Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

LAMPIRAN

Seminari Petrus van Diepen Aimas
Sekolah Berpola Asrama
(Oleh Antonius Pramudji/orang tua siswa)

Pandangan awam tentang seminari adalah suatu sekolah
khusus mendidik para calon imam. Pada umumnya sekolah adalah
tempat untuk menimba ilmu pergi pagi pulang siang atau bahkan sore.
Berbeda dengan Seminari Petrus van Diepen yang menerapkan pola
“Sekolah Berasrama”, pendidikan yang diterima bukan hanya sebatas
ilmu pengetahuan ilmiah, lebih dari itu pendidikan yang diterima anak
lebih paripurna pada tujuan yaitu “menelurkan” imam Katolik.
Mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah sebagai awam yang
juga mantan guru ada 3 hal yang saya pandang penting dalam proses
“mencetak” seorang imam Katolik. Yang pertama adalah faktor
lingkungan tempat tinggal/asrama (termasuk aturan-aturan yang
diterapkan) harus sedemikian rupa sehingga membentuk karakter/
watak yang harus dimilki oleh seorang imam Katolik. Faktor yang
pertama ini menjadi pendukung bagi faktor kedua yaitu pendidikan itu
sendiri. Pendidikan disini dimaksudkan adalah proses pendidikan

watak ilmiah (di sekolah) dan proses pendidikan watak pribadi dan
sosial (di asrama) maka tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan sumber
daya manusia pendidik dan sarana pra-sarana sebagai pendukung
proses pendidikan. Kualitas dan kuantitas kedua hal ini harus sesuai
dan mumpuni dalam menanamkan nilai-nilai keilmiahan dan nilainilai sosial keagamaan yang ingin dicapai; karena secara umum
pendidikan adalah salah satu bentuk kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat dengan perkembangan atau perubahan. Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang mampu menggali potensi peserta
165

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

didiknya sehingga mampu menghadapi tantangan di masa mendatang.
Tentu saja dalam kerangka seminari pandangan tersebut dipersiapkan
dalam sudut pandang “menjadi imam Katolik”.
“Menjadi Imam Katolik” saya tuliskan dalam tanda kutip
maksudnya ini adalah niat/motivasi anak-anak Katolik yang masuk
seminari. Motivasi adalah faktor ketiga dan terpenting dalam hal ini.
Faktor pertama dan kedua bukan hanya mendukung tapi juga harus

dapat memelihara dan memupuk niatan ini sehingga dapat bertumbuh
berkembang sesuai dengan perkembangan jaman yang dipandang dari
sudut gereja Katolik. Bukan untuk “mengkerdilkan” tetapi bukan juga
meletakannya dalam “zona nyaman” sehingga tenggelam “dimakan”
perubahan tanpa disadari. Demikian pun bagi orang-orang yang
membantu “menjadikan imam Katolik” tidak terbatas pada para
pengasuh dan para guru tetapi juga orang tua – orang tua peserta didik
pun demikian para awam harus paham bahwa niatan/motivasi ini
adalah “pondasi awal menjadi imam Katolik” anak-anak kita.
Jelaslah bahwa sekolah berpola asrama yang bisa lebih
maksimal mengakomodir ketiga faktor di atas sehingga tujuan dapat
tercapai lebih paripurna. Secara umum sekolah berpola asrama
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sekolah konvensional; yaitu berbagai layanan dalam proses pendidikan dapat diterima
anak secara terus-menerus, lebih terencana dan efektif oleh semua
elemen pendidik (termasuk pengasuh karena pada dasarnya pengasuh
adalah pendidik watak sosial dan pribadi anak) dalam upaya
pendidikan yang komprehensip holistik sehingga dapat menjadi output
yang lebih sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Tingkat kepatuhan dan kemandirian peserta didiknya lebih
dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tidak hanya dapat dilihat dari

kemandirian secara emosi tetapi juga mandiri dalam perilaku.
Pembentukan pandangan hidup pun berjalan secara mandiri timbul
dari interaksi antar siswa yang heterogen latar belakang sosial dan
tingkat kecerdasannya;yang dipadu dengan segala peraturan yang
diberlakukan untuk membentuk kedisiplinan, kepatuhan dan tanggung
166

Lampiran

jawab diharapkan pandangan hidup positif akan terbentuk dan
membuat nilai kesetiakawanan sosialnya menjadi lebih baik.
Melalui budaya disiplin dan mandiri ini diharapkan akan
tumbuh jiwa kepemimpinan. Pemimpin yang memiliki rasa
kesetiakawanan sosial positif yang selalu mengutamakan kepentingan
bersama dari pada kepentingan diri sendiri; jika kelak menjadi seorang
pemimpin. Jiwa kepemimpinan ini tidak akan dicapai dengan hanya
mendengarkan dan melihat tetapi juga harus dialami peserta didik,
maka dalam proses pendidikan di sekolah berpola asrama selalu ada
program yang membuat peserta didiknya merasakan/mengalami
menjadi seorang pemimpin.

Berkaitan dengan pendidikan watak sosial Seminari Petrus van
Diepen sebagai sekolah berpola asrama tingkat SMP dan SMA yang
terletak di Indonesia timur serta menitikberatkan penjaringan calon
peserta didiknya pada daerah-daerah yang lebih terpencil karena itu
memiliki keunikan tersendiri. Jika sekolah berpola asrama lain yang
terletak di daerah yang lebih maju pendidkan watak hanya mengasah
watak dan perilaku sesuai nilai-nilai yang sudah dikenal anak sebelum
masuk sekolah berasrama lebih dari itu yang harus dilakukan di
seminari ini. Para pengasuh di sini harus mengenalkan, memberitahu,
mengajari, membentuk dan mengasah nilai-nilai sosial yang berlaku
jamak di masyarakat umum kepada para peserta pendidiknya.
Oleh karena keunikan ini maka prinsip “memanusiakan
manusia” menjadi titik berat dalam proses pendidikan ini dan harus
benar-benar dilaksanakan sesuai dengan kondisi input yang diperoleh.
Pengkondisian ini sangat perlu dipikirkan, direncanakan dan
dilaksanakan secara disiplin, matang dan menyeluruh sehingga prinsip
ini tidak menjadi salah arah yang malah menjadikan peserta didik
merasa seperti “kuda lepas dari ikatan”. Semoga Seminari Petrus van
Diepen dapat menjadikan keunikan ini sebagai modal postif dalam
mendidik para calom imam.

Aimas SP II, 16 April 2014
167

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

Seminari Petrus van Diepen
Sekolah Berpola Asrama
Oleh RD. Jeremias Rumlus /Rektor Seminari

Seminari Petrus van Diepen merupakan sebuah lembaga
pendidikan dengan pola asrama. Pilihan sekolah dengan pola asrama
pertama-tama dimaksud agar dapat menampung peserta didik yang
secara geografis berdomisili jauh dari akses pendidikan yang
berkwalitas. Pihak Keuskupan dalam hal ini Uskup Keuskupan
Manokwari Sorong dan Yayasan Pendidikan dan Persekolahan
Keuskupan merasa terpanggil untuk turut terlibat mencerdaskan anakanak yang lahir besar di tanah Papua.
Pilihan sekolah berasrama dalam konteks geografis Papua
sejatinya menjadi solusi yang menggembirakan karena beberapa
pertimbangan mendasar yang bersifat kontekstual sebagai berikut:

1. Akses transportasi georafis yang terdiri dari pulau-pulau.
Pilihan transportasi adalah kapal laut atau pesawat. Dalam hal
ini asrama memberi tempat bagi peserta didik sebagai rumah
tinggal yang mendekatkan jarak dan memudahkan untuk
mengakses pendidikan. Selama tahun pembelajaran siswa dapat
tinggal di asrama untuk menyelesaikan proses pembelajaran
dalam kurun waktu tertentu.
2. Sekolah asrama menjadi media pembiasaan hidup dengan
aturan atau disiplin hidup sebagai suatu proses pembentukan
nilai. Dengan kata lain terjadi proses pendidikan yang bersifat
holistik atau komunikatif integratif antara nilai-nilai Scientia
(pengetahuan), Sanctitas (rohani–spiritual), Sanitas (kesehatan
fisik, mental, relasi sosial).
Untuk pencapaian maksud di atas maka sekolah asrama
Seminari Petrus van Diepen dikondisikan menjadi “home”/domus/
rumah dalam pengertian:
168

Lampiran


 Sekolah asrama menciptakan lingkungan penuh kasih
sayang jauh dari suasana perselisihan. Keberagaman tentu
menjadi kesulitan untuk cepat saling menerima tetapi
melalui kebersamaan yang berlangsung dalam satu
kompleks tinggal mewajibkan peserta didik untuk saling
menerima sebagai saudara seperti dalam keluarga sendiri.
 Sekolah asrama dapat menjadi tempat pengolahan diri di
mana yang kecil/ adik kelas merasa dibesarkan dan yang
besar/kakak kelas boleh merasa diri kecil (rendah hati)
untuk belajar dari adik kelas. Terjadi saling pembelajaran
yang saling membesarkan.
 Menjadi pusat pertumbuhan antara kasih sayang dan
angan-angan pribadi. Maksudnya di sekolah asrama peserta
didik belajar mengolah perasaan ego menjadi simpati dan
empati dalam kebersamaan. Dalam perasaan kasih sayang
inilah peserta didik menjadi termotivasi untuk terus
membangun angan-angan pribadi dalam prestasi-prestasi di
bidang akademik-intelektual, di bidang bakat kemampuan
olahraga, kesenian dan hidup sosial.
3. Kehidupan asrama di Seminari Petrus van Diepen menjadi

sebuah laboratorium sosiologis karena di sekolah asrama terjadi
interaksi sosial di mana hubungan antar manusia menjadi kunci
utama. Artinya baik di sekolah maupun di asrama diusahakan
berbagai pengalaman belajar sebagai persiapan untuk hidup di
masyarakat. Dalam hal ini Seminari membuat time schedule /
jadwal kegiatan yang terorganisir dalam aturan harian dan
program semesteran.
Berdasarkan beberapa pertimbangan mendasar di atas maka saya
berbesar hati untuk mengatakan bahwa pendidikan pola asaram
menjadi solusi yang menggembirakan bagi model pendidikan di
tanah Papua.
Aimas, 15 Mei 2014
169

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

POTRET WAJAH SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
(Sebuah Penilaian Terhadap Lembaga Seminari Petrus van Diepen)
Fr. Yustinus R. T. Neno, SVD*


Pengantar
Mengutamakan „anak-anak asli Papua‟ untuk menjadi manusia
baru merupakan orientasi dari berdirinya Seminari Petrus van Diepen.
Menjadi manusia baru berarti siap menanggalkan dirinya yang lama
untuk melahirkan dirinya menjadi manusia baru. Artinya, anak-anak
Papua harus mampu dan bersedia mengosongkan dirinya sehingga
dapat diisi dan dibentuk oleh pendidikan dan pembinaan yang
diberikan oleh lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan Seminari
Petrus van Diepen adalah tempat untuk menjadikan anak-anak Papua
menjadi manusia baru; memanusiakan manusia ke arah yang lebih
baik.
Tujuan pendirian dan misi Seminari Petrus van Diepen adalah
menjadikan para seminaris untuk mencintai pencerdasan dalam segi
spiritual (sancitas), intelektual (sciencia) dan fisik mental-moral
(sanitas); mengutamakan mutu dan memberdayakan pembelajar yang
terbuka dan toleran dalam membentuk kebersamaan sosial yang
beragam dan menanamkan dalam diri seminaris mentalitas agen
pastoral yang tahan uji dan berbakti bagi Gereja dan Bangsa. Berdiri di
atas pendirian dan misi akan melahirkan para seminaris sebagai

manusia yang berkualitas, baik bagi Bangsa maupun Gereja. Roh
pendirian dan misi Seminari menjadi kekuatan dan penggerak untuk
memacu semangat dari para pembina dan pendidik untuk menjadikan
peserta didik makin hari makin bersinar.
Satu tahun sudah berada di lembaga seminari menjadi alasan
yang kuat bagi saya untuk bisa memberikan penilaian tentang
*

Penulis adalah staf pengajar dan pamong Asrama Seminari Petrus Van
Diepen
170

Lampiran

seminari. Penilaian yang saya berikan berdasarkan pengamatan dan
keterlibatan saya berada bersama anggota komunitas ini. Jadi, tidak
berlibihan jika saya mengatakan bahwa saya layak berbicara dan
memberikan penilaian tentang Seminari Petrus van Diepen.

Bangunan Seminari Petrus van Diepen

Seminari Petrus van Diepen memiliki bangunan yang
berkualitas; layak dijadikan sebagai tempat untuk menggali dan
menimba pengetahuan dan pembentukan karakter bagi peserta didik.
Dikatakan bangunan berkualitas karena jenis gedung sekolahnya
berskala internasional. Saya mengatakan demikian karena model
bangunannya seperti sekolah-sekolah internasional, seperti sekolah di
kota-kota besar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Gedung
sekolah yang berkualitas dapat membuat peserta didik nyaman dan
merasa „at home‟ untuk menimba dan mencari pengetahuan dan
melahirkan spirit untuk memacu diri dalam belajar.
Seminari Petrus van Diepen memiliki dua gedung bangunan
sekolah yang dipergunakan oleh siswa/i SMP dan siswa/i SMA. Gedung
bangunan sekolah selalu mendapat perhatian perawatan, baik oleh para
guru maupun siswa-siswi. Salah satu contoh bentuk perawatan yang
diberikan kepada bangunan gedung sekolah ialah melarang siswa/i
untuk mencoret tembok bangunan dengan tulisan-tulisan. Namun,
terkadang siswa/i tidak mentaati larangan ini, sehingga ada banyak
coretan-coretan yang terlukis indah pada dinding tembok bangunan
seminari. Hal lain yang dilakukan ialah membersihkan sarang laba-laba
yang biasa melekat pada sudut tembok. Ini adalah bentuk tanggapan
dan perhatian akan rasa memiliki terhadap gedung bangunan seminari
dari para pendidik dan peserta didik. Hemat saya, tujuannya adalah
membuat gedung sekolah ini tetap indah dan bersih, sehingga baik
pendidik dan peserta didik dapat merasa nyaman dan bergairah dalam
proses belajar-mengajar.

171

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

Model Pendidikan yang Ditawarkan Seminari Petrus van Diepen
Semiari Petrus van Diepen menjalankan model pendidikan
yang ditelurkan oleh pemerintah pusat, yaitu kurikulum 2006
Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setiap pendidik
mempersiapkan materi pelajaran kepada peserta didik sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam KTSP. Seminari Petrus van
Diepen juga menawarkan model pendidikan berpola asrama.
Pendidikan berpola asrama adalah salah satu cara atau model
pendidikan di mana siswa seminari dihimpun dalam sebuah asrama
yang sudah dilengkapi fasilitas, peraturan-peraturan dan pendamping
asrama. Peraturan-peraturan yang sudah ada di asrama turut serta
membantu siswa/i seminari dalam membentuk karakter kepribadian,
psiko- spiritual lewat kegiatan-kegiatan rohani, psiko-emosional,
bagaimana cara hidup berkomunitas (baca: hidup bersama dengan yang
lain), memanfaatkan waktu luang dengan belajar, membaca dan
menulis dan mengajarkan kepada seminarist bagaimana cara untuk bisa
mengatur diri sendiri.
Kehadiran para pembina (pendamping) asrama dalam
kehidupan seminarist di asrama sangat membantu dalam proses
pencapaian siswa seminarist yang berkualitas; sesuai yang diharapkan
dari para foundator dan pembina. Keterlibatan para pembina dan cara
hidup yang ditampilkan merupakan cara yang paling ampuh untuk
membius para seminarist sehingga mereka tak terlempar jauh dari
kehidupan para seminaris yang sesungguhnya. Maksudnya, para
seminaris hidup dalam irama/pola hidup seminarist sesuai dengan
hukum hidup di lembaga seminari: lembaga pembentukan calon Imam.
Karena itu, keterlibatan, model hidup, dan cara pendampingan menjadi
salah satu kunci utama yang setiap formator tampilkan dan berikan
kepada formandi. Keterlibatan, model hidup, dan cara pendampingan
merupakan hal yang paling utama dan terutama ditampilkan oleh para
formator kepada formandi. Dan sejauh pengamatan saya sudah
dibuktikan oleh para formator yang bekerja/berkarya di lembaga ini.

172

Lampiran

Hemat saya, dua model pendidikan yang diterapkan dan
ditawarkan lembaga seminari kepada peserta didik dapat mewujudkan
misi dari seminari, yaitu pertama,memberdayakan para seminaris
untuk mencintai pencerdasan dalam segi spiritual (sancitas), intelektual
(sciencia) dan fisik mental-mental-moral (sanitas). Kedua,
menghadirkan komunitas pembelajar yang bercita rasa Katolik:
mengutamakan mutu dan memberdayakan pembelajar yang terbuka
dan toleran dalam membentuk kebersamaan sosial yang beragam.
Ketiga, menanamkan dalam diri seminaris mentalitas agen pastoral
yang tahan uji dan berbakti bagi Gereja dan Bangsa. Keempat,
mengembangkan pribadi dewasa dan utuh melalui pengalaman
berelasi, refleksi, aksi dan evaluasi secara berkelanjutan. Dengan
demikian, Seminari Petrus van Diepan mampu menjadikan para
seminaris sebagai manusia yang berkualitas, baik bagi Bangsa maupun
Gereja.

Kualitas Para Pendidik Seminari Petrus Van Diepen
Seminari Petrus van Diepen memiliki staf pengajar yang
berasal dari lulusan Universitas dan Sekolah Tinggi yang berbeda.
Lulusan Universitas dan Sekolah Tinggi yang berbeda menunjukkan
kualitas staf pengajar yang berbeda pula, baik dalam pengetahuan,
metode pengajaran dan cara membahasakan materi yang diberikan
kepada peserta didik. Perbedaan itu mendatangkan cara pandang yang
berbeda pula, yang diberikan peserta didik kepada para pendidik. Lihat
saja komentar dan penilaian peserta didik yang pernah saya dengar,
terhadap para pendidik yang bervariasi. Ada yang mengatakan guru ini
baik sekali cara mengajar dan bahasa yang digunakan dalam
memberikan pengajaran, ada pula yang mengatakan guru itu
mempunyai pengetahuan yang luas, tapi ada pula yang mengatakan
sebaliknya. Perbedaan komentar dan penilaain dari siswa terjadi
karena mereka merasakan dan mengalami proses pengajaran yang
diberikan para Guru.
173

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

Menurut penilaian saya, kualitas pengajar di seminari tergolong
bagus dan ada yang cukup baik. Saya bisa mempertanggungjawabkan
penilaian saya ini dari pengetahuan, rasa tanggung jawab, metode
dalam mengajar dan cara menyampaikan materi yang dimiliki dari
teman-teman guru. Dalam pengamatan saya, ada beberapa guru yang
sungguh-sungguh menjalani apa yang saya sebutkan di atas, tetapi ada
guru yang tidak sungguh-sungguh menjalankannya. Bisa dikatakan
dengan perkataan lain, ada staf guru yang sungguh-sungguh
mengabdikan dirinya kepada peserta didik dan lembaga secara total,
tapi ada juga guru yang mengabdikan dirinya setengah-setengah saja.
Itu terbukti lewat kesaksian hidup yang mereka tampilkan, baik
kepada peserta didik dan lembaga.
Anjuran yang bisa saya berikan kepada pengurus lembaga
Seminari Petrus van Diepen terhadap persoalan di atas ialah pertama,
harus diadakan seleksi yang ketat dalam penerimaan Guru. Seleksi
penerimaan guru harus dinilai dari berbagai aspek, termasuk lulusan
universitas dan kemampuan pengetahuannya. Kedua, sebaiknya dibuat
suatu penyeleksian terhadap guru yang mengajar di Seminari sehingga
dapat mengetahui kualitas staf pengajar. Anjuran ini bertujuan agar
dapat menemukan Guru yang berkualitas dan sungguh-sungguh yang
mengbadi, baik kepada peserta didik dan lembaga. Guru yang
berkualitas dapat melahirkan peserta didik yang berkuaitas.

Kualitas Peserta Didik Seminari Petrus van Diepen
Kualitas peserta didik seminari van Diepen sangat bergantung
dari beberapa hal, seperti: Pertama, kualitas pendidik. Kualitas dari
pendidik sangat mempunyai pengaruh besar terhadap proses
perkembangan anak, terutama dalam aspek kognigtif, psikoemosional,
spiritual dan pembentukan karakter. Di sini, guru yang berkualitas
tahu bagaimana mendidik dan menjadikan seorang peserta didik yang
berkualitas dari semua aspek, bukan hanya satn aspek saja. Jadi,
kualitas pendidik bisa menjadi penentu dari kualitasnya seorang
peserta didik.
174

Lampiran

Kedua, harus ditemukan sebuah „sistem yang tepat‟ dalam
lembaga seminari. Sistem yang dimaksudkan ialah atmosfer Seminari
yang dapat membuat para seminari menyadari akan keberadaannya di
seminari.Sebagai contoh, ketika saya pertama kali sekolah di seminari
Flores, saya langsung merasakan atmosfer seminari yang menanamkan
budaya baca, sangat menghargai waktu, menghargai keheningan, dan
lain sebagainya. Atmosfer ini yang membius saya untuk harus diikuti
dan dijalankan dalam kehidupan saya di seminari. Dan apa yang saya
terima di seminari menengah terbawa sampai saat ini. Jika sistem yang
sudah cocok dan tepat itu ditemukan, saya yakin nuansa seminari saat
ini akan berbeda; seminari makin bersinar.
Dua hal yang saya sebutkan di atas menjadi anjuran untuk
menjadikan siswa/i seminari berkualitas. Dalam pengamatan saya
sekarang ini, secara akademik untuk konteks Papua, khususnya
Kabupaten Sorong, siswa/i seminari termasuk peserta didik yang
berkualitas secara akademik. Tapi untuk konteks Papua secara
keseluruhan belum teralu pasti. Hal ini terjadi karena masih ada
banyak orang yang lebih berkualitas di sekolah lain.
Di samping itu juga, Seminari van Diepen dikenal sangat
menjunjung tinggi nilai kejujuran, perhatian para guru kepada siswa
yang sangat baik dan peraturan yang ditetapkan lembaga seminari yang
tergolong keras. Hal initerjadi karena di dalam tubuh seminari van
Diepen sendiri (pendidik dan peserta didik) sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai tersebut. Dan ini yang menjadi kualitas Van Diepen.

Output Yang Dilahirkan
Sepuluh tahun usia seminari van Diepen sudah menghasilkan

output yang melanjutkan study diberbagai universitas, baik dalam
negeri maupun luar negeri. Diusia yang masih tergolong sangat muda,
van Diepen melahirkan putra-putri yang mampu bersaing dengan
mahasiawa dari latarbelakang pendidikan yang berbeda. Buktinya,

175

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

laskar-laskar van Diepen masih bertahan di universitas terkenal seperti
Sanata Darma dan universitas ternama di luar negeri.
Ada juga putra-putra yang dilahirkan dari rahim van Diepen
untuk melanjutkan studinya di lembaga calon pembentukan imam.
Putra-putra pilihan Tuhan ini bersedia menanggapi dan menjawabi
panggilan Allah untuk menjadi Imam Keuskupan dan bairawan
misionaris. Mereka tersebar ke beberapa keuskupan seperti Keuskupan
Manokwari Sorong, Jayapura dan beberapa konggregasi seperti OSA,
O. Carm dan SVD. Pendidikakan, pembinaan dan pembentukan yang
terjadi di rahim Petrus van Diepen sudah melahirkan putra-putri yang
berkualitas. Pengbadian, kerja keras dan kerjasama antarpembina,
pendidik dan peserta didik melahirkan output-output yang berkualitas.

Penutup
Seminari Petrus van Diepen memiliki gedung bangunan yang
sangat mendukung proses belajar dan pendidikan peserta didik. Fasiltas
yang memadai sangat membantu peserta didik untuk mengasa
kemampuan berpikir dan menambah pengetahuan. Hadirnya pendidik
dan pembina, baik di sekolah maupun di asrama membantu
pembentukan para seminari yang berkarakter baik, sehingga
melahirkan putra-putri yang berkualitas.
Kerjasama yang dibangun oleh anggota seminari menghadirkan
keharmonisan dan memiliki visi, misi yang satu dan sama guna
melahirkan manusia yang berkualitas. Koloborasi ide dari latar
belakang pendidikan dan model pendampingan yang berbeda talah
melahirkan laskar-laskar van Diepen yang siap bersaing dan bertempur
untuk menggapai masa depan yang cerah. Semuanya itu termuat dalam
potret Seminari Petrus van Diepen.

Aimas, 2 Mei 2014

176

Lampiran

ARAH PENDIDIKAN SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
Oleh Fr. Mateus Syukur

Tiada satu pun lembaga di dunia ini yang dibangun tanpa
adanya visi dan misi. Jika keluarga dibangun dengan satu tujuan,
sebuah masyarakat dibangun atas dasar satu tujuan atau negara
dibangun dengan satu tujuan, tentu seminari juga dibangun atas dasar
satu tujuan. Seminari satu kata yang tidak asing lagi bagi komunitas
umat beriman terutama umat beriman katolik. Seminari merupakan
sebuah dapur kehidupan, dapur untuk mencetak masa depan dari
setiap manusia yang ingin memiliki masa depan. Seminari ibarat
sebuah kapal yang di dalamnya ditempati oleh orang-orang yang
berpengharapan menyebarangi lautan dengan selamat. Semua orang
yang menempati kapal tersebut pasti memiliki tujuan yang sama yakni
ke sebuah dermaga di seberang lautan yang mereka impikan.
Demikianlah sebuah seminari dibangun, untuk membantu perjalanan
hidup setiap manusia yang mempunyai tujuan hidup tertentu.
Arah perjalanan hidup lembaga seminari dibangun di atas dasar
pengharapan akan satu kepastian hidup, di tengah dunia yang penuh
dengan ketidakpastian. Arah perjalanan itu ialah untuk menciptakan
manusia yang produktif, kreatif dan inovatif yang berdaya guna baik
untuk bangsa, negara maupun untuk gereja. Seminari merupakan
sebuah lembaga pendidikan seperti lembaga pendidikan lainnya yang
bertujuan untuk memenuhi tuntutan akan kebutuhan manusia yang
ingin menjadi manusia sejati, yang bukan hanya sekedar ada namun
harus memiliki kesadaran akan adanya dan bertanggungjawab atas
adanya. Untuk itulah media yang diperlukan adalah belajar terusmenerus dan tidak ada waktu untuk tidak belajar.
Sudah pasti bahwa setiap lembaga pendidikan apapun di tanah
Papua ini, hadir dengan sebuah keunikannya masing-masing. Seminari
Petrus Van Diepen juga demikian hadir dengan keunikannya
tersendiri. Keunikan itulah yang nantinya menjadi pembeda antara
177

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

lembaga pendidikan yang satu dengan yang lainnya di tanah Papua
tercinta ini. Tentu saja kekhasan yang ada di lembaga Seminari Petrus
Van Diepen, mengerucut pada sebuah tujuan untuk membangun
mindset anak-anak bangsa terutama putera/puteri Papua.
Seminari hadir untuk membangunkan kesadaran setiap
manusia akan pentingnya sebuah pendidikan. Untuk itulah diciptakan
sebuah aturan hidup yang tersistematis. Inilah keunikan yang
seharusnya tetap dipertahankan di sebuah lembaga pendidikan bahwa
ia bukan sekedar membangun salah satu dimensi dari kehidupan
manusia tetapi seharusnya mencakup seluruh aspek yang diperlukan
demi sebuah keutuhan satu pribadi yang namanya manusia. Hal inilah
yang selalu diciptakan di lembaga Seminari Petrus van Diepen.
Ada beberapa aspek pendidikan yang merupakan sarana untuk
mencapai sebuah tujuan bagi setiap anak bangsa terutama putera/puteri
Papua yang ingin, masih dan sudah mengenyam pendidikan di
Seminari Petrus Van Diepen, yaitu Aspek hidup Rohani, Aspek hidup
studi dan Aspek hidup komunitas. Ketiga aspek ini merupakan
gambaran umum yang mana setiap aspek tentu memiliki muatan dasar
pendidikan untuk membantu membangunkan kesadaran setiap pribadi
terutama yang lahir dari tanah Papua dan ingin menjadikan dirinya
bermanfaat bagi kehidupan.
Inilah yang menjadi kekhasan seminari. Aspek rohani
bertujuan untuk menyadarkan manusia bahwa ia adalah makhluk
spiritual yang senantiasa mengarahkan hidupnya pada sesuatu yang
tertinggi yakni Tuhan. Aspek hidup studi bertujuan untuk memaknai
keberadaan manusia sebagai pribadi berakal budi yang perlu diisi
dengan belajar terus-menerus. Sedangkan aspek hidup komunitas
menyadarkan manusia akan dirinya sebagai makhluk sosial yang
tentunya tidak bisa hidup tanpa adanya pribadi yang lain. Ketiga aspek
tersebut merupakan jiwa yang menggerakkan arah perjalanan
pendidikan di lembaga Seminari tersebut. (Fr. Mateus Syukur)
Aimas, 13 Oktober 2013
178

Lampiran

KOMENTAR KEPALA SMP TENTANG PENDIDIKAN SEMINARI
BERPOLA ASRAMA
Oleh: RD. Adrianus Tuturop

Berdasarkan
kenyataan,
meski
dengan
jumlah
formator/Pembina asrama yang terbatas (untuk ada 24 jam di asrama)
dan dengan jumlah tenaga guru kontrak yang maksimal dan terlibat
penuh untuk pendidikan di sekolah, menorehkan keunggulankeunggulan bagi pendidikan berpola asrama yang memberikan
pengaruh besar pada kematangan intelektual dan kematangan
kepribadian formandi. Khusus untuk berpola asrama kematangan ini
terbentuk karena pendidikannya didasarkan pada pedoman dan
aturan-aturan hidup yang jelas tertata. Penataan kegiatan harian
ditata mulai dari doa pagi, sarapan pagi, studi/belajar (pagi sampai
siang), makan siang, istirahat siang, pengembangan minat bakat,
pendampingan bidang rohani, les sore, makan malam, belajar malam,
pendampingan khusus bagi anak-anak (perorangan maupun kelompok)
yang perlu didampingi, doa malam, rekreasi dan tidur. Kegiatan
mingguannya adalah syering bersama orang-orang sukses dan mapan
dalam menjalani hidup. Kegiatan bulanannya adalah seminar dan
kadang rekoleksi. Dan kegiatan semesterannya adalah ret-ret. Secara
terperinci, kegiatannya diatur dan tercatat dalam kalender pembinaan
di asrama dan kalender pendidikan di sekoalah.
Seluruh pendampingan yang dilakuakan, tentu memberikan
dampak pada pertumbuhan menuju kemantangan kecerdasan
intelektual dan kematangan kepribadian anak. Dari segi intelektual,
anak-anak secara perlahan-lahan, bahkan ada anak-anak yang secara
gemilang
mampu
mendalami bidang-bidang pendidikan yang
diajarkan. Serta memiliki kemampuan menganalisis yang baik. Dari
segi kepribadian, anak-anak berupaya mengenali jati dirinya sebagai
manusia. Mereka berupaya mengenali jati dirinya karena ada dorongan
dan pendampingan khusus yang diberikan oleh formator kepada anak
179

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

sebagai formandi. Beberapa rincian berikut adalah bagian dari
pendampingan yang dilakukan selama ini yaitu terarah pada:
1. Siswa/i-Seminaris menyadari nilai-nilai manusiawi yang
tumbuh dalam keluarga dan dapat berkembang dalam
kehidupan komunitas di seminari
2. Siswa/i-Seminaris menyadari perlunya perkembangan bebas
menuju kepribadian yang dewasa. Pribadi yang dewasa
tercermin pada : keseimbangan antara segi rasional/intelektual
dan emosional-afeksi, ketekunan,ketabahan, disiplin diri,
menghayati seksualitas secara sehat, berinisiatif dan kreatif.
3. Kedewasaan pribadi secara kristiani: hidup berpola pada Yesus
Kristus, menerima dan menghayati rahmat Tuhan, ketekunan
dan kesetiaan mendengarkan sabda Allah, menghayati nilainilai hidup rohani dan bersama. Siswa/i-Seminaris rela
menerima bimbingan rohani, makin mampu mengenal
panggilan Allah
4. Siswa/i-Seminaris menyadari bahwa kedewasaan kristiani
berkembang jika ditopang oleh perkembangan kedewasaan
manusiawi
5. Seorang manusia dewasa secara manusiawi dan kristiani,
dilengkapi dengan kemampuan belajar mandiri. Hidup berpola
pada Yesus Kristus dan menuju “imamat” dengan meneladan
Bunda Maria dalam menghayati panggilan hidupnya
6. Pribadi dewasa secara manusiawi: mengenal jati dirinya
meskipun masih memerlukan pengukuhannya
7. Manusia dewasa berarti memiliki pribadi yang utuh, bukan
hanya mengenal diri melainkan akrab dengan dirinya. Ia tahu
dan menerima keunggulan dan kelemahannya. Kedewasaannya
tampak pada kemapanan intelektual dan kepribadian
8. Menjadi manusia cerdas yang mampu bersaing di segala level
dengan tetap bersandar pada nilai-nilai kemanusiaan
180

Lampiran

Itulah upaya yang dilakukan oleh para pendamping, baik secara
khusus di sekolah maupun di asrama. Terlihat para
Pembina/formator/pedidik berupaya mengarahkan diri dengan
sungguh-sungguh menjalani tanggung jawab ini dengan baik.
Semuanya terlihat berjalan dengan baik karena ada keseimbangan,
pengertian dan kerjasama, meski selalu ada pembenahan terhadap
kekurangan dan kelemahan sana-sini, tetapi tetaplah menjadi bagian
integral yang terus memperkaya kematangan pendidikan berpola
asrama. Kordinasi selalu ada, dibangun berdasarkan pembicaraan lisan,
pertemuan pribadi, pertemuan bulanan dan evaluasi-evaluasi bersama.
Dari hasil pembicaraan, pertemuan, evaluasi bersama, memunculkan
catatan-catan baru bagi pendidikan dan pembinaan terhadap siswasiswi/formandi.
Pada prinsipnya, tanpa mengabaikan kekurangan yang tidak diuraikan
di sini, pendidikan berpola asrama memberikan keuntungan bagi
perkembangan siswa/fromandi. Dalam artian pendidikan dan
pembinaan anak terarah dan terkontrol. Anak didampingi secara
bertahap dan terus menerus. Sehingga jelas ada proses untuk anak
melangkah ke tahap berikutnya. Anak terus didampingi dengan
kekayaan-kekayaan ilmu pengetahuan, dan tatakrama/sopan santun.
Jika dalam pendampingan bertahap, apa yang diajarkan kurang
mendapat tempat di hati dan cara hidup anak, secara otomatis yang
bersangkutan didampingi secara terpisah – dipanggil dan diarahkan
oleh Pembina/formator/pendidik.
Dari penjelasan singkat yang ada, pendidikan dan pembinaan anak
berpola asrama, tidak terlepas dari perhatian, kontrol, pengajaran,
pembinaan penuh dari para Pembina/formator/pendidik.

Demikian!

Aimas, 19 Juli 2014
181

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

PENDIDIKAN BERPOLA ASRAMA
ALA SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN

Oleh :KonradusJurman, S.S./guru seminari Petrus van Diepen
-------------------------------------------------------------1. Seminari Petrus van Diepen dalam Sebuah Konsep Awal
Di kalangan gereja Katolik, lembaga Seminari seringkali
diartikan sebagai panti pendidikan khusus untuk para calon imam
(Katolik). Namun dalam sejarah perjalanan pendidikan seminari,
lulusan seminari lebih banyak melahirkan tokoh masyarakat nonimam dan sedikit saja yang menjadi imam. Seminari Petrus van Diepen
sudah dikemas dari awal mengenai “pergeseran persepsi” tentang
seminari yang tidak hanya tempat “persemaian” calon kaum klerus
tetapi juga tempat “persemaian” calon tokoh masyarakat umum.
Pergeseran orientasi kelulusannya ini diwujudkan dalam berbagai
kebijakan seminari. Misalnya, calon siswa seminari boleh datang dari
kaum wanita dan laki-laki, baik yang beragama Katolik maupun
beragama lainnya.
2. Pendidikan berpola asrama
Konsep pendidikan seminari bukan hanya untuk menguasai
apa yang disebut 3M (membaca, menulis dan menghitung). Pendidikan
seminari harus berorientasi kepada pembentukan kepribadian orang
secara komprehensif, sekurang-kurangnya ada tiga tema besar yang
disingkat dengan 3S (Scientia, Sanitas dan Sanctitas atau berilmu, sehat,
dansuci). Untuk mewujudkan manusia berkepribadian 3S ini tentu kita
membutuhkan sebuah panti pendidikan yang mendukung untuk itu,
yakni gedung sekolah dan Asrama yang memadai.
Siswa-siswi yang hidup di sekolah dan asrama, mereka
sungguh-sungguh diasah, ditempa dan dididik selama 24 jam. Di
asrama, mereka sungguh-sungguh mengetahui dan merasakan
mengalirnya waktu diikuti dengan berbagai macam kegiatan yang
sudah terencana dan terjadwal. Semua kegiatan itu bermuara pada
182

Lampiran

pembentukan kepribadian peserta didik untuk mewujudkan 3M dan 3S
tadi. Secara sederhana, orang mengatakan bahwa pendidikan berpola
asrama melatih orang untuk hidup “disiplin waktu.”
Mereduksi pendidikan berpola asrama dengan soal “displin
waktu” hemat saya adabenarnya, karena segala sesuatu kita lakukan
dalam “bingkai waktu.” Waktu terus berjalan, apabila kita tidak
mengisinya dengan berbagai kegiatan yang bermagna maka waktu itu
akan megalir dengan sia-sia. Pendidikan berpola asrama, dengan
berbagai kegiatan terjadwal, tentunya mampu merubah mindset siswa
akan pentingnya mengisi hidup dengan melakukan berbagai kegiatan
berguna dari waktu ke waktu. Setiap waktu mengalir juga mengalirkan
rahmat, sehingga orang Barat mengatakanTime is money. Menyianyiakan waktu berarti menyia-nyiakan rahmat atau uang.
3. Kontroversial Aturan di Sekolah dan Asrama Seminari Petrus van
Diepen
Ada beberpa kebijakan dan aturan di lembaga ini yang
seringkali menimbulkan reaksi negative dari para siswa maupn orang
tua siswa. Di sekolah: Ada larangan bagi siswa untuk menggunakan HP
dan alat elektronik lainnya. Sistem gugur atau tahan kelas bagi siswa
yang tidak memenuhi standar kelulusan minimal. Sistem gugur bagi
siswa yang sering alpa atau tidak disiplin.
Di asrama: ada kondisi makanan di asrama yang kurang
memenuhi standar gizi yang memadai. Siswa seminari mengurus
pakaiannya sendiri.
Semua kebijakan, aturan atau keadaan yang disebutkan di atas
membuat siswa “merasa sulit” menjadi siswa seminari. Hemat saya,
setiap unsur aturan di lembaga ini mengandung nilai edukatif. Keadaan
yang membuat siswa “merasa sulit” itu merupakan pendidikan karakter
yang memotifasi mereka untuk terus berjuang dan mencari kondisi
hidup yang lebih baik. Mereka dipacu untuk hidup lebih sederhana
dan tetap bahagia tanpa alat elektronik, tanpa makanan yang sesuai
selera, melayani diri sendiri bukan dilayani. (Mungkin kita ingat
183

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

slogan: manusia unggul adalah manusia yang bisa eksis di segala
situasi). Terkadang ada banyak orang sukses sekarang, tetapi ternyata
karena ia mengalami kepahitan dan kesulitan hidup di masa lalu.
Sistem gugur dan tahan kelas, adalah ketentuan yang memacu
siswa untuk selalu berusaha mengejar prestasi. Pendidikan itu bersifat
prospektif, atau mengarah ke masa depan. Dengan mencapai prestasi
tertentu mereka boleh mendapat prestise di mata masyarakat. Dengan
prestasi tertentu mereka boleh menuntut jabatan tertentu di
masyarakat kelak (naik peringkat). Sebaliknya, orang yang belum
berprestasi harus bisa menerima sanksi yang diberikan dengan jiwa
besar.
4. Catatan prestasi pendidikan berpola asrama selama ini (Evaluasi)
1) Ada sebuah mitos di Tanah Papua, bahwa anak Papua tidak bisa
berprestasi dalam bidang eksata, tetapi di seminari Petrus van
Diepen ada banyak anak Papua selama ini yang ikutserta dalam
lomba-lomba mata pelajaran Matematika, dan IPA. Banyak anak
Papua yang mengambil jurusan IPA di SMA.
2) Siswa seminari menunjukkan habitus baru yakni munculnya
budaya membaca yang tinggi, sikap menghargai waktu,
penampilan yang rapi, berani tampil di atas pentas pada usia
anak-anak, pandai menuangkan ide-ide lewat tulisan cerpen,
puisi, fragmen, berita, opini, rekayasa music dan tarian.

Aimas, 21 Oktober 2013

184

Lampiran

Seminari Petrus van Diepen
Pendidikan Pola asrama
Oleh: Paskalis Kosay/ Siswa sekolah asrama SPVD

Seminari Petrus van Diepen adalah sebuah model pendidikan berpola
asrama. Saya adalah siswa yang berasal dari Wamena dan secara
geografis jauh dari Sorong. Saya bangga bersekolah di Seminari Petrus
van Diepen. Kebanggaan saya ini beralasan karena selama kurun waktu
proses belajar saya mengalami perkembangan dalam bidang-bidang
berikut yang menjadi dasar orientasi pendidikan di Seminari antara
lain:
1. Aspek intelektual
Dalam proses saya mengalami perkembangan karena guru-guru
mampu mentransfer ilmu pengetahuan secara baik. Standar
intelektual yang harus dicapai adalah 70 . standar ini menjadi
penanda sekaligus pendongkrak semangat untuk terus memacu diri
dalam belajar. Saya benar mengalami perkembangan dalam hal
belajar. Di sini saya belajar bahwa belajar bukan hanya untuk
sebuah angka tetapi belajar untuk hidup.
2. Aspek spiritual
Pada aspek ini saya diajarkan dan belajar untuk mendekatkan diri
pada Tuhan. Kegiatan rohani yang dijalani adalah: ibadat pagi,
ekaristi/misa, salve, pengakuan dosa, rekoleksi, retret,
dan
completorium/ doa penutup.
Aspek spiritual membentuk
kecerdasan spiritual sebagai bentuk kesadaran akan yang Ilahi.
Saya belajar untuk membawa diri di hadapan Tuhan pencipta.
Saya belajar untuk rendah hati di hadapan sang pencipta.
3. Aspek Jasmani
Yang saya belajar dari aspek ini adalah pengolahan diri dalam
kesehatan fisik, mental dan relasi sosial. Saya belajar melalui aturan
185

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

harian yang mengkondisikan untuk hidup sehat, bermain bersama,
hidup bersama, kegembiraan teman menjadi kegembiaraan saya,
kedukaan teman menjadi kedukaan bersama. Saya mengalami
situasi pengolahan mental untuk bertumbuh sebagai seorang anak.
Dalam proses pengolahan hidup di sana-sini saya mengalami situasi
pasang dan surut. Terkadang sampai putus asa, tetapi saya bahagia
karena terus ditemani oleh para guru di sekolah dan pamong di
asrama dengan motivasi dan pengajaran akan hidup yang baik.

Akhirnya saya mau mengatakan bahwa sekolah asrama seminari Petrus
van Diepen adalah jawaban bagi cita-cita saya untuk sekolah dan
tinggal di asrama. Saya belajar untuk mandiri dalam berbagai hal.
Menurut saya inilah model pendidikan yang menjawab kebutuhan
anak-anak Papua.

Aimas,12 Maret 2014

186

Lampiran

PEDOMAN PEMBINAAN
SEMINARI MENENGAH PETRUS VAN DIEPEN
KEUSKUPAN MANOKWARI-SORONG

BAB I
LATAR BELAKANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
Sejarah Singkat Seminar! Petrus van Diepen
Keuskupan Manokwari-Sorong dengan luas sekitar 1 1 1 .800 km2
sebanding dengan 2/3 luasnya pulau Jawa pada tahun-tahun awal
penggembalaan Mgr. Datus hanya dilayani oleh 7 imam Diosesan.
Dengan jumlah yang sedikit ini terasa sekali bahwa keuskupan ini
sungguh membutuhkan tenaga pastoral yang harus melayani umat di
23 Paroki. Di sisi lain keuskupan Manokwari-Sorong hanya memiliki 4
Sekolah Menengah Pertama Katolik dan 2 Sekolah Menengah Atas
Katolik. Situasi seperti ini tentu sangat jauh dari usaha untuk
memajukan pendidikan di tanah Papua.
Menambah jumlah sekolah menjadi hal yang urgen tetapi hal itu tidak
akan membawa arti yang positif jika tidak dilandasi dengan komitmen
pemberdayaan mutu. Tanpa komitmen ini maka sadar atau tidak
Gereja Katolik sedang "berjalan bersama" memperpanjang deret
sekolah yang kurang bermutu. Dari situasi inilah, maka dirasakan
perlunya kehadiran sebuah Seminar! yang tidak hanya mempersiapkan
calon-calon agen pastoral tetapi juga ikut terlibat dalam upaya
memberdayakan mutu pendidikan di Papua dengan menyelenggarakan
Sekolah Menengah berpola Seminari. Maka pada tanggal 29 Juni 2005,
Mgr. Datus Lega, Pr (Uskup ketiga Keuskupan Manokwari-Sorong)
mendirikan sebuah Seminari dengan nama lengkap Seminari Petrus
van Diepen Sorong. Tahun ini (2010) Seminari Petrus van Diepen
memasuki lustrum pertama.
187

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

Seminari Petrus van Diepen adalah sebuah model Seminari menengah
yang terbuka. Sejak angkatan kedua (2006), sekolah menerima siswa
putri dan juga siswa/I dari Protestan dan Muslim untuk memberikan
nuansa pergaulan para remaja yang wajar bagi para seminaris. Para
seminaris diharapkan agar tidak menjadi malu dan canggung untuk
bertegur sapa dengan kaum wanita maupun yang berbeda keyakinan
sejak awal proses pendidikan. Hal ini tentu akan sangat berguna jika
kelak mereka memiliki hati untuk menjadi imam karena dalam medan
pelayanan mereka harus berhadapan dengan semua orang secara wajar.

Tujuan Pendirian Seminari
Seminari Petrus van Diepen didirikan untuk menanggapi situasi
perkembangan pendidikan di Papua dengan turut mengambil bagian
mempersiapkan, menciptakan dan pemberdayaan sumber daya
manusia.
Menanggapi permintaan kaum muda yang merasa terpanggil untuk
belajar dan mempersiapkan diri menjadi imam.
Mendidik Seminaris menjadi imam yang akan berkarya membangun
Gereja, khususnya keuskupan Manokwari-Sorong.

Nama, Lambang dan Motto
1. Nama
Nama lengkap seminari adalah Seminari Petrus van Diepen
Sorong. Nama diambil dari nama Mgr. Petrus van Diepen OSA, seorang
misionaris Augustin pertama yang berkarya di Papua dan juga menjadi
Uskup pertama Keuskupan Manokwari-Sorong. Beliau yang lahir 20
April 1917 di Hoogwoud-belanda telah meletakkan dasar pelayanan
pastoral bagi umat dan masyarakat Papua. Penamaan seminari dengan
namanya bermaksud menyadarkan seminaris agar meneruskan karya
pelayanan yang telah dirintisnya.
188

Lampiran

2. Logo dan Motto
Merpati putih melambangkan Roh Kudus yang menaungi Seminari
yang lahir dari rahim Papua. Bola bumi yang melingkari Papua
Indonesia merupakan pijakan kaki Seminari menjangkau dan menyatu
dengan Gereja universal. Alkitab dan salib menjadi sumber inspirasi
perjuangan dan pelayanan. Poligon bersegi lima menandakan
persatuan dalam keanekaan sebagai cerminan mottonya.
Motto Seminari: Cor Unura et Anima Una, sehati sejiwa Pelindung:
Mgr. Petrus van Diepen OSA.

BAB II
VIVI DAN MISI
SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
A. Visi
Terbentuknya citra seminaris yang cerdas secara utuh dan matang
dalam segi spiritual, intelektual dan mental-moral demi terwujudnya
calon agen pastoral yang dapat mengabdi Gereja dan bangsa.
Pedoman Pembinaan SPvD4
B. Misi
1. Memberdayakan para seminaris untuk mencintai pencerdasan
dalam segi spiritual (sanctitas), intelketual (sciencia) dan fisikmental-moral (sanitas) demi terwujudnya calon agen pastoral yang
mengabdi Gereja dan Bangsa.
2. Menghadirkan komunitas pembelajar yang bercita rasa Katolik:
mengutamakan mutu dan memberdayakan pembelajar yang
terbuka dan toleran dalam membentuk kebersamaan sosial yang
beragam
3. Menanamkan dalam diri seminaris mentalitas agen pastoral yang
tahan uji dan berbakti bagi Gereja dan Bangsa

189

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

4. Mengembangkan pribadi dewasa dan utuh melalui pengalaman
berelasi, refleksi, aksi dan evaluasi secara berkelanjutan.
C.
Strategi
Untuk mencapai harapan yang termaktub dalam visi misi di atas, maka
seminari Petrus van Diepen memilih model seminari terbuka dengan
ciri hidup berasrama (bagi yang Katolik) dan bersekolah bersama
siswa-siswi yang berdominsili di sekitar seminari. Hal ini dimaksudkan
agar seminaris mampu menentukan sikap yang tepat terhadap keluarga
dan masyarakat dan membentuk identitas diri sebagai seminaris yang
mampu memberikan kesaksian kepada masyarakat.
Karena itu dengan diterimanya seorang remaja masuk seminari maka
seminaris dan orang tuanya menyatakan setuju dengan visi misi
seminari. Ini berarti ia bersedia untuk dibimbing dan dibina serta
melaksanakan bimbingan yang diberikan oleh pendamping di Seminari
dengan sikap terbuka. Bila dalam perjalanan waktu, Seminaris tidak
mampu menyesuaikan diri apa yang menjadi arah dasar pembinaan
maka ia tidak diperkenankan untuk melanjutkan pendidikan di
lembaga ini. Pendidikan seminaris merupakan tanggung jawab bersama
baik Uskup, Pastor Paroki, pemerintah, umat maupun orang tua dan
staf seminari. Staf seminari bertanggung jwab menyelenggarakan
pendidikan dan pembinaan sedangkan orang tua bertanggung jawa atas
biaya asrama, pendidikan dan kesehatan.

BAB III
PROFIL LULUSAN SEMINARI
PETRUS VAN DIEPEN
Lulusan Seminari Menengah Petrus van Diepen adalah seorang
manusia dewasa secara manusiawi dan Kristiani pada tingkatnya serta
diperlengkapi dengan kemampuan untuk belajar hidup secara mandiri
dan reflektif menuju pribadi yang berpola pada hidup Yesus Kristus

190

Lampiran

(Bdk. Pedoman Pembinaan Calon Imam di Indonesia 2001, hal. 31).
Pribadi yang demikian memiliki ciri-ciri:
- Memiliki sikap yang terbuka
- Memiliki semangat pelayanan
- Mampu berefleksi
- Peduli terhadap sesama dan lingkungan yang dijiwai dengan
hati nurani yang luhur dalam terang iman Kristiani

BAB IV
FOKUS PEMBINAAN
1. Kelas Persiapan Bawah dan SMP
a. Seminaris merasa kerasan dengan tempat yang baru, teman baru
dan suasana baru.
b. Seminaris memiliki pola hidup rohani yang teratur, sehat dan
tekun dalam studi.
Kepada mereka diperkenalkan dengan tradisi hidup rohani,
liturgi, dan devosi.
Selain itu mengembangkan budaya hidup sehat dan
memperkenalkan cara belajar yang efektif dan efisien.
c. Belajar hidup berkomunitas dan memperkenalkan nilai-nilai
hidup
d. Meningkatkan pengetahuan yang telah diterima di SD sebagai
bentuk, psrsiapan memasuki SMP
e. Meningkatkan pengetahuan yang telah diterima di SMP sebagai
bentuk persiapan memasuki SMA (KPB)
f Menanamkan rasa percaya diri
g. Pengetahuan bahasa
2. Kelas I SMA
a. Mengikuti sepenuhnya kurikulum SMA kelas I
b. Memantapkan nilai dan kebiasaan yang sudah ditanamkan di
KPB dan atau SMP
191

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

c. Seminaris mendalami hidup doa dan keheningan
d. Mengembangkan pribadi dewasa dan utuh melalui refleksi atas
pengalaman dan dihidupi dalam aksi
e. Mampu mengatur waktu secara efektif untuk studi dan kegiatan
ekstrakurikuler

3. Kelas II SMA
a. Seminaris mengikuti sepenuhnya kurikulum SMA kelas II
b. Seminaris mampu membuat pilihan mengambil keputusan sesuai
dengan usianya
c. Memiliki sikap terbuka, tanggung jawab, berani berkorban
d. Belajar berkomunikasi dengan baik

Pedoman Pembinaan SPvD6
4.
Kelas III SMA
a. Seminaris mengikuti sepenuhnya kurikulum SMA kelas III
b. Menegaskan dan memantapkan keputusan panggilan hidupnya
c. Menyelesaikan ujian akhir dengan baik
d. Melanjutkan proses pembinaankejenjang yang lebih tinggi
e. Mampu berkomunikasi dengan baik

5.

KPA
a. Seminaris memiliki pola hidup yang mantap, sehat rohani dan
jasmani sertatekun dalam studi
b. Siap melanjutkan proses pembinaan imamat pada jerijang yang
lebih tinggi
c. Mampu mengambil keputusan dan memantapkan panggilan
hidup imamatnya

192

Lampiran

BAB V
ASPEK-ASPEK KEGIATAN DAN PEMBINAAN
Acara harian di Seminari biasanya dimulai dan diakhiri dengan bunyi
bel. Bel dibunyikan dengan tujuan untuk mengingatkan seminaris akan
suatu kegiatan yang segera dilaksanakan. Tentu kesediaan untuk saling
mengingatkan merupakan tindakan positif yang perlu dikembangkan
agar semua acara dapat terlaksana pada waktunya dalam kebersamaan
yang menggembirakan.
Acara harian di seminar dibuat bersama dengan tujuan untuk menata
dan mengatur gerak hidup bersama sebagai sebuah komunitas. Acaraacara yang ada berkaitan erat dengan tiga bidang yang pokok yakni
hidup rohani, hidup studi dan hidup komunitas.
A. ASPEK ROHANI
Melalui acara-acara rohani, seminaris dibimbing dan diarahkan untuk
semakin beriman dan mengikuti pola hidup Kristus dan Maria. Mereka
didampingi agar berkembang dalam hidup rohani dan memantapkan
panggilan.
l. Ibadat Pagi/ Doa Pagi
Hari baru telah diterima dengan cuma-cuma, karena itu sebagai
manusia artinya yang menerima rahmat itu sangat penting bagi
seminaris untuk mengucap puji-syukur dan mempersembahkan diri
serta segala rencana pada hari itu. Doa pagi merupakan doa komunitas
yang dilaksanakan bersama setiap hari sehingga serta acara-acara yang
melibatkan orang luar, seminaris wajib berpakaian resmi kemeja atau
kaos berkerak dengan sepatu atau sandal sepatu.
2. Ekaristi
Ekaristi adalah sumber dan puncak hidup Gereja, "...... terutama dari
Ekaristi, mengalirlah rahmat, bagaikan dari sumbernya kepada kita,
... Sebagai pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus,
tujuan semua karya Gereja yang lain." (SC 10). Maka, usaha mengambil
193

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

bagian dalam perayaan Ekaristi merupakan wujud nyata kerinduan dan
keinginan kita untuk dipersatukan dengan Kristus sang Guru Ilahi.
Mengingat pentingnya Ekaristi maka selayaknya setiap hari para
seminaris yang adalah calon pemimpin Gereja dan masyarakat
mengambil bagian dalam Ekaristi agar semakin mengenal, mendalami,
mencintai dan menyerupai Kristus yang terungkap dalam kata d

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembiayaan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten Wonosobo

0 1 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Sekolah pada Siswa Sekolah Asrama di SMP Kristen Makedonia Ngabang Kalimantan Barat

0 1 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong T2 902009102 BAB I

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong T2 902009102 BAB II

0 1 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong T2 902009102 BAB IV

0 0 71

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong T2 902009102 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Sekolah Menengah Atas Kristen 1 Salatiga

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Bauran Pemasaran Sekolah Menengah Atas Theresiana Salatiga

0 0 12

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN PENYESUAIAN DIRI SEMINARIS DI ASRAMA SEMINARI MENENGAH SANTO PETRUS CANISIUS MERTOYUDAN MAGELANG Skripsi

0 0 173