Analisis dan Perancangan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik, dan Tata Letak Salon Yang Ergonomis (Studi Kasus Di Nanda Salon, Bandung).

(1)

ABSTRAK

Sebuah salon harus memberi pelayanan yang baik dalam fasilitas maupun jasa yang ditawarkan, tetapi banyak salon yang belum memperhatikan segi ergonomi, Nanda Salon salah satunya. Untuk itu dilakukan pengamatan, penganalisaan, dan perancangan ulang fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan tata letak di Nanda Salon yang belum nyaman dan mendapat keluhan dari penggunanya, seperti meja resepsionis terlalu kecil, kursi resepsionis, kursi tunggu, kursi pelanggan, ranjang, kursi staf tipe B kurang nyaman, tata letak meja TV kurang baik, kurangnya pencahayaan, tingginya kebisingan dan bau-bauan, serta belum adanya kotak P3K dan pemadam kebakaran.

Fasilitas yang diamati meliputi meja resepsionis, rak resepsionis, laci tipe A, kursi tunggu, meja TV, kursi pelanggan, cermin, meja pelanggan, meja perlengkapan, kursi staf tipe A dan B, kursi pijat, ranjang, rak di ruang perawatan wajah, kursi keramas, rak di ruang keramas, dan sandaran kaki, sedangkan pengamatan lingkungan fisik dan tata letak dilakukan di ruang tunggu, ruang perawatan rambut, ruang perawatan tangan dan kaki, ruang perawatan wajah, dan ruang keramas.

Data yang dikumpulkan meliputi data umum, dimensi fasilitas, tata letak, lingkungan fisik, serta kesehatan dan keselamatan kerja. Dimensi fasilitas saat ini dibandingkan dengan data anthropometri untuk mengetahui apakah sudah sesuai atau belum. Selanjutnya dilakukan analisis dimensi fasilitas saat ini, pemilihan persentil, fleksibilitas, kelebihan dan keterbatasan, tata letak, lingkungan fisik, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

Fasilitas fisik yang dimensinya belum sesuai dengan data anthropometri dirancang ulang dengan memperhatikan biaya, kegunaan, dan keindahan. Fasilitas tersebut adalah meja resepsionis, kursi resepsionis, rak resepsionis, kursi tunggu, meja TV, kursi pelanggan, kursi staf tipe A dan B, kursi pijat, ranjang, rak di ruang perawatan wajah, dan kursi keramas. Selain itu dirancang pula meja tamu dan tangga untuk memudahkan pelanggan yang akan naik ke ranjang atau turun dari ranjang.

Setelah perancangan, dilakukan analisis usulan dan membandingkan fasilitas aktual, usulan, pembanding 1, dan pembanding 2 dengan concept scoring untuk menentukan fasilitas terbaik dan diketahui bahwa fasilitas terbaik adalah fasilitas usulan. Perbaikan lingkungan fisik dilakukan untuk mengatasi masalah pencahayaan, kebisingan, dan bau-bauan. Kurangnya pencahayaan diatasi dengan menambah lampu dan menaikkan dayanya menjadi 36 watt. Untuk mengurangi kebisingan dilakukan dengan memasang pintu pemisah antar ruangan, sedangkan untuk mengurangi bau-bauan digunakan Air Conditioner. Perbaikan tata letak dilakukan dengan merancang tiga alternatif layout untuk setiap ruangan kemudian dilakukan perbandingan antara layout aktual, alternatif 1, 2, dan 3 dengan concept scoring.

Layout ruang tunggu dan ruang perawatan tangan dan kaki terpilih adalah layout

usulan sedangkan layout ruang perawatan rambut, ruang perawatan wajah serta ruang keramas terbaik adalah layout aktual. Perbaikan kesehatan dan keselamatan kerja dilakukan dengan memberi penjelasan akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja kepada staf serta menyediakan kotak P3K dan pemadam kebakaran.


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL xxii

DAFTAR GAMBAR xxx

DAFTAR LAMPIRAN xxxvi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah 1 – 1

1.2Identifikasi Masalah 1 – 2

1.3Batasan dan Asumsi 1 – 3

1.3.1 Batasan 1 – 3

1.3.2 Asumsi 1 – 4

1.4Perumusan Masalah 1 – 5

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian 1 – 5

1.6Sistematika Penulisan 1 – 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ergonomi 2 – 1

2.2 Sejarah Ergonomi 2 – 1

2.3 Anthropometri 2 - 3

2.3.1 Anthropometri Statis 2 – 3

2.3.1 Anthropometri Dinamis 2 – 4

2.4 Teknik Pengumpulan Data Anthropometri 2 – 4

2.5 Pedoman Pengukuran Data Anthropometri 2 – 5


(3)

2.6 Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Produktivitas Kerja 2 – 8

2.6.1 Pencahayaan 2 – 8

2.6.2 Warna 2 – 12

2.6.3 Kebisingan 2 – 13

2.6.4 Temperatur 2 – 16

2.6.5 Kelembaban 2 – 20

2.6.6 Sirkulasi Udara 2 – 20

2.6.7 Bau-bauan 2 – 21

2.7 Concept Scoring 2 – 21

2.8 Konsep perancangan 2 – 23

2.8.1 Teknik Peracangan 2 – 23

2.8.2 Karakteristik Perancangan 2 – 23

2.8.3 Karakteristik Perancang 2 – 24

2.8.4 Prosedur Perancangan 2 – 24

2.9 Analisa Nilai 2 – 24

BAB 3 METODOTOGI PENELITIAN

3.1 Penelitian Pendahuluan 3 – 3

3.2 Identifikasi Masalah 3 – 3

3.3 Batasan dan Asumsi 3 – 4

3.4 Perumusan Masalah 3 – 5

3.5 Penentuan Tujuan dan Manfaat Penelitian 3 – 6

3.6 Studi Pustaka 3 – 7

3.7 Pengumpulan Data 3 – 7

3.8 Pengolahan Data dan Analisis 3 – 7

3.9 Perancangan Fasilitas Usulan dan Analisis Usulan 3 – 9

3.10 Kesimpulan dan Saran 3 – 10

BAB 4 PENGUMPULAN DATA


(4)

4.1 Data Umum Nanda Salon 4 – 1

4.1.1 Sejarah Singkat Nanda Salon 4 – 1

4.1.2 Struktur Organisasi di Nanda Salon 4 – 2

4.1.3 Job Description 4 – 2

4.2 Data Umum Ruangan di Nanda Salon 4 – 3

4.3 Deskripsi Singkat Masing-Masing Ruangan 4 – 5 4.3.1 Deskripsi Singkat Ruang Tunggu Nanda Salon 4 – 5 4.3.2 Deskripsi Singkat Ruang Perawatan Rambut 4 – 6 4.3.3 Deskripsi Singkat Ruang Perawatan Tangan dan Kaki 4 – 7 4.3.4 Deskripsi Singkat Ruang Perawatan Wajah 4 – 8

4.3.5 Deskripsi Singkat Ruang Keramas 4 – 9

4.4 Deskripsi Fasilitas-Fasilitas di Nanda Salon 4 -10

4.4.1 Meja Resepsionis 4 – 11

4.4.2 Kursi Staf Tipe A 4 – 12

4.4.3 Rak Tipe A 4 – 13

4.4.4 Kursi Tunggu Panjang 4 – 15

4.4.5 Kursi Tunggu Kecil 4 – 17

4.4.6 Meja TV 4 – 18

4.4.7 Laci Tipe A 4 – 20

4.4.8 Kursi Pelanggan 4 – 22

4.4.9 Cermin 4 – 24

4.4.10 Meja Pelanggan 4 – 25

4.4.11 Meja Perlengkapan 4 – 26

4.4.12 Kursi Pijat 4 – 28

4.4.13 Kursi Staf Tipe B 4 – 30

4.4.14 Ranjang 4 – 31

4.4.15 Rak Ruang Wajah 4 – 32

4.4.16 Kursi Keramas 4 – 33

4.4.17 Sandaran Kaki 4 – 35


(5)

4.4.18 Rak Keramas 4 – 36 4.5 Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja 4 – 38

4.6 Deskripsi Lingkungan Fisik Nanda Salon 4 – 38

4.6.1 Deksripsi Lingkungan Fisik di Ruang Tunggu 4 – 38

4.6.1.1 Pencahayaan 4 – 38

4.6.1.2 Kebisingan 4 – 41

4.6.1.3 Temperatur dan Kelembaban 4 – 41

4.6.2 Deksripsi Lingkungan Fisik di Ruang Perawatan Rambut 4 – 42

4.6.2.1 Pencahayaan 4 – 42

4.6.2.2 Kebisingan 4 – 45

4.6.2.3 Temperatur dan Kelembaban 4 – 45

4.6.3 Deksripsi Lingkungan Fisik di Ruang Perawatan

Tangan dan Kaki 4 – 46

4.6.3.1 Pencahayaan 4 – 46

4.6.3.2 Kebisingan 4 – 48

4.6.3.3 Temperatur dan Kelembaban 4 – 48

4.6.4 Deksripsi Lingkungan Fisik di Ruang Perawatan Wajah 4 – 49

4.6.4.1 Pencahayaan 4 – 49

4.6.4.2 Kebisingan 4 – 50

4.6.4.3 Temperatur dan Kelembaban 4 – 51

4.6.5 Deksripsi Lingkungan Fisik di Ruang Keramas 4 – 52

4.6.5.1 Pencahayaan 4 – 52

4.6.5.2 Kebisingan 4 – 53

4.6.5.3 Temperatur dan Kelembaban 4 – 54

4.7 Pengumpulan Data Anthropometri 4 – 54

BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 5 – 1

5.1 Pengolahan Data Anthropometri 5 – 1

5.1.1 Penentuan Dimensi Produk 5 – 1


(6)

5.2 Analisis Dimensi Fasilitas Saat Ini 5 – 17

5.2.1 Meja Resepsionis 5 – 17

5.2.2 Kursi Staf Tipe A 5 – 19

5.2.3 Rak Resepsionis 5 – 21

5.2.4 Kursi Tunggu Panjang 5 – 25

5.2.5 Kursi Tunggu Kecil 5 – 28

5.2.6 Meja TV 5 – 32

5.2.7 Laci Tipe A 5 – 34

5.2.8 Kursi Pelanggan 5 – 38

5.2.9 Cermin 5 – 43

5.2.10 Meja Pelanggan 5 – 44

5.2.11 Meja Perlengkapan 5 – 45

5.2.12 Kursi Pijat 5 – 48

5.2.13 Kursi Staf Tipe B 5 – 52

5.2.14 Ranjang 5 – 54

5.2.15 Rak Ruang Perawatan Wajah 5 – 56

5.2.16 Kursi Keramas 5 – 59

5.2.17 Sandaran Kaki 5 – 63

5.2.18 Rak Ruang Keramas 5 – 65

5.3 Analisis Kelebihan dan Keterbatasan Fasilitas Saat Ini 5 – 68

5.3.1 Meja Resepsionis 5 – 68

5.3.2 Kursi Staf Tipe A 5 – 69

5.3.3 Rak Resepsionis 5 – 70

5.3.4 Kursi Tunggu Panjang 5 – 70

5.3.5 Kursi Tunggu Kecil 5 – 71

5.3.6 Meja TV 5 – 72

5.3.7 Laci Tipe A 5 – 73

5.3.8 Kursi Pelanggan 5 – 74

5.3.9 Cermin 5 – 74


(7)

5.3.10 Meja Pelanggan 5 – 75

5.3.11 Meja Perlengkapan 5 – 75

5.3.12 Kursi Pijat 5 – 76

5.3.13 Kursi Staf Tipe B 5 – 77

5.3.14 Ranjang 5 – 77

5.3.15 Rak Ruang Perawatan Wajah 5 – 78

5.3.16 Kursi Keramas 5 – 79

5.3.17 Sandaran Kaki 5 – 79

5.3.18 Rak Ruang Keramas 5 – 80

5.4 Analisis Fleksibilitas Fasilitas Saat Ini 5 – 80

5.4.1 Meja Resepsionis 5 – 80

5.4.2 Kursi Staf Tipe A 5 – 81

5.4.3 Rak Resepsionis 5 – 81

5.4.4 Kursi Tunggu Panjang 5 – 81

5.4.5 Kursi Tunggu Kecil 5 – 81

5.4.6 Meja TV 5 – 81

5.4.7 Laci Tipe A 5 – 82

5.4.8 Kursi Pelanggan 5 – 82

5.4.9 Cermin 5 – 82

5.4.10 Meja Pelanggan 5 – 82

5.4.11 Meja Perlengkapan 5 – 82

5.4.12 Kursi Pijat 5 – 83

5.4.13 Kursi Staf Tipe B 5 – 83

5.4.14 Ranjang 5 – 83

5.4.15 Rak di Ruang Perawatan Wajah 5 – 83

5.4.16 Kursi Keramas 5 – 83

5.4.17 Sandaran Kaki 5 – 84

5.4.18 Rak di Ruang Keramas 5 – 84

5.5 Analisis Tata Letak Saat Ini 5 – 84


(8)

5.5.1 Meja Resepsionis 5 – 84

5.5.2 Kursi Staf Tipe A 5 – 85

5.5.3 Rak Resepsionis 5 – 85

5.5.4 Kursi Tunggu Panjang 5 – 86

5.5.5 Kursi Tunggu Kecil 5 – 86

5.5.6 Meja TV 5 – 86

5.5.7 Laci Tipe A 5 – 87

5.5.8 Kursi Pelanggan 5 – 87

5.5.9 Cermin 5 – 88

5.5.10 Meja Pelanggan 5 – 88

5.5.11 Meja Perlengkapan 5 – 88

5.5.12 Kursi Pijat 5 – 88

5.5.13 Kursi Staf Tipe B 5 – 88

5.5.14 Ranjang 5 – 89

5.5.15 Rak Ruang Perawatan Wajah 5 – 89

5.5.16 Kursi Keramas 5 – 89

5.5.17 Sandaran Kaki 5 – 89

5.5.18 Rak di Ruang Keramas 5 – 90

5.6 Analisis Lingkungan Fisik Saat Ini 5 – 90

5.6.1 Analisis Lingkungan Fisik di Ruang Tunggu 5 – 90 5.6.2 Analisis Lingkungan Fisik di Ruang Perawatan Rambut 5 – 92 5.6.3 Analisis Lingkungan Fisik di Ruang Perawatan Tangan dan Kaki 5 – 94 5.6.4 Analisis Lingkungan Fisik di Ruang Perawatan Wajah 5 – 96 5.6.5 Analisis Lingkungan Fisik di Ruang Perawatan Keramas 5 – 98

5.7 Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja 5 – 100

BAB 6 PERANCANGAN DAN ANALISIS USULAN

6.1 Perancangan Fasilitas Fisik 6 – 1

6.1.1 Meja Resepsionis 6 – 2


(9)

6.1.1.1 Perancangan Meja Resepsionis 6 – 2 6.1.1.2 Penentuan Dimensi Perancangan Meja Resepsionis

dan Analisis 6 – 3

6.1.1.3 Spesifikasi dan Gambar Meja Resepsionis Usulan 6 – 5 6.1.1.4 Analisa Nilai Meja Resepsionis Usulan 6 – 7

6.1.1.4.1 Cost Value 6 – 7

6.1.1.4.2 Esteem Value 6 – 7

6.1.1.4.3 Use Value 6 – 8

6.1.1.5 Kelebihan dan Keterbatasan Meja Resepsionis Usulan 6 – 8

6.1.1.6 Produk Pembanding 6 – 9

6.1.1.6.1 Produk Pembanding Meja Resepsionis di Salon “X” 6 – 9 6.1.1.6.2 Produk Pembanding Meja Resepsionis di Salon “Y” 6 – 14

6.1.1.7 Concept Scoring 6 – 18

6.1.2 Kursi Resepsionis 6 – 22

6.1.2.1 Perancangan Kursi Resepsionis 6 – 22

6.1.2.2 Penentuan Dimensi Perancangan Kursi Resepsionis

dan Analisis 6 – 23

6.1.2.3 Spesifikasi dan Gambar Kursi Resepsionis Usulan 6 – 24 6.1.2.4 Analisa Nilai Kursi Resepsionis Usulan 6 – 25

6.1.2.4.1 Cost Value 6 – 25

6.1.2.4.2 Esteem Value 6 – 26

6.1.2.4.3 Use Value 6 – 26

6.1.2.5 Kelebihan dan Keterbatasan Kursi Resepsionis Usulan 6 – 26

6.1.2.6 Produk Pembanding 6 – 27

6.1.2.6.1 Produk Pembanding Kursi Resepsionis di Salon “X” 6 – 27 6.1.2.6.2 Produk Pembanding Kursi Resepsionis di Salon “Y” 6 – 31

6.1.2.7 Concept Scoring 6 – 35

6.1.3 Rak Tipe A 6 – 39

6.1.3.1 Perancangan Rak Tipe A 6 – 39


(10)

6.1.3.2 Penentuan Dimensi Perancangan Rak Tipe A

dan Analisis 6 – 40

6.1.3.3 Spesifikasi dan Gambar Rak Tipe A Usulan 6 – 41

6.1.3.4 Analisa Nilai Rak Tipe A Usulan 6 – 42

6.1.3.4.1 Cost Value 6 – 42

6.1.3.4.2 Esteem Value 6 – 43

6.1.3.4.3 Use Value 6 – 43

6.1.3.5 Kelebihan dan Keterbatasan Rak Tipe A Usulan 6 – 44

6.1.3.6 Produk Pembanding 6 – 45

6.1.3.6.1 Produk Pembanding Rak Tipe A di Salon “X” 6 – 45 6.1.3.6.2 Produk Pembanding Rak Tipe A di Salon “Y” 6 – 48

6.1.3.7 Concept Scoring 6 – 52

6.1.4 Kursi Tunggu 6 – 56

6.1.4.1 Perancangan Kursi Tunggu 6 – 56

6.1.4.2 Penentuan Dimensi Perancangan Kursi Tunggu dan Analisis 6 – 57 6.1.4.3 Spesifikasi dan Gambar Kursi Tunggu Usulan 6 – 58

6.1.4.4 Analisa Nilai Kursi Tunggu Usulan 6 – 59

6.1.4.4.1 Cost Value 6 – 59

6.1.4.4.2 Esteem Value 6 – 60

6.1.4.4.3 Use Value 6 – 60

6.1.4.5 Kelebihan dan Keterbatasan Kursi Tunggu Usulan 6 – 60

6.1.4.6 Produk Pembanding 6 – 61

6.1.4.6.1 Produk Pembanding Kursi Tunggu di Salon “X” 6 – 61 6.1.4.6.2 Produk Pembanding Kursi Tunggu di Salon “Y” 6 – 65

6.1.4.7 Concept Scoring 6 – 69

6.1.5 Meja TV 6 – 72

6.1.5.1 Perancangan Meja TV 6 – 72

6.1.5.2 Penentuan Dimensi Perancangan Meja TV dan Analisis 6 – 73 6.1.5.3 Spesifikasi dan Gambar Meja TV Usulan 6 – 74 xv Universitas Kristen Maranatha


(11)

6.1.5.4 Analisa Nilai Meja TV Usulan 6 – 75

6.1.5.4.1 Cost Value 6 – 75

6.1.5.4.2 Esteem Value 6 – 75

6.1.5.4.3 Use Value 6 – 75

6.1.5.5 Kelebihan dan Keterbatasan Meja TV Usulan 6 – 75

6.1.5.6 Produk Pembanding 6 – 76

6.1.5.6.1 Produk Pembanding Meja TV di Salon “X” 6 – 76 6.1.5.6.2 Produk Pembanding Meja TV di Salon “Y” 6 – 79

6.1.5.7 Concept Scoring 6 – 83

6.1.6 Kursi pelanggan 6 – 87

6.1.6.1 Perancangan Kursi pelanggan 6 – 87

6.1.6.2 Penentuan Dimensi Perancangan Kursi Pelanggan

dan Analisis 6 – 88

6.1.6.3 Spesifikasi dan Gambar Kursi Pelanggan Usulan 6 – 90 6.1.6.4 Analisa Nilai Kursi Pelanggan Usulan 6 – 91

6.1.6.4.1 Cost Value 6 – 91

6.1.6.4.2 Esteem Value 6 – 92

6.1.6.4.3 Use Value 6 – 92

6.1.6.5 Kelebihan dan Keterbatasan Kursi Pelanggan Usulan 6 – 92

6.1.6.6 Produk Pembanding 6 – 93

6.1.6.6.1 Produk Pembanding Kursi Pelanggan di Salon “X” 6 – 93 6.1.6.6.2 Produk Pembanding Kursi Pelanggan di Salon “Y” 6 – 98

6.1.6.7 Concept Scoring 6 – 102

6.1.7 Kursi Staf Tipe A 6 – 106

6.1.7.1 Perancangan Kursi Staf Tipe A 6 – 106 6.1.7.2 Penentuan Dimensi Perancangan Kursi Staf Tipe A

dan Analisis 6 – 107

6.1.7.3 Spesifikasi dan Gambar Kursi Staf Tipe A Usulan 6 – 108 6.1.7.4 Analisa Nilai Kursi Staf Tipe A Usulan 6 – 109 xvi Universitas Kristen Maranatha


(12)

6.1.7.4.1 Cost Value 6 – 109

6.1.7.4.2 Esteem Value 6 – 109

6.1.7.4.3 Use Value 6 – 109

6.1.7.5 Kelebihan dan Keterbatasan Kursi Staf Tipe A Usulan 6 – 110

6.1.7.6 Produk Pembanding 6 – 111

6.1.7.6.1 Produk Pembanding Kursi Staf Tipe A di Salon “X” 6 – 111 6.1.7.6.2 Produk Pembanding Kursi Staf Tipe A di Salon “Y” 6 – 114

6.1.7.7 Concept Scoring 6 – 117

6.1.8 Kursi Pijat 6 – 121

6.1.8.1 Perancangan Kursi Pijat 6 – 121

6.1.8.2 Penentuan Dimensi Perancangan Kursi Pijat dan Analisis 6 – 122 6.1.8.3 Spesifikasi dan Gambar Kursi Pijat Usulan 6 – 124

6.1.8.4 Analisa Nilai Kursi Pijat Usulan 6 – 125

6.1.8.4.1 Cost Value 6 – 125

6.1.8.4.2 Esteem Value 6 – 126

6.1.8.4.3 Use Value 6 – 126

6.1.8.5 Kelebihan dan Keterbatasan Kursi Pijat Usulan 6 – 126

6.1.8.6 Produk Pembanding 6 – 127

6.1.8.6.1 Produk Pembanding Kursi Pijat di Salon “X” 6 – 127 6.1.8.6.2 Produk Pembanding Kursi pijat di Salon “Y” 6 – 133

6.1.8.7 Concept Scoring 6 – 138

6.1.9 Kursi staf tipe B 6 – 142

6.1.9.1 Perancangan Kursi staf tipe B 6 – 142

6.1.9.2 Penentuan Dimensi Perancangan Kursi staf tipe B

dan Analisis 6 – 142

6.1.9.3 Spesifikasi dan Gambar Kursi staf tipe B Usulan 6 – 143 6.1.9.4 Analisa Nilai Kursi staf tipe B Usulan 6 – 144

6.1.9.4.1 Cost Value 6 – 144

6.1.9.4.2 Esteem Value 6 – 145


(13)

6.1.9.4.3 Use Value 6 – 145 6.1.9.5 Kelebihan dan Keterbatasan Kursi staf tipe B Usulan 6 – 146

6.1.9.6 Produk Pembanding 6 – 146

6.1.9.6.1 Produk Pembanding Kursi staf tipe B di Salon “X” 6 – 146 6.1.9.6.2 Produk Pembanding Kursi staf tipe B di Salon “Y” 6 – 149

6.1.9.7 Concept Scoring 6 – 153

6.1.10 Ranjang 6 – 157

6.1.10.1 Perancangan Ranjang 6 – 157

6.1.10.2 Penentuan Dimensi Perancangan Ranjang dan Analisis 6 – 158 6.1.10.3 Spesifikasi dan Gambar Ranjang Usulan 6 – 160

6.1.10.4 Analisa Nilai Ranjang Usulan 6 – 161

6.1.10.4.1 Cost Value 6 – 161

6.1.10.4.2 Esteem Value 6 – 162

6.1.10.4.3 Use Value 6 – 162

6.1.10.5 Kelebihan dan Keterbatasan Ranjang Usulan 6 – 163

6.1.10.6 Produk Pembanding 6 – 164

6.1.10.6.1 Produk Pembanding Ranjang di Salon “X” 6 – 164 6.1.10.6.2 Produk Pembanding Ranjang di Salon “Y” 6 – 167

6.1.10.7 Concept Scoring 6 – 171

6.1.11 Rak Ruang Perawatan Wajah 6 – 176

6.1.11.1 Perancangan Rak Ruang Perawatan Wajah 6 – 176

6.1.11.2 Penentuan Dimensi Perancangan Rak Ruang Perawatan

Wajah dan Analisis 6 – 176

6.1.11.3 Spesifikasi dan Gambar Rak Ruang Perawatan Wajah

Usulan 6 – 177

6.1.11.4 Analisa Nilai Rak Ruang Perawatan Wajah Usulan 6 – 178

6.1.11.4.1 Cost Value 6 – 178

6.1.11.4.2 Esteem Value 6 – 179


(14)

6.1.11.4.3 Use Value 6 – 179 6.1.11.5 Kelebihan dan Keterbatasan Rak Ruang Perawatan

Wajah Usulan 6 – 179

6.1.11.6 Produk Pembanding 6 – 180

6.1.11.6.1 Produk Pembanding Rak Ruang Perawatan

Wajah di Salon “X” 6 – 180

6.1.11.6.2 Produk Pembanding Rak Ruang Perawatan

Wajah di Salon “Y” 6 – 185

6.1.11.7 Concept Scoring 6 – 188

6.1.12 Kursi Keramas 6 – 193

6.1.12.1 Perancangan Kursi Keramas 6 – 193

6.1.12.2 Penentuan Dimensi Perancangan Kursi Keramas

dan Analisis 6 – 194

6.1.12.3 Spesifikasi dan Gambar Kursi Keramas Usulan 6 – 196 6.1.12.4 Analisa Nilai Kursi Keramas Usulan 6 – 198

6.1.12.4.1 Cost Value 6 – 198

6.1.12.4.2 Esteem Value 6 – 198

6.1.12.4.3 Use Value 6 – 198

6.1.12.5 Kelebihan dan Keterbatasan Kursi Keramas Usulan 6 – 199

6.1.12.6 Produk Pembanding 6 – 199

6.1.12.6.1 Produk Pembanding Kursi Keramas

di Salon “X” 6 – 199

6.1.12.6.2 Produk Pembanding Kursi Keramas

di Salon “Y” 6 – 204

6.1.12.7 Concept Scoring 6 – 209

6.1.13 Meja Tamu 6 – 213

6.1.13.1 Perancangan Meja Tamu 6 – 213

6.1.13.2 Penentuan Dimensi Perancangan Meja Tamu dan Analisis 6 – 213 6.1.13.3 Spesifikasi dan Gambar Meja Tamu Usulan 6 – 214 xix Universitas Kristen Maranatha


(15)

6.1.13.4 Analisis Nilai Meja Tamu Usulan 6 – 215

6.1.13.4.1 Cost Value 6 – 215

6.1.13.4.2 Esteem Value 6 – 215

6.1.13.4.3 Use Value 6 – 215

6.1.13.5 Kelebihan dan Keterbatasan Meja Tamu Usulan 6 – 216

6.1.14 Tangga 6 – 216

6.1.14.1 Perancangan Tangga 6 – 216

6.1.14.2 Penentuan Dimensi Perancangan Tangga dan Analisis 6 – 217 6.1.14.3 Spesifikasi dan Gambar Tangga Usulan 6 – 217

6.1.14.4 Analisis Nilai Tangga Usulan 6 – 218

6.1.14.4.1 Cost Value 6 – 218

6.1.14.4.2 Esteem Value 6 – 219

6.1.14.4.3 Use Value 6 – 219

6.1.14.5 Kelebihan dan Keterbatasan Tangga Usulan 6 – 219

6.2 Perancangan Layout 6 – 220

6.2.1 Layout Ruang Tunggu 6 – 220

6.2.1.1 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 6 – 222 6.2.1.1.1 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 1 6 – 222 6.2.1.1.2 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 2 6 – 223 6.2.1.1.3 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 3 6 – 223

6.2.1.2 Concept Scoring 6 – 224

6.2.2 Layout Ruang Perawatan Rambut 6 – 226

6.2.2.1 Kelebihan dan Keterbatasan Layout t Usulan 6 – 229 6.2.2.1.1 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 1 6 – 229 6.2.2.1.2 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 2 6 – 229 6.2.2.1.3 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 3 6 – 230

6.2.2.2 Concept Scoring 6 – 230

6.2.3 Layout Ruang Perawatan Tangan dan Kaki 6 – 234 6.2.3.1 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 6 – 235 xx Universitas Kristen Maranatha


(16)

6.2.3.1.1 Kelebihan dan Keterbatasan Layout t Usulan 1 6 – 235 6.2.3.1.2 Kelebihan dan Keterbatasan Layout t Usulan 2 6 – 236 6.2.3.1.3 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 3 6 – 237

6.2.3.2 Concept Scoring 6 – 238

6.2.4 Layout Ruang Perawatan Wajah 6 – 241

6.2.4.1 Kelebihan dan Keterbatasan Layout t Usulan 6 – 242 6.2.4.1.1 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 1 6 – 242 6.2.4.1.2 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 2 6 – 243 6.2.4.1.3 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 3 6 – 243

6.2.4.2 Concept Scoring 6 – 244

6.2.5 Layout Ruang Keramas 6 – 246

6.2.5.1 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 6 – 248 6.2.5.1.1 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 1 6 – 248 6.2.5.1.2 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 2 6 – 249 6.2.5.1.3 Kelebihan dan Keterbatasan Layout Usulan 3 6 – 250

6.2.5.2 Concept Scoring 6 – 250

6.2.6 Layout Keseluruhan 6 – 253

6.3 Perancangan Lingkungan Fisik 6 – 254

6.3.1 Perancangan Lingkungan Fisik di Ruang Tunggu 6 – 254

6.3.1.1 Pencahayaan 6 – 254

6.3.1.2 Kebisingan 6 – 255

6.3.1.3 Temperatur dan Kelembaban 6 – 255

6.3.2 Perancangan Lingkungan Fisik di Ruang Perawatan Rambut 6 – 254

6.3.2.1 Pencahayaan 6 – 256

6.3.2.2 Kebisingan 6 – 257

6.3.2.3 Temperatur dan Kelembaban 6 – 257

6.3.3 Perancangan Lingkungan Fisik di Ruang Perawatan

Tangan dan Kaki 6 – 258

6.3.3.1 Pencahayaan 6 – 258


(17)

6.3.3.2 Kebisingan 6 – 259

6.3.3.3 Temperatur dan Kelembaban 6 – 260

6.3.4 Perancangan Lingkungan Fisik di Ruang Perawatan Wajah 6 – 260

6.3.4.1 Pencahayaan 6 – 260

6.3.4.2 Kebisingan 6 – 261

6.3.4.3 Temperatur dan Kelembaban 6 – 262

6.3.5 Perancangan Lingkungan Fisik di Ruang Keramas 6 – 262

6.3.5.1 Pencahayaan 6 – 262

6.3.5.2 Kebisingan 6 – 263

6.3.5.3 Temperatur dan Kelembaban 6 – 263

6.4 Perbaikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja 6 – 264

6.5 Penyelesaian Masalah di Nanda Salon 6 – 265

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan 7 – 1

7.2 Saran 7 – 3

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

KOMENTAR DOSEN PENGUJI DATA PENULIS


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Kebutuhan kadar cahaya 2 – 11

2.2 Tabel efek psikologis dari warna 2 – 12

2.3 Tabel ambang batas beban pendengaran 2 – 16

2.4 Tabel suhu yang disarankan 2 – 18

2.5 Tabel Concept Scoring 2 – 22

4.1 Rangkuman fasilitas fisik 4 – 10

4.2 Tabel spesifikasi meja resepsionis 4 – 11

4.3 Tabel spesifikasi kursi staf tipe A 4 – 12

4.4 Tabel spesifikasi rak tipe A 4 – 14

4.5 Tabel spesifikasi kursi tunggu panjang 4 – 15 4.5 Tabel spesifikasi kursi tunggu panjang (lanjutan) 4 – 16 4.6 Tabel spesifikasi kursi tunggu kecil 4 – 17

4.7 Tabel spesifikasi meja TV 4 – 18

4.8 Tabel spesifikasi laci tipe A 4 – 20

4.9 Tabel spesifikasi kursi pelanggan 4 – 22

4.10 Tabel spesifikasi cermin 4 – 24

4.11 Tabel spesifikasi meja pelanggan 4 – 25

4.12 Tabel spesifikasi meja perlengkapan 4 – 26 4.12 Tabel spesifikasi meja perlengkapan (lanjutan) 4 – 27

4.13 Tabel spesifikasi kursi pijat 4 – 28

4.14 Tabel spesifikasi kursi staf tipe B 4 – 30

4.15 Tabel spesifikasi ranjang 4 – 31

4.16 Tabel spesifikasi rak ruang wajah 4 – 32

4.17 Tabel spesifikasi kursi keramas 4 – 34


(19)

4.18 Tabel spesifikasi sandaran kaki 4 – 35

4.19 Tabel spesifikasi rak keramas 4 – 36

4.19 Tabel spesifikasi rak keramas (lanjutan) 4 – 37 4.20 Tabel intensitas cahaya di ruang tunggu 4 – 40

Tabel Judul Halaman

4.21 Tabel pengukuran kebisingan di ruang tunggu 4 – 41 4.22 Tabel pengukuran temperatur dan kelembaban di

ruang tunggu 4 – 42

4.23 Tabel intensitas cahaya di ruang perawatan rambut 4 – 44 4.24 Tabel pengukuran kebisingan di ruang perawatan rambut 4 – 45 4.25 Tabel pengukuran temperatur dan kelembaban di

ruang perawatan rambut 4 – 46

4.26 Tabel intensitas cahaya di ruang perawatan

tangan dan kaki 4 – 47

4.27 Tabel pengukuran kebisingan di ruang perawatan

tangan dan kaki 4 – 48

4.28 Tabel pengukuran temperatur dan kelembaban di ruang

perawatan tangan dan kaki 4 – 49

4.29 Tabel intensitas cahaya di ruang perawatan wajah 4 – 50 4.30 Tabel pengukuran kebisingan di ruang perawatan wajah 4 – 51 4.31 Tabel pengukuran temperatur dan kelembaban di ruang

perawatan wajah 4 – 51

4.32 Tabel intensitas cahaya di ruang keramas 4 – 53 4.33 Tabel pengukuran kebisingan di ruang keramas 4 – 54 4.34 Tabel pengukuran temperatur dan kelembaban di ruang

keramas 4 – 54

4.35 Tabel data anthropometri yang digunakan 4 – 59

5.1 Penentuan ukuran meja resepsionis 5 – 1

5.2 Penentuan ukuran kursi staf tipe A 5 – 2


(20)

5.3 Penentuan ukuran rak tipe A 5 – 3 5.4 Penentuan ukuran kursi tunggu panjang 5 – 4

5.5 Penentuan ukuran kursi tunggu kecil 5 – 5

5.6 Penentuan ukuran meja TV 5 – 6

5.7 Penentuan ukuran laci tipe A 5 – 7

5.8 Penentuan ukuran kursi pelanggan 5 – 8

Tabel Judul Halaman

5.9 Penentuan ukuran cermin 5 – 9

5.10 Penentuan ukuran meja pelanggan 5 – 9

5.11 Penentuan ukuran meja perlengkapan 5 – 10

5.12 Penentuan ukuran kursi pijat 5 – 11

5.13 Penentuan ukuran kursi staf tipe B 5 – 12

5.14 Penentuan ukuran ranjang 5 – 12

5.15 Penentuan ukuran rak ruang perawatan wajah 5 – 13

5.16 Penentuan ukuran kursi keramas 5 – 14

5.17 Penentuan ukuran sandaran kaki 5 – 15

5.18 Penentuan ukuran rak ruang keramas 5 – 16

5.19 Kelebihan dan keterbatasan meja resepsionis 5 – 69 5.20 Kelebihan dan keterbatasan kursi staf tipe A 5 – 69 5.21 Kelebihan dan keterbatasan rak resepsionis 5 – 70 5.22 Kelebihan dan keterbatasan kursi tunggu panjang 5 – 70 5.22 Kelebihan dan keterbatasan kursi tunggu

panjang (lanjutan) 5 – 71

5.23 Kelebihan dan keterbatasan kursi tunggu kecil 5 – 72

5.24 Kelebihan dan keterbatasan meja TV 5 – 73

5.25 Kelebihan dan keterbatasan laci tipe A 5 – 73 5.26 Kelebihan dan keterbatasan kursi pelanggan 5 – 74

5.27 Kelebihan dan keterbatasan cermin 5 – 74

5.27 Kelebihan dan keterbatasan cermin (lanjutan) 5 – 75 xxv Universitas Kristen Maranatha


(21)

5.28 Kelebihan dan keterbatasan meja pelanggan 5 – 75 5.29 Kelebihan dan keterbatasan meja perlengkapan 5 – 76 5.30 Kelebihan dan keterbatasan kursi pijat 5 – 76 5.30 Kelebihan dan keterbatasan kursi pijat (lanjutan) 5 – 77 5.31 Kelebihan dan keterbatasan kursi staf tipe B 5 – 77

5.32 Kelebihan dan keterbatasan ranjang 5 – 77

5.32 Kelebihan dan keterbatasan ranjang (lanjutan) 5 – 78 5.33 Kelebihan dan keterbatasan rak ruang perawatan wajah 5 – 78

Tabel Judul Halaman

5.34 Kelebihan dan keterbatasan kursi keramas 5 – 79 5.35 Kelebihan dan keterbatasan sandaran kaki 5 – 79 5.35 Kelebihan dan keterbatasan sandaran kaki (lanjutan) 5 – 80 5.36 Kelebihan dan keterbatasan rak ruang keramas 5 – 80

6.1 Penempatan fasilitas fisik usulan 6 – 2

6.2 Penentuan dimensi meja resepsionis usulan 6 – 3 6.3 Spefisikasi meja resepsionis usulan 6 – 5 6.3 Spefisikasi meja resepsionis usulan (lanjutan) 6 – 6 6.4 Perincian harga meja resepsionis usulan 6 – 7 6.5 Spesifikasi meja resepsionis salon “X” 6 – 10 6.6 Perbandingan meja resepsionis usulan dan pembanding 1 6 – 11 6.7 Spesifikasi meja resepsionis salon “Y” 6 – 15 6.8 Perbandingan meja resepsionis usulan dan pembanding 2 6 – 16 6.9 Keterangan concept scoring meja resepsionis 6 – 19

6.10 Concept scoring meja resepsionis 6 – 19

6.11 Penentuan dimensi kursi resepsionis usulan 6 – 23 6.12 Spefisikasi kursi resepsionis usulan 6 – 24 6.12 Spefisikasi kursi resepsionis usulan (lanjutan) 6 – 25 6.13 Spesifikasi kursi resepsionis salon “X” 6 – 28 6.14 Perbandingan kursi resepsionis usulan dan pembanding 1 6 – 29 xxvi Universitas Kristen Maranatha


(22)

6.15 Spesifikasi kursi resepsionis salon “Y” 6 – 32 6.16 Perbandingan kursi resepsionis usulan dan pembanding 2 6 – 33 6.17 Keterangan concept scoring kursi resepsionis 6 – 36

6.18 Concept scoring kursi resepsionis 6 – 37

6.19 Penentuan dimensi rak tipe A usulan 6 – 40 6.20 Spefisikasi rak tipe A usulan 6 – 41 6.20 Spefisikasi rak tipe A usulan (lanjutan) 6 – 42

6.21 Perincian harga rak tipe A usulan 6 – 43

6.22 Spesifikasi rak tipe A salon “X” 6 – 45 6.23 Perbandingan rak tipe A usulan dan pembanding 1 6 – 46

Tabel Judul Halaman

6.24 Spesifikasi rak tipe A salon “Y” 6 – 48

6.24 Spesifikasi rak tipe A salon “Y” (lanjutan) 6 – 49 6.25 Perbandingan rak tipe A usulan dan pembanding 2 6 – 50 6.26 Keterangan concept scoring rak tipe A 6 – 53

6.27 Concept scoring rak tipe A 6 – 53

6.28 Penentuan dimensi kursi tunggu usulan 6 – 57

6.29 Spefisikasi kursi tunggu usulan 6 – 58

6.30 Perincian harga kursi tunggu usulan 6 – 59

6.31 Spesifikasi kursi tunggu salon “X” 6 – 62

6.32 Perbandingan kursi tunggu usulan dan pembanding 1 6 – 62

6.33 Spesifikasi kursi tunggu salon “Y” 6 – 65

6.34 Perbandingan kursi tunggu usulan dan pembanding 2 6 – 66 6.35 Keterangan concept scoring kursi tunggu 6 – 69

6.36 Concept scoring kursi tunggu 6 – 70

6.37 Penentuan dimensi meja TV usulan 6 – 73

6.38 Spefisikasi meja TV usulan 6 – 74

6.39 Spesifikasi meja TV salon “X” 6 – 76

6.40 Perbandingan meja TV usulan dan pembanding 1 6 – 77 xxvii Universitas Kristen Maranatha


(23)

6.41 Spesifikasi meja TV salon “Y” 6 – 80 6.42 Perbandingan meja TV usulan dan pembanding 2 6 – 81

6.43 Keterangan concept scoring meja TV 6 – 84

6.44 Concept scoring meja TV 6 – 84

6.45 Penentuan dimensi kursi pelanggan usulan 6 – 88 6.46 Spefisikasi kursi pelanggan usulan 6 – 90 6.46 Spefisikasi kursi pelanggan usulan (lanjutan) 6 – 91

6.47 Spesifikasi kursi pelanggan salon “X” 6 – 94

6.48 Perbandingan kursi pelanggan usulan dan pembanding 1 6 – 95

6.49 Spesifikasi kursi pelanggan salon “Y” 6 – 98

6.50 Perbandingan kursi pelanggan usulan dan pembanding 2 6 – 99 6.51 Keterangan concept scoring kursi pelanggan 6 – 103

Tabel Judul Halaman

6.52 Concept scoring kursi pelanggan 6 – 103

6.53 Penentuan dimensi kursi staf tipe A usulan 6 – 107 6.54 Spefisikasi kursi staf tipe A usulan 6 – 108 6.55 Spesifikasi kursi staf tipe A salon “X” 6 – 111 6.56 Perbandingan kursi staf tipe A usulan dan pembanding 1 6 – 112 6.57 Spesifikasi kursi staf tipe A salon “Y” 6 – 114 6.58 Perbandingan kursi staf tipe A usulan dan pembanding 2 6 – 115 6.59 Keterangan concept scoring kursi staf tipe A 6 – 118

6.60 Concept scoring kursi staf tipe A 6 – 119

6.61 Penentuan dimensi kursi pijat usulan 6 – 122

6.62 Spefisikasi kursi pijat usulan 6 – 124

6.62 Spefisikasi kursi pijat usulan (lanjutan) 6 – 125

6.63 Spesifikasi kursi pijat salon “X” 6 – 128

6.64 Perbandingan kursi pijat usulan dan pembanding 1 6 – 129

6.65 Spesifikasi kursi pijat salon “Y” 6 – 133

6.66 Perbandingan kursi pijat usulan dan pembanding 2 6 – 134 xxviii Universitas Kristen Maranatha


(24)

6.67 Keterangan concept scoring kursi pijat 6 – 139

6.68 Concept scoring kursi pijat 6 – 139

6.69 Penentuan dimensi kursi staf tipe B usulan 6 – 143 6.70 Spefisikasi kursi staf tipe B usulan 6 – 140

6.71 Perincian kursi staf tipe B usulan 6 – 145

6.72 Spesifikasi kursi staf tipe B salon “X” 6 – 147 6.73 Perbandingan kursi staf tipe B usulan dan pembanding 1 6 – 147 6.74 Spesifikasi kursi staf tipe B salon “Y” 6 – 150 6.75 Perbandingan kursi staf tipe B usulan dan pembanding 2 6 – 151 6.76 Keterangan concept scoring kursi staf tipe B 6 – 154

6.77 Concept scoring kursi staf tipe B 6 – 155

6.78 Penentuan dimensi ranjang usulan 6 – 158

6.79 Spefisikasi ranjang usulan 6 – 160

6.79 Spefisikasi ranjang usulan (lanjutan) 6 – 161

Tabel Judul Halaman

6.80 Perincian harga ranjang usulan 6 – 162

6.81 Spesifikasi ranjang salon “X” 6 – 164

6.82 Perbandingan ranjang usulan dan pembanding 1 6 – 165

6.83 Spesifikasi ranjang salon “Y” 6 – 168

6.84 Perbandingan ranjang usulan dan pembanding 2 6 – 169

6.85 Keterangan concept scoring ranjang 6 – 172

6.86 Concept scoring ranjang 6 – 173

6.87 Penentuan dimensi rak ruang perawatan wajah usulan 6 – 176 6.88 Spefisikasi rak ruang perawatan wajah usulan 6 – 177 6.89 Perincian harga rak ruang perawatan wajah usulan 6 – 178 6.90 Spesifikasi rak ruang perawatan wajah salon “X” 6 – 181 6.91 Perbandingan rak ruang perawatan wajah usulan dan

pembanding 1 6 – 182

6.92 Spesifikasi rak ruang perawatan wajah salon “Y” 6 – 192


(25)

6.93 Perbandingan rak ruang perawatan wajah usulan dan

pembanding 2 6 – 186

6.94 Keterangan concept scoring rak ruang perawatan wajah 6 – 189 6.95 Concept scoring rak ruang perawatan wajah 6 – 190 6.96 Penentuan dimensi kursi keramas usulan 6 – 194

6.97 Spefisikasi kursi keramas usulan 6 – 196

6.97 Spefisikasi kursi keramas usulan (lanjutan) 6 – 197 6.98 Spesifikasi kursi keramas salon “X” 6 – 200 6.99 Perbandingan kursi keramas usulan dan pembanding 1 6 – 201

6.100 Spesifikasi kursi keramas salon “Y” 6 – 205

6.101 Perbandingan kursi keramas usulan dan pembanding 2 6 – 206 6.102 Keterangan concept scoring kursi keramas 6 – 210

6.103 Concept scoring kursi keramas 6 – 210

6.104 Penentuan dimensi meja tamu usulan 6 – 213

6.105 Spesifikasi meja tamu usulan 6 – 214

6.106 Penentuan dimensi tangga usulan 6 – 217

Tabel Judul Halaman

6.107 Spesifikasi tangga usulan 6 – 218

6.108 Keterangan concept scoring layout ruang tunggu usulan 6 – 224 6.109 Concept scoring layout ruang tunggu usulan 6 – 225 6.110 Keterangan concept scoring layout ruang perawatan

rambut usulan 6 – 231

6.111 Concept scoring layout ruang perawatan rambut usulan 6 – 232 6.112 Keterangan concept scoring layout ruang perawatan

tangan dan kaki usulan 6 – 238

6.113 Concept scoring layout ruang perawatan tangan dan kaki

usulan 6 – 239

6.114 Keterangan concept scoring layout ruang perawatan

wajah usulan 6 – 244


(26)

6.115 Concept scoring layout ruang perawatan wajah usulan 6 – 245 6.116 Keterangan concept scoring layout ruang keramas usulan 6 – 251 6.117 Concept scoring layout ruang keramas usulan 6 – 251 6.118 Percobaan perbaikan intensitas cahaya di ruang tunggu 6 – 254 6.119 Percobaan perbaikan intensitas cahaya di ruang

perawatan rambut 6 – 256

6.120 Percobaan perbaikan intensitas cahaya di ruang

perawatan tangan dan kaki 6 – 259

6.121 Percobaan perbaikan intensitas cahaya di ruang

perawatan wajah 6 – 261

6.122 Percobaan perbaikan intensitas cahaya di ruang keramas 6 – 262

6.123 Penyelesaian masalah di Nanda Salon 6 – 265

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Contoh kontras obyek dan sekelilingnya 2 – 10 2.2 Pengaruh cahaya terhadap efektivitas penglihatan 2 – 10

2.3 Intensitas dan efek kebisingan 2 – 14

2.4 Rekomendasi lamanya durasi kebisingan 2 – 15 2.5 Temperatur pada anggota tubuh manusia 2 – 17 2.6 Pengaruh temperatur terhadap kondisi tubuh 2 – 18

2.7 Daerah kenyamanan temperatur 2 – 19


(27)

2.8 Daerah kenyamanan temperatur dan kelembaban 2 – 20

3.1 Metodologi penelitian 3 – 1

3.1 Metodologi penelitian (lanjutan) 3 – 2

3.2 Diagram alir keputusan akhir 3 – 8

4.1 Struktur organisasi Nanda Salon 4 – 2

4.2 Layout Nanda Salon 4 – 4

4.3 Layout ruang tunggu 4 – 5

4.4 Layout ruang perawatan rambut 4 – 6

4.5 Layout ruang perawatan tangan dan kaki 4 – 7

4.6 Layout ruang perawatan wajah 4 – 8

4.7 Layout ruang keramas 4 – 9

4.8 Foto meja resepsionis 4 – 11

4.9 Meja resepsionis tampak atas 4 – 12

4.10 Meja resepsionis tampak depan 4 – 12

4.11 Foto kursi staf tipe A 4 – 13

4.12 Kursi staf tipe A tampak atas 4 – 13

4.13 Kursi staf tipe A tampak depan 4 – 13

4.14 Foto rak tipe A 4 – 14

4.15 Rak tipe A tampak atas 4 – 15

4.16 Rak tipe A tampak depan 4 – 15

4.17 Foto kursi tunggu panjang 4 – 16

Gambar Judul Halaman

4.18 Kursi tunggu panjang tampak atas 4 – 16

4.19 Kursi tunggu panjang tampak depan 4 – 16

4.20 Foto kursi tunggu kecil 4 – 17

4.21 Kursi tunggu kecil tampak atas 4 – 18

4.22 Kursi tunggu kecil tampak depan 4 – 18

4.23 Foto meja TV 4 – 19

4.24 Meja TV tampak atas 4 – 19


(28)

4.25 Meja TV tampak depan 4 – 19

4.26 Foto laci tipe A 4 – 21

4.27 Laci tipe A tampak atas 4 – 21

4.28 Laci tipe A tampak depan 4 – 21

4.29 Foto kursi pelanggan 4 – 23

4.30 Kursi pelanggan tampak atas 4 – 23

4.31 Kursi pelanggan tampak depan 4 – 23

4.32 Foto cermin 4 – 24

4.33 Cermin tampak atas 4 – 25

4.34 Cermin tampak depan 4 – 25

4.35 Foto meja pelanggan 4 – 26

4.36 Meja pelanggan tampak atas 4 – 26

4.37 Meja pelanggan tampak depan 4 – 26

4.38 Foto meja perlengkapan 4 – 27

4.39 Meja perlengkapan tampak atas 4 – 27

4.40 Meja perlengkapan tampak depan 4 – 28

4.41 Foto kursi pijat 4 – 29

4.42 Kursi pijat tampak atas 4 – 29

4.43 Kursi pijat tampak depan 4 – 29

4.44 Foto kursi staf tipe B 4 – 30

4.45 Kursi staf tipe B tampak atas 4 – 30

4.46 Kursi staf tipe B tampak depan 4 – 30

4.47 Foto ranjang 4 – 31

Gambar Judul Halaman

4.48 Ranjang tampak atas 4 – 31

4.49 Ranjang tampak depan 4 – 32

4.50 Foto rak ruang wajah 4 – 33

4.51 Rak ruang wajah tampak atas 4 – 33

4.52 Rak ruang wajah tampak depan 4 – 33


(29)

4.53 Foto kursi keramas 4 – 34

4.54 Kursi keramas tampak atas 4 – 35

4.55 Kursi keramas tampak depan 4 – 35

4.56 Foto sandaran kaki 4 – 36

4.57 Kursi sandaran kaki tampak atas 4 – 36

4.58 Kursi sandaran kaki tampak depan 4 – 36

4.59 Foto rak keramas 4 – 37

4.60 Rak keramas tampak atas 4 – 37

4.61 Rak keramas tampak depan 4 – 37

4.62 Posisi titik pengukuran intensitas cahaya di ruang tunggu 4 – 39 4.63 Posisi titik pengukuran intensitas cahaya di ruang

perawatan rambut 4 – 43

4.64 Posisi titik pengukuran intensitas cahaya di ruang

perawatan tangan dan kaki 4 – 47

4.65 Posisi titik pengukuran intensitas cahaya di ruang

perawatan wajah 4 – 50

4.66 Posisi titik pengukuran intensitas cahaya di ruang keramas 4 – 52 6.1 Tiga dimensi meja resepsionis usulan tampak depan 6 – 6 6.2 Tiga dimensi meja resepsionis usulan tampak belakang 6 – 6

6.3 Foto meja resepsionis salon “X” 6 – 11

6.4 Foto meja resepsionis salon “Y” 6 – 15

6.5 Tiga dimensi kursi resepsionis usulan 6 – 25

6.6 Foto kursi resepsionis salon “X” 6 – 28

6.7 Foto kursi resepsionis salon “Y” 6 – 32

6.8 Tiga dimensi rak tipe A usulan 6 – 42

Gambar Judul Halaman

6.9 Foto rak tipe A salon “X” 6 – 45

6.10 Foto rak tipe A salon “Y” 6 – 49

6.11 Tiga dimensi kursi tunggu usulan 6 – 59


(30)

6.12 Foto kursi tunggu salon “X” 6 – 62

6.13 Foto kursi tunggu salon “Y” 6 – 66

6.14 Tiga dimensi meja TV usulan 6 – 74

6.15 Foto meja TV salon “X” 6 – 77

6.16 Foto meja TV salon “Y” 6 – 80

6.17 Tiga dimensi kursi pelanggan usulan 6 – 91

6.18 Foto kursi pelanggan salon “X” 6 – 94

6.19 Foto kusi pelanggan salon “Y” 6 – 99

6.20 Tiga dimensi kursi staf tipe A usulan 6 – 108

6.21 Foto kursi staf tipe A salon “X” 6 – 111

6.22 Foto kusi staf tinggi salon “Y” 6 – 115

6.23 Tiga dimensi kursi pijat usulan 6 – 125

6.24 Foto kursi pijat salon “X” 6 – 129

6.25 Foto kursi pijat salon “Y” 6 – 134

6.26 Tiga dimensi kursi staf tipe B usulan 6 – 144

6.27 Foto kursi staf tipe B salon “X” 6 – 147

6.28 Foto kursi staf tipe B salon “Y” 6 – 150

6.29 Tiga dimensi ranjang usulan 6 – 161

6.30 Foto ranjang salon “X” 6 – 165

6.31 Foto ranjang salon “Y” 6 – 168

6.32 Tiga dimensi rak ruang perawatan wajah usulan 6 – 178 6.33 Foto rak ruang perawatan wajah salon “X” 6 – 182 6.34 Foto rak ruang perawatan wajah salon “Y” 6 – 186 6.35 Tiga dimensi kursi keramas usulan 6 – 197

6.36 Foto kursi keramas salon “X” 6 – 200

6.37 Foto kursi keramas salon “Y” 6 – 205

6.38 Tiga dimensi meja tamu usulan 6 – 215

Gambar Judul Halaman


(31)

6.39 Tiga dimensi tangga usulan 6 – 218

6.40 Layout ruang tunggu usulan 1 6 – 221

6.41 Layout ruang tunggu usulan 2 6 – 221

6.42 Layout ruang tunggu usulan 3 6 – 222

6.43 Tiga dimensi layout ruang tunggu terpilih 6 – 226 6.44 Layout ruang perawatan rambut usulan 1 6 – 227 6.45 Layout ruang perawatan rambut usulan 2 6 – 228 6.46 Layout ruang perawatan rambut usulan 3 6 – 228 6.47 Tiga dimensi layout ruang perawatan rambut terpilih 6 – 233 6.48 Layout ruang perawatan tangan dan kaki usulan 1 6 – 234 6.49 Layout ruang perawatan tangan dan kaki usulan 2 6 – 235 6.50 Layout ruang perawatan tangan dan kaki usulan 3 6 – 235 6.51 Tiga dimensi layout ruang perawatan tangan dan

kaki terpilih 6 – 240

6.52 Layout ruang perawatan wajah usulan 1 6 – 241 6.53 Layout ruang perawatan wajah usulan 2 6 – 242 6.54 Layout ruang perawatan wajah usulan 3 6 – 242 6.55 Tiga dimensi layout ruang perawatan wajah terpilih 6 – 246

6.56 Layout ruang keramas usulan 1 6 – 247

6.57 Layout ruang keramas usulan 2 6 – 248

6.58 Layout ruang keramas usulan 3 6 – 248

6.59 Tiga dimensi layout ruang keramas terpilih 6 – 252

6.60 Layout keseluruhan usulan 6 – 253

6.61 Posisi titik pengukuran percobaan perbaikan

intensitas cahaya di ruang tunggu 6 – 255

6.62 Posisi titik pengukuran percobaan perbaikan

intensitas cahaya di ruang perawatan rambut 6 – 257 6.63 Posisi titik pengukuran percobaan perbaikanintensitas

cahaya di ruang perawatan tangan dan kaki 6 – 259 xxxvi Universitas Kristen Maranatha


(32)

6.64 Posisi titik pengukuran percobaan perbaikan

intensitas cahaya di ruang perawatan wajah 6 – 261 6.65 Posisi titik pengukuran percobaan perbaikan

intensitas cahaya di ruang keramas 6 – 263


(33)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Tabel Anthropometri masyarakat Indonesia L1


(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

KOMENTAR DOSEN PENGUJI

Nama mahasiswa : Inke Zumaytis

NRP : 0323173

Judul Tugas Akhir : Analisis dan Perancangan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik, dan Tata Letak Salon yang Ergonomis

(Studi Kasus di Nanda Salon, Bandung)

Komentar-Komentar Dosen Penguji:

1. Tahap concept scoring adalah tahap decision alternatif design mana yang terbaik. Dalam tugas akhir ini hanya mengusulkan satu alternatif usulan. Produk pembanding dan aktual sebaiknya tidak lagi masuk tahap concept scoring tapi berfungsi sebagai inputan di tahap idea (analisis kelebihan masing-masing, dengan dipakai sebagai input untuk mendesain). Setelah didapat beberapa alternatif desain baru dipilih di tahap concept scoring (decision).

2. Di dalam abstrak masih belum terlihat masalah-masalahnya.

3. Dalam usulan untuk mengatasi bau-bauan, perlu dipertimbangkan lagi mengingat jumlah pengharum ruangan yang terpakai per bulan (biaya).

4. Alat ukur kelembaban belum dicantumkan. 5. Perbaiki letak judul Bab 5 menjadi portrait.

6. Sebaiknya ditambahkan keterangan di analisis kursi pelanggan untuk keterbatasan ‘kursi kurang nyaman’.

7. Dalam merancang suatu sarana, pertimbangkan anthropometri orang yang melayani dan orang yang dilayani.


(42)

DATA PENULIS

Nama : Inke Zumaytis

Pendidikan : Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Nilai Tugas Akhir : A


(43)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini bidang usaha salon sedang digemari dan mendapat perhatian dari masyarakat karena salon merupakan suatu kebutuhan terutama bagi masyarakat di kota - kota besar. Hal ini dapat dilihat dari banyak bermunculannya salon-salon di Indonesia termasuk di Kota Bandung, mulai dari salon-salon besar dengan segmentasi untuk kalangan atas hingga salon-salon untuk segmen menengah. Semakin beragamnya salon dengan berbagai jenis pelayanan dan harga yang semakin bersaing membuat setiap salon harus mampu bersaing dalam berbagai hal, tidak hanya dalam hal pelayanan, harga, dan kualitas tetapi juga dalam hal kenyamanan salon.

Banyak salon yang memfokuskan peningkatan service sebagai usaha meningkatkan jumlah pelanggannya, namun belum banyak salon yang memperhatikan segi keergonomisan fasilitas fisik yang dimilikinya. Peningkatan kualitas fasilitas fisik akan menjadi nilai tambah yang sangat baik bagi suatu salon. Oleh karena itu, fasilitas fisik yang disediakan oleh pihak salon harus dapat memenuhi kebutuhan kenyamanan pelanggan dari segi penggunaan dan tata letaknya, mulai dari sofa di ruang tunggu hingga kursi keramas yang nyaman.

Objek pengamatan dalam penelitian ini adalah Nanda Salon yang memiliki beberapa masalah berkaitan dengan keergonomisan fasilitas fisiknya. Berdasarkan wawancara dengan pemilik, staf salon, dan beberapa pelanggan salon, saat ini banyak pelanggan yang merasa kurang puas dengan fasilitas fisik yang disediakan. Fasilitas-fasilitas fisik yang mendapat keluhan dari para pelanggan adalah kursi pelanggan, kursi tunggu (sofa), dan sandaran kaki kursi keramas yang kurang nyaman. Oleh karena itu, agar fasilitas salon nyaman bagi para pelanggan, maka perancangan fasilitas fisik salon tersebut sebaiknya dilakukan


(44)

Bab 1 Pendahuluan 1-2

dengan memperhatikan unsur ergonomi sehingga keluhan-keluhan dari pelanggan dapat diatasi.

Penempatan fasilitas fisik juga perlu diperhatikan sehingga tata letak salon menjadi lebih baik dan tidak mengganggu kenyamanan pelanggan. Tata letak fasilitas yang banyak dikeluhkan pelanggan saat ini adalah penempatan televisi di ruang tunggu yang kurang baik dan penempatan perlengkapan di ruang tunggu yang kurang teratur karena belum mencukupinya tempat penyimpanan perlengkapan di meja resepsionis.

Selain keluhan-keluhan terhadap fasilitas fisik salon, juga terdapat keluhan-keluhan mengenai lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang mendapat keluhan dari pelanggan yaitu pencahayaan, tingkat kebisingan, dan bau-bauan.

Selain itu, adapula beberapa masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja di salon tempat pengamatan seperti belum tersedianya alat pemadam kebakaran dan kotak P3K dimana alat-alat ini sangat penting untuk disediakan agar jika terjadi kebakaran atau kecelakaan kerja dapat dilakukan penanganan pertama dengan cepat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan dan wawancara langsung, saat ini ada beberapa keluhan dari para pelanggan dan staf salon yang perlu diperhatikan dan menyangkut masalah keergonomisan fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu:

∴ Meja resepsionis yang digunakan saat ini terlalu kecil sehingga tempat untuk menulis bagi staf resepsionis terlalu sempit.

∴ Kursi resepsionis kurang nyaman karena tidak memiliki sandaran sehingga punggung cepat pegal.

∴ Jarak dari sisi terluar alas duduk ke sandaran punggung terlalu jauh sehingga posisi bersandar tidak nyaman.

∴ Tata letak televisi di ruang tunggu kurang baik karena terhalang oleh kursi tunggu yang diletakkan di depan televisi sehingga pelanggan yang duduk di kursi tunggu yang lain tidak dapat menonton televisi.


(45)

Bab 1 Pendahuluan 1-3

∴ Kursi pelanggan yang disediakan oleh salon kurang nyaman karena menyebabkan kaki pegal dan posisi duduk yang kurang nyaman.

∴ Ranjang yang digunakan di ruang perawatan wajah kurang nyaman karena bagian kepala sama tinggi dengan bagian badan.

∴ Kursi staf tipe B kurang nyaman karena tidak memiliki sandaran dan menyebabkan punggung cepat pegal.

∴ Kurangnya pencahayaan di ruang keramas.

∴ Masih cukup tingginya tingkat kebisingan karena penggunaan alat-alat salon seperti hairdryer.

∴ Seringnya terjadi bau-bauan karena penggunaan obat-obat salon seperti obat keriting dan sebagainya yang dapat mengganggu penciuman dan dapat menyebabkan sakit kepala.

∴ Belum tersedia kotak P3K.

∴ Belum tersedia alat pemadam kebakaran. 1.3 Batasan dan Asumsi

1.3.1 Batasan

Pada penelitian ini dibuat beberapa batasan, adapun batasan-batasan tersebut adalah:

1. Penelitian yang dilakukan meliputi fasilitas, lingkungan fisik, dan tata letak di ruang tunggu, ruang perawatan rambut, ruang perawatan tangan dan kaki, ruang perawatan wajah, ruang keramas.

2. Fasilitas fisik di ruang tunggu yang diteliti adalah meja resepsionis, kursi resepsionis, rak resepsionis, laci tipe A, kursi tunggu panjang, kursi tunggu kecil, dan meja TV.

3. Fasilitas fisik di ruang perawatan rambut yang diteliti adalah kursi pelanggan, cermin, meja pelanggan, meja ruang perawatan rambut, rak ruang perawatan rambut, dan kursi staf tipe A.

4. Fasilitas fisik di ruang perawatan tangan dan kaki yang diteliti adalah kursi pelanggan, cermin, meja pelanggan, kursi staf tipe B, dan kursi panjang.


(46)

Bab 1 Pendahuluan 1-4

5. Fasilitas fisik di ruang perawatan wajah yang diteliti adalah ranjang dan rak ruang perawatan wajah.

6. Fasilitas fisik di ruang keramas yang diteliti adalah kursi keramas, sandaran kaki, dan rak ruang keramas.

7. Lingkungan fisik yang diteliti meliputi temperatur, pencahayaan, tingkat kebisingan, sirkulasi udara, kelembaban, bau-bauan, dan warna di setiap ruangan salon yang diteliti.

8. Data anthropometri yang digunakan diambil dari buku karangan Eko Nurmianto dengan judul “Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya”, edisi pertama.

9. Pada pengukuran dimensi fasilitas, yang dimaksud dengan panjang adalah bagian yang sejajar dengan tubuh sedangkan lebar adalah bagian yang tegak lurus dengan tubuh.

10.Dimensi televisi di ruang tunggu adalah panjang 40.0 cm, lebar 41.0 cm, tinggi 38.0 cm.

11.Seluruh staf diwajibkan memakai sepatu sport yang disediakan pemilik salon sehingga tebal hak sepatu staf pria dan staf wanita sama sebesar 2.0 cm.

12.Fasilitas yang dirancang adalah fasilitas yang salah satu dimensi atau semua dimensinya belum sesuai dengan data anthropometri.

13.Analisa nilai yang dibuat meliputi cost value, esteem value, dan use value. 14.Tidak dilakukan perubahan dimensi ruangan dan bangunan salon.

1.3.2 Asumsi

Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa asumsi, yaitu: 1. Pelanggan dan staf salon adalah orang yang tidak cacat.

2. Pelanggan salon adalah orang dewasa pria dan wanita. 3. Tebal pakaian sebesar 1.0 cm.

4. Tinggi hak sepatu pelanggan sebesar 4.0 cm.

5. Data anthropometri yang digunakan mewakili ukuran anthropometri pengguna fasilitas.


(47)

Bab 1 Pendahuluan 1-5

6. Pengamatan lingkungan fisik yang dilakukan selama tiga hari mewakili data lingkungan fisik salon.

1.4 Perumusan Masalah

Perumusan-perumusan masalah yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sampai sejauh mana keergonomisan fasilitas fisik yang digunakan saat ini? Jika belum ergonomis, bagaimana usulan fasilitas fisik yang ergonomis?

2. Sampai sejauh mana keergonomisan lingkungan fisik di setiap ruangan saat ini? Jika belum ergonomis, bagaimana usulan lingkungan fisik yang ergonomis?

3. Sampai sejauh mana keergonomisan tata letak di di setiap ruangan saat ini? Jika belum ergonomis, bagaimana usulan tata letak yang ergonomis? 4. Sampai sejauh mana penerapan kesehatan dan keselamatan kerja saat ini?

Jika belum baik, bagaimana usulan kesehatan dan keselamatan kerja yang memenuhi standar kesehatan dan keselamatan kerja?

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian tugas akhir yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui sampai sejauh mana keergonomisan fasilitas fisik yang

digunakan saat ini dan memberikan usulan fasilitas fisik yang ergonomis jika fasilitas fisik yang digunakan saat ini belum ergonomis.

2. Mengetahui sampai sejauh mana keergonomisan lingkungan fisik di setiap ruangan dan memberikan usulan lingkungan fisik yang baik jika lingkungan fisik saat ini belum baik.

3. Mengetahui sampai sejauh mana keergonomisan tata letak di setiap ruangan dan memberikan usulan tata letak yang baik jika tata letak saat ini belum baik.

4. Mengetahui sampai sejauh mana penerapan kesehatan dan keselamatan kerja saat ini dan memberikan usulan kesehatan dan keselamatan kerja


(48)

Bab 1 Pendahuluan 1-6

yang baik jika kondisi saat ini belum memenuhi standar kesehatan dan keselamatan kerja.

1.6 Sistematika Penulisan

Pada laporan tugas akhir ini, sistematika penulisan yang dibuat adalah: Bab 1 Pendahuluan

Bab pendahuluan merupakan bab yang mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan beserta penjelasannya. Data-data dalam bab pendahuluan ini merupakan hasil wawancara kepada pemilik, staf salon, dan beberapa pelanggan salon.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi dan menjadi acuan penulis dalam memecahkan masalah serta melakukan perancangan ulang fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan tata letak yang belum ergonomis. Teori-teori yang digunakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan anthropometri, tata letak tempat kerja, lingkungan fisik, dan sebagainya.

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab metodologi penelitian merupakan bab yang berisi uraian mengenai langkah-langkah penulisan laporan dari awal sampai akhir berupa diagram alir serta penjelasannya secara rinci.

Bab 4 Pengumpulan Data

Bab ini berisikan sejarah singkat salon yang diteliti, struktur organisasi, data umum salon, dimensi fasilitas fisik salon saat ini, tata letak salon saat ini, lingkungan fisik salon saat ini, metode kesehatan dan keselamatan kerja yang telah diterapkan pihak salon, kecelakaan kerja yang sering terjadi, dan foto-foto yang akan memperjelas penjelasan dalam bab pengumpulan data ini.


(49)

Bab 1 Pendahuluan 1-7

Bab 5 Pengolahan Data dan Analisis

Bab ini berisi tabel penentuan sesuai tidaknya dimensi fasilitas saat ini dengan data anthropometri. Selain itu bab ini juga berisi analisis dimensi fasilitas saat ini, analisis data anthropometri, analisis pemilihan persentil, analisis kelebihan dan keterbatasan fasilitas saat ini, analisis fleksibilitas fasilitas saat ini, analisis tata letak fasilitas, analisis lingkungan fisik saat ini, dan analisis kesehatan dan keselamatan kerja saat ini.

Bab 6 Perancangan dan Analisis Usulan

Pada bab ini, dilakukan perancangan fasilitas salon berdasarkan dimensi yang sesuai dengan data anthropometri agar mengurangi bahkan menghilangkan ketidaknyamanan penggunaan fasilitas salon dimana perancangan fasilitas yang dilakukan hanya untuk fasilitas yang belum ergonomis. Perancangan ulang dilakukan dalam beberapa tahap yaitu menentukan dimensi fasilitas usulan, melakukan analisis penentuan dimensi dan analisis nilai, menentukan kelebihan dan keterbatasan fasilitas usulan, dan membandingkan fasilitas usulan dengan fasilitas-fasilitas pembanding untuk menentukan fasilitas terbaik. Selain itu juga dilakukan perbaikan lingkungan fisik dan tata letak yang belum ergonomis.

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan perancangan serta memberikan saran-saran bagi salon tempat penelitian.


(50)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Pengamatan yang dilakukan dalam merancang salon yang ergonomis dilakukan di Nanda Salon dengan mengamati dimensi fasilitas fisik, lingkungan fisik, tata letak serta kesehatan serta keselamatan kerja. Selain itu, dalam merancang fasilitas fisik usulan dilakukan pengamatan di salon “X” dan salon “Y” untuk membandingkan dimensi, model, warna, harga, dan bahan fasilitas fisik yang terdapat di salon tersebut.

Berdasarkan pengamatan, pengolahan data, dan perancangan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Dimensi fasilitas fisik yang digunakan saat ini ada yang sudah sesuai dengan data anthropometri namun ada juga yang belum. Fasilitas fisik di Nanda Salon yang sudah sesuai dengan data anthropometri adalah laci tipe A, meja perlengkapan, cermin, dan meja pelanggan. Sedangkan dimensi fasilitas yang belum sesuai dengan data anthropometri adalah meja resepsionis, kursi resepsionis, rak resepsionis, kursi tunggu, meja TV, kursi pelanggan, kursi staf tipe A, kursi pijat, kursi staf tipe B, ranjang, rak ruang perawatan wajah, kursi keramas, sandaran kaki, dan rak ruang keramas. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan atau perancangan ulang fasilitas fisik yang dimensinya belum sesuai dengan data anthropometri. Fasilitas yang dimensinya belum sesuai dengan data anthropometri dan dilakukan perbaikan adalah sandaran kaki yaitu dilakukan perbaikan dengan memotong keempat kakinya agar tinggi sandaran kaki lebih rendah dan ergonomis, fasilitas lainnya yang diperbaiki adalah rak ruang keramas karena ketidakergonomisan rak ini hanya pada dimensi tinggi rak, maka perbaikan yang dilakukan adalah dengan menggantung rak di tembok agar tinggi rak sesuai dengan data anthropometri yang ergonomis. Fasilitas


(51)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-2

yang belum sesuai dengan data anthropometri dan dilakukan perancangan ulang adalah meja resepsionis, kursi resepsionis, rak resepsionis, kursi tunggu, meja TV, kursi pelanggan, kursi staf tipe A, kursi pijat, kursi staf tipe B, ranjang, rak ruang perawatan wajah, dan kursi keramas. Selain itu, juga dilakukan perancangan dua buah fasilitas fisik usulan yaitu meja tamu dan tangga untuk naik dan turun dari ranjang.

2. Lingkungan fisik di setiap ruangan ada yang sudah baik dan ada yang kurang baik. Saat ini di setiap ruangan terdapat masalah yang berkaitan dengan pencahayaan, kebisingan, dan bau-bauan. Kurangnya pencahayaan di ruang tunggu dapat diperbaiki dengan selalu menyalakan lampu, membuka tirai jendela agar cahaya matahari dapat masuk ke ruangan, dan menambah daya lampu gantung dari 18 watt menjadi 36 watt. Kurangnya pencahayaan di ruang perawatan rambut serta ruang perawatan tangan dan kaki dapat diatasi dengan menggunakan daya lampu yang lebih besar dari 18 watt menjadi 36 watt untuk setiap lampu. Kurangnya pencahayaan di ruang perawatan wajah dan ruang keramas dapat diperbaiki dengan menambah jumlah lampu dari satu buah lampu neon menjadi dua buah dengan daya masing-masing lampu 36 watt. Masalah kebisingan yang terjadi di setiap ruangan diakibatkan oleh bunyi hairdryer dan alat steam yang digunakan pada ruang perawatan rambut serta ruang perawatan tangan dan kaki, kebisingan yang masih dalam batas kewajaran ini tidak dapat dihilangkan sama sekali namun dapat dikurangi dengan membuat pintu pemisah antar tiap ruangan dan memisahkan fungsi masing-masing ruangan dengan baik. Masalah bau-bauan yang terjadi dapat diatasi dengan memasang pintu pemisah antar tiap ruangan dan memasang pengharum ruangan agar bau-bauan akibat obat keriting, obat pelurus rambut dan sebagainya dapat dikurangi.

3. Tata letak di setiap ruangan ada yang sudah baik dan ada pula yang belum baik. Tata letak di ruang perawatan rambut dan ruang keramas sudah baik sedangkan tata letak di ruang tunggu, ruang perawatan tangan dan kaki, dan ruang perawatan wajah belum cukup baik. Tata letak di ruang tunggu


(52)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-3

diubah dengan merubah tata letak meja resepsionis, kursi resepsionis, laci tipe A, dan rak resepsionis menjadi disebelah kanan pintu masuk sedangkan kursi tunggu, meja TV, dan meja tamu diletakkan dibagian kiri ruang tunggu. Tata letak di ruang perawatan tangan dan kaki diubah dengan menggeser letak kursi pijat disamping tembok agar tidak mengganggu aktivitas staf maupun pelanggan salon yang berada di ruang tersebut. Sedangkan tata letak di ruang perawatan wajah diubah dengan merubah letak rak ruang perawatan wajah menjadi sejajar dengan ranjang agar rak mudah dijangkau oleh staf salon.

4. Saat ini kesehatan dan keselamatan kerja belum diterapkan dengan baik, hal ini terlihat dari kurangnya perhatian pemilik dan staf salon terhadap kesehatan dan keselamatan kerja sehingga menimbulkan kecelakaan kerja yang cukup sering. Selain itu, belum disediakannya kotak P3K dan pemadam kebakaran menunjukkan kurangnya perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu, sebaiknya pemilik salon menyediakan kotak P3K dan alat pemadam kebakaran sebagai langkah penganggulangan pertama jika terjadi kecelakaan kerja.

7.2 Saran

Berdasarkan pengamatan, pengolahan data, dan perancangan yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran kepada pihak salon yaitu:

• Nanda Salon sebaiknya menerapkan usulan-usulan yang telah dibuat agar fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan tata letak di salon lebih nyaman.

• Sebaiknya pihak salon lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karena saat ini kesehatan dan keselamatan kerja belum diperhatikan dengan baik.

• Mengingat cukup mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan tata letak salon yang ergonomis, pemilik salon berencana untuk menerapkan usulan-usulan yang diberikan penulis pada bulan Desember 2007.


(53)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-4

• Biaya yang diperlukan untuk mendapatkan fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan tata letak yang ergonomis adalah sebagai berikut:

- Biaya bahan dan pembuatan fasilitas fisik : Rp 6,731,500

- Kotak P3K : Rp 55,000

- Alat pemadam kebakaran (1 buah) : Rp 800,000 - Lampu neon 36 watt (26 buah) : Rp 910,000 - Air Conditioner (0.75 PK, 1 buah) : Rp 1, 699,000 - Air Conditioner (1.0 PK, 1 buah) : Rp 2, 025,000 +

Total : Rp 12,220,500


(54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bridger, R. S.; “Introduction to Ergonomics, International Edition”, McGraw-Hill Book Co., Singapore, 1995.

2. Dosen dan Team Asisten Laboratorium APK & E, Kumpulan Teori Dan Diktat Kuliah Praktikum APK & E II, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2005.

3. McCormick, Ernest J.; “Human Factors in Engineering and Design”, Seventh Edition, McGraw Inc., Singapore, 1993.

4. Nurmianto, Eko.; “Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya”, edisi pertama, Penerbit Guna Widya, Surabaya, 1998.

5. Phillips, Chandler, Allen.; “Human Factors Engineering”, John Wiley and Son, USA, 2000.

6. Sutalaksana, Iftikar Z.; “Teknik Tata Cara Kerja”, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 1979.

7. Team Asisten Laboratorium APK & E, Kumpulan Modul Praktikum Analisa Perancangan Kerja dan Ergonomi 2, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2005.

8. Ulrich , Karl T.; Eppinger, Steven D.; “Product Design and Development”, McGraw-Hill, Singapore, 2000.

9. Weimer, Jon.; “Handbook od Ergonomic and Human Factors Tables”, P T R Prentice-Hall, Inc., USA, 1993.

10.Woodson, Wesley E.; “Human Factor Design Handbook”, McGraw-Hill, New York, 1981.


(1)

Bab 1 Pendahuluan 1-7

Bab 5 Pengolahan Data dan Analisis

Bab ini berisi tabel penentuan sesuai tidaknya dimensi fasilitas saat ini dengan data anthropometri. Selain itu bab ini juga berisi analisis dimensi fasilitas saat ini, analisis data anthropometri, analisis pemilihan persentil, analisis kelebihan dan keterbatasan fasilitas saat ini, analisis fleksibilitas fasilitas saat ini, analisis tata letak fasilitas, analisis lingkungan fisik saat ini, dan analisis kesehatan dan keselamatan kerja saat ini.

Bab 6 Perancangan dan Analisis Usulan

Pada bab ini, dilakukan perancangan fasilitas salon berdasarkan dimensi yang sesuai dengan data anthropometri agar mengurangi bahkan menghilangkan ketidaknyamanan penggunaan fasilitas salon dimana perancangan fasilitas yang dilakukan hanya untuk fasilitas yang belum ergonomis. Perancangan ulang dilakukan dalam beberapa tahap yaitu menentukan dimensi fasilitas usulan, melakukan analisis penentuan dimensi dan analisis nilai, menentukan kelebihan dan keterbatasan fasilitas usulan, dan membandingkan fasilitas usulan dengan fasilitas-fasilitas pembanding untuk menentukan fasilitas terbaik. Selain itu juga dilakukan perbaikan lingkungan fisik dan tata letak yang belum ergonomis.

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan perancangan serta memberikan saran-saran bagi salon tempat penelitian.


(2)

7.1 Kesimpulan

Pengamatan yang dilakukan dalam merancang salon yang ergonomis dilakukan di Nanda Salon dengan mengamati dimensi fasilitas fisik, lingkungan fisik, tata letak serta kesehatan serta keselamatan kerja. Selain itu, dalam merancang fasilitas fisik usulan dilakukan pengamatan di salon “X” dan salon “Y” untuk membandingkan dimensi, model, warna, harga, dan bahan fasilitas fisik yang terdapat di salon tersebut.

Berdasarkan pengamatan, pengolahan data, dan perancangan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Dimensi fasilitas fisik yang digunakan saat ini ada yang sudah sesuai dengan data anthropometri namun ada juga yang belum. Fasilitas fisik di Nanda Salon yang sudah sesuai dengan data anthropometri adalah laci tipe A, meja perlengkapan, cermin, dan meja pelanggan. Sedangkan dimensi fasilitas yang belum sesuai dengan data anthropometri adalah meja resepsionis, kursi resepsionis, rak resepsionis, kursi tunggu, meja TV, kursi pelanggan, kursi staf tipe A, kursi pijat, kursi staf tipe B, ranjang, rak ruang perawatan wajah, kursi keramas, sandaran kaki, dan rak ruang keramas. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan atau perancangan ulang fasilitas fisik yang dimensinya belum sesuai dengan data anthropometri. Fasilitas yang dimensinya belum sesuai dengan data anthropometri dan dilakukan perbaikan adalah sandaran kaki yaitu dilakukan perbaikan dengan memotong keempat kakinya agar tinggi sandaran kaki lebih rendah dan ergonomis, fasilitas lainnya yang diperbaiki adalah rak ruang keramas karena ketidakergonomisan rak ini hanya pada dimensi tinggi rak, maka perbaikan yang dilakukan adalah dengan menggantung rak di tembok agar tinggi rak sesuai dengan data anthropometri yang ergonomis. Fasilitas


(3)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-2

yang belum sesuai dengan data anthropometri dan dilakukan perancangan ulang adalah meja resepsionis, kursi resepsionis, rak resepsionis, kursi tunggu, meja TV, kursi pelanggan, kursi staf tipe A, kursi pijat, kursi staf tipe B, ranjang, rak ruang perawatan wajah, dan kursi keramas. Selain itu, juga dilakukan perancangan dua buah fasilitas fisik usulan yaitu meja tamu dan tangga untuk naik dan turun dari ranjang.

2. Lingkungan fisik di setiap ruangan ada yang sudah baik dan ada yang kurang baik. Saat ini di setiap ruangan terdapat masalah yang berkaitan dengan pencahayaan, kebisingan, dan bau-bauan. Kurangnya pencahayaan di ruang tunggu dapat diperbaiki dengan selalu menyalakan lampu, membuka tirai jendela agar cahaya matahari dapat masuk ke ruangan, dan menambah daya lampu gantung dari 18 watt menjadi 36 watt. Kurangnya pencahayaan di ruang perawatan rambut serta ruang perawatan tangan dan kaki dapat diatasi dengan menggunakan daya lampu yang lebih besar dari 18 watt menjadi 36 watt untuk setiap lampu. Kurangnya pencahayaan di ruang perawatan wajah dan ruang keramas dapat diperbaiki dengan menambah jumlah lampu dari satu buah lampu neon menjadi dua buah dengan daya masing-masing lampu 36 watt. Masalah kebisingan yang terjadi di setiap ruangan diakibatkan oleh bunyi hairdryer dan alat steam yang digunakan pada ruang perawatan rambut serta ruang perawatan tangan dan kaki, kebisingan yang masih dalam batas kewajaran ini tidak dapat dihilangkan sama sekali namun dapat dikurangi dengan membuat pintu pemisah antar tiap ruangan dan memisahkan fungsi masing-masing ruangan dengan baik. Masalah bau-bauan yang terjadi dapat diatasi dengan memasang pintu pemisah antar tiap ruangan dan memasang pengharum ruangan agar bau-bauan akibat obat keriting, obat pelurus rambut dan sebagainya dapat dikurangi.

3. Tata letak di setiap ruangan ada yang sudah baik dan ada pula yang belum baik. Tata letak di ruang perawatan rambut dan ruang keramas sudah baik sedangkan tata letak di ruang tunggu, ruang perawatan tangan dan kaki, dan ruang perawatan wajah belum cukup baik. Tata letak di ruang tunggu


(4)

diubah dengan merubah tata letak meja resepsionis, kursi resepsionis, laci tipe A, dan rak resepsionis menjadi disebelah kanan pintu masuk sedangkan kursi tunggu, meja TV, dan meja tamu diletakkan dibagian kiri ruang tunggu. Tata letak di ruang perawatan tangan dan kaki diubah dengan menggeser letak kursi pijat disamping tembok agar tidak mengganggu aktivitas staf maupun pelanggan salon yang berada di ruang tersebut. Sedangkan tata letak di ruang perawatan wajah diubah dengan merubah letak rak ruang perawatan wajah menjadi sejajar dengan ranjang agar rak mudah dijangkau oleh staf salon.

4. Saat ini kesehatan dan keselamatan kerja belum diterapkan dengan baik, hal ini terlihat dari kurangnya perhatian pemilik dan staf salon terhadap kesehatan dan keselamatan kerja sehingga menimbulkan kecelakaan kerja yang cukup sering. Selain itu, belum disediakannya kotak P3K dan pemadam kebakaran menunjukkan kurangnya perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu, sebaiknya pemilik salon menyediakan kotak P3K dan alat pemadam kebakaran sebagai langkah penganggulangan pertama jika terjadi kecelakaan kerja.

7.2 Saran

Berdasarkan pengamatan, pengolahan data, dan perancangan yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran kepada pihak salon yaitu:

• Nanda Salon sebaiknya menerapkan usulan-usulan yang telah dibuat agar fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan tata letak di salon lebih nyaman.

• Sebaiknya pihak salon lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karena saat ini kesehatan dan keselamatan kerja belum diperhatikan dengan baik.

• Mengingat cukup mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk

mendapatkan fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan tata letak salon yang ergonomis, pemilik salon berencana untuk menerapkan usulan-usulan yang diberikan penulis pada bulan Desember 2007.


(5)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-4

• Biaya yang diperlukan untuk mendapatkan fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan tata letak yang ergonomis adalah sebagai berikut:

- Biaya bahan dan pembuatan fasilitas fisik : Rp 6,731,500

- Kotak P3K : Rp 55,000

- Alat pemadam kebakaran (1 buah) : Rp 800,000

- Lampu neon 36 watt (26 buah) : Rp 910,000

- Air Conditioner (0.75 PK, 1 buah) : Rp 1, 699,000 - Air Conditioner (1.0 PK, 1 buah) : Rp 2, 025,000 +


(6)

1. Bridger, R. S.; “Introduction to Ergonomics, International Edition”, McGraw-Hill Book Co., Singapore, 1995.

2. Dosen dan Team Asisten Laboratorium APK & E, Kumpulan Teori Dan

Diktat Kuliah Praktikum APK & E II, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2005.

3. McCormick, Ernest J.; “Human Factors in Engineering and Design”,

Seventh Edition, McGraw Inc., Singapore, 1993.

4. Nurmianto, Eko.; “Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya”, edisi

pertama, Penerbit Guna Widya, Surabaya, 1998.

5. Phillips, Chandler, Allen.; “Human Factors Engineering”, John Wiley and Son, USA, 2000.

6. Sutalaksana, Iftikar Z.; “Teknik Tata Cara Kerja”, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 1979.

7. Team Asisten Laboratorium APK & E, Kumpulan Modul Praktikum Analisa Perancangan Kerja dan Ergonomi 2, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2005.

8. Ulrich , Karl T.; Eppinger, Steven D.; “Product Design and Development”, McGraw-Hill, Singapore, 2000.

9. Weimer, Jon.; “Handbook od Ergonomic and Human Factors Tables”, P T R Prentice-Hall, Inc., USA, 1993.

10. Woodson, Wesley E.; “Human Factor Design Handbook”, McGraw-Hill, New York, 1981.