PERBANDINGAN AKTIVATOR EM4 DAN STARDEC DALAM PEMBUATAN KOMPOS LIMBAH KULIT KOPI.

PERBANDINGAN AKTIVATOR EM4 DAN STARDEC
DALAM PEMBUATAN KOMPOS
LIMBAH KULIT KOPI

Oleh:
Imron Pane
NIM 408231030
Program Studi Kimia

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sains

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2012

i


iii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala berkat dan
kuasa-Nya yang senantiasa menyertai, memelihara dan mencukupkan serta
menolong penulis selama memulai perkuliahan sampai melakukan penelitian dan
penyusunan skripsi, sehingga semuanya berjalan dengan baik. Judul penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 adalah Perbandingan Aktivator EM4
dan Stardec Dalam Pembuatan Kompos Limbah Kulit Kopi.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, mulai dari pengajuan judul
proposal penelitian sampai penyusunan skripsi, antara lain kepada Drs. Jasmidi,
M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dan Bapak Prof. Drs. Manihar Situmorang, M. Si, P, hD selaku dosen
pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan, serta
Bapak Drs. Asep Wahyu Nugraha, M.Si, Ibu Dra. Murniaty Simorangkir ,M.S dan
Ibu Ir. Nurfajriani, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan demi selesainya skripsi ini. Secara khusus kepada kedua orangtua saya,
P. Pane (alm) dan R br Pasaribu, tiada kata yang dapat saya rangkai untuk
menyatakan setiap dukungan, doa dan kasih sayang mereka, begitu juga kepada

adik - adik,

kakak dan abang saya. Spesial buat sahabat saya Eko Ahmad

Samosir, Muhammad Ali Pasaribu juga kepada Yanna Siagian dan Lia Indah
Syafira sebagai partner dalam penelitian, Bang Amri Bang Amri yang turut serta
memberikan saran dan masukan, bapak manajer

PPKS yang memeberikan

kesempatan kepada sya untuk melaksanakan analisis di Laboratorium Pupuk
PPKS dan teman – teman di kelas Nondik 2008 (Betaria, Maya. S, Ema C.D,
Purwanto), serta kepada semua yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi tata
bahasa maupun isi, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini

iv


bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Medan,

Agustus 2012

Penulis

Imron Pane
NIM: 408231030

PERBANDINGAN AKTIVATOR EM4 DAN STARDEC
DALAM PEMBUATAN KOMPOS
LIMBAH KULIT KOPI

Imron Pane (NIM. 408231030)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Aktivator EM4 dan Stardec
dalam pembuatan Kompos Limbah Kulit Kopi. Perlakuan dengan menggunakan

mikroba yang terdapat dalam aktivator dilakukan dengan tujuan mempercepat
terjadinya penguraian bahan organik menjadi kompos. Rancangan penelitian yang
dilakukan adalah melihat perbandingan aktivator EM4 dan Aktivator Stardec
dalam pembuatan Kompos Limbah Kulit Kopi pada hari ke – 14 dan hari ke – 21.
Parameter yang dianalisis adalah pH, N, P, K dan rasio C/N. Pengukuran pH
diukur dengan menggunakan pH meter, untuk Nitrogen dengan cara dekstruksi
dan dengan cara titrasi. Kadar posfor dianalisis menggunakan Spektrofotometer
UV – VIS, analisis kadar logam dengan menggunakan Spektroskopi Serapan
Atom (SSA), dan rasio C/N dihitung dengan cara melihat perbandingan kadar C –
Organik dengan cara Walkey – Black dan kadar Nitrogen Kompos. Hasil analisis
kadar N, P, K, rasio C/N dan pH dengan menggunakan Aktivator EM4 pada hari
ke – 14 secara berurut : 1,14%, 0,21%, 2,06%, 24,48 dan 9,13 dan untuk hari ke –
21 : 1,73%, 0,33%, 2,35%, 15,42 dan 9,34. Dibandingkan dengan pengunaan
Aktivator Stardec kadar N, P, K dan Rasio C/N pada hari ke – 14 secara berurut:
1,21%, 0,19%, 1,88%, 24,77 dan 8,89 dan untuk hari ke – 21 : 1,50%, 0,19%,
1,88%, 18,25 dan 8,49. Penggunaan Aktivator EM4 lebih efisien daripada
pengunaan Stardec. Pada pembuatan kompos dengan mengunakan Aktivator EM4
dan Stardec, parameter yang dianalisis sudah memenuhi SNI yaitu kadar N, P, K
dan rasio C/N akan tetapi pH masih berada diatas batas maksimal SNI.


vi

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan

i

vii

ix

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kandungan Bakteri Aktivator Stardec
Tabel 2.2. Perbandingan Aktivator EM4 dan Stardec
Tabel.2.3. Komposisi Fisik, Kandungan Nutrisi, Kecernaan
Protein Kulit Biji dan Kulit Buah Kopi
Tabel 2.4. Kadar Hara Pupuk Kandang, Sekam dan Limbah
Kopi yang Sudah Hancur

Table 2.5. Unsur hara dalam kotoran ternak bahan segar
dan telah dikomposkan
Table 3.1. Rancangan Penelitian
Tabel 4.1. Kadar Nitrogen Rata- Rata Pada Proses Pengomposan
Tabel 4.2. Data Absorbansi Dalam Penentuan P2O5
Tabel 4.3. Tabel Kadar Posfor Rata – Rata P2O5
Tabel 4.4. Tabel Kadar Kalium Rata – Rata K2O
Tabel 4.5. Tabel nilai pH rata – rata
Tabel 4.6. Tabel Kadar Rata – Rata C – Organik
Tabel 4.7. Tabel Kadar Rata – Rata Rasio C/N
Tabel 4.8. Tekstur Kompos Selama Pengomposan
Tabel 4.9. Kadar Air Rata – Rata Selama Pengomposan
Tabel 4.10. Warna Kompos Selama Pengomposan
Tabel 4.11. Bau Kompos Selama Pengomposan
Tabel 4.12. Suhu Rata – Rata Selama Pengomposan
Tabel 4.13. Parameter kualitas pupuk kompos yang dibuat sendiri
Tabel. 4.14. Standart kompos menurut SNI 19 – 7030 – 2004

10
11

14
14
16
20
34
35
36
38
39
40
41
43
43
44
44
45
45
46

viii


DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Rangkaian Alt Spektrofotometer
Gambar 2.2. Sistematis ringkas dari alat AAS
Gambar 3.1. Pembuatan Kompos
Gambar 3.2. Penentuan Kadar Nitrogen Total Metode Kjeldahl
Gambar 3.3. Penetapan Kadar Kalium sebagai K2O Secara
Spektrofotometer Serapan Atom
Gambar 3.4. Penentuan Kadar Fosfor sebagai P2O5 secara
Spektrofotometri UV/Vis
Gambar 3.5. Penentuan C – Organik
Gambar 4.1. Grafik Hubangan Antara Konsentrasi P (P2O5) Vs
Absorbansi

17
18
29
30
31

32
33
36

x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pembuatan Larutan
Lampiran 2. Penentuan % Nitrogen
Lampiran 3. Penentuan % P dalam bentuk P2O5
Lampiran 4. Penentuan Kadar K2O (%)
Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Penelitian

50
55
57
60
64


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup
besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional.
Penduduk di Indonesia sebagian besar juga menggantungkan hidupnya dari sektor
pertanian. Sektor pertanian terdiri dari pertanian, peternakan, perikanan dan
kehutanan. Salah satunya adalah sektor pertanian kopi. Pertanian kopi tersebar di
sejumlah wilayah Indonesia termasuk di Sumatera Utara. Berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Statistik Perkebunan 2009-2011 Kementrian Pertanian
Direktorat Jenderal Perkebunan adalah sebagai berikut: Jumlah Produksi
Perkebunan Rakyat 2009 Sebesar 53.721 Ton, Perkebunan Swasta 2009 Sebesar
634 Ton, Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat Sebesar 53.466 Ton (Angka
Sementara 2010), Perkebunan Swasta Sebesar 634 Ton (Angka Sementara 2010).
Potensi Kopi di untuk daerah Kabupaten Toba samosir sendiri, jumlah produksi
perkebunan rakyat produksi tahun 2010 adalah 2.238 ton dengan lahan yang
sudah digunakan 2.619 Ha (Data Statistik Perkebunan Sumatera Utara Tahun
2010 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara)
Ditinjau dari data tersebut pertanian kopi di Sumatera Utara mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Tentu hal ini juga berpengaruh terhadap limbah

kopi yang dihasilkan. Pada proses pengolahan dari biji kopi tersebut dihasilkan
cangkang/kulit kopi yang begitu besar yaitu menurut Bressani R., (1972) bahwa
setiap 1000 kg buah kopi (berries) segar menghasilkan 43 % kulit (pulp), 11,8 %
lendir (Mucilage), 38 % biji kopi dan 6,1 % kulit tanduk (hulls). Limbah padat
kulit buah kopi (pulp) di Kabupaten Toba Samosir belum dimanfaatkan secara
optimal. Pusat Penelitian Kopi Kakao (2004), menyatakan bahwa kadar C-organik
kulit buah kopi adalah 45,3 %, kadar nitrogen 2,98 %, fosfor 0,18 % dan kalium
2,26 %. Selain itu kulit buah kopi juga mengandung unsur Ca, Mg, Mn, Fe, Cu
dan Zn. Dari hasil nalisis yang di lakukan oleh Puslitkoka tersebut limbah kulit

2

kopi yang dihasilkan memiliki peluang yang sangat besar untuk di kembangkan
menjadi pupuk organik agar dapat menunjang sistem pertanian organik yang
memiliki tren yang terus meningkat pada saat ini. Pembuatan kompos juga
dimaksudkan untuk menanggulangi mahalnya harga pupuk dan kelangkaan harga
pupuk.
Perkembangan pertanian khususnya sektor pertanian kopi masyarakat
mengalami penurunan dalam produktivitasnya. Menurut Simanungkalit (2006)
Lahan pertanian intensif di Indonesia sudah semakin menurun produktivitasnya
dan telah mengalami degradasi lahan, karena menurunnya kandungan C-organik
dalam tanah. Kondisi ini tentu tidak diharapkan dalam usaha pertanian karena
akan mempengaruhi

produktivitas tanaman.

Lahan pertanian berkurang

kesuburannya, hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan dan pemakaian pupuk
kimia yang terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Menurut
Bekti (2001), struktur dan kesuburan tanah dapat diperbaiki dengan penggunaan
kompos. Umumnya pupuk kompos yang dimanfaatkan petani saat ini adalah
kompos dari sekam atau jerami padi, dan sampah organik. Akan tetapi
pembuatanya membutuhkan waktu yang cukup lama apabila tidak dibantu dengan
mikroorganisme biodekomposer. Agen dekomposer dapat digunakan untuk
mempercepat dan meningkatkan kualitas hasil pengomposan dan telah diproduksi
secara komersial, umumnya dalam bentuk konsorsium mikroorganisme yang
disebut dengan bioaktivator pengomposan atau biodekomposer (Saraswati dalam
Astari, 2010).
Berbagai jenis mikroba mempunyai fungsi berbeda. Untuk meningkatkan
efektifitas fungsinya, mikroba sebagai komponen teknologi pertanian disediakan
dari strain murni terpilih, yang difungsikan sebagai innokulan. Metode aplikasi
dan mutu inokulan merupakan faktor yang sangat menentukan, sehingga upaya
mengatasi keragaman keefektifan, mutu inokulan mikroba harus distandarisasi
(Zdor dan pueppke, 1990).

3

Pembuatan kompos dengan menggunakan aktivator sudah banyak beredar
di pasaran diantaranya EM4 (Effective Microorganisms), orgadec dan stardec.
Pada dasarnya aktivator ini adalah mikroorganisme yang berada dalam cairan
bahan penumbuh, apabila cairan yang berisi mikroorganisme dilarutkan air dan
dicampurkan kedalam bahan yang akan dikomposkan maka dengan cepat
mikroorganisme ini berkembang. Sebenarnya aktivator ini dapat dibuat sendiri
yaitu dengan mengembangbiakkan mikroorganisme yang berasal dari perut
(kolon, usus) hewan ruminansia, misalnya sapi atau kerbau (Isniani, 2006).
Penelitian tentang pembuatan kompos dengan menggunakan aktivator
EM4 oleh Situmeang (2011) dengan kondisi pengomposan 14 hari dan
penggunaan EM4 sebanyak 4 mL/9,5 kg. Penggunaan aktivator Stardec dalam
pembuatan kompos dilakukan dengan kondisi pengomposan selama 28 hari dan
pemakaian Stardec yaitu 33 gr (Holidi, 2011). Penelitian juga telah dilakukan oleh
Astari (2011) yang mengkondisikan lama pembuatan kompos selama 28 hari
dengan 17 mL EM4 dan 250 g Stardec untuk 10 kg bleeding kuda. Dalam
penelitian Afifudin (2011) mengkondisikan pengomposan selama 2 – 3 minggu
dengan aktivator Stardec 10 gr/ 2 kg kotoran kelinci dan 3 – 10 cc EM4 kedalam
0,25 liter air, disemprotkan pada kotoran ternak sebanyak 2 kg.
Pupuk kompos dibuat dari bahan – bahan organik yang pada umumnya
mudah membusuk dan bisa dikomposkan. Salah satu diantaranya adalah limbah
kulit kopi yang memiliki potensi. Kulit kopi memiliki karakteristik yang lembut,
lunak, kadar air yang cukup tinggi. Bahan tambahan pembuatan kompos
dalakukan dengan penambahan bahan organik lain. Menurut Sriharti dan Salim, T
(2008) bahwa kulit pisang yang telah dikomposkan mengandung kadar N
(0,21%), P (0,02%) dan K (0.88%) untuk Pisang Ambon dan untuk Pisang Raja
kadar N (0,07%), P (0,08%) dan K (1,03 %). Selain itu penelitian tentang bahan
tambahan lain kotoran ternak (babi) memiliki kadar N (0,6 %), P (0,5 %) dan K
(0,4 %) dalam keadaan segar (Hartati dan Widowati, 1997).

4

Dari data – data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap limbah kulit kopi dengan tujuan pembuatan kompos yang bermanfaat
bagi masyarakat petani dengan pemanfaatn aktivator EM4 dan Stardec. Dengan
melakukan penelitian diharapkan memperoleh perbandingan aktivatoer EM4 dan
Stardec dengan menentukan kadar C – organik, Nitrogen, Fosfor dan Kalium.
1.2. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penggunaan aktivator EM4 dan Stardec pada pembuatan kompos limbah
kulit kopi.
2. Pengomposan dilakukan selama 21 hari.
3. Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar unsur Nitogen, fosfor, Kalium
rasio C/N (hari ke – 14 dan hari ke – 21).
4. Pengukuran suhu dan pH dilakukan selama proses pengomposan.
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Berapa kandungan unsur nitrogen, fosfor, kalium dan rasio C/N pada
kompos dengan aktivator EM4 hari ke - 14?
2. Berapa kandungan unsur nitrogen, fosfor, kalium dan rasio C/N pada
kompos dengan aktivator EM4 hari ke - 21?
3. Berapa kandungan unsur nitrogen, fosfor, kalium dan rasio C/N pada
kompos dengan aktivator Stardec pada hari ke - 14?
4. Berapa kandungan unsur nitrogen, fosfor, kalium dan rasio C/N pada
kompos dengan aktivator Stardec pada hari ke – 21?
5. Peningkatan parameter kompos manakah yang lebih yang lebih tinggi
pada penggunaan aktivator EM4 dibandingkan dengan penggunaan Stardec
selama pengomposan?
6. Aktivator manakah yang lebih efektif dan efisien antara aktivator EM4
dibandingkan dengan aktivator Stardec?

5

1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menentukan kandungan unsur N, P, K dan rasio C/N dalam kompos
dengan aktivator EM4 hari ke – 14.
2. Menentukan kandungan unsur N, P, K dan rasio C/N dalam kompos
dengan aktivator EM4 hari ke – 21.
3. Menentukan kandungan unsur N, P, K dan rasio C/N dalam kompos
dengan aktivator Stardec hari ke – 14.
4. Menentukan kandungan unsur N, P, K dan rasio C/N dalam kompos
dengan aktivator Stardec hari ke – 21.
5. Menentukan dan mengamati peningkatan parameter kompos yang lebih
yang lebih tinggi pada penggunaan aktivator EM4 dan Stardec selama
pengomposan.
6. Menentukan

aktivator

yang

lebih

bagus

antara

aktivator

EM4

dibandingkan dengan aktivator Stardec.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat digunakan sebagai bahan rujukan tentang kualitas kompos yang
dihasilkan pada pengomposan limbah kulit kopi dengan menggunakan
aktivator EM4 dan Stardec.
2. Kompos yang dihasilkan dapat diaplikasikan untuk pemupukan tanaman
untuk meningkatkan produksi.
3. Membantu masyarakat dalam memenuhi kelangkaan pupuk dan mahalnya
harga pupuk.
4. Memanfaatkan limbah kulit menjadi sesuatu yang berguna dan solusi di
masyarakat petani khususnya petani kopi dalam meningkatkan produksi.

47

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pengomposan penambahan aktivator EM4 menghasilkan Kadar hara yang
cukup bagus yaitu Nitrogen, Posfor, Kalium dan Rasio C/N kompos pada
hari ke – 14: 1,14%, 0,21%, 2,06%, 24,48 dan 9,13.
2. Pengomposan penambahan aktivator EM4 pada hari ke – 21 mengalami
peningkatan dari kadar hara hari ke – 14 dan kualitas yang lebih bagus
yaitu kadar Nitrogen, Posfor, Kalium dan Rasio C/N kompos: 1,73%,
0,33%, 2,35%, 15,42 dan 9,34.
3. Pengomposan dengan penambahan aktivator Stardec menghasilkan kadar
hara yaitu Nitrogen, Posfor, Kalium dan Rasio C/N kompos pada hari ke
– 14: 1,21%, 0,19%, 1,88%, 24,77 dan 8,89.
4. Pengomposan

dengan

penambahan

aktivator

Stardec

mengalami

peningkatan dibandingkan dengan kadar hara hari ke – 21 yaitu Nitrogen,
Posfor, Kalium dan Rasio C/N kompos pada hari ke – 21: 1,50%, 0,24%,
2,48%, 18,24 dan 8,49.
5. Peningkatan kadar hara kompos yaitu kadar N, P dan K lebih bagus pada
penggunaan aktivator EM4 dibandingkan penggunaan Stardec.
6. Aktivator EM4 lebih efektif dibandingkan dengan aktivator Stardec.
5.2. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan kontrol kadar air karena
mempengaruhi hasil kompos dan kadar pH.
2. Kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan aktivator yang terbaru
yang dijual di pasaran untuk mendapatkan kompos yang lebih berkualitas
SNI dan selanjutnya perlu dilakukan kelanjutan penelitian untuk aplikasi
pupuk kompos Limbah Kulit Kopi.

48

DAFTAR PUSTAKA
Anonim., (2012), Bioaktivator Stardec: http://lembahpinus.wordpress.com
/2009/09/09/stardec/ diakses 07 maret 2012.
Anonim.,(2012), Pupuk kulit pisang: http://lembahpinus.com/index2.php?option=
com_content&do_pdf=1&id=107/diakses 07 Maret 2012
Afifudin, M., (2011), Pengaruh Berbagai Aktivator Terhadap C/N Rasio Kompos
Kotoran Kelinci: http://komposkotorankelinci.blogspot.com/favicon.ico.
Diakses 27 April 2011.
Astari , L.P., (2011), Kualitas Pupuk Kompos Bedding Kuddengan Menggunakan
Aktivator Mikroba Yang Berbeda., Skripsi, Departemen Ilmu Produksi
Dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
Astawan, M., dan Febrinda, A.E., (2012), Potensi Dedak Bekatul Beras Sebagai
Ingredient
Pangan
Dan
Produk
Pangan
Fungsional:
http://www.majalahpangan.com/2010/06/potensi-dedak-dan-bekatulberas-sebagai-ingredient-pangan-dan-produk-pangan-fungsional/..diakses
06 maret 2012
Badan Standarisasi Nasional (BSN)., (2004), Spesifikasi Kompos Organik
Domestik, SNI – 19 – 7030 – 2004.
Bekti, E. dan Surdianto, Y. (2001). Pupuk Kompos Untuk Meningkatkan Produksi
Padi Sawah, Liptan : 05 Desember 2001.
Bressani, R., (1972), Coffee Pulp Composition, Tecnologu and Utilization,
Institute of Nutrition of Central America and Panama, Amerika.
Cahyadi, B., (2009), Studi Tentang Kesensitifan Spektrofotometer Sarapan Atom
(SSA) Teknik Vapour Hydride Generation Accessories (VHGA)
Dibandingkan Dengan Ssa Nyala Pada Analisa Unsure Arsen (As) Yang
Terdapat Dalam Air Minum., Skripsi, FMIPA, USU, Medan.
Dalzell, H. W., A. J. Biddlestone., K. R. Gray & K. Thurairajah. 1987. Soil
Management: Compost Production and Use in Tropical and Subtropical
Environment. Soil Bulletin 56, UN FAO, Rome.
Ditjendbun, (2010, Statistic Perkebunan 2008 – 2010: Kopi, Kementerian
Pertanian Republic Indonesia, Direktorat Jendral Perkebunan.
Desmayanti,Z dan Muladi. 1995. Pemanfaatan Limbah Kopi dalam Ransum
Ayam Pedaging. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian XII(3): 79

49

dalam Erwiyono dan Wibawa.1996. Pemanfaatan Bahan Organik In Situ
Untuk Efisiensi Budidaya Jahe Yang Berkelanjutan. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 23 ( 2 ). 2004. Bogor.
Djaja, W., Suwardi, N.K., dan Salman, L.B., (2009)., Pengaruh Imbangan
Kotoran Sapi Perah Dan Serbuk Gergaji Kayu Albizia Terhadap
Kandungan Nitrogen, Fosfor, Dan Kalium Serta Nilai C:N Ratio Kompos,
Fakultas Peternakan, Univ. Padjajaran.
Emel, S., (2011), Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis, UV, UV- Vis:
http://wanibesak.wordpress.com/2011/07/04/pengertian-dasarspektrofotometer-vis-uv-uv-vis/.Diakses 06 maret 2012.
Etika, Y.V., ( 2007), Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Kopi, Kotoran Ayam
Dan Kombinasinya Terhadap Ketersediaan Unsur N, P Dan K Pada
Inceptisol, Fakultas Pertanian, Univ. Brawijaya, Malang.
Gaur, A. C. 1983. A Manual of Rural Compo sting in Improving Soil Fertility
Through Organik Recy1ing. UN FAO, Rome .
Gunawan A. & Y. Surdiyanto. 2001. Pembuatan kompos dengan bahan baku
kotoran sapi. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan. 24
(3):12-17.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho & H. H. Bailey. 1986.
Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Penerbit UNILA, Lampung.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hidayat, P., (2010), Pembuatan Kompos dengan Teknologi EM4):
.http://blogs.unpad.ac.id/hidayatpasadanagara/2010/06/03/pembuatankompos-dengan-teknologi-em-4/. Diakses 07 Maret 2012.

Hirai, M., Chanyazak, V., & Kubota. 1983. A standard measurement for compost
maturity. Biocycle 24.
Holidi., (2011), Penentuan Kualitas Kompos yang Dihasilkan Dari Pengolahan
Sampah Organik Unimed Dengan Menggunakan Aktivator EM4., Skripsi,
FMIPA, Unimed, Medan.
Indriani, Y. H., (2002), Membuat Kompos Secara Kilat, PT. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Isnaini.M., (2006), Pertanian Organik, Cetakan Pertama, Yogyakarta, Penerbit
Kreasi Wacana.
Khopkar, S.M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta, UI – Press.

50

Liao, P. H., Achan & K. V. Lo. 1995. Removal of N from swine manure waste
waters by ammonia stripping. Bioresource Technology. Elsevier Sciene
Limited. 54:17-20.
Marsono dan P. Sigit., (2001), Pupuk Akar, Redaksi Agromedia, Jakarta.

Nasahi, C. 2010. Peran Mikroba Dalam Pertanian Organik, Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Nengsih. 2002. Penggunaan EM4 dan GT 1000-WTA dalam pembuatan pupuk
organik cair dan padat dari isi rumen limbah Rumah Potong Hewan. Skripsi.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Novizan., (2007), Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao, (2004), Panduan Lengkap Budidaya Kakao,
,Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rahayu, M.S., dan Nurhayati, (2005), Penggunaan EM4 dalam Pengomposan
Limbah The Padat: Jurnal Penelitian Bidang Ilmu pertanian Vol. 3, No. 2.
Saraswati, R. dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah
sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Bogor.
Simanungkalit, R.D.M., Suriadikarta, Didi, A., (2006).Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati. Jawa Barat: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian
Situmeang, (2011), Penentuan Kualitas Kompos yang Dihasilkan Dari
Pengolahan Sampah Organik Unimed Dengan Menggunakan Aktivator
Stardec, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sosrosoedirdjo, R. S., B. Rivai & S. S. Iskandar. 1981. Ilmu Memupuk 2.
CV.Yasaguna, Jakarta.
Srihati & T. Salim. 2002. Pembuatan kompos limbah nenas dengan menggunakan
berbagai bahan aktivator. Balai Besar Pengembangan Tekhnologi Tepat
Guna. LIPI, Jakarta.
Sriharti dan Salim, T., (2008), Pemanfaatan Limbah Pisang Untuk Pembuatan
Kompos Menggunakan Komposter Rotary Drum, Prosiding Seminar

51

Nasional Teknoin 2008, Bidang Teknik Kimia dan Tekstil Balai Besar
Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI.
Stego., (2012), Teknologi EM-4, Dimensi Baru Dalam Pertanian Modern:
id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/1965528-teknologiem-dimensi-baru-dalam/ diakses pada 07 maret 2012.
Trisilawati, O dan Gusmaini. 1999. Penggunaan Pupuk Organik Bagi
Pertumbuhan Dan Produksi Jahe. Buletin Gakuryoku. Hlm. 251-257.
dalam Sudiarto dan Gusmaini. 1996. Pemanfaatan Bahan Organik In Situ
Untuk Efisiensi Budidaya Jahe Yang Berkelanjutan. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 23 ( 2 ). 2004. Bogor.
Widyastuti, H., Isroi., Siswanto., (2009), Balai penelitian bioteknologi
Perkebunan indonesia: keefektifan beberapa decomposer untuk
pengomposan limbah sludge pabrik kertas sebagai bahan baku pupuk
organik, BS vol 44 No 22 Desember 2009: 99 – 110.
Wimbanu, O. 2005. Pengomposan jerami dan ampas batang sagu dengan metode
windrow teraerasi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Zdor, R.E. and Puepke. 1990. Competition for nodulation of soybean 123 in soil
maintaining indigenous rhizobia. Soil Biol. and Biochem.