PERBANDINGAN PROFIL KONDISI FISIK ATLET CABANG OLAHRAGA SEPEDA NOMOR MOUNTAIN BIKE DOWN HILL KABUPATEN BANDUNG BARAT DAN JAWA BARAT.

(1)

Daftar Pustaka

Aschraft. 2011. Elbow and Arm Guards. [Online]. Tersedia: http://unrealcycles.com. [14 Agustus 2012]

Ashok. 2008. Test Your Phsical Fitness. India: Kalpaz Publications

Belmont. 2011. Ringankan Gangguan Pencernaan dengan Sit Up. [Online]. Tersedia: http://4.bp.blogspot.com [14 Agustus 2012]

Benedict, K. 2009. Giant Faith Mountainbike. [Online]. Tersedia: http://www.bikerumor .com [20 Agustus 2012]

Benedict, K. 2009. Mongoose Ritual Dirt. [Online].

Tersedia:http://www.bikerumor.com. [14 Agustus 2012]

Borg. 2011. Ergocycle. [Online]. Tersedia: http://www.idass.com. [14 Agustus 2012]

Budiman. 2008. Jenis - Jenis MTB. [Online]. Tersedia: http://myboedhenk. blogspot.com [07 - Desember 2011].

Dan. 2012. Push Up Exercise. [Online]. Tersedia: http://www.thefatlossninja.com [14 Agustus 2012]

Eccles. 2011. Down Hill Mountain Biking. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org [05 Oktober 2011].

Effendi. 1983. Fisiologi Kerja Dan Olahraga Serta Peranan Tes Kerja (Exercise test) Untuk Diagnostik. Bandung. Alumni

Fraenkel. 2011. Sepeda Mountainbike Giant. [Online]. Tersedia: http://www. Bicyclehq .com.au [20 Agutus 2012]

Gall. 2011. Elbow Guards. [Online] Tersedia: http://www.moruyabicycles.com. [14 Agustus 2012]

Giam dan Teh. 1988. Sports Medicine Exercise and Fitness. Singapura : PG Publishing.

Ginanjar. 2011. Sejarah Sepeda Downhill. [Online]. Tersedia: http: //sepeda. sportku.com [05 oktober 2011]

Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta : C.V. Tambak Kusuma.


(2)

Hernantoro, E. 2009. Anatomy Mountainbike. [Online]. Tersedia: http://3.bp.blogspot.com [13 Agustus 2012]

http://books.google.co.id [05-Oktober 2011]

Jenson.2009. Helm Full Face. [Online]. Tersedia: http://www.jensonusa.com [13 Agustus 2012]

Jenson.2011. Knee Shin Guard. [Online]. Tersedia: http://www.jensonusa.com [14 Agustus 2012]

Khalis, I. 2011. Bikemania Seabrek Manfaat Luar Biasa Bersepeda bagi Kesehatan. Jogjakarta : FlashBooks.

Kloosterman. 2011. Hockey Squat Jump. [Online]. Tersedia: http://site.hockeytrain.com [14 Agustus 2012]

Komite Olahraga Nasional Indonesia. 2007. Ikatan Sport Sepeda Indonesia. [Online]. Tersedia:http://www.koni.or.id. [07 Desember 2011]

Lehi. 2009. Leg Dynamometer. [Online]. Tersedia: http://www.mcsport.ie/product _images/asstak002_M.jpg . [14 Agustus 2012]

Lopes dan McCormack. 2011. Mastering Mountain Bike Skill. [Online]. Tersedia: Mclean, A. 2011. MTB Body Armor Adult Knee Shin Guard. [Online]. Tersedia:

http://motorcycleridergear.com [14 Agustus 2012]

Med, Dr. 2010. Push and Pull Dynamometer. [Online]. Tersedia: http://www. sportstek.net [14 Agustus 2012]

Millas, A. 2010. Complete Guide to Downhill Mountain Biking Part 1. [Online]. Tersedia: http://www.bikeradar.com. [14 Agustus 2012]

Millas, A. 2010. Teknik Drop Off. http://cdn.mos.bikeradar.com [14 Agustus 2012]

Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nugroho, A. 2009. Jenis Helm BMX. [Online].

Tersedia:http://a4.sphotos.ak.fbcdn.net [14 Agustus 2012]

Nugros, A. 2011. Kupas Tuntas Sepeda. Yogyakarta: Dunia Buku Publisher. Nurhasan dan Hasanudin. 2007. Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung :


(3)

Nurhasan. 2008. Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang-Cabang Olahraga. Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

Pierce. 2011. Sepatu Cleat. [Online]. Tersedia: http:/ /syndromexcfiles.word press.com [ 14 Agustus 2012]

Puliti, B. 2011. Mountaibike XC. [Online]. Tersedia: http://0.tqn.com/ [22 Agustus 2012]

Reid, G. 2011. Joe Breeze Di Masa Mudanya Dengan Sepeda The Breezer Series. [Online]. Tersedia: http://cdn.sportku.com [11 Agustus 2012]

Ricco. 2011. Scott Pro Air Motocross Goggles Metric. [Online]. Tersedia: http://www.bukalapak.com [14 Agustus 2012]

Ridwan. 2011. Sepeda Downhill Di Era Kemunculannya. [Online]. Tersedia: http://cdn.sportku.com [12 Agustus 2012]

Riffle, D. 2010. Pedal Sepeda Clipless. [Online]. Tersedia: http://dirt.mpora.com [14 Agustus 2012]

Ruli, A. 2009. Sarung Tangan Full Finger. [Online]. Tersedia:http://img1.toko bagus.com [13 Agustus 2012]

Ruli, A. 2009. Sarung Tangan Half Finger. [Online]. Tersedia: http://img853. imageshack.us/img853/1905/shortwhite.jpg [13 Agustus 2012]

Sajoto, M. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Sherman. 2010.Chest Protector. [Online]. Tersedia: http://t1.gstatic.com [14 Agustus 2012]

Sidik dan Karjono. 2007. Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung : FPOK UPI.

Sie. 1975. Concepst of Sport Sciences. Jakarta: Pusat Ilmiah Keolahragaan KONI Skinner. 2011. Pressure Suit Body Armor. [Online]. Tersedia:

http://www.babawheels.com [14 Agustus 2012]

Steven, A. 2010. Kacamata Sepeda Road Bike. [Online]. Tersedia: http://3.bp. blogspot.com [14 Agustus 2012]

Tanujaya, D. 2009. Helm Mountainbaike XC. [Online]. Tersedia: http://mtb.sepeda-euro.com [13 Agustus 2012]

Wellen. 2011. Flexometer. [Online]. Tersedia: http://www.microfit.com. [14 Agustus 2012]


(4)

Wither. 2010. Biker Reviews. [Online]. Tersedia: http://bikereviews.com/wp-content /uploads [23 Agustus 2012]


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepeda merupakan alat transportasi roda dua yang sudah ada sejak awal abad 18. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, sepeda tidak hanya digunakan sebagai alat transportasi saja, tetapi digunakan sebagai sarana berolahraga.

Bersepeda bisa membuat tubuh menjadi lebih sehat dan bugar. Seperti yang dikemukakan Giam dan Teh (1988: 30) bahwa :

Olahraga sepeda merupakan salah satu cabang olahraga aerobik yang yang selama pelaksanaannya membutuhkan konsumsi oksigen. Oleh karena itu bersepeda sangat bermanfaat untuk menjaga dan meningkatkan kebugaran jantung, paru-paru, sirkulasi darah, otot, tulang dan sendi. Saat bersepeda pengendara sepeda duduk dan tidak membawa atau memikul beban, sehingga bersepeda direkomendasikan untuk orang-orang yang mempunyai lemak berlebih atau yang mempunyai masalah medis pada tulang atau sendi-sendi anggota tubuh bagian bawah seperti pinggul, lutut, dan pergelangan kaki.

Sepeda diklasifikasikan menjadi tujuh jenis berdasarkan macam dan fungsinya, yaitu : 1) Sepeda gunung (mountain bike). Sepeda jenis ini digunakan untuk lintasan off-road dengan rangka yang kuat, dan memiliki suspensi depan maupun suspensi di bagian belakangnya; 2) Sepeda jalan raya (cyclocross). Sepeda ini digunakan untuk balap jalan raya. Bobot keseluruhan ringan ban halus untuk mengurangi gesekan dengan jalan; 3) Sepeda BMX (bicycle motocross). BMX merupakan kependekan dari bicycle moto cross. Sepeda jenis ini di adopsi dari jenis balapan sepeda moto cross. Sepeda jenis ini digunakan untuk atraksi


(6)

lompatan maupun atraksi lainnya, dan biasanya digunakan untuk balapan di lintasan; 4) Sepeda mini. Biasanya, sepeda mini ini termasuk dalam kelompok sepeda anak-anak, baik beroda dua maupun beroda tiga; 5) Sepeda angkut. Beberapa jenis sepeda yang termasuk dalam kelompok ini adalah sepeda kumbang, sepeda pos, atau sepeda yang mempunyai gerobak pada bagian belakangnya. Sesuai dengan namanya, sepeda ini sering dipakai oleh penggunanya untuk mengangkut barang-barang; 6) Sepeda lipat. Sepeda ini merupakan jenis sepeda yang bisa dilipat, sehingga bisa dibawa ke mana-mana dengan mudah; 7) Sepeda balap. Sepeda balap memiliki model handler setengah lingkaran. Sesuai dengan nama dan bentuknya, sepeda ini memang secara khusus sering digunakan untuk balapan.

Pada penelitian ini penulis lebih mengkonsentrasikan terhadap sepeda Mountain Bike (MTB) downhill, Lopes dan McCormack (2010) menjelaskan:

Downhill races bike want to flow down rought trails. They’re perfect for riders who prefer speed rather tha violence and jumping to back side rather than landing flat. You can cetainly sprint to clear a gap, but think twice before you tackle that 10-mile (16 km) climb. Burly frames with 7 or more inches (18 cm) of travel handle speed well and endure a decent pounding. But they wont endure stunts as long as purpose-built freeride bike.

Dalam kutipan di atas dijelaskan bahwa sepeda balap downhill digunakan untuk menuruni bukit dengan jalur yang terjal. Sepeda seperti ini cocok untuk para pembalap sepeda yang memilih kecepatan. Sepeda downhill ketika melakukan lompatan dalam melewati rintangan disarankan mendarat menggunakan roda bagian ban belakang terlebih dahulu agar keseimbangan tetap terjaga.


(7)

Dari Wikipedia (2011) diperoleh keterangan mengenai Mountain Bike yaitu:

Mountain bike Downhill is a gravity – assisted time trial mountain biking event. Riders races againts the clock, usually starting at intervals of 30 seconds (seeded from slowest to fastest), on course which tipically take two to five minute complete. Riders come from all around the world. Riders are timed with equipment similiar to that usedin down hill skiing. The placing is determined by the fastest time to complete the course; race are often won by margin of under a second. As the name of dicipline implies, Downhill race are held on steep, down hill terrain, resulting in high speed descent, and with extended air time off jump and other obstacles.

Kutipan di atas diartikan sebagai berikut:

Pertandingan sepeda gunung yang dicatat berdasarkan waktu (Time Trial). Para pembalap berlomba mendapatkan waktu tercepat untuk mendapatkan posisi start. Biasanya interval atau jarak antara pembalap adalah 30 detik (urutan pembalap diurutkan berdasarkan dari yang paling lambat sampai yang paling cepat), alat penghitung catatan waktu sama dengan downhill ski. Penempatan pemenang ditentukan oleh pembalap yang dapat menempuh lintasan dengan waktu tercepat. peraturan permainan downhill ini yaitu diadakan di tempat atau daerah yang curam, di bukit, para pembalap harus menuruni bukit atau lintasan dengan kecepatan yang tinggi, melompat dan melewati rintangan yang ada pada lintasan.

Olahraga Sepeda MTB downhill termasuk salah satu jenis balapan sepeda competitive atau race cycling, yaitu olahraga kompetisi yang bertujuan untuk mengejar prestasi. Atlet sepeda downhill Jawa Barat memiliki lebih banyak prestasi yang diraih maupun pengalaman yang pernah dilakukan karena lebih sering mengikuti event atau kejuaraan baik yang bertaraf nasional maupun


(8)

internasional, dibandingkan dengan atlet sepeda downhill daerah seperti Kabupaten Bandung Barat yang belum banyak pengalaman dalam mengikuti event atau kejuaraan. Maka dari itu penulis ingin membandingkan atlet sepeda downhill Jawa Barat dan Kabupaten Bandung Barat dari segi kondisi fisiknya.

Kondisi fisik yang baik bagi seorang atlet merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan dan penting sekali dalam mencapai prestasi tinggi. Di samping itu, kondisi fisik yang baik merupakan kunci keberhasilan dalam berbagai cabang olahraga. Dalam hal ini Harsono (1988: 153) mengatakan bahwa “Sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi”, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet.

Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun banyak yang melakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa, keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila kita sampai pada masalah status kondisi fisik. Menurut Sajoto (1988: 16): “Latihan kondisi fisik perlu mendapat perhatian yang serius direncanakan secara matang dan sistematis sehingga tingkat kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional alat-alat tubuh lebih baik”.

Selanjtnya Sajoto (1988: 78) menegaskan bahwa: “Setiap cabang olahraga memerlukan status kondisi fisik yang bervariasi”. Seorang atlet angkat berat


(9)

memerlukan kondisi fisik yang berbeda dengan atlet sepak bola. Cabang olahraga sepeda memiliki karakteristik berbeda dengan cabang olahraga yang lainnya. Dalam cabang olahraga sepeda dituntut agar atletnya mampu mengayuh sepeda secepat-cepatnya dengan jarak yang telah ditentukan dan penguasaan teknik yang baik untuk melewati rintangan agar terciptanya akselerasi yang maksimal. Oleh karena itu Harsono (1988: 204) menegaskan di dalam tabel komponen fisik beberapa anggota tubuh yang diperlukan dalam cabang olahraga sepeda yaitu: “(1) Kekuatan otot punggung, (2) kekuatan otot dan daya tahan otot lengan, (3) kekuatan otot, daya tahan otot, agilitas, kelentukan, dan power tungkai.

Berkaitan dengan hal tersebut, Harsono (1988: 153) menjelaskan bahwa: Kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan sistem organisme tubuh antara lain berupa :

1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.

2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina dan komponen kondisi fisik lainnya.

3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.

4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.

5. Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikin diperlukan.

Selanjutnya Sidik, D et al. (2007: 61) menjelaskan bahwa:

Secara umum ada 4 unsur komponen-komponen fisik dasar yang perlu dilatih dan dikembangkan secara bertahap sesuai porsi latihannya

1. Kekuatan (Strenght) 2. Kelentukan ( Flexibility) 3. Kecepatan (Speed) 4. Daya tahan (Endurance)

Pengertian keempat komponen fisik dasar di atas adalah:

1. Kekuatan, adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan (Sidik, 2007: 61).


(10)

2. Kelentukan, adalah kemampuan gerak dalam ruang gerak sendi yang seluas-luasnya (Sidik, 2007: 70). Sedangkan penjelasan kelentukan menurut Rushall dan Pyke (1990: 273) adalah “Flexibility is an important characteristic for human performance because it governs the range of movement that is used in a technique and the length of the movement over which forces can be generated”. 3. Kecepatan, adalah “kapasitas gerak dari anggota tubuh atau bagian dari sistem pengungkit tubuh atau kecepatan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu singkat” (Dick dalam Sidik, 2007: 73).

4. Daya tahan, adalah kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif lama (Sidik, 2007: 77).

Pemilihan komponen fisik ini disesuaikan dengan kebutuhan bagi cabang olahraga sepeda secara umum, sebab kriteria cabang olahraga sepada pada umumnya adalah power endurance. Power itu sendiri adalah gabungan antara kekuatan (strength) dan kecepatan (speed), seperti yang dijelaskan Harsono (1988: 176) bahwa: “Power adalah hasil dari kekuatan dan kecepatan”. Wilmore pun menjelaskan dalam (Harsono. 1988: 199) bahwa power adalah: “...product of force and velocity”. Sedangkan endurance itu sendiri menurut Harsono (1988: 155) adalah: “Keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut”. Peneliti menyimpulkan bahwa power endurance adalah kemampuan otot dalam melakukan kontraksi yang kuat dan cepat dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dalam melakukan pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan.


(11)

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan penjelasan pada latar belakang di atas, maka penulis mencoba mengemukakan suatu permasalahan yang akan menjadi dasar penelitian. Adapun masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar perbandingan kekuatan maksimal otot lengan dan otot tungkai atlet sepeda downhill Kabupaten bandung Barat dan Jawa Barat?

2. Seberapa besar perbandingan daya tahan otot lengan, otot perut, otot tungkai, dan cardiovascular atlet sepeda downhill Kabupaten bandung Barat dan Jawa Barat?

3. Seberapa besar perbandingan kekuatan maksimal power otot tungkai atlet sepeda downhill Kabupaten bandung Barat dan Jawa Barat?

4. Seberapa besar perbandingan kecepatan maksimal sepeda downhill Kabupaten bandung Barat dan Jawa Barat?

5. Seberapa besar perbandingan kelentukan atlet sepeda downhill Kabupaten bandung Barat dan Jawa Barat?

C. Tujuan Penelitian

Dalam segala bentuk kegiatan, tujuan merupakan dasar pemikiran yang paling utama. Tanpa adanya tujuan suatu kegiatan tidak akan berjalan lancar. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar perbandingan kekuatan maksimal otot lengan dan otot tungkai atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat dan Jawa Barat.


(12)

2. Untuk mengetahui seberapa besar perbandingan daya tahan otot lengan, otot perut, otot tungkai, dan cardiovascular atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat dan Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui seberapa besar perbandingan kekuatan maksimal power otot tungkai atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat dan Jawa Barat. 4. Untuk mengetahui seberapa besar perbandingan kecepatan maksimal sepeda

downhill Kabupaten Bandung Barat dan Jawa Barat.

5. Untuk mengetahui seberapa besar perbandingan kelentukan atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat dan Jawa Barat.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan didapat temuan-temuan yang nantinya mempunyai manfaat yang berguna, adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi dan tambahan pembendaharaan pengetahuan umum

khususnya bagi para pembina, pelatih, dan atlet olahraga sepeda MTB downhill.

2. Sebagai bahan masukan dalam usaha memberikan gambaran dan sebagai acuan bagi para pengajar, pelatih, dan pembinaan olahraga sepeda.

E. Batasan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini hanya terbatas pada beberapa permasalahan saja. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perluasan makna dalam penelitian, sehingga sasaran serta tujuan dalam penelitian ini tercapai.


(13)

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengungkap pentingnya peranan tingkat kondisi fisik khususnya cabang

olahraga sepeda MTB downhill Jawa Barat.

2. Mengungkap gambaran tingkat kondisi fisik atlet cabang olahraga sepeda nomor MTB downhill Jawa Barat.

Instrumen atau alat ukur yang digunakan adalah tes dan pengukuran keolahragaan yang meliputi tes : Hand Dynamometer, Leg Dynamometer, Push Up, Sit Up, Squat Jump, Vertical Jump, Lari 50 meter, Flexometer, Astrand 6 minutes cycle.

3. Populasi dan sampel penelitian ini di tetapkan oleh penulis atlet nomor sepeda MTB downhill Jawa Barat dan Kabupaten Bandung Barat yang mengikuti penelitian ini.

F. Anggapan Dasar

Perkembangan olahraga sepeda downhill di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang dan menunjukan perkembangan yang terus meningkat. Hal ini dibuktikan dengan banyak dilaksanakannya event-event sepeda dan dibentuknya Pengcab di berbagai daerah yang memiliki potensi untuk olahraga sepeda downhill ini. Salah satu indikator lainnya adalah peningkatan prestasi atlet sepeda downhill dalam mengikuti kejuaraan-kejuaraan baik tingkat nasional maupun internasional.

Dalam tingkat nasional, tim sepeda gunung atau Mountain Bike Jawa Barat berhasil memenangkan tiga medali emas dari empat medali yang dipertandingkan dalam PON 2012 Riau (dikutip dari Sportku.com). Atlet Jawa Barat Chandra


(14)

Rafsazani berhasil merebut medali perak dan perunggu dalam event tersebut. Dalam event lain, atlet downhill Jawa Barat Agus Suherlan berhasil merebut podium juara Shimano National Downhill UKDI series 2 tahun 2012 (dikutip dari Sportku.com). Sedangkan dalam event internasional, tim atlet Mountain Bike Jawa Barat pernah mengikuti kejuaraan Asia MTB di Khatmandu Nepal pada tahun 2011 lalu. Selain yang dijelaskan di atas, masih banyak lagi event nasional maupun internasional yang diikuti atlet downhill Jawa Barat.

Dibalik pencapaian prestasi tersebut tentunya ada faktor penunjang untuk pencapaian prestasi tersebut, salah satunya adalah faktor kondisi fisik. Seperti yang dijelaskan oleh Sajoto (dalam Sidik, 2007: 5) bahwa “Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Dilihat dari pencapaian prestasi yang diraih oleh atlet downhill Jawa Barat yang tentu lebih banyak daripada atlet downhill dari berbagai daerah, maka penulis mempunyai anggapan dasar bahwa kondisi fisik atlet downhill Jawa Barat secara umum lebih baik daripada kondisi fisik atlet downhill Kabupaten Bandung Barat.

G. Hipotesis

1. Kekuatan maksimal otot lengan dan otot tungkai atlet sepeda downhill Jawa Barat lebih baik daripadaatlet sepeda downhill Kabupaten bandung Barat 2. Daya tahan otot lengan, otot perut, otot tungkai, dan cardiovascular atlet Jawa


(15)

3. Power otot tungkai atlet sepeda downhill Jawa Barat lebih baik daripada atlet sepeda downhill Kabupaten bandung Barat

4. Kecepatan maksimal sepeda downhill Jawa Barat lebih baik daripada atlet sepeda downhill Kabupaten bandung Barat

5. Kelentukan atlet sepeda downhill Jawa Barat lebih baik daripada atlet sepeda downhill Kabupaten bandung Barat

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, adapun penjelasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Profil. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005: 897), artinya adalah

“Gambaran”.

2. Kondisi fisik, menurut penjelasan Sajoto (dalam Sidik, 2007: 51), “Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditawar-tawar-tawar lagi”.

Ada 4 unsur komponen-komponen fisik dasar yang perlu dilatih dan dikembangkan secara bertahap sesuai porsi latihannya

a. Kekuatan (Strenght)

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan (Sidik, 2007: 61)

b. Kelentukan ( Flexibility)

Kelentukan adalah kemampuan gerak dalam ruang gerak sendi yang seluas-luasnya (Sidik, 2007: 70).


(16)

c. Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah “kapasitas gerak dari anggota tubuh atau bagian dari sistem pengungkit tubuh atau kecepatan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu singkat” (Dick dalam Sidik, 2007: 73).

d. Daya tahan (Endurance)

Daya tahan adalah kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif lama (Sidik, 2007: 77).

3. Atlet menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005: 75), atlet adalah “olahragawan (terutama yang memerlukan kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan)”.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode adalah salah satu cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan untuk membuktikan sesuatu atau untuk mencari sebuah jawaban.

Dalam setiap melakukan penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuakan dengan masalah serta tujuan penelitian tersebut. Dalam hal ini metode penelitian sangat penting dalam pelaksanaan, pengumpulan, dan analisis data.

Metode penelitian menjelaskan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian, teknik penelitian dan alat-alat yang digunakan dalam mengumpulkan data. Dengan demikian, metode penelitian meliputi prosedur dan teknik penelitian. Dalam hal ini Arikunto (2006: 160) menjelaskan bahwa: “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya”. Terdapat beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan

oleh para peneliti untuk memecahkan suatu permasalahan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, penjelasan mengenai metode penelitian deskriptif dikemukakan oleh Sudjana dan

Ibrahim (2001: 64) bahwa: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha


(18)

Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Hal serupa dikemukakan oleh Arikunto (2006: 309) bahwa: “Metode

deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi sebagai suatu gejala yang ada, yaitu gejala yang apa adanya pada saat

penelitian dilakukan”.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang berfokus pada deskripsi peneliti pada saat kegiatan berlangsung, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menyimpulkan dan menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang atau yang nampak dalam situasi tertentu

B. Desain Penelitian

Untuk memperlancar proses penelitian maka perlu dilakukan langkah-langkah yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Desain penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan setiap langkah-langkah penelitian yang akan diambil agar proses penelitian berjalan sesuai dengan prosedur yang benar dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, desain penelitian yang digunakan adalah seperti yang tertera pada halaman 44.


(19)

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Dalam desain penelitian ini, hal yang pertama dilakukan adalah observasi. Peneliti melakukan observasi ke mess atlet sepeda downhill jawa barat yang berada di Lembang pada tanggal 5 Mei 2012. Setelah itu peneliti bertemu dengan pelatih sepeda downhill jawa barat yaitu Pak Abdurrahman untuk meminta izin pengambilan data kondisi fisik para atletnya.

Bentuk test yang di lakukan terhadap atlet sepeda Downhill Kabupaten Bandung Barat sama dengan bentuk tes yang dilakukan terhadap atlet sepeda Downhill Jawa Barat, yaitu: Hand Dynamometer, Leg Dynamometer, Push Up, Sit Up, Squat Jump, Vertical Jump, Lari 50 meter, Flexometer, Astrand 6 minutes cycle.

Pada tanggal 5 Juni 2012 peneliti mengambil data kondisi fisik atlet sepeda downhill jawa barat ke KONI Jabar. Kemudian dilanjutkan dengan mendatangi atlet sepeda downhill kabupaten bandung barat untuk meminta izin

OBSERVASI

PENGAMBILAN DATA POPULASI DAN TES KONDISI FISIK

ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA


(20)

melakukan pengetesan kondisi fisik. Sedangkan tes tersebut dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2012 di kampus FPOK UPI lantai 3 dan track lari stadion upi.

Setelah semua tes selesai dilakukan, selanjutnya peneliti menganalisis data dan membandingkan hasil tes kondisi fisik atlet Jawa Barat dengan Kabupaten Bandung Barat.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini, untuk memecahkan masalah diperlukan adanya data. Data diperoleh dari objek penelitian atau populasi yang diselidiki. Populasi dalam suatu penelitian merupakam kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum dalam hal ini Arikunto (2006: 130) menjelaskan bahwa “Populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet sepeda MTB downhill sebanyak 4 orang, yaitu terdiri dari 2 orang atlet Jawa Barat dan 2 orang atlet Kabupaten Bandung Barat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Hal ini

sesuai dengan yang dikatakan Arikunto (2006: 131) mengatakan : “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Mengingat jumlah sampel yang

kurang dari 100 yaitu 4 orang, maka teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel total, yaitu semua objek tersebut diambil sebagai responden.

Hal ini berkiblat berdasarkan pendapat Arikunto (1989: 7) yaitu “Sekedar


(21)

D. Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian, untuk mencapai keberhasilan maka dperlukan alat ukur untuk mendapatkan data, seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:

203) bahwa “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Berdasarkan penjelasan di atas, alat ukur atau instrumen tes yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Hand Dynamometer, Leg Dynamometer, Push Up, Sit Up, Squat Jump, Vertical Jump, Lari 50 meter, Flexometer, Astrand 6 minutes cycle.

Adapun lebih lanjut mengenai instrument penelitian diatas dan pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Hand Dynamometer

Gambar 3.1

(Pull and Push Dynamometer) Tujuan : Mengukur komponen kekuatan otot lengan Alat : Push Dynamometer dan Pull Dynamometer


(22)

Pelaksanaan :

a. Push Dynamometer

Orang coba berusaha menekan alat dengan kedua tangan secara bersama-sama sekuatnya, kemudian alat tersebut menunjuk besarnya dari kemampuan menekan orang coba tersebut.

b. Pull Dynamometer

Orang coba berusaha menarik alat tersebut dengan kedua tangan dengan arah brlawanan sekuat-kuatnya pada alat tersebut dapat terlihat besarnya kemampuan menarik dari orang tersebut. Tiap-tiap orang coba diberi kesempatan masing-masing dua kali percobaan.

2. Leg dynamometer

Gambar 3.2 Leg Dynamometer Tujuan : Mengukur kekuatan otot tungkai Alat : Leg dynamometer

Pelaksanaan : Orang coba memakai pengikat pinggang, kemudian berdiri dengan membengkokan kedua lututnya hingga bersudut ± 45º, lalu alat ikat pinggang tersebut dikaitkan pada Leg Dynamometer. Setelah itu orang coba


(23)

berusaha sekuat-kuatnya meluruskan kedua tungkainya, lalu kita lihat jarum alat tersebut menunjukkan angka berapa. Angka ini menyatakan besarnya kekuatan otot tungkai orang tersebut.

Skor : Besarnya kekuatan otot tungkai yang dapat dilihat dari alat tersebut. Angka yang ditunjukan oleh jarum alat tersebut menyatakan besarnya kekuatan otot tungkai tersebut yang diukur.

3. Push Up

Gambar 3.3 Gerakan Push Up

Tujuan : Mengukur komponen daya tahan lokal otot lengan dan bahu (Extensor)

Alat/ fasilitas : Bidang yang datar Pelaksanaan :

Orang coba berbaring dengan sikap telungkup kedua tangan dilipat disamping badan. Kedua tangan menekan lantai dan diluruskan, sehingga badan terangkat, sedangkan sikap badan dan tungkai merupakan garis lurus. Setelah itu diturunkan dengan cara membengkokan lengan pada siku, sehingga dada menyentuh lantai.


(24)

Lakukan gerak tersebut secara berulang-ulang dan konstan sampai orang coba tak dapat mengangkat badannya lagi

Skor : jumlah gerakan Push Up yang benar yang dapat dilakukan oleh orang tersebut.

4. Sit Up

Gambar 3.4 Gerakan Sit Up

Tujuan : Untuk mengukur komponen daya tahan otot perut Alat/ fasilitas : Matras

Pelaksanaan : Orang coba tidur terlentang, kedua tangan saling berkaitan di belakang kepala, kedua kaki dilipat sehingga membentuk sudut 900, seorang pembantu memegang erat-erat kedua pergelangan kaki orang coba dan menekannya pada saat orang coba bangun. Orang coba berusaha bangun sehingga berada dalam sikap duduk dan kedua siku dikenakan pada kedua lutut dan kemudian dia kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan ini secara berulang-ulang sampai orang coba tidak mampu mengangkat badannya lagi, perhatikan agar sikap tungkai selalu membentuk sudut 900 pada waktu melakukan sit up. Skor : Jumlah gerakan sit up yang betul yang dapat dilakukan orang coba.


(25)

5. Flexometer

Gambar 3.5 Alat Ukur Flexometer Tujuan : Mengukur komponen fleksibilitas

Alat :

a. Pita ukuran b. Matras

c. Alat pengukur fleksi (Flexometer)

Pelaksanaan : Orang coba berdiri tegak di atas alat ukur dengan kedua kaki rapat dan kedua ujung ibu jari kaki rata dengan pinggir alat ukur. Badan dibungkukkan ke bawah, tangan lurus. Renggutkan badan ke bawah perlahan-lahan sejauh mungkin, kedua tangan menelusuri alat ukur dan berhenti pada jangkauan terjauh.

Skor : Jarak jangkauan yang terjauh yang dapat di capai oleh orang coba dari dua kali percobaan, yang di ukur dalam centimeter.

6. Lari 50 meter


(26)

Alat : a. Stopwatch b. Meteran

c. Lintasan 50 meter d. Pluit

e. Bendera start

Pelaksanaan : Orang coba berdiri di blakang garis start, dengan sikap start melayang. Pada aba-aba “ya” ia berusaha lari secepat mungkin mencapai finish. Tiap orang coba diberikan kesempatan dua kali percobaan.

Skor : Jumlah waktu tempuh yang terbaik dari dua kali percobaan.

7. Squat-jumps

Gambar 3.6 Squat-Jumps

Tujuan : Mengukur komponen daya tahan otot tungkai Alat : Sebidang datar atau ruangan

Pelaksanaan : Orang coba berada pada sikap setengah jongkok dengan salah satu kakinya berada di depan sedangkan kedua tangan saling berkaitan diletakkan di belakang kepala, pandangan ke depan. Orang coba melompat ke atas sehingga kedua tungkai lurus, lalu mendarat dengan berganti kaki ke depan dan ke


(27)

belakang, dengan posisi sikap setengah jongkok (half squat). Lakukan gerakan ini berulang-ulang dengan sikap kaki bergantian, sampai orang coba tidak dapat melompat lagi secara sempurna seperti ketentuan tersebut di atas.

Skor : Jumlah gerakan Squat-Jumps yang sempurna yang dapat dilakukan oleh orang coba.

8. Astrand 6 minutes cycle

Gambar 3.7

Test Astrand 6 minutes cycle

Tujuan : Untuk mengukur jumlah VO2max dalam tubuh

Alat :

a. Cycle ergometer

b. Pengukur denyut nadi (heart rate) c. Stop watch

Pelaksanaan:

a. Atur cycle ergometer dengan pengaturan kursi dan pegangan yang benar. b. Pilih berat beban untuk permulaan test yang sesuai dengan usia subjek seperti


(28)

Tabel 3.1 Astrand Test Loading Wattages

Umur Laki-laki ( Watt ) Perempuan ( Watt)

Dibawah 35 100-150 100-125

35-55 100-125 75-100

Diatas 55 75-100 50-75

1 watt sama dengan 3600 J/hr atau 6.11829727787 kg-m/min, jadi apabila Pemilihan berat beban yang terendah atau yang tertinggi akan bergantung pada berat badan subjek dan tingkat kebugarannya. Beban yang dipilih harus bisa menaikkan denyut nadi sampai stabil pada kisaran 130-160 bpm.

c. Kayuh cycle ergometer pada kecepatan 60 rpm selama enam menit. Periksa denyut nadi pada setiap menitnya. Denyut nadi harus stabil pada kisaran 130-160 bpm.

d. Jika setelah dua menit denyut nadi tidak mencapai target, tambah lagi beban sebesar 25 Watt.

e. Pada akhir menit ke enam, catat denyut nadi dan besarnya beban yang digunakan.

f. Gunakan Astrand-Ryhming Nomogram untuk menentukan VO2.

g. Kalikan nilai VO2 dengan 1000 dan bagi dengan berat badan subjek untuk

mendapatkan nilai VO2 max. Di bawah ini rumus untuk mendapatkan

VO2max:

�2 (�/ min ) 1000 ()

��� ℎ� ( �) = �2 �� ( − �


(29)

Gambar 3.8

Astrand-Ryhming Nomogram ( Sumber: Ashoke, 2008 )


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari hasil penelitian hasil penilaian masing-masing item tes adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan maksimal otot lengan atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat sama dengan Jawa Barat, sedangkan kekuatan maksimal otot tungkai atlet sepeda downhill Jawa Barat lebih baik dibandingkan Kabupaten Bandung Barat.

2. Daya tahan otot lengan, otot perut, dan cardiovascular atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat sama dengan Jawa Barat, sedangkan daya tahan otot tungkai atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat lebih baik dibandingkan Jawa Barat.

3. Power otot tungkai atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat lebih baik dibandingkan Jawa Barat.

4. Kelentukan atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat lebih baik dibandingkan Jawa Barat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat merumuskan saran-saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu :.

1. Kepada segenap pelatih dan pembina olahraga sepeda downhill untuk lebih memperhatikan, meningkatkan, dan memelihara kondisi fisik atlet-atletnya.


(31)

2. Kepada atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat disarankan untuk lebih meningkatkan latihan terutama pada komponen kondisi fisik yang masih kurang.

3. Kepada atlet sepeda downhill Jawa Barat disarankan untuk lebih meningkatkan latihan terutama pada komponen kondisi fisik yang masih kurang, karena level atlet provinsi harus lebih tinggi dibandingkan dengan atlet daerah.


(32)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Penelitian ... 8

F. Anggapan Dasar ... 9

G. Hipotesis ... 10

H. Definisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 13

A. Sejarah Perkembangan Sepeda Gunung Downhill ... 13

B. Perkembangan Olahraga Sepeda di Indonesia ... 16

C. Jenis-Jenis Sepeda Gunung ... 18

D. Perlengkapan untuk Bersepeda ... 23


(33)

F. Kondisi Fisik ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Metode penelitian ... 42

B. Desain penelitian ... 43

C. Populasi dan sampel ... 45

D. Instrumen penelitian ... 46

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 55

A. Pengolahan dan analisis data ... 55

B. Deskripsi Masing-Masing Tes ... 55

C. Kondisi Fisik secara Keseluruhan ... 85

D. Diskusi penemuan ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 98


(1)

53

Roni Ferdiansah, 2012

Perbandingan Profil Kondisi Fisik Atlet Cabang Olahraga Sepeda Nomor Mountain Bike Donhill Kabupaten Bandung Barat Dan Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.1 Astrand Test Loading Wattages

Umur Laki-laki ( Watt ) Perempuan ( Watt)

Dibawah 35 100-150 100-125

35-55 100-125 75-100

Diatas 55 75-100 50-75

1 watt sama dengan 3600 J/hr atau 6.11829727787 kg-m/min, jadi apabila Pemilihan berat beban yang terendah atau yang tertinggi akan bergantung pada berat badan subjek dan tingkat kebugarannya. Beban yang dipilih harus bisa menaikkan denyut nadi sampai stabil pada kisaran 130-160 bpm.

c. Kayuh cycle ergometer pada kecepatan 60 rpm selama enam menit. Periksa denyut nadi pada setiap menitnya. Denyut nadi harus stabil pada kisaran 130-160 bpm.

d. Jika setelah dua menit denyut nadi tidak mencapai target, tambah lagi beban sebesar 25 Watt.

e. Pada akhir menit ke enam, catat denyut nadi dan besarnya beban yang digunakan.

f. Gunakan Astrand-Ryhming Nomogram untuk menentukan VO2.

g. Kalikan nilai VO2 dengan 1000 dan bagi dengan berat badan subjek untuk

mendapatkan nilai VO2 max. Di bawah ini rumus untuk mendapatkan

VO2max:

�2 (�/ min ) 1000 ()

��� ℎ� ( �) = �2 �� ( − �


(2)

54

Roni Ferdiansah, 2012

Perbandingan Profil Kondisi Fisik Atlet Cabang Olahraga Sepeda Nomor Mountain Bike Donhill Kabupaten Bandung Barat Dan Jawa Barat

Gambar 3.8

Astrand-Ryhming Nomogram ( Sumber: Ashoke, 2008 )


(3)

92

Roni Ferdiansah, 2012

Perbandingan Profil Kondisi Fisik Atlet Cabang Olahraga Sepeda Nomor Mountain Bike Donhill Kabupaten Bandung Barat Dan Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari hasil penelitian hasil penilaian masing-masing item tes adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan maksimal otot lengan atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat sama dengan Jawa Barat, sedangkan kekuatan maksimal otot tungkai atlet sepeda downhill Jawa Barat lebih baik dibandingkan Kabupaten Bandung Barat.

2. Daya tahan otot lengan, otot perut, dan cardiovascular atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat sama dengan Jawa Barat, sedangkan daya tahan otot tungkai atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat lebih baik dibandingkan Jawa Barat.

3. Power otot tungkai atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat lebih baik dibandingkan Jawa Barat.

4. Kelentukan atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat lebih baik dibandingkan Jawa Barat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat merumuskan saran-saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu :.

1. Kepada segenap pelatih dan pembina olahraga sepeda downhill untuk lebih memperhatikan, meningkatkan, dan memelihara kondisi fisik atlet-atletnya.


(4)

93

Roni Ferdiansah, 2012

Perbandingan Profil Kondisi Fisik Atlet Cabang Olahraga Sepeda Nomor Mountain Bike Donhill Kabupaten Bandung Barat Dan Jawa Barat

2. Kepada atlet sepeda downhill Kabupaten Bandung Barat disarankan untuk lebih meningkatkan latihan terutama pada komponen kondisi fisik yang masih kurang.

3. Kepada atlet sepeda downhill Jawa Barat disarankan untuk lebih meningkatkan latihan terutama pada komponen kondisi fisik yang masih kurang, karena level atlet provinsi harus lebih tinggi dibandingkan dengan atlet daerah.


(5)

Roni Ferdiansah, 2012

Perbandingan Profil Kondisi Fisik Atlet Cabang Olahraga Sepeda Nomor Mountain Bike Donhill Kabupaten Bandung Barat Dan Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Penelitian ... 8

F. Anggapan Dasar ... 9

G. Hipotesis ... 10

H. Definisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 13

A. Sejarah Perkembangan Sepeda Gunung Downhill ... 13

B. Perkembangan Olahraga Sepeda di Indonesia ... 16

C. Jenis-Jenis Sepeda Gunung ... 18

D. Perlengkapan untuk Bersepeda ... 23


(6)

Roni Ferdiansah, 2012

Perbandingan Profil Kondisi Fisik Atlet Cabang Olahraga Sepeda Nomor Mountain Bike Donhill Kabupaten Bandung Barat Dan Jawa Barat

F. Kondisi Fisik ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Metode penelitian ... 42

B. Desain penelitian ... 43

C. Populasi dan sampel ... 45

D. Instrumen penelitian ... 46

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 55

A. Pengolahan dan analisis data ... 55

B. Deskripsi Masing-Masing Tes ... 55

C. Kondisi Fisik secara Keseluruhan ... 85

D. Diskusi penemuan ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 98