HUBUNGAN ANTARA FoMO (FEAR OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG.

(1)

ABSTRAK

Mohammad Gilang Santika (1006388). Hubungan antara FoMO (Fear of Missing Out) dengan kecanduan internet (Internet Addiction) pada remaja di SMAN 4 Bandung. Skripsi. Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Bandung (2015).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fenomena Fear of Missing Out, kecanduan internet dan hubungan antara kedua variabel tersebut pada remaja di SMAN 4 Bandung. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif probabilitas dengan metode korelasional. Subjek penelitian adalah sampel remaja di SMAN 4 Bandung sebanyak 333 orang dengan 2 orang dibuang melalui analisis model rasch. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner menggunakan instrumen Fear of missing out scale (FoMOs) dan Internet addiction Test (IAT) yang telah diterjemahkan, uji ulang dan dimodifikasi untuk keperluan penelitian. Hasil penelitian menujukkan : 1) sebagian besar remaja SMAN 4 Bandung memiliki tingkat FoMO pada kategori cukup rendah yaitu sebesar 34,20%; 2) sebagian besar remaja SMAN 4 Bandung memiliki tingkat kecanduan internet pada kategori cukup rendah sebesar 27,0%; 3) terdapat hubungan yang positif antara FoMO (Fear of Missing Out) pada siswa SMAN 4 Bandung dengan kecanduan internet (Internet Addiction) dengan nilai korelasi Spearman rho sebesar 0.436 atau pada tahapan korelasi moderat. Saran yang diberikan adalah untuk mengurangi tindakan intensitas penggunaan internet sebagai sarana sosial remaja agar tidak mengalami kecanduan internet yang berpengaruh juga terhadap aspek aspek lain dalam derajat kesehatan mental individu.


(2)

ABSTRACT

Mohammad Gilang Santika (1006388). Relationship between FoMO (Fear of Missing out) and Internet Addiction on Teenagers in SMAN 4 Bandung. Undergraduate paper, Department of Psychology, Faculty of Educational Sciences UPI Bandung (2015)

The aim of this Research is to find out the profile of FoMO Phenomena, the profile of Internet addiction, and the relationship between FoMO and Internet Addiction disorder on Teenagers in Senior High School 4 Bandung. This Research employs Quantitative paradigm with correlational statistical method. The subject of this Research is the students of SMAN 4 Bandung by 333 samples with 2 deleted samples from rasch analysis. The data are collected by modifying and translating the Fear of Missing Out scale and Internet Addiction Test. The Results show that: 1) most teenagers in SMAN 4 Bandung had less low level degree of FoMO which is around 34,20%; 2) most teenagers in SMAN 4 Bandung had less low level degree of Internet Addiction which is around 27,0% 3) There had a positive correlation between FoMO (Feat of Missing out) and internet addiction with Correlation value in Spearman rho around 0.436 or in moderate level correlation. The suggestion : for teenagers is to use less internet for social interaction in order to avoid the internet addiction which also impacts to other effects in mental health degree.


(3)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iError! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined. 1. Manfaat Teoritis ... Error! Bookmark not defined. 2. Manfaat Praktis ... Error! Bookmark not defined. Sistematika Penulisan Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. Kecanduan Internet (Internet Addiction)Error! Bookmark not defined. 1. Definisi kecanduan internet ... Error! Bookmark not defined. 2. Faktor Etimologi kecanduan internetError! Bookmark not defined. 3. Dimensi kecanduan internet ... Error! Bookmark not defined. 4. Jenis kecanduan internet ... Error! Bookmark not defined. 5. Kecanduan internet dan remaja ... Error! Bookmark not defined. Fear of Missing Out (FoMO) ... Error! Bookmark not defined. 1. Sejarah terminologi FoMO ... Error! Bookmark not defined. 2. Definisi Fear of Missing Out (FoMO)Error! Bookmark not defined. 3. Faktor penyebab FoMO ... Error! Bookmark not defined. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. Lokasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3. Sampel dan Teknik Sampling PenelitianError! Bookmark not defined. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Variabel dan Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. 1. Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Definisi Operasional Variabel PenelitianError! Bookmark not defined. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(4)

1. Kuesioner Fear of Missing Out scaleError! Bookmark not defined. 2. Kuesioner Internet Addiction Test . Error! Bookmark not defined. Proses Pengembangan Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Keterbacaan Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 2. Uji Validitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Reliabilitas Instrumen... Error! Bookmark not defined. 4. Kategorisasi Skor... Error! Bookmark not defined. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined. 2. Uji Korelasi ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

Gambaran FoMO pada Remaja di SMAN 4 BandungError! Bookmark not defined. Pembahasan FoMO pada Remaja SMAN 4 BandungError! Bookmark not defined.

Gambaran Kecanduan Internet pada Remaja di SMAN 4 BandungError! Bookmark not def Pembahasan Kecanduan Internet pada Remaja SMAN 4 BandungError! Bookmark not def Hubungan Antara FoMO dengan kecanduan internetError! Bookmark not defined.

Pembahasan Hubungan antara FoMO dan Kecanduan InternetError! Bookmark not def Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. SARAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(5)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Diagram Neuropsychological chain model of Internet addiction (Tao, Ying,Yue & Hao dalam Young, 2011) ... Error! Bookmark not defined. Diagram 4.2 Gambaran Persentase FoMO... Error! Bookmark not defined. Diagram4.3 Presentasi Perdimensi FoMO ... Error! Bookmark not defined. Diagram 4.4 Gambaran Kecanduan Internet ... Error! Bookmark not defined. Diagram 4. 5 Presentasi Perdimensi Kecanduan Internet .... Error! Bookmark not defined.

Diagram 4.6 Presentasi FoMO dengan perbedaan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not defined.

Diagram 4.7 Presentasi Kecanduan Internet berdasarkan Jenis kelamin ... Error! Bookmark not defined.


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.2 Daftar Peserta Yang terlibat ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.3 Instrumen Fear Of Missing Out Scale.... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.4 Penyekoran Kuesioner ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.5 Kategorisasi Skala FoMO ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kecanduan Internet Error! Bookmark not defined. Tabel 3.7 Penyekoran Kuesioner ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.8 Kategorisasi Skala Kecanduan Internet . Error! Bookmark not defined. Tabel 3.9 Kategori Koefisien Realibilitas Guilford ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.10 Kategorisasi Skala Kecanduan InternetError! Bookmark not defined. Tabel 3.11 Kategori Skor FoMO dan Kecanduan Internet .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.12 Kategori Skor FoMO per dimensi ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.13 Kategori Skor Kecanduan Internet per dimensi . Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.14 Tes Normalitas ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.15 Koefisien Korelasi... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.16 Statistika Deskriptif FoMO ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.17 Gambaran FoMO Remaja SMAN 4 Bandung ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.18 Perhitungan Statistik Deskriptif Dimensi Variabel FoMO ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.19 Gambaran Tingkat Dimensi-Dimensi FoMO .... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.20 Statistika Deskriptif Kecanduan internet ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.21 Gambaran Kecanduan Internet Remaja SMAN 4 Bandung ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.22 Perhitungan Statistik Deskriptif Dimensi Variabel Kecanduan Internet ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.23 Gambaran Tingkat Dimensi-Dimensi kecanduan internet ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.24 Korelasi Kecanduan Internet dan FoMO ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.25 Hubungan antara Dimensi-dimensi FoMO dengan Kecanduan internet ... Error! Bookmark not defined.


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Profil Siswa SMAN 4 Bandung 2. Lampiran Data Mentah dan Analisis 3. Lampiran Surat-Surat


(8)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Internet merupakan salah satu bentuk evolusi perkembangan komunikasi dan teknologi yang berpengaruh pada umat manusia. Salah satu akibat adanya internet adalah perubahan signifikan dalam pola interaksi sosial primer antar individu. Percakapan konvensional seperti tatap muka telah digantikan peranannya dengan internet message, video call dan social media. Hal ini dimungkinkan karena kekurangan-kekurangan yang dimiliki komunikasi konvensional seperti jarak dan waktu dapat ditutupi oleh internet (Gackenbach, 2007; Zheng, Jason, & Clifford, 2010; Young & de Abreu, 2011; Hampton, Lauren, & Eun, 2011).

Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh internet secara tidak langsung menyebabkan individu memiliki tingkat kecanduan terhadap internet yang tinggi dan cenderung menunjukkan gejala kecanduan atau addict (Young & de Abreu, 2011) Terdapat berbagai terminologi yang digunakan oleh beberapa ahli untuk mengidentifikasi kecanduan internet sebagaimana disebutkan dalam Göritz, Sigh, & Voggeser (2012) seperti internet addiction (Young, 1998), compulsive internet use (Greenfield, 1999), phatological internet use (Morahan-martin, 2000), problematic internet use (Caplan, 2002). Tetapi hampir semua sepakat bahwa inti dari permasalahan kecanduan internet adalah terganggunya kehidupan personal individu (Morahan-martin dalam (Göritz, Sigh, & Voggeser, 2012) dan peningkatan toleransi terhadap internet, yaitu bertambahnya durasi berinternet untuk memenuhi kepuasan diri (Grifin dalam Gackenbach, 2007; Young, Yue, & Ying, 2011; Morahan-martin dalam Göritz, Sigh, & Voggeser, 2012).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecanduan internet dapat menimbulkan perilaku psikopatologis. Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran mengemukakkan bahwa kelompok kecanduan internet cenderung menunjukkan symptom-symptom gangguan psikologis seperti depresi, obsesif


(9)

2

kompulsif, interpersonal sensitivity (sensitivitas interpersonal), kecemasan, perilaku hostile (sikap bermusuhan), phobic anxiety (kecemasan/phobia), paranoid ideation (paranoid) dan psychoticism (psikotis) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tidak kecanduan internet (Alavi, Alaghemandan, Maracy, Jannatifard, Eslami, & et all, 2012) Penelitian ini didukung oleh penelitian lanjutan yang dikemukakan KOC (2011)dimana individu dengan kecanduan internet cenderung menunjukan symptom-symptom gangguan psikologis seperti depresi, obsesif kompulsif, dan hostile.

Penelitian yang dilakukan (Ayas & Mehmet, 2007) juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kecanduan internet terhadap depresi dan kesendirian serta kurangnya korelasi antara kecanduan internet dengan self-esteem. Hal ini menunjukkan semakin tinggi kecanduan internet maka semakin mungkin individu mengalami gangguan depresi dan kesendirian sementara kecanduan internet kurang berpengaruh terhadap self-esteem.

Dampak-dampak negatif yang ditunjukkan oleh hasil penelitian tersebut menjadikan kecanduan internet penting diteliti dan diketahui faktor faktor penyebabnya. Hal lain yang menyebabkan kecanduan internet penting diteliti di Indonesia terlihat melalui statistik di mana pengguna Internet di Indonesia pada 2012 telah mencapai 63 juta orang atau sekitar 24,23 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Lebih spesifik pengguna internet di kota Bandung terdiri dari 579.000 jiwa atau 22,1 % dari populasi urban keseluruhan kota Bandung ( Santosom, 2012; Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), 2012)

Indikasi kecanduan internet telah terjadi di Indonesia, terutama ditemukan pada golongan remaja. Survei yang dilakukan Marketeers (2013) menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia didominasi usia 15-22 tahun berkisar 42,4%, dan 84,7% -nya menggunakan internet melalui smartphone. Hampir 70% pengguna internet remaja menghabiskan lebih dari 3 jam sehari menggunakan internet. Tiga hal utama yang dilakukan netizen (masyarakat pengguna internet) adalah mengakses media sosial (94%), mencari info (64%), dan membuka email (60,2%).


(10)

Penggunaan yang didominasi remaja dianggap wajar karena faktor perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh faktor di luar keluarga, di mana teman sebaya memegang peranan penting dalam pertumbuhan remaja. Remaja lebih tertarik terhadap hal-hal yang dapat membantunya untuk memperoleh penerimaan dalam kelompok serta penghargaan diri oleh teman sebaya dan kelompok sehingga sering kali remaja melakukan konformitas kelompok dalam memutuskan suatu tindakan perilaku (Santrock, 2002 Marsden & Campbell, Haythornthwaite dalam Mesch, 2010).

Selain faktor pengguna remaja, faktor akses wifi sendiri dalam beberapa sekolah telah tersedia lebih lama dibanding tempat lain. SMAN 4 Bandung contohnya, menurut pengamatan peneliti ketersediaan wifi di sekolah telah ada semenjak tahun 2005. Meskipun ada sekolah lain yang lebih dahulu tetapi SMAN 4 Bandung dianggap sebagai SMA Negeri awal yang menggunakan fasilitas teknologi informasi di sekolahnya, sebagai contoh teamplate website SMAN 4 Bandung sendiri merupakan tampilan dasar yang dijadikan percontohan dan dapat digunakan oleh sekolah sekolah lain di Indonesia (contoh web terlampir).

Dalam perkembangan klasifikasi gangguan penggunaan internet timbul gejala baru yang dinamakan FoMO atau Fear of Missing Out. FoMO didefinisikan sebagai ketakutan akan kehilangan momen berharga individu atau kelompok lain dimana individu tersebut tidak dapat hadir di dalamnya. FoMO ditandai dengan adanya keinginan untuk terus berhubungan dengan apa yang individu lakukan melalui dunia maya (Przybylski, Murayama, DeHaan, & Gladwell, 2013) FoMO pada dasarnya merupakan kecemasan sosial tetapi dengan perkembangan media sosial saat ini menyebabkan FoMO menjadi lebih meningkat (JWTIntelligence, 2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Przybylski, Murayama, DeHaan, & Gladwell, (2013) menyebutkan bahwa FoMO menimbulkan perasaan kehilangan, stres, dan merasa jauh jika tidak mengetahui peristiwa penting individu lain. Hal ini didasarkan pada pandangan determinasi sosial bahwa media sosial memberikan efek pemberian pembanding antara individu


(11)

4

mengenai tingkat kesejahteraan serta persepsi kebahagiaan menurut individu lain. Media sosial memberikan jalan kepada individu untuk membiarkan individu lain mengetahui perilaku-perilaku yang terjadi di hidupnya sebagai bentuk penghargaan diri individu dan ketika individu lain melihat persepsi yang dimunculkan, hal tersebut diterjemahkan sebagai bentuk kebahagiaan yang sebenarnya (JWTIntelligence, 2011).

Sebagai perbandingan, sebuah survei tahun 2012 yang dilakukan oleh MyLife.com mengungkapkan bahwa 56% individu takut kehilangan peristiwa, berita dan update status penting jika mereka berada jauh dari jejaring sosial (Azmil, 2013) Penelitian lain yang dilakukan di Amerika dan Inggris pada tahun 2012 menemukan bahwa sekitar 65% dari remaja pernah mengalami FoMO dan 40% diantaranya sering mengalami FoMO, dalam kurun waktu kurang dari 4 bulan ke belakang (JWTIntelligence, 2013).

Di Indonesia belum ada penelitian mengenai hubungan antara kecanduan internet dengan FoMO pada remaja, karena FoMO merupakan isu baru dari perilaku dunia cyberpsychology dan penelitian secara konseptual baru dilakukan oleh 2 pihak yaitu: JWT Intelligence tahun 2011 dan Andrew Przybylski tahun 2013. Hubungan kecanduan internet dengan FoMO menjadi isu penting karena ketika remaja dengan tingkat FoMO yang tinggi cenderung membuka facebook lebih sering di saat bangun tidur, sebelum tidur, makan dan adanya kemungkinan remaja menggunakan telepon genggamnya ketika berkendara motor (Przybylski, Murayama, DeHaan, & Gladwell, 2013; Young & de Abreu, 2011)

Symptom-symptom tersebut secara tidak langsung memiliki keterkaitan dengan dimensi tolerance yaitu peningkatan penggunaan internet pada gejala Internet Addiction yang dikeluarkan oleh Young tahun 1998. Dengan adanya fakta-fakta tersebut menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan FoMO (Fear of Missing Out) dengan kecanduan internet (internet addiction) pada Remaja di SMAN 4 Bandung.


(12)

Rumusan Masalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecanduan internet dapat berpengaruh negatif terhadap kehidupan individu baik secara personal maupun sosial (Ayas & Mehmet, 2007; KOC, 2011; Alavi, et all, 2012) Dalam pencarian faktor faktor penyebab kecanduan internet terdapat fenomena gangguan media sosial baru sebagai bagian dari internet yaitu FoMO. Hasil yang ditampilkan individu yang memiliki FoMO adalah keterikatan individu terhadap media sosial yang menyebabkan individu sangat sering membuka media sosial dimanapun dan kapanpun. Symptom yang ditampilkan memiliki kemiripan dengan dimensi tolerance pada internet addiction.

Dari uraian permasalahan di atas, maka fokus permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan Fear of Missing Out dengan Kecanduan Internet pada remaja di SMAN 4 Bandung ?”

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan FoMO dengan kecanduan internet pada remaja di SMAN 4 Bandung.

Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang diberikan secara teoritis melalui penelitian ini adalah: a. Memberikan pandangan baru mengenai kecanduan internet dan hal-hal

yang mempengaruhinya.

b. Memperluas bidang penelitian kecanduan internet, terutama yang berhubungan dengan penelitian FoMO pada remaja.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis melalui penelitian ini adalah sebagai sumber referensi dan pengetahuan pada psikolog klinis mengenai FoMO dan


(13)

6

kecanduan internet pada remaja, sehingga diharapkan dapat dibentuk proses intervensi serta penanganan FoMO dan Kecanduan Internet di masa yang akan datang.

Sistematika Penulisan Skripsi

Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I mengenai pendahuluan tersusun atas empat poin utama yaitu, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang terdiri atas manfaat teoritis serta manfaat praktis, serta sistematika penulisan skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II mengenai kajian pustaka terdapat beberapa subbab yang terdiri atas kajian literatur dari setiap variabel yang diteliti. Subbab pertama yaitu kecanduan internet terdiri atas definisi kecanduan internet, etimologi kecanduan internet, dimensi kecanduan internet, jenis-jenis kecanduan internet, faktor dan pengaruh kecanduan internet, hubungan kecanduan internet dengan remaja. Kemudian mengenai FoMO yang terdiri dari sejarah terminologi FoMO definisi FoMO, ciri-ciri FoMO Faktor penyebab FoMO. Selain itu dalam bab ini terdapat akan dibahas mengenai kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian. Kerangka pemikiran membahas mengenai tahapan yang akan ditempuh untuk merumuskan hipotesis dan mengkaji hubungan teoritis antara variabel FoMO dengan kecanduan internet. Hipotesis penelitian membahas mengenai petunjuk sementara terhadap pemecahan masalah dari variabel FoMO dan kecanduan internet.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab III mengenai metode penelitan berisi pembahasan mengenai metode penelitian yang digunakan, meliputi lokasi dan subjek


(14)

penelitian yang terdiri dari lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel dan teknik sampling penelitian. Kemudian membahas mengenai metode penelitian, variabel dan definisi operasional FoMO dan definisi operasional kecanduan internet, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian yang terdiri dari kuesioner FoMO dan kuesioner kecanduan internet. Akan dibahas juga mengenai proses pengembangan instrumen yang terdiri dari uji keterbacaan, validitas instrumen, analisis item, uji reliabilitas instrumen. Dibahas juga mengenai teknik analisis data yang terdiri dari uji normalitas, uji korelasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan tersusun atas hasil penelitan, yaitu data yang didapat diolah secara kuantitatif kemudian disajikan dalam bentuk data statistik, kemudian pembahasan berisi poin poin utama kajian korelasi antara kedua variabel secara statistik, yaitu gambaran mengenai FoMO dengan kecanduan internet pada remaja di SMAN 4 Bandung. Kemudian dibahas pula mengenai keterbatasan dalam penelitian ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab V mengenai kesimpulan dan saran tersusun atas kesimpulan mengenai hasil penelitian korelasi kedua variabel tersebut, serta saran berisi saran peneliti mengenai penelitian.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, variabel dan definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, serta teknik analisis penelitian.

Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 4 Bandung. Bertempat di Jalan Gardujati no 20 Bandung. Dalam penelitian ini sampel penelitian diambil dari populasi remaja pemilik media sosial. Dasar pertimbangan pemilihan tempat tersebut telah dijelaskan di latar belakang penelitian mengenai akses internet yang terfasilitasi dengan baik di dalam sekolah serta salah satu sekolah yang memadai percontohan dalam bidang IT di kota Bandung.

2. Populasi Penelitian

Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek lain. Dari populasi ini dapat diambil contoh atau sampel yang diharapkan mampu mewakili populasi. Populasi dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Remaja berusia 11-19 tahun (Santrock, 2002) yang bersekolah di SMAN 4 Bandung.

2. Aktif menggunakan dan memiliki sosial media lebih dari 6 bulan.


(16)

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pemilihan berdasarkan acccidental sampel yaitu dengan mengambil sampel berdasarkan kelas ada. Pemilihan accidental sampling dikarenakan beberapa hambatan yang dihadapi oleh peneliti dalam melakukan pengambilan sampel secara acak yaitu, 1) tidak memungkinkan pengambilan data secara acak. 2) kelas yang ada telah ditentukan oleh pihak sekolah. Meskipun demikian peneliti berasumsi data dapat dianggap mewakili populasi sampel dikarenakan semua anggota kelas yang terpilih memiliki kriteria yang serupa, dalam arti antara kelompok kelas XI A maupun XI B memiliki kriteria yang sama (Silalahi, 2009).

Dengan estimasi siswa sebanyak ± 1200 pengukuran statistik melalui tabel Isaac dan Michael (Silalahi, 2009 hlm, 217) sampel didapat angka ±291. Fakta di lapangan data yang didapat adalah 335 dengan person reability 0.77 2 sampel dibuang karena merupakan nilai ekstrem sesuai dengan analisis model rasch yang dijelaskan pada subbab pengembangan alat ukur. Berikut dipresentasikan gambaran sebaran mengenai sampel yang terlibat. Dari 333 sampel terlibat terbagi atas 10 kelas dengan deskripsi sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Peserta Yang terlibat

No Kelas Sampel Persentase sampel

1 XII IPA 2 41 12%

2 XII IPA 3 39 11%

3 XII IPA 5 38 11%

4 XII IPS 2 36 10%

5 XI MIA 3 36 10%

6 XI MIA 4 37 10%

7 XI IIS 2 34 10%

8 X MIA 5 29 8%

9 X MIA 6 32 9%

10 X IIS 2 31 9%


(17)

26

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan desain korelasional. Penelitian kuantitatif dan korelasional dimaksudkan bahwa penelitian hubungan antara FoMO dengan kecanduan internet pada remaja di SMAN 4 Bandung dilakukan dengan menggunakan pengukuran statistik untuk mengukur sejauh mana variasi-variasi faktor dalam variabel FoMO berhubungan dengan variasi-variasi faktor kecanduan internet berdasarkan koefisien korelasinya ( Silalahi, 2009 ; Usman & Akbar, 2006).

Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah Fear of Missing Out dan kecanduan internet

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1) Definisi Operasional Fear of Missing Out

Menurut perspektif Self Determination Theory (SDT) FoMO adalah keadaan situasional saat tidak terpenuhinya pemenuhan kebutuhan psikologis pada self dan relatedness (Przybylski, Murayama, DeHaan, & Gladwell, 2013). Dengan demikian secara operasional FoMO didefinisikan sebagai ketakutan akan kehilangan momen berharga yang dimiliki rekan individu atau kelompok teman sebaya siswa ketika individu tersebut tidak hadir di dalamnya. FoMO ditandai dengan adanya keinginan untuk terus berhubungan dengan apa yang rekan individu lakukan melalui dunia maya. Penilaian ini dapat diukur melalui Fear of Missing Out Scale (FoMOs). Semakin tinggi nilai FoMO semakin sering dan tinggi individu mengecek telepon genggam untuk mengetahui apa yang dilakukan rekan individu.


(18)

2) Definisi Operasional Kecanduan Internet

Secara Operasional internet addiction atau kecanduan internet adalah perilaku habituasi yang impulsif sehingga menyebabkan seseorang memiliki keterikatan untuk beraktivitas internet yang menjadikan individu terganggu secara fisik, psikologis dan sosial. Kecanduan internet ditandai dengan empat kriteria gangguan secara fisik, psikologis, dan emosi sebagai berikut :

Pertama, excessive use yaitu kehilangannya kontrol waktu individu dan ketidakpedulian individu terhadap motivasi dasar, seperti makan, hubungan romantis dan sebagainya. Kedua, withdrawal effect, yaitu adanya efek emosi dan psikologis ketika individu tidak dapat menggunakan internet ketika tidak menggunakan internet. Ketiga adalah tolerance, yaitu daya peningkatan dan bertambahnya durasi berinternet untuk memenuhi kepuasan individu. Keempat adalah negative repercussions, yaitu adanya bentuk efek negatif terhadap diri seperti argumen dan berbohong untuk menutupi lamanya waktu berinternet, isolasi sosial individu akibat penggunaan internet, serta kelelahan secara fisik akibat terlalu lamanya penggunaan internet.

Empat karakteristik gangguan tersebut dibuat menjadi suat set kriteria dalam IAT yang mendefinisikan kecanduan internet secara klinis dan dalam bentuk yang komprehensif (Beard & Wolf, 2001, Block, 2008 dalam Young, Yue, & Ying, 2011).

Pengukuran dilakukan menggunakan IAT yang telah disadur dan dimodifikasi ke dalam bahasa Indonesia. Tinggi rendah nilai IAT akan meningkatkan individu akan cenderung terindikasi adanya kecanduan internet


(19)

28

Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan teknik kuesioner. Kuesioner merupakan satu set pernyataan tersusun berdasarkan indikator yang diturunkan berdasarkan konsep teori yang ada (Silalahi, 2009). Kuesioner di sini terdiri atas Fear of Missing Out scale dan Internet Addiction Test.

Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Fear of Missing Out scale 1) Spesifikasi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat FoMO individu. Instrumen dibuat berdasarkan modifikasi dan alih bahasa dari Fear of Missing Out scale (FoMOs) yang dibuat Przybylski, tahun 2013. Instrumen FoMOs berbahasa Inggris kemudian dilakukan Translate Judgement pada segi bahasa Inggris oleh Dr. Doddy Rusmoyo MILS (surat pernyataan melakukan expert judgment terlampir) seorang dosen ahli bahasa Inggris.

Kemudian dilakukan Expert Judgement terhadap isi psikologis oleh tiga orang dosen ahli psikologi yaitu, Helli Ihsan, M.Si sebagai ahli dalam bidang psikometri, M. Ariez Musthofa, M.Si sebagai ahli dalam bidang psikologi sosial, Sitti Chotidjah M.Psi sebagai ahli dalam bidang psikologi klinis (surat pernyataan melakukan expert judgment terlampir). Hasil dari instrumen berupa 10 item pernyataan bahasa Indonesia yang telah divalidasi isi dan dirubah redaksionalnya setelah pelaksanaan uji coba dengan reabilitas sebesar 0.74 atau reliabel.

Berikut struktur instrumen Fear of Missing Out scale hasil uji validitas ulang :


(20)

Tabel 3.2

Instrumen Fear Of Missing Out Scale

Aspek Dimensi Indikator No Item

Fear Of Missing Out Tidak Terpenuhinya kebutuhan psikologis akan Relatedness

Cemas akan pengalaman dan apa yang dilakukan teman/orang lain ketika tidak ada individu

3,4,5,7,9

Cemas akan pengalaman dan apa yang dilakukan teman/orang lain lebih baik dari diri individu

1,2,

Tidak Terpenuhinya kebutuhan psikologis akan self

Merasa terlalu lama mencari tahu apa yang sedang terjadi dengan teman didunia maya

6

Tetap update untuk

memberitahukan kabar diri sendiri ke dunia maya

,8,10

2) Pengisian Kuesioner

Sampel mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari lima pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh sampel pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda cek () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Instrumen menggunakan skala Likert dengan 5 kategori jawaban, yaitu. 1 (tidak seluruhnya diri saya), 2 (sebagian kecil diri saya), 3 (setengahnya diri saya), 4 (sebagian besar diri saya), 5 (keseluruhan diri saya).

3) Penyekoran

Penyekoran jawaban sampel pada Fear of Missing Out Scale dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:


(21)

30

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri atas lima kategori yang harus dipilih sampel. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.

Tabel 3.3

Penyekoran Kuesioner

Pilihan Jawaban

Skor Pernyataan Favorable Unfavorable Tidak seluruhnya diri saya 1 5

Sebagian kecil diri saya 2 4

Setengahnya diri saya 3 3

Sebagian Besar diri saya 4 2

Keseluruhan diri saya 5 1

2) Menjumlahkan seluruh skor dari masing-masing item kuesioner yang diperoleh sampel.

3) Menentukan persentil untuk menentukan kategorisasi skala FoMO 4) Kategorisasi Skala Instrumen FoMO

Kategorisasi skala dilakukan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinu berdasarkan atribut yang diukur ( Azwar, 2010 hlm. 107). Dalam penelitian ini FoMOs dikelompokkan dalam lima kategori. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Kategorisasi Skala FoMO

Kategori Skor FoMO

Sangat tinggi X > 5.7775 Tinggi 4.6967 < X ≤ 5.7775


(22)

Cukup Tinggi 3,616 < X ≤ 4.6967 Cukup Rendah 2,53521< X ≤ 3,616 Rendah 1.4544 < X ≤ 2,5352 Sangat Rendah X ≤ 1.4544

2. Kuesioner Internet Addiction Test 1) Spesifikasi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat kecanduan internet individu secara general. Instrumen dibuat berdasarkan modifikasi dan alih bahasa dari Internet Addiction test (IAT) yang dibuat Kimberly S Young, tahun 1998. Instrumen IAT berbahasa Inggris kemudian dilakukan Translate Judgement pada segi bahasa Inggris oleh Dr. Doddy Rusmoyo MILS (surat pernyataan melakukan expert judgment terlampir) seorang dosen ahli bahasa Inggris.

Kemudian dilakukan Expert Judgement terhadap isi psikologis oleh tiga orang dosen ahli psikologi yaitu, Helli Ihsan, M.Si sebagai ahli dalam bidang psikometri, M. Ariez Musthofa, M.Si sebagai ahli dalam bidang psikologi sosial, Siti Chotidjah M.Psi sebagai ahli dalam bidang psikologi klinis (surat pernyataan melakukan expert judgment terlampir).

Hasil dari instrumen berupa 20 item pernyataan bahasa Indonesia yang telah divalidasi isi dan dirubah redaksionalnya setelah pelaksanaan uji coba dengan reabilitas sebesar 0.86 atau reliabel.

Kemudian kisi-kisi instrumen kecanduan internet sebagai berikut :

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Kecanduan Internet


(23)

32

Internet addiction (adiksi internet)

excessive use, Kehilangan kontrol waktu dan ketidakpedulian terhadap motivasi dasar

2,7,10,17,19

Withdrawal effect Perasaan marah, ketegangan dan atau depresi ketika kesulitan mengakses komputer (internet)

12,13,15,20

Aspek Dimensi Indikator Jumlah

Internet addiction (adiksi internet)

Tolerance Peningkatan toleransi terhadap penggunaan internet 1,5,11,16 negative repercussions, Argumen, berbohong, penurunan nilai, isolasi sosial, kelelahan secara fisik

3,4,6,8,9,14,18

2) Pengisian Kuesioner

Sampel mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari lima pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh sampel pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda cek () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari lima kategori yaitu Jarang (rarely), Terkadang (occasionally), Sering (frequently), sering kali (often), Selalu (always)

3) Penyekoran

Penyekoran jawaban sampel pada instrumen dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri dari empat kategori yang harus dipilih sampel.


(24)

Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.

Tabel 3.6

Penyekoran Kuesioner

Pilihan Jawaban

Nilai Pernyataan Favorable Unfavorable

Jarang 0 4

Terkadang 1 3

Sering 2 2

Sering kali 3 1

Selalu 4 0

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrumen Kecanduan Internet yang diperoleh sampel.

3) Menentukan rata-rata dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan rata-rata dan standar deviasi tersebut.

4) Kategorisasi Skala Instrumen kecanduan Internet

Kategorisasi skala dilakukan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinu berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2010. hlm. 107). Dalam penelitian ini skor kecemasan akademik dikelompokkan dalam lima kategori. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :


(25)

34

Tabel 3.7

Kategorisasi Skala Kecanduan Internet Kategori Kecanduan Internet Sangat Tinggi X > 11.347

Tinggi 9,2758< X ≤ 11.347 Cukup Tinggi 7,205 < X ≤ 9,2758 Cukup Rendah 5,1342 < X ≤ 7,205 Rendah 3.0634 < X ≤ 5,1342 Sangat Rendah X ≤ 3.0634

Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen meliputi uji keterbacaan instrumen uji validitas serta uji reabilitas serta kategorisasi skor.

1. Uji Keterbacaan Instrumen

Selain uji validitas dan reliabilitas, dilakukan uji keterbacaan instrumen, pengujian ini dilakukan sebelum try out dan serta uji validitas maupun reabilitias, uji keterbacaan ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman serta ambiguitas bahasa. Uji keterbacaan dilakukan pada siswa sekolah menengah atas dengan menggunakan metode Accidental sampling atau sampel yang ditemukan di lapangan oleh peneliti (Silalahi, 2009 ).

2. Uji Validitas Instrumen

Validitas berarti “sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya” (Azwar, 2010. hlm. 5). Pengujian

validitas isi dalam penelitian ini adalah pengujian untuk mengukur apakah butir-butir dalam Fear of Missing Out scale dan Internet Addiction Test yang telah dialihbahasakan mewakili dimensi yang ada dalam FoMO dan


(26)

kecanduan internet. Uji validitas isi dilakukan dengan cara analisis rasional oleh professional judgment.

Untuk mengetahui item yang layak, peneliti melakukan pengujian menggunakan RASCH model. Hasil dari tryout kemudian data kemudian dianalisis menggunakan RASCH model dengan memanfaatkan program Winstep Berikut tahap-tahapan pengujian model Rasch :


(27)

36

a. Hasil data mentah akan terlihat item yang sesuai (fit dan measurable) serta item yang tidak sesuai (misfit dan outliners). pengukuran item yang sesuai dengan berpedoman pada tiga kriteria Pertama nilai Outfit Mean Square (MNSQ) yang diterima adalah: 0,5 < MNSQ < 1,5 (Sumintono & Widhiarso, 2014). Kedua nilai Outfit Z-Standard (ZSTD) yang diterima adalah : -2,0 < ZSTD < +2,0. Ketiga Nilai Point Measure Correlation (Pt Mean Corr) yang diterima adalah: 0,4 < Pt Measure Corr < 0,85 (Sumintono & Widhiarso, 2014).

b. Data mentah kemudian dapat memunculkan bentuk klasifikasi item berdasarkan DIF atau Differential item functioning yang dapat menentukan deteksi bias pada aitem dalam analsisi model Rasch. Jika terdapat probabilitas menunjukkan nilai kurang dari 5% maka data tersebut terdeteksi bias dan perlu adanya modifikasi item (Sumintono & Widhiarso, 2014)

c. Dari data tersebut kemudian didapat hasil data berupa skala ordinal, data tersebut kemudian di rubah kembali menjadi data yang bersifat rasio dengan menggunakan odd probability hasil perubahan tersebut kemudian dirubah kembali menjadi data logic dengan menggunakan transformasi logaritma, lalu data kembali diolah menjadi ratio dengan melakukan anti logaritma ekspalantori (Sumintono & Widhiarso, 2014).

Hasil uji dengan RASCH model akan menunjukkan layak atau tidaknya suatu item mengukur suatu variabel tertentu, item yang dianggap layak kemudian akan digunakan dalam penelitian berikutnya, dan item yang tidak digunakan akan diperbaiki (Sumintono & Widhiarso, 2014).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan program win-step diketahui bahwa setelah uji coba pada 150 Sampel, instrumen FoMOs yang terdiri dari 10 item pernyataan, terdapat FoMOs 1 item kadidat outliners, 2 item bias gender (data terlampir). Sedangkan pada IAT yang terdiri dari 20 item


(28)

pernyataan, terdapat 2 item kadidat outliners atau misfit , 3 item bias gender (data terlampir).

Kandidat outliners, misfit, maupun item bias gender kemudian dilakukan perubahan redaksional berdasarkan validitas konstruk yang dilakukan oleh pembimbing peneliti sebagai ahli dalam psikologi (data terlampir).

3. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reabilitas dapat dilakukan melalui RASCH Model dengan aplikasi winstep melalui metode teori respons butir sehingga menghasilkan skala Alpha Cronbach. Semakin mendekati maka instrumen yang diujikan semakin reliabel (konsisten dan terpercaya alat tersebut (Howell, 2013; Howitt, 2011).

α = [ ] [1 − ∑��² ��²] Keterangan:

α = koefisien reliabilitas alpha k = banyaknya belahan tes

= varians belahan tes � = varians skor total tes

Koefisien reliabilitas dikategorikan berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Guilford (Silalahi, 2009) yaitu sebagai berikut

Tabel 3.8

Kategori Koefisien Realibilitas Guilford

Derajat Realibilitas Kategori

0,90 ≤ α ≤ 1,00 Sangat Reliabel

0,70 ≤ α ≤ 0,90 Reliabel

0,40 ≤ α ≤ 0,70 Cukup Reliabel 0,20 ≤ α ≤ 0,40 Kurang Reliabel


(29)

38

α ≤ 0,20 Tidak Reliabel

Kriteria untuk menentukan item yang reliabel adalah jika item tersebut menunjukkan skor Alpha ≥ 0.70.

1) Reliabilitas FoMOs

Uji Reliabilitas dilakukan dua kali, yang pertama dilakukan saat item-item yang misfit, outliners dan bias gender diubah redaksionalnya. Hasil uji Reabilitas instrumen sebelum perubahan hasil analisis model Rasch berada α = 0,80 (p <0,005). FoMO berada dalam kategori sangat reliabel.

Kemudian pada uji reliabilitas yang kedua, yaitu setelah uji validitas yang mana item-item yang diubah redaksionalnya, hasilnya

sebagai α = 0,74 (p <0,005) Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas FoMOs turun setelah diganti, tetapi hasil unidimensionalitas pada bagian Unexplanied variance in 1st contrast yang menunjukan keterukuran dimensi yang pertama turun dari angka 12.2%. ke angka 11.4% (data terlampir) hal ini menunjukkan adanya perubahan secara keterukuran dimensi, meskipun secara reabilitas dibawah redaksional sebelumnya, hal ini menunjukkan adanya perubahan secara keterukuran dimensi di mana pengukuran akan semakin baik jika unidimensionalitas tiap dimensi berada pada angka di bawah 10%. Pengambilan data masih dianggap dapat dilaksanakan berkaitan dengan dimensi yang lebih teridentifikasi. (Sumitomo & Widhiarso, 2014).

2) Reliabilitas Instrumen IAT

Dari perhitungan reliabilitas diatas menggunakan Cronbach’s

Alpha seperti terlihat pada tabel diatas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas sebesar α = 0,88 (p <0,005) yang menandakan bahwa instrumen kecanduan internet masuk dalam kategori reliabel. Kemudian


(30)

pada uji reliabilitas yang kedua, yaitu setelah uji validitas yang mana

item-item yang telah dirubah redaksionalnya adalah α = 0,86 (p <0,005).

Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas kecanduan internet turun setelah diganti, tetapi hasil unidimensionalitas pada bagian Unexplanied variance in 1st contrast yang menunjukkan keterukuran dimensi yang pertama turun dari angka 11.2%. ke angka 11.4% serta Unexplanied variance in 2nd contrast yang menjelaskan keterukuran dimensi yang kedua turun dari angka 10.4% menjadi 9.1% (data terlampir) hal ini menunjukkan adanya perubahan secara keterukuran dimensi di mana pengukuran akan semakin baik jika unidimensionalitas tiap dimensi berada pada angka dibawah 10% (Sumintono & Widhiarso, 2014)

Meskipun secara reabilitas di bawah redaksional sebelumnya, pengambilan data masih dianggap dapat dilaksanakan berkaitan dengan dimensi yang lebih teridentifikasi. (Sumitomo & Widhiarso, 2014).

4. Kategorisasi Skor

Kategorisasi skala dilakukan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinu berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2010. hlm. 107). Dalam penelitian ini skor kecemasan akademik dikelompokkan dalam lima kategori. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.9

Kategorisasi Skala Kecanduan Internet

Rumus Kategori

X > (M + 1,50s) Sangat Tinggi

(M + 7,50s) < X ≤ (M + 1,50s) Tinggi

M < X ≤ (M + 0,75s) Cukup Tinggi (M –0,75s) < X ≤ M Cukup Rendah (M –0,75s) X ≤ (M – 1,50s) Rendah

X ≤ (M – 1,50s) Sangat Rendah

Keterangan:


(31)

40


(32)

Kategorisasi skor ini kemudian sebagai norma dalam pengelompokkan skor sampel berdasarkan norma kelompoknya. Baik dalam skor FoMO maupun pada skor kecanduan internet

Tabel 3.10

Kategori Skor FoMO dan Kecanduan Internet

Kategori FoMO Kecanduan Internet

Sangat Tinggi X > 5.7775 X > 11.347 Tinggi 5.7775< X ≤ 4.6967 11.347< X ≤ 9,2758 Cukup Tinggi 4.6967< X ≤ 3,616 9,2758< X ≤ 7,205 Cukup Rendah 3,616 < X ≤ 2,53521 7,205< X ≤ 5,1342 Rendah 2,5352 < X ≤ 1,4544 5,1342 < X ≤ 3.0634 Sangat Rendah X ≤ 1,4544 X ≤ 3.0634

Selain itu dibuat norma dari setiap dimensi FoMO dan dimensi kecanduan internet berdasarkan norma kelompoknya. Baik pada variabel FoMO serta variabel kecanduan internet. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan skor tiap dimensi, yang dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 3.11

Kategori Skor FoMO per dimensi

Variabel Dimensi Norma Kategori

FoMO

Tidak

Terpenuhinya kebutuhan psikologis akan

Relatedness

X > 4.1646 Sangat Rendah

3.4002 < X ≤ 4.1646 Rendah

3.4002< X ≤ 2.6359 Cukup Rendah

1.8715 < X ≤ 2.6359 Cukup Tinggi

1.1072< X ≤ 1.8715 Tinggi

X ≤ 1.1072 Sangat tinggi Tidak

Terpenuhinya kebutuhan

X > 1.6133 Sangat Rendah

1.1911 < X ≤ 1.6133 Rendah

0.769 < X ≤ 1.1911 Cukup Rendah


(33)

42

psikologis akan Self

0.34678 < X ≤ 0.769 Tinggi

X ≤ 0.34678 Sangat tinggi Tabel 3.12

Kategori Skor Kecanduan Internet per dimensi

Variabel Dimensi Norma Kategori

Kecanduan internet

Excessive Use

X > 2.7292 Sangat Rendah

2.2636 < X ≤ 2.7292 Rendah

1.7891 < X ≤ 2.2636 Cukup Rendah

1.3326 < X ≤ 1.7981 Cukup Tinggi

0.8512 < X ≤ 1.3326 Tinggi

X ≤ 0.8672 Sangat tinggi Whitdrawal

Effect

X > 1.7867 Sangat Rendah

1.4358 < X ≤ 1.7867 Rendah

1.0850 < X ≤ 1.4358 Cukup Rendah

0.7342 < X ≤ 1.0850 Cukup Tinggi

0.38834 < X ≤ 0.7342 Tinggi

X ≤ 0.38834 Sangat tinggi

Tolerance

X > 2.6298 Sangat Rendah

2.1899 < X ≤2.6298 Rendah 1.7501 < X ≤ 2.1899 Cukup Rendah

1.3103 < X ≤ 1.7501 Cukup Tinggi

0.8705 < X ≤ 1.3103 Tinggi

X ≤ 0.8705 Sangat tinggi

negative repercussions

X > 3.7671 Sangat Rendah

3.0405< X ≤ 3.7671 Rendah

2.3140 < X ≤ 3.0405 Cukup Rendah

1.5875 < X ≤ 2.3140 Cukup Tinggi

0.8611 < X ≤ 1.5875 Tinggi

X ≤ 0.8611 Sangat tinggi Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan dengan pola clustering sampling serta berada pada angka di atas 300 sampel, menurut beberapa ahli menyatakan bahwa uji formalitas tidak diperlukan terhadap data yang jumlahnya


(34)

lebih dari 30 buah atau disebut sampel besar (Sudjana, Sutrisno hadi dalam Usman & Akbar, 2006)

Pengujian statistik digunakan untuk memperkuat dan menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, maka digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap masing-masing variabel dengan kaidah keputusan jika signifikansi lebih besar dari Alpha 0.05 (taraf kesalahan 5%) maka dapat dikatakan data tersebut normal. Pengujian Kolmogorov-Smirnov ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPPS versi 20.

Berdasarkan hasil uji nomalitas yang telah dilakukan terhadap variabel FoMO dan kecanduan internet diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 3.13 Tes Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. FOMO ,087 333 ,000 IAT ,039 333 ,200* *. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel 3.15 didapat bahwa data kecanduan internet memiliki distribusi yang normal (signifikansi > 0,005 sedangkan data FoMO memiliki distribusi tidak normal (signifikansi di bawah 0,005) sehingga peneliti menyimpulkan bahwa data bersifat tidak normal.

2. Uji Korelasi

Menurut Silalahi (2009) uji hipotesis adalah sekumpulan teknik statistika yang digunakan untuk mengukur hipotesis alternatif yang diturunkan oleh dalam


(35)

44

hipotesis kerja. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti ada atau tidaknya hubungan antar variabel, tingkat derajat hubungan variabel, serta arah hubungan dua variabel. Hubungan antara dua variabel yang memungkinkan terjadinya hubungan positif maupun negatif. Hubungan variabel 1 dan 2 dikatakan positif apabila kenaikan atau penurunan 1 pada umumnya diikuti oleh kenaikan atau penurunan pada variabel 2. Ukuran yang dipakai mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X dan Y disebut koefisien korelasi (r).

Penentuan koefisien korelasi (r) dalam penelitian ini menggunakan Spearman rho dengan tahap signifikansi 0,05 (Silalahi, 2009) yaitu:

� = 1 − � � − 16ΣD Keterangan:

rs = Spearman rho

N = Jumlah individu dalam sampel

D2 = Perkalian perbedaan antara dua set nilai Yat sudah diurutkan Untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kedua variabel tersebut, maka hasil dari koefisien korelasi yang didapat akan diinterpretasikan melalui tabel 3-15 berikut ini.

Tabel 3.14 Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00-0.199 Sangat Rendah

0.20-0.399 Rendah

0.40-0.59 Sedang

0.60-0.799 Kuat

0.80-1.000 Sangat Kuat


(36)

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara Fear of Missing Out dengan kecanduan internet di SMAN 4 Bandung melalui metode penelitian korelasional pada 333 sampel siswa SMAN 4 Bandung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Terdapat hubungan yang positif antara Fear of Missing Out dengan Kecanduan internet di SMAN 4 Bandung dengan tingkat korelasi sedang sebesar 0.436. FoMO pada siswa SMAN 4 Bandung yang tinggi cenderung memiliki kecanduan Internet yang tinggi pula. Sedangkan FoMO pada siswa SMAN 4 Bandung yang rendah cenderung memiliki kecanduan internet yang renda pula.

SARAN

Berikut saran peneliti kepada beberapa pihak yang terlibat dan akan terlibat dalam penelitian ini

Saran terhadap guru bimbingan karier ataupun psikolog sekolah :

 Perlu diadakan konsensus mengenai FoMO terhadap siswa siswi dikarenakan faktor FoMO yang dapat mempengaruhi kecanduan internet. Hal ini dikarenakan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di Bab sebelumnya mengenai kecanduan internet dapat menyebabkan gangguan gangguan dalam proses pembelajaran serta kesehatan mental siswa.

 Perlu diadakannya pelatihan penanggulangan baik terhadap FoMO maupun kecanduan internet untuk mengurangi dampak keduanya di tingkat sekolah sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan mental siswa.


(38)

Saran terhadap penelitian selanjutnya :

 Kualitas alat ukur FoMO yang digunakan masih perlu diteliti untuk meningkatkan kualitas alat ukur serta fenomena ini merupakan fenomena baru dan baru dua kali pengujian alat ukur tersebut. Penelitian selanjutnya berfokus pada peningkatan kualitas dari alat ukur serta pengaplikasiannya untuk membantu para praktisi dalam mendeteksi fenomena FoMO.

 Penelitan fenomena FoMO diteliti dalam bidang klinis dikarenakan proses kecanduan serta pengaruhnya terhadap kesehatan mental, penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan khazanah terhadap fenomena FoMO dengan kajian psikologi pada bidang lain seperti konsumen, pendidikan atau perkembangan.

 Peneliti tidak memasukan data demografi berupa durasi waktu berinternet sehingga dikemudian hari dapat dimasukan data demografi tersebut.

 Penelitian fenomena FoMO diteliti pada remaja dikarenakan penelitan sebelumnya menyatakan remaja merupakan pengguna terbesar internet. Selain itu dilakukan hanya pada satu sekolah dengan aksebilitas internet yang baik. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan kategorisasi yang relatif lebih variatif baik dari segi rentang usia maupun segi fasilitas sehingga dapat memberikan pandangan lain mengenai fenomena FoMO

 Penelitan masih berupa non-parametrik dikarenakan data distribusi tidak normal. Diharapkan pada penelitian berikutnya data dapat menjadi normal agar dapat melakukan eksplorasi terhadap dimensi dalam FoMO mana yang lebih berpengaruh terhadap dimensi kecanduan internet


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alavi, S., Alaghemandan, H., Maracy, M., Jannatifard, F., Eslami, M., & et all. (2012). Impact of addiction to internet on a number of psychiatric symptoms in students of isfahan universities, Iran, 2010. . International Journal Of Preventive Medicine, 122-7.

American Psychiatric Association. (2000). The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV Text Revision : DSM-IV-TR. Washington DC: APA Publisher.

APJII. (2012, Desember 29). Profil Pengguna Internet Indonesia 2012. Dipetik September 14, 2014, dari http://www.apjii.or.id:

http://www.apjii.or.id/v2/upload/Laporan/Profil%20Internet%20Indonesia %202012%20(INDONESIA).pdf

Ayas, T., & Mehmet, B. H. (2007). Relation between deprression loneliness Self Esteem and Internet addiction. Diambil kembali dari Researchgate.net: http://www.researchgate.net/publication/237020506_Relation_between_de pression_loneliness_self-esteem_and_internet_addiction

Azmil, F. (2013, Juli 11). 56 Persen pengguna jejaring sosial terkena FOMO. Diambil kembali dari Merdeka.com:

http://www.merdeka.com/teknologi/56-persen-pengguna-jejaring-sosial-terkena-fomo.html

Azwar, S. (2010). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cohen, C. (2013). FoMo: Do you have a Fear of Missing Out? Retrieved on

September 1, 2014 . Dipetik September 2014, 1, dari The Thelegraph: http://www.telegraph.co.uk/women/womens-life/10061863/FoMo-Do-you-have-a-Fear-of-Missing-Out.html

Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. A. (2008). Theories of personality. Holt: Rinehart and Winston.

Gackenbach, J. (2007). Psychology and the internet intrapersonal, interpersonal, and transpersonal impication (Vol. II). Washington DC, United State of America: Elsevier.

Göritz, A. S., Sigh, R. K., & Voggeser, B. J. (2012). Human Behaviour on the WWW. Dalam Encyclopedia of Cyber Behaviour (hal. 117-131). Grohol, J. M. (2011, April 14). FOMO Addiction : The Fear of Missing Out.


(40)

http://psychcentral.com/blog/archives/2011/04/14/fomo-addiction-the-fear-of-missing-out

Gültekin, B. K., & Dereboy, I. F. (2011). The prevalence of social phobia, and its impact on quality of life, academic achievement, and identity formation in university students. Turkish Journal of Psychiatry, 150-158.

Hampton, K., Lauren, S., & Eun, J. H. (2011). Core Networks, Social Isolation and New Media : Internet and Mobile Phone Use, Network Size, and Diversity. Information Communication & Society, 130-155.

Hedges, K. (2014, Maret 27). Do You Have FOMO: Fear Of Missing Out? . Dipetik September 1, 2014, dari Forbes:

http://www.forbes.com/sites/work-in-progress/2014/03/27/do-you-have-fomo-fear-of-missing-out/

Herman, D. (2014, Januari 1). The Fear of Missing Out (FOMO). Dipetik September 1, 2014, dari Danherman.com:

http://www.danherman.com/The-Fear-of-Missing-Out-(FOMO)-by-Dan Herman.html

JWTIntelligence. (2011). Fear Of Missing Out (FOMO). New York: JWTIntelligence.

JWTIntelligence. (2013). Fear of Missing Out (FOMO) : March 2012 Update . New York: JWTIntelligence.

Kearney, C. (2005). Social anxiety and social phobia in youth: Characteristics, assessment, and psychological treatment. Springer.

KOC, M. (2011, January 2011). Internet Addiction and Psychopathology. The Turkish Online Journal of Educational Technology, Issue 1.

Marketeers. (2013, October 30). MarkPlus Insight: Pengguna Internet Indonesia 74 Juta di Tahun 2013. Jakarta, Jakarta, Indonesia.

Mesch, G. S. (2010). Internet Affordances and Teens’ Social Communication: From Diversification to Bonding. Dalam R. Zheng, J. Burrow-Sanchez, & C. Drew, Adolescent Online Social Communication and Behaviour : Relationship Formation on The Internet (hal. 14-28). Hershey, New York: Information Science Reference.

Oxford Dictionary. (2014). Oxford Dictionaries Online. Dipetik 1 September, 2014, dari http://www.oxforddictionaries.com/:


(41)

Park, S. K., Kim, J. Y., & Choon, B. (2007). Prevalence of Internet addiction and correlations with family factors among South Korean adolescents.

Adolescence, 895-909.

Przybylski, A., Murayama, K., DeHaan, C., & Gladwell, V. (2013).

Motivational,emotional,and behavioral correlates offear ofmissing out. Com puters inHuman Behavior, 1841-1848.

Rossen, L. (2013, Mei 05). Always On, All the time: Are We Suffering From FoMO social media, multi tasking and e-communication lead to Fear of Missing Out. Dipetik September 1, 2014, dari Psychologytoday.com: http://www.psychologytoday.com/blog/rewired-the-psychology-technology/201305/always-all-the-time-are-we-suffering-fomo

Ruscio, A. M., Brown, T. A., Chiu, W. T., Sareen, J., Stein, M. B., & Kessler, R. C. (2008). Social Fears and Social Phobia in the United States: Results from the National Comorbidity Survey Replication. Psychol Med, 15-28. Ryan, R. M., & Deci, E. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic

Definitions and New Directions in Contemporary Educational Psychology 25, 54–67. Dipetik September 1, 2014, dari

www.selfdeterminationtheory.org:

http://www.selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/2000_RyanDeci_ IntExtDefs.pdf

Ryan, R. M., & Deci, E. (2014). Self Determination Theory Retrieved on September 1, 2014. Dipetik September 1, 2014, dari

http://www.selfdeterminationtheory.org:

http://www.selfdeterminationtheory.org/theory/

Santosom, I. (2012). Pengguna Internet Indonesia 2012 capai 63 juta orang. Dipetik November 23, 2013, dari Antaranews.com:

http://www.antaranews.com/berita/348186/pengguna-internet-indonesia-2012-capai-63-juta-orang

Santrock, J. W. (2002). Adolsence. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Schreckinger, B. (2014, January 1). The Home of FOMO. Dipetik September 1, 2014, dari www.Bostonmagazine.com:

http://www.bostonmagazine.com/news/article/2014/07/29/fomo-history/ Schutters, S. I., Dominguez, M., Knappe, S., Lieb, R., van Os, J., Schruers, K. R.,

et al. (2012). The association between social phobia, social anxiety cognitions and paranoid symptoms. Acta Psychiatrica Scandinavica, 213-227.


(42)

Sumintono, B., & Widhiarso, W. (2014). Aplikasi Model Rasch untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Edisi Revisi. Cimahi: Trim Komunikata Publishing House.

Thakkar, V., & Levitt, P. (2006). Addiction (Psychological Disorders). New York: Chelsea House Publishers.

Turkle, S. (2011). Alone together : why we expect more form technology and less from each other . New York: Basic Books.

Usman, H., & Akbar, P. S. (2006). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara. Jakarta: Bumi Aksara.

Wortham, J. (2011, April 10). Feel Like a Wallflower? Maybe It’s Your Facebook Wall. Dipetik September 1, 2014, dari NYtimes.com:

http://www.nytimes.com/2011/04/10/business/10ping.html

Young, K. S. (1998). Internet Addiction: The emergence of a new clinical disorder. CyberPsychology & Behavior, 237-244.

Young, K. S. (2011). Clinical Assessment of Internet-Addicted Clients. Dalam K. S. Young, & C. N. de Abreu (Penyunt.), INTERNET ADDICTION A Handbook and Guide to Evaluation and Treatment (hal. 19). Hoboken: John Wiley & Sons.

Young, K. S., & de Abreu, C. N. (Penyunt.). (2011). INTERNET ADDICTION A Handbook and Guide to Evaluation and Treatment. Hoboken, New Jersey, United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Young, K. S., Yue, X. D., & Ying, L. (2011). Prevalence Estimates and Etiologic Models of Internet Addiction. Dalam K. S. Young, & C. N. de Abreau (Penyunt.), INTERNET ADDICTION : A Handbook and Guide to

Evaluation and Treatment (hal. 3-18). Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Zheng, R., Jason, B.-S., & Clifford, D. (2010). Toward an Integrated Conpetual Framework of Research in Teen Online Communication. Dalam

Adolescent Online Social Communitaction and Behaviour : Relationship Formation on the Internet. Information science (hal. 1-19). New York: Hershey.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara Fear of Missing Out dengan kecanduan internet di SMAN 4 Bandung melalui metode penelitian korelasional pada 333 sampel siswa SMAN 4 Bandung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Terdapat hubungan yang positif antara Fear of Missing Out dengan Kecanduan internet di SMAN 4 Bandung dengan tingkat korelasi sedang sebesar 0.436. FoMO pada siswa SMAN 4 Bandung yang tinggi cenderung memiliki kecanduan Internet yang tinggi pula. Sedangkan FoMO pada siswa SMAN 4 Bandung yang rendah cenderung memiliki kecanduan internet yang renda pula.

SARAN

Berikut saran peneliti kepada beberapa pihak yang terlibat dan akan terlibat dalam penelitian ini

Saran terhadap guru bimbingan karier ataupun psikolog sekolah :

 Perlu diadakan konsensus mengenai FoMO terhadap siswa siswi dikarenakan faktor FoMO yang dapat mempengaruhi kecanduan internet. Hal ini dikarenakan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di Bab sebelumnya mengenai kecanduan internet dapat menyebabkan gangguan gangguan dalam proses pembelajaran serta kesehatan mental siswa.

 Perlu diadakannya pelatihan penanggulangan baik terhadap FoMO maupun kecanduan internet untuk mengurangi dampak keduanya di tingkat sekolah sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan mental siswa.


(2)

63

Saran terhadap penelitian selanjutnya :

 Kualitas alat ukur FoMO yang digunakan masih perlu diteliti untuk meningkatkan kualitas alat ukur serta fenomena ini merupakan fenomena baru dan baru dua kali pengujian alat ukur tersebut. Penelitian selanjutnya berfokus pada peningkatan kualitas dari alat ukur serta pengaplikasiannya untuk membantu para praktisi dalam mendeteksi fenomena FoMO.

 Penelitan fenomena FoMO diteliti dalam bidang klinis dikarenakan proses kecanduan serta pengaruhnya terhadap kesehatan mental, penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan khazanah terhadap fenomena FoMO dengan kajian psikologi pada bidang lain seperti konsumen, pendidikan atau perkembangan.

 Peneliti tidak memasukan data demografi berupa durasi waktu berinternet sehingga dikemudian hari dapat dimasukan data demografi tersebut.

 Penelitian fenomena FoMO diteliti pada remaja dikarenakan penelitan sebelumnya menyatakan remaja merupakan pengguna terbesar internet. Selain itu dilakukan hanya pada satu sekolah dengan aksebilitas internet yang baik. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan kategorisasi yang relatif lebih variatif baik dari segi rentang usia maupun segi fasilitas sehingga dapat memberikan pandangan lain mengenai fenomena FoMO

 Penelitan masih berupa non-parametrik dikarenakan data distribusi tidak normal. Diharapkan pada penelitian berikutnya data dapat menjadi normal agar dapat melakukan eksplorasi terhadap dimensi dalam FoMO mana yang lebih berpengaruh terhadap dimensi kecanduan internet


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alavi, S., Alaghemandan, H., Maracy, M., Jannatifard, F., Eslami, M., & et all. (2012). Impact of addiction to internet on a number of psychiatric symptoms in students of isfahan universities, Iran, 2010. . International Journal Of Preventive Medicine, 122-7.

American Psychiatric Association. (2000). The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV Text Revision : DSM-IV-TR. Washington DC: APA Publisher.

APJII. (2012, Desember 29). Profil Pengguna Internet Indonesia 2012. Dipetik September 14, 2014, dari http://www.apjii.or.id:

http://www.apjii.or.id/v2/upload/Laporan/Profil%20Internet%20Indonesia %202012%20(INDONESIA).pdf

Ayas, T., & Mehmet, B. H. (2007). Relation between deprression loneliness Self Esteem and Internet addiction. Diambil kembali dari Researchgate.net: http://www.researchgate.net/publication/237020506_Relation_between_de pression_loneliness_self-esteem_and_internet_addiction

Azmil, F. (2013, Juli 11). 56 Persen pengguna jejaring sosial terkena FOMO. Diambil kembali dari Merdeka.com:

http://www.merdeka.com/teknologi/56-persen-pengguna-jejaring-sosial-terkena-fomo.html

Azwar, S. (2010). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cohen, C. (2013). FoMo: Do you have a Fear of Missing Out? Retrieved on

September 1, 2014 . Dipetik September 2014, 1, dari The Thelegraph: http://www.telegraph.co.uk/women/womens-life/10061863/FoMo-Do-you-have-a-Fear-of-Missing-Out.html

Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. A. (2008). Theories of personality. Holt: Rinehart and Winston.

Gackenbach, J. (2007). Psychology and the internet intrapersonal, interpersonal, and transpersonal impication (Vol. II). Washington DC, United State of America: Elsevier.

Göritz, A. S., Sigh, R. K., & Voggeser, B. J. (2012). Human Behaviour on the WWW. Dalam Encyclopedia of Cyber Behaviour (hal. 117-131).


(4)

http://psychcentral.com/blog/archives/2011/04/14/fomo-addiction-the-fear-of-missing-out

Gültekin, B. K., & Dereboy, I. F. (2011). The prevalence of social phobia, and its impact on quality of life, academic achievement, and identity formation in university students. Turkish Journal of Psychiatry, 150-158.

Hampton, K., Lauren, S., & Eun, J. H. (2011). Core Networks, Social Isolation and New Media : Internet and Mobile Phone Use, Network Size, and Diversity. Information Communication & Society, 130-155.

Hedges, K. (2014, Maret 27). Do You Have FOMO: Fear Of Missing Out? . Dipetik September 1, 2014, dari Forbes:

http://www.forbes.com/sites/work-in-progress/2014/03/27/do-you-have-fomo-fear-of-missing-out/

Herman, D. (2014, Januari 1). The Fear of Missing Out (FOMO). Dipetik September 1, 2014, dari Danherman.com:

http://www.danherman.com/The-Fear-of-Missing-Out-(FOMO)-by-Dan Herman.html

JWTIntelligence. (2011). Fear Of Missing Out (FOMO). New York: JWTIntelligence.

JWTIntelligence. (2013). Fear of Missing Out (FOMO) : March 2012 Update . New York: JWTIntelligence.

Kearney, C. (2005). Social anxiety and social phobia in youth: Characteristics, assessment, and psychological treatment. Springer.

KOC, M. (2011, January 2011). Internet Addiction and Psychopathology. The Turkish Online Journal of Educational Technology, Issue 1.

Marketeers. (2013, October 30). MarkPlus Insight: Pengguna Internet Indonesia 74 Juta di Tahun 2013. Jakarta, Jakarta, Indonesia.

Mesch, G. S. (2010). Internet Affordances and Teens’ Social Communication:

From Diversification to Bonding. Dalam R. Zheng, J. Burrow-Sanchez, & C. Drew, Adolescent Online Social Communication and Behaviour : Relationship Formation on The Internet (hal. 14-28). Hershey, New York: Information Science Reference.

Oxford Dictionary. (2014). Oxford Dictionaries Online. Dipetik 1 September, 2014, dari http://www.oxforddictionaries.com/:


(5)

Park, S. K., Kim, J. Y., & Choon, B. (2007). Prevalence of Internet addiction and correlations with family factors among South Korean adolescents.

Adolescence, 895-909.

Przybylski, A., Murayama, K., DeHaan, C., & Gladwell, V. (2013).

Motivational,emotional,and behavioral correlates offear ofmissing out. Com puters inHuman Behavior, 1841-1848.

Rossen, L. (2013, Mei 05). Always On, All the time: Are We Suffering From FoMO social media, multi tasking and e-communication lead to Fear of Missing Out. Dipetik September 1, 2014, dari Psychologytoday.com: http://www.psychologytoday.com/blog/rewired-the-psychology-technology/201305/always-all-the-time-are-we-suffering-fomo

Ruscio, A. M., Brown, T. A., Chiu, W. T., Sareen, J., Stein, M. B., & Kessler, R. C. (2008). Social Fears and Social Phobia in the United States: Results from the National Comorbidity Survey Replication. Psychol Med, 15-28. Ryan, R. M., & Deci, E. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic

Definitions and New Directions in Contemporary Educational Psychology 25, 54–67. Dipetik September 1, 2014, dari

www.selfdeterminationtheory.org:

http://www.selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/2000_RyanDeci_ IntExtDefs.pdf

Ryan, R. M., & Deci, E. (2014). Self Determination Theory Retrieved on September 1, 2014. Dipetik September 1, 2014, dari

http://www.selfdeterminationtheory.org:

http://www.selfdeterminationtheory.org/theory/

Santosom, I. (2012). Pengguna Internet Indonesia 2012 capai 63 juta orang. Dipetik November 23, 2013, dari Antaranews.com:

http://www.antaranews.com/berita/348186/pengguna-internet-indonesia-2012-capai-63-juta-orang

Santrock, J. W. (2002). Adolsence. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Schreckinger, B. (2014, January 1). The Home of FOMO. Dipetik September 1, 2014, dari www.Bostonmagazine.com:

http://www.bostonmagazine.com/news/article/2014/07/29/fomo-history/ Schutters, S. I., Dominguez, M., Knappe, S., Lieb, R., van Os, J., Schruers, K. R.,

et al. (2012). The association between social phobia, social anxiety cognitions and paranoid symptoms. Acta Psychiatrica Scandinavica,


(6)

213-Sumintono, B., & Widhiarso, W. (2014). Aplikasi Model Rasch untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Edisi Revisi. Cimahi: Trim Komunikata Publishing House.

Thakkar, V., & Levitt, P. (2006). Addiction (Psychological Disorders). New York: Chelsea House Publishers.

Turkle, S. (2011). Alone together : why we expect more form technology and less from each other . New York: Basic Books.

Usman, H., & Akbar, P. S. (2006). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara. Jakarta: Bumi Aksara.

Wortham, J. (2011, April 10). Feel Like a Wallflower? Maybe It’s Your Facebook Wall. Dipetik September 1, 2014, dari NYtimes.com:

http://www.nytimes.com/2011/04/10/business/10ping.html

Young, K. S. (1998). Internet Addiction: The emergence of a new clinical disorder. CyberPsychology & Behavior, 237-244.

Young, K. S. (2011). Clinical Assessment of Internet-Addicted Clients. Dalam K. S. Young, & C. N. de Abreu (Penyunt.), INTERNET ADDICTION A Handbook and Guide to Evaluation and Treatment (hal. 19). Hoboken: John Wiley & Sons.

Young, K. S., & de Abreu, C. N. (Penyunt.). (2011). INTERNET ADDICTION A Handbook and Guide to Evaluation and Treatment. Hoboken, New Jersey, United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Young, K. S., Yue, X. D., & Ying, L. (2011). Prevalence Estimates and Etiologic Models of Internet Addiction. Dalam K. S. Young, & C. N. de Abreau (Penyunt.), INTERNET ADDICTION : A Handbook and Guide to

Evaluation and Treatment (hal. 3-18). Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Zheng, R., Jason, B.-S., & Clifford, D. (2010). Toward an Integrated Conpetual Framework of Research in Teen Online Communication. Dalam

Adolescent Online Social Communitaction and Behaviour : Relationship Formation on the Internet. Information science (hal. 1-19). New York: Hershey.


Dokumen yang terkait

Hubungan antara Kontrol Diri dengan Kecanduan Internet pada Remaja Pengguna Facebook

13 78 95

Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecanduan Internet Pada Remaja Pengguna Facebook

4 72 131

HUBUNGAN ANTARA AKTUALISASI DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Aktualisasi Diri Dengan Kecanduan Internet Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 5 15

HUBUNGAN ANTARA AKTUALISASI DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Aktualisasi Diri Dengan Kecanduan Internet Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SMK Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Keterampilan Sosial Dengan Kecanduan Internet Pada Siswa SMK.

1 4 19

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SMK Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Keterampilan Sosial Dengan Kecanduan Internet Pada Siswa SMK.

0 3 16

Hubungan Antara Kesepian dan Depresi dengan Kecanduan Internet pada Remaja Di Surabaya Ubaya Repository

0 0 1

HUBUNGAN ANTARA FEAR OF MISSING OUT (FoMO) DENGAN KECENDERUNGAN KECANDUAN INTERNET PADA EMERGING ADULTHOOD Skripsi

2 16 15

HUBUNGAN ANTARA FEAR OF MISSING OUT (FoMO) DENGAN KECENDERUNGAN KECANDUAN INTERNET PADA EMERGING ADULTHOOD Disusun oleh: Rizky Dwi Marlina 1308 1101 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2017 HUBUNGAN ANTARA FEAR OF MISSING OUT

0 6 12

HUBUNGAN ANTARA INTROVERSITAS DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA MAHASISWA - Unika Repository

0 0 48