Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Suhu T

Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Suhu Tubuh
A.

Tujuan :
1. Melakukan pengukuran suhu tubuh homoeoterm dan mengamati pengaruh suhu
lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.

B.

Tinjauan Pustaka
Manusia adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu
lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Kulit
memegang peranan penting dalam mempertahankan suhu tubuh. Di dalam kulit
terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan
oleh sistem saraf. Di samping itu terdapat reseptor berbagai macam sensasi satu di
antaranya adalah termoreseptor (Soewolo dkk, 2005: 286-287).
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hypothalamus. Hipothalamus ini
dikenal sebagai thermostat yang berada dibawah otak. Terdapat dua hipothalamus,
yaitu: hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas dan
hipothalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas
(Anfis, 2011).

Bila tubuh merasa panas, ada kecenderungan tubuh meningkatkan
kehilangan

panas

ke

lingkungan;

bila

tubuh

merasa

dingin,

maka

kecenderungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke

lingkungan melalui radiasi dan konduksi-konveksi ditentukan oleh perbedaan
suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian pusat tubuh merupakan ruang
yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37 oC (Soewolo dkk, 2005: 287).
Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit sangat berubah-ubah. Vasodilatasi
pembuluh darah kulit, yang memungkinkan peningkatan aliran darah panas ke
kulit, akan meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya, vasokonstriksi pembuluh
darah kulit mengurangi aliran darah ke kulit, sehingga menjaga suhu pusat tubuh
konstan, dimana darah diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi menurunkan
kehilangan panas. Respon-respon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh
hipotalamus melalui jalur sistem para simpatik. Aktivitas simpatetik yang
ditingkatkan

ke

pembuluh

kutaneus

menghasilkan


penghematan

panas

vasokonstriksi untuk merespon suhu dingin, sedangkan penurunan aktivitas

simpatetik menghasilkan kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah kulit
sebagai respon terhadap suhu panas (Soewolo dkk, 2005: 287-288).
Bila benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah makin
berkontraksi sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat konstriksi maksimum
pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatisi ini disebabkan oleh efek langsung
pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri. Mekanisme kontraksi dingin
membuat hambatan impuls saraf datang ke pembuluh tersebut pada suhu
mendekati suhu 0oC sehingga pembuluh darah mencapai vasodilatasi maksimum.
Hal ini dapat mencegah pembekuan bagian tubuh yang terkena terutama tangan
dan telinga (Syaifuddin, 2009: 324).
Suhu tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1. Exercise: semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15x,
sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal rate-nya.
2. Hormon: Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur

utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon
pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
3. Sistem syaraf: selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari
system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan
norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan
norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme
rate dari sel tubuh.
4. Suhu tubuh: meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate,
setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi
biokimia 10 %.
5. Asupan makanan: makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate
terutama intake tinggi protein.
6. Berbagai macam factor seperti: gender, iklim dan status malnutrisi (Sunardi,
2008).

Thermoregulasi Pada Mamalia dan Amphibi

Thermosfiologi

merupakan


suatu

mekanisme

makhluk

hidup

untuk

mempertahankan suhu tinggi internal agar berada di dalam kisaran yang dapat
ditolerir. Suhu sangat berpengareuh terhadap tingkat metabolisme, suhu yang tinggi
akan menyebabkan aktivitas yang dapat menyebabkan molekul-molekul semakin
tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan
antara satu molekul dengan molekul yang lain semakin besar pula. Akan tetapi,
kenaikan aktivitas metabolisme di dalam tubuh hanya akan bertambah seiring dengan
kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam
tubuh diatur oleh enzim yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika sehu
lingkungan atau suhu tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim, enzim tersebut

dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya (Anonima, 2009).
Thermoregulasi merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu
lingkungannya. Perolehan panas tubuh pada hewan eksoterm tergantung pada
berbagai sumber panas di lingkungan luar. Masalah yang dihadapi hewan eksoterm
tidak sama, tetapi tergantung pada jenis habitatnya. Seperti thermoregulasi pada
eksoterm aquatik, suhu pada lingkungan aquatik relatif stabil sehingga hewan yang
hidup didalamnya tidak mengalami adanya permasalahan suhu lingkungan myang
rumit. Dalam lingkungan aquatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh
dengan cara evaporasi. Pelepasan panas melalui dalam tubuh hewan ekstoterm (ikan)
terutama terjadi melalui insang (Isnaeni, 2006).
Thermoregulasi pada hewan endoterm merupakan hewan yang panas tubuhnya
berasal dari dalam tubuhnya, sebagai hasil dari metabolisme tubuh . Suhu tubuh
hewan endoterm termasuk didalamnya, yaitu burung (aves) dan juga mamalia,

sedangkan hewan lainnya termasuk sebagai hewan ekstoterm. Akan tetapi,
kenyataannya yang ada menunjukkan bahwa ikan tuna juga dapat mempertahankan
suhu tubuhnya pada tingkat tertentu. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh hewan
endoterm dalam melawan suhu yang sangat panas adalah meningkatkan pelepasan
panas tubuh dengan meningkatkan penguapan, baik melalui proses berekeringat atau
terengah-engah. Melakukan gular gluttering yaitu suatu proses menggerakkan daerah

kerongkongan secara cepat dan terus menerus sehingga penguapan melalui saluran
pernafasan (dan mulut) dapat meningkat, dan akibatnya pelepasan panas tubuh juga
meningkat, menggunakan strategi hipertermik, yaitu suatu proses mempertahankan
atau menyimpan kelebihan panas metabolik di dalam ukuran tubuh sehingga suhu
tubuh dapat meningkat sangat tinggi (Isnaeni, 2006).
Amphibi tergolong hewan berdarah dingin karena mekanisme penyesuaian
relatif rudimenter dan spesial, suhu tubuhnya naik turun dalam perbatasan yang luas.
Menurut Ganun (1981), suhu normal pada manusia antara 36-370C.
Manusia dan hewan endotern mampu memproduksi panas dari hasil
metabolisme yang sangat tinggi sehingga temperatur tubuhnya tergantung pada
produksi dan panas metabolisme (Ganong, 1983). Eksotern ditentukan oleh suhu
lingkungan namun beberapa spesies mempunyai tingkahlaku untuk tinggal pada suhu
yang disukai. Kontuinitas pemeliharaan temperatur interna tubuh terutama ditentukan
oleh faktor tingkah laku (Fauzia dan Tandi, 1977).
C.

Metode praktikum
 Alat dan Bahan
1.
2.

3.
4.

Termometer batang
Air dingin
Air hangat
Pengukur waktu

 Cara Kerja Meneliti Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Suhu Badan Manusia
Mengatur termometer dalam skala terendah dengan cara mengibas-ngibaskan termometer tersebut.

Menaruh termometer terebut pada ketak naracoba selama kurang lebih 3 menit, kemudian amat skalanya dan catat suhu

Menempelkan kompres air dingin selama lima menit pada leher (sekitar arteri jugularis).

Mengukur suhu tubuh.

Mengulangi langkah c dan d dengan menggant kompres air hangat.

Mencatat suhu tubuh yang terukur.


 Cara kerja Meneliti Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Suhu Badan Katak

Meletakkan thermometer batang ke dalam mulut katak selama kurang lebih 5 menit, kemudian amati skala dan catat s

ukkan katak ke dalam tabung Erlenmeyer 1 liter yang telah diisi air dingin ¾ volumenya, juga mengamati perubahan suhu set

Mengulangi cara yang sama tetapi air dingin diganti dengan air hangat, mengamati dan mencatat suhunya.

Menganalisis perbedaan suhu katak sebelum dan sesudah perlakuan.
D.

Pembahasan
Praktikum dengan judul Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Suhu Tubuh, Tujuan
dari percobaan yang dilakukan adalah melakukan pengukuran suhu tubuh homoeoterm
dan mengamati oengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.
Pada pengamatan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh alat dan bahan
yang digunakan adalah termometer batang, air dingin, air hangat, pengukur waktu .
Langkah kerja yang dilakukan untuk mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap
suhu tubuh manusia pertama kali adalah mengatur termometer dalam skala terendah

dengan cara mengibas-ngibaskan termometer tersebut. Setelah itu menaruh termometer
terebut pada ketiak naracoba selama kurang lebih 3 menit, kemudian amati skalanya
dan catat suhunya. Selanjutnya menempelkan kompres air dingin selama lima menit
pada leher (sekitar arteri jugularis). Langkah selanjutnya adalah mengukur suhu tubuh.
Kemudian mengulangi langkah c dan d dengan mengganti kompres air hangat. Langkah
yang terakhir ialah mencatat suhu tubuh yang terukur.

Sedangkan langkah kerja yang dilakukan untuk mengamati pengaruh suhu
lingkungan terhadap suhu tubuh katak yakni mula-mula meletakkan thermometer
batang ke dalam mulut katak selama kurang lebih 5 menit, kemudian amati skala dan
catat suhunya. Selanjutnya memasukkan katak ke dalam tabung Erlenmeyer 1 liter yang
telah diisi air dingin ¾ volumenya, juga mengamati perubahan suhu setelah 5 menit
direndam. Lalu mengulangi cara yang sama tetapi air dingin diganti dengan air hangat,
mengamati dan mencatat suhunya. Selanjutnya langkah terakhir ialah menganalisis
perbedaan suhu katak sebelum dan sesudah perlakuan.

Dari percobaan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh yang dilakukan
oleh mahasiswa Prodi Biologi Swadana 2012 diperoleh data sebagai berikut:
Kelompok 1
Martha Lina S.

Dwi Arum Sari
Layn Miftahu Suat
Katak 1
Kelompok 2
Wahyu Nuryadi H.
Lia Pramusintia D.
Katak 2
Kelompok 3
Anisa Milda
Ahmad Arifandy
Listya Minarti
Kelompok 4
Elisabeth Diani
Hilda Afrianti Bahri
Sofia Latifah
Katak 4
Kelompok 5
Rany Zeinita
Arin Pradinasari
Muh. Iqbal Perdana
Kelompok 6
Moh Galang Eko W.
Nrangwesthi W.
Lulu Khairunnisa
Katak 6
Kelompok 7
A. Auliya I.
Hilman Muannis
Katak 7
Kelompok 8
Anton Pandapotan
Fitri Purnamasari
Kurnia Cahyani
Kelompok 9
Utami Amardi Putri
Setyo Sulistyono
Tinuk
Noviakorniyati
Katak 9
Kelompok 10
Rizka Budiasti

Suhu air es (10oC)
37,2
36,5
36
27
Suhu air es (26,5oC)
37,4
36,6
22,5
Suhu air es (5oC)
36,6
36,3
36,7
Suhu air es (15oC)
36
36
35
23
Suhu air es (5oC)
37,1
36,5
37,2
Suhu air es (15oC)
36,5
36,8
36,7
21
Suhu air es (8oC)
34,7
36,2
21
Suhu air es (5oC)
33
34
35
Suhu air es (13oC)
36,7
35,9
36,5

Suhu ruang (32oC)
37,2
37
36,9
33
Suhu ruang (31oC)
36,7
36,7
31
Suhu ruang (oC)
36,7
36,5
36,9
Suhu ruang (30oC)
37,8
36,2
36,7
34,5
Suhu ruang (32oC)
37,2
37
37,2
Suhu ruang (32oC)
36,4
36,5
36,6
32
Suhu ruang (28oC)
35,9
36,6
31
Suhu ruang (29oC)
36
36
37
Suhu ruang (32oC)
37
36,2
37

Suhu air hangat (41oC)
37,5
41,5
36
35
Suhu air hangat (44oC)
37,6
36,7
34
Suhu air hangat (69oC)
36,9
36,8
37
Suhu air hangat (39oC)
38
36,7
37,1
35
Suhu air hangat (40,5oC)
36,8
36,2
36,95
Suhu air hangat (40oC)
36,5
36,8
36,9
35
Suhu air hangat (40oC)
36,4
37
35
Suhu air hangat (65oC)
37
37
37
Suhu air hangat (47oC)
37,4
36,6
37,2

16
Suhu air es (13oC)
37

32
Suhu ruang (32oC)
37,2

36
Suhu air hangat (42oC)
37,4

Rahma Berlianti
Suardi
Katak 10
Kelompok 11
Irfan Azis N
Lutfi Apriliani
Katak 11
Kelompok 12
Maria Olivia
Aji Suhandy
Furry Mei Nur
Rahmawati
Katak 12
Berdasarkan

36,2

36,3

36,7

16
Suhu air es (9oC)
37,2
36,4
10
Suhu air es (oC)
36,5
36,7
36,9

32
Suhu ruang (28oC)
37,1
36,2
27
Suhu ruang (oC)
36,5
36,5
37

36
Suhu air hangat (44,5oC)
37,2
36,2
41
Suhu air hangat (oC)
36,7
36,7
36,8

32
35
35
data tersebut apabila data suhu tubuh mahasiswa dirata-rata dari

tiap 3 jenis suhu yang berbeda, maka akan diperoleh rata-rata untuk suhu air es sebesar
46,009 oC, sedangkan untuk suhu tubuh pada suhu ruang sebesar 36,709 oC, dan pada suhu air
hangat sebesar 38,195 oC. Sehingga suhu tubuh mahasiswa tertinggi ialah pada saat diberi air
es.
Data tersebut berasal dari 12 kelompok yang dikelompokkan menjadi satu
berdasarkan jenis kelamin maka akan diperoleh rata-rata sebagai berikut:
Rata-rata Suhu Tubuh
Ketika Diberi
Air Es

Pada Suhu
Ruang

Laki-laki

36,267 oC

36,578 oC

Ketika
Diberi Air
Hangat
36,928 oC

Perempuan

37,835 oC

36,761 oC

37,083 oC

Jenis Kelamin
Manusia

Rata-rata suhu tubuh mahasiswa Prodi Biologi Swadana 2012 yang berjenis
kelamin laki-laki ketika diberi air es sebesar 36,267 oC, pada saat suhu ruang sebesar
36,578 oC, dan pada saat diberi air hangat suhunya sebesar 36,928 oC. Sedangkan pada
mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan pada saat diberi air es suhu tubuhnya
sebesar 37,835 oC, pada saat berada pada suhu ruang suhu tubuhnya 36,761 oC, dan
pada saat diberi air hangat suhu tubuhnya 37,083 oC.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada setiap percobaan yang
dlakukan pada 3 jenis suhu, suhu perempuan selalu lebih besar dibandingkan suhu lakilaki. Dari data di atas diperoleh hasil pula bahwa pada laki-laki suhu badan tertinggi
ialah saat diberi air hangat, dan suhu yang terendah ialah pada saat tubuh diberi air es.

Berbeda halnya dengan hasil yang diperoleh dari perempuan. Suhu tertinggi ialah pada
saat tubuh diberikan air es, sedangkan suhu terendah ialah pada saat tubuh berada pada
suhu ruangan. Data tersebut kurang sesuai dengan teori, yakni bila tubuh merasa panas,
ada kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh
merasa dingin, maka kecenderungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas
yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi-konveksi ditentukan oleh
perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian pusat tubuh merupakan
ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37 oC (Soewolo dkk, 2005: 287).
Jadi seharusnya semakin meningkat suhu lingkungan maka suhu tubuh mahasiswa
seharusnya semakin menurun.
Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit sangat berubah-ubah. Vasodilatasi
pembuluh darah kulit, yang memungkinkan peningkatan aliran darah panas ke kulit,
akan meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya, vasokonstriksi pembuluh darah kulit
mengurangi aliran darah ke kulit, sehingga menjaga suhu pusat tubuh konstan, dimana
darah diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan panas. Responrespon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur sistem para
simpatik. Aktivitas simpatetik yang ditingkatkan ke pembuluh kutaneus menghasilkan
penghematan panas vasokonstriksi untuk merespon suhu dingin, sedangkan penurunan
aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah kulit
sebagai respon terhadap suhu panas (Soewolo dkk, 2005: 287-288).
Bila benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah makin
berkontraksi sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat konstriksi maksimum
pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatisi ini disebabkan oleh efek langsung
pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri. Mekanisme kontraksi dingin
membuat hambatan impuls saraf datang ke pembuluh tersebut pada suhu mendekati
suhu 0oC sehingga pembuluh darah mencapai vasodilatasi maksimum. Hal ini dapat
mencegah pembekuan bagian tubuh yang terkena terutama tangan dan telinga
(Syaifuddin, 2009: 324).
Apabila data suhu katak dirata-rata maka akan menghasilkan data sebagai berikut:
Katak

Rata-rata Suhu Tubuh
Berada pada
Air Es

Pada Suhu
Ruang

Berada
pada Air
Hangat

20,944 oC

31,944 oC

35,778 oC

Pada saat katak berada pada air es maka suhu tubuhnya sebesar 20,944 oC, pada
suhu ruangan suhu tubuhnya naik menjadi sebesar 31,944 oC, dan pada saat berada
pada air hangat suhu tubuhnya paling tinggi yakni sebesar 35,778 oC. Dari data tersebut
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi suhu tempat katak berada maka
akan semakin besar pula suhunya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Ganun (1981) yakni Amphibi tergolong hewan berdarah dingin karena mekanisme
penyesuaian relatif rudimenter dan spesial, suhu tubuhnya naik turun dalam perbatasan
yang luas. Katak merupakan hewan poikiloterm yakni berdarah dingin. Hewan ini tidak
memiliki thermo regulator sehingga suhu tubuhnya akan berubah-ubah sesuai dengan
suhu lingkungannya.
Thermoregulasi merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu
lingkungannya. Perolehan panas tubuh pada hewan eksoterm tergantung pada
berbagai sumber panas di lingkungan luar. Masalah yang dihadapi hewan eksoterm
tidak sama, tetapi tergantung pada jenis habitatnya. Seperti thermoregulasi pada
eksoterm aquatik, suhu pada lingkungan aquatik relatif stabil sehingga hewan yang
hidup didalamnya tidak mengalami adanya permasalahan suhu lingkungan myang
rumit. Dalam lingkungan aquatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh
dengan cara evaporasi. Pelepasan panas melalui dalam tubuh hewan ekstoterm (ikan)
terutama terjadi melalui insang (Isnaeni, 2006).

E.

Kesimpulan
Dari praktikum dengan topic Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Suhu Tubuh
ini dapat diperoleh kesimpulan yakni manusia merupakan organisme berdarah panas
(homoioterm) dikarenakan memiliki thermo regulator, sedangkan katak merupakan
organisme poikiloterm dikarenakan tidak memiliki thermo regulator. Sehingga manusia
suhu katak(amphibi) suhu tubuhnya menyesuaikan terhadap suhu lingkungannya,
sedangkan manusia tidak.

Dikarenakan manusia memiliki thermo regulator, maka suhu tubuh manusia dapat
diatur dari dalam manusia itu sendiri yakni apabila tubuh merasa panas, ada
kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan sehingga tubuh
akan terasa semakin dingin, sedangkan bila tubuh merasa dingin, maka
kecenderungannya menurunkan kehilangan panas sehingga tubuh akan cenderung
terasa semakin panas.
Data suhu tubuh mahasiswa dirata-rata dari tiap 3 jenis suhu yang berbeda, maka
akan diperoleh rata-rata untuk suhu air es sebesar 46,009 oC, sedangkan untuk suhu
tubuh pada suhu ruang sebesar 36,709 oC, dan pada suhu air hangat sebesar 38,195 oC.
Sehingga suhu tubuh mahasiswa tertinggi ialah pada saat diberi air es.
Sedangkan rata-rata suhu tubuh mahasiswa Prodi Biologi Swadana 2012 yang
berjenis kelamin laki-laki ketika diberi air es sebesar 36,267 oC, pada saat suhu ruang
sebesar 36,578 oC, dan pada saat diberi air hangat suhunya sebesar 36,928 oC.
Sedangkan pada mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan pada saat diberi air es
suhu tubuhnya sebesar 37,835 oC, pada saat berada pada suhu ruang suhu tubuhnya
36,761 oC, dan pada saat diberi air hangat suhu tubuhnya 37,083 oC.

F.

Diskusi
1.
Jawab: Penelitian yang dapat dikembangkan dari praktikum kali ini menurut
praktikan adalah meneliti apakah ada tidaknya ada tidaknya thermo regulator
berpengaruh pada usia suatu organime. Selanjutnya meneliti manfaat adanya
thermo regulator dalam kehidupan organisme homoioterm, khususnya
manusia serta pengaruh tidak adanya thermo regulator pada organisme
poikiloterm dalam kehidupan organisme tersebut.
2. Selama melakuka praktikum, kesulitan apa yang anda alami? utarakan saran
yang dapat anda sampaikan untuk akurasi pengambilan data!
Jawab:Kesulitan yang dialami praktikan pada saat praktikum ialah pada saat
pengukuran suhu tubuh katak pada saat dimasukkan di air dingin dan ketika
dimasukkan pada air panas, dikarenakan praktikan beserta teman-teman
praktikan sekelompok praktikum susah dalam menjaga katak tersebut agar
tetap berada dalam baskom yang berisikan air dingin atau air panas. Katak
tersebut kelihatan tidak nyaman saat berada di baskom yang berisikan air
panas atau dingin tersebut sehingga selalu berusaha melompat saat
dimasukkan ke dalam baskom. Kesulitan saat praktikum selanjutnya ialah
pada saat pengukuran suhu tubuh katak dikarenakan katak tersebut susah

untuk dibuka mulutnya saat hendak dimasukki thermometer ke dalam mulut
katak tersebut, serta ketika sudah masuk katak tersebut seperti terburu-buru
ingin mengeluarkan thermometer dari mulutnya, sehingga sulit bagi praktikan
beserta kelompok untuk menjaga thermometer tetap berada di dalam mulut
katak tersebut sebelum pada akhirnya dicatat suhunya. Sebaiknya untuk
praktikum selanjutnya pada saat praktikan memegang katak, harus
memegangnya dengan cara yang tepat serta setelah dimasukkan baskom yang
berisi air dingin/ panas diberi jeda dahulu sebelum dimasukkan ke baskom
yang berisi air yang berbeda, agar katak tersebut dalam keadaan rileks. Selain
itu suhu badannya pun dapan menjadi normal sebelum dimasukkan ke baskom
yang berisi air yang berbeda. Sehingga data yang diperoleh dapat menjadi
lebih valid lagi.
3. Dari hasil pengamat anda, apakah ada data atau kejadian yang berbeda dengan
teori. Bila ada mengapa hal itu dapat terjadi?
Jawab: Ada, yakni rata-rata suhu tubuh manusia pada saat suhu yang berbeda
apabila disatukan kurang sesuai dengan teori, seharusnya suhu tubuh manusia
semakin turun bila diberikan suhu yang lebih panas, dan sebaliknya apabila
diberikan suhu yang lebih dingin seharusnya suhu tubuh manusia akan
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan adanya pengeturan suhu tubuh oleh
thermo regulator. Kesalahan data sehingga tidak sesuai dengan teori kali ini
terjadi dikarenakan kurang validnya pengambilan data. Seharusnya pada saat
setelah leher (sekitar arteri jugularis) diberi air dingin/ panas dan dilihat suhu
badannya, seyogyanya menunggu beberapa saat dahulu agar suhu tubuh
normal kembali, sebelum diberikan suhu yang berbeda sehingga data yang
diperoleh dari pengukuran menjadi lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
.
Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, edisi kelima-jilid
2. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli diterbitkan tahun
1999).
Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk praktikum biologi. Yogyakarta: Prodi PSn PPs
UNY.
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Gibson.

2002.

Fisiologi

dan

Anatomi

Modern

untuk

Perawat.

EGC,

Jakarta.

Isnaeni, 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Rachman, Erwin.dkk. 2007. Fisiologi. Universitas Indonesia Timur. Makassar.
Rahadian. 2009. Sistem Ekskresi pada Manusia
Ganong, William. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Tambayong, Jan. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Penerbit:Buku
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Jakarta :
Kedokteran EGC.
Sonjaya, Herry. 2008. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Makasar: Universitas
Hasanuddin.

LAMPIRAN
Data Kelas
Kelompok 1
Martha Lina S.
Dwi Arum Sari
Layn Miftahu Suat
Katak 1
Kelompok 2
Wahyu Nuryadi H.
Lia Pramusintia D.
Katak 2
Kelompok 3
Anisa Milda
Ahmad Arifandy
Listya Minarti
Kelompok 4
Elisabeth Diani
Hilda Afrianti Bahri
Sofia Latifah
Katak 4
Kelompok 5
Rany Zeinita
Arin Pradinasari
Muh. Iqbal Perdana
Kelompok 6
Moh Galang Eko W.
Nrangwesthi W.
Lulu Khairunnisa
Katak 6
Kelompok 7
A. Auliya I.
Hilman Muannis
Katak 7
Kelompok 8
Anton Pandapotan
Fitri Purnamasari
Kurnia Cahyani
Kelompok 9
Utami Amardi Putri
Setyo Sulistyono
Tinuk
Noviakorniyati
Katak 9
Kelompok 10
Rizka Budiasti
Rahma Berlianti

Suhu air es (10oC)
37,2
36,5
36
27
Suhu air es (26,5oC)
37,4
36,6
22,5
Suhu air es (5oC)
36,6
36,3
36,7
Suhu air es (15oC)
36
36
35
23
Suhu air es (5oC)
37,1
36,5
37,2
Suhu air es (15oC)
36,5
36,8
36,7
21
Suhu air es (8oC)
34,7
36,2
21
Suhu air es (5oC)
33
34
35
Suhu air es (13oC)
36,7
35,9
36,5

Suhu ruang (32oC)
37,2
37
36,9
33
Suhu ruang (31oC)
36,7
36,7
31
Suhu ruang (oC)
36,7
36,5
36,9
Suhu ruang (30oC)
37,8
36,2
36,7
34,5
Suhu ruang (32oC)
37,2
37
37,2
Suhu ruang (32oC)
36,4
36,5
36,6
32
Suhu ruang (28oC)
35,9
36,6
31
Suhu ruang (29oC)
36
36
37
Suhu ruang (32oC)
37
36,2
37

Suhu air hangat (41oC)
37,5
41,5
36
35
Suhu air hangat (44oC)
37,6
36,7
34
Suhu air hangat (69oC)
36,9
36,8
37
Suhu air hangat (39oC)
38
36,7
37,1
35
Suhu air hangat (40,5oC)
36,8
36,2
36,95
Suhu air hangat (40oC)
36,5
36,8
36,9
35
Suhu air hangat (40oC)
36,4
37
35
Suhu air hangat (65oC)
37
37
37
Suhu air hangat (47oC)
37,4
36,6
37,2

16
Suhu air es (13oC)
37
36,2

32
Suhu ruang (32oC)
37,2
36,3

36
Suhu air hangat (42oC)
37,4
36,7

Suardi
Katak 10
Kelompok 11
Irfan Azis N
Lutfi Apriliani
Katak 11
Kelompok 12
Maria Olivia
Aji Suhandy
Furry Mei Nur
Rahmawati
Katak 12

16
Suhu air es (9oC)
37,2
36,4
10
Suhu air es (oC)
36,5
36,7
36,9

32
Suhu ruang (28oC)
37,1
36,2
27
Suhu ruang (oC)
36,5
36,5
37

36
Suhu air hangat (44,5oC)
37,2
36,2
41
Suhu air hangat (oC)
36,7
36,7
36,8

32

35

35