Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Legalitas Peraturan Daerah Bermuatan Materi Keagamaan

1

PEMERINTAH PROVINSI RIAU
NOMOR 2 TAHUN 2009
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR RIAU,
Menimbang : a. bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban umat Islam yang
mampu dan pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang
potensial sebagai salah satu upaya mengurangi angka
kemiskinan;
b. bahwa pengelolaan zakat perlu terus ditingkatkan agar
pelaksanaannya lebih berhasil guna dan berdaya guna serta dapat
dikembangkan;
c. bahwa dalam rangka perlindungan, pembinaan dan pelayanan
Muzakki, mustahiq dan Amil Zakat, serta berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2003
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat, maka perlu adanya ketentuan yang
mengatur pengelolaan zakat;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, b dan c
di atas, perlu membentuk Peraturan daerah Provinsi Riau tentang
Pengelolaan Zakat.
Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah Swatantra tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau
(Lembaran Negara Republik Indonesia 1 Tahun 1958 Nomor 112
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646);
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209);
3. Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3885);
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak
Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 127);

5. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor I 4389);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

2

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 tentang
Pelaksanaan Undang.undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat.
9. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Daerah
Provinsi Riau
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI RIAU
dan
GUBERNUR RlAU
MEMUTUSKAN :
PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Provinsi Riau.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Riau.
3. Gubernur adalah Gubernur Riau.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau.
5. Kanwil Departemen Agama adalah Kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi Riau.
6. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota diwilayah

Provinsi Riau.
7. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di wilayah Provinsi Riau.
8. Pengelolaan Zakat adalah Aktivitas yang dilaksanakan Badan AmiL Zakat dan
Lembaga Amal Zakat tentang Zakat, Infaq, Shadaqoh, Hibah, Wasiat, Waris
dan Kafarat.
9. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan/dikeluarkan/ditunaikan oleh orang
muslim atau Badan Usaha yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan
agama Islam untuk diberikan kepada yang berhak menerima zakat.
10. Infaq adalah Harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan diluar zakat
untuk kemaslahatan umum.
11. Hibah adalah pemberian uang atau barang oleh seseorang atau badan yang
dilaksanakan pacta waktu orang itu hidup kepada Badan Amil Zakat atau
Lembaga Amil Zakat.

3

12. Shadaqah adalah harta yang dikeluarkan oleh seorang Muslim atau badan yang
dimiliki oleh orang muslim diluar zakat untuk kemaslahatan umum.
13. Rikaaz adalah hasil galian harta zaman purbakala yang tidak bertuan.
14. Munfiq adalah Orang atau badan yang menginfaqkan hartanya.

15. Mutashaddiq adalah orang atau badan yang bershadaqoh.
16. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim yang
berkewajiban menunaikan Zakat.
17. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat sebagaimana
ditentukan oleh hukum Islam.
18. Badan Amil Zakat Provinsi Riau yang selanjutnya aisingkat BAZ adalah
Organisasi pengelola Zakat, Infaq, Shadaqoh, Hibah Wasiat, Waris dan Kafarat
yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari unsur masyarakat dan
Pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendayagunakan zakat, infaq, shadaqoh, hibah, wasiat, waris dan kafarat sesuai
dengan ketentuan Islam.
19. Dewan Pertimbangan adalah unsur Lembaga Amil Zakat yang memberikan
pertimbangan kepada badan Pelaksanan Amil Zakat.
20. Komisi Pengawas adalah unsur Lembaga Badan Amil Zakat yang
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas administratif clan teknis
pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan Zakat, Infaq, Shadaqoh, Hibah
Wasiat, Waris clan Kafarat serta penelitian dan pengembangan pengelo1aan
zakat.
21. Badan Pelaksana adalah unsur Lembaga Badan Amil Zakat yang bertugas
melaksanakan tugas Administratif dan. teknis pengumpulan, pendistribusian,

pendayagunaan Zakat, Infaq, Shadaqoh, Hibah Wasiat, Waris dan Kafarat serta
penelitian clan pengembangan pengelolaan zakat.
22. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah Lembaga
pengelola Zakat. Infaq, Shadaqoh, Hibah Wasiat, Waris clan Kafarat yang
sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat clan oleh masyarakat yang
bergerak di bidang kemaslahatan umat Islam yang dikukuhkan oleh Pemerintah.
23. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disingkat UPZ adalah satuan organisasi
yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat dan semua tingkatan dengan tugas
mengumpulkan Zakat, Infaq, Shadaqoh, :Hibah Wasiat, Waris. Kafarat clan
harta waris orang yang tidak memiliki ahli waris untuk melayani Muzakki yang
berada pada Desa/Kelurahan, instansi-instansi Pemerintah dan Swasta.
24. Nisab adalah Batasan minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya;
25. Haul adalah Masa kepemilikan harta kekayaan selama 12 (dua belas) bulan
qomariah. Tahun qomariah, Panen atau pada saat menemukan Rikaaz.

4

BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2

Pengelolaan Zakat, infaq dan shadaqoh berdasarkan iman dan taqwa. keterbukaan
dan kepastian hukum sesuai hukum hukum Islam, Pancasila, Undangundang Dasar
1945 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 3
Pengelolaan zakat bertujuan :
a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan Zakat, Infaq,
Shadaqoh sesuai dengan tuntutan agama Islam.
b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
pengentasan kemiskinan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
keadilan sosial.
c. Meningkatkan basil guna clan daya guna Zakat, Infaq, Shadaqoh.
BAB III
PENGELOLAAN ZAKAT
Bagian Pertama
Pengelola dan Pengumpul Zakat
Pasal 4
Pengelolaan Zakat, Infaq, Shadaqoh dilakukan oleh BAZ dan LAZ
Pasal 5
(1). Zakat terdiri dari Zakat Mal dan Zakat Fitrah.
(2). Jenis Harta yang dikenai Zakat Mal adalah :

a. Emas, Perak dan Uang;
b. Perdagangan dan Perusahaan;
c. Hasil Pertanian, Perkebunan dan Perikanan;
d. Hasil Pertambangan;
e. HasiL Peternakan;
f. Hasil Pendapatan Jasa;
g. Rikaaz.
(3). Perhitungan Zakat Mal menurut Nisab dan Haul, Kadar dan waktunya
ditetapkan berdasarkan hukum agama Islam.
Pasal 6
(1). Pengumpulan zakat dilaksanakan dengan cara menerima atau mengambilnya
dari Muzakki.
(2). Pengelola Zakat BAZ dapat bekerjasama dengan Bank dan lembaga keuangan
lainnya dalam Pengelolaan zakat.
Pasal 7
BAZ dapat menerima harta selain Zakat yaitu Infaq dan Shadaqoh.

5

Pasal 8

(1). Setiap orang yang beragama Islam atau Badan yang dimiliki oleh orang Islam
yang hartanya telah mencapai Nisab dan Haul, berkewajiban menunaikan zakat
melalui BAZ atau LAZ.
(2). Muzakki melakukan perhitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya
berdasarkan hukum agama Islam.
(3). Dalam hal Muzakki tidak dapat menghitung sendiri harta dan kewajiban
zakatnya sebagaimana dimaksud ayat (2), Muzakki dapat meminta bantuan
kepada BAZ atau LAZ.
(4). Zakat yang telah dibayarkan berdasarkan tanda bukti pembayaran dari BAZ
atau LAZ dikurangkan dari laba pendapatan Slsa kena pajak clan Wajib Pajak
yang bersangkutan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Pendayagunaan Zakat
Pasal 9
(1). Hasil Pengumpulan Zakat didayagunakan untuk kebutuhan komsumtif
mustahiq dengan persyaratan-persyaratan sebagal berlkut :
a. Hasil Pendataan dan penelitian kebenaran mustaqhid 8 asnaf, Fakir,
Miskin, Amil, Mualaf, Riqab, Gharim, Sabillillah clan Ibnusabil.
b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.

c. Mengutamakan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing.
(2). Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan
mustahiq clan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif berdasarkan
persyaratan:
a. Apabila pendayagunaan zakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sudah
terpenuhi clan ternyata masih terdapat kelebihan.
b. perdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan.
c. Mendapat persetujuan tertulis dari Dewan Pertimbangan.
(3). Persyaratan dan Prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkari dengan Keputusan BAZ yang
berpedoman kepada Peraturan yang berlaku.
Pasal 10
Hasil Infaq dan Shadaqoh sebagaimana dimaksud Pasal 7 disalurkan sesuai dengan
niat, munfiq dan mutashaddiq.
BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI BAZ
Pasal 11
Struktur Organisasi BAZ terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan
Badan Pelaksana yang dalam Pelaksanaanya dibantu oleh divisi-divisi.


6

Pasal 12
(1). Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 terdiri dari Seorang
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris serta Anggota
sebanyakbanyaknya 7 (tujuh) orang.
(2). Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 terdiri atas Seorang
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris serta Anggota sebanyakbanyaknya 7 (tujuh) orang.
(3). Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 terdiri atas seorang
Ketua, Ketua I, Ketua II, Sekretaris. Sekretaris I Sekretaris II Bendahara Divisi
Pengumpulan, divisi Pendismbuslan, divisi Pendayagunaan dan divisi
Pengembangan.
(4). Dewan Pertimbangan. Komisi Pengawas .dan Badan Pelaksana sebagaimana
dimaksud ayat (1), (2) dan (3) ditetapkan berdasarkan Fit and Proper Test oleh
Pemerintah, DPRD clan Kantor wilayah Departemen 1 Agama.
Pasal 13
(1). Pengangkatan Pengurus BAZ ditetapkan oleh Gubernur setelah melalui Fit j and
Proper Test oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama clan f Persetujuan
DPRD setelah melalui tahapan sebagai berikut :
a. Membentuk tim penyeleksi yang terdiri atas unsur ulama, Cendikiawan,
tenaga Profesional, praktisi pengelola zakat clan lembaga swadaya
masyarakat yang terkait Berta unsur Pemerintah Daerah.
b. Menyusun Kriteria calon pengurus BAZ Daerah Provinsi;
c. Mempublikasikan rencana pembentukan pengurus BAZ Daerah Provinsi
secara luas kepada masyarakat;
d. Melakukan Penyeleksian terhadap calon Pengurus BAZ Daerah Provinsi
sesuai dengan keahliannya.
(2). Masa kepengurusan BAZ untuk satu periode selama 3 (tiga) tahun.
(3). Ketua BAZ yang Lelah menyelesaikan tugas selama satu periode sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dapat diangkat kembali sebagai Ketua BAZ hanya
untuk satu periode berikutnya.
BAB V
UNIT PENGUMPUL
Pasal 14
(1). BAZ dapat membentuk UPZ pada Instansi/Lembaga Pemerintah, BUMN,
BUMD, Perusahaan Swasta dan Organisasi Profesi yang berkedudukan di
tingkat Provinsi yang pembentukannya ditetapkan dengan Keputusan Pengurus
BAZ.
(2). Prosedur Pembentukan UPZ dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
a. BAZ mengadakan pendataan berbagai Instansi/Lembaga Pemerintah,
BUMN, BUMD. Perusahaan Swasta dan' Organisasi Profesi sebagaimana
dimaksud ayat
b. BAZ mengadakan kesepakatan dengan pimpinan Instansi/Lembaga
Pemerintah, BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta clan Organisasi Profesi
sebagaimana dimaksud ayat (1) untuk membentuk UPZ.

7

BAB VI
LEMBAGA AMIL ZAKA T
Pasal 15
Pembentukan LAZ diiakukan sepenuhnya atas prakarsa masyarakat yang bergerak
di bidang Kemaslahatan Umat Islam.
Pasal 16
(1). LAZ sebagaimana dimaksud Pasal15 dikukuhkan oleh Gubernur.
(2). Pengukuhan LAZ sebagaimana dimaksud ayat' (1) dilakukan atas I permohonan
Lembaga Masyarakat setelah memenuhi Persyaratan sebagai berikut:
a. Berbadan Hukum;
b. Memilki Data Muzakki Mustahiq;
c. Telah Beroperasi minimal 2 tahun;
d. Memilki Laporan keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik selama
2 tahun terakhir;
e. Memilki Wilayah Operasional minimal 40% dari jumlah Kabupaten/ Kota
di Provinsi tempat lembaga berada;
f. Mendapat Rekomendasi dari Kanwil Departemen Agama;
g. Telah mampu mengumpulkan dana Rp.5OO.OOO.OOO,-(lima ratus juta
rupiah)dalam satu tahun;
h. Melampirkan surat penyataan bersedia disurvei oleh Tim yang di bentuk
oleh Kanwil Departemen Agama dan diaudit oleh Akuntan Publik;
i. Dalam Melaksanakan kegiatannya wajib berkoordinasi dengan Badan Amil
Zakat Daerah (BAZDA) dan Kanwil Departemen Agama.
(3). Pengukuhan tidak disetujui dan atau dibatalkan dan dicabut apabila 1 tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
BAB VII
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Pasal 17
(1). BAZ dan LAZ mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendayagunakan Zakat, Infaq, Shadaqoh sesuai dengan ketentuan hukum
Islam.
(2). Dalam melaksanakan tugasnya BAZ dan LAZ sebagaimana dimaksud ayat (1)
bertanggungjawab kepada Gubernur clan DPRD serta 'I dipublikasikan melalui
media massa.
Pasal 18
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1), BAZ
mempunyai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengumpulan, pendistribusian
dan pendayagunaan serta pengawasan terhadap pengelolaan zakat.
Pasal 19
(1). Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud Pasal 11 berkewajiban
memberikan pertimbangan, fatwa, saran dan rekomendasi tentang
pengembangan hukum clan pemahaman mengenai pengelolaan zakat.

8

(2). Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud Pasal 11 mempunyai fungsi:
a. Menetapkan garis-garis kebijakan umum BAZ bersama Komisi Pengawas
dan Badan Pelaksana.
b. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak diminta yang
berkaitan dengan hukum zakat, infaq, shadaqah yang wajib diikuti oleh
pengurus BAZ dan LAZ.
c. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan
Pelaksana dan Komls1 Pengawas.
d. Menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat umat tentang
pengelolaan zakat.
Pasal 20
(1). Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud Pasal 11 melaksanakan pengawasan
internal atas operasional kegiatan yang dilaksakan Badan Pelaksana.
(2). Komisi Pengawas mempunyai tugas:
a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.
b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana yang
mencakup pengumpulan pendistribusian dan pendayagunaan.
d. Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari'ah dan
peraturan perundang- undangan.
e. Menunjuk Akuntan Publik untuk melakukan audit pengelola zakat.
Pasal 21
(1). Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pasal12 melaksanakan kebijakan BAZ
dalam program pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat, infaq,
shadaqah.
(2). Badan Pelaksana mempunyai tugas :
a. membuat rencana kerja yang meliputi rencana pengumpulan, penyaluran,
dan pendayagunaan zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat;
b. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang
telah disahkan dan kebijakan yang telah ditetapkan;
c. Menyusun laporan tahunan;
d. Menyampaikan laporan pertanggunjawaban kepada Pemerintah Provinsi
dan DPRD.
e. Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas nama BAZ baik ke dalam
maupun ke luar.
f. Mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh
akuntan publik atau lembaga pengawas keuangan pemerintah yang
berwenang melalui media massa setempat, selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan setelah tahun buku terakhir.

9

BAB VIII
LINGKUP KEWENANGAN BAZ
Pasal 22
BAZ berwenang mengumpulkan zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, kafarat dan
harta waris orang yang tidak memiliki ahli waris pada instansi/lembaga pemenntah
dan swasta, perusahaan-perusahaan di tingkat Provinsi.
Pasal 23
(1). Pembayaran zakat dan pelaksanaan infaq clan sadaqah dapat dilakukan kepada
UPZ dan BAZ secara langsung ataupun melalui rekening Bank yang terpisah
sesuai dengan peruntukannya.
(2). Terhadap Muzakki yang melalaikan kewajibannya, BAZ dapat secara tegas dan
proaktif untuk mengambil zakat tersebut.
Pasal 24
(1). BAZ Provinsi mempunyai hubungan kerja yang. bersifat koordinatif,
konsultatif, clan informatif dengan BAZ Nasional, BAZ kabupaten/Kota, clan
BAZ Kecamatan.
(2). Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana ayat (I), BAZ menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan singkronisasi dilingkungan masing-masing serta
melakukan konsultasi dan memberikan informasi satu sarna lain.
Pasal 25
Setiap pimpinan di lingkungan BAZ bertanggungjawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahannya masing-masing clan memberikan bimbingan serta
petunjuk pelaksanaan tugas bawahannya.
Pasal 26
Setiap pimpinan dilingkungan BAZ wajib mengikuti dan mematuhi ketentuan serta
bertanggungjawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan
berkala tepat pada waktunya.
PasaI 27
Setiap kepala Divisi BAZ menyampaikan laporan dan menampung laporan-laporan
berkala BAZ serta. menyampaikannya kepada Kewa BAZ melalui Sekretaris BAZ.
Pasal 28
Seriap laporan yang diterima oleh Ketua BAZ, wajib diolah dan digunakan sebagai
beban untuk penyusunan laporan lebih lanjut serta memberikan araban kepada
bawahannya.
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 29
(1). Pembinaan terhadap Muzakki dan mustahiq dilakukan oleh BAZ.

10

(2). Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas BAZ, dilakukan oleh Komisi
Pengawas BAZ.
(3). Dalam melakukan pemeriksaan keuangan BAZ, Komisi Pengawas wajib
menggunakan jasa akuntan publik atau lembaga keuangan pemerintah.
(4). Tata cara pembinaan clan pengawasan terhadap LAZ diatur lebih lanjut oleh
Gubernur.
Pasal 30
(1). BAZ memberikan laporan tahunan tentang pelaksanaan pengelolaan zakat
kepada Gubernur clan tembusannya disampaikan kepada DPRD.
(2). Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan oleh BAZ paling lambat
3 (tiga) bulan setelah akhir tahun.
Pasal 31
Masyarakat dapat turut serta dalam pengawasan BAZ clan LAZ
BAB X
SANKSI
Pasal 32
Setiap Muzakki yang karena sengaja atau karena kelalaiannya tidak menyalurkan
zakat Mal melalui Lembaga Resmi Pengelola Zakat, dihukum sebagai berikut :
a. Diberikan teguran sebanyak 3 (tiga) kali.
b.Apabila teguran sebagaimana dimaksud huruf a tidak di indahkan, maka
diumumkan namanya melalui Media massa.
c. Diwajibkan membayar zakat clan dikenakan hukuman denda.' Sebesar
sepersepuluh zakat yang wajib ditunaikannya.
Pasal 33
Setiap orang atau Badan/Lembaga yang melakukan kegiatan pengumpulan dan
penyaluran Zakat, yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 6 clan Pasal 16 diancam
dengan hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan clan atau denda paling
banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Pasal 34
(1). Setiap pengelola zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat clan atau
mencatat dengan tidak benar harta zakat, infaq, shadaqoh, hibah, wasiat waris
clan kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 18, dan Pasal 19
diancam dengan hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan clan atau denda
paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2). Setiap petugas BAZ yang melakukan tindak pidana dikenai sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3). Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan pelanggaran.

11

BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 35
(1). Penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah
ini dapat juga dilakukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di
lingkungan Pemerintah Daerah.
(2). Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana dimaksud
ayat (1) adalah:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian dan melakukan
pemeriksaan;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan menerima tanda pengenal diri
tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. Memanggil seseorang untuk didengar atau diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
g. Memanggil seorang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan
pemeriksaan perkara;
h. Menghentikan penyidikan;
i. Melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat di
pertanggungjawabkan.
(3). Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana ayat (1) wajib membuat
berita acara setiap tindakan :
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Penyitaan benda;
c. Perusakan rumah;
d. Pemeriksaan surat;
e. Pemeriksaan saksi;
f. Memeriksa ditempat kejadian.
(4). Berita acara sebagaimana dimaksud ayat (3) dikirim kepada penuntut umum
melalui penyidik Polri.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 37
Untuk kelancaran administrasi BAZ, Pemerintah Daerah menempatkan struktur
kelembagaan di bawah Sekretariat Daerah. Dalam menunjang pelaksanaan tugas
BAZ hingga mencapai kemandirian sebagaimana dimaksud Pasal 17, Pemerintah
Daerah menganggarkan biaya operasional dalam APBD.

12

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
(1). Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini. maka ketentuan yang mengatur
tentang Pengelolaan Zakat di Provinsi Riau yang bertentangan dengan
Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku.
(2). Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya, akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur.
Pasal 39
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang
dapat mengetahuinya. memerintahkan pengundangan; Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Riau.

Ditetapkan di Pekanbaru
pada tanggal 16 Februari 2009
GUBERNUR RIAU

Drs RUSLI ZAINAL
Diundangkan di Pekanbaru
pada tanggal 17 Februari 2009

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI RIAU
H. WAN SYAMSIR YUS
pembina Utama Madya
NIP. 19530305 197306 1003
LEMBARAN DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN 2009 NOMOR :2

1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
NOMOR : 6 TAHUN 2005
TENTANG
BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH
DI KABUPATEN SOLOK SELATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SOLOK SELATAN,
Menimbang

: a.

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (2) Undang-undang Dasar
1945, negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk beribadah menurut
agama dan kepercayaannya masing-masing;

b.

bahwa sebagai salah satu perwujudan dari pelaksanaan ajaran Agama
Islam adalah tercermin dari pakaiannya dalam kehidupan sehari-hari;
bahwa menutup aurat di dalam Islam hukumnya adalah wajib, baik
dalam ibadah yang bersifat mahdah maupun yang bersifat ammah ;
bahwa untuk terwujudnya suasana kehidupan masyarakat yang
mencerminkan kepribadian muslim dan muslimah serta dalam upaya
mewujudkan masyarakat Kabupaten Solok Selatan yang beriman dan
bertaqwa, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Berpakaian Muslim dan Muslimah.

c.
d.

Mengingat

: 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301) ;
Undang-undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten
Pasaman Barat di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4348);
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

2

Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
dan
BUPATI SOLOK SELATAN
MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN TENTANG
BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK
SELATAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Solok Selatan.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
Penyelenggara Pemerintahan.
3. Bupati adalah Bupati Solok Selatan.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Lembaga Permusyawaratan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
5. Karyawan/Karyawati Pemerintah adalah orang yang bekerja pada Kantor
Pemerintah.
6. Pakaian Muslim dan Muslimah adalah pakaian yang bercirikan Islam.
7. Masyarakat Kabupaten Solok Selatan adalah orang yang berdomisili dan
bekerja di Kabupaten Solok Selatan.
BAB II
MAKSUD,TUJUAN DAN FUNGSI
Bagian Pertama
Maksud

Pasal 2
Maksud Berpakaian Muslim dan Muslimah bagi masyarakat merupakan
perwujudan seseorang atau masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala serta taat mengamalkan Agama Islam sekaligus melestarikan
pakaian adat.

3

Bagian Kedua
Tujuan

Pasal 3
Tujuan berpakaian Muslim dan Muslimah adalah :
1) Membentuk sikap sebagai seorang Muslim dan Muslimah yang baik dan
berakhlak mulia;
2) Membiasakan diri berpakaian Muslim dan Muslimah dalam kehidupan seharihari, baik dalam kehidupan berkeluarga maupun di hadapan umum;
3) Menciptakan masyarakat yang mencintai Budaya Islam dan Budaya
Minangkabau;
4) Melestarikan fungsi adat sesuai dengan pituah “syara’ mangato adat
memakai”.
Bagian Ketiga
Fungsi

Pasal 4
Fungsi berpakaian Muslim dan Muslimah adalah untuk menjaga kehormatan dan
harga diri, sebagai identitas Muslim dan Muslimah, serta untuk menghindari
kemungkinan terjadinya ancaman dan gangguan dari pihak lain.
BAB III
KEWAJIBAN DAN PELAKSANAAN
Bagian Pertama
Kewajiban

Pasal 5
Setiap Siswa/Siswi SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK dan Karyawan/Karyawati
diwajibkan
berbusana
Muslim
dan
Muslimah,
sedangkan
bagi
Mahasiswa/Mahasiswi TNI dan Polri dan masyarakat umum adalah bersifat
himbauan.
Bagian Kedua
Pelaksanaan

Pasal 6
(1) Berpakaian Muslim dan Muslimah sebagaimana dimaksud pada pasal 5
dilaksanakan pada :
a. Kantor-kantor Pemerintah dan Swasta;
b. Sekolah-sekolah Negeri dan Swasta, mulai dari SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK;
c. Lembaga-lembaga Pendidikan Sekolah dan Luar Sekolah;
d. Acara-acara resmi;
(2) Bagi TNI Polri, Mahasiswa/Mahasiswi dan masyarakat umum dihimbau untuk
berpakaian muslim dan muslimah dalam kehidupan sehari-hari termasuk pada
acara hiburan umum.

4

Pasal 7
(1) Ketentuan mengenai pakaian Muslim dan Muslimah bagi Karyawan /
Karyawati pada Kantor Pemerintah dan Swasta sebagaimana tersebut dalam
pasal 6 ayat (1) huruf a adalah sebagai berikut :
A. KARYAWAN :
1) Memakai celana panjang ;
2) Memakai baju lengan panjang / pendek.
B. KARYAWATI :
1) Memakai baju lengan panjang yang menutupi pinggul;
2) Memakai rok atau celana panjang yang menutupi sampai mata kaki;
3) Memakai kerudung yang menutupi rambut, telinga, leher, tengkuk dan
dada.
(2) Pakaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tembus pandang, dan tidak
memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh (tidak ketat), serta pusar tidak terbuka.
(3) Ketentuan mengenai Model Pakaian Muslim dan Muslimah diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 8
(1) Ketentuan memakai Pakaian Muslim dan Muslimah bagi Siswa / Siswi
sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) huruf b adalah sebagai berikut :
A. LAKI-LAKI :
1) Memakai celana panjang;
2) Memakai baju lengan panjang / pendek.
B. PEREMPUAN :
Memakai baju lengan panjang yang menutup pinggul dan dada yang
dalamnya sampai lutut;
1) Memakai rok atau celana panjang yang menutupi sampai mata kaki;
2) Memakai kerudung yang menutup rambut, telinga, leher dan tengkuk
serta dada.
(2) Pakaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tembus pandang dan tidak
memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh (tidak ketat) serta pusar tidak terbuka.
(3) Ketentuan mengenai model pakaian diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 9
Ketentuan memakai pakaian Muslim dan Muslimah pada Lembaga Pendidikan
Sekolah dan Luar Sekolah sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) huruf c,
menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku pada Karyawan / Karyawati.
Pasal 10
Ketentuan memakai pakaian Muslim dan Muslimah pada Acara Resmi
sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) huruf d, menyesuaikan dengan jenis
acara dan ketentuan yang berlaku setempat.

5

BAB IV
SANKSI
Pasal 11
Setiap pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi
sebagai berikut:
a. Bagi Karyawan / Karyawati / Dosen / Guru-guru dikenakan sanksi dengan
ketentuan Disiplin Pegawai.
b. Bagi Siswa / Siswi dikenakan sanksi secara bertingkat sebagai berikut :
1) ditegur secara Lisan;
2) ditegur secara tertulis;
3) diberitahukan kepada orang tua;
4) tidak dibolehkan mengikuti pelajaran di sekolah;
5) dikeluarkan / dipindahkan dari sekolah.
c. Bagi Panitia yang menyelenggarakan Acara Resmi, dikenakan sanksi berupa
teguran secara lisan agar Panitia menertibkan undangan;
BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 12
Pembiayaan untuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, kepada Orang Tua Murid / Siswa, masyarakat dan
bantuan lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB VI
PENGAWASAN
Pasal 13
Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Bupati dan
atau Pejabat lain yang ditunjuk serta Masyarakat.
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 14
(1) Peraturan Daerah ini hanya berlaku bagi masyarakat yang beragama Islam dan
berdomisili dan atau bekerja di daerah Kabupaten Solok Selatan.
(2) Bagi Karyawan / Karyawati, Mahasiswa / Mahasiswi, Siswa / Siswi dan
Pelajar serta masyarakat yang tidak beragama Islam busananya menyesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku bagi agama masing-masing.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

6

(2) Peraturan Daerah ini berlaku efektif 1 (satu) tahun sejak tanggal di undangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Solok Selatan

Ditetapkan di Padang Aro
Pada Tanggal, 12 September 2005
BUPATI SOLOK SELATAN

SYAFRIZAL
Diundangkan di Padang Aro
Pada Tanggal, 13 Oktober 2005
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN,

ROSMAN EFFENDI, SE,SH,MM,MBA
Pembina Tk. I. NIP. 010122943
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN TAHUN 2005
NOMOR

1

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 4 TAHUN
2010
TENTANG
WAJIB BACA TULIS AL-QURAN BAGI SISWA SEKOLAH DASAR /
MADRASAH IBTIDAIYAH, SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/
MADRASAH TSANAWIYAH DAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
/ MADRASAH ALIYAH / SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SERTA
CALON PENGANTIN YANG BERAGAMA ISLAM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BANJARMASIN,
Menimban:

a.

b.

c.

d.

e.

bahwa AI-Quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah
Subhanahu wata’ala kepada Nabi Muhammad, sebagai salah satu
Rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta, didalamnya
terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi dasar hukum, petunjuk,
pedoman dan pelajaran serta ibadah bagi orang yang membaca,
mempelajari, mengimani serta mengamalkannya;
bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan;
bahwa Pendidikan Alqur’an di Indonesia sebagai Sub Sistim
Pendidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistim Pendidikan Nasional, bercita-cita untuk
terwujudnya Insan Kamil atau Muslim Paripurna yang
mencerminkan ciri-ciri kualitas manusia seutuhnya;
bahwa kemampuan membaca Al-Quran bagi anak didik
merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam yang memiliki
arti Strategis untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa,
khususnya dalam rangka menanamkan nilai-nilai Iman dan
Taqwa bagi generasi muda dan masyarakat pada umumnya;
bahwa dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
serta pengamalan Al-Qur'an oleh seluruh lapisan masyarakat,
sesuai dengan Kitabbullah, maka dipandang perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Wajib baca tulis AL-Quran bagi Siswa
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah,Siswa Sekolah Menengah
Pertama / Madrasah Tsanawiyah dan Siswa Sekolah Menengah
Atas / Madrasah Aliyah / Sekolah Menengah Kejuruan Serta
Calon Pengantin yang beragama Islam

2

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai UndangUndang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959
Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3886);
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
IndonesiaTahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Dasar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor
36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3412) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 55 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 90,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3763);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3413) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Pendidikan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3746);

3

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4769);
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin
Nomor 16 Tahun 1992 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin
(Lembaran Daerah Nomor 3 Tahun 1993 Seri D Nomor 2);
11. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 12 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Tahun 2008
Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 10);
12. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 15 Tahun 2008
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah
Tahun 2008 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 11);
dengan persetujuan bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARMASIN
dan
WALIKOTA BANJARMASIN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG WAJIB BACA TULIS
AL-QURAN BAGI SISWA SEKOLAH DASAR /
MADRASAH
IBTIDAIAH,
SISWA
SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH
DAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH
ALIYAH / SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SERTA
CALON PENGANTIN YANG BERAGAMA ISLAM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kota Banjarmasin;
2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Banjarmasin;
3. Wajib Baca adalah kemampuan seseorang untuk membaca huruf atau lambang,
baik huruf arab atau latin dan sebagainya;

4

4. Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang berisi wahyu Allah SWT yang
diturunkanNya melalui Nabi Muhammad Rasulullah SAW dengan perantaraan
Malaikat Jibril dan membacanya menjadi ibadah;
5. Wajib Baca Tulis Al-Qur'an adalah upaya untuk menjadikan siswa dan
masyarakat pandai baca tulis Al-Qur’an dengan baik dan benar;
6. Wajib membaca AI-Qur'an dengan baik dan benar adalah Kemampuan
seseorang membaca Al-Qur'an dengan Fasih sesuai dengan Ilmu Tajwid;
7. Siswa Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat dengan Siswa SD, adalah
Siswa SD / Madrasah lbtidaiyah (MI) se Kota Banjarmasin;
8. Siswa Sekolah Menengah Pertama selanjutnya disingkat dengan Siswa SMP
adalah Siswa SMP /Madrasah Tsanawiyah (MTs) Se Kota Banjarmasin;
9. Siswa Sekolah Menengah Atas selanjutnya disingkat dengan Siswa SMA
adalah Siswa SMA / SMK / Madrasah Aliyah se Kota Banjarmasin;
10. Calon Pengantin adalah seorang laki-laki dan atau perempuan yang akan
melangsungkan pernikahan bagi yang beragama Islam;
11. Masyarakat adalah masyarakat Kota Banjarmasin;
12. Guru Agama dan Kepala Sekolah adalah Guru Agama Islam dan Kepala
Sekolah pada Sekolah Dasar/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA se Kota
Banjarmasin;
13. Kantor Kementerian Agama adalah kantor Kementerian Agama Kota
Banjarmasin;
14. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat dengan PPNS adalah
Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kota Banjarmasin
yang diangkat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN FUNGSI
Pasal 2
Maksud wajib baca tulis Al-Quran bagi Siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA
serta Calon Pengantin yang beragama Islam adalah untuk membentuk Insan Kamil
atau Muslim / Muslimah yang Paripurna yang mencerminkan ciri-ciri kualitas
manusia seutuhnya sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Pasal 3
Tujuan wajib baca tulis Al-Qur'an bagi Siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA
serta Calon Pengantin yang beragama Islam adalah :
a. Tujuan Umum
Tujuan Umum adalah agar setiap Siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA
serta Calon Pengantin dan masyarakat :
1. Memiliki sikap sebagai seorang muslim/muslimah yang baik dan berakhlak
mulia;
2. Memiliki sikap sebagai warga Negara Indonesia dan masyarakat yang baik,
berbudi luhur, berdisiplin dan bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata'ala;
3. Mempunyai pengetahuan tentang dasar-dasar hidup beragama Islam serta
terampil dan taat dalam melaksanakan ibadah.

5

b. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus wajib baca tulis Al-Qur'an adalah agar setiap Siswa SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/ MA serta calon pengantin :
1. Mampu baca tulis Al-Qur'an dengan baik dan benar serta terbiasa membaca
dan mencintai Al-Qur'an dan mengaplikasikannya dalam kehidupan seharihari;
2. Mampu memahami dan menghapal ayat-ayat Al-Qur'an untuk bacaanShalat sekaligus dalam rangka memakmurkan dan mencintai Mesjid,
Mushalla/langgar, serta dapat menjadi imam yang baik dalam Shalat.
Pasal 4
Fungsi wajib baca tulis Al-Qur'an dengan baik dan benar adalah sebagai wahana
menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahuwata'ala bagi
Siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA serta Calon Pengantin dan masyarakat
adalah dalam rangka membentuk Keluarga Sakinah, mawaddah, warrahmah.
BAB III
KEWAJIBAN DAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN
Pasal 5
(1) Setiap Siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA yang akan menamatkan
jenjang pendidikan wajib baca tulis Al-Qur'an dengan baik dan benar.
(2) Wajib baca tulis Al-Qur'an dengan baik dan sebagaimana dimaksud ayat (1)
dengan klasifikasi:
a. Lancar baca tulis Al-Qur'an dengan mengenal Tajwid dasar;
b. Lancar baca tulis Al-Qur'an dengan mengenal Ilmu Tajwid dan Tartil;
c. Pandai dan fasih baca tulis Al-Qur'an sesuai dengan Ilmu Tajwid dan
mempunyai irama/seni yang baik sesuai dengan fitrahnya.
Pasal 6
(1) Setiap Sekolah mulai dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA agar menambah
jam pelajaran Agama, yang dipergunakan khusus untuk mempelajari Al-Qur’an
melalui intrakurikuler.
(2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap sekolah agar
mewajibkan kepada setiap siswa yang belum pandai baca tulis Al-Qur'an untuk
belajar baca tulis Al-Qur'an di MDA / MDW / MDU atau di TPA dan TPSA,
Masjid, Musholla/Langgar dan sebagainya.
(3) Kepada Pemerintah kota dan masyarakat serta orang tua siswa agar mendukung,
membantu dan memotivasi kelancaran belajar mengajar sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
Pasal 7
Ketentuan penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1)
adalah sebagai berikut:
a. Mengikuti kurikulum yang ditetapkan oleh instansi terkait;
b. Kurikulum yang dikembangkan khusus untuk wajib baca tulis Al-Qur'an
sebagai mata pelajaran baru bagi satuan pendidikan yang belum ada;

6

c. Tenaga Guru untuk melaksanakan pendidikan wajib baca tulis Al-Qur’an
adalah Guru Pendidikan Agama Islam satuan pendidikan yang bersangkutan
dan atau dari Guru yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah atau Guru
pembimbing TPA/ TPSA / MDA atau dari Guru Mengaji dan Tokoh masyarakat
setempat;
d. Sarana dan prasarana yang diperlukan diutamakan dari satuan pendidikan yang
bersangkutan.

(1)

(2)
(3)
(4)

Pasal 8
Proses belajar mengajar secara operasional adalah tanggung jawab guru atau
tenaga pendidik . sedangkan pembinaannya secara umum adalah tanggung
jawab Pemerintah Daerah dan secara teknis adalah tanggung jawab Kantor
Kementerian Agama, Dinas Pendidikan dan Lembaga informal lainnya.
Penilaian atas wajib baca tulis Al-Qur’an dititik beratkan pada kemampuan baca
tulis Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan tingkat pendidikannya.
Penilaian bagi siswa yang mengikuti pendidikan wajib baca tulis Al-Qur’an
melalui Instansi terkait.
Penilaian hasil belajar bagi siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA sederajat
yang mengikuti pendidikan wajib baca tulis Al-Qur'an, sebagai mata pelajaran
baru, ditulis sebagai mata pelajaran tersendiri dan memiliki nilai tersendiri bagi
satuan pendidikan yang belum ada.

Pasal 9
(1) Hasil penilaian pendidikan wajib baca tulis Al-Qur'an sebagaimana dimaksud
pada Pasal 8, pada akhir pendidikan kepada setiap Siswa SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA dan sederajat diberikan Sertifikat setelah dilaksanakan
pengujian/ evaluasi oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.
(2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan oleh Walikota
atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan rekomendasi dari Satuan Pendidikan
yang bersangkutan.
(3) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang berhubungan dengan
MI,MTs, dan MA harus mendapatkan rekomendasi dari Kementrian Agama
Kota Banjarmasin.
Pasal 10
(1) Setiap pasangan calon Pengantin yang akan melaksanakan pernikahan
wajib baca tulis Al-Qur'an dengar baik dan benar.
(2) Kemampuan baca tulis Al-Qur'an sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) atau dihadapan Pembantu
Pegawai Pencatat Nikah (P3N) yang bertugas membimbing acara pernikahan
tersebut.
BAB IV
SANKS1
Pasal 11
(1) Bagi setiap tamatan SD/MI dan atau SMP/MTs yang akan melanjutkan
pendidikan pada jenjang pendidikan berikutnya, temyata tidak mampu baca
tulis Al-Qur'an dengan baik dan benar dan atau tidak memiliki sertifikat wajib

7

baca tulis Al-Qur'an, maka yang bersangkutan tidak/belum dapat diterima pada
jenjang pendidikan tersebut.
(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
apabila siswa yang bersangkutan yang diketahui oleh orang tua atau walinya
menyatakan kesanggupannya untuk mengikuti program khusus belajar baca
tulis Al-Qur'an, baik yang diadakan di satuan pendidikan tersebut atau pada
tempat lain.
(3) Bagi Calon Pengantin yang tidak bisa baca tulis Al-Qur'an dengan baik dan
benar di hadapan PPN atau Pembantu PPN sebagaimana dimaksud pada Pasal
10 ayat (2), maka Pelaksanaan Nikahnya tetap dilangsungkan dengan membuat
surat pernyataan sanggup belajar baca tulis Al-Qur’an.
Pasal 12
(1) Apabila Sertifikat yang dikeluarkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat
(2) ternyata mengandung kepalsuan, dikenai sanksi administrasi atau pidana.
(2) Sanksi sebagairnana dimaksud ayat (1) bagi Pegawai Negeri Sipil dapat
dikenakan Sanksi / Hukuman Disiplin sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1980 atau peraturan disiplin lainnya yang berlaku, sedangkan
bagi yang bukan Pegawai Negeri Sipil dapat dikenakan Sanksi / Hukuman
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB V
KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN
Pasal 13
(1) Barang siapa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan
Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan
dan atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini merupakan
Tindak Pidana Pelanggaran.
Pasal 14
(1) Selain Pejabat Penyidik Umum, penyidikan atas Tindak Pidana sebagaimana
dimaksud Pasal 13 Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya
ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam melakukan Tugas penyidikan, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini berwenang :
a. Menerima Laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan
pemeriksaan;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari kegiatannya dan memeriksa
tanda pengenal diri tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat;
e. Mengambil Sidik jari dan memotret seseorang;
f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;

8

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut Umum, tersangka atau
keluarganya;
i. Mengadakan
tindakan
lain
menurut
hukum
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini
membuat Berita Acara setiap tindakan tentang :
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Pemasukan Rumah;
c. Penyitaan Benda;
d. Pemeriksaan Surat;
e. Pemeriksaan Saksi;
f. Pemeriksaan di tempat kejadian.
(4) Berita Acara sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini diteruskan kepada
Kejaksaan Negeri melalui Penyidik Umum Polisi Republik Indonesia.
BAB VI
PEMBIAYAAN
Pasal 15
Pembiayaan untuk pelaksanaan pendidikan wajib baca tulis Al-Qur'an dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, kepada Orang Tua Murid /
Siswa, masyarakat dan bantuan lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
BAB VII
PENGAWASAN
Pasal 16
(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh
Walikota dan atau Pejabat lain yang ditunjuk.
(2) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah yang berhubungan dengan
MI,MTs, dan MA serta calon pengantin dilakukan oleh Kementerian Agama
Kota.
(3) Walikota dalam rangka melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dapat membentuk Tim Pengawasan Terpadu.

9

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17
(1) Peraturan Daerah ini hanya berlaku bagi masyarakat yang beragama Islam sehat
jasmani dan rohani yang berdomisili di Daerah serta masyarakat yang akan
melaksanakan pernikahan di Daerah.
(2) Bagi siswa yang tidak beragama Islam agar dapat menyesuaikan dengan
tuntunan dan ketentuan yang berlaku bagi agama yang dianutnya.
Pasal 18
Sertifikat wajib baca tulis Al-Qur’an merupakan salah satu persyaratan untuk
dapat diterima pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.
(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku efektif 1 (satu) tahun sejak tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota
Banjarmasin.
Ditetapkan di Kota Banjarmasin
Pada tanggal 10 Maret 2010

WALIKOTA BANJARMASIN,

H. A. YUDHI WAHYUNI

Diundang