KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID : Studi Pada Buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita Karya K.H. Abdurahman Wahid.

(1)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

(Studi Pada Buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita Karya K.H. Abdurahman Wahid)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Program Studi Pedagogik

Disusun oleh: Hendar Priatna, S. Pd

1302379

PROGRAM STUDI PEDAGOGIK SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(3)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(4)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID (Studi Pada Buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita

Karya K.H. Abdurahman Wahid)

Oleh Hendar Priatna

S.Pd. Universtas Pendidkan Indonesia, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi Sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) program studi Pedagogik

© Hendar Priatna 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(5)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan segala nikmat lahir dan batin kepada hamba-Nya serta mencurahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini dengan judul Konsep Pendidikan Pondok Pesantren Menurut K.H. Abdurahman Wahid (Studi pada buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita karya K.H. Abdurahman Wahid)

Penulisan tesis ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar magister Program Studi pedagogik, di Universitas Pendidikan Indonesia.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan. Maka penulis mengharapkan sumbang saran serta koreksi dari semua pihak demi perbaikan penulisan selanjutnya. Harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat, setidaknya dapat memberi motivasi dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan.

Bandung, Agusutus 2015


(6)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Segala puji bagi Allah yang telah mngatur jalan hidup hamba sedemikian rupa disertai ridhaNya yang merupakan sebagian besar ridha orangtua sehingga membuahkan hasil berupa tesis yang insya Allah dapat bermanfaat.

Kalimat yang dituangkan hanya sebagian perasaan yang penulis ungkapkan. Ibu yang telah memberikan semangat untukku dan doa yang begitu berlimpah dipanjatkan. Bapakku selaku pahlawan dan imam dalam keluarga. Terima kasih atas derasan keringat, untaian nasehat dan limpahan kasih sayangnya.

Tesis ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak, maka penulis menghaturkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, Selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed Selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia


(7)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bapak Dr. H. Y. Suyitno selaku mantan Ketua Program Studi Pedagogik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan waktu, perhatian, saran dan ilmunya selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Pedagogik.

4. Bapak Dr. H. Babang Robandi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

5. Bapak Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan saran dan tanggung jawab dalam membantu, membimbing, memberi petunjuk dan mengarahkan kepada peniliti dalam penyusunan tesis ini.

6. Seluruh Staf Dosen Sekolah Pascasarjana yang telah memberikan ilmu, motivasi, semangat, serta kemudahan kepada peneliti dalam proses penyusunan tesis ini.

7. Ibu Mimin Minfalah, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN Cilimus yang telah memberi keleluasaan waktu untuk melanjutkan studi dan melaksanakan penelitian di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

8. Orang tuaku yang telah membesarkan dan mendidik aku hingga sekarang ini. 9. Teman-teman dan sahabat seperjuanganku, Lia Fitriani, S.Pd, Tofan Yudha,

S.Pd, Imam Syrifulloh, S.Sos, Hendi Priatna, Neneng Sopiah, S.Sos, Ustazd Dasep Sulaiman yang selalu mendoakan dan membimbing saya sampai saat


(8)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini, bersama menggapai mimpi dan memupuk ilmu untuk sebuah hasil yang diharapkan.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun terucap, terimalah ucapan terima kasih ini.

Peneiliti menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kata sempurna, namun demikian dapat bermanfaat bagi semua kalangan khususnya bagi peneliti. Semoga amal Bapak/Ibu serta semua pihak yang membantu peniliti serahkan kepada Allah yang maha kuasa. Semoga menjadi amal sholeh yang diterima disisinya.

Amin.

Bandung, Agustus 2015


(9)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN KEASLIAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : HENDAR PRIATNA,S.Pd

NIM : 1302379

Program Studi : PEDAGOGK-S2 Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Menyatakan bahwa TESIS berjudul: “Konsep Pendidikan Pondok Pesantren menurut KH. Abdurrahman Wahid Studi Pada Buku Islamku,Islam Anda,Islam Kita” secara keseluruhan adalah ASLI hasil penelitian saya, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini dibuat dengan sejujurnya dan dengan penuh kesungguhan hati, disertai kesiapan untuk menanggung segala resiko yang mungkin diberikan, sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.


(10)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yang membuat pernyataan

HENDAR PRIATNA, S.Pd.

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : HENDAR PRIATNA, S.Pd. NIM : 1302379

Program Studi : PEDAGOGK-S2 Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Dengan ini menyatakan bahwa judul tesisi “Konsep Pendidikan Pondok Pesantren menurut K.H. Abdurrahman Wahid Studi Pada Buku Islamku,Islam Anda,Islam Kita” benar bebas dari plagiat,dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sangsi sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan


(11)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(12)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURRAHMAN WAHID (Studi Pada Buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita

Karya K.H. Abdurahman Wahid)

Hendar Priatna, S.Pd Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

ABSTRAK

K.H Abdurahman Wahid atau yang disapa Gusdur adalah seorang tokoh ulama besar hingga sekarang ini. Beliau adalah pemimpin pondok pesantren didaerah Jawa timur tepatnya kota jombang. Selain seorang pemimpin pondok pesantren beliau adalah seorang tokoh politik yang kontroversial dengan jargon-jargon yang sampai sekarang ini masih teringat oleh masyarakat Indonesia. Beliau adalah seorang cendikiawan aktivis, dan boleh dikatakan juga seorang eksiklopedis, dengan perhatian luas dan beragam, yang membentang mulai topik agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan hingga soal-soal praktis seperti sepak bola dan film. Selain itu beliau sangat peduli dengan pendidikan di Indonesia dimana hal itu dibuktikannya dengan mendirikan sekolah untuk para santri yang mencari ilmu agama islam. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode library research dengan pendekatan penelitian kualitatif. Peneliti mengkaji buku tulisan beliau sendiri maupun

buku-buku tulisan orang lain yang menceritakan tentang ‘konsep pendidikan pondok

pesantren menurut K.H Abdurahman Wahid’. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

dasar pertimbangan dalam mengembangkan proses pendidikan dan mengevaluasi pendidikan di pondok pesantren yang dimiliki oleh K.H Abdurahman Wahid. Bagi peneliti selanjutnya, temuan penelitian ini dapat dijadikan acuan terutama bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan tentu saja dengan menggunakan penelitian yang berbeda dengan penelitian ini.


(13)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EDUCATION CONCEPT COTTAGE BOARDING BY K.H. ABDURRAHMAN WAHID

(Studies In my Islamic books, your Islam, Islam Kita Works K.H. Abdurahman Wahid)

By:

Hendar Priatna, S.Pd Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

ABSTRACT

KH Abdurahman Wahid or Gus Dur was a character called great scholars until now. He is the leader of the boarding school area precisely town of Jombang, East Java. In addition to a leader of the boarding school he was a controversial political figure with jargon that until now is still remembered by the people of Indonesia. He was a scholar-activists, and virtually also a eksiklopedis, with a broad and diverse attention, which stretches from the topic of religion, philosophy, and science to practical matters such as football and movies. In addition, he is very concerned with education in Indonesia where it is demonstrated by setting up schools for the students who seek religious knowledge of Islam. this study used the method library research with qualitative research approach.Researchers examine his own writing books and books written by others who told of 'the concept of boarding school education by KH Abdurahman Wahid'. The results could be used as a basis for consideration in developing the educational process and evaluate education in boarding school owned by KH Abdurahman Wahid. For further research, the findings of this study can be used as a reference, especially for those who want to do further research and of course by using different research with this study.


(14)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN HAK CIPTA HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN TESIS DAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH

ABSTRAK ...i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Struktur Organisasi Tesis ... 16

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 17

A. Konsep Pendidikan ... 17

B. Pondok Pesantren ... 52

C. Pemikiran Pendidikan Islam ……….………. 57

D. Relevansi Pandangan Islam terhadap Pendidikan di Indonesia ... 66

E. Pedagogik Teoritis dan Praktis... 71

F. Kegunaan Pedagogik Bagi Pendidik ... 78

BAB III METODE PENELITIAN ... 86

A. Desain Penelitian ... 86

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 87

C. Pengumpulan Data ... 88

D. Analisis Data ... 99

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 102

A. Biografi/Riwayat Hidup KH.Abdurahman Wahid ... 102

B. Temuan Penelitian ... 112


(15)

iii Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 179

A. Simpulan ... 179

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 184

DAFTAR PUSTAKA ... v

LAMPIRAN - LAMPIRAN ...vi


(16)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata ”konsep” diartikan dengan rancangan, ide, pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit, gambaran mental dari obyek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan akal budi untuk memahami hal-hal lain. Jadi, konsep adalah ide atau gagasan yang meliputi pengertian-pegertian dan pemikiran yang sifatnya mendasar. Pendidikan dimaknai sebagai upaya penanaman nilai dalam keseluruhan proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Bila nilai-nilai tersebut diambil dari sumber dan dasar ajaran agama islam sebegaimana termuat dalam Al-Quran dan Hadist, maka proses pendidikan tersebut disebut sebagai pendidikan islam. Pendidikan dalam pengertian yang luas dan menyeluruh meliputi pendidikan yang disengaja yang berlaku dibawah pengawasan dan bimbingan lembaga pendidikanyang diciptakan untuk maksud ini. Juga meliputi pendidikan yang tak disengaja yang berlaku melalui lembaga yang tidak disengaja seperti lembaga-lembaga penerangan. Juga meliputi pendidikan yang tiba-tiba yang berlaku secara tiba-tiba dan tidak disengaja. Oleh sebab pendidikan adalah salah satu proses tingkah laku maka ia memerlukan dinamisme dan kesinambungan dari buaian sampai ke liang lahad, dan konsep ini tidak akan terlaksana sepenuhnya kecuali timbul kecuali timbul dari satu perubahan tingkah laku individu atau pada kehidupan masyarakat (Langgulung, 2000, hlm. 66).

Pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan berasal


(17)

2

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari kata “didik” dan mendapat imbuhan berupa awalan „pe‟ dan akhiran ‟an‟ yang berarti proses atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa yakni perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelokmpok orang dalam usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran. Menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, pengertian pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Sauri berpendapat pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berubah kearah yang lebih baik. Hakikat pendidikan menurut Sauri adalah memanusiakan manusia yang berarti menjadi manusia yang mampu mengelola piker, zikir, dan ikhtiar dengan ketauhidan yang mantap (dalam wawancara bimbingan tesis, 2015).

Dengan pendidikan, karakter manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat dapat dibentuk dan diarahkan sesuai dengan tuntutan ideal bagi proses pembangunan. Karakter manusia secara individu ini akan memberikan sumbangan besar terhadap pembentukan karakter bangsa yang bermartabat dan menjadi faktor pendukung bagi proses percepatan pembangunan suatu bangsa.

Dalam konteks pendidikan nasional, dinamika perkembangan dunia pendidikan belum lama ini diwarnai oleh lahirnya Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, UU ini lahir dengan pertimbangan bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam menuju masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, dalam rangka menjamin


(18)

3

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehiudpan lokal, nasional dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah dan berkesinambungan (Sauri, 2004, hlm. 2).

Pemerintah Indonesia telah menyusun dan merumuskan tujuan pendidikan yang dapat dijadikan sebagai arah dalam proses pendidikan pada setiap lembaga pendidikan di Indonesia. Tujuan ini telah digariskan dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). Dalam pasal 3 dari undang-undang tersebut di atas, dirumuskan tujuan pendidikan sebagai berikut:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".

Pendidikan islam dalam perkembanganya telah melalui berbagai suara dan kondisi, dimana unsur-unsur budaya yang dominan dinegara-negara islam menghadapi banyak perubahan, sebagai respons terhadap kebutuhan yang memaksakan dirinya kepda kehidupan kaum Muslimin pada masyarakat-masyarakat ini. Anshari (1976, hlm. 176) menjelaskan bahwa:”Kedatangan Islam ke Indonesia ini membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia”. Kemudaian masalah penyiar agama islam itu sendiri, kita masih harus merenungkan bagaimana akan sampainya islam ke Indonesia, jika tidak adanya keberhasilan mereka dalam mengajarkan tujuan islam.


(19)

4

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk ini ulama dan kiyai telah berhasil menempatkan dirinya ditengah-tengah masyarakat sebagai pembawa berita gembira dan memberi peringatan unuk manusia Indonesia (Wahab, 2004, hlm. 7).

Metode utama sistem pengajaran dilingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut hlmaqah yang artinya sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang guru (Dhofier, 1985, hlm. 28).

Sistem sorogan juga digunakan di pondok pesantren tetapi biasanya hanya untuk santri baru yang memerlukan bantuan individual. Pesantren sekarang ini dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren tradisional sering disebut sistem salafi. Yaitu sistem yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok pesantren modern merupakan sistem pendidikan yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah formal (seperti madrasah). Sementara itu, kecenderungan global perkembangan dunia pendidikan dalam budaya industri ini adalah sifatnya yang semakin massif, standar dan rasional. Pendidikan keilmuan akan semakin menonjol di masa-masa mendatang, termasuk di dalamnya ilmu-ilmu agama. Lembaga-lembaga pendidikan akan semakin didominasi dengan pekerjaan-pekerjaan untuk mengajarkan dan mengembangkan ilmu daripada mengembangkan nilai-nilai dan kearifan. Tidak semua persoalan dalam kehidupan ini (nilai dan kearifan) dapat diajarkan dan dididikkan melalui lembaga pendidikan formal. Guru dapat mengajar filsafat tetapi tidak dapat mengajar kebijakan. Pendidikan nilai dan kearifan akan lebih efektif bila dilakukan melalui jenis pendidikan non-formal yang lebur dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana dilakukan oleh pondok pesantren selama ini.


(20)

5

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proklamasi kemerdekaan RI merubah belenggu penjajahan dan penghlmang kemajuan bangsa, membawa angin baru bagi kehidupan dalam segala bidang yang termasuk juga lapangan pendidikan, yang lebih khusus lagi pendidikan islam yang telah berjuang untuk kepentingan bangsa. Dengan diproklamasikannya kemerdekaan negara dan bangsa Indonesia berarti terbukalah kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mendapatkan kesempatan belajar yang selama ini terbatasi oleh pihak penjajah. Hal ini dibuktikan untuk pertama kalinya lahir Undang-undang Dasar 1945 yang didalamnnya termasuk Undang-undang Pendidikan pasal 31 tentang pendidikan.

a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan

b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang.

Pendidikan islam bermula dengan berdirinya madrasah disamping langgar dan pesantren, yang pendidikan dasarnaya hanya berupa pelajaran Agama Islam, tetapi hal itu tidak lama berjalan, karena terbukti dipesantren dan disekolah islam lainnya diberikan pelajaran keterampilan atau pelajaran yang diajarkan pada sekolah umum, kemudian setelah zaman kemerdekaan pendidikan islam maju dengan pesatnyawalaupun hamper semuanya berdiri dari usaha partikelir yang mendapat subsidi dari Departemen Agama, sehingga dari hasil kemajuan tersebut bagi sekolah departemen P dan K yaitu pelajaran selain agama telah setaraf dengan sekolah umum, diberikan bantuan yang berupa subsidi (Wahab, 2004, hlm. 42).

Manusia adalah makhluk sosial dan politik yang membentuk hukum, mendirikan kaidah dan perilakudan dapat bekerja sama dalam kelompok -kelompok yang lebih besar. kerja sama antara individu dan kelompok perlu untuk perkembangan lembaga, industri, pendidikan, sains, pemerintah dan agama. Dalam perkembangan ini spesialisasi dan integrasi atau organisasi saling membantu. Kemajuan manusia nampaknya bersandar kepada kemampuan manusia untuk bekerja


(21)

6

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sama dalam kelompok-kelompok yang lebih besar. Kerjasama social merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat independent (Titus, 1984, hlm. 32).

Pendidikan Islam, tentu saja harus sanggup “meluruskan” responsi terhadap tantangan modernisasi itu, namun kesadarankepada hal itu justru belum ada dalam pendidikan Islam dimana-mana. Hal inilah yang merisaukan hati para pengamat seperti penulis, karena ujungnya adalah diperlukan jawaban yang benar atas pernyataan berikut: bagaimanakah caranya membuat kesadaran struktural sebagai bagian alamiah dari perkembangan pendidikan Islam? Dengan ungkapan lain, kita harus menyimak perkembangan pendidikan Islam diberbagai tempat, dan pendidikan Islam Harus buat peta yang jelas tentang konfigurasi pendidikan Islam itu sendiri.Ini merupakan pekerjaan rumah, yang mau tak mau harus ditangani dengan baik. (Abdurahman wahid, 1997, hlm. 223)

Sebelum tahun 1960-an pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia lebih dikenal dengan nama pondok, istilah pondok bersala dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau barangkali berasal dari bahasa arab, funduk yang artinya hotel atau asrama. Dengan demikian pesantern adalah lembaga pendidikan islam asli Indonesia yang pada saat itu merupakan warisan kekayaanbangsa Indonesia yang terus berkembang. Tradisi pesantren adalah system pendidikan islam yang tumbuh sejak awal kedatangan islam di Indonesia yang dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi objek penelitian yang mempelajari islam diwilayah ini (Dhofier, 2011, hlm. 38).

Ketahanan pesantren dalam menghadapi tantangan zaman didukung oleh sistem pendidikan yang mapan, teratur dan unik. Adapun ciri-ciri pendidikan pesantren sebagai berikut :

a. Adanya hubungan yang akrab antara santri dan Kyainya. Kyai sangat memperhatikan santrinya. Hal ini dimungkinkan karena tinggal dalam satu


(22)

7

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kompleks dan sering bertemu baik disaat belajar maupun dalam pergaulan sehari-hari. Bahkan, sebagian santri diminta menjadi asisten Kyai (Khadam). b. Kepatuhan santri kepada Kyai. Para santri menganggap bahwa menentang

Kyai, selain tidak sopan juga dilarang agama; bahkan tidak memperoleh berkah karena durhaka kepadanya sebagai guru.

c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan pesantren. Hidup mewah hampir tidak didapatkan disana. Bahkan sedikit santri yang hidupnya terlalu sederhana atau terlalu hemat sehingga kurang memperhatikan pemenuhan gizi.

d. Kemandirian amat terasa dipesantren. Para santri mencuci pakaian sendiri, membersihkan kamar tidurnya sendiri, dan memasak sendiri.

e. Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan (ukhuwwah islamiyyah) sangat mewarnai pergaulan dipesantren. Ini disebabkan selain kehidupan yang merata dikalangan santri, juga karena mereka harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sama, seperti sholat berjamaah, membersihkan masjid dan ruang belajar, belajar bersama.

f. Disiplin sangat dianjurkan untuk menjaga kedisiplinan ini pesantren biasanya memberikan sanksi-sanksi edukatif.

g. Keperihatinan untuk mencapai tujuan mulia, hlm ini sebagai akibat kebiasaan puasa sunnat, dzikir, dan I‟tikaf, sholat tahajud dan bentuk-bentuk riyadloh lainnya atau menauladani kyainya yang menonjolkan sikap zuhud.

h. Pemberian ijazah, yaitu pencantuman nama dalam suatu daftar rantai pengalihan pengetahuan yang diberikan kepada santri-santri yang berprestasi. Ini menandakan perkenan atau restu Kyai kepada murid atau santrinya untuk mengajarkan sebuah teks kitab setelah dikuasai penuh.

Istilah Pondok Pesantren terdiri dari dua kata yaitu pondok dan pesantren. Definisi pondok dan pesantren yang diberikan Dhofier bahwa ”Pondok” berarti


(23)

8

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata pondok berasal dari bahasa arab “Funduq” yang berati hotel atau asrama. Sedangkan pesantren adalah tempat belajar para santri”. Kata pesantren dalam Ensiklopedi Mini adalah berasal dari kata santri mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang menunjukkan tempat para santri.

Pesantren adalah sebuah kehidupan yang unik, sebagaimana dapat disimpulkan dari gambaran lahiriahnya. Pesantren adalah sebuah kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan disekitarnya. Adapun sedikit uraian kultur dan tata nilai yang unik berbeda dengan lembaga pendidikan pesantren menurut Gus Dur adalah sebagai berikut :

a. konsep pendidikan Pondok Pesantren

Pola kepemimpinan dipesantren bersifat Hirarki seakan seperti kerajaan, yakni kepemimpinan tertinggi dipegang sepenuhnya oleh kyai, sehingga yang sangat berperan penting dalam kepemimpina ini adalah kyai. Namun tidak jarang pesantren saat ini dibantu oleh para ustad dan ustadah serta pengurus pondok pesantren. Kepemimpinan dipesantren pada umumnya bercorak alami. Baik pengembangan pesantren maupun proses pembinaan calon pimpinan yang akan menggantikan pimpinan yang ada, belum memiliki bentuk yang teratur dan tetap. Dalam beberapa hal, pembinaan dan pengembangan seperti itu dapat juga menghasilkan kesinambungan (kontinuitas) kepemimpinan yang baik, namun pada umumnya hasil sedemikian itu tidak tercapai. Akibatnya, sering kali terjadi penurunan kualitas kepemimpinan dengan berlangsungnya pergantian pimpinan dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Pola kepemimpinan ini dapat dikatakan sebagai pola kepemimpinan Kharismatik.

Pada tahap-tahap pertama berkembangnya sebuah pesantren memang diperlukan kepemimpinan dengan sifat-sifat yang demikian itu, namun pada tahap-tahap berikutnya banyak kerugian yang ditimbulkannya, diantaranya:


(24)

9

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Munculnya ketidak pastian dalam perkembangan pesantren bersangkutan karena semua hal bergantung pada keputusan pribadi sang pemimpin.

2. Sulitnya keadaan bagi tenaga-tenaga pembantu (termasuk calon pengganti yang kreatif) untuk mencoba pola-pola pengembangan yang sekiranya belum diterima oleh kepemimpinan yang ada.

3. Pola pergantian pimpinan berlangsung secara tiba-tiba dan tidak direncanakan sehingga lebih banyak ditandai oleh sebab-sebab ilmiyah, seperti meninggalnya sang pemimpin secara mendadak.

4. Terjadinya pembauran dalam tingkat-tingkat kepemimpinan pesantren, antara tingkat lokal, regional, dan nasional.

Hal ini tidak berarti harus dihilangkannya kepemimpinan kharismatis, tetapi menuntut penerapan pola kepemimpinan yang lebih direncanakan dan dipersiapkan sebelumnya, Kharisma yang ada, dengan demikian akan diperkuat dengan beberapa sifat baru yang akan mampu menghilangkan kerugian di atas. Prinsip utama yang digunakan adalah diktum yang sudah lama dikenal kalangan pesantren, yaitu “memlihara hal-hal baik yang telah ada, sambil mengembangkan hal-hal baru

yang lebih baik”.

b. Kultur dan Tata Nilai di Pondok Pesantren

Tata nilai merupakan pondasi untuk membentuk sebuah Kultur atau budaya dipondok pesantren. Pembentukan tata nilai universal dipesantren dilatar belakangi oleh tiga alat utama, yaitu:

pertama, Mobilitas horizontal sekaligus menjadi vertikal dalam tahap-tahap pendidikan seorang santri.

kedua, pertemuan-pertemuan diantara para pengasuh pesantren.

Ketiga, penggunaan literature yang telah diakui bersama dalam pengajaran di pesantren.


(25)

10

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembentukan tata nilai dalam lingkungan pesantren dimasa lampau berjalan homogen, sebagaimana disebutkan, karena adanya ketiga faktor utama yang telah disebutkan diatas. Ada juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu adanya persamaan latar belakang kehidupan para pengasuh pesantren. Adapun nilai utama dipesantren ada tiga, yaitu :

pertama cara memandang kehidupan secara keseluruhan sebagai ibadah. Kedua kecintaan pada ilmu-ilmu agama. Dan

ketiga keikhlasan atau ketulusan bekerja untuk tujuan-tujuan bersama.

Secara bersama, kesemua nilai utama diatas akan membentuk sebuah sistem umum, yang mampu menopang berkembangnya watak mandiri dipesantren.

c. Pesantren secara historis dan definitif

Kurikulum yang berkembang di pesantren pada selama ini memperlihatkan sebuah pola yang tetap. Pola itu dapat diringkas ke dalam pokok-pokok berikut :

a) Kurikulum ditujukan untuk “mencetak” ulama dikemudian hari.

b) Struktur dasar kurikulum itu adalah pengajaran pengetahuan agama dalam segenap tingkatannya dan pemberian pendidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi oleh Kyai/guru.

c) Secara keseluruhan kurikulum yang ada berwatak lentur atau fleksibel, dalam artian setip santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya atau sebagian sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, bahkan pada pesantren yang memiliki sistem pendidikan berbentuk sekolah sekalipun.

Kurikulum telah banyak mengalami perubahan dan berkembang dalam variasi bermacam-macam, namun kesemua perkembangan itu tetap mengambil bentuk pelestarian watak utama pendidikannya sebagai tempat menggembleng ahli-ahli


(26)

11

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

agama yang yang dikemudian hari akan menunaikan tugas untuk melakukan transformasi total atas kehidupan masyarakat ditempat masing-masing. Beberapa jenis kurikulum utama perlu ditinjau sepintas lintas dalam hubungan ini:

a) Kurikulum pengajian nonsekolah, dimana santri belajar pada beberapa orang kyai/guru dalam sehari semalamnya.

b) Kurikulum sekolah tradisional (madrasah salafiyah), dimana pelajaran telah diberikan di kelas dan disusun berdasarkan kurikulum tetap yang berlaku untuk semua santri.

c) Pondok modern, dimana kurikulumnya telah telah bersifat klasikal dan masing-masing kelompok mata pelajaran agama dan non agama telah menjadi bagian integral dari sebuah sistem yang telah bulat dan berimbang.

d. Tujuan pendidikan Pesantren.

Pondok pesantren sebagai “lembaga kultural” yang menggunakan simbol -simbol budaya Jawa; sebagai “agen pembaharuan” yang memperkenalkan gagasan pembangunan pedesaan (rural development); sebagai pusat kegiatan belajar. Masyarakat (centre of community learning); dan juga pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang bersandar pada silabi. (Abdurahman Wahid, 2000 hlm. 223).

Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur sebenarnya bernama Abdurrahman Ad-Dakhil, yang mana diambil dari nama salah seorang pahlawan dari dinasti Umayyah, secara harfiah berarti “sang penakluk”. Gus Dur menggunakan nama ayahnya setelah nama dirinya. Sesuai dengan kebiasaan Arab, ia adalah Abdurahman „putera‟ Wahid, sebagaimana ayahnya, Wahid „putera‟ Hasyim. Beliau lahir tanggal 4 Agustus 1940. Gus Dur memang dilahirkan pada hari keempat bulan kedelapan. Akan tetapi perlu diketahui bahwa tanggal itu adalah menurut kalender Islam, yakni bahwa Gus Dur dilahirkan pada bulan Sya‟ban, bulan ke delapan dalam


(27)

12

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penanggalan Islam. Sebenarnya tanggal 4 Sya‟ban 1940 adalah tanggal 7 September. Gus Dur dilahirkan di Denanyar, dekat kota Jombang, Jawa Timur, dirumah pesantren milik kakek dari pihak ibunya, kyai Bisri Syamsuri. Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Ayahnya adalah seorang pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama, yang bernama KH. Wahid Hasyim. Sedangkan Ibunya bernama Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Dari perkawinannya dengan Sinta Nuriyah, mereka dikarunia empat orang anak, yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh, Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. Dr. Moeslim Abdurrahman mengatakan bahwa Gus Dur adalah Jendela Pemikiran Kaum Santri. Sejak masa kanak-kanak, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Ketika Gus Dur pindah dari yogyakarta kemagelang dan kemudian kejombang, dan tunbuh dari kanak-kanak menjadi remaja, ia mulai secara serius memasuki dua macam dunia bacaan: pikiran sosial Eropa dan novel-novel besar Inggris, Prancis, dan Rusia. Ketika berdiam di Magelang, ia mulai membaca tilisan-tulisan ahli-ahli teori sosial terkemuka di Eropa, kebanyakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, walaupun tidak jarang juga dalam bahasa Prancis dan kadang-kadang dalam bahasa Belanda dan Jerman. Ia membaca apa saja yang diperolehnya. Kadang-kadang ia membawa buku dari perpustakaan ayahnya di Jakarta. Tetapi kadang-kadang ia memperoleh buku dari teman-teman keluarganya yang tahu benar kegemarannya membaca ini. Beliau wafat pada tanggal 30 Desember 2009 dan dimakamkan di Jombang.

K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berasal dari keluarga pesantren, beliau lahir, besar dan berkembang dilingkungan pesantren. Gus Dur adalah intelektual bebas dari tradisi akademik pesantren sehingga tulisan-tulisannya cenderung bersifat reflektif, membumi, terkait dengan dunia penghayatan realitas. Menurutnya pesantren adalah sebagai sebuah subkultur, walaupun penggunaan istilah tersebut masih berupa usaha pengenalan identitas kultur yang dilakukan dari luar kalangan pesantren,


(28)

13

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bukannya oleh pesantren itu sendiri. Sejak tahun 1970-an hingga setidaknya tahun 1980-an, Gus Dur gencar menulis dan memberikan prasaran berbagai masalah yang berkaitan dengan agama, kebudayaan, ideologi, dan modernisasi. Topik yang menarik perhatiannya, adalah mengenai peran dan kedudukan institusi pesantren dalam modernisasi. Tulisan pertamanya yang muncul di media umum, yang dikirimnya dari Jombang adalah mengenai pesantren. Sepanjang dua dekade itu, tulisan dan prasaran Gus Dur tentang pesantren dan berbagai tema yang terkait dengannya tampil gencar ditengah masyarakat.

Perlu ditekankan bahwa pada saat itu pesantren adalah topik yang sangat eksotik dan menarik. Pesantren adalah dunia yang hanya dikenal sepintas lalu. Kehidupannya dianggap eksklusif dan tertutup. Selain itu, masih sedikit sekali laporan-laporan ilmiyah maupun reportase jurnalistik mengenai kehidupan pesantren. Dengan berbagai publikasinya itu, tak salah jika Dr. Moeslim Abdurrahman mengatakan bahwa Gus Dur adalah “jendela pemikiran kaum santri”.

Pemikiran Gus Dur yang sangat cemerlang dalam bidang keagamaan, politik, budaya dan lain sebagainya membuat Gus Dur diingat dan dikenang oleh seluruh masyarakat, khusunya masyarakat Indonesia. Diantara percikan pemikirannya tentang agama, Gus Dur sering berbicara tentang pesantren dalam tulisan-tulisannya. Menurutn Gus Dur dalam bukunya Menggerakan tradisi yang berisi tentang esai-esai pesantren, pesantren adalah sebuah kehidupan yang unik dengan pola kepemimpinan, kultur dan tata nilai yang unik, serta kurikulaum yang berbeda. Gus Dur tidak pernah menulis dalam bentuk buku, oleh karena itu tidak ada buku-buku yang dikarang dan ditulis langsung oleh beliau, akan tetapi Gus Dur selalu menulis dan menuangkan pemikirannya dimajalah, surat kabar, tabloid, Koran dan media publikasi lainnya. Kendati demikian, dengan gaya tulisan dan kemapanan pemikirannya, banyak tulisan Gus Dur yang dijadikan buku. Sebagai salah satu sample adalah buku yang berjudul “ Prisma Pemikiran Gusdur” alasan pertama buku ini diberi judul Prisma Pemikiran Gus Dur karena tulisan-tulisan dalam buku ini berasal dari jurnal Prisma. Kedua,


(29)

14

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena sifat dalam tulisan-tulisan ini yang kontemplatif dan reflektif seakan telah didahului oleh suatu pandangan melalui prisma.

Dari berbagai macam pemikiran Gus Dur terdapat percikan pemikiran tentang pesantren, namun percikan pemikiran tentang pesantren ini pada awalnya juga tidak ditulis dalam bentuk buku, melainkan dimuat di Koran kompas, jurnal pesantren, dan beberapa diantaranya merupakan bahan presentasi diberbagai seminar/pelatihan. Yang kemudian, tulisan tersebut berbentuk buku dengan judul Islamku islam Anda Islam Kita. Salah satu isi dari buku tersebut adalah terdapat 3 elemen utama yang menjadikan anda Islam Kita pesantren sebagai sebuah subkultur. Pertama, pola kepemimpinan di dalamnya yang berada diluar kepemimpinan pemerintahan desa. Kedua, literature universalnya yang terus dijaga selama berabad-abad. Ketiga, sistem nilainya sendiri yang terpisah dari dan diikuti oleh masyarakat luas.

Menarik untuk diamati dan didiskusikan adalah keunikan dipondok pesantren baik dari sistem/pola kepemimpinan, kultur dan tata nilai, serta model pembelajaran dan kurikulum pesantren. Dari sinilah peneliti merasakan adanya inspirasi untuk meneliti pemikiran tokoh terdahulu yang masih relevan dengan realita pendidikan sekarang ini agar bisa dijadikan pedoman bagi para pelaksana pendidikan yang ada dilembaga pendidikan pondok pesantren pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Jadi yang dimakasud dari judul tesis ini, yakni “Konsep Pendidikan Pondok pesantren Menurut K.H. Abdurrahman Wahid adalah konsep (gagasan) pemikiran K.H. Abdurrahman wahid (Gus Dur) tentang pendidikan pondok pesantren. Berpangkal dari latar belakang tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Konsep Pendidikan Pondok Pesantren Menurut KH. Abdurahman Wahid”.

Pondok pesantren sebagai “lembaga kultural” yang menggunakan simbol -simbol budaya Jawa; sebagai “agen pembaharuan” yang memperkenalkan gagasan pembangunan pedesaan (rural development); sebagai pusat kegiatan belajar


(30)

15

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat (centre of community learning); dan juga pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang bersandar pada silabi, yang dibawakan oleh intelektual prolifik Imam Jalaluddin Islam, pendidikan dan masalah sosial budaya Abdurrahman Al-Suyuti lebih dari 500 tahun yang lalu, dalam Itmam al-Dirayah. Silabi inilah yang menjadi dasar acuan pondok pesantren tradisional selama ini, dengan pengembangan “kajian Islam” yang terbagi dalam 14 macam disiplin ilmu yang kita kenal sekarang ini, dari nahwu tata bahasa Arab klasik hingga tafsir al-Qur‟ân dan teks Hadits Nabi. Semuanya dipelajari dalam lingkungan pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam. Melalui pondok pesantren juga nilai ke-Islam-an ditularkan dari generasi ke generasi.

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya segala penelitian baik penelitian kualitatif, kuantitatif dan penelitian pustaka bersumber dari adanya masalah. Masalah adalah lebih dari sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari suatu jawaban. Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan yang ada dalam masalah tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting didalam penelitian, sebab masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari solusinya melalui penelitian. Adapun permasalahan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tujuan pendidikan menurut K. H. Abdurrahman Wahid? 2. Bagaimana proses pendidikan menurut K. H. Abdurrahman Wahid? 3. Bagaimana evaluasi pendidikan menurut K. H. Abdurrahman Wahid?


(31)

16

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsep pendidikan pesantren?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan/atau mengontrol fenomina. Tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua prilaku dan kejadian adalah beraturan dan bahwa semua akibat membunyai penyebab yang dapat diketahui. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menggali dan mengungkapkan serta menjelaskan berbagai masalah yang berkaitan dengan “Konsep Pendidikan Pondok Pesantren Menurut K.H. Abdurrahman Wahid”

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Konsep Pendidikan Pondok Pesantren Menurut K.H. Abdurrahman Wahid

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Pesantren Menurut K.H. Abdurahman Wahid

b. Untuk mengetahui proses pendidikan menurut K.H. Abdurrahman Wahid c. Untuk mengetahui evaluasi pendidikan menurut K.H. Abdurrahman Wahid d. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi K.H. Abdurrahman Wahid

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis ingin memberikan pengetahuan dan wawasan kepada para pemerhati pendidikan agama Islam terutama dalam memperbaharui pendidikan Islam.


(32)

17

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akademisi dan pakar Pendidikan Agama Islam, bahwa pembaharuan Pendidikan Agama Islam di Indonesia sangat perlu dilakukan. Sehingga nantinya antara intelektual dan spiritual dapat berjalan secara kesinambungan dengan baik.

F. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini terbagi menjadi lima bab,dimana masing-masing bab menguraikan masalah yang berbeda. Adapun uraian masalah-masalah tersebut yaitu :

Bab I, Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar balakang penelitian, Rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaatpenelitian/signifikansi,metode penelitian.

Bab II, Menjelaskan tentang Kajian Kepustakaan yang meliputi kajian penelitian terdahulu dan kajian teori.

Bab III, Merupakan uraian tentang Metode Penelitian meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, analisis data, dan tahap penelitian.

Bab IV, Merupakan Penyajian Data dan Analisis Data, meliputi: gambaran obyek penelitian, penyajian dan analisis data, dan pembahasan temuan.


(33)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian (inquiry), menghimpun data,mengadakan dalam rangka ini pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki, kegiatan ini bisa juga dibedakan antara penelitian dasar, terapan dan evaluative, sedangkan berdasarkan fungsinya dibedakan antara penelitian deskriftif, prediktif, dan improftif. Kegiatan pencarian ini bisa juga dibedakan berdasarkan cara atau metode pencarianatau metode penelitian. Metode penelitian merupakan serangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Beberapa penelitian menyebutnya sebagi tradisi penelitian (reasearch traditions).

A. Desain Penelitian

Mengawali bab ini dikemukakan desain penelitian yang merupakan alur pikir dalam sebuah penelitian, yakni langkah-langkah berpikir yang dilakukan peneliti dalam mengkaji masalah yang telah ditentukan pada bab 1. Berangkat dari masalah, peneliti memasuki subjek penelitian dengan menerapkan pendekatan kualitatif non interaktif yaitu peneliti terlibat dengan subjek penelitian secara terus menerus dengan menggunakan suatu analisa dan investigasi terhadap konsep perjalanan sejarah melalui suatu analisis dokumen. Dalam penelitian ini akan dikumpulkan informasi yang berhubungan dengan karya-karya K.H.Abdurahman Wahid atau karya orang lain mengenai K.H. Abdurahman Wahid tentang pendidikan. lain mengenai K.H. Abdurahman Wahid. Oleh sebab itu, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research). Library research adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Catatan yang terkumpul dipilih dan ditandai kemudian ditetapkan sebagai data penelitian. Selanjutnya data


(34)

87

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terkumpul diolah dengan melakukan pemisahan dan penggabungan berdasarkan kesamaan dan perbedaan karakter data yang terkumpul (katagorisasi), kemudian dianalisis dan ditafsirkan (diinterpretasi). Adapun teknik analisis yang digunakan ialah analisis isi (content analysis). Setelah dianalisis dan diinterpretasi, peneliti melakukan diskusi bersama para ahli.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Partisipan penelitian dan tempat penelitian dalam penelitian ini disebut sumber data. Adapun sumber data dalam penelitian ini di kelompokkan menjadi dua kategori, yaitu teks dan konteks. Data berupa teks terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sedangkan data konteks berupa data hasil wawancara kepada ahli. Sumber primer adalah sumber yang berkaitan langsung dengan peristiwa yang sedang diselidiki, seperti buku harian dan wawancara dengan orang yang mengalami peristiwa itu. Sedangkan sumber sekunder seperti buku yang ditulis tentang kejadian tersebut. Proses pengumpulan data dilakukan dengan bahan-bahan dokumen yang ada, yaitu dengan melalui pencarian buku-buku, jurnal dan lain-lain dikatalog dari beberapa perpustakaan dan mencatat sumber data yang terkait yang dapat digunakan dalam studi penelitian ini.

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini ialah:

K.H. Abdurahman Wahid studi pada buku Islamku Islam Anda Islam Kita.

Mengapa dipilih buku itu, karena buku tersebut merupakan warisan intelektual K.H. Abdurahman Wahid yang ditulis oleh beliau sendiri dan keluarganya.

Sumber sekunder, meliputi karya tentang K.H. Abdurahman Wahid yang ditulis orang lain adalah sebagai berikut:

a. Abdurrahamn Wahid, Gus Dur Bertutur ( Jakarta: harian proaksi dan Gus Dur fodation, 2001);

b. Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi, Esai-Esai Pesantren (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2001);


(35)

88

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan; Nilai-nilai Indonesia dan Tranformasi Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institut, 2007);

d. Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, (Jakarta: Darma Bhakti, 1994)

e. Abdurrahman Wahid Gus Dur, NU, dan Masyarakat Sipil (Yogyakarta: LKiS,1994),

C. Pengumpulan Data

Sebagaimana umumnya dalam penelitian kualitatif non interaktif, maka dalam penelitian ini yang menjadi alat pengumpul data utama ialah peneliti itu sendiri melalui metode library research pada buku yang berjudul Islamku Islam Anda Islam Kita(2006). Peneliti membaca buku tersebut berulang-ulang dan menandai kata/ kalimat yang merujuk pada permasalahan penelitian sehingga ditemukannya data penelitian. Prosedur Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pralapangan yang disebut tahap orientasi, tahap pekerjaan lapangan yang disebut tahap eksplorasi, dan tahap evaluasi yang disebut member check. Tahapan tersebut dilakukan sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi: Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini peneliti melakukan orientasi atau pengenalan terhadap struktur masalah yang diteliti beserta aspek dan dimensinya, yaitu konsep pendidikan K.H.Abdurahman Wahid dari buku Islamku Islam Anda Islam Kita (2006). Selain itu, peneliti menyiapkan alat pengumpul data berupa kisi-kisi instrumen dan pedoman wawancara.

2. Tahap Eksplorasi: Pada tahap ini peneliti mulai mempersiapkan diri untuk melakukan penelitian secara intens: berupaya memperoleh data dengan sikap yang lebih selektif, mencari informasi yang relevan. Tahap eksplorasi yang dilakukan dalam penelitian guna mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian. Pada tahap ini


(36)

89

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti mencari sumber data primer dengan cara membaca dan menelusuri pendapat K.H. Abdurahman Wahid yang tertuang dalam karya-karyanya atau buku-bukuya dan mencari sumber sekunder dengan cara menelusuri pendapat tokoh-tokoh yang terdapat kesamaan tema-tema pemikiran dengan K.H.Abdurahman Wahid. Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, penulis melakukan reduksi data (memasukkan data ke dalam kategori tema, fokus), melakukan display data (penyajian data ke dalam sejumlah matrik, yang menunjukkan jalinan pengaruh antarfaktor di dalam proses peristiwa), kemudian melakukan penarikan kesimpulan dan segera digarap oleh peneliti untuk di analisis ke dalam bentuk laporan penelitian. Setelah tahapan di atas selesai, kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penulisan laporan penelitian yang di buat sesuai dengan format pedoman penulisan skripsi yang berlaku di lingkungan Program Pascasarjana UPI Bandung.

3. Tahap Member Check: Tujuan utama dari tahapan ini, antara lain: melakukan konfirmasi terhadap data yang diperoleh dengan mengecek kebenaran data oleh sumber data untuk memberikan tanggapan dan komentar sebagai re-check, melakukan kegiatan yang bersifat triangulasi, yakni menuntaskan kebenaran data dengan meminta tanggapan mengenai kebenaran data yang diperoleh kepada pihak (pakar ahli) yang relevan dan diyakini dapat memberikan informasi, seperti PBNU jawa Barat atau DPC yang ada di Jawa Barat. Namun sebelum melakukan tahap member check, peneliti mengusahakan izin penelitian dengan prosedur: a) mengajukan permohonan pengantar izin kepada Direktur Sekolah PascaSarjana UPI, b) meneruskan permohonan izin penelitian kepada PBNU Kota Bandung / PBNU Jawa Barat. Setelah data terkumpul dan telah diadakan triangulasi, peneliti melakukan pengecekan ulang data atau member check. Member check adalah mengecek kebenaran data dengan cara mengembalikan data tersebut kepada sumber data untuk kemudian diperiksa kebenarannya. Member check merupakan uji kritis


(37)

90

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap data sementara yang telah diperoleh dari lapangan. Setelah peneliti mentranskrip rekaman wawancara atau mencatat hasil wawancara atau menelaah dokumen kemudian mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan memaknai data secara tertulis selanjutnya tahapan yang ditempuh ialah dengan cara:

a. Meminta tanggapan informan data dalam hal ini peneliti terdahulu untuk mencek kebenaran data yang telah disusun, kalau perlu ada tambahan data baru.

b. Mengoreksi dan melengkapi hal-hal yang dirasa masih kurang atau tidak sesuai dengan fokus masalah.

c. Setelah draft utuh disusun berdasarkan catatan dari sumber data, kemudian diberikan kepada pembimbing, teman sejawat, draft utuh ditarik dengan sejumlah catatan yang diperlukan untuk penyempurnaan data dan penyusunan laporan.

Tahap akhir dalam pengumpulan data adalah memeriksa kesesuaian data antara temuan penelitian dengan data yang terhimpun melalui pelacakan terhadap teknik pengumpulan dan analisis data.

Jadi, metode / teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu: library research dan triangulasi dengan melakukan wawancara kepada para ahli. Dalam melakukan pengumpulan data peneliti harus mempersiapkan alat pengumpul data berupa pedoman sebagai acuan dalam pengumpulan data untuk memandu pelaksanaan penelitian. Oleh sebab itu dalam library research, peneliti harus membuat kisi-kisi, yaitu berupa panduan untuk membuat instrumen. Sedangkan dalam melakukan triangulasi, peneliti harus menyiapkan pedoman wawancara yang memuat berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang perlu dikumpulkan. Pedoman wawancara digunakan sebagai pemandu awal yang selanjutnya berkembang lebih luas dan mendalam yang diarahkan kepada fokus


(38)

91

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian yang telah ditetapkan. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian akan dijelaskan oleh tabel di bawah ini!

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Konsep Pendidikan Pondok Pesantren K.H.Abdurahman Wahid (Studi pada buku Islamku Islam Anda Islam Kita (2006))

No. Pertanyaan Teori Indikator Sumber

Data 1. Bagaimanakah

tujuan konsep pendidikan Pondok Pesantren

K.H.Abdurahman Wahid pada buku Islamku Islam Anda Islam Kita (2006)?

Teori tentang Tujuan Pendidikan.

Ada beberapa jenis tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Langeveld (dalam Sadulloh, 2007, hlm.80), yaitu:

a. Tujuan umum/ tujuan akhir/ tujuan total, berupa

kedewasaan

b. Tujuan khusus (pengkhususan dari tujuan umum) berupa penjabaran manusia dewasa c. Tujuan insidental/

 Arah  Maksud  Sasaran  Rencana  Visi  Capaian

Buku yang berjudul Islamku Islam Anda Islam Kita (2006)


(39)

92

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tujuan sesewaktu, yang menyangkut suatu peristiwa khusus

d. Tujuan sementara, berupa langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum

e. Tujuan tak

lengkap,

berkenaan dengan salah satu aspek pendidikan

f. Tujuan intermedier, melayani tujuan pendidikan yang lain.

Dalam Pasal 3 UU No.20 Tahun 2003

tentang Sistem

Pendidikan Nasional dikatakan:

“Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan


(40)

93

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka

mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan

pendidikan di atas ialah secara makro yang menyangkut taraf hidup manusia yang ingin dicapai oleh suatu masyarakat,

yaitu bangsa


(41)

94

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penjabaran tujuan pendidikan nasional menghasilkan hierakhi tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut.

a. Tujuan pendidikan nasional, bersifat

umum dan

merupakan tujuan global dari setiap usaha pendidikan yang dilakukan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003; b. Tujuan

institusional, berarti tujuan yang hendak dicapai oleh institusi yakni sekolah, di mana

tujuan ini

dihubungkan dengan tujuan

umum dalam

bentuk kompetensi lulusan setiap


(42)

95

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jenjang

pendidikan yang mencakup standar kompetensi

pendidikan dasar, menengah,

kejuruan, dan jenjang

pendidikan tinggi; c. Tujuan kurikuler, ialah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi tertentu sehingga masing-masing mata pelajaran berbeda-beda tujuannya; d. Tujuan

instruksional/ tujuan

pembelajaran, ialah penjabaran khusus dari tujuan kurikuler di mana akan terdapat suatu kompetensi khusus yang akan


(43)

96

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dicapai siswa setelah

pembelajaran, yang biasanya meliputi

kompetensi dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan instruksional/ tujuan

pembelajaran dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu Tujuan

Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan

Instruksional Khusus (TIK). Namun sekarang berubah nama menjadi Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) dan Tujuan


(44)

97

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Khusus (TPK). TPU merupakan tujuan suatu pokok bahasan dari suatu bidang studi/ mata pelajaran yang diajarkan di suatu lembaga

pendidikan.

Sedangkan TPK merupakan

penjabaran dari TPU.

2. Bagaimanakah proses konsep pendidikan Pondok pesantren K.H.Abdurahman Wahid pada buku Islamku Islam Anda Islam Kita (2006)?

Teori tentang Proses Pendidikan, yang di dalamnya terdapat komponen pendidikan yang lain seperti:

a. Pendidik b. Anak didik c. Alat Pendidikan d. Situasi Pendidikan e. Lingkungan Pendidikan

 Kegiatan  Pelaksanaan  Program  Perubahan  Peristiwa  Cara

Buku yang berjudul Islamku Islam Anda Islam Kita (2006)


(45)

98

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

evaluasi konsep pendidikan Pondok Peantren K.H.Abdurahman Wahid pada buku Islamku Islam Anda Islam Kita (2006)?

Pendidikan.

Evaluasi pendidikan meliputi kegiatan mengukur dan menilai.

Prosedur dalam

mengadakan evaluasi oleh Rusyan (1992, hlm. 213) dapat dibagi kepada beberapa langkah, diantaranya:

1) perencanaan

(menetapkan tujuan evaluasi, aspek-aspek yang harus dinilai, metode evaluasi, alat-alat evaluasi, dan kriteria evaluasi) 2) pengumpulan data, 3) verifikasi data, 4) analisis data, dan 5) penafsiran data.  Menilai  Membandingkan  Membuat keputusan berjudul Islamku Islam Anda Islam Kita (2006)

4. Adakah kendala untuk mengembangkan konsep pendidikan Pondok Pesantren K.H.Abdurahman Wahid pada buku

Teori tentang Kendala

Pendidikan dan

Analisis SWOT

(Strength, Weaknesses,

Opportunities, Threats) yaitu teori tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

 Kelemahan  Hambatan  Tantangan  Rintangan

Buku yang berjudul Islamku Islam Anda Islam Kita (2006)


(46)

99

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Islamku Islam Anda Islam Kita (2006)?

Dari teori inilah maka dapat dirumuskan kendala pendidikan.

D. Analisis Data

Analisis data merupakan langkah yang terpenting dalam suatu penelitian. Setiap data yang dikumpulkan dari lapangan ditulis dalam uraian terperinci dan membentuk data. Mengingat data itu begitu banyak dan beragam, maka data yang terkumpul dibuat reduksi data, yang dilakukan dengan membuat abstraksi yaitu rangkuman data inti. Kemudian dipilih, dan difokuskan pada hal-hal yang penting dan berkaitan dengan konsep pendidikan K.H. Abdurahman Wahidyang menjadi fokus penelitian ini. Selanjutnya data dipilih dan dikatagorisasi yaitu dengan melakukan pemisahan dan penyatuan dari data yang terkumpul berdasarkan karakter persamaan dan perbedaan karakter data penelitian, lalu diberi kode (coding). Jadi, data yang telah diperoleh akan dianalisis pada tahap ini sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencari dan menemukan serta menyusun transkrip wawancara, catatan-catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti sehingga diharapkan peneliti dapat meningkatkan pemahamannya tentang data yang terkumpulkan dan memungkinkannya menyajikan data tersebut secara sistematis guna menginterpretasikan dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni proses mengumpulkan dan menyusun secara baik data-data yang didapatkan melalui dokumen dokumen K.H. Abdurahman Wahid tentang konsep pendidikan. Adapun analisis data yang digunakan peneliti mengadaptasi analisis data model Miles and Huberman yang terdiri dari data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Untuk mempermudah


(47)

100

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti dalam proses menganalisis data penelitian ini, maka peneliti menggunakan Analisis Data Model Interaktif adalah sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data reduction adalah mengurangi data yang tidak penting sehingga data yang terpilih dapat diproses ke langkah selanjutnya. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau menyajikan data. Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang telah didapatkan dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka dikelompokkan.

3. Conclusion Drawing/Verification (Simpulan/Verifikasi)

Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Simpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Simpulan dalam penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti. Berkaitan dengan itu maka, analisis data dalam penelitian ini merupakan sebuah proses untuk mencari serta menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari analisis dokumen karya-karya K.H. Abdurahman


(48)

101

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wahid dengan cara mengorganisir data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kepola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah membuat pernyataan umum mengenai saling kait-mengkaitnya kategori yang ditemukan dari data dalam mengembangkan pola-pola tesebut, peneliti merekonstruksi data ke dalam kategori, kemudian menemukan pola-polanya. Mengingat tujuan akhir penelitian ini adalah menemukan konsep pendidikan K.H. Abdurahman Wahid dengan metode library research pada buku yang berjudul “Islamku Islam Anda Islam Kita (2006), setelah membaca dan memahami data secara mendalam dan dituntun oleh teori yang dijadikan acuan penelitian, peneliti melakukan interpretasi/menafsirkan data hingga menemukan konsep-konsep pendidikan K.H. Abdurahman Wahid, lalu membandikan dengan teori tujuan pendidikan, proses pendidikan, evaluasi pendidikan, dan kendala pendidikan. Berdasarkan analisis tersebut dapat dilahirkan konsep pendidikan K.H. Abdurahman Wahid.


(49)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN 1. Secara Umum

Dari hasil kajian antara bagaimana pemikiran Gus Dur terkait dengan persolan dunia pendidikan pesantren dari sudut pandang KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

sebagai seorang santri, Ulama‟(lahir dan besar dari -komunitas- pesantren) dengan

cirri khasnya sebagai seorang tokoh yang memperjuangkan kebebasan berfikir (liberasi pemikiran) dan memperjuangkan kelompok minoritas dan Hak Asasi Manusia (HAM), sekaligus sebagai tokoh propembaharuan (modernis) dapat disimpulakan bahwa:

1. Pandangan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang Modernisasi, liberasi pemikiran dan Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) sebagaimana berikut: a. Abdurrahman Wahid memaknai modernisme bukan sebagai kesatuan

untuh, statis dan tidak bisa dipertemukan dengan budaya, tradisi dan nilai- nilai etis lain yang selama ini dianggap berlawan. Akan tetapi Gus Dur mengartikan modenisme merupakan sebuah perubahan entitas (baru) yang dilatar belakangi sekaligus dimotori oleh semangat tradisionalitas. Artinya dengan kata lain Gus memaknai modernisme sebagai sebuah pendangan hidup positif yang selalu ingin berubah dengan memanfaatkan sekaligus mengembangkan spirit yang ada

b. Secara definitif Abdurrahman Wahid tidak melakukan pemakmaan terhadap liberasi pemikiran yang memiliki makna sebuah sikap merasa bebas untuk berfikir dan mengeluarkan pendapat serta merdeka tanpa harus terikat pada sebuah bentuk pengetahuan dan otoritas manapun. Liberasi pemikiran juga biasa disebut dengan lompatan pemikiran yang cepat bereaksi sebagaimana awalnya yang dipakai dalam istilah kimia yakni


(50)

180

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

reaksi cepat secara massif. Namun dengan berbagai gerakan intelektual dan lompatan-lompatan pemikiran yangdianggap melampaui batas tradisionalnya membuat Abdurrahman Wahid sebagai sosok pemikir liberalis. Tidak takut dengan cap tersebut, bahkan sosok Gus Dur justru sanggup memberikan sintesis terhadap konstruk pemikiran liberal sebagai pola yang tidak selamanya dianggap „berbahaya‟ dan menjadi ancaman bagi kepentingan status quoAgama. Dengan pemikiran semacam ini, Gus Dur mampu merepresentasikan diri sebagai sosok yang sanggup berdiri diatas dua kaki yang selama ini dinggap tidak pernah bersatu.

c. Nilai kemanusiaan atau biasa disebut dengan kata Humanisme bagi Gus Dur merupakan bentuk pengakuan atas martabat kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi, kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Nilai kemanusiaan menjadi common platform bagi bertemunya segala bentuk peradaban yang melatarbelakanginya, baik suku, bahasa, ras maupun agama. Dalam konteks ini tidak jarang bila Abdurrahman Wahid kemudian melakukan kritik yang tajam atas bentuk-bentuk pengamalan agama yang sebenarnya justru dianggapnya melanggar dari nilai kemanusiaan, karena banginya secara subtansial Agama sendiri sangat menghargai dan membawa misi kemanusiawian

2. Dalam buku “Menggerakkan Tradisi” Abdurrahman Wahid melalui esai dan

prasaran-prasarannya terhadap dunia pendidikan pesantren seperti yang terkumpul dalam buku “Menggerakkan Tradisi” berusaha menepis dan mengklarisikasi semua pandangan yang mengatakan pesantrn sebagai sarang kejumudan. Bagi Gus “pesantren sangat dinamis, bisa berubah dan mempunyai dasar yang kuat untuk ikut mengarahkan dan menggerakkan perubahan yang diinginkan”, mungkin dalam konteks ini kita harus memahami dan memposisikan tradisi pesantren secara konprehesif ditengah derasnya arus modernism Berangkat dari optimisme yang besar terhadap


(1)

184

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tradisi pendidikan pesantren yang lillahi ta‟ala harus dikembangkan dan dipelihara. Karena lembaga pendidikan selain pesantren hanya berorientasi pada materi, sehingga sikap ikhlas, tawadhu‟, taat tidak ada dalam pendidikan umum. Pesantren harus mengorientasikan pada ilmu-ilmu agama jangan sampai mengadopsi ilmu-ilmu umum. Karena semua sudah ada bagian-bagiannya sendiri. Jangan sampai pesantren disamakan dengan pendidikan umum. Independensi pesantren harus tetap dijaga.

3. Modernitas yang dikembangkan di Barat sangat tidak cocok bila diterapkan dalam pesantren. Pesantren harus tetap memegang tradisinya. Ini tidak berarti pesantren tidak peduli dengan perubahan, tetapi bagaimana melakukan penyesuaian yang sesuai dengan norma – norma agama islam.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Sehubungan dengan uraian di atas, maka arah perkembangan pendidikan pesantren diperkirakan akan berjalan menempuh bentuk-bentuk sebagai berikut :

a. Tetap berbentuk lama, yaitu sebagai pendidikan non-formal, khusus mendalami ilmu-ilmu agama, yang menekankan pentingnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari, bersumber dari penilaian para ahli fikih dan sufistik dari abad ke-7 s/d 13 M dengan kitab-kitab klasik keagamaan.Tampaknya bentuk itu secara murni dan konsekuen sudah tidak memadai lagi untuk dipertahankan, tetapi beberapa nilai tertentu masih amat penting untuk dipertahankan dan bahkan perlu dikembangkan. Misalnya keikhlasan, kesederhanaan, kebersamaan, dan moral keberagamaan sebagai pedoman dalam hidup keseharian.

b. Berbentuk tetap sebagai pendidikan non-formal dibidang agama tetapi dilengkapi dengan berbagai keterampilan, dengan catatan bahwa bidang studi keagamaan juga terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan pemikiran dalam Islam. Jadi, tidak hanya terbatas pada sumber-sumber literatur klasik


(2)

185

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu terbatas pada fikih-sufistik saja, tapi perlu dilengkapi dengan filsafat dan pemikiran-pemikiran baru dalam Islam sesuai dengan perkembangan zaman. Tampaknya bentuk ini akan dapat bertahan terus, tapi kelemahannya ia tidak mampu mengakomodasikan perkembangan ilmu dan teknologi termasuk ilmu-ilmu agama secara teoritis dimasa-masa mendatang. Bentuk kedua ini berarti pesantren lebih menjadi lembaga pemakai ilmu daripada sebagai lembaga pengembang ilmu.

c. Berbentuk seperti alternatif kedua ditambah dengan penyelenggaraan pendidikan formal, baik madrasah maupun sekolah umum, sebagaimana sekarang ini berlaku: Pesantren, madrasah, sekolah umum, bahkan perguruan tinggi hidup dalam satu kampus pesantren. Bentuk seperti ini diperkirakan akan dapat bertahan di masa-masa depan, karena dengan demikian akan saling mengisi kekurangan masing-masing. Pesantren sebagai jenis pendidikan non-formal bertugas menggarap bidang nilai yang dalam hal ini sebagai lembaga tafaqquh fiddin dan pengamalan agama, sementara pendidikan formal (madrasah dan sekolah umum) yang berperan menggarap bidang ilmu. Dengan kata lain, bentuk yang ketiga ini adalah: pendidikan formal diselenggarakan dalam lingkar budaya pesantren. Tetapi dengan alternatif ketiga ini pesantren akan tetap menjadi pendidikan non-formal, yang hidup berdampingan dengan pendidikan formal.

d. Berubah menjadi bentuk pendidikan formal yang mempelajari khusus ilmu-ilmu agama, dalam pengertian sebagaimana disebut dalam alternatif pertama didepan. Bentuk ini kiranya tidak dapat dipertahankan karena ilmu-ilmu yang diajarkan kurang memadai dengan kebutuhan.

e. Berubah menjadi alternatif keempat ditambah dengan ilmu-ilmu pengetahuan umum dan ilmu-ilmu agama yang diajarkan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pemikiran dalam Islam. Jadi, dalam alternatif kelima ini pengajaran ilmu-ilmu agama menjadi mayoritas, sedang ilmu pengetahuan


(3)

186

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

umum menjadi minoritas. Alternatif kelima ini sama dengan sekolah-sekolah percobaan yang diadakan oleh Departemen Agama yang disebut "Madrasah Plus" yang sekarang berubah menjadi "Madrasah Keagamaan".

f. Berubah menjadi bentuk pendidikan formal, sebagaimana alternatif kelima diatas, akan tetapi dengan perbandingan terbalik: 70% akal (ilmu pengetahuan umum atau metode berpikir), 30% moral (agama).


(4)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Baso, A. (2006), NU Studies, Jakarta: PT. Erlangga

Barton, G. (2002). Biografi Gusdur The authorized Biography Of Abdurrahman

Wahid, Yogyakarta: LKIS.

Departemen Agama RI, ( 2006 ). Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI

tentang Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam.

Departemen Agama RI, (2007). Direktori Pesantren, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam

Deni, K. (2008), Seluk Beluk Profesi Guru, Bandung: PT. Pribumi Mekar Dhofier, Z. (1994), Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES.

Djabir, A. R. (2002), Etika Pendidikan dan Tradisi Pesantren, Jakarta: Mizan Hanun, A. (2001), Sejarah Pendidikan Islam, Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu. Ibrahim, A. (2003), Syariat Islam. Jakarta: PT. Insan Cemerlang.

Kuhn, T. (2008), Peran Paradigma Dalam Revolusi Sciens. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.

Langgulung, H. (2000), Asas–Asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra

Mahfud, S. (2011), Solusi Hukum Islam, Surabaya: PBNU

Mahfud, M. (2003), Demokrasi Dan Konstitusi Di Indonesia, Jakarta: PT. Adi Maha satya.

Moleong, L.J. (2009), Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muctar, A. (2012 ), Ulum Al Quran, Bandung: Makrifat Media Utama. Muctar, A. (2012), Makrifat Al Rosul. Bandung: Makrifat Media Utama.


(5)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mukafi, A. ( 2014 ), Gusdur itu Wali, Jakarta: PT. Renebook.

Mudyaharjo, R. (2012). Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Permana, J. (2013). Penelitian Kualitatif, Bandung: Rizqi Pres

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd.( 2011/06/02). Peranan Pesantren dalam Pendidikan karakter

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. Strategi Pengembangan Pendidikan berbasis Nilai Etika dan Budaya

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. Strategi Pembangunan Bidang Pendidikan untuk Mewujudkan Pendidikan Bermutu.

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. Membangun Profesionalisme Guru Berbasis Nilai Bahasa Santun,Bagi Pembinaan Kepribadian Bangsa yang Bijak.

Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud. Ph.D.(2010).Memahami Agama Damai Dunia Pesantren. Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Purwanegara, D. (2011). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Dea Art Pustaka.

Risalah. (1431). Edisi 14 tahun III. PBNU.

Ruswandi, H. (2009), Kehidupan Pada Masa Pra-Indonesia Zaman Pergerakan, Bandung: PT. Setia Purna Inve.

Saifudin, E. (1991), Ilmu Filsafat Dan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu. Sukiyadi, D. (2006), Kurikulum Dan Pembelajaran, Bandung: UPI Pres. Shidik, S. (2012), Ushul Fiqih, Jakarta: PT. Inti Media Cipta nusantara. Tafsir, A. (1994), Filsafat Umum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Titus, (1984), Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta: PT. Bulan Bintang


(6)

Hendar Priatna, 2015

KONSEP PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN MENURUT K.H. ABDURAHMAN WAHID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Usaman, S.(2001), Hukum Islam, Jakarta: PT. Gaya Media Pratama.

Wahab, R. (2004), Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Bandung: Alfabeta. Wahid, A. (2001), Menggerakkan Tradisi. Yogyakarta: LKis Yogyakarta. Wahid, A. (2000), Prisma Pemikiran Gusdur. Yogyakarta: LKiS.

Wahid, A. (2010), Menjawab Kegelisahan Rakyat, Jakarta: Kompas. Waini, R. (2009), Filsafat Pendidikan, Bandung: UPI Press.

Waini, R. (2014), Pedagogik Teoritis Dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.