PITIRIASIS LIKENOIDES ET VARIOLIFORMIS AKUTA.

PITIRIASIS LIKENOIDES ET VARIOLIFORMIS AKUTA
Ayu Purnama Dewi, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar
ABSTRAK
Pitiriasis likenoides et varioliformis akuta (PLEVA) adalah penyakit inflamasi pada kulit
yang jarang ditemukan dan belum diketahui penyebabnya dengan gambaran klinis berupa
makula eritema yang berkembang menjadi papul dengan tanpa keluhan, namun terkadang
muncul rasa gatal atau terbakar dengan meninggalkan jaringan parut berbentuk varioliform.
Dilaporkan kasus seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun datang dengan gambaran lesi
yang tersebar diseluruh tubuh berupa papul multipel diatas makula eritema dengan batas
tegas dan berbentuk bulat dengan diameter 1-3 mm serta terdapat ekskoriasi di beberapa
tempat. Pemeriksaan biopsi kulit dilakukan dan menunjukkan gambaran morfologi sesuai
dengan PLEVA. Terapi untuk pasien ini berupa eritromisin 500 mg dengan dosis 4 kali
sehari, hidrokortison krim 2,5%, dan chlorampenicol krim 2% yang digunakan 2 kali sehari.
Hasil pengobatan pada kunjungan pertama cukup baik, namun untuk selanjutnya masih
belum dapat di evaluasi. Prognosis pasien ini baik.
Kata kunci : PLEVA, remaja laki-laki, papul multipel.

PITYRIASIS LICHENOIDES ET VARIOLIFORMIS ACUTA
ABSTRACT

Pityriasis lichenoides et varioliformis acuta (PLEVA) is an inflammatory disease of the skin
are rare and the cause is unknown with clinical features such as macular erythema that
develops into a papule with no complaints, but sometimes appears itching or burning with
varioliform shaped scarring . Reported the case of a adolescent boy 15 year old came up with
an idea lesions scattered throughout the body in the form of multiple papules on macular
erythema with firm boundaries and are round with a diameter of 1-3 mm and are excoriated
in some places. Skin biopsy performed and showed morphological according to PLEVA. This
form of therapy for patients with a dose of erythromycin 500 mg 4 times daily,
hydrocortisone cream 2.5%, and 2 % cream chlorampenicol used 2 times daily. The results of
the treatment on the first visit quite good, but still not be able to subsequently evaluated. The
patient's prognosis is good.
Keywords : PLEVA, adolescent boy, multiple papules.

Penyakit ini jarang ditemukan dan belum

PENDAHULUAN
Pitiriasis likenoides (PL) adalah penyakit
inflamasi pada kulit yang merupakan
bagian


dari

penyakit

parapsoriasis.1,2

diketahui

penyebabnya.

Penyakit

ini

biasanya ditemukan pada anak-anak dan
dewasa muda serta lebih sering ditemukan
1

pada laki-laki daripada perempuan. Belum
ada dilaporkan penyakit PL ini terkait

dengan ras tertentu ataupun letak geografis
tertentu.1,2

LAPORAN KASUS
Seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun
datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUP Sanglah diantar oleh ayahnya pada

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, PL

tanggal 27 Januari 2014 dengan nomor

dapat dibedakan dalam bentuk akut yang

rekam medis 01231002. Keluhan utama

disebut

et


pasien adalah bercak – bercak merah di

varioliformis akuta (PLEVA) dan bentuk

seluruh tubuh sejak bulan Desember.

kronis yang disebut pityriasis lichenoides

Pasien mengatakan lesi tersebut dimulai

chronica

dari

pitiriasis

(PLC).

likenoides


PLEVA

dan

PLC

tangan, kemudian menyebar ke

memiliki kesamaan berupa papul berwarna

seluruh tubuh. Pasien tidak merasakan

merah

gatal dan nyeri di sekitar lesi tersebut.

kecoklatan.

PLEVA


memiliki

karakteristik makula eritema yang cepat

Pasien

berkembang menjadi papul dengan tanpa

pengobatan ke dokter umum sebanyak 3

keluhan, namun terkadang muncul rasa

kali, namun keluhan tidak ada perbaikan.

gatal atau terbakar dengan meninggalkan

Pasien datang ke dokter kulit dan kelamin

jaringan parut berbentuk varioliform. PLC


sebanyak 3 kali dan diberi obat berupa

memiliki

papul

salep dan tablet, namun pasien tidak ingat

dengan ciri khas fine scalling dengan

nama obat tersebut. Dengan pengobatan

meninggalkan

hipopigmentasi

tersebut, pasien mengatakan keluhan yang

setelah inflamasi tanpa adanya jaringan


dialami sudah membaik, namun dalam

parut.1,3

beberapa hari kemudian muncul lagi.

karakteristik

bentuk

adanya

Secara umum, diagnosis PL ditegakkan
melalui pemeriksaan penunjang berupa
biopsi kulit yang merupakan standar baku
emas. Terapi untuk penyakit ini masih sulit
dilakukan

karena


belum

diketahui

penyebab pastinya. Secara umum, terapi
yang digunakan berupa kortikosteroid
topikal, antibakteri secara oral dan terapi
penyinaran.1,2,4

sudah

pernah

melakukan

Pasien akhirnya disarankan datang ke
poliklinik

kulit


dan kelamin.

Pasien

memiliki riwayat opname karena thypoid
dan demam berdarah enam bulan yang
lalu. Pasien menyangkal memiliki riwayat
alergi obat maupun makanan. Pasien
memiliki

riwayat

penyakit

gastritis.

Riwayat penyakit kronis lainnya, riwayat
operasi, dan riwayat transfusi disangkal.
Dari riwayat keluarga pasien, tidak ada
yang mengalami keluhan dan penyakit

2

yang serupa dengan pasien dan tidak ada

didapatkan keluhan yang dirasakan berupa

riwayat penyakit lainnya dalam keluarga.

bercak merah sudah mengering, tidak ada

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status
Internus pasien dalam batas normal.
Keadaan umum tampak baik, tekanan
darah 120/80 mmHg, frekuensi napas 20
kali/menit, suhu 36,5o C, dan nadi 80
kali/menit.

Pada

status

dermatologi

terdapat lesi pada seluruh tubuh. Bentuk
kelainan kulit (eflorisensi) berupa papul
multipel diatas makula eritema dengan
batas tegas dan berbentuk bulat dengan
diameter 1-3 mm serta terdapat ekskoriasi
di beberapa tempat. Pemeriksaan lain pada
mukosa, rambut, kuku, kelenjar limfe,
fungsi kelenjar keringat, dan sistem saraf
tidak

ditemukan

adanya

kelainan.

Diagnosis kerja pasien ini belum dapat
ditegakkan, namun dicurigai mengalami
pityriasis lichenoides chronica (PLC)
dengan diagnosis banding berupa pitiriasis
likenoides

et

varioliformis

akuta

(PLEVA). Untuk menegakkan diagnosis,
pasien melakukan pemeriksaan penunjang
berupa biopsi kulit di punggung. Terapi
awal untuk pasien ini berupa hidrokortison
krim 2,5% dan chlorampenicol krim 2%
yang digunakan dua kali dalam sehari serta
pemberian KIE.

bercak merah baru yang muncul dan tidak
dirasakan adanya gatal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan status Internus pasien
dalam

batas

normal.

Pada

status

dermatologi terdapat lesi pada seluruh
tubuh yang sudah mengering. Bentuk
kelainan kulit (eflorisensi) berupa makula
hiperpigmentasi multipel dengan bentuk
bulat dengan diameter 1-3 mm. Terdapat
pula

makula

eritema

multipel

erosi

multipel bentuk bulat dengan diameter 1-4
mm. Pemeriksaan lain pada mukosa,
rambut, kuku, kelenjar limfe, fungsi
kelenjar keringat, dan sistem saraf tidak
ditemukan adanya kelainan. Dari hasil
pemeriksaan

laboratorium

dapat

disimpulkan bahwa gambaran morfologi
sesuai dengan PLEVA. Setelah diagnosis
kerja ditegakkan, terapi untuk pasien ini
berupa eritromisin 500 mg diminum 4 kali
sehari selama 7 hari, hidrokortison krim
2,5% dan chlorampenicol krim 2% yang
digunakan 2 kali sehari serta pemberian
KIE.
DISKUSI
Pitiriasis likenoides et varioliformis akuta
(PLEVA) adalah penyakit inflamasi pada

Pada tanggal 6 Februari 2014 pasien

kulit yang sering ditemukan di bagian

datang untuk kontrol dan membawa hasil

tubuh depan dan ekstremitas, namun bisa

pemeriksaan

berdifusi dan bisa menyebar diseluruh

biopsi.

Dari

anamnesis

3

tubuh. PLEVA merupakan penyakit yang

yang dilapisi oleh krusta yang berwarna

jarang ditemukan dan belum diketahui

merah

penyebab

dikatakan

hiperpigmentasi. Terdapat pula bercak

bahwa terdapat beberapa agen infeksi yang

merah pada tubuh bagian depan dan

terkait dengan awal munculnya ruam

ekstremitas yang bisa disertai dengan gatal

seperti virus Epstein-Barr, Streptococcus

dan rasa terbakar.2,3,5 Pada kasus ini

pyogenes,

Adenovirus,

didapatkan lesi berupa papul multipel

pneumonia,

Toxoplasma

pastinya,

namun

Mycoplasma
gondii,

dan

kecoklatan

dengan

hipo

atau

diatas makula eritema berukuran 1-3 mm,

parvovirus B19. Disebutkan pula bahwa

ekskoriasi

penyakit ini biasanya di dahului oleh

hiperpigmentasi

adanya infeksi saluran pencernaan atau

dengan PLEVA. Pada pasien didapatkan

infeksi saluran pernafasan bagian atas

keluhan bercak merah di seluruh tubuh

(ISPA). Penyakit ini merupakan bentuk

yang diawali dari ekstremitas atas yang

akut dari penyakit Pityriasis lichenoides

menyebar keseluruh tubuh namun tidak

(PL) dan biasanya self-limiting dalam

disertai dengan rasa terbakar ataupun

beberapa minggu atau bulan. Biasanya

gatal. Di kasus didapatkan pasien memiliki

ditemukan pada anak-anak berumur 2-3

riwayat gastritis yang merupakan salah

tahun dan 5-7 tahun, namun dikatakan pula

satu

terjadi pada 20 atau 30 tahun pertama

munculnya manifestasi klinis ini pada

kehidupan dimana jenis kelamin laki-laki

pasien.

lebih sering dibandingkan perempuan
dengan rasio 1,5:1.2,4,5 Pada kasus ini,
memang dikatakan jarang didapatkan di
RSUP Sanglah. PLEVA sering ditemukan
pada

laki-laki

dewasa

muda

dengan

etiologi yang belum diketahui seperti pada
kasus ini.

yang

dibeberapa

tempat,

multipel

diduga

yang

sebagai

dan
sesuai

penyebab

Gambaran histopatologi PLEVA berupa
parakeratosis fokal yang melapisi bagian
spongiosa

dari

lapisan

epidermis.

Ditemukan pula keratinosit diskeratotik
pada lapisan ini namun relatif jarang. Pada
bagian dermis ditemukan perivaskular dan
infiltrat yang berdifusi terdiri dari sel-sel

PLEVA memiliki gambaran klinis berupa

mononuklear dan ekstravasi dari eritrosit

makula eritema yang berkembang menjadi

ke lapisan epidermis dan papillary dermis.

papul yang berwarna merah kecoklatan

Pada dermis retikularis ditemukan adanya

dengan diameter 2-10 mm, nekrotik, dan

infiltrat limfositik yang meluas hingga ke

berkembang

bagian

secara

perlahan

menjadi

vesikuler, pustul, erosi, kemudian ulserasi

dermis

terbawah

dan

sekitar

adneksa. Perubahan vaskular yang terjadi
4

berupa pembengkakan endotel disertai

dikatakan sangat efektif sebagai terapi lini

tidak adanya fibrin di dinding pembuluh

pertama. Penggunaan terapi penyinaran

darah.1,2,6 Pada

didapatkan

berupa PUVA (Psoralen Ultraviolet A)

adanya kerusakan bagian basal (lichenoid

ataupun UVB (Ultraviolet B) dikatakan

reaction)

yang

efektif sebagai terapi lini kedua pada

ditandai dengan degenerasi vakuolar dari

penyakit ini. Secara umum pasien dengan

sel-sel basal. Disekitarnya tampak pula

PLEVA jika

ekstravasasi eritrosit yang prominent dan

memberikan prognosis yang baik.2,4,7,8

sel-sel apoptotik (civatte bodies). Pada

Pada kasus ini terapi awal yang diberikan

papillary

dermis

tampak

berupa pengobatan simptomatik dengan

infiltrat

perivaskular

padat

hidrokortison dan chlorampenicol dalam

didominasi limfosit yang meluas hingga

bentuk krim sebelum adanya hasil biopsi.

retikularis dermis dan sedikit ke bagian

Pengobatan

basal

namun

diberikan

berupa

kortikosteroid

di

kasus ini

lapisan

epidermis

epidermis

dibawahnya
yang

yang sesuai

dengan

diagnosis PLEVA.
Diagnosis

banding

pada

kasus-kasus

PLEVA yang memiliki gambaran klinis
serupa

adalah

skabies,

limfomatoid

eritema

papulosis,

multiforme,

sifilis

sekunder, pityriasis rosea, psoriasis gutata,
varisela,

tularemia, sindrom

Gianotti-

Crosti, ektima, vaskulitis, reaksi gigitan
arthropoda, dan urtikaria papular.2,5 Pada
kasus ini tidak dicantumkan diagnosis
banding dari PLEVA karena hasil biopsi
sudah menunjukkan diagnosis kerja yaitu

Terapi klinis untuk PLEVA masih sulit
dilakukan karena penyebab penyakit ini
belum

antibakteri

PLEVA

dengan tepat

sulit

terapi

ditentukan,
simptomatik

topikal

yaitu

hidrokortison karena pasien mengalami
bercak merah serta antibiotika spektrum
luas topikal yaitu chlorampenicol untuk
menangani infeksi yang terjadi pada
pasien. Setelah didapatkan hasil biopsi,
terapi awal dilanjutkan dan ditambahkan
dengan antibakteri yaitu eritromisin oral
untuk infeksi bakteri sistemik. Penggunaan
terapi penyinaran berupa PUVA ataupun
UVB tidak dilakukan pada kasus ini. Hasil
pengobatan saat kunjungan pertama cukup
baik karena lesi sudah mengering, tidak

PLEVA.

yang

ditangani

diketahui.
seperti

Penggunaan

tetrasiklin

atau

eritromisin dan kortikosteroid topikal atau
immunomodulator

pada

dosis

ada lesi baru, dan tidak ada gatal yang
terlihat

pada

saat

kontrol

setelah

pengobatan awal berupa kortikosteroid dan
antibiotika,

namun

untuk

selanjutnya

belum bisa di evaluasi. Prognosis pasien

standar
5

ini baik dilihat dari hasil pengobatan pada
kunjungan pertama.

2. Guerra AAH, Osguthorpe RJ, Putnam
A,

and

Vanderhooft

SL.

Visual

Diagnosis : A 7 Month-Old Who Has a
Persistent Rash. American Academy of

SIMPULAN

Pediatrics. 2011;32(12):1-5
Dilaporkan kasus pitiriasis likenoides et

3. Markus JR, Carvalho VO, Lima MN,

varioliformis akuta (PLEVA) pada seorang

Abagge KT, Nascimento A, Werner B.

remaja laki-laki berusia 15 tahun dengan

The Relevance of Recognizing Clinical

gambaran lesi yang tersebar diseluruh

and Morphologic Features of Pityriasis

tubuh berupa papul multipel diatas makula

Lichenoides

eritema dengan batas tegas dan berbentuk

Study of 29 Cases. Dermatol Pract

bulat dengan diameter 1-3 mm serta

Concept. 2013;3(4):2

:

Clinicopathological

terdapat ekskoriasi di beberapa tempat.

4. Lazaridou E, Fotiadou C, Tsorova C,

Pemeriksaan biopsi kulit dilakukan untuk

Trachana M, Trigoni A, Patsatsi A,

menegakkan diagnosis kerja. Hasil biopsi

Ioannides

menunjukkan gambaran morfologi sesuai

Lichenoides et Varioliformis Acuta in

dengan PLEVA. Terapi untuk pasien ini

a 3-year-old Boy. International Journal

berupa eritromisin 500 mg diminum 4 kali

of Dermatology. 2010;49:215-217

sehari selama 7 hari, hidrokortison krim

5. Pereira N, Brinca A, Brites MM, Juliao

D.

Resistent

Pityriasis

2,5% dan chlorampenicol krim 2% yang

MJ,

digunakan 2 kali sehari. Hasil pengobatan

Pityriasis Lichenoides et Varioliformis

saat kunjungan pertama cukup baik karena

Acuta : Case Report and Review of the

lesi sudah mengering, tidak ada lesi baru,

Literature.

dan tidak ada gatal yang terlihat pada saat

2012;4:61-65

kontrol, namun untuk selanjutnya belum

Tellechea

6. Nair

PS.

O,

Case

Goncalo

Rep

A

M.

Dermatol.

Clinical

and

bisa di evaluasi. Prognosis pasien ini baik.

Histopathological Study of Pityriasis

DAFTAR PUSTAKA

Lichenoides.

Indian

J

Dermatol

Venereol Leprol. 2007;73:100-102
1. Djuanda

A.

Dermatosis

Eritroskuamosa Dalam: Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S, penyunting. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-

7. Verhamme T, Arnaout A, Ayliffe WH.
Limbal

and

Bulbar

Inflammatory

Nodules in a Patient with Pityriasis
Lichenoides et Varioliformis Acuta.

6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI,
2011;h:196
6

Bull. Soc. Belge Ophtalmol. 2008;307:
13-18
8. Aydogan K, Saricaoglu, Turan H.
Narrowband UVB (311 nm, TL01)
phototherapy

for

Pityriasis

Lichenoides. Blackwell Munksgaard.
2008;24:128–33

7

PITIRIASIS LIKENOIDES ET VARIOLIFORMIS AKUTA
Ayu Purnama Dewi, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar
ABSTRAK
Pitiriasis likenoides et varioliformis akuta (PLEVA) adalah penyakit inflamasi pada kulit
yang jarang ditemukan dan belum diketahui penyebabnya dengan gambaran klinis berupa
makula eritema yang berkembang menjadi papul dengan tanpa keluhan, namun terkadang
muncul rasa gatal atau terbakar dengan meninggalkan jaringan parut berbentuk varioliform.
Dilaporkan kasus seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun datang dengan gambaran lesi
yang tersebar diseluruh tubuh berupa papul multipel diatas makula eritema dengan batas
tegas dan berbentuk bulat dengan diameter 1-3 mm serta terdapat ekskoriasi di beberapa
tempat. Pemeriksaan biopsi kulit dilakukan dan menunjukkan gambaran morfologi sesuai
dengan PLEVA. Terapi untuk pasien ini berupa eritromisin 500 mg dengan dosis 4 kali
sehari, hidrokortison krim 2,5%, dan chlorampenicol krim 2% yang digunakan 2 kali sehari.
Hasil pengobatan pada kunjungan pertama cukup baik, namun untuk selanjutnya masih
belum dapat di evaluasi. Prognosis pasien ini baik.
Kata kunci : PLEVA, remaja laki-laki, papul multipel.

PITYRIASIS LICHENOIDES ET VARIOLIFORMIS ACUTA
ABSTRACT
Pityriasis lichenoides et varioliformis acuta (PLEVA) is an inflammatory disease of the skin
are rare and the cause is unknown with clinical features such as macular erythema that
develops into a papule with no complaints, but sometimes appears itching or burning with
varioliform shaped scarring . Reported the case of a adolescent boy 15 year old came up with
an idea lesions scattered throughout the body in the form of multiple papules on macular
erythema with firm boundaries and are round with a diameter of 1-3 mm and are excoriated
in some places. Skin biopsy performed and showed morphological according to PLEVA. This
form of therapy for patients with a dose of erythromycin 500 mg 4 times daily,
hydrocortisone cream 2.5%, and 2 % cream chlorampenicol used 2 times daily. The results of
the treatment on the first visit quite good, but still not be able to subsequently evaluated. The
patient's prognosis is good.
Keywords : PLEVA, adolescent boy, multiple papules.

Penyakit ini jarang ditemukan dan belum

PENDAHULUAN
Pitiriasis likenoides (PL) adalah penyakit
inflamasi pada kulit yang merupakan
bagian

dari

penyakit

parapsoriasis.1,2

diketahui

penyebabnya.

Penyakit

ini

biasanya ditemukan pada anak-anak dan
dewasa muda serta lebih sering ditemukan
1

pada laki-laki daripada perempuan. Belum
ada dilaporkan penyakit PL ini terkait
dengan ras tertentu ataupun letak geografis
tertentu.1,2

LAPORAN KASUS
Seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun
datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUP Sanglah diantar oleh ayahnya pada

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, PL

tanggal 27 Januari 2014 dengan nomor

dapat dibedakan dalam bentuk akut yang

rekam medis 01231002. Keluhan utama

disebut

et

pasien adalah bercak – bercak merah di

varioliformis akuta (PLEVA) dan bentuk

seluruh tubuh sejak bulan Desember.

kronis yang disebut pityriasis lichenoides

Pasien mengatakan lesi tersebut dimulai

chronica

dari

pitiriasis

(PLC).

likenoides

PLEVA

dan

PLC

tangan, kemudian menyebar ke

memiliki kesamaan berupa papul berwarna

seluruh tubuh. Pasien tidak merasakan

merah

gatal dan nyeri di sekitar lesi tersebut.

kecoklatan.

PLEVA

memiliki

karakteristik makula eritema yang cepat

Pasien

berkembang menjadi papul dengan tanpa

pengobatan ke dokter umum sebanyak 3

keluhan, namun terkadang muncul rasa

kali, namun keluhan tidak ada perbaikan.

gatal atau terbakar dengan meninggalkan

Pasien datang ke dokter kulit dan kelamin

jaringan parut berbentuk varioliform. PLC

sebanyak 3 kali dan diberi obat berupa

memiliki

papul

salep dan tablet, namun pasien tidak ingat

dengan ciri khas fine scalling dengan

nama obat tersebut. Dengan pengobatan

meninggalkan

hipopigmentasi

tersebut, pasien mengatakan keluhan yang

setelah inflamasi tanpa adanya jaringan

dialami sudah membaik, namun dalam

parut.1,3

beberapa hari kemudian muncul lagi.

karakteristik

bentuk

adanya

Secara umum, diagnosis PL ditegakkan
melalui pemeriksaan penunjang berupa
biopsi kulit yang merupakan standar baku
emas. Terapi untuk penyakit ini masih sulit
dilakukan

karena

belum

diketahui

penyebab pastinya. Secara umum, terapi
yang digunakan berupa kortikosteroid
topikal, antibakteri secara oral dan terapi
penyinaran.1,2,4

sudah

pernah

melakukan

Pasien akhirnya disarankan datang ke
poliklinik

kulit

dan kelamin.

Pasien

memiliki riwayat opname karena thypoid
dan demam berdarah enam bulan yang
lalu. Pasien menyangkal memiliki riwayat
alergi obat maupun makanan. Pasien
memiliki

riwayat

penyakit

gastritis.

Riwayat penyakit kronis lainnya, riwayat
operasi, dan riwayat transfusi disangkal.
Dari riwayat keluarga pasien, tidak ada
yang mengalami keluhan dan penyakit
2

yang serupa dengan pasien dan tidak ada

didapatkan keluhan yang dirasakan berupa

riwayat penyakit lainnya dalam keluarga.

bercak merah sudah mengering, tidak ada

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status
Internus pasien dalam batas normal.
Keadaan umum tampak baik, tekanan
darah 120/80 mmHg, frekuensi napas 20
kali/menit, suhu 36,5o C, dan nadi 80
kali/menit.

Pada

status

dermatologi

terdapat lesi pada seluruh tubuh. Bentuk
kelainan kulit (eflorisensi) berupa papul
multipel diatas makula eritema dengan
batas tegas dan berbentuk bulat dengan
diameter 1-3 mm serta terdapat ekskoriasi
di beberapa tempat. Pemeriksaan lain pada
mukosa, rambut, kuku, kelenjar limfe,
fungsi kelenjar keringat, dan sistem saraf
tidak

ditemukan

adanya

kelainan.

Diagnosis kerja pasien ini belum dapat
ditegakkan, namun dicurigai mengalami
pityriasis lichenoides chronica (PLC)
dengan diagnosis banding berupa pitiriasis
likenoides

et

varioliformis

akuta

(PLEVA). Untuk menegakkan diagnosis,
pasien melakukan pemeriksaan penunjang
berupa biopsi kulit di punggung. Terapi
awal untuk pasien ini berupa hidrokortison
krim 2,5% dan chlorampenicol krim 2%
yang digunakan dua kali dalam sehari serta
pemberian KIE.

bercak merah baru yang muncul dan tidak
dirasakan adanya gatal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan status Internus pasien
dalam

batas

normal.

Pada

status

dermatologi terdapat lesi pada seluruh
tubuh yang sudah mengering. Bentuk
kelainan kulit (eflorisensi) berupa makula
hiperpigmentasi multipel dengan bentuk
bulat dengan diameter 1-3 mm. Terdapat
pula

makula

eritema

multipel

erosi

multipel bentuk bulat dengan diameter 1-4
mm. Pemeriksaan lain pada mukosa,
rambut, kuku, kelenjar limfe, fungsi
kelenjar keringat, dan sistem saraf tidak
ditemukan adanya kelainan. Dari hasil
pemeriksaan

laboratorium

dapat

disimpulkan bahwa gambaran morfologi
sesuai dengan PLEVA. Setelah diagnosis
kerja ditegakkan, terapi untuk pasien ini
berupa eritromisin 500 mg diminum 4 kali
sehari selama 7 hari, hidrokortison krim
2,5% dan chlorampenicol krim 2% yang
digunakan 2 kali sehari serta pemberian
KIE.
DISKUSI
Pitiriasis likenoides et varioliformis akuta
(PLEVA) adalah penyakit inflamasi pada

Pada tanggal 6 Februari 2014 pasien

kulit yang sering ditemukan di bagian

datang untuk kontrol dan membawa hasil

tubuh depan dan ekstremitas, namun bisa

pemeriksaan

berdifusi dan bisa menyebar diseluruh

biopsi.

Dari

anamnesis

3

tubuh. PLEVA merupakan penyakit yang

yang dilapisi oleh krusta yang berwarna

jarang ditemukan dan belum diketahui

merah

penyebab

dikatakan

hiperpigmentasi. Terdapat pula bercak

bahwa terdapat beberapa agen infeksi yang

merah pada tubuh bagian depan dan

terkait dengan awal munculnya ruam

ekstremitas yang bisa disertai dengan gatal

seperti virus Epstein-Barr, Streptococcus

dan rasa terbakar.2,3,5 Pada kasus ini

pyogenes,

Adenovirus,

didapatkan lesi berupa papul multipel

pneumonia,

Toxoplasma

pastinya,

namun

Mycoplasma
gondii,

dan

kecoklatan

dengan

hipo

atau

diatas makula eritema berukuran 1-3 mm,

parvovirus B19. Disebutkan pula bahwa

ekskoriasi

penyakit ini biasanya di dahului oleh

hiperpigmentasi

adanya infeksi saluran pencernaan atau

dengan PLEVA. Pada pasien didapatkan

infeksi saluran pernafasan bagian atas

keluhan bercak merah di seluruh tubuh

(ISPA). Penyakit ini merupakan bentuk

yang diawali dari ekstremitas atas yang

akut dari penyakit Pityriasis lichenoides

menyebar keseluruh tubuh namun tidak

(PL) dan biasanya self-limiting dalam

disertai dengan rasa terbakar ataupun

beberapa minggu atau bulan. Biasanya

gatal. Di kasus didapatkan pasien memiliki

ditemukan pada anak-anak berumur 2-3

riwayat gastritis yang merupakan salah

tahun dan 5-7 tahun, namun dikatakan pula

satu

terjadi pada 20 atau 30 tahun pertama

munculnya manifestasi klinis ini pada

kehidupan dimana jenis kelamin laki-laki

pasien.

lebih sering dibandingkan perempuan
dengan rasio 1,5:1.2,4,5 Pada kasus ini,
memang dikatakan jarang didapatkan di
RSUP Sanglah. PLEVA sering ditemukan
pada

laki-laki

dewasa

muda

dengan

etiologi yang belum diketahui seperti pada
kasus ini.

yang

dibeberapa

tempat,

multipel

diduga

yang

sebagai

dan
sesuai

penyebab

Gambaran histopatologi PLEVA berupa
parakeratosis fokal yang melapisi bagian
spongiosa

dari

lapisan

epidermis.

Ditemukan pula keratinosit diskeratotik
pada lapisan ini namun relatif jarang. Pada
bagian dermis ditemukan perivaskular dan
infiltrat yang berdifusi terdiri dari sel-sel

PLEVA memiliki gambaran klinis berupa

mononuklear dan ekstravasi dari eritrosit

makula eritema yang berkembang menjadi

ke lapisan epidermis dan papillary dermis.

papul yang berwarna merah kecoklatan

Pada dermis retikularis ditemukan adanya

dengan diameter 2-10 mm, nekrotik, dan

infiltrat limfositik yang meluas hingga ke

berkembang

bagian

secara

perlahan

menjadi

vesikuler, pustul, erosi, kemudian ulserasi

dermis

terbawah

dan

sekitar

adneksa. Perubahan vaskular yang terjadi
4

berupa pembengkakan endotel disertai

dikatakan sangat efektif sebagai terapi lini

tidak adanya fibrin di dinding pembuluh

pertama. Penggunaan terapi penyinaran

darah.1,2,6 Pada

didapatkan

berupa PUVA (Psoralen Ultraviolet A)

adanya kerusakan bagian basal (lichenoid

ataupun UVB (Ultraviolet B) dikatakan

reaction)

yang

efektif sebagai terapi lini kedua pada

ditandai dengan degenerasi vakuolar dari

penyakit ini. Secara umum pasien dengan

sel-sel basal. Disekitarnya tampak pula

PLEVA jika

ekstravasasi eritrosit yang prominent dan

memberikan prognosis yang baik.2,4,7,8

sel-sel apoptotik (civatte bodies). Pada

Pada kasus ini terapi awal yang diberikan

papillary

dermis

tampak

berupa pengobatan simptomatik dengan

infiltrat

perivaskular

padat

hidrokortison dan chlorampenicol dalam

didominasi limfosit yang meluas hingga

bentuk krim sebelum adanya hasil biopsi.

retikularis dermis dan sedikit ke bagian

Pengobatan

basal

namun

diberikan

berupa

kortikosteroid

di

kasus ini

lapisan

epidermis

epidermis

dibawahnya
yang

yang sesuai

dengan

diagnosis PLEVA.
Diagnosis

banding

pada

kasus-kasus

PLEVA yang memiliki gambaran klinis
serupa

adalah

skabies,

limfomatoid

eritema

papulosis,

multiforme,

sifilis

sekunder, pityriasis rosea, psoriasis gutata,
varisela,

tularemia, sindrom

Gianotti-

Crosti, ektima, vaskulitis, reaksi gigitan
arthropoda, dan urtikaria papular.2,5 Pada
kasus ini tidak dicantumkan diagnosis
banding dari PLEVA karena hasil biopsi
sudah menunjukkan diagnosis kerja yaitu

Terapi klinis untuk PLEVA masih sulit
dilakukan karena penyebab penyakit ini
belum

antibakteri

PLEVA

dengan tepat

sulit

terapi

ditentukan,
simptomatik

topikal

yaitu

hidrokortison karena pasien mengalami
bercak merah serta antibiotika spektrum
luas topikal yaitu chlorampenicol untuk
menangani infeksi yang terjadi pada
pasien. Setelah didapatkan hasil biopsi,
terapi awal dilanjutkan dan ditambahkan
dengan antibakteri yaitu eritromisin oral
untuk infeksi bakteri sistemik. Penggunaan
terapi penyinaran berupa PUVA ataupun
UVB tidak dilakukan pada kasus ini. Hasil
pengobatan saat kunjungan pertama cukup
baik karena lesi sudah mengering, tidak

PLEVA.

yang

ditangani

diketahui.
seperti

Penggunaan

tetrasiklin

atau

eritromisin dan kortikosteroid topikal atau
immunomodulator

pada

dosis

ada lesi baru, dan tidak ada gatal yang
terlihat

pada

saat

kontrol

setelah

pengobatan awal berupa kortikosteroid dan
antibiotika,

namun

untuk

selanjutnya

belum bisa di evaluasi. Prognosis pasien

standar
5

ini baik dilihat dari hasil pengobatan pada
kunjungan pertama.

2. Guerra AAH, Osguthorpe RJ, Putnam
A,

and

Vanderhooft

SL.

Visual

Diagnosis : A 7 Month-Old Who Has a
Persistent Rash. American Academy of

SIMPULAN

Pediatrics. 2011;32(12):1-5
Dilaporkan kasus pitiriasis likenoides et

3. Markus JR, Carvalho VO, Lima MN,

varioliformis akuta (PLEVA) pada seorang

Abagge KT, Nascimento A, Werner B.

remaja laki-laki berusia 15 tahun dengan

The Relevance of Recognizing Clinical

gambaran lesi yang tersebar diseluruh

and Morphologic Features of Pityriasis

tubuh berupa papul multipel diatas makula

Lichenoides

eritema dengan batas tegas dan berbentuk

Study of 29 Cases. Dermatol Pract

bulat dengan diameter 1-3 mm serta

Concept. 2013;3(4):2

:

Clinicopathological

terdapat ekskoriasi di beberapa tempat.

4. Lazaridou E, Fotiadou C, Tsorova C,

Pemeriksaan biopsi kulit dilakukan untuk

Trachana M, Trigoni A, Patsatsi A,

menegakkan diagnosis kerja. Hasil biopsi

Ioannides

menunjukkan gambaran morfologi sesuai

Lichenoides et Varioliformis Acuta in

dengan PLEVA. Terapi untuk pasien ini

a 3-year-old Boy. International Journal

berupa eritromisin 500 mg diminum 4 kali

of Dermatology. 2010;49:215-217

sehari selama 7 hari, hidrokortison krim

5. Pereira N, Brinca A, Brites MM, Juliao

D.

Resistent

Pityriasis

2,5% dan chlorampenicol krim 2% yang

MJ,

digunakan 2 kali sehari. Hasil pengobatan

Pityriasis Lichenoides et Varioliformis

saat kunjungan pertama cukup baik karena

Acuta : Case Report and Review of the

lesi sudah mengering, tidak ada lesi baru,

Literature.

dan tidak ada gatal yang terlihat pada saat

2012;4:61-65

kontrol, namun untuk selanjutnya belum

Tellechea

6. Nair

PS.

O,

Case

Goncalo

Rep

A

M.

Dermatol.

Clinical

and

bisa di evaluasi. Prognosis pasien ini baik.

Histopathological Study of Pityriasis

DAFTAR PUSTAKA

Lichenoides.

Indian

J

Dermatol

Venereol Leprol. 2007;73:100-102
1. Djuanda

A.

Dermatosis

Eritroskuamosa Dalam: Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S, penyunting. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-

7. Verhamme T, Arnaout A, Ayliffe WH.
Limbal

and

Bulbar

Inflammatory

Nodules in a Patient with Pityriasis
Lichenoides et Varioliformis Acuta.

6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI,
2011;h:196
6

Bull. Soc. Belge Ophtalmol. 2008;307:
13-18
8. Aydogan K, Saricaoglu, Turan H.
Narrowband UVB (311 nm, TL01)
phototherapy

for

Pityriasis

Lichenoides. Blackwell Munksgaard.
2008;24:128–33

7

PITIRIASIS LIKENOIDES ET VARIOLIFORMIS AKUTA
Ayu Purnama Dewi, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar
ABSTRAK
Pitiriasis likenoides et varioliformis akuta (PLEVA) adalah penyakit inflamasi pada kulit
yang jarang ditemukan dan belum diketahui penyebabnya dengan gambaran klinis berupa
makula eritema yang berkembang menjadi papul dengan tanpa keluhan, namun terkadang
muncul rasa gatal atau terbakar dengan meninggalkan jaringan parut berbentuk varioliform.
Dilaporkan kasus seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun datang dengan gambaran lesi
yang tersebar diseluruh tubuh berupa papul multipel diatas makula eritema dengan batas
tegas dan berbentuk bulat dengan diameter 1-3 mm serta terdapat ekskoriasi di beberapa
tempat. Pemeriksaan biopsi kulit dilakukan dan menunjukkan gambaran morfologi sesuai
dengan PLEVA. Terapi untuk pasien ini berupa eritromisin 500 mg dengan dosis 4 kali
sehari, hidrokortison krim 2,5%, dan chlorampenicol krim 2% yang digunakan 2 kali sehari.
Hasil pengobatan pada kunjungan pertama cukup baik, namun untuk selanjutnya masih
belum dapat di evaluasi. Prognosis pasien ini baik.
Kata kunci : PLEVA, remaja laki-laki, papul multipel.

PITYRIASIS LICHENOIDES ET VARIOLIFORMIS ACUTA
ABSTRACT
Pityriasis lichenoides et varioliformis acuta (PLEVA) is an inflammatory disease of the skin
are rare and the cause is unknown with clinical features such as macular erythema that
develops into a papule with no complaints, but sometimes appears itching or burning with
varioliform shaped scarring . Reported the case of a adolescent boy 15 year old came up with
an idea lesions scattered throughout the body in the form of multiple papules on macular
erythema with firm boundaries and are round with a diameter of 1-3 mm and are excoriated
in some places. Skin biopsy performed and showed morphological according to PLEVA. This
form of therapy for patients with a dose of erythromycin 500 mg 4 times daily,
hydrocortisone cream 2.5%, and 2 % cream chlorampenicol used 2 times daily. The results of
the treatment on the first visit quite good, but still not be able to subsequently evaluated. The
patient's prognosis is good.
Keywords : PLEVA, adolescent boy, multiple papules.

Penyakit ini jarang ditemukan dan belum

PENDAHULUAN
Pitiriasis likenoides (PL) adalah penyakit
inflamasi pada kulit yang merupakan
bagian

dari

penyakit

parapsoriasis.1,2

diketahui

penyebabnya.

Penyakit

ini

biasanya ditemukan pada anak-anak dan
dewasa muda serta lebih sering ditemukan
1

pada laki-laki daripada perempuan. Belum
ada dilaporkan penyakit PL ini terkait
dengan ras tertentu ataupun letak geografis
tertentu.1,2

LAPORAN KASUS
Seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun
datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUP Sanglah diantar oleh ayahnya pada

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, PL

tanggal 27 Januari 2014 dengan nomor

dapat dibedakan dalam bentuk akut yang

rekam medis 01231002. Keluhan utama

disebut

et

pasien adalah bercak – bercak merah di

varioliformis akuta (PLEVA) dan bentuk

seluruh tubuh sejak bulan Desember.

kronis yang disebut pityriasis lichenoides

Pasien mengatakan lesi tersebut dimulai

chronica

dari

pitiriasis

(PLC).

likenoides

PLEVA

dan

PLC

tangan, kemudian menyebar ke

memiliki kesamaan berupa papul berwarna

seluruh tubuh. Pasien tidak merasakan

merah

gatal dan nyeri di sekitar lesi tersebut.

kecoklatan.

PLEVA

memiliki

karakteristik makula eritema yang cepat

Pasien

berkembang menjadi papul dengan tanpa

pengobatan ke dokter umum sebanyak 3

keluhan, namun terkadang muncul rasa

kali, namun keluhan tidak ada perbaikan.

gatal atau terbakar dengan meninggalkan

Pasien datang ke dokter kulit dan kelamin

jaringan parut berbentuk varioliform. PLC

sebanyak 3 kali dan diberi obat berupa

memiliki

papul

salep dan tablet, namun pasien tidak ingat

dengan ciri khas fine scalling dengan

nama obat tersebut. Dengan pengobatan

meninggalkan

hipopigmentasi

tersebut, pasien mengatakan keluhan yang

setelah inflamasi tanpa adanya jaringan

dialami sudah membaik, namun dalam

parut.1,3

beberapa hari kemudian muncul lagi.

karakteristik

bentuk

adanya

Secara umum, diagnosis PL ditegakkan
melalui pemeriksaan penunjang berupa
biopsi kulit yang merupakan standar baku
emas. Terapi untuk penyakit ini masih sulit
dilakukan

karena

belum

diketahui

penyebab pastinya. Secara umum, terapi
yang digunakan berupa kortikosteroid
topikal, antibakteri secara oral dan terapi
penyinaran.1,2,4

sudah

pernah

melakukan

Pasien akhirnya disarankan datang ke
poliklinik

kulit

dan kelamin.

Pasien

memiliki riwayat opname karena thypoid
dan demam berdarah enam bulan yang
lalu. Pasien menyangkal memiliki riwayat
alergi obat maupun makanan. Pasien
memiliki

riwayat

penyakit

gastritis.

Riwayat penyakit kronis lainnya, riwayat
operasi, dan riwayat transfusi disangkal.
Dari riwayat keluarga pasien, tidak ada
yang mengalami keluhan dan penyakit
2

yang serupa dengan pasien dan tidak ada

didapatkan keluhan yang dirasakan berupa

riwayat penyakit lainnya dalam keluarga.

bercak merah sudah mengering, tidak ada

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status
Internus pasien dalam batas normal.
Keadaan umum tampak baik, tekanan
darah 120/80 mmHg, frekuensi napas 20
kali/menit, suhu 36,5o C, dan nadi 80
kali/menit.

Pada

status

dermatologi

terdapat lesi pada seluruh tubuh. Bentuk
kelainan kulit (eflorisensi) berupa papul
multipel diatas makula eritema dengan
batas tegas dan berbentuk bulat dengan
diameter 1-3 mm serta terdapat ekskoriasi
di beberapa tempat. Pemeriksaan lain pada
mukosa, rambut, kuku, kelenjar limfe,
fungsi kelenjar keringat, dan sistem saraf
tidak

ditemukan

adanya

kelainan.

Diagnosis kerja pasien ini belum dapat
ditegakkan, namun dicurigai mengalami
pityriasis lichenoides chronica (PLC)
dengan diagnosis banding berupa pitiriasis
likenoides

et

varioliformis

akuta

(PLEVA). Untuk menegakkan diagnosis,
pasien melakukan pemeriksaan penunjang
berupa biopsi kulit di punggung. Terapi
awal untuk pasien ini berupa hidrokortison
krim 2,5% dan chlorampenicol krim 2%
yang digunakan dua kali dalam sehari serta
pemberian KIE.

bercak merah baru yang muncul dan tidak
dirasakan adanya gatal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan status Internus pasien
dalam

batas

normal.

Pada

status

dermatologi terdapat lesi pada seluruh
tubuh yang sudah mengering. Bentuk
kelainan kulit (eflorisensi) berupa makula
hiperpigmentasi multipel dengan bentuk
bulat dengan diameter 1-3 mm. Terdapat
pula

makula

eritema

multipel

erosi

multipel bentuk bulat dengan diameter 1-4
mm. Pemeriksaan lain pada mukosa,
rambut, kuku, kelenjar limfe, fungsi
kelenjar keringat, dan sistem saraf tidak
ditemukan adanya kelainan. Dari hasil
pemeriksaan

laboratorium

dapat

disimpulkan bahwa gambaran morfologi
sesuai dengan PLEVA. Setelah diagnosis
kerja ditegakkan, terapi untuk pasien ini
berupa eritromisin 500 mg diminum 4 kali
sehari selama 7 hari, hidrokortison krim
2,5% dan chlorampenicol krim 2% yang
digunakan 2 kali sehari serta pemberian
KIE.
DISKUSI
Pitiriasis likenoides et varioliformis akuta
(PLEVA) adalah penyakit inflamasi pada

Pada tanggal 6 Februari 2014 pasien

kulit yang sering ditemukan di bagian

datang untuk kontrol dan membawa hasil

tubuh depan dan ekstremitas, namun bisa

pemeriksaan

berdifusi dan bisa menyebar diseluruh

biopsi.

Dari

anamnesis

3

tubuh. PLEVA merupakan penyakit yang

yang dilapisi oleh krusta yang berwarna

jarang ditemukan dan belum diketahui

merah

penyebab

dikatakan

hiperpigmentasi. Terdapat pula bercak

bahwa terdapat beberapa agen infeksi yang

merah pada tubuh bagian depan dan

terkait dengan awal munculnya ruam

ekstremitas yang bisa disertai dengan gatal

seperti virus Epstein-Barr, Streptococcus

dan rasa terbakar.2,3,5 Pada kasus ini

pyogenes,

Adenovirus,

didapatkan lesi berupa papul multipel

pneumonia,

Toxoplasma

pastinya,

namun

Mycoplasma
gondii,

dan

kecoklatan

dengan

hipo

atau

diatas makula eritema berukuran 1-3 mm,

parvovirus B19. Disebutkan pula bahwa

ekskoriasi

penyakit ini biasanya di dahului oleh

hiperpigmentasi

adanya infeksi saluran pencernaan atau

dengan PLEVA. Pada pasien didapatkan

infeksi saluran pernafasan bagian atas

keluhan bercak merah di seluruh tubuh

(ISPA). Penyakit ini merupakan bentuk

yang diawali dari ekstremitas atas yang

akut dari penyakit Pityriasis lichenoides

menyebar keseluruh tubuh namun tidak

(PL) dan biasanya self-limiting dalam

disertai dengan rasa terbakar ataupun

beberapa minggu atau bulan. Biasanya

gatal. Di kasus didapatkan pasien memiliki

ditemukan pada anak-anak berumur 2-3

riwayat gastritis yang merupakan salah

tahun dan 5-7 tahun, namun dikatakan pula

satu

terjadi pada 20 atau 30 tahun pertama

munculnya manifestasi klinis ini pada

kehidupan dimana jenis kelamin laki-laki

pasien.

lebih sering dibandingkan perempuan
dengan rasio 1,5:1.2,4,5 Pada kasus ini,
memang dikatakan jarang didapatkan di
RSUP Sanglah. PLEVA sering ditemukan
pada

laki-laki

dewasa

muda

dengan

etiologi yang belum diketahui seperti pada
kasus ini.

yang

dibeberapa

tempat,

multipel

diduga

yang

sebagai

dan
sesuai

penyebab

Gambaran histopatologi PLEVA berupa
parakeratosis fokal yang melapisi bagian
spongiosa

dari

lapisan

epidermis.

Ditemukan pula keratinosit diskeratotik
pada lapisan ini namun relatif jarang. Pada
bagian dermis ditemukan perivaskular dan
infiltrat yang berdifusi terdiri dari sel-sel

PLEVA memiliki gambaran klinis berupa

mononuklear dan ekstravasi dari eritrosit

makula eritema yang berkembang menjadi

ke lapisan epidermis dan papillary dermis.

papul yang berwarna merah kecoklatan

Pada dermis retikularis ditemukan adanya

dengan diameter 2-10 mm, nekrotik, dan

infiltrat limfositik yang meluas hingga ke

berkembang

bagian

secara

perlahan

menjadi

vesikuler, pustul, erosi, kemudian ulserasi

dermis

terbawah

dan

sekitar

adneksa. Perubahan vaskular yang terjadi
4

berupa pembengkakan endotel disertai

dikatakan sangat efektif sebagai terapi lini

tidak adanya fibrin di dinding pembuluh

pertama. Penggunaan terapi penyinaran

darah.1,2,6 Pada

didapatkan

berupa PUVA (Psoralen Ultraviolet A)

adanya kerusakan bagian basal (lichenoid

ataupun UVB (Ultraviolet B) dikatakan

reaction)

yang

efektif sebagai terapi lini kedua pada

ditandai dengan degenerasi vakuolar dari

penyakit ini. Secara umum pasien dengan

sel-sel basal. Disekitarnya tampak pula

PLEVA jika

ekstravasasi eritrosit yang prominent dan

memberikan prognosis yang baik.2,4,7,8

sel-sel apoptotik (civatte bodies). Pada

Pada kasus ini terapi awal yang diberikan

papillary

dermis

tampak

berupa pengobatan simptomatik dengan

infiltrat

perivaskular

padat

hidrokortison dan chlorampenicol dalam

didominasi limfosit yang meluas hingga

bentuk krim sebelum adanya hasil biopsi.

retikularis dermis dan sedikit ke bagian

Pengobatan

basal

namun

diberikan

berupa

kortikosteroid

di

kasus ini

lapisan

epidermis

epidermis

dibawahnya
yang

yang sesuai

dengan

diagnosis PLEVA.
Diagnosis

banding

pada

kasus-kasus

PLEVA yang memiliki gambaran klinis
serupa

adalah

skabies,

limfomatoid

eritema

papulosis,

multiforme,

sifilis

sekunder, pityriasis rosea, psoriasis gutata,
varisela,

tularemia, sindrom

Gianotti-

Crosti, ektima, vaskulitis, reaksi gigitan
arthropoda, dan urtikaria papular.2,5 Pada
kasus ini tidak dicantumkan diagnosis
banding dari PLEVA karena hasil biopsi
sudah menunjukkan diagnosis kerja yaitu

Terapi klinis untuk PLEVA masih sulit
dilakukan karena penyebab penyakit ini
belum

antibakteri

PLEVA

dengan tepat

sulit

terapi

ditentukan,
simptomatik

topikal

yaitu

hidrokortison karena pasien mengalami
bercak merah serta antibiotika spektrum
luas topikal yaitu chlorampenicol untuk
menangani infeksi yang terjadi pada
pasien. Setelah didapatkan hasil biopsi,
terapi awal dilanjutkan dan ditambahkan
dengan antibakteri yaitu eritromisin oral
untuk infeksi bakteri sistemik. Penggunaan
terapi penyinaran berupa PUVA ataupun
UVB tidak dilakukan pada kasus ini. Hasil
pengobatan saat kunjungan pertama cukup
baik karena lesi sudah mengering, tidak

PLEVA.

yang

ditangani

diketahui.
seperti

Penggunaan

tetrasiklin

atau

eritromisin dan kortikosteroid topikal atau
immunomodulator

pada

dosis

ada lesi baru, dan tidak ada gatal yang
terlihat

pada

saat

kontrol

setelah

pengobatan awal berupa kortikosteroid dan
antibiotika,

namun

untuk

selanjutnya

belum bisa di evaluasi. Prognosis pasien

standar
5

ini baik dilihat dari hasil pengobatan pada
kunjungan pertama.

2. Guerra AAH, Osguthorpe RJ, Putnam
A,

and

Vanderhooft

SL.

Visual

Diagnosis : A 7 Month-Old Who Has a
Persistent Rash. American Academy of

SIMPULAN

Pediatrics. 2011;32(12):1-5
Dilaporkan kasus pitiriasis likenoides et

3. Markus JR, Carvalho VO, Lima MN,

varioliformis akuta (PLEVA) pada seorang

Abagge KT, Nascimento A, Werner B.

remaja laki-laki berusia 15 tahun dengan

The Relevance of Recognizing Clinical

gambaran lesi yang tersebar diseluruh

and Morphologic Features of Pityriasis

tubuh berupa papul multipel diatas makula

Lichenoides

eritema dengan batas tegas dan berbentuk

Study of 29 Cases. Dermatol Pract

bulat dengan diameter 1-3 mm serta

Concept. 2013;3(4):2

:

Clinicopathological

terdapat ekskoriasi di beberapa tempat.

4. Lazaridou E, Fotiadou C, Tsorova C,

Pemeriksaan biopsi kulit dilakukan untuk

Trachana M, Trigoni A, Patsatsi A,

menegakkan diagnosis kerja. Hasil biopsi

Ioannides

menunjukkan gambaran morfologi sesuai

Lichenoides et Varioliformis Acuta in

dengan PLEVA. Terapi untuk pasien ini

a 3-year-old Boy. International Journal

berupa eritromisin 500 mg diminum 4 kali

of Dermatology. 2010;49:215-217

sehari selama 7 hari, hidrokortison krim

5. Pereira N, Brinca A, Brites MM, Juliao

D.

Resistent

Pityriasis

2,5% dan chlorampenicol krim 2% yang

MJ,

digunakan 2 kali sehari. Hasil pengobatan

Pityriasis Lichenoides et Varioliformis

saat kunjungan pertama cukup baik karena

Acuta : Case Report and Review of the

lesi sudah mengering, tidak ada lesi baru,

Literature.

dan tidak ada gatal yang terlihat pada saat

2012;4:61-65

kontrol, namun untuk selanjutnya belum

Tellechea

6. Nair

PS.

O,

Case

Goncalo

Rep

A

M.

Dermatol.

Clinical

and

bisa di evaluasi. Prognosis pasien ini baik.

Histopathological Study of Pityriasis

DAFTAR PUSTAKA

Lichenoides.

Indian

J

Dermatol

Venereol Leprol. 2007;73:100-102
1. Djuanda

A.

Dermatosis

Eritroskuamosa Dalam: Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S, penyunting. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-

7. Verhamme T, Arnaout A, Ayliffe WH.
Limbal

and

Bulbar

Inflammatory

Nodules in a Patient with Pityriasis
Lichenoides et Varioliformis Acuta.

6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI,
2011;h:196
6

Bull. Soc. Belge Ophtalmol. 2008;307:
13-18
8. Aydogan K, Saricaoglu, Turan H.
Narrowband UVB (311 nm, TL01)
phototherapy

for

Pityriasis

Lichenoides. Blackwell Munksgaard.
2008;24:128–33

7