Analisis Perbandingan Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terutang dengan Menggunakan Nett Method dan Gross Up Method dalam Meningkatkan Penghematan Pembayaran Pajak yang Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Indonesia yang Berlaku (Studi Kasus pa

(1)

vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Companies are required to calculate, pay employee income taxes and company income taxes. Income tax which paid by company (Nett Method), can’t deduct from gross profit of the company. With the gross-up method, cost of PPh 21 of employees can be charge and it will reduce company profits, so the company tax loss will be smaller. The purpose of this study was to determine the amount tax payable of PPh 21 employees before and after the use of gross-up method and it’s effect on weight saving of income tax payments of PT INTI (Persero). The results of the analysis indicate that the application of gross up method in providing tax benefits for fulltime employees is a way to lower income tax amount. Recalculation of the results, when compared between the increase in PPh 21 tax with a reduced company tax loss as a gross-up result, company tax reduction inweight was greater than the increase in PPh 21 tax.

Key words: Calculation PPh 21, Nett Method, Gross-up Method, Profit, Corporate Tax Savings.


(2)

vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Perusahaan diharuskan untuk menghitung, membayarkan pajak penghasilan pegawai dan juga pajak penghasilan badannya. Pajak penghasilan pegawai yang ditanggung perusahaan (Nett Method), tidak dapat dikurangkan dari laba bruto perusahaan. Dengan metode gross-up biaya atas PPh 21 pegawai dapat dibebankan dan akan mengurangi laba perusahaan, sehingga PPh badan akan lebih kecil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah PPh pasal 21 terutang atas pegawai sebelum dan sesudah digunakannya gross-up method dan pengaruhnya terhadap penghematan pembayaran PPh badan PT INTI (Persero). Hasil analisis menunjukan bahwa Penerapan metode gross-up dalam memberikan tunjangan pajak bagi pegawai tetap merupakan suatu cara untuk menurunkan jumlah PPh perusahaan. Dari hasil perhitungan ulang, bila dibandingkan antara kenaikan PPh Pasal 21 dengan penurunan PPh badan setelah gross-up, penurunan PPh badan lebih besar dari kenaikan PPh Pasal 21 yang terjadi.

Kata kunci: Perhitungan PPh Pasal 21, Nett Method, Gross-up Method, Laba, Penghematan PPh Badan.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL. ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

SURAT PENGESAHAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRACT... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN……….

xiii xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1.2 Identifikasi Masalah... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Manfaat Penelitian... 1.5 Kerangka Pemikiran...

1 3 4 4 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan... 2.1.1 Dasar Hukum...

8 8


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha 2.1.2 Pengertian-Pengertian...

2.1.3 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)………... 2.1.4 Surat Pemberitahuan (SPT)………... 2.1.5 Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pembayaran Pajak.…. 2.1.6 Surat Ketetapan Pajak... 2.1.7 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak……….…… 2.2 Pajak Penghasilan... 2.2.1 Subjek Pajak Penghasilan... 2.2.2 Bukan Subjek Pajak Penghasilan... 2.2.3 Objek Pajak...

2.2.4 Tarif Pajak……….…... 2.3 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21... 2.3.1 Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21……..…….. 2.3.2 Pemotong Pajak (PPh) Pasal 21………..……. 2.3.3 Pihak yang Dikecualikan Sebagai Subjek PPh…….... 2.3.4 Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21……..………..

2.3.5 Penghasilan yang Dikecualikan dari Pengenaan PPh Pasal 21……….….……….

2.3.6 Pengurang Penghasilan yang Diperbolehkan…...…... 2.4 PPh Badan………... 2.5 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25... 2.6 Cara Pengenaan Pajak Penghasilan………...….... 2.7 Perencanaan Pajak………...

8 11 11 12 12 13 15 16 17 17 18 20 20 21 22 23 24 25 28 28 28 29


(5)

x Universitas Kristen Maranatha 2.7.1 Definisi Perencanaan Pajak……….

2.7.2 Upaya Legal dalam Perencanaan Pajak………...…… 2.7.3 Memaksimalkan Penghasilan yang Dikecualikan yang Tercantum pada Pasal (2) dan (3) Undang- Undang Pajak Penghasilan………... 2.7.4 Meminimalkan Tarif Pajak………..………… 2.7.5 Pajak Penghasilan ditanggung Perusahaan atau Pemberi Kerja………..……… 2.7.6 Pajak Penghasilan ditanggung Perusahaan dengan Metode Gross-up……….. 2.8 Laba………...……… 30 32 32 35 36 36 37

BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian... 3.1.1 Gambaran Umum Perusahaan... 3.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan... 3.1.3 Struktur Organisasi... 3.2 Jenis Penelitian……… 3.3 Sumber Data………. 3.4 Populasi dan Sampel... 3.4.1 Populasi ... 3.4.2 Sampel………. 3.5 Teknik Pengumpulan Data………

39 39 40 41 43 43 44 44 45 45


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan PPh Pasal 21 Terutang yang Ditanggung

Perusahaan dengan Nett Method Pada PT INTI………. 4.2 Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terutang yang Ditanggung Perusahaan dengan Gross-up Method Pada PT INTI……….. 4.3 Perbandingan Perhitungan dengan Menggunakan Nett Method dan Gross-up Method Dalam Meningkatkan Penghematan Pembayaran Pajak pada PT INTI………

47

51

54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan... 5.2 Saran...

59 61 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tarif Pajak PPh 21 Orang Pribadi ... 19 Tabel 2 Formula Perhitungan PPh Pasal 21 yang Ditanggung Perusahaan ... 48 Tabel 3 Rekapitulasi Jumlah PPh Pasal 21 Terutang dengan Nett Method ... 51 Tabel 4 Rekapitulasi Jumlah PPh Pasal 21 Terutang dengan Gross-up Method... .... 54 Tabel 5 Selisih Biaya Gaji Pegawai Sebelum dan Sesudah Penerapan Gross-up

Method ... 55 Tabel 6 Selisih PPh Pasal 21 Terutang Sebelum dan Sesudah Penerapan

Gross-up Method ... 56 Tabel 7 Selisih Laba Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Gross-up

Method ... 56 Tabel 8 Selisih PPh Badan Terutang Sebelum dan Sesudah Penerapan Gross-up

Method ... 57 Tabel 9 Selisih Kenaikan PPh Pasal 21 dengan Penurunan PPh Badan Setelah


(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

A. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Skripsi B. Surat Balasan Observasi

C. Laporan Laba Rugi PT INTI (Persero) Tahun 2006-2010 D. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 E. Surat Setoran Pajak (SSP)


(10)

Universitas Kristen Maranatha

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak (Waluyo, 2000).

Pajak merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap warga Negara dalam rangka pembiayaan Negara dan pembangunan nasional, salah satu mekanisme pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia adalah withholding

system. Withholding system adalah suatu cara pemungutan pajak yang penghitungan

besarnya pajak terutang oleh wajib pajak dilakukan oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud dalam sistem ini adalah Wajib Pajak (WP) yang telah memenuhi persyaratan tertentu yang diwajibkan, yang kemudian akan disebut sebagai pihak yang ditunjuk untuk melakukan pemotongan pajak. Salah satu jenis PPh yang menggunakan withholding system adalah PPh Pasal 21. PPh Pasal 21merupakan pajak yang terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban wajib pajak untuk membayarnya (Supramono, 2006).


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Pada dasarnya tidak satupun orang atau perusahaan yang senang membayar pajak. Wajib pajak akan mencoba untuk membayar pajak terutang sekecil mungkin selama hal tersebut memungkinkan. Wajib pajak juga berusaha menghindari pajak secara ilegal selama pajak tersebut mempunyai alasan yang tepat dan tidak mengakibatkannya dituntun secara hukum. Setiap perusahaan sebagai wajib pajak, dalam membayar pajak tentu menginginkan jumlah yang seminimal mungkin atau dapat menghemat pajak (tax saving). Oleh sebab itu, meminimalkan beban pajak adalah salah satu fungsi manajemen keuangan (Djoko Muljono, 2004).

Dalam perhitungan laba rugi, perhitungan besarnya pajak yang dikenakan pada karyawan yang ditanggung perusahaan (nett method), PPh atas karyawan yang ditanggung perusahaan, akan menyebabkan laba perusahaan menjadi lebih besar, sehingga pajak yang akan dibayar perusahaan pun akan menjadi besar pula. (http://www.pajakupdate.com/berita/158-grossup-method-pphps21.html)

Pajak yang ditanggung oleh perusahaan akan menjadi lebih kecil bila menggunakan gross up method. Gross up method merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk meminimalkan pajak yang akan dibayarkan ke pemerintah. Untuk pajak ditanggung oleh Perusahaan, maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar PPh pasal 21 karyawan tersebut tidak dimasukkan kedalam komponen penghasilan karyawan. Jadi jika tidak diakui sebagai penghasilan bagi karyawan, maka tidak dapat dibiayakan dalam PPh badan (http://typecat.com/PERENCANAAN-PAJAK-DENGAN-METODE-GROSS-UP-DALAM-PERHITUNGAN-PPH.).

PT INTI (Persero) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah Badan Pengelola Industri Strategis atau BPIS yang bergerak dalam


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha bidang peralatan telekomunikasi. Dalam pemotongan pajaknya PT INTI masih menggunakan Nett Method (ditanggung perusahaan).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis Perbandingan Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terutang dengan Menggunakan Nett Method dan Gross Up Method Dalam Meningkatkan Penghematan Pembayaran Pajak yang Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Indonesia yang Berlaku” (Studi kasus pada PT Industri Telekomunikasi Indonesia Persero).

1.2Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari masalah tersebut, maka masalah-masalah yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, jika Pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terutang ditanggung oleh perusahaan (Nett Method) pada PT INTI (Persero)?

2. Bagaimana perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, jika Pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) PPh Pasal 21 terutang ditanggung oleh perusahaan dengan gross up method pada PT INTI (Persero)?

3. Bagaimana Perbandingan Perhitungan dengan Menggunakan Nett

Method dan Gross Up Method dalam meningkatkan penghematan


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 jika jumlah Pajak Penghasilan (PPh) terutang ditanggung oleh perusahaan (Nett Method) pada PT INTI (Persero).

2. Untuk mengetahui perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 jika jumlah Pajak Penghasilan (PPh) terutang ditanggung oleh perusahaan dengan gross up method pada PT INTI (Persero).

3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan perhitungan dengan Menggunakan Nett Method dan Gross Up Method dalam meningkatkan penghematan pembayaran pajak pada PT INTI (Persero).

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: a. Kegunaan bagi Lembaga Perguruan TInggi

Kegunaan bagi lembaga perguruan tinggi, dalam hal ini Universitas Kristen Maranatha diharapkan dapat menambah data dan informasi sebagai masukan terhadap mata kuliah yang bersangkutan.

b. Kegunaan bagi Perusahan,

yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat sebagai tambahan informasi dan pengetahuan yang memberikan nilai guna bagi pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan.


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha c. Kegunaan bagi Peneliti

Kegunaan bagi peneliti diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan dapat menambah wawasan dalam bidang akuntansi dan perpajakan dengan cara penerapan secara langsung teori yang diperoleh di perkuliahan, dalam memperbanyak kepustakaan ataupun bentuk lainnya, terutama yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

d. Kegunaan bagi Masyarakat dan Pihak Lainnya

Kegunaan bagi masyarakat dan pihak lainnya, yaitu diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat dan berguna sebagai bahan referensi untuk kegiatan ilmiah atau dalam hal yang sama sebagai bahan pertimbangan untuk yang lainnya, serta sebagai tambahan nilai guna bagi yang membutuhkan.

1.5Kerangka Pemikiran.

Penggunaan metode yang berbeda dalam perhitungan PPh Pasal 21, akan menghasilkan dampak yang berbeda pula terhadap besarnya pajak yang terutang bagi perusahaan. Perbedaan jumlah PPh terutang yang merupakan beban pegawai bagi perusahaan, akan berpengaruh terhadap pencapaian laba (rugi) perusahaan.

Pajak penghasilan atas gaji pegawai yang ditanggung perusahaan tidak dapat dibebankan dalam beban gaji pegawai, sehingga beban pegawai lebih kecil jika dibandingkan dengan pemberian tunjangan pajak terhadap pegawai atas pajak penghasilan yang terutang.

Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah pengurang penghasilan akan lebih kecil jika pajak penghasilan atas pegawai ditanggung perusahaan (Nett Method),


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha sebaliknya jika perusahaan memberikan tunjangan pajak (Gross up method), maka biaya gaji pegawai akan lebih besar. Peningkatan jumlah biaya akan berpengaruh terhadap laba perusahaan, semakin besar biaya yang dikeluarkan maka semakin berkurang pula jumlah laba yang diperoleh. Pengurangan laba akibat pemberian tunjangan pajak terhadap pegawai, akan meminimalkan jumlah pajak penghasilan perusahaan, hal ini karena jumlah laba perusahaan yang lebih kecil sehingga pajak perusahaan pun akan lebih kecil. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian:


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 1

Skema Kerangka Pemikiran

Pajak

Pajak Penghasilan

Pajak Badan

PPh Pasal 21 untuk Karyawan

Kebijakan PPh Pasal 21

Ditanggung Perusahaan Ditanggung Perusahaan dengan Metode Gross-up

PPh Pasal 21 terutang

Beban Pegawai

Penghematan Pembayaran Pajak


(17)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis data yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dalam kasus PT INTI ini, yaitu:

1.

PPh Pasal 21 terutang dengan menggunakan nett method pada PT INTI adalah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan sama besar dengan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai. Untuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan, biaya yang dikeluarkan untuk membayar PPh Pasal 21 karyawan tidak dapat dibiayakan secara fiskal. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar PPh Pasal 21 karyawan tersebut tidak dimasukan dalam komponen penghasilan karyawan dan tidak dapat dibiayakan dalam PPh badan. Sehingga dapat diketahui jumlah PPh pasal 21 yang harus ditanggung perusahaan secara berurutan dari tahun 2006-2010 adalah Rp 1.983.202.677, Rp 2.182.021.177, Rp 2.356.679.668, Rp 2.853.119.972, dan Rp 3.151.726.061.

2.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terutang dengan menggunakan Gross-up

method pada PT INTI diberikan oleh perusahaan dalam bentuk tunjangan

pajak yang dibayarkan perusahaan kepada pegawai, sehingga menambah penghasilan bruto pegawai. Jumlah tunjangan pajak sama dengan jumlah pajak yang akan terutang. Dalam hal ini, tidak ada koreksi pada saat


(18)

60

Universitas Kristen Maranatha rekonsiliasi fiskal, karena tunjangan pajak bukan merupakan biaya yang dapat mengurangi Penghasilan Kena Pajak (PKP) perusahaan, sehingga beban pajak terutang yang dibayar dan disetor kecil. Maka setelah dilakukan perhitungan ulang dengan menerapkan metode gross-up dapat diketahui jumlah PPh Pasal 21 yang terutang secara berurutan dari tahun 2006-2010 adalah Rp 2.298.224.511, Rp 2.542.369.917, Rp 2.778.741.379, Rp 3.160.661.359, dan Rp 3.833.723.101.

3.

Perhitungan dengan menggunakan nett method dan gross-up method dalam meningkatkan penghematan pembayaran pajak pada PT INTI. Setelah diterapkan metode gross-up, laba perusahaan menjadi lebih kecil, sehingga PPh badan terutang perusahaan pun jadi lebih kecil. Hal ini disebabkan karena ada penambahan komponen biaya yang dikeluarkan perusahaan dari pemberian tunjangan pajak, dimana tunjangan pajak ini menyebabkan PPh Pasal 21 yang harus dibayarkan menjadi lebih besar. Kenaikan PPh Pasal 21 yang terjadi bila menggunakan gross-up method mulai dari tahun 2006-2010 adalah Rp 315.021.834, Rp 360.348.740, Rp 422.061.711, Rp 307.541.387, dan Rp 681.997.040 sedangkan penurunan PPh Badan yang terjadi mulai dari tahun 2006-2010 adalah Rp 529.538.580, Rp 635.548.210, Rp 712.814.139, Rp 407.298.970, dan Rp 958.436.999. Bila dibandingkan antara kenaikan PPh Pasal 21 dengan penurunan PPh badan, ternyata penurunan PPh badan lebih besar dari kenaikan PPh Pasal 21 itu sendiri, yang berarti penggunaan metode

gross-up untuk mengurangi PPh badan ini efisien dan pajak yang harus

dibayarkan perusahaan pun lebih kecil. Adapun biaya yang dapat dihemat bila menggunakan metode tersebut mulai dari tahun 2006-2010 adalah Rp


(19)

61

Universitas Kristen Maranatha 214.516.746, Rp 275.199.470, Rp 290.752.428, Rp 99.757.583, dan Rp 276.439.959.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis memberikan saran: 1. Bagi perusahaan

Penerapan metode gross-up dalam memberikan tunjangan pajak bagi pegawai tetap merupakan suatu cara untuk menurunkan jumlah PPh perusahaan. Maka dari itu, penulis mencoba untuk memberikan saran yang dapat diambil bagi perusahaan yaitu perusahaan hendaknya menggunakan metode gross-up dalam menghitung PPh Pasal 21 atas gaji pegawainya, karena dengan metode ini perusahaan dapat menekan limit pajak yang akan dikeluarkannya. Selain itu, keuntungan dari metode gross-up ini tidak melanggar hukum. Metode

gross-up juga merupakan suatu cara yang dapat dilakukan dalam

melaksanakan sebuah Tax-Planning (perencanaan pajak) artinya biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan metode ini pada laporan keuangan fiskal tidak dikoreksi atau merupakan biaya yang dapat dibebankan (deductible

expense) karena pajak tersebut merupakan tambahan penghasilan bagi

pegawai yang bersangkutan. Dalam hal ini tidak ada pihak yang dirugikan karena baik pemberi kerja maupun pegawai sama-sama mendapatkan keuntungan.


(20)

62

Universitas Kristen Maranatha 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel yang lebih banyak dan obyek penelitian yang berbeda.


(21)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Harnanto (2007). AkuntansiPerpajakan. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Harry Poernomo. Gross Up Tax – Indonesia Income Tax (PPh 21), 1 Januari 2009

diakses dari http://harrypoe.wordpress.com/2008/01/01/gross-up-tax-indonesia- income-tax-pph21.

Hasan, Iqbal ( 2004). AnalisisDataPenelitiandenganStatistik. Penerbit Bumi Aksara.

Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia (2004). StandarAkuntansiKeuangan. Buku 1, Penerbit

Salemba Empat. Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo (2001). MetodologiPenelitianBisnisUntuk

AkuntansidanManajemen. Edisi Pertama, BPFE. Yogyakarta.

Irsan Lubis. Perhitungan PPh Pasal 21 Gross-up, 2008 diakses dari

http://ilubis.files.wordpress.com/2008/06/perhitungan-pph-pasal-21-gross-up_gaji-karyawan.pdf

Kumpulan Artikel dan Kasus-kasus Seminar Perpajakan.

Mardiasmo (2010). PerpajakanEdisiRevisi 2009. Edisi XVI, Penerbit Andi.

Yogyakarta.

Setiawan, Agus. (2007). Cara Mudah Menghitung PPh Badan dengan Undang-Undang

Pajak-Terbaru. Edisi 2, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Siti Resmi (2009). Perpajakan: TeoridanKasus. Edisi 4, Penerbit Salemba Empat.

Jakarta.

Suandy, Erly (2001). PerencanaanPajak. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Sugiyono (2005). MetodePenelitianBisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Waluyo, dan Wirawan B Ilyas (2000). PerpajakanIndonesia. Penerbit Salemba Empat.

Jakarta.

Zain, Mohammad (2003). ManajemenPerpajakan. Edisi I, Penerbit Salemba Empat.


(1)

Universitas Kristen Maranatha Gambar 1

Skema Kerangka Pemikiran

Pajak

Pajak Penghasilan

Pajak Badan

PPh Pasal 21 untuk Karyawan

Kebijakan PPh Pasal 21

Ditanggung Perusahaan Ditanggung Perusahaan

dengan Metode Gross-up

PPh Pasal 21 terutang

Beban Pegawai

Penghematan Pembayaran Pajak


(2)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis data yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dalam kasus PT INTI ini, yaitu:

1.

PPh Pasal 21 terutang dengan menggunakan nett method pada PT INTI adalah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan sama besar dengan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai. Untuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan, biaya yang dikeluarkan untuk membayar PPh Pasal 21 karyawan tidak dapat dibiayakan secara fiskal. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar PPh Pasal 21 karyawan tersebut tidak dimasukan dalam komponen penghasilan karyawan dan tidak dapat dibiayakan dalam PPh badan. Sehingga dapat diketahui jumlah PPh pasal 21 yang harus ditanggung perusahaan secara berurutan dari tahun 2006-2010 adalah Rp 1.983.202.677, Rp 2.182.021.177, Rp 2.356.679.668, Rp 2.853.119.972, dan Rp 3.151.726.061.

2.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terutang dengan menggunakan Gross-up method pada PT INTI diberikan oleh perusahaan dalam bentuk tunjangan pajak yang dibayarkan perusahaan kepada pegawai, sehingga menambah penghasilan bruto pegawai. Jumlah tunjangan pajak sama dengan jumlah pajak yang akan terutang. Dalam hal ini, tidak ada koreksi pada saat


(3)

Universitas Kristen Maranatha rekonsiliasi fiskal, karena tunjangan pajak bukan merupakan biaya yang dapat mengurangi Penghasilan Kena Pajak (PKP) perusahaan, sehingga beban pajak terutang yang dibayar dan disetor kecil. Maka setelah dilakukan perhitungan ulang dengan menerapkan metode gross-up dapat diketahui jumlah PPh Pasal 21 yang terutang secara berurutan dari tahun 2006-2010 adalah Rp 2.298.224.511, Rp 2.542.369.917, Rp 2.778.741.379, Rp 3.160.661.359, dan Rp 3.833.723.101.

3.

Perhitungan dengan menggunakan nett method dan gross-up method dalam meningkatkan penghematan pembayaran pajak pada PT INTI. Setelah diterapkan metode gross-up, laba perusahaan menjadi lebih kecil, sehingga PPh badan terutang perusahaan pun jadi lebih kecil. Hal ini disebabkan karena ada penambahan komponen biaya yang dikeluarkan perusahaan dari pemberian tunjangan pajak, dimana tunjangan pajak ini menyebabkan PPh Pasal 21 yang harus dibayarkan menjadi lebih besar. Kenaikan PPh Pasal 21 yang terjadi bila menggunakan gross-up method mulai dari tahun 2006-2010 adalah Rp 315.021.834, Rp 360.348.740, Rp 422.061.711, Rp 307.541.387, dan Rp 681.997.040 sedangkan penurunan PPh Badan yang terjadi mulai dari tahun 2006-2010 adalah Rp 529.538.580, Rp 635.548.210, Rp 712.814.139, Rp 407.298.970, dan Rp 958.436.999. Bila dibandingkan antara kenaikan PPh Pasal 21 dengan penurunan PPh badan, ternyata penurunan PPh badan lebih besar dari kenaikan PPh Pasal 21 itu sendiri, yang berarti penggunaan metode gross-up untuk mengurangi PPh badan ini efisien dan pajak yang harus dibayarkan perusahaan pun lebih kecil. Adapun biaya yang dapat dihemat bila menggunakan metode tersebut mulai dari tahun 2006-2010 adalah Rp


(4)

214.516.746, Rp 275.199.470, Rp 290.752.428, Rp 99.757.583, dan Rp 276.439.959.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis memberikan saran: 1. Bagi perusahaan

Penerapan metode gross-up dalam memberikan tunjangan pajak bagi pegawai tetap merupakan suatu cara untuk menurunkan jumlah PPh perusahaan. Maka dari itu, penulis mencoba untuk memberikan saran yang dapat diambil bagi perusahaan yaitu perusahaan hendaknya menggunakan metode gross-up dalam menghitung PPh Pasal 21 atas gaji pegawainya, karena dengan metode ini perusahaan dapat menekan limit pajak yang akan dikeluarkannya. Selain itu, keuntungan dari metode gross-up ini tidak melanggar hukum. Metode gross-up juga merupakan suatu cara yang dapat dilakukan dalam melaksanakan sebuah Tax-Planning (perencanaan pajak) artinya biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan metode ini pada laporan keuangan fiskal tidak dikoreksi atau merupakan biaya yang dapat dibebankan (deductible expense) karena pajak tersebut merupakan tambahan penghasilan bagi pegawai yang bersangkutan. Dalam hal ini tidak ada pihak yang dirugikan karena baik pemberi kerja maupun pegawai sama-sama mendapatkan keuntungan.


(5)

Universitas Kristen Maranatha 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel yang lebih banyak dan obyek penelitian yang berbeda.


(6)

Harnanto (2007). AkuntansiPerpajakan. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Harry Poernomo. Gross Up Tax – Indonesia Income Tax (PPh 21), 1 Januari 2009 diakses dari http://harrypoe.wordpress.com/2008/01/01/gross-up-tax-indonesia- income-tax-pph21.

Hasan, Iqbal ( 2004). AnalisisDataPenelitiandenganStatistik. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia (2004). StandarAkuntansiKeuangan. Buku 1, Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo (2001). MetodologiPenelitianBisnisUntuk

AkuntansidanManajemen. Edisi Pertama, BPFE. Yogyakarta.

Irsan Lubis. Perhitungan PPh Pasal 21 Gross-up, 2008 diakses dari

http://ilubis.files.wordpress.com/2008/06/perhitungan-pph-pasal-21-gross-up_gaji-karyawan.pdf

Kumpulan Artikel dan Kasus-kasus Seminar Perpajakan.

Mardiasmo (2010). PerpajakanEdisiRevisi 2009. Edisi XVI, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Setiawan, Agus. (2007). Cara Mudah Menghitung PPh Badan dengan Undang-Undang

Pajak-Terbaru. Edisi 2, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Siti Resmi (2009). Perpajakan: TeoridanKasus. Edisi 4, Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Suandy, Erly (2001). PerencanaanPajak. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Sugiyono (2005). MetodePenelitianBisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Waluyo, dan Wirawan B Ilyas (2000). PerpajakanIndonesia. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Zain, Mohammad (2003). ManajemenPerpajakan. Edisi I, Penerbit Salemba Empat. Jakarta.