makalah mutu pendidikan by angel lahinda

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka
bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia
tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.Pendidikan diambil dari kata dasar didik,
yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara atau memberi latihan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang
berhubungan dengan Pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk
mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha
manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek pokok
yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu
tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga pada
pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan
pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak sisi. Telah banyak pakar
pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi
kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Dengan masukan ilmiah ahli itu, pemerintah tak
berdiam diri sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai.

Masukan ilmiah yang disampaikan para ahli dari negara-negara yang berhasil menerapkannya,
seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Selandia Baru dan Singapura selalu memunculkan
konsep yang tidak selalu bisa diadopsi dan diadaptasi. Karena berbagai macam latar yang
berbeda. Situasi, kondisi, latar budaya dan pola pikir bangsa kita tentunya tidak homogen dengan
negara-negara yang diteladani. Malahan, konsep yang di impor itu terkesan dijadikan sebagai
“proyek” yang bertendensi pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Artinya, proyek
bukan sebagai alat melainkan sebagai tujuan.
Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak dilakukan, namun masih
belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan mutu. Di antaranya adalah usaha
peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain; Proyek
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), Proyek Perpustakaan, Proyek
Bantuan Meningkatkan Manajemen Mutu (BOMM), Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS),
Proyek Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan Langsung
(DBL), Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM). Dengan
memperhatikan sejumlah proyek itu, dapatlah kita simpulkan bahwa pemerintah telah banyak

1

menghabiskan anggaran dana untuk membiayai proyek itu sebagai upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Namun, semua hal tersebut belum dapat menghasilkan atau meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia.

RUMUSAN MASALAH
-

Apakah Konsep Mutu Pendidikan?
Apakah TQM itu ?
Bagaimana Manajemen mutu dalam Konteks Pendidikan?
Bagaimana penerapan TQM dalam Pendidikan?
Bagaimana Model TQM dalam Pendidikan?

TUJUAN
-

Mahasiswa memahami konsep Mutu Pendidikan
Mahasiswa mengetahui apa itu TQM
Mahasiswa memahami bagaimana Manajemen mutu dalam Konteks Pendidikan
Mahasiswa mengetahui penerapan TQM dalam Pendidikan
Mahasiswa mengetahui Model TQM dalam Pendidikan


2

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Manajemen Mutu
Manajemen mutu yang lebih populer dengan istilah TQM adalah suatu cara
meningkatkan kerja performansi secara terus menerus dalam setiap tingkatan operasi atau proses
dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan semua sumber daya
manusia dan modal yang tersedia. Sementara Ross dan William Mantja mendefinisikan TQM
sebagai integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperoleh dan
mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas barang sebagai produk dan layanan yang
berkesinambungan.
Jadi manajemen peningkatan mutu dalam pendidikan sebagai mana yang dikutip oleh
William dan didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip dan teknik yang menekankan bahwa
peningkatan mutu harus bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara terus menerus dan
erkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasinya guna memenuhi
tuntutan dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.


B.

KONSEP MUTU
1.

Mutu sebagai konsep absolut
Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang
sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu yang
dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. Mutu dalam pandangan ini digunakan
untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi, dan kepemilikan terhadap barang yang
memiliki mutu, akan membuat pemiliknya berbeda dari orang lain yang tidak mampu
memilikinya. Sebenarnya mutu dalam pengertian yang demikian lebih tepat disebut dengan High
Quality.
Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, maka konsep mutu sedemikian adalah elit,
karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan dengan mutu
tinggi kepada peserta didik. Sebagian besar peserta didik tidak bisa menjangkaunya, dan
sebagian besar institusi tidak berangan-angan untuk memenuhinya. Gagasan-gagasan absolut
tentang mutu tinggi hanya sedikit bersinggungan dengan konsep TQM.
2. Mutu sebagai konsep relatif

Mutu dapat juga digunakan sebagai suatu konsep yang relatif. Pengertian ini digunakan
dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut produk dan
layanan, tetapi sesuatu yag dianggap berasal dari produk dan layanan tersebut. mutu dapat
dikatakan ada apabila sebuahh layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Produk atau layanan
yang memiliki mutu, dalam konsep relatif ini tidak harus mahal dan eksklusif.
Definisi relatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek. Pertama adalah menyesuaikan
diri dengan spesifikasi. Kedua adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Cara pertama,
3

penyesuaian diri terhadap spesifikasi, sering disimpulkan sebagai sesuai dengan tujuan dan
manfaat. Para produsen menunjukkan bahwa mutu memiliki sebuah sistem, yang biasa disebut
sistem jaminan mutu (quality assurance system), yang memungkinkan roda produksi
menghasilkan produk yang secara konsisten sesuai dengan standar atau spesifikasi tertentu.
3. Mutu menurut pelanggan
Organisasi-organisasi yang menganut konsep TQM melihat mutu sebagai sesuatu yang
didefinisikan oleh pelanggan-pelanggan mereka. Pelanggan adalah wasit terhadap mutu dna
institusi sendiri tidak akan mampu bertahan tanpa mereka. Institusi pelaku TQM harus
menggunakan semua cara untuk mengeksplorasikan kebutuhan pelanggannya. Mutu dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan
pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah, mutu sesuai persepsi (quality in perception).

Tom Peters berpendapat bahwa mutu yang didefinisikan oleh pelanggan jauh lebih
penting dibandingkan harga dalam menentukan permintaan barang dan jasa. Peters menemukan
kenyataan bahwa pelanggan akan selalu membayar lebih untuk mutu yang baik, tanpa
menghiraukan tipe produknya. Dan dia juga berpendapat bahwa karyawan menjadi jauh
berenergi ketika mereka memiliki kesempatan untuk memberikan layanan yang bermutu atau
menghasilkan produk yang bermutu.
C.

KONSEP MUTU PENDIDIKAN
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang bermutu
yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional sesuai dengan
kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan berarti bersangkut paut, kait
mangait, dan berguna secara langsung.
Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang
pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada
peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang
digunakan untuk menjalankan pendidikan.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting
yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses
pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem

pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu pendidikan tidak dapat
dimonitor secara ojektif dan teratur. Uji banding antara mutu pendidikan suatu daerah dengan
daerah lain belum dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian
pendidikan belum berfungsi unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.
Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan proses belajar
menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk
kreatifitas siswa unutk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga
tidak mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan belajar
menjadi lebih inovatif.
4

Pada pendidikan mutu tinggi, pelaksanaan kurikulum ditetapkan pada penentuan cakupan materi
yang ditetapkan secara terpusat, sehingga perlu dilaksanakan perubahan kearah kurikulum yang
berbasis kompetensi, dan lebih peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga
pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen
tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar pendidikan
tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar.
Konsep mengenai mutu pendidikan berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Mutu,
dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu produk atau hasil

kerja, baik berupa barang atau jasa.
Menurut Sallis dalam Syaefuddin, dkk. (2007:2-8 unit 2) terdapat tiga pengertian konsep mutu.
Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut (mutlak), kedua, mutu dalam konsep yang relatif,
dan ketiga, mutu menurut pelanggan.
1)
Dalam pengertian yang absolut, sesuatu dikatan bermutu jika memenuhi standar yang
tertinggi dan tidak dapat diungguli, sehingga mutu dianggap sesutau yang ideal yang tidak dapat
dikompromikan, seperti kebaikan, keindahan, dan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan,
maka konsep mutu absolut bersifat elite karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang dapat
memberikan pendidikan dengan high quality kepada siswa, dan sebagian besar siswa tidak dapat
menjangkaunya.
2)
Dalam pengertian relatif, mutu bukanlah suatu atribut dari suatu produk atau jasa, tetapi
sesuatu yang berasal dari produk atau jasa itu sendiri. Dalam konsep ini, produk yang bermutu
adalah yang sesuai dengan tujuannya.
3)
Menurut pengertian pelanggan, mutu adalah sesuatu yang didefinisikan oleh pelanggan.
Dalam konsep ini, ujung-ujungnya adalah kepuasan pelanggan, sehingga mutu ditentukan sejauh
mana ia mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka atau bahkan melebihi. Karena
kepuasan dan keinginan merupakan suatu konsep yang abstrak, maka pengertian kualitas dalam

hal ini disebut “kualitas dalam persepsi – quality in perception”.
Dalam konteks pendidikan, produk dari lembaga pendidikan berupa jasa. Kepuasan pelanggan
(siswa, orang tua, dan masyarakat) dibagi dalam dua aspek yaitu tata layanan pendidikan dan
prestasi yang dicapai siswa.
Sedangkan pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input seperti tenaga pengajar,
peralatan, buku, biaya pendidikan, teknologi, dan input-input lainnya yang diperlukan dalam
proses pendidikan. Ada pula yang mengaitkan mutu pada proses (pembelajaran), dengan
argumen bahwa proses pendidikan (pembelajaran) yang paling menentukan adalah kualitas.
Orientasi mutu dari aspek output mendasarkan pada hasil pendidikan yang ditujukan oleh

5

keunggulan akademik dan nonakademik di suatu sekolah. Bahkan saat ini, mutu pendidikan tidak
hanya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai, tetapi bagaimana prestasi tersebut dapat
dibandingkan dengan standar yang ditetapkan, seperti yang tertuang di dalam UU No.20 tahun
2003 pasal 35 dan PP No.19 tahun 2005 (Syaifuddin, dkk. 2007:2-7).
Bunyi pasal 35 UU No.20 tahun 2003 pasal 35 adalah sebagai berikut:
1)
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang

harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
2)
Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.
3)
Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan
pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan, dan
pengendalian mutu pendidikan.
4)
Ketentuan mengenai nasional pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Standar nasional pendidikan diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan adanya standar, dua orang guru tidak akan meberikan penafsiran berbeda terhadap
kedalaman sebuah kompetensi dasar sebuah kurikulum. Demikian juga, dengan proses
pembelajaran, guru akan berfokus pada hasil (output) yang harus dicapai, tidak sekedar
memenuhi target administratif yang ada dalam petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk
teknis (juknis) (Mulyasa, 2009:18).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa ada berbagai macam konsep
mengenai mutu pendidikan. Dari berbagai macam konsep tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa mutu pendidikan berkaitan dengan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional

seperti yang tercantum di dalam UU No.20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain
itu, mutu pendidikan dapat dikatakan baik apabila memenuhi standar nasional pendidikan.
D.

PENGERTIAN TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT)
Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen fungsional dengan pendekatan yang secara
terus-menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas
dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan
pembangunan masyarakat (community development).
Dalam pengertian yang lain total quality management merupakan sistem manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi.

6

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa total quality management merupakan suatu
konsep manajemen modern yang berusaha untuk merespons secara tepat terhadap setiap perubahan
yang ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal.
E.

Manajemen Mutu dalam Konteks Pendidikan
Menurut Gandem, karakteristik TQM itu indikasinya ditunjukkan melalui: (1) komitmen
yang tinggi dari seluruh jajaran organisasi, (2) organisasi yang mantap, dan (3) motivasi dan
disiplin yang tinggi. Berdasarkan karakteristik tersebut maka ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi agar program-program yang dibawa melalui TQM dapat berhasil dengan baik.
Persyaratan yang harus dipenuhi jika TQM diimplementasikan dalam institusi pendidikan
adalah:
(1)
Perbaikan Terus-Menerus (Continuous Improvement)
Dalam filsafat lama dianut prinsip:”jika sudah rusak, baru diperbaiki:, sedangkan dalam filsafat
mutu menganut prinsip, bahwa tiap proses perlu diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna
perlu selalu diperbaiki dan disempurnakan.
(2)
Perubahan Kultur (Change of Culture)
TQM membutuhkan perubahan budaya, hal ini pada mulanya sulit untuk diimplementasikan,
karena membutuhkan perubahan sikap dari setiap anggota organisasi, dan metode kerja yang
berbeda-beda. Berkaitan dengan upaya mengadakan perubahan budaya untuk kepentingan TQM,
ada tiga model langkah pengelolaan perubahan yang dikembangkan oleh Lewin yang
meliputi unfreezing, moving danrefrezing.
(3)
Menjaga Hubungan dengan Pelanggan (keeping close to the customer)
Misi utama TQM dalam lembaga adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Lembaga yang
unggul akan selalu menjaga kedekatan dengan pelanggan serta memiliki keterkaitan (obsesi)
terhadap kualitas. Oleh karena itu, pimpinan lembaga pendidikan perlu mengembangkan
paradigma baru bahwa yang semula kecenderungannya acuh dengan pelanggan, dimana
mendatang harus memprioritaskan dan memuaskan pelanggan.
(4)
Kolega sebagai Pelanggan
Fokus TQM kepada pelanggan bukan sekedar memenuhi kebutuhan dari luar, tetapi kolegakolega yang ada juga merupakan pelanggan. Pelanggan internal tidak boleh dilupakan tetapi
perlu dipenuhi kebutuhannya sebagaimana lembaga pendidikan memenuhi kebutuhan pelanggan
eksternal.
(5)
Pemasaran Internal
Staf adalah pihak yang membuat perbedaan mutu. Mereka yang menghasilkan kesukssan dan
memuaskan klien. Pemasaran internal adalah alat yang berguna untuk menciptakan komunikasi
dengan staf. Singkatnya, pemasaran internal adalah keharusan agar ide, produk dan jasa dapat
dipasarkan kepada para staf seefektif kepada klien.
(6)
Professionalisme dan Fokus Pelanggan.
Ada dimensi lain tentang tenaga kerja profesional dalam pendidikan yang secara tradisional
melihat diri mereka sendiri sebagai pelindung dari mutu dan standar institusi.pelatihan guru
dalam konsp-konsep mutu merupakan elemen penting dalam upaya merubah kultur. Memadukan

7

aspek terbaik dari profesionalisme dengan mutu terpadu merupakan hal yang esensial untuk
mencapai sukses.
(7)
Mutu Pembelajaran
Pendidikan adalah tentang pembelajaran masyarakat. Jika TQM bertujuan untuk memiliki
relevansi dalam pendidikan, maka ia harus memberi penekanan pada mutu pelajar. Semua pelajar
berbeda satu sama lainnya, dan mereka belajar dengan model yang cocok dengan kebutuhan dan
kecenderungan mereka masing-masing. Dari sini institusi pendidikan memiliki kewajiban untuk
membuat pelajar sadar terhadap variasi pembelajaran yang ditawarkan kepada mereka. Entah itu
metode, umpan balik bahkan evaluasi pembelajarannya. Hal tersebut bertujuan untuk
memberikan motivasi dan pengalaman praktek kepada para pelajar tentang penggunaan TQM
yang dapat menyesuaikan diri dalam situasi apapun.

TQM masuk dalam bidang pendidikan pada sekitar tahun 1980. utamanya dilaksanakan di
perguruan tinggi hingga pendidikan. Upaya itu terus menerus meningkat di Inggris dan Amerika
pada tahun 1990. fokus utamanya pada peningkatan kualitas pendidikan melalui reorganisasi
praktek pendidikan. Keberhasilan TQM ini dapat dilihat dari pernyataan bahwa jaminan kualitas
pendidikan sangat diperlukan dan agar setiap lembaga pendidikan menetapkan sistem TQM-nya.
Konsep TQM Dalam Bidang Pendidikan
1.

Tujuan TQM

Tujuan utama TQM dalam bidang pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan secara
berkelanjutan, terus menerus, dan terpadu. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang
dimaksudkan tidak sekaligus, melainkan dituju berdasarkan peningkatan mutu pada setiap
komponen pendidikan
1.

Prinsip TQM

Pencapaian tujuan di atas dapat dicapai jika menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
pemfokusan pada pelanggan, peningkatan kualitas pada proses, dan melibatkan semua komponen
pendidikan.
Pemfokusan pada pengguna menunjuk pada setiap peningkatan kualitas pendidikan haruslah
didasarkan pada keinginan, kebutuhan, dan harapan pengguna pendidikan (internal dan
eksternal). Konsep ini memerlukan pengumpulan dan penganalisaan data lapangan secara tepat
sehingga perlu mempertemukan kedua belah pihak.
Peningkatan kualitas pada proses menunjuk pada peningkatan terus menerus yang dibangun
atas dasar : pekerjaan akan menghasilkan serangkaian tahapan interelasi dan aktivitas yang pada
akhirnya akan menghasilkan output (keluaran).
1.

Elemen pendukung TQM

8

Terdapat elemen-elemen pendukung untuk mencapai tujuan peningkatan kualitas pendidikan
secara berkelanjutan, yaitu : kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung,
komunikasi, penghargaan, pengukuran
Pemahaman terhadap TQM dapat pula difokuskan pada beberapa karakteristiknya. Beberapa
karakteristik TQM dalam bidang pendidikan adalah : berfokus pada pelanggan, memiliki obsesi
terhadap kualitas tinggi, menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah, memiliki komitmen jangka panjang, memerlukan kerjasama tim,
memperbaiki proses secara berkelanjutan, menyelenggarakan pendidikan dan latihan TQM,
memberikan kebebasan terkendali, ada kesatuan tujuan, dan ada keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan
Beberapa indikasi kunci keberhasilan organisasi yang mengimplementasikan TQM (selain
karakteristik di atas) sangat ditentukan oleh berbagai hal. Indikasinya ditunjukkan melalui :
komitmen yang tinggi dari seluruh jajaran organisasi, organisasi yang mantap, motivasi dan
disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, organisasi yang mengimplementasikan TQM secara tepat
dapat dibedakan dengan organisasi lainnya didasrkan pada karakteristik tersebut.

F.

PENERAPAN TQM DALAM PENDIDIKAN
Prosedur dalam mengimplementasikan TQM pada dasarnya menempuh tiga tahapan
sebagai berikut :
a). Persiapan.
Tahapan persiapan adalah aktivitas pertama dan utama yang harus dilakukan sebelum
TQM dikembangkan dan dilaksanakan. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah :
membentuk tim, melaksanakan pelatihan TQM bagi tim. Merumuskan model atau sistem yang
akan dikembangkan sebagai nama implementasi TQM, membuat kebijakan berkaitan dengan
komitmen anggota organisasi untuk mendukung TQM, mengkomunikasikan kepada semua
anggota organisasi berkaitan dengan adanya perubahan, melakukan analisis faktor pendukung
dan penghambat organisasi, dan melakukan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan internal
dan eksternal. Kesemua langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara sistematik dan
sistematis dengan dukungan penuh pimpinan dan anggotanya. Fleksibilitas dapat dilakukan
sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing lembaga pendidikan. Oleh karena itu, dalam
tahapan persiapan memang memerlukan kemauan, perhatian, dan komitmen yang tinggi untuk
mendukung tahapan berikutnya.
b). Pengembangan sistem.
Berdasarkan tahapan persiapan, pengembangan sistem dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut : peninjauan dan pengembangan model atau sistem yang ada melalui
penyusunan dokumen sistem kualitas, melakukan pelatihan dan sosialisasi prosedur dan petunjuk
kerja kepada tim inti maupun tim imbas secara tuntas, dan melakukan penyiapan akhir baik

9

c).

a).

b).

c).

sumber daya manusia maupun non manusianya secara cermat dan akurat dalam rangka
memasuki tahapan implementasi sistem kualitas.
Implementasi sistem.
Tahapan implementasi sistem menunjuk pada langkah-langkah sebagai berikut :
melaksanakan uji joba sistem jaminan kualitas dalam lingkup tertentu berdasarkan siklus PDCA
(Plan, Do, Check, and Adjust), anggota tim menginformasikan kepada pimpinan
maupun steering commits berkaitan dengan uji coba sistem jaminan kualitas yang telah
dilaksanakan secara rinci, tim mengumpulkan data dan informasi dari pelanggan (baik pelanggan
internal maupun eksternal), melakukan tindakan koreksi dan pencegahan sesuai dengan harapan
pelanggan, dan mendiskusikan/ melaksanakan rapat pimpinan dan pelaksana sistem jaminan
kualitas berkaitan dengan seluruh program yang ada untuk menghasilkan atau membuat
modikasi proses yang diharapkan secara terus menerus dan berkesinambungan. Kesemua
tahapan tersebut harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Apabila salah
satu tahapan maupun langkah bermasalah, hal tersebut akan berdampak pada tahapan maupun
langkah berikutnya. Oleh karena itu, setiap ada masalah harus segera dicarikan solusi
pemecahannya hingga tuntas.
Keberhasilan lembaga pendidikan sebagai organisasi dalam mencapai prestasi yang
membanggakan tidaklah diperoleh dengan begitu saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor pendukungnya. Factor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Kehendak atau izin dari-Nya.
Allah memiliki kekuasaan yang Maha Kuasa atas segala alam dan jagat raya ini, sehingga
semua yang terjadi di dunia ini adalah karena kehendak-Nya. Oleh karena itu, keberhasilan
organisasi harus diyakini sebagai kehendak-Nya. Organisasi tidak akan mencapai keberhasilan
yang diinginkannya jika tidak karena mendapatkan izin dari-Nya.
Sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah orang-orang yang terlibat atau terkait
dengan penerapan sistem pada sebuah institusi. Mulai dari unsur pimpinan sampai dengan
seluruh para pekerja atau bawahan. Keberhasilan lembaga pendidikan mencapai prestasi juga
ditentukan oleh pemimpin dengan segala aspek kepemimpinannya.
Sumber daya non manusia.
Sumber daya non manusia juga menjadi faktor penentu organisasi dalam mencapai
keberhasilan dibidang kualitas. Sumber daya manusia yang dimaksudkan berupa sarana dan
prasarana yang digunakan oleh sumber daya manusia yang ada dalam melakukan aktivitas untuk
mencapai tujuan organisasi. Melalui penggunaan sarana dan prasarana yang ada, semua aktivitas
organisasi dapat ditopang secara lebih optimal.

10

G.

Model TQM dalam Pendidikan
Mutu merupakan istilah yang familiar dengan kita, namun sulit untuk didefinisikan.
Pengertian mutu didefinisikan para ahli manajemen sebagai :
“Conformance to requirements” ( Philip Crosby).
“Fitness for use” (Joseph M. Juran)
“Meeting or exceeding customer expectations at a cost that represants value to them” (H. James
Harrington).
“Totality of features and characteristics of product or service that bear on its ability to satisfy or
implied needs” … ISO 8402, ASQC, and ANSI. (Jack Hradesky, 1995 : 630)
“The customer’s expectations and requirements; it is determined by the customer and the
marketplace and includes all products and service attributes” (Jack Hradesky, 1995 : 2)
“The totality of features and characteristics of a product or service that bears on its ability to
satisfy given needs” …The American National Standards institute (ANSI) and American Society
for Quality (ASQ) (James R. Evans, 2007 : 6).

Dengan mengkombinasikan prinsip-prinsip tentang mutu oleh para ahli dengan pengalaman
praktek telah dicapai pengembangan suatu model sederhana akan tetapi sangat efektif untuk
mengimplementasikan manajemen mutu terpadu. Model tersebut terdiri dari komponenkomponen berikut :
Tujuan

:

Perbaikan terus menerus, artinya mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan
dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan keinginan para
pelanggan.

Prinsip

:

Fokus pada pelanggan, perbaikan proses dan keterlibatan total.

Elemen

:

Kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung,
komunikasi, ganjaran dan pengakuan serta pengukuran.

Model di atas dibentuk berdasarkan tiga prinsip mutu terpadu yaitu :
-

Fokus kepada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
Fokus pada perbaikan proses kerja untuk memproduksi secara konsisten produk yang
dapat diterima.
Fokus yang memanfaatkan bakat para karyawan.

11

Sekolah yang menerapkan TQM, sekolah tersebut melaksanakan program mutu pendidikan
dengan berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berfokus pada kustomer
Setiap orangdi sekolah harus memahami, bahwa setiap produk pendidikan mempunyai
pengguna (Customer). Setiap anggoa dari sekolah adalah pemasok (Supplier) dan pengguna
(Customer). Pengguna pertama dari sekolah adalah keluarga atau disebut Big C dan siswa
atau Little C. Keluarga atau orang tua juga merupakan pemasok.
2. Keterlibatan menyeluruh
Pelibatan semua komponen pendidikan dimulai pemimpinan yang aktif dari
pemimpin/senior manajemen sampai dengan para dosenru/pegawai. Mereka harus dilibatkan
untuk mencapai keuntungan kompetitif di lingkungan pengguna yang luas. Kepemimpinan
menunjuk pada manajemen senior/ pimpinan yang harus memimpin usaha ini dengan melalui
contoh-contoh yang relevan. Kemudian elemen pendidikan dan pelatihan bagi semua sumber
daya manusia yang seharusnya dapat menyediakan inormasi yang dibutuhkan oleh mereka sesuai
dengan tujuanpeningkatan kualitas pendidikan.
Stuktur pendukung menunjuk pada dukungan yang diberikan oleh pimpinan formal untuk
membawa perubahan penting dalam mengmplementasikan strategi peningkatan kualitas. Begitu
juga dengan komunikasi serta penghargaan dan penguatan perlu diberikan kepada tim maupun
individu yang sukses dalam mengimplementasikan proses peningkatan kualitas.
3. Pengukuran
Pandangan lama mutu pendidikan atau lulusan diukur dari skor prestasi belajar. Pada
pendekatan baru, para profesional pendidikan harus belajar mengukur mutu pendidikan dari
kemampuan dan kinerja lulusan berdasarkan tuntutan pengguna. Para profesional pendidikan
perlu menguasai teknik-teknik pengumpulan dan analisis data, bukan saja data kemampuan
lulusan, melainkan semua data yang terkait dengan kegiatan dan penunjang pelaksanaan
pendidikan.
4. Pendidikan sebagai sistem
Hendaknya, peningkatan mutu pendidikan berdasarkan konsep dan pemahaman
pendidikan sebagai sistem. Pendidikan sebagai sistem memiliki sejumlah komponen, seperti
siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana, media, sumber belajar, orang tua dan lingkungan.
Diantara komponen-komponen tersebut terjalin hubungan yang berkesinambungan dan
keterpaduan dalam pelaksanaan sistem.
5. Perbaikan yang berkelanjutan
Dalam filsafat lama dianut prinsip,”jika sudah rusak, baru diperbaiki,” sedangkan dalam
filsafat mutu menganut prinsip, bahwa tiap proses perlu diperbaiki dan tidak ada proses yang
sempurna perlu selalu diperbaiki dan disempurnakan.

12

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

13