BUDAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI PADA ETNIS BATAK TOBA DAN ETNIS JAWA DI SMA NEGERI 1 TANJUNG MORAWA.

(1)

Tesis

BUDAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI PADA ETNIS BATAK

TOBA DAN ETNIS JAWA DI SMA NEGERI 1 TANJUNG MORAWA

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Antropologi Sosoal

Oleh :

Makmur Efendy Sitompul Nim: 082188530016

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

BUDAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI PADA ETNIS

BATAK TOBA DAN ETNIS JAWA DI SMA NEGERI 1

TANJUNG MORAWA

Makmur Efendi Sitompul, 082188530017 : Budaya Belajar Berprestasi pada Etnis Batak Toba dan Etnis Jawa di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, September 2013.

Penelitian ini mengungkapkan bagaimana penerapan budaya belajar siswa berprestasi pada etnis Batak Toba dan etnis Jawa. Latar belakang sosiokultural dapat menunjukkan sikap individu dan kelompok dalam menunjukkan suatu prestasi dalam kehidupannya. Karena keinginan masyarakat untuk maju merupakan motif atau dorongan untuk berprestasi akan muncul dari masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai budaya dari masing-masing etnis tersebut menunjukkan adanya perbedaan dalam memandang kehidupan khususnya dalam hal prestasi dan pendidikan anak-anak mereka.

Untuk mengungkapkan data tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Data di lapangan diperoleh melalui teknik observasi partisipasi, wawancara, dan studi literatur.

Tujuan penelitian ini ingin mendeskripsikan tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar pada etnis Batak Toba dan etnis Jawa. Kemudian menganalisis hubungan antara pengasuhan anak dengan pencapaian prestasi siswa di sekolah. Selanjutnya menguraikan dampak pengasuhan anak terhadap prestasi di sekolah. Dan mendeskripsikan nilai budaya yang mendasari kedua kelompok etnis antara Batak Toba dan etnis Jawa untuk mencapai prestasi.

Dari penelitian ini, diperoleh hasil bahwa terdapat suatu hubungan pola pengasuhan terhadap motivasi atau dorongan berprestasi pada kelompok ini. Penanaman nilai-nilai budaya yang meliputi hagabeon, hasangapon, dan hamoraon merupakan pedoman hidup pada setiap etnis Batak Toba. Bila seorang anak telah berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi merupakan harta (hamoraon) yang tak ternilai harganya bagi orang tua dan membuat keluarga itu menjadi terpandang (hasangapon). Sedangkan pada etnis Jawa terdapat konsepsi tentang terciptanya tatanan yang meliputi urutan-urutan kehidupan seperti lahir, kawin, dan mati. Selain itu juga sikap nrimo, sehingga terdapat pandangan bahwa orang tua merasa sudah lega dengan pendidikan anak-anak yang hanya sebatas SMA saja. Sedangkan Anak-anak berprestasi tidak dipacu atas dasar nilai budaya yang menjadi tujuan hidup seperti orang Batak Toba. Akan tetapi karena inspirator tertentu misalnya seperti ayah, ibu, abang, kakak, dan tokoh-tokoh lain. Selain itu fasilitas dan sarana yang diberikan oleh orang tua untuk mendukung kegiatan belajarnya.


(6)

ii STUDENT ACHIEVMENT BY CULTURAL LEARNING IN ETHNIC TOBANESE AND JAVANESE AT SMA NEGERI 1 TANJUNG MORAWA Makmur Efendi Sitompul, 082188530017: Student Achievement by Cultural Learning in Ethnic Tobanese and Javanese at SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Postgraduate Program, State University of Medan, September 2013. This study reveals how the application of high-achieving student learning culture in the Batak Toba and Javanese. Sociocultural background may indicate the attitude of individuals and groups in showing an achievement in life. Because people's desire to advance a motive or drive to achieve will come from the communities concerned. Cultural values of each ethnic indicate a difference in looking at life, especially in terms of achievement and education of their children. To disclose such data, so in this study the author uses descriptive method. Field data obtained through participant observation techniques, interviews, and literature studies.

The purpose of this study would like to describe the level of student success in learning achievement at the Batak Toba and Javanese. Then analyze the relationship between childcare with student achievement in school. Furthermore, described the impact of child care on school performance. And describe the underlying cultural values between the two ethnic groups and ethnic Batak Toba Java to achieve the feat.

From this study, the results showed that there is a relationship of parenting on the motivation or encouragement of achievement in this group. Planting cultural values that include hagabeon, hasangapon, and hamoraon is a way of life in every ethnic Batak Toba. When a child has successfully completed higher education is a treasure (hamoraon) invaluable for parents and make it into a prominent family (hasangapon). While in Java, there are ethnic conception of the creation of the order that includes the sequence of life such as birth, marriage, and death. In addition, nrimo attitude, so there is the view that parents felt it was relieved by the education of children who only a high school course. While children are not driven on the basis of outstanding cultural value which is the goal of life as the Batak Toba. However, because certain inspiration such as father, mother, brother, sister, and other figures. In addition, the facilities and the means provided by the parents to support learning activities.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Antropologi Sosial Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Hingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan dengan penuh usaha dan kerja keras sebuah karya akhir dari studi ini yaitu tesis dengan judul Budaya Belajar Siswa Berprestasi pada Etnis Batak Toba dan Etnis Jawa di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa.

Disamping itu, tesis ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnyat terutama kepada Pembimbing I Bapak Dr.phil. Ichwan Azhari, MS dan Pembimbing II Ibu Prof. Dr. Chalida Fachruddin yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan serta kritik terhadap penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Dr. Hidayat, M.Si, Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.Si, dan Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku penguji yang banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu hajar Damanik, M.Si, Direktur Pascasarjana Unimed Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, Ketua Program Studi Antropologi Sosial, Sekretaris Program Studi Antropologi Sosial. Kepada seluruh staf pengajar Program Studi Antropologi Sosial disampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas


(8)

ilmu yang diberikan sehingga ilmu tersebut dapat diaplikasikan dalam penelitain dan penyelesaian tesis ini.

Teristimewa terima kasih disampaikan kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tanjung Morawa dan seluruh guru/pegawai yang membantu hingga tesis ini diselesaikan.

Kepada anak saya Petra, Keren, dan Joy terima kasih atas doa, dukungan dan semangat kalian yang mendorong saya sehingga studi ini terselesaikan. Terima kasih yang mendalam untuk istri saya tercinta Ratna br Ginting, S.Pd., R.Fd yang selalu menjadi motivator dan pembaca dalam memberikan masukan-masukan untuk penulisan ini.

Kepadan teman-teman angkatan XIII terima kasih atas kebersamaan dan saling menyemangati sehingga kita termotivasi untuk menyelesaikan studi di Program Studi Antropologi Sosial.

Akhir kata, mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan atas segala bantuan yang diberikan kepada saya. Dan saya menyadari bahwa isi tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan segala masukan berupa kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini agar layak untuk dipergunakan dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial.

Medan, April 2015 Penulis,

Makmur Efendy Sitompul NIM. 082188530016


(9)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Perumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Kegunaan Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.2 Landasan Teori ... 14

BAB III METODE PENELITIAN... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.3 Teknik Analisa Data ... 21

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ... 23

4.1 Keadaan Wilayah Tanjung Morawa... 23

2.1.1 Letak Geografis dan Topografi ... 25

4.2 Jumlah Penduduk ... 26

4.3 Sarana dan Prasarana di Tanjung Morawa ... 28

4.3.1 Pendidikan ... 28

4.3.2 Agama ... 29

4.3.3 Kesehatan ... 29

4.3.4 Perhubungan ... 30

4.4 Profil SMA Negeri 1 Tanjung Morawa ... 30

4.4.1 Sejarah ... 30

BAB V. KEBERHASILAN SISWA DALAM PENCAPAIAN PRESTASI BELAJAR ... 39

5.1 Faktor-faktor Pendorong Prestasi Belajar ... 39

5.1.1 Sejarah Pendidikan pada Etnis Batak Toba ... 39

5.1.2 Pendidikan pada Etnis Jawa ... 42

5.1.3 Pencapaian Prestasi Belajar ... 44

5.2 Hubungan Pengasuhan Anak dengan Pencapaian Prestasi ... 50


(10)

5.2.2 Pola Pengasuhan pada Etnis Jawa ... 65

5.3 Dampak Pengasuhan Anak terhadap Prestasi ... 72

5.4 Nilai Budaya dan Keberhasilan Siswa ... 78

5.4.1 Etnis Jawa ... 78

5.4.2 Etnis Batak Toba ... 87

BAB VI PENUTUP ... 91

1. Kesimpulan ... 91

2. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan kegiatan yang esensial didalam setiap kehidupan masyarakat. Pendidikan tidak mungkin terjadi atau terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Oleh karena setiap masyarakat mempunyai kebudayaannya, maka pendidikan merupakan suatu kegiatan budaya. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan karakter individu. Karakter yang dimaksud berkenaan dengan pengembangan intelektual serta prestasi sebagai tujuan akhir dari pendidikan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan output yang berkualitas. Dari berbagai macam karakteristik input yang masuk, bagaimana pendidikan itu mampu menghasilkan output yang baik dan berkualitas.

Dalam pendidikan formal, proses belajar diharapkan akan mengarah kepada pergerakan kearah yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar yang melibatkan sekolah


(12)

2

sebagai lembaga formal, dan juga lingkungan sosial yang mendukung, khususnya lingkungan keluarga.

Latar belakang sosiokultural dapat menunjukkan sikap individu dan kelompok dalam menunjukkan suatu prestasi dalam kehidupannya. Karena keinginan masyarakat untuk maju merupakan motif atau dorongan untuk berprestasi akan muncul dari masyarakat yang bersangkutan (Yusuf:1991). Dalam konteks lembaga formal seperti sekolah yang terdiri dari siswa-siswa yang berlatar belakang budaya yang berbeda, pastinya memiliki karakteristik dalam pencapaian prestasi. Pengertian karakteristik merupakan bagian-bagian pengalaman siswa yang berpengaruh pada keefektifan proses belajar (Seels dan Richey dalam Budiningsih: 2004).

Karakteristik merupakan sifat budaya yang senantiasa dipelajari oleh individu atau kelompok sosial dilingkungannya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Oleh karena kebudayaan merupakan pemaknaan atas seperangkat pengetahuan yang berisi model pewarisan budaya yang berupa sistem pengetahuan, nilai, keterampilan belajar dari satu individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lainnnya. Konsep budaya belajar senantiasa dihadapkan dengan kenyataan kehidupan manusia yang dinamis dan berubah terus menerus. Dengan begitu konsep budaya belajar ditafsirkan bukan sebagai kebiasaan-kebiasaan belajar yang bersifat statis, melainkan sebagai pengetahuan belajar yang dinamis dan fleksibel dalam menghadapi berbagai masalah perubahan yang berlangsung.


(13)

3

Karakteristik budaya yang dimiliki oleh siswa dapat diklasifikasikan berdasarkan etnisitas mereka. Karena dalam suatu lembaga formal atau sekolah terdapat beberapa kelompok etnis yang mencirikan identitas budayanya masing-masing. Dalam setiap kebudayaan terdapat falsafah hidup yang memberikan suatu dorongan atau motivasi dalam hal-hal tertentu khususnya pencapaian prestasi.

Dalam konteks budaya Batak Toba, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Pendidikan dijadikan sebagai media untuk mencapai kesuksesan. Pentingnya pendidikan bagi etnis Batak termanifestasikan dalam falsafah hidup hamujaon (kemajuan) yang diterapkan sejak misionaris memperkenalkan pendidikan di tanah Batak. Untuk mencapai kemajuan ini, etnis Batak harus sekolah dan setidaknya mencapi prestasi di sekolah. Dengan prinsip kemajuan tersebut, orang Batak banyak yang melanjutkan sekolah keluar daerah, dan kebanyakan mereka telah masuk di sekolah dan universitas favorit di kota-kota besar.

Bagi etnis Jawa, sebenarnya pendidikan juga merupakan salah satu cara untuk merubah status seseorang dalam masyarakat. Akan tetapi berbeda dengan orang Batak, mereka tidak memiliki falsafah hidup yang berkaitan dengan pendidikan. Falsafah hidup orang Jawa lebih mengutamakan pembentukan karakter pada anak-anak. Nilai-nilai falsafah hidup yang mengutamakan karakter misalnya tercermin dalam suatu istilah “ndurung Jawa” (belum Jawa) dan “ njawani” (sudah Jawa). seseorang yang dikatakan sudah menjadi Jawa adalah orang yang mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan nilai dan norma budaya Jawa. Sedangkan yang dikatakan belum Jawa adalah orang yang belum


(14)

4

memperlihatkan dan menunjukkan sikap dan perilakunya sesuai denga nilai dan norma budaya Jawa. Ini mencerminkan bahwa orang Jawa sangat mementingkan sikap dan perilaku yang sesuai norma yang berlaku.

Dalam konteks etnis Jawa di Sumatera Utara pada umumnya, dilihat dari sejarah keberadaan mereka maka kebanyakan dari mereka adalah keturunan-keturunan dari eks buruh perkebunan. Sehingga hal ini juga dapat berpengaruh dengan pandangan hidup mereka tentang pencapaian prestasi dalam pendidikan. Sehingga proses pengasuhan dalam keluarga untuk mencapai prestasi dalam pendidikan harus dilihat dan dikaji lebih mendalam. Proses pengasuhan anak dalam keluarga dalam setiap kebudayaan tentunya berbeda. Dan juga akan menunjukkan perbedaan motivasi belajar yang berbeda pula. Motivasi belajar dan disiplin belajar merupakan faktor yang penting agar diperoleh prestasi belajar yang optimal. Dengan adanya motivasi belajar dan diikuti disiplin belajar yang tinggi maka akan diperoleh prestasi belajar yang tinggi pula, begitu juga dengan sebaliknya. Motivasi akan membentuk kesadaran dan disiplin belajar akan berpengaruh terhadap cara dan sikap belajar yang akhirnya akan diperoleh prestasi belajar.

Keberhasilan pendidikan anak di sekolah lazim diukur dalam bentuk prestasi belajar. Ekspektasi orangtua terhadap prestasi belajar yang tinggi lazim dilakukan melalui dukungan orangtua berupa perhatian kepada kelengkapan sarana belajar anak maupun dukungan psikologis yang berdampak pada peningkatkan harga diri (self-esteem), dan kepercayaan diri dalam menghadapi situasi belajar yang akan dihadapi, sehingga menumbuhkan motivasi belajar anak.


(15)

5

Sedangkan di sekolah, ekspektasi yang serupa, dinamakan budaya sekolah yang tercermin dalam tindak pembelajaran guru di kelas, juga menjadi indikator keberhasilan pendidikan siswa di sekolah.

Proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan secara umum melibatkan empat buah komponen utama yaitu murid, guru, lingkungan belajar, dan materi belajar. Keempat komponen ini mempengaruhi murid dalam mencapai tujuan belajarnya. Sedangkan pendidikan dalam ruang lingkup lingkungan budaya pendidikan merupakan suatu proses pembentukan karakter pada diri seorang individu atau makhluk sosial. Dengan demikian kita harus melihat secara holistik bagaimana prestasi belajar yang dicapai oleh seorang siswa tidak hanya dilandasi oleh faktor intelegensinya saja. Disini murid sebagai individu atau makhluk sosial memiliki sauatu karakter atau kepribadian yang terbentuk dari proses sosialisasi, internalisasi, dan enkulturasi budayanya. Proses sosialisasi yaitu merupakan suatu proses dimana seorang individu belajar pola-pola tindakan dalam hubungan pergaulan dengan segala macam individu disekelilingnya, yang menduduki beraneka macam peranan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Yang kedua proses internalisasi, yaitu seorang individu belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukannya sepanjang hidupnya. Jadi internalisasi menyangkut masalah sistem kepribadian. Dan yang ketiga adalah proses pembudayaan yang dikenal dengan enkulturasi yaitu proses dimana individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Banyak hal-hal yang menyangkut nilai, norma yang harus


(16)

6

dijalankan dan ditanamkan pada seorang individu sebagai proses enkulturasi atau “pembudayaan” tidak lagi dijalankan ketika lingkungan telah berubah. Hal ini menunjukkan adanya penyesuain atau adaptasi terhadap lingkungan-lingkungan baru (Koentjaraningrat:1997).

Ketiga proses belajar di atas mencerminkan suatu sikap dan nilai-nilai budaya yang dibawa oleh setiap siswa dalam interaksi sosial dalam lingkungan belajarnya di sekolah. Sebagai individu dari kelompok budaya yang berbeda, yaitu siswa dari kelompok etnik Batak Toba dan siswa dari kelompok etnik Jawa mendapatkan pendidikan budaya yang berbeda didalam lingkungan keluarga mereka. Namun, di sekolah mereka akan mendapatkan proses pendidikan yang sama. Lalu apakah pendidikan dalam proses penanaman nilai-nilai budaya akan berpengaruh bagi para siswa-siswa yang berbeda etnik dalam pencapaian prestasi mereka di sekolah?

Menurut Koentjaraningrat (1990), “faktor budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan”. Peserta didik selalu melakukan kontak dengan masyarakat. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak. Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Dalam hal ini Slameto (2003) berpendapat, “Banyak siswa gagal belajar akibat karena mereka tidak mempunyai budaya belajar yang baik. Mereka kebanyakan hanya menghafal pelajaran.”


(17)

7

Pendapat tersebut dipertegas pula oleh William H. Burton dalam Hamalik (2004) yang temasuk dalam salah satu prinsip belajar, yaitu: “Proses belajar terutama terdiri dari berbuat hal-hal yang harus dipelajari di samping bermacam-macam hal lain yang ikut membantu proses belajar itu.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa budaya belajar siswa mempunyai keterkaitan dengan prestasi belajar, sebab dalam budaya belajar mengandung kebiasaan belajar dan cara-cara belajar yang dianut oleh siswa. Pada umumnya setiap orang (siswa) bertindak berdasarkan force of habit (menurut kebiasaannya) sekalipun ia tahu, bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan.

Sehubungan dengan hal itu, budaya belajar siswa akan menjadi tradisi yang dianut oleh siswa. Tradisi tersebut akan selalu melekat di dalam setiap tindakan dan perilaku siswa sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Misalnya tradisi dalam memanfaatkan waktu belajar, disiplin dalam belajar, kegigihan/keuletan dalam belajar, dan konsisten dalam menerapkan cara belajar efektif.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Tingkat keberhasilan siswa di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa 2. Pengasuhan anak dan hubungannya dengan pencapaian prestasi siswa


(18)

8

3. Budaya belajar di rumah dan di sekolah sebagai upaya pencapaian prestasi 4. Nilai-nilai budaya yang mendorong prestasi pada kelompok Batak Toba

dan etnis Jawa.

1.3 Perumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar pada etnis Batak Toba dan etnis Jawa?

2. Apakah terdapat hubungan antara pengasuhan anak dalam keluarga dengan pencapaian prestasi siswa di sekolah?

3. Nilai budaya yang seperti apa yang mendasari kedua kelompok etnis antara Batak Toba dan etnis Jawa untuk mencapai prestasi?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar pada etnis Batak Toba dan etnis Jawa

2. Menganalisis hubungan antara pengasuhan anak dengan pencapaian prestasi siswa di sekolah

3. Mendeskripsikan nilai budaya yang mendasari kedua kelompok etnis antara Batak Toba dan etnis Jawa untuk mencapai prestasi


(19)

9 1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi antropologi pendidikan sehingga dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai budaya belajar dan hubungannya dengan prestasi siswa disekolah.

2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan kerangka konseptual tentang pengembangan pola-pola belajar yang efektif untuk meningkatkan prestasi siswa.


(20)

BAB VI

PENUTUP

1. Kesimpulan

 Secara statistik kedua etnis yaitu Jawa dan Batak menempati posisi yang terbesar sebagai siswa SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Kedua etnis ini juga selalu menunjukkan persaingan dalam mendapatkan rangking di sekolah. Oleh karena pencapaian belajar tidak hanya didukung atau didorong oleh motif mendapatkan juara kelas, maka harus diperhatikan motif sebab pada kedua etnis ini secara latar budaya.

 Tingkat keberhasilan siswa menunjukkan bahwa dari total keseluruhan siswa SMA Negeri 1 Tanjung Morawa siswa kelas XI IPA/IPS yang memperoleh prestasi pada etnis Jawa sebesar 19% dari total 40% jumlah etnis Jawa di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Sedangkan etnis Batak Toba sebesar 18% dari 255 total jumlah etnis Batak Toba di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa.

 Nilai-nilai budaya pada etnis Batak Toba yang selalu disosialisisakan pada anak-anaknya menjadi yang pedoman hidup bagi mereka dalam upaya pencapaian suatu prestasi. Karena untuk mencapai kekayaan (hamoraon),

anak-anak Batak Toba harus berhasil, salah satunya adalah dengan cara berhasil dalam bidang pendidikan. Sebagaimana dalam sejarah pendidikan pada etnis Batak Toba pendidikan adalah salah satu cara untuk mencapai kemajuan dan kehormatan. Dengan mendapatkan prestasi di sekolah,


(21)

makan hal ini akan menjadi “tiket” bagi mereka untuk dengan mudah masuk ke jenjang perguruan tinggi negeri.

 Bagi Orang Batak, anak-anak yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi merupakan harta (hamoraon) yang tak ternilai harganya bagi orang tua dan membuat keluarga itu menjadi terpandang (hasangapon). Ketidakberhasilan di bidang pendidikan adalah bila seseorang tidak dapat menyelesaikan pendidikan hingga tingkat pendidikan tinggi atau hanya bersekolah hingga tamat SLTA ke bawah, sehingga tidak menjadi harta (hamoraon) bagi orang tua dan tidak membuat keluarga itu menjadi terpandang (hasangapon).

 Usaha yang gigih pada setiap aktivitas kehidupan untuk mencapai

hagabeon, hamoraon, dan hasangapon berkaitan dengan motivasi

berprestasi. Orang Batak Toba akan berusaha untuk memiliki "power"

pada dirinya agar dapat mempengaruhi lingkungan atau berpengaruh dalam lingkungannya yang bermakna tercapainya motif mencapai

hasangapon.

 Dalam pandangan hidup orang Jawa terdapat konsepsi tentang terciptanya tatanan yang meliputi urutan-urutan kehidupan seperti lahir, kawin, dan mati. Selain itu juga sikap nrimo, sehingga terdapat pandangan bahwa

orang tua merasa sudah lega dengan pendidikan anak-anak yang hanya sebatas SMA saja.

 Anak-anak yang berasal dari kelompok etnis Jawa yang berprestasi tidak dipacu atas dasar nilai budaya yang menjadi tujuan hidup seperti orang


(22)

Batak Toba. Akan tetapi karena fasilitas dan sarana yang diberikan oleh orang tua untuk mendukung kegiatan belajarnya.

2. Saran

 Nilai-nilai budaya yang terinternalisasi melalui proses pengasuhan pada anak-anak menjadikan suatu dorongan bagi pencapaian prestasi. Akan tetapi kegigihan dalam mencapai prestasi juga didorong oleh strategi ataupun model pembelajaran yang diterapkan dalam setiap diri anak-anak didik seperti kerja keras, tekun, dan serius dalam belajar. Kegigihan dan kerja keras untuk merubah masa depan dimulai dari pendidikan yang secara serius dijalankan oleh setiap siswa. Latar belakang budaya menjadi salah satu pendorong yang dapat mebingkai pencapaian-pencapaian prestasi pada setiap anak.

 Latar belakang ekonomi menjadi pemicu bagi anak-anak berprestasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang telah dicapai oleh para siswa berprestasi di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Dengan demikian, faktor ekonomi tidak menjadi penghalang bagi pencapaian prestasi pada anak-anak siswa. Hal ini dapat menjadi contoh bagi para siswa-siswa yang lain, dengan belajar serius dan kerja keras dalam mencapai tujuan maka akan memperoleh hasil yang diharapkan.


(23)

D A F T A R P U S T A K A

Bangun, P. 2004. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia dalam Koentjaraningrat. Jakarta : Djambatan.

Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta

Batubara, Muhyi Abdul. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press Bloom, B.S. 1981. All Our Children Learning. A Premier for Parents, Teachers

an d Other Educators. New York: McGrawa-Hill Book Company.

Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Danandjaja, J. 1929. Kebudayaan Petani Desa Trunyam di Bali. Jakarta :UI Press

Danim, Sudarwan. 2003. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yokyakarta : Pustaka Pelajar.

Deporter, Bobby.1999. Quantum Teaching. Bandung : CV Kaifa.

Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Endrawarsa, S. 2003. Budi Pekerti Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: CV Adipura.

Fernandez, S.O. 1990. Citra Manusia Budaya Timur dan Barat. NTT: Nusa Indah Gultom. 1992. Pustaha Batak. CV Tulus Jaya

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Haviland, William A. 1985. Antropologi jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hendrarso, Emy Susanti. 2011. Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar. Dalam

Bagong Suyanto dan Sutinah (ed) “Metode Penelitian Sosial”. Jakarta: Kencana


(24)

Bangso Batak. Penerbit Tulus Jaya.

Hartoto. 2001. Pendidikan Rekreasi Prinsip Dan Metode. Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Olahraga.

Haviland, William A. 1993. Antropologi jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Geertz, Hildred.1985. Keluarga Jawa. Jakarta : PT Grafiti Pers.

Hutagalung, W. M. 1991. Pustaha Batak , Tarombo dohot turi- turian ni Bangso Batak. Penerbit Tulus Jaya.

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Ihromi, T.O. 2006. Pokok -Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Irianto, S. 2006. Perempuan Dan Hukum . Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Irmawati, 2009 . Motivasi Berprestasi Dan Pola Pengasuhan Anak Pada Suku Bangsa Batak Toba di Desa Parparean Taput. http ://www.irmawati. net. Diakses tanggal 15 Januari 2010.

Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Koentjaraningrat. 1997. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres

Koentjaraningrat. 1998. Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Garna, Judistira. 1992. Teori-Teori Perubahan Sosial. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran

Geertz, Hildred. 1985. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti

Koentjaraningrat.1996. Pengantar Antropologi I.Jakarta : PT Rineka Cipta. Koentjaraningrat. 1997. Pengantar Antropologi II .Jakarta : PT Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 1998. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia . Jakarta: Djambatan


(25)

Karhi, Nisjar, Winardi. 1997. Teori Sistem Dan Pendekatan Sistem Dalam Bidang Menajemen. Bandung : Penerbit Mandar Maju.

Lubis, Mochtar. 1985. Transformasi Budaya Untuk Masa Depan .Jakarta: Penerbit PT Inti Idayu Press.

Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Mulder. Niels. 1996. Pribadi dan Masyarakat Jawa. Jakarta: Sinar Harapan. Mulyana, Deddy. 2001. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Musa, Asy’ arie. 2002. Revolusi Kebudayaan Tanpa Kekerasan. Yokyakarta : Lespi.

Nainggolan, Togar. 2006. Batak Toba Di Jakarta Kontinuitas dan Perubahan Identitas. Medan: Bina Media.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Pannen, Paulina, 2004. Pembelajaran Kreatif Berbasis Seni Lokal. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pelly, Usman. 1994. Urbanisasi Dan Adaptasi. Jakarta: LP3ES Pidarta, Made.1997. Landasan Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Ranjaran, Jacobus. 2008. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro. Bandung: Alfabeta Bandung.

Rusli, Karim Muhammad. 1981. Seluk Beluk Perubahan Sosial. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Saifullah, Ali. 1982. Pendidikan Pengjaran Dan Kebudayaan. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Simanjuntak, B.A dan Nasikoen. 2007. Kapita Selekta Teori-Teori Antropologi Dan Sejarah Sosiologi. Medan: Bina Media Perintis.

Simanjuntak, B.A. 2008. Tradisi, Agama, Dan Akseptasi Modernisasi Pada Masyarakyat Pedesaan. Medan: Bina Media Perintis.


(26)

Simanjuntak, B.A. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Sihombing, T.M. 1989. Jambar Hata. CV : Tulus Jaya.

Suparlan, Parsudi. 1996. Manusia Kebudayaan Dan Lingkungan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sutrisno, Hadi. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta :Penerbit Andi.

Sukardi. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suhartono, Suparlan. 2005. Filsapat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta

Tanjung, S. 2008. Kecamatan Lubuk Pakam Dalam Angka. BPS Kecamatan Lubuk Pakam.

Tambunan , A. 2008 .Deli Serdang Dalam Angka. BPS Deli Serdang. Tarwojo. 2002. Antropologi Pendidikan Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Tilaar. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya Bandung.

Zuska, Fikarwin. 2008. Relasi Kuasa Antar Pelaku dalam Kehidupan Sehari-hari : Studi Kasus Di kancah Pengelolaan Sampah Kota. Medan: USU Press.

Antropologi, Jurnal Tahun 2006 , Vol .3 .No : 1-2 . Mei dan Desember 2006. Program Studi Antropologi Sosial Program Pascasarjana Unimed.

http://www.wikipedia.Prestasi Batak Toba


(1)

makan hal ini akan menjadi “tiket” bagi mereka untuk dengan mudah masuk ke jenjang perguruan tinggi negeri.

 Bagi Orang Batak, anak-anak yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi merupakan harta (hamoraon) yang tak ternilai harganya bagi orang tua dan membuat keluarga itu menjadi terpandang (hasangapon). Ketidakberhasilan di bidang pendidikan adalah bila seseorang tidak dapat menyelesaikan pendidikan hingga tingkat pendidikan tinggi atau hanya bersekolah hingga tamat SLTA ke bawah, sehingga tidak menjadi harta (hamoraon) bagi orang tua dan tidak membuat keluarga itu menjadi terpandang (hasangapon).

 Usaha yang gigih pada setiap aktivitas kehidupan untuk mencapai hagabeon, hamoraon, dan hasangapon berkaitan dengan motivasi berprestasi. Orang Batak Toba akan berusaha untuk memiliki "power" pada dirinya agar dapat mempengaruhi lingkungan atau berpengaruh dalam lingkungannya yang bermakna tercapainya motif mencapai hasangapon.

 Dalam pandangan hidup orang Jawa terdapat konsepsi tentang terciptanya tatanan yang meliputi urutan-urutan kehidupan seperti lahir, kawin, dan mati. Selain itu juga sikap nrimo, sehingga terdapat pandangan bahwa orang tua merasa sudah lega dengan pendidikan anak-anak yang hanya sebatas SMA saja.

 Anak-anak yang berasal dari kelompok etnis Jawa yang berprestasi tidak dipacu atas dasar nilai budaya yang menjadi tujuan hidup seperti orang


(2)

Batak Toba. Akan tetapi karena fasilitas dan sarana yang diberikan oleh orang tua untuk mendukung kegiatan belajarnya.

2. Saran

 Nilai-nilai budaya yang terinternalisasi melalui proses pengasuhan pada anak-anak menjadikan suatu dorongan bagi pencapaian prestasi. Akan tetapi kegigihan dalam mencapai prestasi juga didorong oleh strategi ataupun model pembelajaran yang diterapkan dalam setiap diri anak-anak didik seperti kerja keras, tekun, dan serius dalam belajar. Kegigihan dan kerja keras untuk merubah masa depan dimulai dari pendidikan yang secara serius dijalankan oleh setiap siswa. Latar belakang budaya menjadi salah satu pendorong yang dapat mebingkai pencapaian-pencapaian prestasi pada setiap anak.

 Latar belakang ekonomi menjadi pemicu bagi anak-anak berprestasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang telah dicapai oleh para siswa berprestasi di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Dengan demikian, faktor ekonomi tidak menjadi penghalang bagi pencapaian prestasi pada anak-anak siswa. Hal ini dapat menjadi contoh bagi para siswa-siswa yang lain, dengan belajar serius dan kerja keras dalam mencapai tujuan maka akan memperoleh hasil yang diharapkan.


(3)

D A F T A R P U S T A K A

Bangun, P. 2004. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia dalam Koentjaraningrat. Jakarta : Djambatan.

Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta

Batubara, Muhyi Abdul. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press Bloom, B.S. 1981. All Our Children Learning. A Premier for Parents, Teachers

an d Other Educators. New York: McGrawa-Hill Book Company.

Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Danandjaja, J. 1929. Kebudayaan Petani Desa Trunyam di Bali. Jakarta :UI Press

Danim, Sudarwan. 2003. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yokyakarta : Pustaka Pelajar.

Deporter, Bobby.1999. Quantum Teaching. Bandung : CV Kaifa.

Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Endrawarsa, S. 2003. Budi Pekerti Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: CV Adipura.

Fernandez, S.O. 1990. Citra Manusia Budaya Timur dan Barat. NTT: Nusa Indah Gultom. 1992. Pustaha Batak. CV Tulus Jaya

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Haviland, William A. 1985. Antropologi jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hendrarso, Emy Susanti. 2011. Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar. Dalam

Bagong Suyanto dan Sutinah (ed) “Metode Penelitian Sosial”. Jakarta: Kencana


(4)

Bangso Batak. Penerbit Tulus Jaya.

Hartoto. 2001. Pendidikan Rekreasi Prinsip Dan Metode. Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Olahraga.

Haviland, William A. 1993. Antropologi jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Geertz, Hildred.1985. Keluarga Jawa. Jakarta : PT Grafiti Pers.

Hutagalung, W. M. 1991. Pustaha Batak , Tarombo dohot turi- turian ni Bangso Batak. Penerbit Tulus Jaya.

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Ihromi, T.O. 2006. Pokok -Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Irianto, S. 2006. Perempuan Dan Hukum . Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Irmawati, 2009 . Motivasi Berprestasi Dan Pola Pengasuhan Anak Pada Suku Bangsa Batak Toba di Desa Parparean Taput. http ://www.irmawati. net. Diakses tanggal 15 Januari 2010.

Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Koentjaraningrat. 1997. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres

Koentjaraningrat. 1998. Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Garna, Judistira. 1992. Teori-Teori Perubahan Sosial. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran

Geertz, Hildred. 1985. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti

Koentjaraningrat.1996. Pengantar Antropologi I.Jakarta : PT Rineka Cipta. Koentjaraningrat. 1997. Pengantar Antropologi II .Jakarta : PT Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 1998. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia . Jakarta: Djambatan


(5)

Karhi, Nisjar, Winardi. 1997. Teori Sistem Dan Pendekatan Sistem Dalam Bidang Menajemen. Bandung : Penerbit Mandar Maju.

Lubis, Mochtar. 1985. Transformasi Budaya Untuk Masa Depan .Jakarta: Penerbit PT Inti Idayu Press.

Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Mulder. Niels. 1996. Pribadi dan Masyarakat Jawa. Jakarta: Sinar Harapan. Mulyana, Deddy. 2001. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Musa, Asy’ arie. 2002. Revolusi Kebudayaan Tanpa Kekerasan. Yokyakarta : Lespi.

Nainggolan, Togar. 2006. Batak Toba Di Jakarta Kontinuitas dan Perubahan Identitas. Medan: Bina Media.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Pannen, Paulina, 2004. Pembelajaran Kreatif Berbasis Seni Lokal. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pelly, Usman. 1994. Urbanisasi Dan Adaptasi. Jakarta: LP3ES Pidarta, Made.1997. Landasan Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Ranjaran, Jacobus. 2008. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro. Bandung: Alfabeta Bandung.

Rusli, Karim Muhammad. 1981. Seluk Beluk Perubahan Sosial. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Saifullah, Ali. 1982. Pendidikan Pengjaran Dan Kebudayaan. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Simanjuntak, B.A dan Nasikoen. 2007. Kapita Selekta Teori-Teori Antropologi Dan Sejarah Sosiologi. Medan: Bina Media Perintis.

Simanjuntak, B.A. 2008. Tradisi, Agama, Dan Akseptasi Modernisasi Pada Masyarakyat Pedesaan. Medan: Bina Media Perintis.


(6)

Simanjuntak, B.A. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Sihombing, T.M. 1989. Jambar Hata. CV : Tulus Jaya.

Suparlan, Parsudi. 1996. Manusia Kebudayaan Dan Lingkungan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sutrisno, Hadi. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta :Penerbit Andi.

Sukardi. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suhartono, Suparlan. 2005. Filsapat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta

Tanjung, S. 2008. Kecamatan Lubuk Pakam Dalam Angka. BPS Kecamatan Lubuk Pakam.

Tambunan , A. 2008 .Deli Serdang Dalam Angka. BPS Deli Serdang. Tarwojo. 2002. Antropologi Pendidikan Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Tilaar. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya Bandung.

Zuska, Fikarwin. 2008. Relasi Kuasa Antar Pelaku dalam Kehidupan Sehari-hari : Studi Kasus Di kancah Pengelolaan Sampah Kota. Medan: USU Press.

Antropologi, Jurnal Tahun 2006 , Vol .3 .No : 1-2 . Mei dan Desember 2006. Program Studi Antropologi Sosial Program Pascasarjana Unimed.

http://www.wikipedia.Prestasi Batak Toba