Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebebasan Berekspresi dalam Peraturan tentang Isi Media di Indonesia

Kebebasan Berekspresi dalam
Peraturan Tentang Isi Media
di Indonesia
Tesis
Diajukan Kepada
Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum
Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

Oleh:
Setyo Pamungkas
NPM: 322009005

Program Pascasarjana
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2014

iii

ABSTRACT
Freedom of expression constitutionally gains its

recognition by its statement in Article 28 and Article 28F of the
1945 Amendment. Such recognition indicates that Indonesia
has fulfilled its obligation as a state party to the convention
because it has ratified the Universal Declaration of Human
Rights and the International Covenant on Civil and Political
Rights. Recognition in the constitution is the basis of the law
of the media, including Law No. 40 of 1999 about the Press,
Law No. 32 of 2002 about Broadcasting, Law No. 11 of 2008
on Information and Electronic Transactions, and Law No. 33 of
2009 on Film.
National law through the law of the media regulates the
media’s content for the purpose of accommodating the
interests of human rights, particularly freedom of expression
implementation that uses the means of media. The press,
broadcasting, internet and movies are the space of freedom
for the media persons to express themselves or their works.
The principles of the right to have freedom of expression are
stated in Article 19 of the UDHR and Article 19 of the ICCPR. In
the convention, there are some basic principles, such as the
recognition of the freedom of expression, the scope of the

implementation, and the limitations of the form. These
principles are obligations that must be met by Indonesia as
the party which has ratified the law. The ratification requires
the state to incorporate the principles of universal freedom of
expression in the legislation. Specifically about the content of
the media, all legislation must use the principles of the
convention as its material.
Recognition of the right includes the forms of freedom
of expression, which explicitly means that every person has the
right to communicate and obtain information to develop
v

personal and social environment, and the right to seek, obtain,
possess, keep process and convey information by using all
available channels. The essence of the importance is in all
available channels should also be able to provide space to
realize the freedom of expression. The recognition of the
constitution impacts the formation of legislation on the media,
namely the Press Law, the Broadcasting Law, the Law for
movies and the Law of ITE. Directly, this is a juridical

recognition in the technical legislation.
Realization of freedom of expression is in the form of
the content of media products, press, broadcast, electronic
information, and films. This form of media is distributed by
media entities which should still be subject to the laws. The
need for the procedure is stipulated by the law so that all the
output of the media entities are closely monitored and
address all the concerns associated with the media content.
Thus, the media content must not conflict with the things that
have been set in the legislation.
Meanwhile, it does not mean the contents of media are
not given limits. Restriction is absolutely necessary that the
media does not show information and news that is not
suitable for public viewing and could harm others. The
restriction is carried out in line with Article 19, Section (2) of
the ICCPR, which is based on the law to respect the reputation
of others, public order, public Morals, public health.
Restrictions are also needed to prevent racial discrimination
behavior and other forms of violence. All four laws set limits to
the media content, just as the convention and UndangUndang Dasar 1945 set their principles.

Media content which is regulated by the law must have
harmony with other laws. At this point it is necessary that any
harmonization of the laws which regulate the content of the
media has the same conception. Harmonization lies in the two
vi

interests, namely the harmonization of substance and the
harmonization between legislation. Each of these laws has
different ways of implementation substance convention
principles. Harmonization is based on the legal substance,
legal structure and legal culture. Freedom of expression
remains a major concern in determining whether any laws
provide equal opportunities and constraints within the
framework of realization of freedom of expression by media
persons.
On the other hand, harmonization becomes an attempt
to clarify the position of convention principles contained in
the law. It is that the legislation has met the requirements set
by the conventions. This requirement is set because the laws
have established the legal system on the freedom of

expression right which is universal.
Keywords: Freedom of expression, harmonization, media
content

vii

viii

ABSTRAK
Freedom of the expression mendapatkan pengakuan
secara konstitusional dengan dicantumkan di dalam Pasal 28
dan Pasal 28F UUD 1945 Amandemen. Pengakuan tersebut
mengindikasikan bahwa negara Indonesia memenuhi
kewajiban sebagai negara pihak dalam konvensi karena telah
meratifikasi Universal Declaration of Human Rights dan
International Covenant on Civil and Political Rights. Pengakuan
dalam konstitusi, menjadi dasar pembentukan undangundang tentang media, diantaranya Undang-Undang No. 40
Tahun 1999 tentang Pers, Undang-Undang No. 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan UndangUndang No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman.

Hukum nasional melalui undang-undang tentang
media, mengatur isi media dengan maksud mengakomodasi
kepentingan hak asasi, khususnya implementasi kebebasan
berekspresi yang menggunakan sarana-sarana media. Pers,
penyiaran, internet dan film adalah ruang kebebasan bagi para
pelaku media untuk mengekspresikan diri atau karya-karya
media. Prinsip-prinsip hak atas kebebasan berekspresi yang
tercantum di dalam Article 19 UDHR dan Article 19 ICCPR. Di
dalam konvensi tersebut ada beberapa prinsip dasar yakni:
pengakuan terhadap kebebasan berekspresi, cakupan
implementasi kebebasan berekspresi, dan batasan-batasan
wujud kebebasan berekspresi. Prinsip tersebut merupakan
kewajiban yang harus dipenuhi Negara Indonesia sebagai
negara pihak karena telah meratifikasi. Ratifikasi tersebut
menimbulkan kewajiban bagi negara untuk memasukkan
prinsip-prinsip kebebasan berekspresi yang universal di dalam
peraturan perundang-undangan. Khusus mengenai isi media,
v

semua undang-undang harus menggunakan prinsip-prinsip

konvensi sebagai muatan materinya.
Pengakuan hak meliputi bentuk kebebasan berekspresi,
yang secara eksplisit bahwa setiap orang berhak untuk
berkomunikasi
dan
memperoleh
informasi
untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah,
dan
menyampaikan
informasi
dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Esensi
pentingnya ada pada segala saluran yang tersedia juga harus
mampu menyediakan ruang untuk mewujudkan kebebasan
berekspresi. Pengakuan di dalam konstitusi berimplikasi pada
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang media,

yakni dalam UU Pers, UU Penyiaran, UU ITE dan UU Perfilman.
Secara langsung, hal ini merupakan pengakuan secara yuridis
dalam perundang-undangan teknis.
Perwujudan kebebasan berekspresi ada pada isi yang
berupa produk-produk media, baik pers, siaran, informasi
elektronik, dan film. Wujud media ini disebarluaskan oleh
entitas media yang tetap harus tunduk pada undang-undang
yang mengaturnya masing-masing. Kebutuhan prosedur
ditetapkan oleh undang-undang agar semua keluaran dari
entitas media diawasi secara ketat dan memperhatikan semua
kepentingan yang berhubungan dengan isi media. Dengan
demikian isi media tidak boleh bertentangan dengan hal-hal
yang telah diatur di dalam undang-undang.
Sementara itu, bukan berarti isi media tidak diberikan
batasan. Pembatasan mutlak diperlukan agar media tidak
menampilkan informasi dan berita yang tidak layak
dikonsumsi dan membahayakan pihak lain. Pembatasan
dilakukan agar sejalan dengan Article 19 Section (2) ICCPR,
yakni
ditetapkan

berdasar
undang-undang,
untuk
menghormati reputasi nama baik pihak lain, public order,
vi

public morals, public health. Batasan juga diperlukan untuk
mencegah perilaku diskriminasi SARA dan bentuk kekerasan
lain. Keempat undang-undang mengatur batasan kepada isi
media, sebagaimana konvensi dan UUD 1945 mengatur
prinsipnya.
Isi media yang diatur di dalam undang-undang, harus
memiliki keselarasan antara undang-undang yang satu
dengan undang yang lain. Pada titik ini harmonisasi
diperlukan agar tiap undang-undang mengatur isi media
dengan konsepsi yang sama. Harmonisasi terletak pada dua
kepentingan, yakni harmonisasi materi muatan dan
harmonisasi antar undang-undang. Masing-masing undangundang memiliki substansi yang berbeda cara implementasi
prinsip konvensi. Harmonisasi berlandaskan pada legal
substance, legal structure dan legal culture. Kebebasan

berekspresi tetap menjadi perhatian utama dalam
menentukan
apakah
tiap
undang-undang
tersebut
memberikan kesempatan sekaligus batasan yang setara dalam
rangka perwujudan kebebasan berekspresi oleh para pelaku
media.
Di sisi lain, harmonisasi menjadi upaya untuk
memperjelas kedudukan prinsip konvensi yang terdapat pada
undang-undang, yakni bahwa undang-undang telah
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan konvensi. Syarat ini
ditetapkan karena undang-undang membentuk sistem hukum
atas kebebasan berekspresi yang menjadi hak asasi yang
universal.
Kata kunci: kebebasan berekspresi, harmonisasi, isi media

vii


viii

KATA PENGANTAR
Rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan
Yesus Kristus, yang telah membimbing penulis untuk
menyusun dan menyelesaikan tesis ini sebagai tugas
akhir untuk memperoleh gelar Magister Hukum di
Program
Pascasarjana
Magister
Ilmu
Hukum
Universitas Kristen Satya Wacana.
Tesis ini diberikan judul: Kebebasan Berekspresi
dalam Peraturan Tentang Isi Media di Indonesia.
Penulisan
tesis
ini
mengajukan
topik
yang
menitikberatkan pada kebebasan berekspresi sebagai
hak asasi yang universal. Hak ini diakui di dalam
sistem hukum nasional, semenjak diatur di dalam UUD
1945 dan keempat undang-undang tentang media: UU
No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, UU No. 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran, UU No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan UU
No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman. Secara khusus
penelitian yang diajukan penulis adalah untuk melihat
bagaimana
kebebasan
berekspresi
memberikan
inspirasi bagi pengaturan tentang isi (content) media. Isi
media manjadi komoditas di dalam bisnis media yang
menentukan arah demokrasi di bidang media, yakni
bahwa masyarakat, pelaku media dan pemerintah
berada pada satu koridor hukum media yang sama.
Prinsip-prinsip di dalam konvensi internasional, yang
terkait dengan kebebasan berekspresi menjadi panduan
utama dalam membentuk peraturan perundangundangan yang mengakui dan mengimplementasikan
hak universal ini di dalam hukum nasional.
ix

Di samping itu, penulis hendak melihat
bagaimana sistem hukum media dibangun secara
harmonis. Khususnya mengenai isi media, hukum
nasional dipandang sebagai wadah aturan yang
aplikatif bagi pelaku media dan masyarakat sebagai
konsumen media. Negara pada konteks ini harus
mampu menyusun sebuah sistem hukum tentang isi
media yang dapat secara komprehensif dipahami dalam
harmonisasi aturan yang sama pemahamannya antara
undang-undang yang satu dengan undang-undang
yang lain. Keutuhan dan kesinambungan antar
undang-undang
tentang
media,
menentukan
keselarasan arah isi media yang diatur dan menjadi
sumber kebutuhan informasi bagi masyarakat.
Esensi dari penulisan tesis ini adalah untuk
melihat bagaimana negara sebagai subyek internasional
telah berkontribusi dalam pemenuhan atas hak asasi
manusia, khususnya memberikan perlindungan yang
layak pada hak atas kebebasan bereskpresi. Negara
juga menjadi pihak yang menetapkan kewajibankewajiban bagi pelaku media untuk menjaga dan
melindungi isi media sebagai wujud riil dari kebebasan
berekspresi di bidang media, baik pers, penyiaran,
internet maupun film.
Kewajiban negara yang telah meratifikasi
konvensi-konvensi internasional tentang hak asasi
manusia, memunculkan kewajiban untuk memasukkan
prinsip-prinsip hak asasi di dalam sistem hukum yang
dibentuknya. Secara sederhana, pengaturan tentang isi
media, menjadi implementasi yuridis tentang prinsip
kebebasan berekspresi sebagai hak asasi manusia
diakui dan dikembangkan di Indonesia. Pengembangan
ini tentu saja bermula dari kesadaran negara sebagai
x

pelindung sekaligus pemberi batas yang bertanggung
jawab. Oleh karenanya, pembentukan sistem hukum
media, khususnya yang mengatur isi media, memiliki
karakter
perlindungan
yang
komprehensif
dan
memadai.
Di samping itu, harmonisasi hukum juga penting
dilakukan demi menjaga agar konteks perlindungan
terhadap kebebasan berekspresi yang merupakan hak
universal, tidak diciderai dengan perbedaan makna
pengertian antara undang-undang yang satu dengan
undang-undang yang lain. Harmonisasi hukum
menciptakan keselarasan dan keseimbangan dalam
membentuk sistem hukum media, demi mendorong
kesesuaian makna kebebasan berekspresi, secara
vertikal maupun horizontal. Tentang bagaimana
kebebasan berekspresi dinyatakan dan diakui dalam
konvensi, undang-undang dasar, dan diadopsi di dalam
peraturan perundang-undangan tentang media. Lalu
bagaimana secara berhadap-hadapan antar undangundang memuat prinsip kebebasan berekspresi,
khususnya tentang isi media. Inilah esensi dari
penulisan
tesis,
yakni;
mengetahui
bagaimana
akomodasi kebebasan berekspresi melalui isi media
serta harmonisasi hukum isi media.
Harapannya adalah bahwa tesis ini dapat
memberikan sumbangsih pemikiran tentang kebebasan
berekspresi, khususnya tentang pengaturan isi media
di Indonesia.
Terimakasih.
Hormat saya,
Penulis

xi

xii

PERSEMBAHAN
Tesis ini merupakan rumusan tentang penelitian yang
telah disusun dan diselesaikan oleh penulis dengan
melibatkan banyak sumber informasi dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis hendak
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, Sang Penolong yang menyertai
setiap waktu, memberikan berkat terus menerus, dan
mengasihi selalu;
2. Drs. Yohanes Warsono (Almarhum), Bapak yang telah
menuliskan sejarah bagi kehidupan penulis;
3. Ibu Wigatining Warsini yang menjadi orang tua yang
hebat dan mendampingi penulis dalam tiap peristiwa
yang dilalui penulis termasuk menyelesaikan studi;
4. Wisnu Wardhana, Endah Wulandari, S.Pd, dan Kesie
Istichomah, S.Si., kakak-kakak penulis yang telah
memberikan semangat dan doa bagi penulis dalam
penyusunan tesis ini;
5. Dr. Tri Budiyono, S.H., M.H., selaku Ketua Program
Studi Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas
Kristen Satya Wacana yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi
di PPs MIH UKSW sekaligus membagi pengalaman
belajar di kelas kuliah S2 maupun S1;
6. Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H., M.H., dan Umbu
Rauta, S.H., M.H., yang telah berkenan menjadi
Pembimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini;
7. Krishna Djaja Darumurti, S.H., M.H selaku Dekan
Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga yang menjadi pemimpin di tempat penulis
menyelesaikan studi;
8. Segenap staf pengajar dan pegawai di lingkungan
Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana
xiii

9.

10.

11.
12.

13.

Salatiga yang telah membantu penulis dalam
memenuhi kewajiban penulis di FH UKSW;
Teguh Pambudi, S.T., dan Alma Cindhi Permata, S.H.,
sahabat penulis di tempat kerja penulis yang terus
mengingatkan dan memberi semangat yang tak kenal
lelah kepada penulis;
Yusup Wibisono, S.H., dan Riyanto, S.E., sebagai
atasan penulis yang terus mendorong agar penulis
dapat terus berkembang dalam studi dan pekerjaan
yang diemban penulis;
Valentine Primi Kristiani, yang istimewa, yang selalu
di hati dan yang hadir dengan cara berbeda;
Segenap rekan kerja di tempat kerja penulis yang
bersedia bersama-sama dengan penulis dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab di bidang
pekerjaan penulis, Ricardo Ariesta Manoppo, S.Psi.,
Yeni Rudianto, S.Psi., Muhammad Dhani Iskandar,
S.Kom., Lilis Prasetyaningsih, S.H., Jamaludin Al
Ashari, S.H., Endy Mardianto, S.Kom. dan Erwin
Pamungkas, S.T.;
Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan
satu-persatu,
yang
telah
mengisi
kehidupan penulis.

Demikian
tesis ini disusun demi kepentingan
akademis penulis dan memberikan sumbangsih kepada
dunia akademis yang senantiasa dicintai. Semoga tesis ini
dapat menjadi salah satu sumber referensi bagi
perkembangan hukum media di Indonesia.
Tuhan memberkati pelayanan kita. Amien.
Hormat saya,
Penulis

xiv

DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................... i
Lembar Pengesahan ............................................... iii
Abstrak ................................................................... v
Kata Pengantar ...................................................... ix
Persembahan ....................................................... xiii
Daftar Isi ............................................................ xvi
Daftar Tabel ......................................................... xix
Daftar Bagan ..........................................................xx
Bab I Pendahuluan .................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................15
C. Keaslian Penulisan ............................................16
D. Tujuan Penulisan ..............................................16
E. Manfaat Penulisan ............................................17
1. Manfaat Teoritik ..........................................17
2. Manfaat Praktis ...........................................17
F. Tinjauan Pustaka ..............................................18
1. Tentang Kebebasan Berekspresi...................18
2. Tentang Media dan Hukum Media ...............22
3. Tentang Harmonisasi Hukum ......................24
G. Metode Penelitian ..............................................28
1. Jenis Penelitian ...........................................28
2. Tipe Penelitian .............................................28
3. Pendekatan Masalah ....................................29
4. Bahan Hukum .............................................29
5. Unit Amatan dan Unit Analisis.....................31
Bab II Kerangka Kebebasan Berekspresi dan
Harmonisasi Hukum Media........................... 33
A. Media dan Kebebasan Berekspresi ....................33
1. Absolutist Theory ............................................ 38
xv

2. Ad Hoc Balancing Theory ................................39
3. Preferred Position Balancing Theory................41
4. Meiklejohnian Theory.......................................42
5. Access Theory ..................................................44
B. Instrumen
Hukum
Internasional
Mengenai
Kebebasan Berekspresi ..................................... 52
1. Konvensi Internasional ................................. 52
a. Universal Declaration of Human Rights ....52
b. International Covenant on Civil and Political
Rights ........................................................56
c. The African Charter on Human and Peoples
Rights ........................................................57
d. American Convention of Human Rights and
American Declaration of the Rights and
Duties of Man ............................................60
e. European Convention on Human Rights... 64
2. Prinsip-Prinsip Kebebasan Berekspresi di
dalam Instrumen.......................................... 66
a. Kewajiban-kewajiban Umum .................. 67
b. Hak Untuk Menyampaikan Pendapat
Tanpa Dibatasi ...................................... 70
c. Hak Untuk Mencari, Menerima, dan
Memberikan Informasi dan Gagasan ...... 71
d. Jenis Informasi atau Gagasan yang
Dilindungi .............................................. 72
e. Alasan
yang
Diperkenankan
Untuk
Pembatasan ........................................... 73
3. Elemen Dasar Kebebasan Berekspresi di
dalam Konvensi ............................................ 74
a. “Everyone shall have the rights..” .............75
b. “..to seek, receive and impart..” ................75
c. “..an information and ideas of any
kinds..” ......................................................77
xvi

d. “..regardless of frontiers..” ....................... 79
e. “..through any media..” ............................ 80
f. “..to respect and to ensure..” .................... 80
C. Dua Sisi Kebebasan Berekspresi sebagai Hak
Asasi .................................................................81
1. Kebebasan Berekspresi sebagai Derogable
Right ................................................................ 81
2. Kebebasan Berekspresi sebagai Inalienable
Right ................................................................ 87
D. Ruang Lingkup Kebebasan Berekspresi .............91
1. Keabsahan
Pembatasan
Berdasarkan
Ketentuan Instrumen Internasional ..............95
2. Ruang Lingkup Pembatasan oleh karena
Keberadaan Hak Lain dalam Instrumen ......105
E. Harmonisasi Hukum .......................................109
1. Definisi .......................................................109
2. Harmonisasi Hukum ..................................114
3. Aspek-Aspek dalam Harmonisasi Hukum ...120
Bab III Konstruksi Kebebasan Berekspresi dalam
Regulasi Isi Media ...................................... 131
A. Kebebasan Berekspresi sebagai Hak Asasi
Manusia di Indonesia ......................................131
1. Pengakuan Kebebasan Berekspresi di dalam
Konstitusi ...................................................132
2. Representasi Kebebasan Berekspresi sebagai
Isi yang diatur dalam Peraturan Perundangundangan ...................................................138
a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
tentang Pers .........................................140
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran ................................146
xvii

c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang
Informasi
dan
Transaksi
Elektronik ............................................ 156
d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009
tentang Perfilman................................. 164
B. Kebebasan
Berekspresi
dalam
Peraturan
Perundangundangan
tentang
Media
di
Indonesia ....................................................... 172
1. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hak dalam
Peraturan Tentang Isi Media....................... 179
2. Menjamin Hak atas Kebebasan Berekspresi
dalam Hukum Nasional .............................. 188
3. Struktur dalam Jaminan Hukum terhadap
Kebebasan Berekspresi .............................. 196
4. Limitasi Kebebasan Berekspresi dalam Isi
Media ......................................................... 204
a. Pembatasan Berdasar Ketentuan
Otentik ................................................. 209
b. Pembatasan oleh karena Eksistensi Hak
Lain ...................................................... 219
C. Harmonisasi Peraturan Isi Media .................... 247
1. Harmonisasi
Materi
Muatan
Peraturan
Perundang-undangan dengan Konvensi dan
Konstitusi .................................................. 251
2. Harmonisasi Isi Media ................................ 258
Bab IV Penutup ................................................... 269
A. Kebebasan Berekspresi Sebagai Isi Media ....... 269
B. Harmonisasi Hukum Tentang Isi Media........... 277
C. Saran-saran .................................................... 283
Daftar Pustaka .................................................... 287
xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. P3 dan SPS..............................................155
Tabel 3.2. Ketentuan tentang Isi dalam UU ITE........163
Tabel 3.3. Pengakuan Kebebasan Berekspresi
Sebagai Hak .............................................188
Tabel 3.4. Lembaga Negara di Bidang Media ............194
Tabel 3.5. Perbandingan Pembatasan ......................212
Tabel 3.6. Asas Dalam Undang-Undang Media .........214
Tabel 3.7. Larangan Muatan Isi Media .....................223
Tabel 3.8. Public Order, Public Health dan
Public Moral .............................................239
Tabel 3.9. Pemenuhan Prinsip Kebebasan
Berekspresi Dalam Isi Media ....................246

xix

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1. Konvensi, UUD dan Undang-undang. ..... 187

xx