Perancangan Interior House Of japanese Art And Culture Dengan Konsep Kaizen Di Bandung.

(1)

ABSTRAK

Jepang merupakan negara yang terkenal akan kebudayaan yang khas. Meskipun budaya modern masuk ke negara Jepang, Jepang tetap mempertahankan kebudayaan tradisional. Kebudayaan tradisional ini sangat banyak diminati oleh semua kalangan seperti kalangan muda bahkan orang tua dari semua manca negara. Saat ini, banyak program-progam kegiatan internasional yang memperkenalkan kebudayaan Jepang di berbagai negara. Program-program tersebut bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan Jepang tradisional.

Project interior ”House Of Japanese Art and Culture” mencoba untuk menciptakan sebuah fasilitas umum untuk memperkenalkan kebudayaan Jepang pada masyarakat Bandung. Fasilitas umum ini tidak hanya mengutamakan faktor fungsionalnya saja sebagai sebuah fasilitas kebudayaan Jepang saja, melainkan juga memperhatikan faktor lingkungan ( green design ), orang yang memiliki kebutuhan khusus ( seperti orang yang menggunakan kursi roda ), sistem keselamatan dan keamanan, dan fasilitas furnitur smart design yang didukung dengan tema Jepang Kontemporer yang mengarah ke arah tradisional.

Melalui tema tersebut, masyarakat Bandung diharapkan dapat merasakan suasana Jepang. Dengan demikian, perancangan yang berlokasi di Jalan Allegro Altura Complex, Dago, Bandung ini dapat membuktikan pula bahwa desain interior tidak berfungsi sebagai elemen estetis saja, tetapi juga dapat memberikan pengalaman ruang yang menarik dan memberikan inspirasi dengan suasana Jepang Kontemporer dengan sentuhan modern namun tetap terasa suasana Jepang tradisional dan memperhatikan juyga dari segi green design, disable person friendly design, smart design, dan segi keselamatan dan keamanan.


(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………..i

LEMBAR PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI………..ii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ...iii

ABSTRAK……...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR TABEL...xiv

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Batasan Masalah...1

1.3. Identifikasi Masalah...3

1.4. Tujuan Perancangan...3

1.5. Sistematika Penulisan...4

BAB II KAJIAN TEORI...5

2.1. Definisi Pusat Kebudayaan Jepang...5

2.2. Kebudayaan Jepang Tradisional dan Modern...6

2.3. Konsep Hidup Masyrakat Jepang...7

2.3.1. Bushido ...7

2.3.2. Kaizen...8

2.4. Green Design...9

2.5. Disable Person...10

2.6. Perancangan Interior Kelas...10

2.7. Teori Warna...12

2.8. Interior Rumah Jepang...13


(3)

2.10. Tinjauan Lapangan...19

BAB III DESKRIPSI OBYEK STUDI...24

3.1. Ajuan Site dan Analisis Fisik...24

3.2. Deskripsi Proyek………...………....28

3.2.1 Sasaran Proyek………29

3.2.2 Struktur Organisasi Pengelola dan Job Deskripsi………...29

3.3. Program Ruang dan Aktivitas Ruang………...…………....33

3.4. Jadwal Kegiatan Harian………...……….35

3.5. Flow Sirkulasi………...36

3.6. Analisis Fungsional.………..37

3.6.1 Programming Ruang………...37

3.6.2 Bubble Diagram………...40

3.6.3 Zoning & Blocking………...42

3.7. Studi Image………...44

3.7.1 Studi Image Jepang Tradisional ………..44

3.7.2 Studi Image Jepang Kontemporer………...45

3.7.3 Studi Image Jepang Modern………...46

BAB IV KONSEP DAN DESAIN………...47

4.1 Konsep dan Ide Implementasi………....47

4.2 Tema………...………...50

4.3 Aplikasi Konsep Pada Ide Perancangan...50

4.4 Aplikasi Tema Jepang Kontemporer Pada Interior………54

4.5 Aplikasi Konsep Pada Perancangan………...56

4.6 Perancangan Khusus………...59

4.6.1 Ruang Kelas………...60

4.6.2 Restaurant Jepang………...70

4.6.3 Rumah Teh dan Gedung Serba Guna………..81


(4)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………...93 5.1 Simpulan………...93 5.3 Saran………...92

DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Genkan...14

Gambar 2.2 Washitsu...15

Gambar 2.3 Kotatsu...15

Gambar 2.4 Warna Kayu Interior Jepang...16

Gambar 2.5 Warna Kuning Jerami Pada Interior Jepang...16

Gambar 2.6 Hall dan Ruang Ala Jepang NICE Centre...20

Gambar 2.7 Hall dan Ruang Ala Jepang NICE Centre...20

Gambar 2.8 Ruang Serba Guna...20

Gambar 2.9 Ruang Workshop...20

Gambar 2.10 Program Japanese Culture...22

Gambar 2.11 Program Japanese Culture...22

Gambar 2.12 Program Japanese Culture...22

Gambar 2.13 Program Japanese Culture...22

Gambar 2.14 Program Japanese Culture...22

Gambar 2.15 Program Japanese Culture...22

Gambar 2.16 Program Japanese Culture...22

Gambar 2.17 Program Japanese Culture...22

Gambar 2.18 Program Japanese Culture...22

Gambar 2.19 Program Japanese Culture...22

Gambar 3.1 Foto Site...25

Gambar 3.2 Foto Site...25

Gambar 3.3 Foto Site...26

Gambar 3.4 Foto Site...26

Gambar 3.5 Bubble Diagram Lantai 1...40

Gambar 3.6 Bubble Diagram Lantai 2...41

Gambar 3.7 Zoning - Blocking Lantai 1...42

Gambar 3.8 Zoning - Blocking Lantai 2...43

Gambar 3.9 Interior Jepang Tradisional...44


(6)

Gambar 3.11 Interior Jepang Tradisional...44

Gambar 3.12 Interior Jepang Tradisional...44

Gambar 3.13 Interior Jepang Kontemporer...45

Gambar 3.14 Interior Jepang Kontemporer...45

Gambar 3.15 Interior Jepang Kontemporer...45

Gambar 3.16 Interior Jepang Kontemporer...45

Gambar 3.17 Interior Jepang Modern ...46

Gambar 3.18 Interior Jepang Modern...46

Gambar 3.19 Interior Jepang Modern...46

Gambar 3.20 Interior Jepang Modern ...46

Gambar 4.1 Kaizen...49

Gambar 4.2 Penerapan Konsep Kaizen...49

Gambar 4.3 Tema Jepang Kontemporer...50

Gambar 4.4 Konsep Warna...51

Gambar 4.5 Konsep Material...51

Gambar 4.6 Smart Furniture...52

Gambar 4.7 Smart Furniture...52

Gambar 4.8 Smart Furniture For Disable Person Friendly...53

Gambar 4.9 Pencahayaan Alami dan Buatan………..54

Gambar 4.10 Chasitsu Lay Out………...55

Gambar 4.11 Cherry Blossoms Flower………...55

Gambar 4.12 Japanese Pattern...56

Gambar 4.13 Denah General Lantai 1...57

Gambar 4.14 Denah General Lantai 2...58

Gambar 4.15 Potongan General...59

Gambar 4.16 Denah Khusus Kelas Shokyu – Origami – Ikebana – Manga...60

Gambar 4.17 Pola Lantai Kelas Shokyu – Origami – Ikebana – Manga...61

Gambar 4.18 Vinyl...61

Gambar 4.19 Ceiling Kelas Shokyu – Origami – Ikebana – Manga...62

Gambar 4.20 Detail Ceiling Kelas Shokyu – Origami – Ikebana – Manga...63


(7)

Gambar 4.22 Tampak Potongan Kelas Shokyu – Origami – Ikebana – Manga...65

Gambar 4.23 Perspektif Meja Manga...66

Gambar 4.24 Detail Meja Manga...67

Gambar 4.25 Perspektif Kelas Shokyu – Kaiwa...67

Gambar 4.26 Perspektif Kelas Origami...68

Gambar 4.27 Perspektif Kelas Ikebana...69

Gambar 4.28 Perspektif Kelas ...69

Gambar 4.29 Denah Khusus Restaurant Jepang...70

Gambar 4.30 Pola Lantai Restaurant Jepang...71

Gambar 4.31 Porcelain Ceramic...72

Gambar 4.32 Batu Templek...73

Gambar 4.33 Grass Mat...73

Gambar 4.34 Homogenus Tile...73

Gambar 4.35 Ceiling Restaurant Jepang...74

Gambar 4.36 Detail Ceiling Restaurant Jepang...74

Gambar 4.37 Step Stone...75

Gambar 4.38 Detail Step Stone Lamp ...76

Gambar 4.39 Step Stone Shadow Pada Restaurant Jepang……….76

Gambar 4.40 Gambar Potongan Restaurant Jepang...77

Gambar 4.41 Gambar Desain Furnitur Kursi Makan Pada Restaurant Jepang...78

Gambar 4.42 Perspektif Restaurant Jepang...79

Gambar 4.43 Perspektif Restaurant Jepang...80

Gambar 4.44 Denah Gedung Serba Guna dan Rumah Teh...80

Gambar 4.45 Pola Lantai Gedung Serba Guna dan Rumah Teh...82

Gambar 4.46 Homogenus Tile...83

Gambar 4.47 Tatami...83

Gambar 4.48 Ceiling Gedung Serba Guna dan Rumah Teh...84

Gambar 4.49 Potongan Gedung Serba Guna dan Rumah Teh...85

Gambar 4.50 Potongan Gedung Serba Guna dan Rumah Teh...86

Gambar 4.51 Detail Dinding Gedung Serba Guna dan Rumah Teh...87


(8)

Gambar 4.53 Detail Lantai Panggung Gedung Serba Guna...87

Gambar 4.54 Detail Lantai Panggung Gedung Serba Guna...88

Gambar 4.55 Furnitur Kursi Gedung Serba Guna...89

Gambar 4.56 Perspektif Rumah Teh...89

Gambar 4.57 Perspektif Gedung Serba Guna ...90

Gambar 4.58 Perspektif Toilet...91


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan Jepang Tradisonal Dengan Jepang Modern...17 Tabel 3.1. Analisis Site...26 Tabel 3.2. Struktur Organisasi...29


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjalanan panjang sejarah Jepang yang mengalir dari waktu ke waktu, membekas dalam meninggalkan beragam kebudayaan indah yang sampai sekarang masih bisa dinikmati. Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan budayanya yang unik sambil mengintegrasikan masukan-masukan dari luar dengan budayanya sendiri. Gaya hidup orang Jepang dewasa ini merupakan perpaduan budaya tradisional di bawah pengaruh Asia dan budaya modern Barat. Perpaduan budaya tersebut pada akhirnya menjadi tradisi kehidupan Jepang masa kini.


(11)

Berbicara tentang tradisi, dalam artikel ”Tunggangi Tradisi Raih Modernisasi” di Jawa Pos Online tanggal 12 Mei 2006, Wahyu Prasetyawan, yang meraih gelar doktor bidang ekonomi dari Kyoto University Jepang menyebutkan bahwa pengertian tradisi bagi orang Jepang tidaklah kaku. Tradisi lebih kepada sebuah semangat atau nilai-nilai yang terpatri di hati setiap orang Jepang. Semangat tersebut berpaduan dari kehendak untuk maju dan mempertahankan budaya. Kebudayaan bagi orang Jepang terfokus pada bagaimana mereka memegang moral dan etika dalam berhubungan dengan sesama dan keinginan untuk terus-menerus memajukan diri ke tingkat yang lebih baik. Dengan memahami kebudayaan tertentu dari suatu negara, seseorang dapat memahami buah-buah dari kebudayaan tersebut. Dari pemahaman itu pula, seseorang dapat menyaring hal-hal positif dan negatif dari suatu negara.

“Saat globalisasi membuat batas-batas antar negara dan manusia semakin transparan, pertukaran kebudayaan menjadi suatu fenomena yang semakin meningkat dalam kehidupan sehari-hari ”. Hal tersebut disampaikan oleh presiden The Japan Foundation, Kazuo Ogura, dalam pembukaan situs resmi The Japan Foundation di http://www/jpf.or.jp. The Japan Foundation adalah sebuah yayasan milik pemerintah Jepang yang bergerak dalam bidang pertukaran kebudayaan Jepang dengan dunia internasional. Lembaga ini menjadi salah satu lembaga yang mewadahi bagi apresiasi budaya Jepang di Indonesia yang berfungsi juga sebagai kantor administrasi pertukaran kebudayaan Jepang-Indonesia. Dengan berdirinya lembaga ini hanya di Jakarta, sehingga pengenalan kebudayaan Jepang untuk di kota Bandung kurang berkembang hanya sebatas forum-forum komunitas kecil dan membutuhkan suatu sarana untuk mewadahinya.

1.2 Batasan Masalah

House of Japanese Art and Culture di Bandung bertujuan untuk sebagai tempat berkumpulnya masyarakat Jepang yang tinggal di Bandung dan memperkenalkan kebudayaan Jepang kepada masyarakat Bandung.


(12)

1. Luas proyek yang dirancang adalah ± 5000 m2.

2. Denah merupakan bangunan yang nyata di Jalan Allegro Altura Complex, Dago, Bandung. 3. Perancangan interior House of Japanese Art and Culture merupakan salah satu fasilitas publik. 4. Perencanaan dan perancangan menitikberatkan pada desain tanpa memperhitungkan faktor

biaya.

5. Budaya Jepang yang diperkenalkan dalam perancangan ini adalah seni rupa Jepang tradisional dan modern seperti ikebana, chanoyu, menggambar komik ( manga ) dan lain-lain.

1.3 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung berdasarkan aspek fisik dan fungsionalnya yaitu :

a. Bagaimanakah desain yang cocok diterapkan pada interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung ?

b. Desain yang bagaimana yang dapat memberikan nuansa Jepang yang kental pada perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung ?

c. Desain yang bagaimana yang inspiratif dan menunjang sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung ?

d. Ruang-ruang dan fasilitas apa saja yang dibutuhkan dalam perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung ?

1.4 Tujuan Perancangan

Dalam perancangan sarana pecinta kebudayaan ini ada beberapa tujuan yang berguna untuk pembaca atau perancang, yaitu :

a. Untuk mengetahui desain yang cocok untuk diterapkan pada interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung.

b. Untuk lebih memahami desain yang dapat memberikan nuansa Jepang yang kental pada perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung.

c. Untuk mempelajari dan menciptakan desain yang inspiratif dan menunjang perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung.


(13)

d. Untuk mengetahui ruang-ruang dan fasilitas yang dibutuhkan dalam perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan perancangan ini terdapat sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab antara lain :

Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang perancangan yang bertujuan untuk memperkenalkan budaya Jepang pada masyarakat Bandung, identifikasi masalah yang membahas permasalahan dalam perancangan, tujuan perancangan, serta sistematika penulisan yang terdapat pada laporan perancangan ini.

Bab II adalah Ban Landasan Teori. Pada bab II ini memaparkan teori-teori pendukung yang didapat dari beberapa sumber sebagai landasan bagi perancangan obyek TA yang dipilih. Teori pendukung ini didapat melalui studi literatur, yaitu melalui buku dan juga internet.

Bab III adalah Bab Deskripsi Obyek Studi. Pada bab III ini berisi penjelasan mengenai proyek yang akan dibuat, analisa-analisa terhadap objek studi ( baik berupa analisis fisik maupun fungsional), serta analisis pengguna dan program.

Bab IV adalah Bab Perancangan yang memaparkan tema, penjelasan konsep, ide implementasi kosep dari permasalahan kemudian dituangkan ke dalam desain, dan menjelaskan secara terperinci.

Bab V adalah Bab Simpulan dan Saran yang memaparkan kesimpulan yang berisi kesimpulan dari perancangan yang telah dibuat dan saran yang ditujukan bagi pihak-pihak yang akan melakukan perancangan dengan topik serupa.


(14)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dalam merancang interior House of Japanese Art and Culture, penulis harus mendesain sekreatif mungkin namun tetap dapat mencocokan perancangan tersebut dengan daerah lingkungannya yaitu kota Bandung. Desain yang kreatif tersebut harus dipikirkan sebaik mungkin agar memiliki suatu konsep yang berkesinambungan antara project dan daerah lingkungan.


(15)

Karena penulis merancang interior dengan budaya Jepang, maka desain yang ditampilkan untuk memberikan nuansa Jepang yang kental pada perancangan interior House of Japanese Art and Culture adalah desain dengan tema Jepang kontemporer yang mengarah ke arah tradisional. Desain dengan tema Jepang Kontemporer adalah perancangan yang memberikan nuansa Jepang tradisional yang digabungkan dengan sentuhan / gaya modern.

Selain itu juga, penulis melakukan research untuk menciptakan desain yang inspiratif dan menunjang fasilitas House of Japanese Art and Culture. Salah satunya adalah merancang toilet yang bersifat universal design, merancang lantai panggung yang dapat berputar, dan sebagainya.

Saat awal perancangan House of Japanese Art and Culture ini, penulis melakukan berbagai cara untuk memasukan ruang – ruang dan fasilitas yang terdapat pada House of Japanese Art and Culture ini. Salah satunya dengan membagikan kuesioner, research, dan mendatangi project interior yang sejenis. Dari hasil itulah maka fasilitas yang terdapat pada House of Japanese Art and Culture adalah kelaskelas kebudayaan Jepang seperti kelas Shokyu -Kaiwa, Origami, Ikebana, Manga. Selain dari kelas terdapat juga restaurant Jepang, rumah teh ( Chanoyu ), gedung serba guna, perpustakaan, kantor, dan sebagainya. Sedangkan untuk fasilitas penunjang ialah dengan didesainnya toilet yang bersifat universal design.

5.2. Saran

Bagi pembaca yang akan merancang Tugas Akhir dengan latar belakang kebudayaan Jepang diperlukan data dan mengenal kebudayaan Jepang secara detail. Data tentang kebudayaan Jepang sangat dibutuhkan untuk membuat suatu konsep, ide desain, dan tema. Mempelajari kebudayaan negara lain merupakan pelajaran yang berat apabila tidak dilandasi dengan kesukaan kita terhadap kebudayaan tersebut. Perancangan Interior House of Japanese Art and Culture diharapkan dapat menciptakan pengetahuan akan kebudayaan Jepang bagi masyarakat yang hanya mengenal Jepang hanya sebatas “kulit luar”nya saja.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Young, Michiko and David. 2004. The Art of Japanese Architecture. Tokyo: Tuttle Publishing. Neufert Ernst. 1996. Data Arsitek. Jakarta : Erlangga.

Jitsukawa, Motoko. 2006. Contemporary Japanese Restaurant Design. Singapore - Hong Kong - Indonesia : PERIPLUS EDITION.

Katoh Sylvester, Amy. 1993. Japan Country Living. Singapore : CHARLES E.TUTTLE CO.,INC.

Ikeda, Yoshikazu. 2001. Japan at a Glance Update. Japan : International Internship Programs. Hisataka, Uchiike .2007. Hard-to-Answer Questions about Japan. Japan : JapanBook.

Jun-ichi, Ishikawa. 2007. NIPPONIA. Jepang : Heibonsha Ltd.

Inc. Connections, Urban. 1996. Wajah Jepang Dewasa Ini. Jepang : Urban Connections Inc. http://www.id.emb-japan.go.jp

http://www.fureaimagazine.blogspot.com/ http://www.aikidoshudokanindonesia.com/

http://www.gicdepok.wordpress.com/upacara-minum-teh-chanoyu/ http://www.hikaruyuuki.com/blog/festival-di-jepang.html

http://www.123rumah.wordpress.com/2008/01/22/rumah-gaya-jepang/ http://www.id.emb-japan.go.jp/


(1)

Berbicara tentang tradisi, dalam artikel ”Tunggangi Tradisi Raih Modernisasi” di Jawa Pos Online tanggal 12 Mei 2006, Wahyu Prasetyawan, yang meraih gelar doktor bidang ekonomi dari Kyoto University Jepang menyebutkan bahwa pengertian tradisi bagi orang Jepang tidaklah kaku. Tradisi lebih kepada sebuah semangat atau nilai-nilai yang terpatri di hati setiap orang Jepang. Semangat tersebut berpaduan dari kehendak untuk maju dan mempertahankan budaya.

Kebudayaan bagi orang Jepang terfokus pada bagaimana mereka memegang moral dan etika dalam berhubungan dengan sesama dan keinginan untuk terus-menerus memajukan diri ke tingkat yang lebih baik. Dengan memahami kebudayaan tertentu dari suatu negara, seseorang dapat memahami buah-buah dari kebudayaan tersebut. Dari pemahaman itu pula, seseorang dapat menyaring hal-hal positif dan negatif dari suatu negara.

“Saat globalisasi membuat batas-batas antar negara dan manusia semakin transparan, pertukaran kebudayaan menjadi suatu fenomena yang semakin meningkat dalam kehidupan sehari-hari ”. Hal tersebut disampaikan oleh presiden The Japan Foundation, Kazuo Ogura, dalam pembukaan situs resmi The Japan Foundation di http://www/jpf.or.jp. The Japan Foundation adalah sebuah yayasan milik pemerintah Jepang yang bergerak dalam bidang pertukaran kebudayaan Jepang dengan dunia internasional. Lembaga ini menjadi salah satu lembaga yang mewadahi bagi apresiasi budaya Jepang di Indonesia yang berfungsi juga sebagai kantor administrasi pertukaran kebudayaan Jepang-Indonesia. Dengan berdirinya lembaga ini hanya di Jakarta, sehingga pengenalan kebudayaan Jepang untuk di kota Bandung kurang berkembang hanya sebatas forum-forum komunitas kecil dan membutuhkan suatu sarana untuk mewadahinya.

1.2 Batasan Masalah

House of Japanese Art and Culture di Bandung bertujuan untuk sebagai tempat berkumpulnya masyarakat Jepang yang tinggal di Bandung dan memperkenalkan kebudayaan Jepang kepada masyarakat Bandung.


(2)

1. Luas proyek yang dirancang adalah ± 5000 m2.

2. Denah merupakan bangunan yang nyata di Jalan Allegro Altura Complex, Dago, Bandung. 3. Perancangan interior House of Japanese Art and Culture merupakan salah satu fasilitas publik. 4. Perencanaan dan perancangan menitikberatkan pada desain tanpa memperhitungkan faktor

biaya.

5. Budaya Jepang yang diperkenalkan dalam perancangan ini adalah seni rupa Jepang tradisional dan modern seperti ikebana, chanoyu, menggambar komik ( manga ) dan lain-lain.

1.3 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung berdasarkan aspek fisik dan fungsionalnya yaitu :

a. Bagaimanakah desain yang cocok diterapkan pada interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung ?

b. Desain yang bagaimana yang dapat memberikan nuansa Jepang yang kental pada perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung ?

c. Desain yang bagaimana yang inspiratif dan menunjang sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung ?

d. Ruang-ruang dan fasilitas apa saja yang dibutuhkan dalam perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung ?

1.4 Tujuan Perancangan

Dalam perancangan sarana pecinta kebudayaan ini ada beberapa tujuan yang berguna untuk pembaca atau perancang, yaitu :

a. Untuk mengetahui desain yang cocok untuk diterapkan pada interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung.

b. Untuk lebih memahami desain yang dapat memberikan nuansa Jepang yang kental pada perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung.

c. Untuk mempelajari dan menciptakan desain yang inspiratif dan menunjang perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung.


(3)

d. Untuk mengetahui ruang-ruang dan fasilitas yang dibutuhkan dalam perancangan interior sarana pecinta kebudayaan Jepang di Bandung.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan perancangan ini terdapat sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab antara lain :

Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang perancangan yang bertujuan untuk memperkenalkan budaya Jepang pada masyarakat Bandung, identifikasi masalah yang membahas permasalahan dalam perancangan, tujuan perancangan, serta sistematika penulisan yang terdapat pada laporan perancangan ini.

Bab II adalah Ban Landasan Teori. Pada bab II ini memaparkan teori-teori pendukung yang didapat dari beberapa sumber sebagai landasan bagi perancangan obyek TA yang dipilih. Teori pendukung ini didapat melalui studi literatur, yaitu melalui buku dan juga internet.

Bab III adalah Bab Deskripsi Obyek Studi. Pada bab III ini berisi penjelasan mengenai proyek yang akan dibuat, analisa-analisa terhadap objek studi ( baik berupa analisis fisik maupun fungsional), serta analisis pengguna dan program.

Bab IV adalah Bab Perancangan yang memaparkan tema, penjelasan konsep, ide implementasi kosep dari permasalahan kemudian dituangkan ke dalam desain, dan menjelaskan secara terperinci.

Bab V adalah Bab Simpulan dan Saran yang memaparkan kesimpulan yang berisi kesimpulan dari perancangan yang telah dibuat dan saran yang ditujukan bagi pihak-pihak yang akan melakukan perancangan dengan topik serupa.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dalam merancang interior House of Japanese Art and Culture, penulis harus mendesain sekreatif mungkin namun tetap dapat mencocokan perancangan tersebut dengan daerah lingkungannya yaitu kota Bandung. Desain yang kreatif tersebut harus dipikirkan sebaik mungkin agar memiliki suatu konsep yang berkesinambungan antara project dan daerah lingkungan.


(5)

Karena penulis merancang interior dengan budaya Jepang, maka desain yang ditampilkan untuk memberikan nuansa Jepang yang kental pada perancangan interior House of Japanese Art and Culture adalah desain dengan tema Jepang kontemporer yang mengarah ke arah tradisional. Desain dengan tema Jepang Kontemporer adalah perancangan yang memberikan nuansa Jepang tradisional yang digabungkan dengan sentuhan / gaya modern.

Selain itu juga, penulis melakukan research untuk menciptakan desain yang inspiratif dan menunjang fasilitas House of Japanese Art and Culture. Salah satunya adalah merancang toilet yang bersifat universal design, merancang lantai panggung yang dapat berputar, dan sebagainya.

Saat awal perancangan House of Japanese Art and Culture ini, penulis melakukan berbagai cara untuk memasukan ruang – ruang dan fasilitas yang terdapat pada House of Japanese Art and Culture ini. Salah satunya dengan membagikan kuesioner, research, dan mendatangi project interior yang sejenis. Dari hasil itulah maka fasilitas yang terdapat pada House of Japanese Art and Culture adalah kelaskelas kebudayaan Jepang seperti kelas Shokyu -Kaiwa, Origami, Ikebana, Manga. Selain dari kelas terdapat juga restaurant Jepang, rumah teh ( Chanoyu ), gedung serba guna, perpustakaan, kantor, dan sebagainya. Sedangkan untuk fasilitas penunjang ialah dengan didesainnya toilet yang bersifat universal design.

5.2. Saran

Bagi pembaca yang akan merancang Tugas Akhir dengan latar belakang kebudayaan Jepang diperlukan data dan mengenal kebudayaan Jepang secara detail. Data tentang kebudayaan Jepang sangat dibutuhkan untuk membuat suatu konsep, ide desain, dan tema. Mempelajari kebudayaan negara lain merupakan pelajaran yang berat apabila tidak dilandasi dengan kesukaan kita terhadap kebudayaan tersebut. Perancangan Interior House of Japanese Art and Culture diharapkan dapat menciptakan pengetahuan akan kebudayaan Jepang bagi masyarakat yang hanya mengenal Jepang hanya sebatas “kulit luar”nya saja.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Young, Michiko and David. 2004. The Art of Japanese Architecture. Tokyo: Tuttle Publishing. Neufert Ernst. 1996. Data Arsitek. Jakarta : Erlangga.

Jitsukawa, Motoko. 2006. Contemporary Japanese Restaurant Design. Singapore - Hong Kong - Indonesia : PERIPLUS EDITION.

Katoh Sylvester, Amy. 1993. Japan Country Living. Singapore : CHARLES E.TUTTLE CO.,INC.

Ikeda, Yoshikazu. 2001. Japan at a Glance Update. Japan : International Internship Programs.

Hisataka, Uchiike .2007. Hard-to-Answer Questions about Japan. Japan : JapanBook.

Jun-ichi, Ishikawa. 2007. NIPPONIA. Jepang : Heibonsha Ltd.

Inc. Connections, Urban. 1996. Wajah Jepang Dewasa Ini. Jepang : Urban Connections Inc. http://www.id.emb-japan.go.jp

http://www.fureaimagazine.blogspot.com/

http://www.aikidoshudokanindonesia.com/

http://www.gicdepok.wordpress.com/upacara-minum-teh-chanoyu/

http://www.hikaruyuuki.com/blog/festival-di-jepang.html

http://www.123rumah.wordpress.com/2008/01/22/rumah-gaya-jepang/