Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono T1 132009047 BAB IV

(1)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Theresiana Salatiga, dengan mengambil subjek penelitian di kelas XI. Diperoleh subjek penelitian sebanyak 19 siswa berusia 15-18 tahun, yang memiliki permasalahan yang sama yaitu berkaitan dengan perilaku kenakalan remaja pada kategori tinggi dan sedang. Kemudian dari 19 siswa tersebut dibagi secara acak menjadi dua kelompok yaitu 10 siswa kelompok eksperimen yang terdiri 4 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan, dan 9 siswa kelompok kontrol yang terdiri dari siswa 5 laki-laki dan 4 siswa perempuan.

Tabel 4.1

Sebaran kategori perilaku kenakalan remaja pre test pada kelompok eksperimen (1) dan kelompok kontrol (2)

No Kelompok Pre test

Skor Kategori

1 1 155 Tinggi

2 1 118 Sedang

3 1 103 Sedang

4 1 107 Sedang

5 1 101 Sedang

6 1 164 Tinggi

7 1 101 Sedang


(2)

9 1 143 Tinggi

10 1 118 Sedang

11 2 109 Sedang

12 2 105 Sedang

13 2 114 Sedang

14 2 104 Sedang

15 2 117 Sedang

16 2 169 Tinggi

17 2 124 Sedang

18 2 102 Sedang

19 2 154 Tinggi

Berdasarkan tabel Sebaran kategori perilaku kenakalan remaja pre test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diatas, diketahui bahwa dari jumlah sembilan belas siswa terdapat enam siswa yang melakukan perilaku kenakalan remaja pada tingkat kategori tinggi yaitu empat siswa pada kelompok eksperimen dan dua dikelompok kontrol. Sementara itu pada kategori sedang ada tiga belas siswa yaitu enam siswa pada kelompok eksperimen dan tujuh siswa di kelompok kontrol.

4.2 Pelaksanaan penelitian

4.2.1 Perijinan

Langkah awal yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian adalah memohon surat ijin penelitian terlebih dahulu. Surat ijin penelitian ini nantinya digunakan untuk wawancara, observasi, menyebarkan instrumen untuk pre test dan pemberian layanan serta post test. Surat ijin diberikan, dikeluarkan dan ditandatangani oleh dekan FKIP-UKSW pada tanggal 3 Agustus 2012.


(3)

Setelah peneliti mendapatkan surat ijin tersebut peneliti ke SMA Theresiana Salatiga pada tanggal 6 Agustus 2012 untuk memohon ijin pula melakukan penelitian. Peneliti memperoleh ijin maka penelitian dapat dilaksanakan.

4.2.2 Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan beberapa kali yaitu wawancara dengan guru, observasi, setelah itu melakukan pre test dan post test dengan menyebar skala perilaku kenakalan remaja yang terdiri dari 57 item pertanyaan dan subjek memberi tanda cek (√) pada salah satu alternatif jawaban yang telah diberikan yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Kemudian setelah skala terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.5 for windows.

Dari hasil pengolahan dan analisis diketahui terdapat 19 siswa yang melakukan perilaku kenakalan remaja pada tingkat tinggi dan sedang. Kemudian dari 19 siswa tersebut dibagi dalam dua kelompok secara acak yaitu 10 siswa menjadi kelompok eksperimen dan 9 siswa menjadi kelompok kontrol. Untuk menguji apakah antara kelompok kontrol dan eksperimen tidak ada perbedaan maka dilakukan uji homogenitas pada kedua kelompok. Adapun hasil uji homogenitas kedua kelompok dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(4)

Tabel 4.2

Ranks

10 10.80 108.00

9 9.11 82.00

19 KLOMPOK

kelEKS kelKNTROL Total NTILES of PRNAKAL

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

37.000 82.000 -.810 .418 .549a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asy mp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

NTILES of PRNAKAL

Not corrected f or ties. a.

Grouping Variable: KLOMPOK b.

Dari hasil analisis data, diperoleh mean rank pada kelompok eksperimen 10.80 dan pada kelompok kontrol 9.11 dengan perolehan sig 0.418, ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen karena p ≥ 0,050. Kedua kelompok pada keadaan homogen, jadi penelitian dapat dilanjutkan.

Setelah uji homogenitas kedua kelompok dilakukan, kemudian penelitian dilanjutkan. Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar bagaimana caranya memecahkan permasalahan terkait kenakalan yang telah dilakukan dengan harapan siswa bersedia mereduksi perilaku kenakalan yang selama ini mereka


(5)

lakukan dengan menyadarkan diri masing-masing melalui pemahaman tentang diri dan melihat bagaimana sudut pandang keluarga/ orang tua, guru/ sekolah serta masyarakat disaat melihat perilaku kenakalan tersebut.

Setelah pemberian layanan selesai dilaksanakan, pengumpulan data masih terus berlanjut. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perubahan pada siswa setelah adanya layanan. Dengan panduan observasi dan wawancara dengan guru, peneliti mengumpulkan data kembali. Selain itu peneliti juga melakukan test tahap kedua yaitu post test pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan eksperimen.

4.2.3 Tahap Kegiatan

Dalam tahap kegiatan, layanan bimbingan diberikan pada siswa/ subjek kelompok eksperimen. Pemberian layanan bimbingan dengan menggunakan strategi intervensi sosiodrama, terkait beberapa tema yaitu mengenai perilaku kenakalan remaja, bentuk dan dampaknya, kemudian mengenai pemahaman diri dan pemahaman sudut pandang orang lain (keluarga, sekolah, masyarakat dalam menanggapi kenalakan remaja). Disini siswa juga diberikan pengalaman bagaimana caranya agar dapat menyesuaikan diri dan bergaul dengan baik.

Tabel 4.3

Outline Rancangan Bimbingan dengan Teknik Sosiodrama

No Topik Tujuan Indikator

pencapaian

Bentuk kegiatan

1. Perilaku kenakalan

 Siswa dapat menjelaskan

 Siswa mampu menyebutkan

Diskusi, sosiodrama


(6)

remaja pengertian perilaku kenakalan remaja  Siswa dapat

menyebutkan jenis-jenis perilaku kenakalan remaja  Siswa dapat

menjelaskan dampak-dampak perilaku kenakalan remaja bagi diri sendiri, keluarga, sekolah

 Siswa dapat mengeskpresikan diri tentang perilaku kenakalan remaja melalui drama dan menjelaskan apa itu perilaku kenakalan, jenis-jenis dan dampaknya, dalam diskusi kelompok  Siswa mampu

memainkan peranannya dengan baik

Alokasi waktu : 2 x 50 Menit

2. Aku dan perilaku-ku (Pemahaman diri)

 Siswa dapat menjelaskan/ mengungkapkan pengetahuan akan diri sendiri (pemahaman diri)  Siswa dapat katarsis

diri melalui kegiatan sosiodrama

 Siswa mampu menguraikan dan menjelaskan tentang keadaan diri sendiri dengan baik  Siswa mampu

memainkan peranan sebagai diri sendiri dengan baik dan penuh percaya diri Diskusi, sosiodrama Alokasi waktu : 2x 45 menit

3. Aku, keluarga, sekolah, dan pergaulanku

 Siswa dapat menjelaskan/ mengungkapkan keberadaan diri dan keluarga

 Siswa dapat menjelaskan  Siswa mampu menjelaskan keadaan diri sendiri, keluarga, sekolah dan pergaulan Sosiodrama, diskusi Alokasi waktu : 2x45 menit


(7)

hubungan antara keberadaan diri dengan sekolah  Siswa dapat

menjelaskan hubungan antara keberadaan diri dengan lingkungan/ pergaulan

 Siswa dapat katarsis diri melalui kegiatan bermain peran dengan baik  Siswa mampu mengekspres ikan diri, memainka sosiodrama dengan baik.

4 Cara

menyesuaika n diri dengan lingkungan.

 Siswa dapat menjelaskan dan menyebutkan cara menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan.  Siswa dapat

menyesuaikan diri dengan baik.

 Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskana cara menyesuaiak an diri dengan lingkungan Tanya jawab, diskusi Alokasi waktu : 1x45 menit

5. Cara bergaul yang baik

 Siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan cara bergaul yang baik.  Siswa dapat

mengekspresikan diri dalam drama mengenai cara bergaul yang baik.  Siswa dapat bergaul

dengan baik.

 Siswa mampu menyebutkan dan

menjelaskan cara bergaul yang baik.  Siswa mampu

memainkan peranannya dengan baik dan penuh percaya diri.  Siswa mampu

bergaul dan memiliki pergaulan yang baik misal dengan Tanya jawab, sosiodrama, diskusi Alokasi waktu : 1x60 Menit


(8)

tidak ikut-ikutan merokok, membolos, minum-minuman keras,

berkelahi, dll.

Kegiatan bimbingan terbagi dalam beberapa tahap dan pertemuan dengan topik yang berbeda, adapun bentuk kegiatan dan hasil kegiatannya diuraikan sebagai berikut :

1. Pertemuan 1

Pada pertemuan pertama, peneliti melakukan kegiatan bimbingan dengan bentuk tindakan/ kegiatan berupa diskusi mengenai perilaku kenakalan remaja, jenis-jenis dan dampaknya. Adapun tahap-tahap kegiatannya sebagai berikut :

a. Tahap pembentukan : Sebelum masuk dalam kegiatan, peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan salam, doa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian peneliti mengucapkan terimakasih kepada siswa karena telah meluangkan waktunya untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Setelah itu, dipandu peneliti siswa membentuk dua kelompok yang masing-masing terdiri dari lima anggota. Setelah kelompok kecil ini terbentuk, peneliti menanyakan kepada anggota kelompok tentang pengertian bimbingan kelompok dan juga tujuan dari kegiatan ini. Kemudian peneliti menjelaskan pengertian bimbingan kelompok, tujuan pelaksanaan, asas-asas dan juga tahapan-tahapan dalam pelaksanaan


(9)

bimbingan kelompok. Setelah menjelaskan tentang bimbingan kelompok, maka dilanjutkan dengan perkenalan anggota kelompok secara detail. Karena anggota kelompok merupakan teman satu sekolah maka tahap perkenalan dilakukan dengan singkat. Kemudian diadakan kontrak waktu berapa lama kegiatan ini akan dilaksanakan pada hari ini.

b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini, peneliti menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk melaksanakan tahap kegiatan selanjutnya. Setelah semua anggota kelompok mengatakan siap, maka kegiatan dilanjutkan pada tahap kegiatan.

c. Tahap kegiatan : Pada tahap ini, peneliti menjelaskan topik yang akan dibahas yaitu mengenal perilaku kenakalan remaja meliputi pengertian, bentuk-bentuk dan dampaknya. Kemudian peneliti mengajak anggota kelompok untuk berdiskusi dan mengungkapkan pendapatnya mengenai perilaku kenakalan remaja. Anggota nampak aktif dan cukup memahami akan apa itu kenakalan remaja, bentuknya dan akibat/ dampaknya.

d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini. Setelah itu peneliti menanyakan kesan-kesan , manfaat dan pengalaman apa yang anggota kelompok peroleh setelah mengikuti kegiatan ini. Kemudia peneliti juga menyampaikan pada anggota mengenai kegiatan yang akan dilakukan dipertemuan selanjutnya yaitu akan diadakan kegiatan bermain peran atau sosiodrama. Hal ini dimaksudkan agar anggota memiliki kesiapan untuk memainkan peranannya dipertemuan selanjutnya. Peneliti juga memandu dan menawarkan berbagai peran yang akan diperankan anggota nantinya.


(10)

2. Pertemuan ke 2

Pada pertemuan kedua, peneliti melakukan kegiatan bimbingan dengan bentuk tindakan/ kegiatan berupa sosiodrama dengan topik permasalahan mengenai perilaku kenakalan. Adapun tahap-tahap kegiatannya sebagai berikut :

a. Tahap pembentukan : Sebelum masuk dalam kegiatan, peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan salam, doa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa karena telah meluangkan waktunya kembali untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.

b. Tahap peralihan : Pada tahap peralihan ini peneliti menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan sosiodrama serta mengingatkan kembali peranannya. Setelah siswa mengatakan siap, kegiatan bimbingan dimulai.

c. Tahap kegiatan : Ditahap kegiatan ini peneliti menjelaskan dan menceritakan sekilas akan kegiatan sosiodrama yang akan dilakukan siswa. Hal ini dimaksudkan sebagai simulasi awal sebelum siswa memulai sosidrama dan agar siswa memahami peranannya. Kemudian dipandu peneliti siswa kelompok pertama (ada dua kelompok, kelompok kedua sebagai penonton dan mengkritisi drama yang dimainkan) bermain peran. Setelah kegiatan sosiodrama selesai maka dilanjutkan dengan diskusi


(11)

mengenai persoalan yang ada dalam bermain peran tersebut. Ada banyak persoalan dalam sosiodrama tersebut dimana siswa sulit untuk bisa memahami sudut pandang orang lain saat melakukan perilaku kenakalan remaja. Remaja nampak egois, acuh tak acuh, tidak peduli akan perilaku ataupun tindakan apapun yang mereka lakukan. Tidak peduli akan akibat maupun dampaknya. Setelah diskusi mengenai kegiatan bermain peran yang dilakukan kelompok pertama, maka kelompok kedua memerankan bagaimana menyikapi fenomena perilaku kenakalan remaja secara benar (berbeda dengan drama kelompok pertama). Kemudian diadakan diskusi kembali.

d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi mengenai permasalahan yang ada pada kegiatan sosiodrama maka peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini. Setelah itu peneliti menanyakan bagaimana perasaan siswa, manfaat dan pengalaman apa yang anggota kelompok peroleh pada kegiatan ini.

3. Pertemuan ke 3

Kegiatan bimbingan yang dilakukan pada pertemuan ini yaitu dengan bentuk kegiatan berupa tanya jawab dan diskusi topik mengenai Aku dan Perilaku-ku (pemahaman diri). Adapun tahapan kegiatannya diuraikan sebagai berikut :


(12)

a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan salam, doa dan menanyakan kabar anggota. Kemudian peneliti mengucapkan terima kasih kepada anggota karena telah bersedia mengikuti kegiatan bimbingan kelompok pada pertemuan kali ini. Untuk menyegarkan suasana peneliti mengajak anggota untuk melakukan permainan kecil atau ice breaking.

b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini peneliti menanyakan kesiapan anggota untuk melaksanakan tahap kegiatan selanjutnya. Setelah semua siswa mengatakan siap, maka kegiatan dapat segera dimulai.

c. Tahap kegiatan : Peneliti menjelaskan topik yang akan dibahas yaitu mengenai pemahaman tentang diri sendiri. Kemudian peneliti mengajak masing-masing anggota kelompok untuk berdiskusi dan mengungkapkan pemahaman akan diri sendiri. Didapati beberapa anggota belum mampu untuk memahami diri sendiri sehingga peneliti terus mendorong anggota untuk memahami diri sendiri melalui umpan balik dari satu anggota pada anggota yang lain.

d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini. Setelah itu peneliti menanyakan kesan-kesan anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan ini. Kemudian peneliti menyampaikan pada anggota mengenai kegiatan yang akan dilakukan dipertemuan selanjutnya yaitu


(13)

akan diadakan kegiatan sosiodrama. Hal ini dimaksudkan agar anggota memiliki kesiapan untuk memainkan peranannya dipertemuan selanjutnya. Peneliti juga memandu dan menawarkan berbagai peran yang akan diperankan anggota nantinya.

4. Pertemuan ke 4

Kegiatan bimbingan yang dilakukan dalam pertemuan ini yaitu kegiatan bimbingan dengan bentuk tindakan/ berupa sosiodrama. Anggota mendramakan mengenai pemahaman diri. Adapun tahapan bentuk kegiatannya diuraikan seperti berikut :

a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan salam, doa dan menanyakan kabar anggota. Kemudian peneliti mengucapkan terima kasih kepada anggota karena telah bersedia mengikuti kegiatan bimbingan kelompok pada pertemuan kali ini.

b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini peneliti menanyakan kesiapan anggota untuk melaksanakan tahap kegiatan selanjutnya. peneliti juga menyampaikan pada anggota jikalau ada sesuatu hal yang ingin disampaikan mengenai kegiatan bimbingan ini. Kemudian setelah semua siap, maka kegiatan segera dimulai.

c. Tahap kegiatan : Pada tahap ini, peneliti menjelaskan kembali terlebih dahulu kegiatan bermain peran yang akan dilakukan siswa yaitu mengenai seorang remaja yang dalam pencarian jati dirinya. Kemudian dengan


(14)

instruksi peneliti siswa bermain peran. Setelah kegiatan sosiodrama selesai, diadakan diskusi mengenai persoalan yang ada dalam bermain peran tersebut dimana terdapat seorang remaja yang sedang mengalami dilema mengenai keadaan diri dan sedang dalam pencarian jati diri, dengan banyaknya tantangan dan pergumulan yaitu untuk berbuat baik atau buruk mengikuti teman/ orang lain. Selesai berdiskusi, peneliti meminta untuk kelompok lain memainkan drama dengan tema yang sama namun berbeda dengan yang dilakukan sebelumnya. Kemudian kelompok berdiskusi kembali mengenai pementasan kedua dan permasalahan serta perbedaan-perbedaan yang ada pada drama pertama dan kedua.

d. Tahap pengakiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini. Setelah itu peneliti menanyakan manfaat, bagaimana perasaan dan pengalaman anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan ini.

5. Pertemuan ke 5

Pada pertemuan kelima, peneliti melakukan kegiatan bimbingan dengan bentuk tindakan/ berupa diskusi mengenai topik permasalahan pemahaman diri berhubungan dengan keluarga, sekolah dan pergaulan. Adapun uraian kegiatannya sebagai berikut :

a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan salam, doa dan menanyakan kabar anggota. Kemudian peneliti


(15)

mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok pada pertemuan kali ini. Kemudian diadakan kontrak waktu berapa lama kegiatan akan dilaksanakan pada hari ini.

b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk melaksanakan tahap kegiatan selanjutnya. Setelah semua anggota kelompok mengatakan siap, maka kegiatan dapat segera dimulai.

c. Tahap kegiatan : Peneliti menjelaskan topik yang akan dibahas yaitu mengenai pemahaman tentang diri sendiri dengan hidup bermasyarakat, bergaul dan tinggal dalam suatu komunitas, perlu belajar memahami sudut pandang orang lain. Kemudian peneliti mengajak anggota kelompok untuk berdiskusi dan mengungkapkan mengenai hal tersebut.

d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini. Setelah itu peneliti menanyakan pada anggota kelompok manfaat apa yang diperoleh dalam mengikuti kegiatan kali ini. Kemudian peneliti menyampaikan pada anggota mengenai kegiatan yang akan dilakukan dipertemuan selanjutnya yaitu akan diadakan kegiatan bermain peran. Hal ini dimaksudkan agar anggota memiliki kesiapan untuk memainkan


(16)

peranannya dipertemuan selanjutnya. Peneliti juga memandu dan menawarkan berbagai peran yang akan diperankan anggota nantinya.

6. Pertemuan ke 6

Peneliti pada pertemuan keenam memberikan kegiatan bimbingan dengan bentuk tindakan berupa sosiodrama mengenai topik permasalahan

“Aku, Keluarga, Sekolah dan Pergaulanku”.

a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan salam, doa dan menanyakan kabar anggota. Kemudian peneliti mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok pada pertemuan kali ini. Kemudian dengan dipandu peneliti, anggota membagi peran dan bersiap-siap untuk memainkan peranannya masing-masing.

b. Tahap peralihan : Pada tahap ini peneliti menanyakan kesiapan kelompok untuk mengikuti dan memainkan sosiodrama jikalau ada yang berkeberatan. Karena tidak ada anggota yang berkeberatan memainkan peranannya dan semua mengatakan siap maka kegiatan sosiodrama segera dimulai.

c. Tahap kegiatan : Sebelum sosiodrama dimulai, peneliti menjelaskan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan ini sebagai simulasi awal. Setelah itu siswa bermain peran dengan dipandu instruksi dari peneliti. Setelah kegiatan bermain peran/ sosiodrama selesai diadakan


(17)

diskusi mengenai persoalan yang ada dalam bermain peran tersebut. Terdapat banyak persoalan dalam kegiatan tersebut dimana siswa kurang dapat memahami dan menghayati dan cenderung tidak peduli dengan keberadaan orang lain untuk itu peneliti mencoba mendorong anggota untuk mendiskusikannya dan bisa lebih peduli akan keberadaan orang lain (orang tua/ keluarga, guru, teman, masyarakat, dll), berusaha memposisikan diri lebih baik. Kemudian diadakan drama kedua yang lebih baik dari drama pertama.

d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini. Setelah itu peneliti menanyakan bagaimana perasaan dan apa yang anggota peroleh melalui kegiatan ini.

7. Pertemuan 7

Pada pertemuan ketujuh bentuk kegiatan bimbingan yang diberikan adalah dengan bentuk tindakan/ berupa diskusi cara menyesuaikan diri dengan lingkungan. Adapun uraian kegiatannya seperti berikut ini :

a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan salam, doa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa karena telah setia meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok pada pertemuan kali ini. Untuk mencairkan suasana peneliti mengajak siswa untuk melakukan permainan.


(18)

b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini peneliti menanyakan kesiapan anggota untuk melaksanakan tahap kegiatan hari ini. peneliti juga menyampaikan pada anggota jikalau ada sesuatu hal yang ingin disampaikan mengenai kegiatan bimbingan ini. Kemudian setelah semua siap, maka kegiatan dimulai.

c. Tahap kegiatan : Pada tahap kegiatan ini, peneliti menjelaskan topik yang akan dibahas yaitu bagaimana caranya agar dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam hidup bermasyarakat/ di lingkungan. Kemudian peneliti mengajak masing-masing anggota kelompok untuk berdiskusi, membahas dan mengungkapkan pendapat mengenai cara menyesuaikan diri yang baik dalam lingkungan tersebut.

d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini. Setelah itu peneliti menanyakan manfaat yang diperoleh anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan ini.

8. Pertemuan ke 8

Pada pertemuan ke delapan, peneliti memberikan kegiatan bimbingan dengan bentuk tindakan/ berupa sosiodrama dan diskusi dengan topik permasalahan cara bergaul yang baik.

a. Tahap pembentukan : Peneliti membuka kegiatan dengan mengucapkan salam, doa dan menanyakan kabar siswa. Kemudian peneliti mengucapkan


(19)

terima kasih karena telah setia meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok hingga pada pertemuan yang terakhir ini.

b. Tahap peralihan : Dalam tahap peralihan ini menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk melaksanakan tahap kegiatan selanjutnya. Setelah semua anggota kelompok mengatakan siap, maka kegiatan dapat segera dimulai.

c. Tahap kegiatan : Pada tahap kegiatan ini, peneliti menjelaskan topik yang akan dibahas yaitu bagaimana caranya agar dapat menyesuaikan diri yang baik dalam pergaulan. Kemudian peneliti mengajak anggota untuk melakukan sosiodrama. Dengan panduan dan instruksi peneliti, anggota bermain peran. Setelah kegiatan bermain peran selesai, peneliti kemudian mengajak berdiskusi dan membahas persoalan yang muncul dalam kegiatan bermain peran mengenai cara bergaul yang baik. Kemudian peneliti meminta anggota kelompok kedua untuk memainkan kembali sosiodrama dengan tema yang sama tetapi dengan bentuk drama yang berbeda. Kemudian diadakan diskusi kembali mengenai kegiatan bermain drama yang kedua, terdapatkan perbedaan drama pertama dengan kegiatan drama kedua.

d. Tahap pengakhiran : Setelah anggota memberi pendapat dan solusi maka peneliti membacakan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kali ini. Setelah itu peneliti menanyakan bagaimana perasaan anggota,


(20)

kesan-kesan, pengalaman dan manfaat yang diperoleh anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan bimbingan. Mengingat kontrak waktu yang disepakati telah habis, maka kegiatan bimbingan kelompok ditutup dengan ucapan terimakasih dan penjelasan bahwa rangkaian kegiatan bimbingan kelompok telah usai, siswa diharapkan dapat kembali pada kehidupan sehari-hari dengan baik tanpa ketergantungan dengan peneliti sebagi pembimbing serta teman-teman dalam satu kelompok. Kemudian di tutup dengan doa bersama dan salam.

Setelah seluruh rangkaian kegiatan tindakan eksperimen selesai dilaksanakan, maka test akhir atau post test diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan menyebarkan kembali skala data perilaku kenakalan remaja yang sama pada saat pre test.

4.3 Analisis Hasil Penelitian

Setelah data terkumpul melalui observasi dan pengisian skala perilaku kenakalan remaja (pre test), peneliti memberikan perlakuan dalam bentuk tindakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama pada kelompok eksperimen. Setelah pemberian layanan selesai kemudian penulis memberikan test kembali (post test) dengan menggunakan skala yang sama pada saat pre test kepada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.


(21)

Pada saat pre test, banyak siswa yang melakukan perilaku kenakalan remaja baik yang dilakukan di lingkungan keluarga, pergaulan dan lingkungan sekolah seperti ada yang membolos, terlambat datang ke sekolah, tidak tertib/ disiplin berpakaian seragam, merokok, minum-minuman keras, berkelahi, memalak, biang keributan di kelas, berani melawan guru/ berperilaku tidak sopan dan merusak fasilitas sekolah. Perilaku kenakalan tersebut melalui observasi pada saat bimbingan berlangsung hingga pada post test juga masih terlihat dilakukan oleh subjek. Frekuensi penurunan / pengurangan perilaku kenakalan remaja tidak cukup signifikan.

Dari kebiasaan membolos diantara sepuluh subjek masih terdapat dua subjek yang belum dapat menghilangkan kebiasaan membolos tersebut yaitu didapati pada saat pertemuan pertama,keempat dan kelima. Untuk kebiasaan terlambat datang ke sekolah, pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, keempat, keenam dan kedelapan ditemui masih ada beberapa siswa yang tidak disiplin waktu. Begitu pula hampir seluruh subjek didapati tidak tertib/ disiplin dalam berpakaian seragam (pertemuan kedua, keempat, keenam, ketujuh dan kedelapan). Pada pertemuan pertama hingga kedelapan masih ada sebagian siswa yang senang membuat kekacauan/ keributan di kelas, mereka ramai sendiri, sibuk berbicara dengan temannya. Pada pertemuan kedua dan kelima didapati dua subjek merokok di warung luar sekolah bersama teman-temannya. Ada tiga subjek masih berani melawan guru, membantah dan tidak hormat pada guru pada saat ditegur karena ribut sendiri atau bermain hp (pada pertemuan pertama, kedua, keempat dan ketujuh). Sedangkan untuk perilaku kenakalan merusak


(22)

fasilitas sekolah seperti mencoret-coret meja-kursi, membanting pintu, kursi dan menendang pagar sekolah juga masih ada siswa yang melakukannya yaitu didapati pada pertemuan kedua, keempat, kelima dan keenam.

Tabel 4.4

Sebaran perilaku kenakalan remaja pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Kategori Eksperimen Kontrol

Pre test Post test Pre test Post test

Sangat tinggi 0 0 0 0

Tinggi 4 2 2 2

Sedang 6 5 7 7

Rendah 0 3 0 0

Jumlah 10 10 9 9

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat pre test pada kelompok kontrol dengan jumlah 9 siswa terdapat 2 siswa yang memiliki perilaku kenakalan tinggi, 7 sedang, tidak ada yang berada pada kategori rendah dan sangat tinggi. Sedangkan pada post test-nya, pada kelompok kontrol dengan jumlah 9 siswa, masih terdapat 2 siswa yang memiliki perilaku kenakalan tinggi, 7 sedang dan 0 sangat tinggi dan rendah.

Sementara itu untuk pre test pada kelompok eksperimen dengan jumlah 10 siswa, terdapat 4 siswa yang memiliki perilaku kenakalan remaja tinggi, 6 sedang dan tidak ada yang berada pada kategori rendah dan sangat tinggi. Sedangkan


(23)

pada post test menunjukkan perubahan bahwa dari jumlah 10 kelompok eksperimen tersebut, terdapat 2 siswa yang memiliki perilaku kenakalan remaja tinggi, 5 sedang, 3 rendah dan tidak ada yang berada pada kategori sangat tinggi.

Hasil dari post test dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5

Ranks

10 8.85 88.50

9 11.28 101.50

19 KLOMPOK

kelEKS kelKNTROL Total NTILES of PRNAKAL

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

33.500 88.500 -1.094 .274 .356a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asy mp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

NTILES of PRNAKAL

Not corrected f or ties. a.

Grouping Variable: KLOMPOK b.

Berdasarkan hasil analisis data, pada kelompok eksperimen menghasilkan mean rank 8.85 dan kelompok kontrol dengan mean rank 11.28 dengan sig 0.274, ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol karena p ≥ 0.050.


(24)

Tabel 4.6

Ranks

10 10.80 108.00

9 9.11 82.00

19

10 8.85 88.50

9 11.28 101.50

19 KLOMPOK kelEKS kelKNTROL Total kelEKS kelKNTROL Total NTILES of PRENKL

NTILES of POSTNKL

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

37.000 33.500 82.000 88.500 -.810 -1.094

.418 .274

.549a .356a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asy mp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

NTILES of PRENKL

NTILES of POSTNKL

Not corrected f or t ies. a.

Grouping Variable: KLOMPOK b.

Dari hasil analisis data pre test kelompok eksperimen dengan mean rank 10.80 menjadi mean rank 8.85 pada saat post test, ada pengurangan mean rank kelompok eksperimen sebesar 1.95 sehingga ada pengurangan skor perilaku kenakalan remaja pada kelompok eksperimen. Namun, sekalipun mengalami pengurangan, pengurangan tersebut tidak terjadi secara signifikan karena hasil perolehan sig menunjukkan sig 0.274 yang berarti tidak signifikan karena sig 0.274 > 0.050. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan perilaku kenakalan remaja pada kelompok eksperimen dari pre test ke post test.


(25)

Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu bahwa teknik sosiodrama dapat mereduksi secara signifikan perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMA Theresiana Salatiga “ditolak”.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh sig 0.274 > 0.050, yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan sehingga hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Teknik sosiodrama tidak dapat mereduksi secara signifikan perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMA Theresiana Salatiga.

Dengan demikian, penelitian ini belum sesuai dengan hasil temuan Blatner (2002), Gangel (1986) dan Maier (2002) dalam (Wulandari, 2005), dan Nurhayati (2010) yang menyatakan bahwa teknik sosidrama dapat mengurangi konformitas berlebihan, yang merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja.

Pada kelompok eksperimen tidak mengalami pereduksian perilaku kenakalan remaja, hal itu dapat disebabkan karena beberapa faktor:

1. Konten/ isi materi yang mungkin kurang menarik minat siswa sehingga siswa tidak cukup serius, masih ramai sendiri dan kurang menghayati peranannya dalam sosiodrama.

2. Siswa kurang terbuka dan tidak sungguh-sungguh dalam menjawab skala yang diberikan.


(26)

Kegiatan layanan bimbingan dilakukan delapan kali pertemuan dan beberapa kali diadakan diluar jam sekolah. Penulis merasa delapan kali bimbingan kurang cukup untuk dapat memecahkan masalah siswa, apalagi dilakukan di sisa jam sekolah. Mungkin dengan penambahan lama intervensi dan diberikan pada waktu yang tepat, strategi intervensi sosiodrama dapat berhasil.

4. Teknik sosiodrama dalam penelitian ini adalah bagian dari media atau salah satu bagian dari strategi intervensi yang digunakan peneliti untuk memecahkan permasalahan terkait kenakalan remaja oleh karena itu jika ingin mengentaskannya perlu ditindak lanjuti dengan memberikan layanan yang lain misalnya dengan memberikan konseling.

5. Kondisi/ suasana lingkungan yang tidak mendukung.

Peneliti kurang dapat memfasilitasi dan menciptakan lingkungan kelas yang nyaman bagi siswa (kelas panas, kurang cukup udara dan lingkungan di luar kelas juga ramai). Dilihat dari lingkungan pergaulan siswa juga tidak cukup mendukung karena pergaulan siswa tidak bisa dikontrol dan dibatasi dengan siapapun, hal itu yang akhirnya dapat mempengaruhi hasil intervensi bimbingan yang diberikan.

6. Siswa kurang menyadari atas perilakunya yang selama ini menyimpang dan arti pentingnya bimbingan yang telah diberikan. Bimbingan dengan metode atau strategi apapun tidak akan bisa berhasil jikalau di dalam diri sendiri tidak ada kesediaaan untuk terlibat sungguh-sungguh dan berusaha untuk merubahnya.


(1)

Pada saat pre test, banyak siswa yang melakukan perilaku kenakalan remaja baik yang dilakukan di lingkungan keluarga, pergaulan dan lingkungan sekolah seperti ada yang membolos, terlambat datang ke sekolah, tidak tertib/ disiplin berpakaian seragam, merokok, minum-minuman keras, berkelahi, memalak, biang keributan di kelas, berani melawan guru/ berperilaku tidak sopan dan merusak fasilitas sekolah. Perilaku kenakalan tersebut melalui observasi pada saat bimbingan berlangsung hingga pada post test juga masih terlihat dilakukan oleh subjek. Frekuensi penurunan / pengurangan perilaku kenakalan remaja tidak cukup signifikan.

Dari kebiasaan membolos diantara sepuluh subjek masih terdapat dua subjek yang belum dapat menghilangkan kebiasaan membolos tersebut yaitu didapati pada saat pertemuan pertama,keempat dan kelima. Untuk kebiasaan terlambat datang ke sekolah, pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, keempat, keenam dan kedelapan ditemui masih ada beberapa siswa yang tidak disiplin waktu. Begitu pula hampir seluruh subjek didapati tidak tertib/ disiplin dalam berpakaian seragam (pertemuan kedua, keempat, keenam, ketujuh dan kedelapan). Pada pertemuan pertama hingga kedelapan masih ada sebagian siswa yang senang membuat kekacauan/ keributan di kelas, mereka ramai sendiri, sibuk berbicara dengan temannya. Pada pertemuan kedua dan kelima didapati dua subjek merokok di warung luar sekolah bersama teman-temannya. Ada tiga subjek masih berani melawan guru, membantah dan tidak hormat pada guru pada saat ditegur karena ribut sendiri atau bermain hp (pada pertemuan pertama, kedua, keempat dan ketujuh). Sedangkan untuk perilaku kenakalan merusak


(2)

fasilitas sekolah seperti mencoret-coret meja-kursi, membanting pintu, kursi dan menendang pagar sekolah juga masih ada siswa yang melakukannya yaitu didapati pada pertemuan kedua, keempat, kelima dan keenam.

Tabel 4.4

Sebaran perilaku kenakalan remaja pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Kategori Eksperimen Kontrol

Pre test Post test Pre test Post test

Sangat tinggi 0 0 0 0

Tinggi 4 2 2 2

Sedang 6 5 7 7

Rendah 0 3 0 0

Jumlah 10 10 9 9

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat pre test pada kelompok kontrol dengan jumlah 9 siswa terdapat 2 siswa yang memiliki perilaku kenakalan tinggi, 7 sedang, tidak ada yang berada pada kategori rendah dan sangat tinggi. Sedangkan pada post test-nya, pada kelompok kontrol dengan jumlah 9 siswa, masih terdapat 2 siswa yang memiliki perilaku kenakalan tinggi, 7 sedang dan 0 sangat tinggi dan rendah.


(3)

pada post test menunjukkan perubahan bahwa dari jumlah 10 kelompok eksperimen tersebut, terdapat 2 siswa yang memiliki perilaku kenakalan remaja tinggi, 5 sedang, 3 rendah dan tidak ada yang berada pada kategori sangat tinggi.

Hasil dari post test dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5

Ranks

10 8.85 88.50

9 11.28 101.50

19 KLOMPOK

kelEKS kelKNTROL Total NTILES of PRNAKAL

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

33.500 88.500 -1.094 .274 .356a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asy mp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

NTILES of PRNAKAL

Not corrected f or ties. a.

Grouping Variable: KLOMPOK b.

Berdasarkan hasil analisis data, pada kelompok eksperimen menghasilkan mean rank 8.85 dan kelompok kontrol dengan mean rank 11.28 dengan sig 0.274, ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol karena p ≥ 0.050.


(4)

Tabel 4.6

Ranks

10 10.80 108.00

9 9.11 82.00

19

10 8.85 88.50

9 11.28 101.50 19 KLOMPOK kelEKS kelKNTROL Total kelEKS kelKNTROL Total NTILES of PRENKL

NTILES of POSTNKL

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

37.000 33.500 82.000 88.500 -.810 -1.094 .418 .274 .549a .356a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asy mp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

NTILES of PRENKL

NTILES of POSTNKL

Not corrected f or t ies. a.

Grouping Variable: KLOMPOK b.

Dari hasil analisis data pre test kelompok eksperimen dengan mean rank 10.80 menjadi mean rank 8.85 pada saat post test, ada pengurangan mean rank kelompok eksperimen sebesar 1.95 sehingga ada pengurangan skor perilaku kenakalan remaja pada kelompok eksperimen. Namun, sekalipun mengalami pengurangan, pengurangan tersebut tidak terjadi secara signifikan karena hasil perolehan sig menunjukkan sig 0.274 yang berarti tidak signifikan karena sig

0.274 > 0.050. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan perilaku kenakalan


(5)

Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu bahwa teknik sosiodrama dapat mereduksi secara signifikan perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMA Theresiana Salatiga “ditolak”.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh sig 0.274 > 0.050, yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan sehingga hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Teknik sosiodrama tidak dapat mereduksi secara signifikan perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMA Theresiana Salatiga.

Dengan demikian, penelitian ini belum sesuai dengan hasil temuan Blatner (2002), Gangel (1986) dan Maier (2002) dalam (Wulandari, 2005), dan Nurhayati (2010) yang menyatakan bahwa teknik sosidrama dapat mengurangi konformitas berlebihan, yang merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja.

Pada kelompok eksperimen tidak mengalami pereduksian perilaku kenakalan remaja, hal itu dapat disebabkan karena beberapa faktor:

1. Konten/ isi materi yang mungkin kurang menarik minat siswa sehingga siswa tidak cukup serius, masih ramai sendiri dan kurang menghayati peranannya dalam sosiodrama.

2. Siswa kurang terbuka dan tidak sungguh-sungguh dalam menjawab skala yang diberikan.


(6)

Kegiatan layanan bimbingan dilakukan delapan kali pertemuan dan beberapa kali diadakan diluar jam sekolah. Penulis merasa delapan kali bimbingan kurang cukup untuk dapat memecahkan masalah siswa, apalagi dilakukan di sisa jam sekolah. Mungkin dengan penambahan lama intervensi dan diberikan pada waktu yang tepat, strategi intervensi sosiodrama dapat berhasil.

4. Teknik sosiodrama dalam penelitian ini adalah bagian dari media atau salah satu bagian dari strategi intervensi yang digunakan peneliti untuk memecahkan permasalahan terkait kenakalan remaja oleh karena itu jika ingin mengentaskannya perlu ditindak lanjuti dengan memberikan layanan yang lain misalnya dengan memberikan konseling.

5. Kondisi/ suasana lingkungan yang tidak mendukung.

Peneliti kurang dapat memfasilitasi dan menciptakan lingkungan kelas yang nyaman bagi siswa (kelas panas, kurang cukup udara dan lingkungan di luar kelas juga ramai). Dilihat dari lingkungan pergaulan siswa juga tidak cukup mendukung karena pergaulan siswa tidak bisa dikontrol dan dibatasi dengan siapapun, hal itu yang akhirnya dapat mempengaruhi hasil intervensi bimbingan yang diberikan.

6. Siswa kurang menyadari atas perilakunya yang selama ini menyimpang dan arti pentingnya bimbingan yang telah diberikan. Bimbingan dengan metode atau strategi apapun tidak akan bisa berhasil jikalau di dalam diri sendiri tidak ada kesediaaan untuk terlibat sungguh-sungguh dan berusaha untuk


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono T1 132009047 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono T1 132009047 BAB II

1 1 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono T1 132009047 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono

0 0 65

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono T1 132009045 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono T1 132009045 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono T1 132009045 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono T1 132009045 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumowono

0 0 14