Peranan Perencanaan Pajak (Tax Planning) dalam Meminimalkan pajak Penghasilan Terutang (Studi Kasus pada PT X).
ABSTRACT
One of the largest state revenue comes from tax, but Indonesia’s self assessment system makes taxpayers use a variety of ways to avoid taxes, especially income tax. Tax planning can be one solution for taxpayers to continue pay the tax efficiently and without breaking the tax laws and regulations. Descriptive analysis method was used to describe variables systematically. The quantitative approach carried out by statistical tests that use financial statement data for two years to find out how big the role of tax planning to minimize income tax payable.The results of this study showed that the role of tax planning to minimize income taxes payable in PT X is not significant, because PT X is a new company established in 2008, so the accumulation of costs occur in the first year. This is not comparable with the imposition of costs in the second year. Therefore we need more comparative data so that the results of research may be more significant.
(2)
ABSTRAK
Salah satu penerimaan pendapatan negara terbesar berasal dari sektor pajak. Akan tetapi self assessment system yang berlaku di Indonesia membuat Wajib Pajak menggunakan berbagai macam cara untuk menghindari pajak terutama pajak penghasilan. Perencanaan pajak dapat menjadi salah satu solusi bagi Wajib pajak untuk tetap membayar pajak dengan jumlah yang efisien dan tidak melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang menggambarkan variabel-variabel secara sistematis. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan pengujian data secara statistik melalui data laporan keuangan selama dua tahun untuk mengetahui seberapa besar peranan perencanaan pajak dalam meminimalkan pajak penghasilan terutang. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa peranan perencanaan pajak dalam meminimalkan pajak penghasilan terutang pada PT X tidak signifikan, karena PT X merupakan perusahaan yang baru berdiri tahun 2008 sehingga terjadi penumpukan biaya pada tahun pertama. Hal ini tidak sebanding dengan pembebanan biaya di tahun kedua. Oleh karena itu diperlukan data pembanding lainnya agar hasil penelitian lebih signifikan.
(3)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL…………..………... HALAMAN PENGESAHAN……….... SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………... KATA PENGANTAR………
ABSTRACT………..
ABSTRAK……….. DAFTAR ISI………... DAFTAR TABEL………... DAFTAR LAMPIRAN……….………..
BAB I PENDAHULUAN………..……….. 1.1 Latar Belakang………...
1.2 Identifikasi Masalah….………
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian….……… 1.4 Kegunaan Penelitian………..………... 1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian………...
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS………..………. 2.1 Kajian Pustaka.………..………... 2.1.1 Definisi Perpajakan.………..
i ii iii iv vi vii viii xiii xiv
1 1 5 5 6 6
7 7 7
(4)
2.1.2 Fungsi Pajak…..……… 2.1.3 Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil…………. 2.1.4 Pengelompokkan Pajak.………. 2.1.5 Asas Pemungutan Pajak.……… 2.1.6 Hambatan Pemungutan Pajak.………... 2.1.7 Tarif Pajak.………. 2.1.8 Timbul dan Hapusnya Utang Pajak.………...
2.1.8.1 Timbulnya Utang Pajak.………..……. 2.1.8.2 Berakhirnya Utang Pajak………... 2.2 Pajak Penghasilan..………...
2.2.1 Subjek Pajak.……….. 2.2.2 Objek Pajak.………... 2.2.3 Penghasilan yang Dikecualikan dari Pajak.………... 2.2.4 Penghasilan Tidak Kena Pajak.……….. 2.2.5 Pengurang Penghasilan Kena Pajak.……... 2.2.6 Biaya yang Tidak Dapat Dikurangkan.……….. 2.2.7 Pajak Penghasilan Pasal 21………...
2.2.7.1 Objek Pajak PPh Pasal 21.……….. 2.2.8 Pajak Penghasilan Pasal 22.………... 2.2.8.1 Objek Pemungutan PPh Pasal 22...……….. 2.2.8.2 Tarif Pemungutan PPh Pasal 22...……… 2.2.9 Pajak Penghasilan Pasal 23...………. 2.2.9.1 Objek Pemotongan PPh Pasal 23...………. 2.2.9.2 Tarif Pemotongan PPh Pasal 23………...
8 9 9 10 11 12 13 13 14 16 16 20 24 27 27 30 32 32 34 34 36 37 38 39
(5)
2.2.10 Pajak Penghasilan Pasal 25...………. 2.2.10.1 Cara Menghitung Besarnya PPh Pasal 25………… 2.2.10.2 Hal-hal Tertentu untuk Penghitungan Besarnya
Angsuran PPh Pasal 25………...……… 2.3 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah………..………... 2.3.1 Barang Kena Pajak...………..…... 2.3.2 Jasa Kena Pajak…...……….…..………… 2.3.3 Pengusaha Kena Pajak...……….…..………. 2.3.4 Objek Pertambahan Nilai…...………...……. 2.3.5 Pajak Penjualan atas Barang Mewah.………..….. 2.3.6 Tarif PPN dan PPnBM………..…. 2.4 Manajemen Pajak………... 2.4.1 Definisi dan Tujuan Manajemen Pajak.………. 2.4.2 Perencanaan Pajak... 2.4.3 Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan……..………. 2.4.4 Pengendalian Pajak…..……….. 2.5 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak………... 2.6 Tahapan dalam Membuat Perencanaan Pajak……… 2.7 Perencanaan Pajak untuk Mengefisiensikan Beban Pajak…………. 2.8 Perlakuan Biaya yang Menghemat Pajak………... 2.8.1 Penghematan Biaya Pada Leasing………. 2.8.2 Pemilihan Metode Penyusutan………... 2.8.3 Pemilihan Metode Persediaan………
40 40 41 41 42 42 44 44 45 45 46 46 46 49 49 49 51 53 55 56 56 57
(6)
2.8.4 Pemanfaatan Biaya Bunga………. 2.8.5 Pengaturan Biaya Natura dan Kenikmatan……… 2.8.6 Pengaturan Gaji Anggota Persekutuan………... 2.8.7 Pengaturan Premi Asuransi Karyawan………... 2.8.8 Pemilihan Metode Pengakuan Selisih Kurs………... 2.8.9 Pengaturan Pembiayaan Tunjangan………... 2.9 Kerangka Pemikiran………...
BAB III METODE PENELITIAN……….………. 3.1 Objek Penelitian……….………
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan………... 3.1.2 Gambaran Umum Perusahaan…………... 3.2 Metode Penelitian………...
3.2.1 Variabel Operasional………..……… 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data……….…… 3.2.3 Teknik Pengolahan Data………..…..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 4.1 Kebijakan Akuntansi yang Diterapkan Perusahaan…………...
4.1.1 Pengakuan Penghasilan.………... 4.1.2 Pengakuan Biaya……….………... 4.1.3 Persediaan Bahan Baku………... 4.1.4 Penyusutan Aset Tetap……….……….. 4.1.5 Hutang Usaha………. 4.1.6 Fasilitas Karyawan……….………
57 58 58 59 59 61 61 65 65 65 65 66 66 67 67 70 70 70 70 72 72 75 75
(7)
4.2 Perhitungan PPh Terutang Sebelum Penerapan Perencanaan Pajak.. 4.2.1 Biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan…………... 4.2.2 Koreksi Fiskal………..……….. 4.2.3 Perhitungan PPh Terutang Setelah Koreksi Fiskal………… 4.3 Penerapan Perencanaan Pajak………..………
4.3.1 Cara Penerapan Perencanaan Pajak………... 4.3.2 Perhitungan PPh Terutang Sesudah Perencanaan Pajak…… 4.4 Analisis Perencanaan Pajak dalam Meminimalkan Pajak
Penghasilan Terutang dengan Uji Statistika Paired Sample
T-Test……….
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….. 5.1 Simpulan………... 5.2 Saran………...
DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN……… DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS (CURICULUM VITAE)………..
76 79 81 82 86 88 90
94
96 96 98
99 100 163
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel I Tabel II Tabel III Tabel IV Tabel V Tabel VI Tabel VII
Tabel VIII Tabel IX Tabel X
Tabel XI
Penyusutan Harta Berwujud……….. Amortisasi Harta Tidak Berwujud………... Laporan Laba Rugi PT X per 31 Desember 2008………. Laporan Laba Rugi PT X per 31 Desember 2009………. Koreksi Fiskal Tahun 2008……… Koreksi Fiskal Tahun 2009……… Laporan Laba Rugi Fiskal Tahun 2008 Sebelum Perencanaan Pajak……… Laporan Laba Rugi Fiskal Tahun 2009 Sebelum Perencanaan Pajak Penyusutan Aktiva PT X………. Laporan Laba Rugi Fiskal Tahun 2008 Setelah Penerapan
Perencanaan Pajak………..……… Laporan Laba Rugi Fiskal tahun 2009 Setelah Penerapan
Perencanaan Pajak……….. 74 75 76 77 81 81
82 84 90
90
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
Daftar Beban Usaha Deductible/Non Deductible
2009……... UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan………...
101
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pembayaran pajak dari Wajib Pajak kepada negara merupakan suatu hal yang wajib dilakukan. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang sangat berpengaruh terhadap anggaran negara dan kelangsungan pemerintahan yang sedang berjalan. Pajak itu sendiri berarti iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro, seperti dikutip Mardiasmo, 2009:1). Pajak digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi negara maupun warganya. Dengan demikian kedudukan perpajakan di negara Indonesia sangat kuat karena berkaitan dengan UUD 1945 yang tidak dapat diganggu gugat.
Setiap Wajib Pajak wajib membayarkan pajak penghasilan terutang yang diperhitungkan dari penghasilan yang diperoleh wajib pajak tersebut. Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 pengertian penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dari ketentuan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Pajak
(11)
Bab 1 Pendahuluan 2
Penghasilan adalah Pajak yang dipungut dari penghasilan yang diperoleh oleh Wajib Pajak yang telah memenuhi ketentuan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan Badan adalah pajak yang dipungut dari penghasilan yang diperoleh oleh suatu badan (perusahaan).
UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1 menyatakan, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi: penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas, penghasilan dari usaha dan kegiatan dari modal, serta penghasilan lain-lain. Atas penghasilan-penghasilan tertentu dikenakan Pajak Penghasilan yang diatur sendiri dengan Peraturan pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, yaitu penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya.
Pada umumnya Wajib Pajak merasa keberatan dengan jumlah pajak penghasilan terutang yang harus dibayarkan kepada negara. Perencanaan pajak dapat diterapkan dalam menghitung besarnya pajak penghasilan terutang sehingga jumlah pajak penghasilan yang disetorkan dapat diminimalkan. Akan tetapi, untuk dapat menerapkan perencanaan pajak, Wajib Pajak harus memahami aturan-aturan yang
(12)
Bab 1 Pendahuluan 3
berlaku dalam perpajakan agar tidak menyalahi aturan yang berlaku. Apabila Wajib Pajak menyalahi aturan yang berlaku, maka akan dikenakan denda. Perencanaan perpajakan atau tax planning merupakan salah satu kegiatan perencanaan perusahaan berkaitan dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengusaha untuk dapat melakukan kewajiban dan mendapatkan hak berkaitan perpajakan, yang akan berdampak tidak merugikan bagi pengusaha (Muljono,2009).
Perencanaan pajak adalah suatu proses pengintegrasian usaha-usaha Wajib Pajak atau sekelompok Wajib Pajak untuk meminimalisasikan beban atau kewajiban pajaknya, baik yang berupa penghasilan maupun pajak-pajak yang lain: melalui pemanfaatan fasilitas perpajakan dan perundang-undangan perpajakan. Perencanaan pajak itu sendiri bertujuan untuk merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada. Kewajiban pajak dapat diminimalkan dengan 3 cara yaitu:
1. Lawful berarti dilakukan sesuai dengan ketentuan perpajakan. 2. Unlawful berati dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan.
3. Tax avoidance adalah suatu rekayasa yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan.
Wajib Pajak berhak untuk melakukan perencanaan pajak dengan cara yang ketiga yaitu tax avoidance. Dengan cara tax avoidance ini, Wajib Pajak dapat menyetorkan pajak dengan jumlah yang lebih kecil dan tidak melanggar ketentuan dan undang-undang perpajakan yang berlaku. Salah satu cara untuk melakukan tax avoidance ini adalah dengan menerapkan perencanaan pajak.
Motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu (Suandy, 2008:10-13):
(13)
Bab 1 Pendahuluan 4
1. Kebijakan perpajakan (tax policy)
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan.
2. Undang-undang perpajakan (tax law)
Kenyataan menunjukkan bahwa di mana pun tidak ada undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna. Akibatnya terbuka celah (loopholes) bagi Wajib Pajak untuk menganalisis kesempatan tersebut dengan cermat untuk perencanaan pajak yang baik.
3. Administrasi perpajakan (tax administration)
Indonesia merupakan Negara dengan wilayah luas dan jumlah penduduk yang banyak. Sebagai Negara berkembang, Indonesia masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakannya secara memadai, hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara aparat fiskus dengan Wajib Pajak akibat luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif.
Penulis melakukan penelitian yang berkaitan dengan perencanaan pajak pada PT X karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang belum lama berdiri sehingga belum menerapkan perencanaan pajak dan diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi perurusahaan agar pembayaran pajak penghasilan terutang lebih efisien.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian yang berhubungan dengan perencanaan pajak pada PT X, dengan judul
(14)
Bab 1 Pendahuluan 5
penelitian “Peranan Perencanaan Pajak (Tax Planning) Dalam Meminimalkan Pajak Penghasilan Terutang” (Studi Kasus Pada PT X)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan perhitungan pajak penghasilan terutang dengan pendekatan perencanaan pajak, penulis bermaksud untuk memperoleh bukti secara empiris:
1. Apakah perencanaan pajak dapat membantu meminimalkan pajak penghasilan terutang pada PT X?
2. Apakah terdapat kendala bagi perusahaan dalam menerapkan perencanaan pajak?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh sidang sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris mengenai:
1. Peranan perencanan pajak dalam usaha meminimalkan pajak penghasilan terutang.
2. Kendala-kendala yang mungkin terdapat dalam penerapan perencanaan pajak pada perusahaan.
3. Seberapa besar tingkat perbedaan antara pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak.
(15)
Bab 1 Pendahuluan 6
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat penelitian, yaitu: 1. Bagi penulis:
a. Menambah pemahaman penulis mengenai peran perencanaan pajak dalam perhitungan pajak penghasilan.
b. Memberikan contoh nyata dalam menerapkan teori-teori mengenai perpajakan yang telah diterima selama di bangku perkuliahan.
2. Bagi perusahaan:
a. Memberikan bukti empiris mengenai perencanaan pajak yang dapat meminimalkan pajak penghasilan terutang.
b. Dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menerapkan pendekatan perencanaan pajak dalam perhitungan pajak penghasilan di masa yang akan datang.
3. Bagi Masyarakat:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat yang ingin mengetahui mengenai peranan perencanaan pajak dalam perhitungan pajak penghasilan.
1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada PT X, yang bertempat di Komplek Bisnis Kawasan Bandung Barat, Bandung. Penelitian direncanakan akan dilakukan dari bulan November 2010 sampai dengan Desember 2010.
(16)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui analisis data laporan keuangan mengenai perencanaan pajak, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan pajak dapat membantu meminimalkan pajak penghasilan terutang pada PT X. Perbedaan pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak dapat dilihat sebagai berikut:
Keterangan
Tahun 2008 (dalam Rupiah)
Tahun 2009 (dalam Rupiah)
PPh Terutang Sebelum
Perencanaan Pajak 78,001,062.37 70,394,041.90
PPh Terutang Sesudah
Perencanaan Pajak 50,091,611.00 61,898,238.56
Sumber: Hasil Penelitian
Setelah perencanaan pajak yang dilakukan pada PT X, PPh terutang Tahun 2008 menurun sebesar Rp 27.909.451,37, sedangkan pada tahun 2009 menurun sebesar Rp 8.495.803,34. Penurunan pajak penghasilan terutang tersebut disebabkan oleh pengakuan biaya yang dioptimalkan tanpa melanggar peraturan perpajakan yang berlaku.
2. PT X memiliki beberapa kendala dalam menerapkan perencanaan pajak. Kendala tersebut adalah kurangnya pengetahuan, pemahaman dan kemampuan karyawan (khususnya bagian akuntansi) mengenai ilmu perencanaan pajak yang
(17)
Bab V Simpulan dan Saran 97
dapat membantu meminimalkan PPh terutang. Selain itu, karyawan (khususnya bagian akuntansi) juga kurang up to date mengenai perkembangan peraturan yang yang sering mengalami perubahan.
3. Perencanaan pajak yang diterapkan pada PT X dapat mengurangi pajak penghasilan terutang, akan tetapi perbedaan hasil perhitungan pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak kurang signifikan. Setelah dilakukan pengujian statistika dalam program SPSS, maka perbedaan pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak dapat dilihat pada tabel Paired Samples Test yang menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,312 > 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak. Hal ini disebabkan oleh selisih penurunan pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak pada tahun 2008 dan 2009 berbeda cukup jauh. Penurunan pajak penghasilan terutang tahun 2008 sebesar Rp 27.909.451,37, sedangkan penurunan pajak penghasilan terutang pada tahun 2009 sebesar Rp 8.495.803,34. Selisih penurunan yang cukup jauh ini menyebabkan hasil pengujian dianggap kurang signifikan. PT X merupakan perusahaan yang baru berdiri, sehingga penghasilan dan biaya yang disajikan belum stabil. Tahun 2008 perusahaan menyajikan laporan keuangan yang pertama, sehingga terjadi penumpukan biaya yang lebih besar dari tahun-tahun berikutnya. Selain itu metode penyusutan aktiva akan mempengaruhi besarnya biaya yang diakui. Metode penyusutan saldo menurun menyebabkan biaya penyusutan yang diakui pada tahun 2008 lebih besar dari tahun-tahun berikutnya. Hal ini mengakibatkan pengujian data statistik kurang signifikan.
(18)
Bab V Simpulan dan Saran 98
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dibahas, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi perusahaan yang mungkin dapat lebih meningkatkan efisiensi pembayaran pajak terutang, yaitu:
1. Pajak penghasilan terutang dihitung berdasarkan penghasilan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam usaha meminimalkan pajak penghasilan terutang tersebut, perusahaan harus mencari peluang dan memanfaatkan peraturan perpajakan yang berlaku serta menerapkan prinsip
taxable dan deductible sehingga pajak penghasilan terutang dapat diminalkan. 2. Perusahaan sebaiknya meningkatkan keahlian karyawan khususnya bagian
akuntansi untuk lebih memhami mengenai perencanaan pajak (tax planning) dan mempelajari peraturan perpajakan serta selalu up to date dalam perubahan peraturan perpajakan yang sering terjadi.
3. Saran bagi peneliti berikutnya diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai perencanaan pajak, namun masih banyak strategi mengenai perencanaan pajak yang lebih bervariasi, sehingga peneliti berikutnya harus lebih memperdalam pengetahuan dan strategi perencanaan pajak serta selalu mengikuti perubahan-perubahan peraturan perpajakan agar perencanaan pajak tersebut dapat diterapkan lebih baik. Peneliti berikutnya juga diharapkan dapat memperoleh data yang lebih banyak (lebih dari 2 tahun), sehingga pengujian data statistik kemungkinan dapat lebih signifikan.
(19)
DAFTAR PUSTAKA
________, Perubahan Peraturan PPh Tahun 2009. Diakses dari http://www.pajak.net/blog/2008/10/14/peraturan-pajak-penghasilan-2009-uu-nomor-36-tahun-2008/ pada tanggal 19 November 2010.
________, Perubahan Peraturan PPN Tahun 2009. Diakses dari http://www.docstoc.com/docs/26369084/ pada tanggal 19 November 2010. ________, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 2008. Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
________, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 2008. Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
________, Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 2009. Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
Dwiyanto. 2010. Rokok, Objek Pemungutan PPh Pasal 22. diakses dari http://belajarpajak.com/2010/10/17/rokok-objek-pemungutan-pph-22/ pada tanggal 19 november 2010.
Gunadi. 2009. Akuntansi Pajak, Edisi Revisi 2009. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan, Edisi Revisi 2009. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Meliala, Tulis S. 2006. Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Penerbit Mitra Wacana
Media. Jakarta.
Muljono, Djoko. 2009. Tax Planning-Menyiasati Pajak dengan Bijak. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 4. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
(1)
Bab 1 Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha 5
penelitian “Peranan Perencanaan Pajak (Tax Planning) Dalam Meminimalkan Pajak Penghasilan Terutang” (Studi Kasus Pada PT X)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan perhitungan pajak penghasilan terutang dengan pendekatan perencanaan pajak, penulis bermaksud untuk memperoleh bukti secara empiris:
1. Apakah perencanaan pajak dapat membantu meminimalkan pajak penghasilan terutang pada PT X?
2. Apakah terdapat kendala bagi perusahaan dalam menerapkan perencanaan pajak?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh sidang sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris mengenai:
1. Peranan perencanan pajak dalam usaha meminimalkan pajak penghasilan terutang.
2. Kendala-kendala yang mungkin terdapat dalam penerapan perencanaan pajak pada perusahaan.
3. Seberapa besar tingkat perbedaan antara pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak.
(2)
Bab 1 Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha 6
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat penelitian, yaitu: 1. Bagi penulis:
a. Menambah pemahaman penulis mengenai peran perencanaan pajak dalam perhitungan pajak penghasilan.
b. Memberikan contoh nyata dalam menerapkan teori-teori mengenai perpajakan yang telah diterima selama di bangku perkuliahan.
2. Bagi perusahaan:
a. Memberikan bukti empiris mengenai perencanaan pajak yang dapat meminimalkan pajak penghasilan terutang.
b. Dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menerapkan pendekatan perencanaan pajak dalam perhitungan pajak penghasilan di masa yang akan datang.
3. Bagi Masyarakat:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat yang ingin mengetahui mengenai peranan perencanaan pajak dalam perhitungan pajak penghasilan.
1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada PT X, yang bertempat di Komplek Bisnis Kawasan Bandung Barat, Bandung. Penelitian direncanakan akan dilakukan dari bulan November 2010 sampai dengan Desember 2010.
(3)
96
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui analisis data laporan keuangan mengenai perencanaan pajak, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan pajak dapat membantu meminimalkan pajak penghasilan terutang pada PT X. Perbedaan pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak dapat dilihat sebagai berikut:
Keterangan
Tahun 2008 (dalam Rupiah)
Tahun 2009 (dalam Rupiah)
PPh Terutang Sebelum
Perencanaan Pajak 78,001,062.37 70,394,041.90 PPh Terutang Sesudah
Perencanaan Pajak 50,091,611.00 61,898,238.56 Sumber: Hasil Penelitian
Setelah perencanaan pajak yang dilakukan pada PT X, PPh terutang Tahun 2008 menurun sebesar Rp 27.909.451,37, sedangkan pada tahun 2009 menurun sebesar Rp 8.495.803,34. Penurunan pajak penghasilan terutang tersebut disebabkan oleh pengakuan biaya yang dioptimalkan tanpa melanggar peraturan perpajakan yang berlaku.
2. PT X memiliki beberapa kendala dalam menerapkan perencanaan pajak. Kendala tersebut adalah kurangnya pengetahuan, pemahaman dan kemampuan karyawan (khususnya bagian akuntansi) mengenai ilmu perencanaan pajak yang
(4)
Bab V Simpulan dan Saran
Universitas Kristen Maranatha 97
dapat membantu meminimalkan PPh terutang. Selain itu, karyawan (khususnya bagian akuntansi) juga kurang up to date mengenai perkembangan peraturan yang yang sering mengalami perubahan.
3. Perencanaan pajak yang diterapkan pada PT X dapat mengurangi pajak penghasilan terutang, akan tetapi perbedaan hasil perhitungan pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak kurang signifikan. Setelah dilakukan pengujian statistika dalam program SPSS, maka perbedaan pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak dapat dilihat pada tabel Paired Samples Test yang menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,312 > 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak. Hal ini disebabkan oleh selisih penurunan pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak pada tahun 2008 dan 2009 berbeda cukup jauh. Penurunan pajak penghasilan terutang tahun 2008 sebesar Rp 27.909.451,37, sedangkan penurunan pajak penghasilan terutang pada tahun 2009 sebesar Rp 8.495.803,34. Selisih penurunan yang cukup jauh ini menyebabkan hasil pengujian dianggap kurang signifikan. PT X merupakan perusahaan yang baru berdiri, sehingga penghasilan dan biaya yang disajikan belum stabil. Tahun 2008 perusahaan menyajikan laporan keuangan yang pertama, sehingga terjadi penumpukan biaya yang lebih besar dari tahun-tahun berikutnya. Selain itu metode penyusutan aktiva akan mempengaruhi besarnya biaya yang diakui. Metode penyusutan saldo menurun menyebabkan biaya penyusutan yang diakui pada tahun 2008 lebih besar dari tahun-tahun berikutnya. Hal ini mengakibatkan pengujian data statistik kurang signifikan.
(5)
Bab V Simpulan dan Saran
Universitas Kristen Maranatha 98
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dibahas, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi perusahaan yang mungkin dapat lebih meningkatkan efisiensi pembayaran pajak terutang, yaitu:
1. Pajak penghasilan terutang dihitung berdasarkan penghasilan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam usaha meminimalkan pajak penghasilan terutang tersebut, perusahaan harus mencari peluang dan memanfaatkan peraturan perpajakan yang berlaku serta menerapkan prinsip taxable dan deductible sehingga pajak penghasilan terutang dapat diminalkan. 2. Perusahaan sebaiknya meningkatkan keahlian karyawan khususnya bagian
akuntansi untuk lebih memhami mengenai perencanaan pajak (tax planning) dan mempelajari peraturan perpajakan serta selalu up to date dalam perubahan peraturan perpajakan yang sering terjadi.
3. Saran bagi peneliti berikutnya diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai perencanaan pajak, namun masih banyak strategi mengenai perencanaan pajak yang lebih bervariasi, sehingga peneliti berikutnya harus lebih memperdalam pengetahuan dan strategi perencanaan pajak serta selalu mengikuti perubahan-perubahan peraturan perpajakan agar perencanaan pajak tersebut dapat diterapkan lebih baik. Peneliti berikutnya juga diharapkan dapat memperoleh data yang lebih banyak (lebih dari 2 tahun), sehingga pengujian data statistik kemungkinan dapat lebih signifikan.
(6)
99
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
________, Perubahan Peraturan PPh Tahun 2009. Diakses dari http://www.pajak.net/blog/2008/10/14/peraturan-pajak-penghasilan-2009-uu-nomor-36-tahun-2008/ pada tanggal 19 November 2010.
________, Perubahan Peraturan PPN Tahun 2009. Diakses dari http://www.docstoc.com/docs/26369084/ pada tanggal 19 November 2010. ________, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 2008. Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
________, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 2008. Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
________, Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 2009. Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
Dwiyanto. 2010. Rokok, Objek Pemungutan PPh Pasal 22. diakses dari http://belajarpajak.com/2010/10/17/rokok-objek-pemungutan-pph-22/ pada tanggal 19 november 2010.
Gunadi. 2009. Akuntansi Pajak, Edisi Revisi 2009. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan, Edisi Revisi 2009. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Meliala, Tulis S. 2006. Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Penerbit Mitra Wacana
Media. Jakarta.
Muljono, Djoko. 2009. Tax Planning-Menyiasati Pajak dengan Bijak. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 4. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.