ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE.

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK

SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-TALK-WRITE

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

MACHRANI ADI PUTRI SIREGAR

NIM: 809725012

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

TESIS

ANALISIS KEMAMPUAN

KOMIJNII(ASI

MATEMATIK

SISWA

SEKOLAH

MEI\TENGAH

PERTAMA MELALUI

STRATEGI PEMBELAJARAN

KOOPERATTF

TIPE

THINK-TALK.WRITE

Disusun dan diajukan oleh:

MACHRAM ADI PUTRI SIREGAR

I{IM:

80972i5012

Telah Dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

pada Tanggal 13 September 2013 dan Dinyatakan Telah Memenuhi

Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Medan, 13 September 2013

Menyetujui:

Tim Pembimbing

Pembimbing

II

Prof. Dr. Sahat Saraqih M.Pd.

NIP. 19610205 198803 1003 NrP. 19590807 198303 1033

Mengetahui: Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika

Pembimbing

I

@

flry

Dr. Edi Svahputra M.Pd. NrP. 19570121 198903

l00l


(3)

Lembar Pengesahan Tesis

ANALISIS KEMAMPUAN KOMT'NIKASI

MATEMATIK

SISWA

SEKOLAH MEI\IENGAH PERTAMA

MELALTII

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-TALK-WRITE

TESIS

Disusun dan diajukan oleh:

MACIIRAI\II ADI PUTRI SIREGAR NIIM: 809125012

Medan, 13 September 2013 Menyetujui:

Tim Pembimbing

Pembimbing

I

Pembimbing

tI

M

,,,r.*.K**.r0.

,."r.#**il/*r.*u.

Nrp. 19610205 198803

1003

NIP. 19590807 198303 1033

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

frry

Dr. Edi Syalryutra- M.Pd.


(4)

PERSETUJUAI\T DEWAI\I

PENGUJI

UJIAN TESIS

MAGISTER

PENDIDIKAI\T

No.

NAMA Tanda Tangan

l.

Prof. Dr. Sahat Saragih,

MJd.

N[rP. 19610205

rlmOr

1 003

Prof. I)r. Mukhtar, M.Pd. rIrP.19590807 198303 1 033

Dr. Edi Syahputrq M.Pd. rrIP.19570121 198903 1 001

Dr. Hasratuddin Siregar, 1VL,Pd. NIP.19631231 199103

I

030

Dr. KMS. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd.

IilP.

196,10629 199303

I

00r


(5)

i

ABSTRAK

MACHRANI ADI PUTRI SIREGAR. Analisis Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2013.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write,

Kemampuan Komunikasi Matematik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW dan siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori; (2) peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa antara siswa yang berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah; (3) interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan matematik (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa; (4) peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari kemampuan matematik siswa (tinggi, sedang, rendah); (5) bagaimana proses penyelesaian masalah komunikasi matematik siswa pada strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW dan strategi pembelajaran ekspositori.

Penelitian ini berbentuk kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa siswa kelas VII SMP Negeri 28 Medan yang memiliki rombongan belajar lebih dari 1. Secara acak, dipilih 2 kelas dengan kemampuan sama untuk menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW, sedangkan kelas kontrol diberi strategi pembelajaran ekspositori. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan matematika siswa, tes kemampuan komunikasi matematik siswa dan lembar observasi. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,78 untuk kemampuan komunikasi matematik.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whitney U, ANAVA Dua dan Satu Jalur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diberi strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi strategi pembelajaran ekspositori; tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa antara siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah; tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematik; dan tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik yang signifikan antara siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah yang diberi strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW.


(6)

ii

ABSTRACT

MACHRANI ADI PUTRI SIREGAR. Analysis of the Mathematical

Communication Ability of Junior High School through the Cooperative Learning Strategy with Think-Talk-Write type. Thesis of Mathematics Educational Program of Graduate School of State University of Medan. 2013.

The purposes of this research are to examine: (1) the increasing of students’ mathematical communication ability for those who obtained the Cooperative Learning Strategy with Think-Talk-Write type and the Expository Learning Strategy; (2) the increasing of students’ mathematical communication ability for those who have high, middle and low math skills; (3) the interaction between learning strategy with math skills against the increasing of students’ mathematical communication ability; (4) the increasing of students’ mathematical communication ability for those who obtained the Cooperative Learning Strategy with Think-Talk-Write type in terms of their math skills; (5) form of students’ problem solving processes in each of learning strategy.

This research is a quasi-experimental. The population of this research is all of the seventh grade students in SMP Negeri 28 Medan who have more than one learning group. Randomly, two classes with the same ability were chosen to clasify the experiment class and control class. The experiment class is treated with the Cooperative Learning Strategy with Think-Talk-Write type, while the control class is treated with the expository learning strategy. The used instruments consist of: students’ mathematical ability test, students’ mathematical communication ability test and observation sheet. The validity requirements of those instruments have been declared with the score of reliability coefficient is 0,78 for mathematical communication ability.

The data analyses has been done by using the test of Mann Whitney U, ANOVA two and one way. The result of this research showed that students who are learning with the Cooperative Learning Strategy with Think-Talk-Write type is significantly better in improving mathematical communication ability compared with students who are learning with Expository Learning Strategy; there are no difference in increasing the mathematical communication ability between the students who have the high, middle and low math skills; there are no interaction between the learning strategy with the students’ math skills to the increasing of students’ mathematical communication ability; there are no difference in the increasing of students’ mathematical communication ability between the students who have the high, middle and low math skills who have been treated with the Cooperative Learning Strategy with Think-Talk-Write type.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH sang pemilik jiwa raga ini, atas segala Rahmad dan Karunia-Nya yang sangat berharga sehingga tesis yang

berjudul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write” ini dapat terselesaikan. Sholawat beriring salam juga saya panjatkan kepada Rasulullah MUHAMMAD sebagai suri tauladan, beserta para kerabat dan sahabat-sahabat beliau.

Penulisan tesis ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam proses penulisan tesis ini, saya menyadari bahwa tanpa bimbingan,

bantuan, motivasi dan do’a dari berbagai pihak, segala kekurangan dan

keterbatasan yang saya alami tidak akan teratasi dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka yang telah berjasa, yaitu: Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sifat kritisnya mampu membuat saya terus termotivasi dalam melakukan perbaikan demi perbaikan dalam proses penulisan tesis ini; Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan kesabarannya mampu membantu saya dalam menyikapi dan mengatasi berbagai kendala; Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Bapak Dr. Hasratuddin Siregar, M.Pd., dan Bapak Dr. KMS. Mhd. Amin Fauzi M.Pd., sebagai tim dewan penguji (narasumber) yang telah banyak memberikan saran-saran perbaikan yang sangat berguna bagi saya untuk menyempurnakan isi tesis ini; Bapak Horas Pohan, S.Pd., M.M. selaku Kepala SMP 28 Medan dan Ibu Hairani Siregar, S.Pd. selaku guru


(8)

iv

bidang studi Matematika setempat, yang telah banyak membantu saya selama proses penelitian berlangsung; Mama Ayumi Harahap, S.Pd. dan Papam Sofyan Siregar, S.Ag., yang tak putus-putusnya dengan sabar dan tulus selalu memberikan dukungan spiritual dan material kepada saya; Abangda Amir Syarif Siregar, S.S. serta adik-adik tersayang: Anggita Dwi Putri, S.S., Sarah Nofyanti,

S.Kom. dan Rabiatul ‘Adawiyah, yang selalu memberikan warna dalam hidup saya; Keluarga di Brastagi: Ayah, Ibu dan adik-adik Andryan Hanafi, Neni Tryana dan Anil Himawan, yang tak bosan-bosannya selalu mendo’akan saya dari jauh; Para Kakanda seperjuangan: Irmayanti, S.Si., M.Pd., Hamni Fadlilah Nasution, M.Pd., Shafridla, M.Pd., Husna Rahmi, M.Pd., Angelia Novrieni Nasution, M.Pd. dan Hijrah Hidayah, M.Pd., yang selalu bersedia memberikan bantuan dan motivasi bagi saya selama proses perkuliahan dan penulisan tesis ini; Para Sahabat: Utary Dwi Listiarini, M.Kes., Dede Riyanti, Ani Deswita, S.Pd. dan Windy Gustari, yang selalu ada untuk saya dalam suka dan duka; seluruh teman sekelas Pendidikan Matematika Angkatan V Eksekutif B yang selalu kompak selama proses perkuliahan; seluruh kakak-kakak dan adik-adik stambuk yang tak mungkin saya tuliskan satu per satu di sini, serta seluruh pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat atas terselesaikannya tesis ini, hanya ucapan terima kasih yang dapat saya berikan. Semoga ALLAH selalu melimpahkan Rahmad dan hidayah-Nya kepada kita. Hanya Dia-lah sebaik-baik pembalas.

Akhir kata, semoga karya sederhana ini dapat dicatat sebagai amal di sisi ALLAH dan bermanfaat bagi kita semua.

Amiin ya Robbal ‘alamin...

Medan, September 2013


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Identifikasi Masalah 13 1.3 Batasan Masalah 14

1.4 Rumusan Masalah 14

1.5 Tujuan Penelitian 15 1.6 Manfaat Penelitian 15 1.7 Defenisi Operasional 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 19

2.1 Komunikasi Matematik 19 2.2 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Talk-Write (TTW) 26

2.3 Strategi Pembelajaran Ekspositori 38 2.4 Perbedaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW

dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori 42 2.5 Teori Belajar yang Mendukung 43 2.6 Hasil Penelitian yang Relevan 46 2.7 Kerangka Konseptual 48 2.8 Hipotesis Penelitian 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 53

3.1 Jenis Penelitian 53 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 53 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 54 3.4 Rancangan Penelitian 56 3.5 Defenisi Operasional Variabel Penelitian 57 3.6 Instrumen Penelitian dan Pengembangannya 58 3.7 Prosedur Penelitian 69 3.8 Teknik Analisis Data 73

BAB IV HASIL PENELITIAN 79

4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan

Instrumen Penelitian 79 4.2 Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan


(10)

vi

4.3 Hasil Penelitian 84 4.3.1 Deskripsi Kemampuan Matematika Siswa 85 4.3.2 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa 88

4.3.3 Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Berdasarkan Faktor

Pembelajaran dan Kemampuan Matematika Siswa 93 4.3.4 Gambaran Hasil Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa 107 4.3.5 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Proses

Pembelajaran 124

4.4 Pembahasan 128

4.4.1 Faktor Pembelajaran 128 4.4.2 Kemampuan Matematika Siswa 132 4.4.3 Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa 134

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 136

5.1 Kesimpulan 136

5.2 Saran 137

DAFTAR PUSTAKA 139


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif 30 Tabel 2.2 Perbedaan Strategi Pembelajaran Matematika

Kooperatif Tipe TTW dengan Ekspositori 42 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian 54 Tabel 3.2 Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel

Bebas, Variabel Terikat dan Variabel Kontrol 57 Tabel 3.3 Kriteria Pengelompokan Siswa berdasarkan Tes

Kemampuan Matematika Siswa 61 Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa 62

Tabel 3.5 Keterkaitan antara Permasalahan Penelitian, Hipotesis Statistik dan Jenis Uji Statistik yang digunakan dalam

Analisis Data 77

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli terhadap Perangkat Pembelajaran 80 Tabel 4.2 Hasil Validasi Ahli terhadap Instrumen Penelitian 81 Tabel 4.3 Hasil Analisis Validitas Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa 82

Tabel 4.4 Hasil Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa 82

Tabel 4.5 Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa 83 Tabel 4.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa 83 Tabel 4.7 Deskripsi Kemampuan Matematika Siswa tiap Kelas

Sampel berdasarkan Nilai Tes Kemampuan Matematika

Siswa 86


(12)

viii

Tabel 4.9 Uji Mann Whitney U Nilai Tes Kemampuan Matematika

Siswa 87

Tabel 4.10 Sebaran Sampel Penelitian 88 Tabel 4.11 Rerata Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

Kelompok Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe TTW dan Ekspositori berdasarkan Kemampuan Matematika

Siswa 89

Tabel 4.12 Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa 94

Tabel 4.13 Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa 95

Tabel 4.14 Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur Gain Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa 96 Tabel 4.15 Uji Scheffe Rerata Gain Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa untuk Faktor Kemampuan Matematika 98 Tabel 4.16 Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa yang diberi Strategi Pembelajaran

Kooperatif Tipe TTW 103 Tabel 4.17 Rangkuman Uji ANAVA Satu Jalur Gain Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa yang diberi Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW 103 Tabel 4.18 Uji Scheffe Rerata Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa yang diberi Strategi Pembelajaran

Kooperatif Tipe TTW 105 Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa pada Taraf

Signifikansi 5% 106

Tabel 4.20 Jumlah dan Persentase Siswa yang telah mencapai Standar Ketuntasan 65 atau lebih pada Postes

Kemampuan Komunikasi Matematik berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika Siswa 107 Tabel 4.21 Rerata Skor Pretes, Postes dan Gain Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa tiap Item Soal


(13)

ix

Tabel 4.22 Perolehan Skor Item Soal Nomor 1 Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa pada Kelompok Strategi

Pembelajaran Kooperatif tipe TTW dan Ekspositori 112 Tabel 4.23 Perolehan Skor Item Soal Nomor 2 Tes Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa pada Kelompok Strategi

Pembelajaran Kooperatif tipe TTW dan Ekspositori 114 Tabel 4.24 Perolehan Skor Item Soal Nomor 3 Tes Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa pada Kelompok Strategi

Pembelajaran Kooperatif tipe TTW dan Ekspositori 116 Tabel 4.25 Perolehan Skor Item Soal Nomor 4 Tes Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa pada Kelompok Strategi

Pembelajaran Kooperatif tipe TTW dan Ekspositori 118 Tabel 4.26 Perolehan Skor Item Soal Nomor 5 Tes Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa pada Kelompok Strategi

Pembelajaran Kooperatif tipe TTW dan Ekspositori 120 Tabel 4.27 Rata-rata Hasil Perhitungan Aktivitas Guru dan Siswa

pada Kelompok Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe

TTW 125

Tabel 4.28 Rata-rata Hasil Perhitungan Aktivitas Guru dan Siswa


(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Desain Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW 35 Gambar 3.1 Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Bahan Ajar

dan Instrumen Penelitian 68 Gambar 3.2 Skema Prosedur Penelitian 72 Gambar 4.1 Diagram Rerata Gain Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa berdasarkan Faktor Pembelajaran 89 Gambar 4.2 Diagram Rerata Gain Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa berdasarkan Faktor Kemampuan

Matematika Siswa 90

Gambar 4.3 Diagram Rerata Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa berdasarkan Faktor Pembelajaran

dan Kemampuan Matematika Siswa 90 Gambar 4.4 Diagram Rerata Gain Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa berdasarkan Faktor Kemampuan

Matematika Siswa dan Pembelajaran 91 Gambar 4.5 Diagram Selisih Rerata Gain Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa antara Strategi Pembelajaran

Kooperatif Tipe TTW dengan Ekspositori berdasarkan

Faktor Kemampuan Matematika Siswa 91 Gambar 4.6 Grafik Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan

Kemampuan Matematika Siswa terhadap Peningkatan

Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa 101 Gambar 4.7 Diagram Garis Rerata Skor Pretes Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa tiap Item Soal

berdasarkan Faktor Pembelajaran 108 Gambar 4.8 Diagram Garis Rerata Skor Postes Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa tiap Item Soal

berdasarkan Faktor Pembelajaran 109 Gambar 4.9 Diagram Garis Rerata Skor Gain Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa tiap Item Soal


(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran 143 Lampiran 2 Instrumen Penelitian 193 Lampiran 3 Hasil Validasi Ahli terhadap Perangkat Pembelajaran

dan Instrumen Penelitian 227 Lampiran 4 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 234 Lampiran 5 Data Hasil Penelitian Tes Kemampuan Matematika

Siswa 249

Lampiran 6 Data Hasil Penelitian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa 257

Lampiran 7 Data Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa

dalam Proses Pembelajaran 280 Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian 285 Lampiran 9 Surat-surat Kelengkapan Tesis 290


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berkembang sangat pesat, sangat memudahkan dalam berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia manapun. Untuk mempelajari informasi mengenai IPTEK tersebut dibutuhkan kemampuan yang memadai, bahkan lebih. Dengan kata lain, dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh karena itu, untuk memperoleh SDM yang memenuhi kriteria tersebut, diperlukan kemampuan tingkat tinggi, yaitu berpikir logis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerja sama.

Cara berpikir seperti inilah yang dapat dikembangkan melalui belajar matematika. Hal ini memungkinkan karena hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa agar berpikir kritis, bernalar efektif, efisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung jawab dan percaya diri. Matematika memiliki struktur keterkaitan yang kuat dan jelas satu sama lain, serta membentuk pola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Selain itu, matematika merupakan alat bantu yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi yang sifatnya abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide matematika serta generalisasi, untuk memudahkan pemecahan masalah.

Proses pembelajaran matematika juga merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah maupun di perguruan tinggi. Dengan


(17)

2

proses ini diharapkan tujuan pendidikan akan dapat dicapai, antara lain dalam bentuk terjadinya perubahan sikap, keterampilan serta meningkatnya kemampuan berpikir siswa.

Jika dicermati secara teliti, sangat jelas tampak bahwa mata pelajaran matematika dalam setiap kurikulum selalu diajarkan di setiap satuan pendidikan dan di setiap tingkatan kelas dengan porsi jam pelajaran jauh lebih banyak dari pada mata pelajaran lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa para ahli pendidikan dan para perancang kurikulum menyadari bahwa mata pelajaran matematika dapat memenuhi harapan dalam penyediaan potensi SDM yang handal, yakni manusia yang memiliki kemampuan bernalar secara logis, kritis, sistematis, rasional dan cermat; mempunyai kemampuan bersikap jujur, objektif, kreatif dan terbuka; memiliki kemampuan bertindak secara efektif dan efisien; serta memiliki kemampuan bekerja sama, sehingga memiliki kesanggupan untuk menjawab tantangan era globalisasi serta pesatnya perkembangan IPTEK saat ini dan masa yang akan datang.

Kemampuan-kemampuan di atas hendaknya dilatihkan dan disiapkan secara dini melalui pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika, sebagai bekal siswa pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan tujuan mata pelajaran yang telah tercantum dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Tujuan mata pelajaran matematika untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) mengharuskan siswa untuk memiliki kemampuan: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep


(18)

3

atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Wardhani, 2008:8).

Kemampuan-kemampuan di atas tidak lain merupakan daya matematik (mathematical power). Secara umum, daya matematik dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir matematik atau melaksanakan kegiatan dan proses matematika (doing math) atau tugas matematik (mathematical task). Ditinjau dari kedalaman atau kekompleksan kegiatan matematik yang terlibat, daya matematik dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi. Kegiatan melaksanakan operasi hitung sederhana, menerapkan rumus matematika secara langsung, mengikuti prosedur (algoritma) yang baku, tergolong pada jenis berpikir tingkat rendah. Sedangkan kemampuan memahami idea matematika secara lebih mendalam, mengamati data dan menggali idea yang tersirat, menyusun konjektur, analogi dan generalisasi, menalar secara matematik dan mengkaitkan idea matematik dengan kegiatan intelektual lainnya tergolong pada aspek berpikir tingkat tinggi (Webb dan Coxford dalam Sumarmo, 2005:9).


(19)

4

Mengenai pentingnya matematika, Cockroft (dalam Abdurrahman 2009:253) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dari paparan di atas terlihat bahwa salah satu kemampuan yang perlu ditingkatkan di kalangan siswa adalah kemampuan komunikasi matematik. Hal ini senada dengan standar pendidikan matematika yang ditetapkan oleh National

Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000:7) mengenai

kemampuan-kemampuan standar yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika, yakni meliputi: (1) komunikasi matematis (mathematical communication); (2) penalaran matematis (mathematical reasoning); (3) pemecahan masalah matematis (mathematical problem solving); (4) koneksi matematis (mathematical

connection); dan (5) representasi matematis (mathematical representation).

Pentingnya kemampuan komunikasi matematik ini juga dikemukakan oleh Baroody (1993:2-99) yang menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu dikembangkan. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan


(20)

5

for communicating a variety of ideas clearly, precisely and succinctly. Kedua, mathematics learning as social activity; artinya, sebagai aktivitas sosial dalam

pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa dan juga komunikasi antar guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian penting

untuk “nurturing children’s mathematical potential”.

Di sisi lain, Cockroft (dalam Shadiq, 2004:19) juga menyatakan bahwa: “we believe that all these perceptions of the usefulness of mathematicsarise from

the fact that mathematics provides a means of communcation which is powerful,

concise and unambigous”. Pernyataan ini menunjukkan tentang perlunya para siswa belajar matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, teliti dan tidak membingungkan. Sebagai contoh, notasi 20 x 3 dapat digunakan untuk menyatakan berbagai hal, seperti : (1) Jarak tempuh sepeda motor selama 3 jam dengan kecepatan 20 km/jam; (2) Luas permukaan kolam renang dengan ukuran panjang 20 meter dan lebar 3 meter; (3) Banyak roda pada 20 becak.

Contoh di atas menunjukkan bahwa suatu notasi, yaitu 20 x 3 dapat menyatakan suatu hal yang berbeda. Selain itu, lambang, gambar dan tabel dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi. Bayangkan jika para siswa tidak mempelajari matematika, bagaimana cara mereka untuk menyatakan jarak yang ditempuh sepeda motor selama waktu dan dengan kecepatan tertentu? Bagaimana cara mereka untuk menentukan luas permukaan kolam dengan ukuran tertentu? Bagaimana cara mereka untuk menyatakan banyaknya roda becak, sepeda motor ataupun mobil dalam jumlah tertentu?


(21)

6

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Suriasumantri (dalam Shadiq

2004:20) yang menulis bahwa: “matematika adalah bahasa yang melambangkan

serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang

matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna

diberikan padanya. Dengan demikian, lambang-lambang yang digunakan harus ditafsirkan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan atau diperjanjikan dan

tidak bisa ditafsirkan lain”.

Pendapat ahli yang juga mengutarakan bahwa meningkatkan kemampuan komunikasi di kalangan siswa adalah penting diantaranya adalah Greenes dan Schulman (dalam Ansari 2009:4) yang mengatakan bahwa komunikasi matematik merupakan: (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik; (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik; (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain. Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:140) juga

menyatakan bahwa: “Banyak persoalan ataupun informasi disampaikan dengan bahasa matematika. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan

masyarakat”.

Selain itu, NCTM (1991:96) menyatakan bahwa komunikasi merupakan sarana bagi siswa untuk mengapresiasikan matematika dalam proses pemecahan


(22)

7

masalah. Sehingga komunikasi dianggap sangat penting, karena siswa harus mempelajari bagaimana mendeskripsikan suatu keadaan dalam bentuk yang bervariasi, yakni: tertulis, lisan dan visual.

Melihat pentingnya kemampuan komunikasi matematik dalam pembelajaran matematika bagi siswa, maka model pembelajaran matematika di kelas harus lebih ditingkatkan kualitasnya. Sehingga tugas dan peran guru dituntut bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of knowledge), tetapi juga sebagai pendorong siswa untuk belajar (stimulation of learning) agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti berkomunikasi. Sejalan dengan hal ini, Sullivan (dalam Ansari 2009:3) mengatakan bahwa peran dan tugas guru adalah memberi kesempatan belajar maksimal pada siswa dengan jalan: (1) melibatkannya secara aktif dalam eksplorasi matematika; (2) mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah ada pada mereka; (3) mendorong agar mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi; (4) mendorong agar berani mengambil resiko dalam menyelesaikan soal; (5) memberi kebebasan berkomunikasi untuk menjelaskan idenya dan mendengar ide temannya.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematik tersebut belum dilatihkan secara maksimal. Hal ini disebabkan karena pembelajaran matematika seringkali didesain secara statis bahkan instant, yaitu guru melakukan shortcut, dengan cara langsung memberikan rumus, bentuk umum atau aturan-aturan tertentu agar dapat mempercepat penyelesaian soal dan pencapaian target kurikulum tanpa memperhatikan aspek


(23)

8

afektif dan psikomotorik siswa. Dengan kata lain pembelajaran matematika yang masih sering digunakan oleh guru adalah pembelajaran yang tradisional. Sebagaimana Supinah (2008:1) menuliskan:

“Orientasi pendidikan di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri cenderung memperlakukan peserta didik berstatus sebagai obyek, guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator, materi bersifat subject-oriented dan manajemen bersifat sentralistis. Hal ini mengidentifikasikan bahwa dalam pembelajaran di sekolah, guru masih menggunakan cara-cara tradisional atau konvensional.”

Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran, guru lebih berperan sebagai subyek pembelajaran atau pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa sebagai obyek, serta pembelajaran tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Akibatnya banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari mereka tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan.

Pembelajaran seperti di atas dapat dikatakan lebih menekankan kepada siswa untuk mengingat tetapi tidak menekankan kepada siswa untuk berkomunikasi, bernalar, memecahkan masalah ataupun pemahaman. Hal ini mengasumsikan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa masih belum diasah secara maksimal, karena selama proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, jarang sekali memungkinkan bagi siswa untuk berpikir dan berpartisipasi secara penuh. Sebagaimana hasil laporan Trends International Mathematics and


(24)

9

Wardhani dan Rumiati, 2011:55) mengenai lemahnya kemampuan berkomunikasi siswa dalam mengerjakan soal berikut:

Total biaya perjalanan untuk semua siswa harus sebesar Rp.5.000.000,- atau kurang. Semuanya ada 30 siswa. Di bawah ini adalah biaya kunjungan untuk masing-masing kota.

Kota mana yang dapat mereka kunjungi? Tuliskan langkah-langkah penyelesaiannya!

Laporan hasil studi menyebutkan bahwa ternyata hanya 3% saja dari siswa yang menjawab dengan benar, sebanyak 4,6% siswa menjawab benar sebagian, sementara 92,4% siswa menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengerjakan soal yang menuntut kemampuan berkomunikasi matematik, siswa masih dikatakan lemah.

Soal kedua TIMSS yang juga menunujukkan siswa lemah dalam kemampuan komunikasi matematik terdapat pada soal berikut:

Buku Gito dua kali lebih banyak dari buku Budi. Buku Hari enam buah lebih banyak dari buku Budi. Jika Budi memiliki � buku, berapa buku yang dimiliki ketiga anak tersebut?

a. 3�+ 6 b. 3�+ 8 c. 4�+ 6 d. 5�+ 6 e. 8�+ 2

Ke kota A atau C TARIF PELAJAR

Tiket Pulang-Pergi: Rp.250.000,- Potongan harga 1/3 untuk rombongan 25 siswa atau lebih

Ke kota B atau D TARIF PELAJAR

Tiket Pulang-Pergi: Rp.200.000,- Potongan harga 10% untuk rombongan 15 siswa atau lebih


(25)

10

Untuk soal di atas, hanya 20% siswa saja yang menjawab dengan benar, sementara 80% siswa lainnya menjawab salah, padahal soal tersebut masih di dalam kategori soal yang sederhana.

Laporan hasil studi TIMSS tahun 2003 tersebut secara umum menyimpulkan bahwa: (1) siswa belum mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya secara optimum dalam mata pelajaran matematika di sekolah; (2) proses pembelajaran matematika belum mampu menjadikan siswa mempunyai kebiasaan membaca sambil berpikir dan bekerja, agar dapat memahami informasi esensial dan strategis dalam menyelesaikan soal; (3) dari penyelesaian soal-soal yang dibuat siswa, tampak bahwa dosis mekanistik masih terlalu besar dan dosis penalaran masih rendah; (4) mata pelajaran matematika bagi siswa belum menjadi

“sekolah berpikir”. Siswa masih cenderung ”menerima” informasi kemudian

melupakannya, sehingga mata pelajaran matematika belum mampu membuat siswa cerdik, cerdas dan cekatan.

Sebagai observasi awal, peneliti memberikan soal kedua TIMSS tersebut di atas kepada sekelompok siswa kelas IX di kota Medan. Dari hasil penyelesaian siswa-siswa tersebut, hanya 24% siswa yang menjawab dengan benar, 55% siswa menjawab salah dan 21% siswa mengosongkan lembar penyelesaiannya. Peneliti melihat bahwa sebagian besar kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut adalah dalam menterjemahkan kalimat matematika menjadi simbol matematika, yang merupakan salah satu indikator kemampuan komunikasi matematik. Berikut disajikan salah satu hasil penyelesaian siswa terhadap soal tersebut.


(26)

11

Dari hasil penyelesaian salah satu siswa tersebut di atas, dapat dilihat bahwa siswa tersebut masih belum mahir dalam menterjemahkan bahasa matematika ke dalam bentuk simbol matematika, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki kemampuan komunikasi matematik yang masih rendah. Kemudian peneliti juga melalukan diskusi dengan siswa yang mengosongkan lembar penyelesaiannya. Dari hasil diskusi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa alasan mereka mengosongkan lembar penyelesaiannya adalah karena mereka sama sekali tidak mengerti apa yang hendak dikerjakan dari permasalahan yang disajikan oleh soal tersebut. Hal ini memperkuat pernyataan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa di kota Medan masih sangat rendah.

Berdasarkan paparan di atas, maka pembelajaran matematika di sekolah memerlukan suatu aktivitas yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Salah satunya adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write (TTW) dan pemberian masalah yang bersifat kontekstual. Esensi strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW adalah mengedepankan perlunya siswa mengkomunikasikan atau menjelaskan hasil pemikiran matematikanya terhadap tugas yang diberikan


(27)

12

(Ansari 2009:5), sedangkan esensi dari masalah yang bersifat kontekstual adalah lebih mengedepankan keaktifan berpikir siswa untuk menemukan penyelesaian permasalahan dengan caranya sendiri (Wardhani 2004:6).

Strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW dimulai dengan bagaimana siswa memikirkan penyelesaian suatu masalah. Kemudian diikuti dengan mengkomunikasikan hasil pemikirannya dan akhirnya melalui diskusi, siswa dapat menuliskan kembali hasil pemikiran tersebut. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik, NCTM (1991:96) menyarankan untuk memasukkan matematika dalam konteks sosial, dimana ide-ide hasil diskusi sangat dihargai. Dengan demikian, kelas harusnya dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi komunikasi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Untuk itu, masalah yang bersifat kontekstual akan digunakan pada penelitian ini. Karena masalah kontekstual dapat mendorong siswa lebih aktif berpikir, menemukan dan melakukan penyelesaian permasalahan yang diberikan kepadanya dengan caranya sendiri. Keuntungan lain dari penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW adalah : (1) mempercepat kemahiran dalam menggunakan strategi; (2) membantu siswa mempercepat pemahaman; (3) memberi kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan suatu strategi penyelesaian untuk mempercepat problem solving maupun reasoning (Baroody, 1993:2-101). Dalam studi ini, strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW tersebut akan dikembangkan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika pada sejumlah siswa di SMP yang memiliki tingkat kemampuan matematika berbeda-beda. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana strategi pembelajaran


(28)

13

kooperatif tipe TTW mempengaruhi kemampuan komunikasi matematik siswa ditinjau dari kemampuan matematik siswa (tinggi, sedang, rendah).

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang berfokus pada pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik sehingga dapat memperbaiki hasil belajar matematika siswa, menjadi penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, penelitian yang berjudul Analisis Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, hal yang teridentifikasi menjadi pokok permasalahan adalah:

1. Kemampuan komunikasi matematik siswa yang masih rendah.

2. Kemampuan komunikasi matematik belum dilatihkan secara maksimal. 3. Penggunaan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan komunikasi

matematik siswa belum sepenuhnya diterapkan.

4. Pembelajaran yang biasa dilakukan dapat dikatakan lebih menekankan kepada siswa untuk mengingat tetapi tidak menekankan kepada siswa untuk berkomunikasi, bernalar, memecahkan masalah ataupun pemahaman.


(29)

14

1.3 Batasan Masalah

Cakupan masalah yang teridentifikasi di atas sangatlah luas dan kompleks, serta cakupan materi matematika yang sangat banyak. Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji, maka perlu pembatasan masalah. Penelitian ini difokuskan pada materi Skala dan Perbandingan yang melibatkan siswa kelas VII. Berkaitan dengan lokasi, penelitian ini terbatas pada SMP Negeri 28 Medan.

1.4 Rumusan Masalah

Mengacu kepada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran ekspositori?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah? 3. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan

matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang, rendah)?


(30)

15

5. Bagaimana proses penyelesaian masalah komunikasi matematik siswa yang diberi strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW dan ekspositori?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini secara rinci adalah untuk:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW dan ekspositori. 2. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang

berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah.

3. Mengetahui interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa.

4. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari kemampuan matematik siswa (tinggi, sedang, rendah).

5. Mendeskripsikan proses penyelesaian masalah komunikasi matematik siswa yang diberi strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW dan ekspositori.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat dan menjadi masukan berharga bagi pihak-pihak yang terkait, di antaranya:


(31)

16

1. Untuk menambah wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, khususnya dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW.

2. Untuk peneliti, penelitian ini memberikan gambaran atau informasi tentang peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW.

3. Untuk para siswa, penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW selama penelitian pada dasarnya memberi pengalaman baru dan mendorong siswa untuk membiasakan diri terlibat aktif dalam berkomunikasi selama pembelajaran, sehingga selain kemampuan komunikasi matematik siswa meningkat, pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.

4. Untuk para guru matematika dan sekolah, penelitian ini memberikan alternatif atau variasi pembelajaran matematika untuk dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya, dengan cara memperbaiki kelemahan dan kekurangannya dan mengoptimalkan pelaksanaan hal-hal yang telah dianggap baik sehingga dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika secara umum dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematik secara khusus.


(32)

17

1.7 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1) Kemampuan komunikasi matematik, yaitu kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam merepresentasikan ide-ide, cara-cara atau argumen-argumen dalam menyelesaikan masalah. Pada penelitian ini kemampuan komunikasi matematik akan diukur melalui kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang diukur melalui beberapa indikator, yakni: (a) menafsirkan makna (ide) dari suatu kalimat matematika dengan cara menuliskannya; (b) menyatakan suatu situasi ke dalam bahasa, simbol, ide atau model matematik; (c) mengungkapkan kembali suatu uraian matematika dalam bahasa sendiri.

2) Strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW, yaitu pembelajaran yang dimulai dengan bagaimana siswa menyelesaikan suatu masalah kontekstual, kemudian diikuti dengan mengkomunikasikan hasil pemikirannya tersebut melalui diskusi, sehingga membantu siswa untuk dapat menuliskan dan memperbaiki kembali hasil pemikirannya tersebut.

3) Pembelajaran ekspositori, yaitu pembelajaran yang biasa dilakukan guru di sekolah pada saat ini, dimana proses pembelajaran dimulai dengan menjelaskan konsep matematika, memberikan contoh soal, lalu memberikan latihan yang kemungkinan besar membuat siswa menjadi pasif.

4) Kemampuan matematik siswa, yaitu klasifikasi kemampuan siswa dalam suatu kelas (eksperimen dan kontrol) yang dibentuk berdasarkan Tes Kemampuan Matematika Siswa. Dari hasil tes ini, siswa akan diklasifikasikan


(33)

18

kedalam tiga kelompok, yaitu: kelompok siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah.

5) Proses penyelesaian masalah adalah proses atau langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan komunikasi matematik ditinjau dari masing-masing indikator komunikasi matematik.


(34)

136

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Pembelajaran matematika baik dengan strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW maupun Ekspositori dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut.

1) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang diberi strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW dan dibandingkan dengan siswa yang diberi strategi pembelajaran Ekspositori. Siswa yang diberi strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW mengalami peningkatan kemampuan komunikasi matematik yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang diberi strategi pembelajaran Ekspositori. 2) Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik

siswa antara siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. 3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan matematik

siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa. Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik disebabkan oleh perbedaan strategi pembelajaran yang digunakan bukan karena kemampuan matematika siswa.


(35)

137

4) Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik secara signifikan antara siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari kemampuan matematik siswa (tinggi, sedang, rendah).

5.2Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap penggunaan strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW dalam proses pembelajaran matematika khususnya. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut. 1) Bagi para guru, agar pelaksanaan strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW

dapat lebih berhasil dengan baik di kelas, sebaiknya mempersiapkan dengan matang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) sebagai latihan serta soal-soal yang berkenaan dengan kemampuan matematik, dan juga mempertimbangkan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah kontekstual dalam LAS tersebut. 2) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran Kooperatif

tipe TTW di kelas, sebaiknya guru membuat antisipasi terhadap respon yang mungkin muncul dari siswa, khususnya siswa berkemampuan matematika rendah yang perlu diberikan scaffolding yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam penelitian ini, para siswa berkemampuan matematika rendah tersebut cenderung lebih sulit untuk berinteraksi di dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan karena mereka sendiri mungkin tidak


(36)

138

memiliki ide ataupun tanggapan untuk dijadikan acuan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan untuk diajukan pada diskusi kelompoknya. Sehingga mereka lebih memilih untuk diam pada saat diskusi kelompok berlangsung. Para siswa yang seperti inilah yang dikhawatirkan peningkatan kemampuan komunikasi matematiknya kurang. Untuk menanggulangi kejadian seperti ini, peran guru amat sangat diperlukan di dalam kelas untuk memberikan pengarahan bagi para siswa pada saat tahap think berlangsung, khususnya pada siswa berkemampuan matematika rendah. Sebisa mungkin guru mengkondisikan mereka dengan memberikan arahan, perhatian dan perlakuan khusus, agar mereka memiliki ide ataupun tanggapan untuk dibawa ke dalam diskusi kelompoknya, sehingga mereka bisa ikut aktif berdiskusi di dalam kelompoknya pada saat tahap talk berlangsung dan dapat mengikuti proses pembelajaran selanjutnya dengan baik.

3) Bagi peneliti selanjutnya, perlu diteliti bagaimana pengaruh strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW terhadap kemampuan matematik lainnya, seperti kemampuan pemahaman, penalaran, pemecahan masalah, berpikir kritis dan kreatif. Hal ini dimungkinkan karena karakteristik strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW memungkinkan siswa untuk menemukan cara-cara baru melalui berdiskusi dengan teman sekelompoknya dalam menyelesaikan masalah matematik yang diberikan.


(37)

139

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ansari, B.I. 2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematik melalui Strategi Think-Talk-Write (Eksperimen di SMUN Kelas I Bandung). Disertasi Doktor pada FPMIPA UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

__________. 2009. Komunikasi Matematik: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan PeNA Banda Aceh Divisi Penerbitan.

Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs). Jakarta: BSNP.

Baroody, A.J. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K-8:

Helping Children Think Mathematically. New York: Mac Millan

Publishing Company.

Helmaheri. 2004. Mengembangkan Kemempuan Komunikasi dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa SLTP melalui Strategi Think-Talk-Write dalam Kelompok Kecil (Studi Eksperimen di SMPN 3 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau). Tesis pada FPMIPA UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Karlimah. 2010. Pengembangan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan

Masalah Serta Disposisi Matematis Mahasiswa PGSD Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Online), (http://www.pdf-archive.com/2011/03/16/73-karlimah/preview/page/1/ diakses pada 03 Maret 2011).

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 1989. Curriculum and

Evaluation Standard for School Mathematics. Reston. VA: NCTM.

____________. 1991. Professional Standard for Teaching Mathematics. Reston. VA: NCTM.

____________. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston. VA: NCTM.


(38)

140

Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi

Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Shadiq, F. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi (Online), (http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/pemecahanmasalah.pdf diakses pada 26 Januari 2011).

Shadiq, F. dan Mustajab, N. 2011. Penerapan Teori Belajar dalam

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Suherman, E., dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI: Bandung.

Sumarmo, U. 2005. Pengembangan Berfikir Matematik Tingkat tinggi Siswa

SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu (S1) melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. UPI: Bandung.

__________. 2010. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan

Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik (Online), (http://dc370.4shared.com/download/7sJw4QV9/berfikir-dan-disposisi-matemat.pdf?tsid=20130919-232341-15aedf42 diakses pada 30 Maret 2011).

Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual

dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: Depdiknas.

Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT. Leuser Cita Pustaka.

Van de Walle, J.A. 2008. Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah

Dasar dan Menengah Edisi Keenam Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Wardhani, S. 2004. Permasalahan Kontekstual – Mengenalkan Bentuk Aljabar di SMP. Yogyakarta: Depdiknas.

__________. 2008. Analisis SI dan SKI Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika (Online),

(http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/13-SI-SKLSMP-Optimalisasi-Tujuan-wardhani.pdf diakses pada 03 Februari 2012).


(39)

141

Wardhani, S. dan Rumiati. 2011. Instrumen Penelitian Hasil Belajar Matematika

SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Pusat Pengembangan


(1)

136

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Pembelajaran matematika baik dengan strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW maupun Ekspositori dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut.

1) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang diberi strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW dan dibandingkan dengan siswa yang diberi strategi pembelajaran Ekspositori. Siswa yang diberi strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW mengalami peningkatan kemampuan komunikasi matematik yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang diberi strategi pembelajaran Ekspositori. 2) Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik

siswa antara siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. 3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan matematik

siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa. Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik disebabkan oleh perbedaan strategi pembelajaran yang digunakan bukan karena kemampuan matematika siswa.


(2)

4) Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik secara signifikan antara siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari kemampuan matematik siswa (tinggi, sedang, rendah).

5.2Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap penggunaan strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW dalam proses pembelajaran matematika khususnya. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut. 1) Bagi para guru, agar pelaksanaan strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW

dapat lebih berhasil dengan baik di kelas, sebaiknya mempersiapkan dengan matang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) sebagai latihan serta soal-soal yang berkenaan dengan kemampuan matematik, dan juga mempertimbangkan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah kontekstual dalam LAS tersebut. 2) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran Kooperatif

tipe TTW di kelas, sebaiknya guru membuat antisipasi terhadap respon yang mungkin muncul dari siswa, khususnya siswa berkemampuan matematika rendah yang perlu diberikan scaffolding yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam penelitian ini, para siswa berkemampuan matematika rendah tersebut cenderung lebih sulit untuk berinteraksi di dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan karena mereka sendiri mungkin tidak


(3)

138

memiliki ide ataupun tanggapan untuk dijadikan acuan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan untuk diajukan pada diskusi kelompoknya. Sehingga mereka lebih memilih untuk diam pada saat diskusi kelompok berlangsung. Para siswa yang seperti inilah yang dikhawatirkan peningkatan kemampuan komunikasi matematiknya kurang. Untuk menanggulangi kejadian seperti ini, peran guru amat sangat diperlukan di dalam kelas untuk memberikan pengarahan bagi para siswa pada saat tahap think berlangsung, khususnya pada siswa berkemampuan matematika rendah. Sebisa mungkin guru mengkondisikan mereka dengan memberikan arahan, perhatian dan perlakuan khusus, agar mereka memiliki ide ataupun tanggapan untuk dibawa ke dalam diskusi kelompoknya, sehingga mereka bisa ikut aktif berdiskusi di dalam kelompoknya pada saat tahap talk berlangsung dan dapat mengikuti proses pembelajaran selanjutnya dengan baik.

3) Bagi peneliti selanjutnya, perlu diteliti bagaimana pengaruh strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW terhadap kemampuan matematik lainnya, seperti kemampuan pemahaman, penalaran, pemecahan masalah, berpikir kritis dan kreatif. Hal ini dimungkinkan karena karakteristik strategi pembelajaran Kooperatif tipe TTW memungkinkan siswa untuk menemukan cara-cara baru melalui berdiskusi dengan teman sekelompoknya dalam menyelesaikan masalah matematik yang diberikan.


(4)

139

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ansari, B.I. 2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik melalui Strategi Think-Talk-Write (Eksperimen di SMUN Kelas I Bandung). Disertasi Doktor pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

__________. 2009. Komunikasi Matematik: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan PeNA Banda Aceh Divisi Penerbitan.

Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs). Jakarta: BSNP.

Baroody, A.J. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K-8: Helping Children Think Mathematically. New York: Mac Millan Publishing Company.

Helmaheri. 2004. Mengembangkan Kemempuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SLTP melalui Strategi Think-Talk-Write dalam Kelompok Kecil (Studi Eksperimen di SMPN 3 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau). Tesis pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Karlimah. 2010. Pengembangan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Serta Disposisi Matematis Mahasiswa PGSD Melalui

Pembelajaran Berbasis Masalah (Online),

(http://www.pdf-archive.com/2011/03/16/73-karlimah/preview/page/1/ diakses pada 03 Maret 2011).

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 1989. Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics. Reston. VA: NCTM. ____________. 1991. Professional Standard for Teaching Mathematics. Reston.

VA: NCTM.

____________. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston. VA: NCTM.


(5)

140

Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Shadiq, F. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi (Online), (http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/pemecahanmasalah.pdf diakses pada 26 Januari 2011).

Shadiq, F. dan Mustajab, N. 2011. Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Suherman, E., dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI: Bandung.

Sumarmo, U. 2005. Pengembangan Berfikir Matematik Tingkat tinggi Siswa SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu (S1) melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. UPI: Bandung.

__________. 2010. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan

Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik (Online),

(http://dc370.4shared.com/download/7sJw4QV9/berfikir-dan-disposisi-matemat.pdf?tsid=20130919-232341-15aedf42 diakses pada 30 Maret 2011).

Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: Depdiknas.

Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT. Leuser Cita Pustaka.

Van de Walle, J.A. 2008. Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Edisi Keenam Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Wardhani, S. 2004. Permasalahan Kontekstual – Mengenalkan Bentuk Aljabar di SMP. Yogyakarta: Depdiknas.

__________. 2008. Analisis SI dan SKI Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika (Online),


(6)

Wardhani, S. dan Rumiati. 2011. Instrumen Penelitian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS CERPEN

3 21 111

Pengaruh Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pencernaan Manusia

0 11 158

Pengaruh strategi pembelajaran think-talk write (TTW) tehadap hasil belajar fisika siswa : kuasi eksperimen di SMA Negeri 3 Rangkasbitung

2 16 103

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

1 5 56

Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa : studi ekperimen di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan

0 5 225

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK MELALUI STRATEGI THINK-TALK-WRITE Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Melalui Strategi Think-Talk-Write (PTK Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMP Negeri 1 Nogosari 2013/2014).

0 0 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK MELALUI STRATEGI THINK-TALK-WRITE Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Melalui Strategi Think-Talk-Write (PTK Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMP Negeri 1 Nogosari 2013/2014).

1 10 14

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 1 48

PENGARUH STRATEGI THINK-TALK-WRITE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALOGI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

4 6 47

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis: Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama

0 0 12