2. BAF-2 Batu Nunggal
3. BAF-3 Ujung Berung
4. BAF-4 Tirta Lega
5. BAF-5 Dago Pakar
6. BAF-6 Gedung Sate
Meskipun begitu, hanya terdapat satu Stasiun Pemantau Kualitas Udara
Ambien Otomatis yang aktif melakukan pengukuran saat ini, yaitu BAF-6
Gedung Sate. Berdasarkan data yang diperoleh, Indeks Standar Pencemar Udara
Kota Bandung per tanggal 15 November 2016 adalah 0 (MENLHK, 2016)
berdasarkan parameter partikulat (PM10). Dalam perhitungan Indeks Standar
Pencemar Udara, angka nol merupakan angka sempurna: angka tersebut
menandakan ketiadaan polutan di daerah yang dilakukan pengamatan. Nilai ini
tentu bertolak belakang dari paparan yang telah diberikan pada Bab I dan Bab II
yang mengimplikasikan buruknya kualitas udara Kota Bandung belakangan ini.
Satu kendala yang sangat mungkin terjadi adalah kesalahan pada alat ukur
BAF-6 Gedung Sate. Pasalnya, Kota Bandung merupakan salah satu kota terbesar
di Indonesia dengan jumlah kendaraan bermotor dan aktivitas industri yang tinggi
sehingga janggal apabila nilai Indeks Standar Pencemar Udara di Kota Bandung
bernilai nol. Meskipun begitu, nilai nol akan tetap digunakan sebagai Indeks
Standar Pencemar Udara Kota Bandung.
3.2 Penentuan Kualitas Udara Jalan Cihampelas Secara Kualitatif

22

Pengamatan lapangan terhadap kualitas udara di daerah pembangunan
Skywalk Cihampelas dilakukan pada tanggal 15 November 2016 hingga tanggal
20 November 2016 tepatnya di depan Bank Mandiri dengan persetujuan satpam
agar botol tidak dipindahkan dari tempat yang telah ditentukan. Selain itu,
pengamatan dilakukan dengan menggunakan sebuah botol yang telah dipotong
bagian atasnya yang berisi air mineral, kemudian dibiarkan terbuka sehingga zatzat yang terkandung dalam udara dapat masuk secara bebas ke dalam botol.
Pengambilan data dilakukan setiap pukul 18.00 dengan mengamati kejernihan air
secara umum dan apakah terdapat endapan atau gumpalan dalam botol. Setelah
dilakukan pengamatan selama interval yang telah ditentukan, diperoleh data
sebagai berikut.
Pada tanggal 16 November 2016, air mineral yang awalnya jernih pada saat
pertama kali diletakkan di depan Bank Mandiri mengalami perkeruhan, walaupun
hanya terlihat bila diperhatikan secara seksama. Meskipun begitu, tidak terbentuk
endapan di dasar botol. Keesokan harinya, perkeruhan air semakin terlihat, dan
partikel-partikel berukuran sekitar 1 mm dapat terlihat melayang-layang di dalam
air. Pada hari ketiga, endapan berwarna hijau mulai tampak di bagian dasar botol.
Perkeruhan yang terjadi mengalami intensifikasi gradual. Pada hari terakhir, yaitu
tanggal 20 November 2016, bagian bawah air sepenuhnya telah tertutup oleh
endapan hijau kecoklatan, dan partikel-partikel yang melayang-layang di dalam
air semakin pekat.
Perkeruhan air dalam botol ini dapat menjadi indikator kualitas udara di Jalan
Cihampelas secara kualitatif. Sesuai hasil pengamatan, tingkat perkeruhan yang
sangat cepat tersebut menandakan buruknya kualitas udara di Jalan Cihampelas.
Secara umum, kualitas udara yang buruk dapat memengaruhi kesehatan manusia
dalam jangka panjang. Namun, apabila manusia terpapar oleh udara di daerah
pembangunan Skywalk Cihampelas secara terus-menerus, dampaknya akan terasa
dalam jangka yang pendek.

23

Cara lain yang dapat menentukan kualitas udara di Jalan Cihampelas secara
kualitatif adalah dengan memberikan kuesioner kepada masyarakat secara umum.
Metode yang digunakan adalah dengan memberikan selembaran kepada sejumlah
masyarakat dan dengan mengajak masyarakat, khususnya mahasiswa ITB, untuk
mengisi kuesioner yang tersedia di Internet. Pertanyaan-pertanyaan yang
ditanyakan tidak terlalu menjurus dan dapat diselesaikan dalam waktu yang
singkat.
Adapun jumlah populasi yang telah menjawab kuesioner berjumlah 124,
terbagi atas 20 yang menjawab melalui selembar kertas dan 84 yang menjawab
secara online. Meskipun begitu, terdapat beberapa pertimbangan yang mengurangi
jumlah sampel penjawab online menjadi 78. Hal ini dikarenakan ketidaktepatan
jawaban penjawab atau ketidakseriusan jawaban penjawab dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berjumlah sepuluh butir dan kebanyakan
dapat dijawab cukup dengan “ya” atau “tidak”. Berikut pertanyaanpertanyaannya.
1. Apa Anda pernah melalui Jalan Cihampelas dalam satu bulan terakhir?
2. Apa Anda merasa sesak saat melalui Jalan Cihampelas?
3. Apa Anda merasa pembangunan Skywalk Cihampelas merupakan faktor
penyebab penurunan kualitas udara di Jalan Cihampelas?
4.

3.3 Penentuan Kualitas Udara Jalan Cihampelas Secara Kuantitatif
Adapun data kuantitatif mengenai kualitas udara di daerah pembangunan
Skywalk Cihampelas adalah sebagai berikut. Pengamatan lapangan terhadap
kualitas udara di Jalan Cihampelas dilakukan pada tanggal 19 November 2016
pada pukul 17.00. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel udara

24

sejumlah satu liter yang kemudian dianalisis. Setelah dilakukan pengamatan,
diperoleh data sebagai berikut.
Kadar ambien kelima polutan dalam µg/m3:
• PM10

= 284

• SO2

= 628

• O3

= 325

• NO2

= 480

• CO

= 28

Konsentrasi zat-zat di atas apabila dikonversi menjadi Indeks Standar
Pencemar Udara akan menghasilkan data sebagai berikut.
Indeks Standar Pencemar Udara untuk kelima polutan:
• PM10

= 167

• SO2

= 160

• O3

= 158

• NO2

= 87

• CO

= 265

Parameter dominan untuk polutan di Jalan Cihampelas adalah karbon
monoksida (CO) dengan nilai 265. Dengan demikian, nilai Indeks Standar
Pencemar Udara yang dapat ditampilkan kepada khalayak umum adalah sebagai
berikut.
• Indeks Standar Pencemar Udara

: 265

• Kualitas Udara

: Sangat Tidak Sehat

• Parameter dominan

: CO


25

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kualitas udara di Jalan
Cihampelas, tepatnya di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas, dapat
dikategorikan sebagai Sangat Tidak Sehat berdasarkan Indeks Standar Pencemar
Udara. Parameter utama Indeks Standar Pencemar Udara dalam penelitian ini
adalah karbon monoksida (CO) yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya
kemacetan sebagai dampak dari pembangunan Skywalk Cihampelas. Tingkat
kualitas udara ini dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi
yang terpapar. Hal ini menandakan kurang baiknya perencanaan pembangunan
Skywalk Cihampelas dari berbagai sudut.
Adapun cara-cara peminimalan dampak penurunan kualitas udara di Jalan
Cihampelas yang ditimbulkan oleh pembangunan Skywalk Cihampelas adalah
penambahan jam tutup Jalan Cihampelas (yang sudah dilakukan pada malam
hari), pengurangan ketergantungan konstruktor terhadap kendaraan berat bermesin
diesel, pengimbauan kepada masyarakat agar tidak menggunakan kendaraan
pribadi, dan peningkatan mutu pekerja konstruksi pembangunan Skywalk
Cihampelas agar dapat meminimalkan kemacetan yang berujung pada
peningkatan polusi di sekitar Jalan Cihampelas.

4.2 Saran
Ada baiknya bagi Pemerintah untuk melakukan penghitungan Indeks Standar
Pencemar Udara setiap hari agar masyarakat sadar dengan penurunan kualitas
udara yang terjadi di lingkungan sekitar. Aktivasi seluruh Stasiun Pemantau
Kualitas Udara Ambien Otomatis merupakan hal yang penting apabila Pemerintah
menginginkan data yang lebih reliabel dan akurat. Masyarakat juga dapat

26

menentukan kualitas udara tempat tinggal mereka dengan melakukan percobaan
sederhana seperti dalam penelitian ini. Selain itu, sangat dianjurkan bagi para
konstruktor untuk kembali mengevaluasi standar kerja yang diterapkan dalam
membangun berbagai fasilitas umum seperti Skywalk Cihampelas. Pasalnya,
standar yang tinggi akan berdampak pada peningkatan kualitas produk yang
tinggi, keselamatan pekerja yang lebih terjamin, dan rendahnya pencemaran yang
diakibatkan pembangunan fasilitas umum tersebut.


27

DAFTAR PUSTAKA
Seinfeld, John H.; Spyros N. Pandis. 2006. Atmospheric Chemistry and Physics:
From Air Pollution to Climate Change. Chicago: John Wiley & Sons.

Godish, Thad. 2004. Air Quality 4th Edition. Boca Raton: Lewis Publishers.

Vallero, Daniel A. 2008. Fundamentals of Air Pollution. San Diego: Elsevier.

Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung:
Penerbit ITB.

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

LPSE Kota Bandung, 2016

Surat Kabar Pikiran Rakyat, 10 Oktober 2016

KEP-45/MENLH/1997

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MENLHK), 2016

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat,
2015


28

PENGARUH PEMBANGUNAN SKYWALK CIHAMPELAS TERHADAP
KUALITAS UDARA DI JALAN CIHAMPELAS
oleh
Audrey Difi - 16316006
adifi4521@gmail.com
ABSTRAK
Secara umum, pembangunan fasilitas umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarajat. Namun, sering kali pembangunan tersebut tidak mengikuti standar yang baik sehingga
berdampak buruk pada lingkungan. Skywalk Cihampelas merupakan sakah satu contoh prima
yang dapat diamati. Salah satu dampak yang dapat terpengaruh oleh pembangunannya adalah
kualitas udara. Kualitas udara yang buruk dapat membahayakan kehidupan manusia, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan menggunakan berbagai metode, baik sederhana
maupun kompleks, kita dapat menentukan kualitas udara di daerah pembangunan Skywalk
Cihampelas. Hasilnya tidak mengejutkan: pembangunan Skywalk Cihampelas berdampak buruk
pada kualitas udara di daerah sekitar pembangunannya. Hal ini menandakan perlunya evaluasi
ulang standar yang diterapkan pemerintah dalam membangun fasilitas umum dan memilih
konstruktor.
Kata kunci: pembangunan, Skywalk Cihampelas, kualitas udara
Generally, public facilities are built to increase people’s welfare. However, ofttimes the
constructions of these facilities do not follow a good procedure and, thus, create environmental
problems. Skywalk Cihampelas is a prime example of this. Its construction can affect many things,
one of which is air quality. Poor air quality can affect the human health in a bad way in both short
and long term. Using many simple and complex methods, we can determine the air quality in the
area around Skywalk Cihampelas construction. The result is not a surprise: the construction of
Skywalk Cihampelas is causing a decrease in air quality around its area. This is a sign that the
government must reevaluate its standard in constructions and in choosing constructors.

PENDAHULUAN
Skywalk Cihampelas merupakan sebuah jalan layang bagi pejalan kaki yang,
saat penulisan artikel ilmiah ini dibuat, masih dalam proses pembangunan.
Berbagai pertanyaan kerap muncul mengiringi pembangunannya. Salah satu
dampak yang dapat ditimbulkan oleh pembangunan jembatan ini adalah
kemacetan yang dapat berdampak pada penurunan kualitas udara di daerah
pembangunannya. Penurunan kualitas udara merupakan hal yang sangat penting
karena kualitas udara di suatu daerah dapat menentukan kualitas vegetasi hingga
tingkat mortalitas di daerah tersebut. Semakin tinggi kualitas udara, semakin baik
pula kualitas hidup masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Dengan demikian, masalah kualitas udara akibat pembangunan selalu penting
untuk dibahas jika kita ingin mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup
manusia yang berada di sekitar daerah pembangunan daerah tersebut. Oleh karena
itu, diperlukan sebuah penelitian mengenai dampak kualitas udara yang dapat
ditimbulkan oleh pembangunan Skywalk Cihampelas untuk menentukan bahaya-

29

bahaya yang dapat muncul dan usaha-usaha untuk meminimalkan bahaya-bahaya
tersebut. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah (1)
Apa saja parameter penentu kualitas udara? (2) Bagaimana kualitas udara di
daerah pembangunan Skywalk Cihampelas? (3) Langkah apa saja yang dapat
dilakukan untuk memperkecil dampak penurunan kualitas udara yang dapat
ditimbulkan oleh Skywalk Cihampelas?
Untuk mempermudah penelitian dan penulisan laporan artikel ilmiah ini agar
lebih terarah, maka dibuat batasan-batasan yang akan dibahas dalam penulisan
laporan artikel ilmiah ini. Ruang lingkup kajian tersebut adalah (1) Jalan
Cihampelas, (2) Skywalk Cihampelas, (3) kualitas udara, dan (4) Indeks kualitas
udara di Indonesia. Selain itu, metode penelitian yang digunakan dalam menyusun
laporan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Sugiyono
(2009: 29), “Metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui
data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.” Dengan kata lain
penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada
masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan. Hasil
penelitian kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.
TEORI DASAR
Jalan Cihampelas
Pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan pada dasarnya ditentukan
oleh tiga faktor, yaitu faktor manusia, faktor aktivitas manusia, dan faktor
pergerakan manusia (Tamin, 2000). Jalan Cihampelas merupakan sebuah jalan di
Kota Bandung dengan aktivitas perdagangan yang mendominasi. Namun,
berkembangnya perdangangan di Jalan Cihampelas tidak dapat terkontrol dan
memicu para pedagang kaki lima membuka kios-kios dagang di mana pun
sepanjang jalan. Berkembangnya Jalan Cihampelas menyebabkan semakin
padatnya jalan sehingga memicu kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas
merupakan sebuah masalah yang cukup populer di Kota Bandung. Pertambahan
volume kendaraan yang tidak diimbangi dengan pertambahan ruas jalan tentu
berperan penting dalam menambah kemacetan. Salah satu dampak terbesar yang
dapat dirasakan sebagai akibat kemacetan lalu lintas adalah pencemaran udara.
Tingkat pencemaran di Kota Bandung terus meningkat dengan tajam tiap
tahunnya. Peringkat Kota Bandung sebagai kota dengan polutan terendah turun
dari peringkat satu pada tahun 2013 menjadi peringkat enam pada 2014 (BPLHD
Kota Bandung, 2015). Hal ini disebabkan oleh lonjakan jumlah kendaraan pada
akhir pekan. Selain itu, polusi semakin diperparah oleh topografi dan geografi
Kota Bandung yang berupa cekungan. Kondisi tersebut membuat udara buruk

30

sulit dihempaskan angin. Jalan Cihampelas sebagai pusat kegiatan manusia di
Kota Bandung tentu tidak terlepas dari dampak-dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran udara. Terlihat dari kemacetan yang terus terjadi sepanjang hari dan
malam, diperlukan suatu solusi yang dapat mengurangi, atau bahkan
menghilangkan, pencemaran udara di Jalan Cihampelas.
Kualitas Udara
Kualitas udara di suatu daerah selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Konsentrasi polutan bergantung pada besarnya tingkat emisi dari sumber
individual, densitas emisi sumber, topografi, dan keadaan atmosfer. Kualitas udara
dapat ditentukan secara kualitatif. Nilainya jelek ketika polutan (1) menyebabkan
penurunan jarak pandang, (2) mengotori lapisan permukaan bangunan dan
merusak material-material lain, (3) merusak panen dan tanaman lain, atau (4)
menyebabkan efek yang merugikan dalam kesehatan.
Penilaian kualitatif kualitas udara, meskipun dapat mengindikasikan keadaan
atmosfer terhadap polutan, tidak dapat digunakan untuk mendukung programprogram regulasi yang dirancang untuk melindungi lingkungan. Dengan kata lain,
kualitas udara harus ditentukan secara kuantitatif. Seluruh program pengendali
polusi udara bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari
dampak merugikan polutan.
Konsentrasi zat berfase gas di udara umumnya digambarkan sebagai
perbandingan campuran dan dituliskan dalam parts per million by volume (ppmv).
Satu part per million by volume setara dengan satu volume gas yang dicampur
dalam satu juta partikel udara. Satu mikroliter gas tercampur dalam satu liter
udara setara dengan 1 ppmv:
1 ppmv = 1 µL gas/L udara
Konsentrasi dapat dikonversi dari satu satuan ke satuan lain menggunakan
hukum-hukum gas. Sebagai contoh, asumsikan sebuah alat mendapatkan sampel
SO2 sejumlah 40 µg dengan debit rata-rata 0,2 L/menit selama 24 jam.
Konsentrasi dapat ditentukan menggunakan persamaan
ppmv = [(m)(24,45)]/[MV]
dengan m adalah massa gas yang terkumpul (µg), V volume sampel (L), M massa
realtif molekul gas (SO2 = 64), dan 24,45 adalah jumlah mikroliter gas yang
dihasilkan dari satu mikromol zat pada suhu dan tekanan ruang (25°C dan 760
mmHg). Sehingga,
ppmv = [(40 μg)(24,45 μL)]/[(64)(288 L)]
. = 0,053

31

Konsentrasi ppmv dari suatu gas di udara dapat dikonversi ke Satuan
Internasional (SI) menggunakan persamaan
μg/m3 = (M/24,45)(10-3) ppmv
Indeks Kualitas Udara di Indonesia
Kualitas udara di Indonesia umumnya diukur menggunakan suatu indeks
bernama Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), sesuai dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP-45/MENLH/1997 tentang Indeks
Standar Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka tanpa
satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu
tertentu yang didasarkan pada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika,
dan makhluk hidup lainnya. Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan
cara mengubah kadar pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka yang
tidak berdimensi. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Rentang Indeks Standar Pencemar Udara
Kategori

Rentang

Penjelasan

Baik

0-50

Sedang

51-100

Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan
manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang
sensitif dan nilai estetika.

Tidak sehat

101-199

Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia
ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan
kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

Sangat tidak
sehat

200-299

Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada
sejumlah segmen populasi yang terpapar.

Berbahaya

>299

Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi
kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada
tumbuhan, bangunan, atau nilai estetika.

Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat
merugikan kesehatan yang serius.

Dalam setiap rentangnya, Indeks Standar Pencemar Udara dapat memengaruhi
berbagai elemen lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Selain itu, batasbatas nilai Indeks Standar Pencemar Udara dalam Satuan Internasional dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2 Pengaruh ISPU untuk setiap parameter pencemar

32

Kategori

Karbon
monoksida
(CO)

Rentang

Nitrogen
dioksida
(NO2)

Ozon (O3)

Sulfur
dioksida
(SO2)

Partikulat
(PM10)

Sedikit berbau

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan SO2
(selama 4 jam)

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan
akibat
kombinasi
dengan O3
(selama 4 jam)

Tidak ada efek

Perubahan
kimia darah
tetapi tidak
terdeteksi

Berbau

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan

Luka pada
beberapa
spesies
tumbuhan

Terjadi
penurunan pada
jarak pandang

101-199

Peningkatan
pada
kardiovaskuler
pada perokok
yang sakit
jantung

Bau dan
kehilangan
warna,
peningkatan
reaktivitas
pembuluh
tenggorokan
pada penderita
asma

Penurunan
kemampuan
pada atlet yang
berlatih keras

Bau,
meningkatnya
kerusakan
tanaman

Jarak pandang
turun dan
terjadi
pengotoran
debu di manamana

Sangat
tidak sehat

200-299

Meingkatnya
kardiovaskuler
pada orang
bukan perokok
yang
berpenyakit
jantung, dan
akan tampak
beberapa
kelemahan
yang terlihat
secara nyata

Meningkatnya
sensitivitas
pasien yang
berpenyakit
asma dan
bronkitis

Olah raga
ringan
mengakibatkan
pengaruh
pernafasan pada
pasien yang
berpenyakit
paru-paru
kronis

Meningkatnya
sensitivitas
pada pasien
berpenyakit
asma dan
bronkitis

Meningkatnya
sensitivitas
pada pasien
berpenyakit
asma dan
bronkitis

Berbahaya

>299

Baik

0-50

Sedang

51-100

Tidak
sehat

Tidak ada efek

Tingkat yang berbahaya bagu semua populasi yang terpapar

Tabel 3 Batas ISPU dalam SI
ISPU

24 jam PM10
(µg/m3)

24 jam SO2
(µg/m3)

8 jam CO
(µg/m3)

1 jam O3
(µg/m3)

1 jam NO2
(µg/m3)

50

50

80

5

120

265

100

150

365

10

235

550

200

350

800

17

400

1130

300

420

1600

34

800

2260

400

500

2100

46

1000

3000

500

600

2620

57,5

1200

3750

Indeks Standar Pencemar Udara sendiri diukur berdasarkan kadar ambien
polutan di udara. Perhitungannya dapat dilakukan menggunakan rumus berikut.

33

I = (Ia - Ib)(Xx - Xb)/(Xa - Xb) + Ib
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas
Ib = ISPU batas bawah
Xa = Ambien batas atas
Xb = Ambien batas bawah
Xx = Kadar ambien nyata hasil perhitungan
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penentuan Kualitas Udara Secara Kualitatif
Pengamatan lapangan terhadap kualitas udara di daerah pembangunan
Skywalk Cihampelas dilakukan pada tanggal 15 November 2016 hingga tanggal
20 November 2016 tepatnya di depan Bank Mandiri dengan persetujuan satpam
agar botol tidak dipindahkan dari tempat yang telah ditentukan. Selain itu,
pengamatan dilakukan dengan menggunakan sebuah botol yang telah dipotong
bagian atasnya yang berisi air mineral, kemudian dibiarkan terbuka sehingga zatzat yang terkandung dalam udara dapat masuk secara bebas ke dalam botol.
Pengambilan data dilakukan setiap pukul 18.00 dengan mengamati kejernihan air
secara umum dan apakah terdapat endapan atau gumpalan dalam botol. Setelah
dilakukan pengamatan selama interval yang telah ditentukan, diperoleh data
sebagai berikut.
Pada tanggal 16 November 2016, air mineral yang awalnya jernih pada saat
pertama kali diletakkan di depan Bank Mandiri mengalami perkeruhan, walaupun
hanya terlihat bila diperhatikan secara seksama. Meskipun begitu, tidak terbentuk
endapan di dasar botol. Keesokan harinya, perkeruhan air semakin terlihat, dan
partikel-partikel berukuran sekitar 1 mm dapat terlihat melayang-layang di dalam
air. Pada hari ketiga, endapan berwarna hijau mulai tampak di bagian dasar botol.
Perkeruhan yang terjadi mengalami intensifikasi gradual. Pada hari terakhir, yaitu
tanggal 20 November 2016, bagian bawah air sepenuhnya telah tertutup oleh
endapan hijau kecoklatan, dan partikel-partikel yang melayang-layang di dalam
air semakin pekat.
Perkeruhan air dalam botol ini dapat menjadi indikator kualitas udara di Jalan
Cihampelas secara kualitatif. Sesuai hasil pengamatan, tingkat perkeruhan yang
sangat cepat tersebut menandakan buruknya kualitas udara di Jalan Cihampelas.
Secara umum, kualitas udara yang buruk dapat memengaruhi kesehatan manusia
dalam jangka panjang. Namun, apabila manusia terpapar oleh udara di daerah
pembangunan Skywalk Cihampelas secara terus-menerus, dampaknya akan terasa
dalam jangka yang pendek.
Penentuan Kualitas Udara Secara Kuantitatif

34

Adapun data kuantitatif mengenai kualitas udara di daerah pembangunan
Skywalk Cihampelas adalah sebagai berikut. Ketiadaan instrumen pengambil data
tidak memungkinkan pengamatan lapangan sehingga diperlukan sumber lain yang
tepercaya. Setelah menghubungi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
melalui email, kami mendapat sejumlah data yang dapat mendukung penelitian
ini. Hasil di bawah diambil dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan per tanggal 18 November 2016.
Kadar ambien kelima polutan dalam µg/m3:
• PM10 = 284
= 628
• SO2
= 325
• O3
= 480
• NO2
CO
=
28

Konsentrasi zat-zat di atas apabila dikonversi menjadi Indeks Standar
Pencemar Udara akan menghasilkan data sebagai berikut.
Indeks Standar Pencemar Udara untuk kelima polutan:
PM
= 167
10

= 160
• SO2
= 158
• O3
= 87
• NO2
CO
=
265

Parameter dominan untuk polutan di Jalan Cihampelas adalah karbon
monoksida (CO) dengan nilai 265. Dengan demikian, nilai Indeks Standar
Pencemar Udara yang dapat ditampilkan kepada khalayak umum adalah sebagai
berikut.
: 265
• Indeks Standar Pencemar Udara
Kualitas
Udara
: Sangat Tidak Sehat

: CO
• Parameter dominan
Hasil di atas menandakan kualitas udara di Jalan Cihampelas yang sangat
buruk bagi kesehatan manusia dan bagi lingkungan.
SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kualitas udara di Jalan
Cihampelas, tepatnya di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas, dapat
dikategorikan sebagai Sangat Tidak Sehat berdasarkan Indeks Standar Pencemar
Udara. Parameter utama Indeks Standar Pencemar Udara dalam penelitian ini
adalah karbon monoksida (CO) yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya
kemacetan sebagai dampak dari pembangunan Skywalk Cihampelas. Tingkat
kualitas udara ini dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi
yang terpapar. Hal ini menandakan kurang baiknya perencanaan pembangunan
Skywalk Cihampelas dari berbagai sudut.

35

Adapun cara-cara peminimalan dampak penurunan kualitas udara di Jalan
Cihampelas yang ditimbulkan oleh pembangunan Skywalk Cihampelas adalah
penambahan jam tutup Jalan Cihampelas (yang sudah dilakukan pada malam
hari), pengurangan ketergantungan konstruktor terhadap kendaraan berat bermesin
diesel, pengimbauan kepada masyarakat agar tidak menggunakan kendaraan
pribadi, dan peningkatan mutu pekerja konstruksi pembangunan Skywalk
Cihampelas agar dapat meminimalkan kemacetan yang berujung pada
peningkatan polusi di sekitar Jalan Cihampelas.
Ada baiknya bagi Pemerintah untuk melakukan penghitungan Indeks Standar
Pencemar Udara setiap hari agar masyarakat sadar dengan penurunan kualitas
udara yang terjadi di lingkungan sekitar. Aktivasi seluruh Stasiun Pemantau
Kualitas Udara Ambien Otomatis merupakan hal yang penting apabila Pemerintah
menginginkan data yang lebih reliabel dan akurat. Masyarakat juga dapat
menentukan kualitas udara tempat tinggal mereka dengan melakukan percobaan
sederhana seperti dalam penelitian ini. Selain itu, sangat dianjurkan bagi para
konstruktor untuk kembali mengevaluasi standar kerja yang diterapkan dalam
membangun berbagai fasilitas umum seperti Skywalk Cihampelas. Pasalnya,
standar yang tinggi akan berdampak pa