PRESTASI SISWA ETNIS BATAK TOBA DESA SERDANG KECAMATAN BERINGIN DI SMA NEGERI 1 BATANGKUIS KABUPATEN DELI SERDANG.

(1)

TESIS

PRESTASI SISWA ETNIS BATAK TOBA DESA SERDANG KECAMATAN BERINGIN DI SMA NEGERI 1 BATANG KUIS

KABUPATEN DELI SERDANG

Disusun Oleh :

IRWANSYAH NUR

NIM : 809525009

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Antropologi Sosial

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Irwansyah Nur,809525009: Prestasi Siswa Etnis Batak Toba desa Serdang Kecamatan Beringin Di SMA Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Penelitian ini mendeskripsikan apa saja faktor sosial budaya yang mempengaruhi Prestasi Siswa Etnis Batak Toba desa Serdang Kecamatan Beringin Di SMA Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Bagaimana prestasi siswa etnis Batak Toba serta bagaimana peran orang tua atau keluarga dalam mendukung pendidikan anak-anaknya agar berprestasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari etnis Batak Toba Desa Serdang, Kecamatan Beringin tidak satupun yang berprestasi antara rangking 1-10 di setiap tingkatan kelas.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengembangannya metode deskriptif. Data-data dihimpun dari dokumen pihak sekolah SMA Negeri 1 Batang Kuis, melakukan observasi atau pengamatan terhadap prilaku siswa etnis Batak Toba di sekolah maupun di lingkungan pergaulan di luar sekolah serta dengan memanfaatkan literatur untuk menambah pengetahuan.

Anak-anak etnis Batak Toba yang ada di SMA Negeri 1 Batang Kuis yang berasal dari desa Serdang tidak menunjukkan adanya prestasi yang memuaskan. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi rendahnya prestasi siswa etnik batak toba desa Serdang di SMA Negeri 1 Batang Kuis yaitu disebabkan oleh keadaan ekonomi atau kemiskinan, pola asuh orang tua yang kurang baik dalam mendidik dan mengawasi anak-anak, serta pendidikan orang tua yang rendah mengakibatkan ketidaktahuan orang tua tentang pendidikan anak-anaknya. Kemiskinan yang dihadapi keluarga etnis Batak Toba di desa Serdang tentu mempengaruhi prestasi belajar terutama dalam penyediaan fasilitas belajar seperti buku, alat tulis dan pemilihan sekolah serta kadang kala siswa kurang percaya diri akibat keadaan ekonomi keluarga. Pola asuh yang cenderung pembiaran anak sepulang dari sekolah dan tidak memperhatikan anak maka anak-anak akan cenderung menyimpang, dan lingkungan pergaulan yang cenderung tidak mencerminkan lingkungan berpendidikan. Lingkungan siswa yng kumuh, banyak pengangguran, dan anak terlantar sehingga siswa sulit mendapatkan teman belajar, diskusi, dan meminjam alat-alat belajar yang tidak dimilikinya.Tingkat prestasi siswa rendah dan bahkan tidak satupun dari keseluruhan siswa SMA Negeri 1 Batang kuis yang memiliki prestasi 1 sampai 10. Pola perilaku tidak begitu antusias dengan prestasi dan sekolah dan berpendapat bahwa tidak begitu penting prestasi yang penting dapat sekolah dan memiliki ijazah.


(5)

ABSTRACT

Irwansyah Nur, 809525009. Students performance of Batak Toba ethnic, Serdang village, Beringin district, at SMA Negeri 1 Batang Kuis, Deli Serdang regency. This research describe what are the socio-cultural factors that affecting the student performance of Batak Toba ethnic Serdang village, Beringin district, at SMA Negeri 1 Batang Kuis, Deli Serdang regency. How is the Batak Toba ethnic student performance, and how is their parents and family role to support the children’s education to be succeed. From the research result showed the student form Batak Toba ethnic at Serdang village Beringin district, no one achieve the 1-10 ranks in the every level.

This research used qualitative method with the development to the descriptive method. Datas collected from SMAN 1 Batangkuis, or observation to the student behavior of Batak Toba ethnic in the school and in the society neighborhood outside the school, also with using literature to increasing knowledge.

Children of Batak Toba ethnic at SMAN 1 Batang Kuis, which come from Serdang village, not showing any satisfy achievement. Socio-cultural factor that affect the low student performance of Batak Toba ethnic, Serdang village at SMA Negeri 1 Batang Kuis, caused by financial condition or the poverty, the poor parenting system in educating and supervising their children, and also less education of the parents that caused the unknowing about their children education today. The poverty that faced by the Batak Toba ethnic family also affect the study performance, mainly in suplying study facilities such as books, stationaries and school election, also sometimes the student became less confidence because the family financial condition. Many students of Batak Toba ethnic from Serdang village do the deviant act, such as play truant, against their teachers and parents, even to the biger cases so not a bit students expelled from school. That condition motivated by the less knowledge of their parents about education, so they not know much about children necessity that related to the study. The parenting system that not able to develop their children to be better. Even the children not allowed to make some financial contribute, so majority of Batak Toba ethnic at Serdang village sustain in the poverty. The parenting system that tend to let their children after school and not supervise their children so the children will tend to deviate and tend to not reflect educative environtment. The student dirty environment, many unemployee, and neclegted children, so the students hard to get a study-mate, to discuss, to borrow school tools that they don’t have. The students performance level is low, and event not one of the students SMA Negeri 1 Batang Kuis that have performance 1 to 10. The pattern of behavior is not enthusiastic with performance and school, and the opinion about not too important


(6)

to have a good performance but the most important is could go to school and get the graduation certificate.


(7)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena segala rahmat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul : Prestasi Siswa Etnis Batak Toba Desa Serdang Kecamatan Beringin Di SMA Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memproleh gelar Magister Sains pada program studi Antropologi Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Penulis mengambil judul tersebut karena berdasarkan pengalaman pribadi saat pernah mengajar di SMA Negeri 1 tersebut.

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itulah penulis mengucapkan terima kasih kepada ibunda, istri tercinta Ririn Deswita serta anak – anak tersayang Sabrina Nadhira dan M. Riwanda Firdaus Zain yang selalu berdoa dalam tiap ibadah mereka serta memberikan dorongan dan motivasi agar selalu semangat dalam menyelesaikan studi penulis. Juga terima kasih saya ucapkan kepada :

1. Dr.phil. Ichwan Azhari, MS selaku pembimbing I dan juga sebagai ketua Program Studi Antropologi Sosial dan Prof. Dr. Robert Sibarani, M.Si selaku pembimbing tesis II serta Bapak Dr.Hidayat, M.Si selaku sekretaris Program Studi Antropologi yang telah banyak memberikan motivasi dan pemikiran-pemikiran yang berkualitas sejak awal penulisan proposal hingga tesis ini selesai.


(8)

2. Dr.Deni Setiawan,M.Si, Dr.Hidayat,M.Si, dan Dr.Pujiati,M.Soc selaku tim penguji yang memberikan arahan disaat seminar proposal tesis sampai dengan sidang mempertahankan tesis demi kesempurnaan tesis ini.

3. Drs. Darwin,MM yang telah banyak membantu dalam hal dokumen-dokumen sekolah selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Batang Kuis, serta rekan-rekan guru, staf administrasi serta siswa di SMA Negeri 1 Batang kuis.

4. Bapak Batara Harahap, sebagai Camat di Kecamatan Beringin yang telah memberikan motivasi serta informasi data untuk kebutuan penulis.

5. Bapak H. Habeahan, sebagai Kepala Desa Serdang, M. Yusuf Sitorus selaku Kaur Umum desa Serdang serta para orang tua siswa dari desa Serdang atas informasi dan data yang diberikan untuk keperluan penulis.

6. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen di PPS Unimed, khususnya di Program Studi Antropologi yang telah memberikan pengetahuan yang banyak selama mengikuti perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tumpal Simarmata selaku ketua kelas, serta rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009 yang memberikan motivasi agar tesis ini cepat selesai


(9)

Medan, Maret 2014


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 8

1.3.Perumusan Masalah 9

1.4.Tujuan Penelitian 9

1.5.Manfaat Penelitian 10

BAB II KAJIAN TEORI 12

2.1. Pengertian Kebudayaan 12

2.2. Pengertian Pendidikan 13

2.3.Pandangan Terhadap Pendidikan yang Multikultural 17

2.4.Konsep Kemiskinan 24

a. Defenisi Kemiskinan 24

b. Kebudayaan Kemiskinan 26


(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34

3.1. Lokasi dan Jenis Penelitian 34

3.2. Objek Penelitian 35

3.3. Teknik Pengumpulan Data 35

3.4. Teknik Analisis Data 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….37

4.1.Letak Geografis……….37

4.2.Identitas dan Nilai Budaya Etnik Batak Toba………..40

4.3.Sejarah SMA N 1 Batang Kuis……….54

4.4.Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Prestasi……….59

4.5.Prestasi Belajar Siswa Etnis Batak Toba di Serdang………....76

4.6.Peran orang tua dalam mendukung anak………..89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 104

5.2. Saran 108

DAFTAR PUSTAKA


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas, selain itu, Indonesia termasuk salah satu dari sekian puluh negara berkembang. Sebagai negara berkembang, menjadikan pendidikan sebagai salah satu sarana strategis dalam upaya membangun jati diri bangsa adalah sebuah langkah yang bagus, relatif tepat, dan menjanjikan pendidikan yang layak dan kelihatannya tepat dan kompatibel untuk membangun bangsa kita adalah dengan model pendidikan multikultural. Berkaitan dengan hal ini, maka pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis,budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan, umur dan ras.

Pendidikan multikultural sudah ada sejak bangsa Indonesia ini ada. Falsafah bangsa Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika, suka gotong royong, membantu, dan menghargai antar satu dengan yang lainnya. Dapat dilihat dalam bangsa ini yang sarat dengan masuknya berbagai suku bangsa asing dan terus berakulturasi dengan masyarakat pribumi. Misalnya etnis Cina, etnis Arab, etnis Arya, etnis Erofa, etnis Afrika dan sebagainya. Semua suku itu ternyata secara kultural telah mampu beradaptasi dengan suku-suku asli negara Indonesia. Misalnya suku Jawa, Batak, Minang, Bugis, Ambon, Papua, suku Dayak, dan


(13)

suku Sunda. Proses adaptasi dan akulturasi yang berlangsung di antara suku-suku tersebut dengan etnis yang datang kemudian itu, ternyata sebagian besar dilakukan dengan damai tanpa adanya penindasan yang berlebihan. Proses inilah yang dikenal dengan pendidikan multikultural. Hanya saja model pendidikan multikultural ini semakin tereduksi dengan adanya kolonialisasi di bidang politik, ekonomi, dan mulai merambah ke bidang budaya dan peradaban bangsa.

Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai, keyakinan, heterogenitas, pluralitas dan keragaman, apapun aspeknya dalam masyarakat. Dengan demikian, pendidikan multikultural yang tidak menjadikan semua manusia sebagai manusia yang bermodel sama, berkepribadian sama, berintelektual sama, atau bahkan berkepercayaan yang sama pula.

Pendidikan yang sebenarnya bagi bangsa Indonesia bukanlah pendidikan keterampilan belaka, melainkan pendidikan yang harus mengakomodir semua jenis kecerdasan yang sering dikenal dengan nama kecerdasan ganda (multiple

intelligence).

Pendidikan multikultural sebagai resistensi fanatisme yang mengarah pada berbagai jenis kekerasan. Kekerasan muncul ketika saluran kedamaian sudah tidak ada lagi. Kekerasan tersebut sebagai akibat dari akumulasinya berbagai persoalan masyarakat yang tidak diselesaikan secara tuntas dan saling menerima. Ketuntasan penyelesaian berbagai masalah masyarakat adalah prasyarat bagi munculnya kedamaian. Fanatisme yang sempit juga bisa meyebabkan munculnya kekerasan. Fanatisme ini juga berdimensi etnis, bahasa, suku, agama, atau bahkan


(14)

sistem pemikiran baik di bidang pendidikan, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.

Pertimbangan-pertimbangan itulah yang barang kali perlu dikaji dan direnungkan ulang bagi subjek pendidikan di Indonesia. Inilah yang diharapkan menjadi salah satu pilar kedamaian, kesejahteraan, kebahagian, dan keharmonisan kehidupan masyarakat Indonesia.

Sudah sejak lama beberapa hasil studi menunjukkan bahwa budaya organisasi sekolah yang sehat dan kuat berkorelasi sangat kuat dengan peningkatan prestasi dan motivasi murid, produktivitas dan kepuasan kerja guru. Begitu juga studi yang dilakukan Fyans, Jr. dan Maehr tentang pengaruh dari lima dimensi budaya organisasi di sekolah yaitu : tantangan akademik, prestasi komparatif, penghargaan terhadap prestasi, komunitas sekolah, dan persepsi tentang tujuan sekolah menunjukkan survey terhadap 16310 siswa tingkat empat, enam, delapan dan sepuluh dari 820 sekolah umum di Illionis, melalui budaya organisasi sekolah yang kuat, mereka lebih termotivasi dalam belajarnya. Peterson & Deal (1998) mengatakan pula pola budaya sejak lama memiliki dampak yang kuat terhadap kinerja dan membentuk cara orang untuk berfikir, bertindak dan merasakan.

Dengan demikian Pendidikan multikultural merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain pendidikan multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktifitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang-orang non Eropah.


(15)

Pada konteks Indonesia, perbincangan tentang konsep pendidikan multikultural semakin memperoleh momentum pasca runtuhnya rezim otoriter militeristik orde baru karena hempasan badai reformasi. Era reformasi ternyata tidak hanya membawa berkah bagi bangsa kita namun juga memberi peluang meningkatnya kecenderungan primordialisme. Untuk itu, dirasakan kita perlu menerapkan paradigma pendidikan multikultural untuk menangkal semangat primordialisme. Paradigma pendidikan multikultural dalam konteks ini memberi pelajaran kepada kita untuk memiliki apresiasi respek terhadap budaya dan agama-agama orang lain. Atas dasar ini maka penerapan multikulturalisme menuntut kesadaran dari masing-masing budaya lokal untuk saling mengakui dan menghormati keanekaragaman budaya yang dibalut semangat kerukunan dan perdamain. Paradigma multikultural secara implisit juga menjadi salah satu concern dari pasal 4 UU No.20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif, dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Penulis yang pernah menjadi guru di Kabupaten Deli Serdang, sebagai seorang guru penulis merasakan adanya perbedaan prestasi belajar dan karakter dari siswa-siswi yang terdiri dari beberapa suku. Dan hal ini menjadi perbincangan oleh para guru di sekolah tempat penulis mengajar. Siswa-siswi yang dari suku Batak Toba selalu menjadi permasalahan dengan kenakalannya maupun kurang mampu dalam mengikuti mata pelajaran yang diajarkan. Dan banyak diantara mereka yang harus tinggal kelas ataupun drop out dari sekolah karena tidak mampu mengikuti mata pelajaran yang dibebankan. Mayoritas dari


(16)

mereka adalah yang berdomisili di Desa Serdang, salah satu desa di Kecamatan Beringin yang penduduknya dominan dari suku Batak Toba yang mempunyai latar belakang ekonomi rendah. Mata pencaharian mereka sehari-hari kebanyakan menjadi petani, apakah mengolah tanah sendiri maupun mengolah tanah orang lain dengan mengambil upah. Selain itu ada juga yang berternak, berdagang, menjadi pegawai dan lain-lain. Jika terjadi kenakalan siswa seperti perkelahian, pencurian, bolos sekolah, melawan guru serta siswa yang prestasi belajarnya sangat jelek, hampir selalu dilakoni oleh siswa-siswi dari etnis Batak Toba.

Hal ini bertolak belakang dengan yang penulis dapatkan dan dengar dalam kehidupan sehari-hari tentang orang-orang dari suku Batak Toba yang terkenal dengan kegigihannya dan berprestasi dalam bidang pendidikan. Seperti pada sekolah-sekolah lain penulis mendengar bahwa siswa-siswi suku bangsa Batak Toba jauh lebih menonjol prestasi belajarnya dibandingkan siswa-siswi dari suku bangsa lainnya. Suku Batak Toba yang terkenal gigih dalam dalam usaha tidak penulis dapatkan pada peserta didik. Simanjuntak (2009 : 142) dalam bukunya menuliskan pandangan orang Batak Toba, kebudayaannya memiliki sistem nilai budaya yang amat penting yang menjadi tujuan dan pandangan hidup mereka secara turun menurun yakni kekayaan (hamoraon), banyak keturunan (hagabeon) dan kehormatan (hasangapon). Banyak tokoh-tokoh nasional, pengusaha yang terkenal, orang-orang yang sukses yang berasal dari etnis Batak Toba. Kebanyakan dari mereka mempunya latar belakang ekonomi yang sangat susah dan dengan usaha yang ulet mereka mencapai keberhasilan pada bidangnya masing-masing. Hal ini yang menggugah rasa ingin tahu penulis untuk


(17)

menelitinya. Sehingga penulis ingin meneliti lebih lanjut terhadap siswa-siswi etnis Batak Toba tempat penulis mengajar.

Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, kelas, (Sleeter and Grant, 1988). Pendidikan multikultural adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang (Skeel, 1995). Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas (Liliweri, 2005). Pendidikan multukultural didefinisikan sebagai sebuah kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di dalam masyarakat. Pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya (Banks, 1993).

Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnis, kelompok budaya yang berbeda. Dengan demikian sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dari


(18)

nilai-nilai demokrasi. Kurikulum menampakkan aneka kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek; dimana para pelajar lebih baik berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka di antara sejumlah pelajar yang berbeda dalam hal ras, etnis, budaya dan kelompok status sosialnya.

Pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pendidikan multikultural bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme lewat kurikulum yang berperan bagi kompetisi budaya individual.

Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat (Savage & Armstrong, 1996). Pendidikan multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. (Farris & Cooper, 1994).


(19)

Tujuan pendidikan dengan berbasis multikultural dapat diidentifikasi: (1) untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; (2) untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnis, kelompok keagamaan; (3) memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; (4) untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok (Banks, dalam Skeel, 1995)

Di samping itu, pembelajaran berbasis multikultural dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan (Dickerson, 1993; Banks, 1994); yang bertujuan untuk: (1) membantu siswa atau siswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat; (2) memajukan kekebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnis dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.

1.2. Identifikasi masalah.

SMA Negeri 1 Batang Kuis memiliki siswa-siswi yang berasal dari berbagai etnis atau suku bangsa, namun siswa dari etnis Batak Toba merupakan dominan lebih sering bermasalah karena kenakalannya dan lebih rendah prestasi belajarnya. Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, terdapat juga faktor-faktor sosial budaya yang mempengaruhi suatu etnis untuk berprestasi. Dari banyaknya masalah yang dihadapi, diperkirakan sebagai faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa maka penulis mencoba mengidentifikasikannya adalah Prestasi Pendidikan Siswa SMA Negeri 1 Batang Kuis Pada Komunitas


(20)

miskin Etnis Batak Toba di Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten DeliSerdang.

1.3. Rumusan Masalah

Dilandasi dengan hal tersebut, rumusan permasalahan yang ingin diteliti adalah:

1. Apakah faktor sosial budaya yang mempengaruhi prestasi siswa SMA Negeri 1 Batang Kuis Pada Komunitas Miskin Etnis Batak Toba di Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa etnis Batak Toba di SMA Negeri 1 Batang Kuis ?

3. Bagaimana peran orang tua ataupun keluarga dalam mendukung anak-anaknya untuk lebih giat dan berprestasi dalam belajar ?

1.4.Tujuan Penelitian.

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui faktor-faktor sosial budaya yang mempengaruhi prestasi siswa etnis Batak Toba di SMA Negeri 1 Batang Kuis Pada Komunitas Miskin Etnis Batak Toba di Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten DeliSerdang.

2. Mendiskripsikan tentang prestasi belajar siswa etnis Batak Toba di SMA Negeri 1 Batang Kuis.

3. Mengetahui bagaimana peranan orang tua ataupun keluarga dalam mendukung anak-anaknya untuk lebih giat dan berprestasi dalam belajar.


(21)

1.5.Manfaat Penelitian:

Adapun yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat bagi guru-guru untuk memahami latarbelakang sosial ekonomi dari siswa yang

beragam etnis.

b. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk masyarakat maupun lembaga terkait serta sekolah dalam rangka menangani masalah anak dalam pendidikannya.

2. Kegunaan teoritis

a. Secara teoritis diharapkan memperkaya khasanah antropologi dalam rangka memahami nilai-nilai budaya etnis Batak Toba dalam rangka pendidikan anak-anaknya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi rujukan dalam penelitian lebih lanjut dan mendalam terhadap prestasi anak etnis Batak Toba

c. Diharapkan dapat menjadi sarana yang mendeskripsikan bagaimana pola kebudayaan termasuk sosial ekonomi etnis Batak Toba dalam memotivasi anaknya.


(22)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

SMA Negeri 1 Batang Kuis memiliki siswa-siswi yang berasal dari berbagai etnis atau suku bangsa, namun siswa dari etnis Batak Toba merupakan dominan lebih sering bermasalah misalnya kenakalannya dan lebih rendah prestasi belajarnya. Berdasarkan hasil temuan dan analisis maka saya menyimpulkan :

1. Faktor sosial budaya yang paling berpengaruh terhadap prestasi siswa etnis Batak Toba dari desa Serdang tersebut rendah seperti kemiskinan, pola asuh orang tua dan pendidikan rendah serta lingkungan pergaulan yang kurang baik. Data wawancara dengan warga etnis Batak Toba di desa Serdang menunjukkan bahwa rata-rata orang tua anak-anak tersebut bekerja membanting tulang di sawah dan di ladang. Dalam kondisi miskin tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kehidupan anak baik dalam lingkungan sekolah maupun di rumah.

Dengan sosial ekonomi yang rendah seperti masyarakat etnis Batak Toba di desa Serdang tentu tidak akan mampu untuk menyediakan fasilitas belajar yang baik seperti buku, alat tulis hingga pemilihan tempat sekolah yang lebih berkualitas. Anak-anak tentu saja tidak dapat disekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, karena sebagian orang tua siswa sudah kewalahan menyekolahkan anaknya meskipun masih setingkat SMA seperti saat ini. Meskipun demikian, tidak ada salahnya jika anak-anak dilibatkaan oleh orang tua untuk membantu kehidupan orang tua mereka.


(23)

2 Tetapi realitanya tidak seperti itu, orang tua yang tamat SMP, bekerja ke sawah dan ladang, anak-anak tidak dilibatkan, tetapi sore hari berkumpul di kedai tuak yang kadang bergabung dengan anaak-anaknya. Tentu jika kondisi demikian maka kemiskinan akan terus menimpa mereka karena kurang gigih dalam merubah nasibnya.

Pendidikan orang tua yang rendah rata-rata hanya setingkat SMP tentu berbeda pola pikirnya dengan yang sudah tamat SMA bahkan yang sarjana. Motivasi untuk pendidikan yang lebih baik sangat kurang, hal ini terbukti dengan kehadiran para orang tua pada kegiatan-kegiatan di sekolah yang melibatkan para orang tua. Orang tua siswa tidak banyak yang peduli terhadap kegiatan anaknya di sekolah. Seolah-olah orang tua sudah menggantungkan harapannya kepada para guru tanpa memberikan didikan yang bermanfaat pada anak-anak di lingkungan keluarga.

Interaksi antar siswa etnis Batak Toba di SMA Negeri Batang Kuis dengan siswa lainnya juga berlangsung kurang efektif. Pada umumnya mereka bergaul dan berinteraksi yang hanya cendrung dengan sesama siswa yang berasal dari Desa Serdang saja. Kecendrungan kurangnya interaksi ini terlihat dari keengganan mereka bergaul dengan etnis Batak dari desa lain maupun etnis lainnya yang ada disekolah tersebut, seperti etnis Jawa, Melayu, Minang Kabau mapun etnis lainnya. Namun kebersamaan mereka dengan sesama etnis Batak Toba yang dari Desa Serdang sangat berbeda (pertemanan terlihat lebih kompak). Bahkan


(24)

3 mereka sering bersama-sama melakukan pengeroyokan apabila salah satu dari teman mereka diganggu oleh suku/etnis lainnya.

2. Prestasi belajar siswa etnis Batak Toba di SMA Negeri 1 Batang Kuis. Prestasi belajar siswa Etnis Batak Toba yang berasal dari Desa Serdang jauh di bawah dari etnis lain, maupun dari etnis Batak Toba yang berasal dari desa lain ( etnis Batak Toba yang ukan berasal dari desa Serdang. Ini diperoleh dari data hasil ujian harian atau bulanan siswa di SMA Negeri Batang Kuis. Bahkan diantara siswa masih didapati yang sulit berbahasa Indonesia.

Perolehan prestasi siswa dari kelompok etnis batak di SMA Negeri 1 Batang Kuis yang berasal dari desa Serang sangat susah dijumpai dan bahkan dapat di kategorikan tidak pernah meraih prestasi belajar yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa pada setiap semesternya, rata-rata siswa yang memperoleh prestasi adalah anak-anak diluar dari komunitas etnis batak yang berasal dari desa Serdang. Dari 31 siswa etnis Batak Toba yang berprestasi, keseluruhan siswa ini tidak satupun berasal dari siswa etnis Batak Toba Desa Serdang yang mendapat nilai 10 orang terbaik. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa dari kelompok etnis Batak Toba yang berasal dari Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten DeliSerdang tingkat prestasinya rendah dan bahkan tidak satupun dari keseluruhan siswa SMA Negeri 1 Batang kuis yang memiliki prestasi 1 sampai 10.


(25)

4 Pola perilaku tidak begitu antusias dengan prestasi dan sekolah itu sangat gampang kita temukan di SMA ini. Dimana para siswa kelompok etnis Batak Toba ini berpendapat bahwa tidak begitu penting prestasi yang penting dapat sekolah dan kelak memiliki ijazah.

3. Peran keluarga dalam memotivasi anak

Berdasarkan data dari lapangan, maka sepertinya harapan para orang tua jaman dahulu terhadap anak-anaknya sudah berbeda dengan harapan para orang tua yang berada di Serdang Kecamatan Batang Kuis. harapan yang begitu besar disertai usaha yang gigih tentu akan menjadikan anak sampai pada tujuan. Namun berdasarkan data yang dihimpun menunjukkan orang tua di desa Serdang yang kurang berperan aktif memotivasi pendidikan anak-anaknya. Hal ini dapat dilihat ketika kegiataan anak-anak di rumah bersama orang tua meminum tuak. Tentu saja dengan kebiasaan seperti ini anak-anak tidak bersemangat di sekolah karena ada anggapan orang tua mereka pun tidak marah kalau anaknya juga ikut-ikutan dengan tingkah orang tua yang minum-minum tuak di kedai tuak.

Orang tua berperan besar dalam mendukung anak-anak mereka. Latar belakang orang tua atau keluarga seperti pekerjaan, dan pendidikan orang tua sangat mempengaruhi perhatian dan dukungan mereka terhadap anak-anak untuk berprestasi di sekolah mereka.


(26)

5

2. Saran

Bagi sekolah pendidikan merupakan usaha dan tanggung jawab bersama baik sekolah, orang tua, dan masyarakat, oleh karena itu penanganannya pun tidak dapat dibebankan kepada salah satu pihak.Pihak sekolah khususnya, hendaknya memberikan pelayanan yang baik bagi para siswanya. Guru sebagai orang yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di kelas adalah yang lebih bagi para siswanya. Dikelas adalah yang lebih baik mengetahui perkembangan belajar siswa dan orang yang berpengaruh dalam pencapaian prestasi siswa.Dengan pemahaman dan posisi tersebut, guru dapat membantu siswa dengan menciptakan atau menggunakan strategi yang mendorong siswa untuk dapat merealisasikan kemampuannya masing-masing. Selain itu juga hal-hal yang tak kalah penting yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah terutama guru adalah sebagai berikut :

1. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pihak sekolah sebaiknya melibatkan keluarga siswa, di samping itu berusaha untuk mengungkapkan lebih jauh prestasi belajar yang dicapai siswa dengan segala permasalahannya yang berkaiatan dengan kesulitan belajar di rumah.

2. Memberikan pengajaran remedial dan jam tambahan (les) 3. Membentuk kelompok belajar dengan pengawasan guru

4. Menggunakan metode belajar yang bervariasi dengan harapan siswa dapat mengembangkan aktivitas dan kreatif dalam belajarnya.

5. Bagi orang tua dengan adanya pengaruhnya kesulitan belajar di rumah terhadap prestasi belajar siswa, maka jelaslah betapa pentingnya


(27)

6 bimbingan keluarga kepada siswa yang menghadapi kesulitan dalam belajarnya.

Ada beberapa alternatif usaha yang dapat dilaksanakan oleh keluarga adalah : 1. Memberikan perhatian dan menciptakan suasana lingkungan rumah

yang nyaman untuk belajar

2. Menyediakan perhatian dan menciptakan fasilitas belajar yang mendukung terhadap kelancaran dan keberhasilan belajar, misalnya waktu, tempat dan perlengkapan.

3. Mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah khususnya guru kelas untuk mengawasi perkembangan belajar anak.


(28)

1 DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhamad. 2003. Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan

Menjalin Kebersamaan. Jakarta. Penerbit Buku Kompas. Bandung :

Penerbit Mandar Maju.

Annette, Lareau. 2003. Unequal Childhoods: Race, Class, and Family Life. University of

California Press

Apple, M. & Zenk, C., 1996. American realities: Poverty, economy, and

education.Cultural

Politics and Education. 68-90.

Bangsa Batak Toba di Desa Parparean Taput, http ://www, Bangso Batak.

Penerbit Tulus Jaya.

Banks, J.A. 1991. “Multicultural Education: Its Effects on Studies’ Racial and

Gender Role Attitude” In Handbook of Research on Sociel Teachng and

Learning. New York: MacMillan.

Banks, J.A. 1992. “Multicultral Education: Historical Development, Dimentions

and Practice” In Review of Research in Education, Vol 19, edited by L

Darling-Hammond, Washington, D.C.: American Educational Research

Association.

Banks, J. A. 1993. “Multicultural Educatian: Historical Development,

Dimentions and Practrice” In Review of Research in Education, vol. 19,

edited by L. Darling- Hammond. `Washington, D.C.: American

Educational Research Association.

Banks, J. A. 1993. “Multicultural Education: Its Effects on Studies’ Racial abd

Gender Role Attitude” In Handbook of Research on Social Teaching and

Learning. New York.: MacMillan.

Banks, J. A. 1994b. Multiethnic Education: Theory and Practice, 3rd ed. Boston: Allyn and Boston

Benedict, Ruth. 1962, Pola Pola Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Rakyat Bennett,C. & Spalding,E. 1992. “Teaching the Social Studies: Multiple

Approaches for Multiple Perspectives”. In Theory and Reseach in Social

Education. XX:3(263-292).


(29)

2

by the Study Group on the National Assessment of Student Achievement.

Bogard, K. 2005. Affluent adolescents, depression, and drug use: The role of

adults in their lives. Adolescence, 40, 281-306.

Boushey, Heather and Weller, Christian. 2005. Inequality Matters: The Growing

Economic Divide in America and its Poisonous Consequences.. “What the

Numbers Tell Us.” Pp 27-40. Demos.

Bredekamp, S., & Rosegrant, T. 1992. Reaching potentials: Introduction. In S. Bredekamp & T. Rosegrant (Eds.), Reaching potentials: appropriate

curriculum and assessment for young children (Vol. 1, pp. 2-8).

Washington, DC: National Association for the Education of Young Children.

Budi, Santono S. 2010. Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak?. Jogjakarta: Diva Press

Byrnes, D.A. 1988. “Children and Prejudice”. Social Education. 52 (267-271).

Casanova, F. P., Garcia-Linares, M.C., Torre, M.J., & Carpio, M.V., 2005.

Influence Of Family And Socio-Demographic Variables On Students With Low Academic Achievement. Educational Psychology. 25(4). 423-435.

Cerita Sekolah Alam Depokhttp://munifchatib.wordpress.com/2009/10/24/ Christle, A., Jovilette,K., Nelson, M.C., 2007 School Characteristics Related to

High School Dropout Rates. Remedial and Special Education, 28(6)

325-339

Crnic, K., & Lamberty G. 1994, April. Reconsidering school readiness:

Conceptual and applied perspectives. Early Education and Development

5(2), 99-105. Available

online:http://readyweb.crc.uiuc.edu/library/1994/crnic1.html

Danandjaja, J, 1989, Kebudayaan Petani Desa Trunyam di Bali. Jakarta: UI Press Danim, Sudarwan, 2003 Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta : Deporter, Bobby, 1999. Quantum Teaching. Bandung : CV Kaifa. Djambatan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004. Pedoman Pengintegrasian

qPembelajaran BerbasisBudaya.

Doni Koesoema, A. 2007. Tiga Matra Pendidikan Karakter. Dalam Majalah


(30)

3 Economyprofessor.6 April 2008.

http:www.economyprofessor.com/incomehypothesis.php

Farris, P. J. & Cooper, S. M. 1994. Elementary Social Studies: a Whole language

Approach. Iowa: Brown&Benchmark Publishers.

Farris,P.J.&Cooper,S.M.1994.Elementary Social Studies: a Whole language Approach. Iowa: Brown&Benchmark Publishers.

Fortos,M. 1949, The Web of Kinship Among the Tallensi. London: Oxford University Press.Govt. of Pakistan. 2008 National Center for Educational Statistics. Islamabad, Statistical

Fred Luthan. 1995. Organizational Behavior. Singapore: McGraw-Hill.

Fyans, Jr. dan Maehr.https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/27/budaya-organisasi-di-sekolah/

Division.H.Jeanve , Sociology of Education, New Jersey, Englewood Cliffs. Psychological Bulletin, Vol 91(3), May 1982.

Gultom, 1992, Pustaha Batak : CV Tulus Jaya

Hartoto, 2001. Pendidikan Rekreasi Prinsip Dan Metode. Jakarta Pusat : Direktorat

Haviland, William A, 1985. Antropologi jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hay Group. “Intervention: Managerial Style & Organizational Climate

Assessment”. (http://www. hayresourcesdirect. haygroup.com/

Misc/style_climate_intervention.asp.) 2003

Hutagalung, W.M. 1991. Pustaha Batak, tarombo dohot turi-turian ni

Ihromi, T.O. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Illich, Ivan. 2008. Bebaskan Masyarakat Dari Belenggu Sekolah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Indratno, A.F.T. 2008. Kurikulum yang Mencerdaskan : Visi 2030 dan

Pendidikan Alternatif. Jakarta : Erlangga.


(31)

4 Irmawati, 2009. Motivasi Berprestasi Dan Pola Pengasuhan Anak Pada Suku

Irmawati. net. Diakses tanggal 15 Januari 2010. Jakarta : Djambatan. Jenderal Olahraga.

Joan Gaustad. School Displine

(http://eric.uoregon.edu/publication/digests/digest078.html) . ERIC Digest 78. December 1992.

K. Garna, Judistira, 1992. Teori-Teori Perubahan Sosial. Bandung : Program Jakarta : UI Press

Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah

Pertama . Jakarta

Koentjaraningrat, 1987. Sejarah Teori Antropologi I. UI-Press: Jakarta Koentjaraningrat, 1998. Pengantar Antropologi I. Jakarta : PT Rineka Cipta. Koentjaraningrat, 2004. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan

Koentjaraningrat, 2004. Pengantar Antropologi II. Jakarta : PT Rineka Cipta. Lewis, Oscar. 1988. Kisah Lima Keluarga .Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Liddle, R. W. 1970. Ethnicity, Party, And National Integration: An Indonesian

Case Study. New Haven: Yale University Press.

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik :Komunikasi Lintas Budaya

Masyarakat Multikultur.LKiS Pelangi Aksara.Yogyakarta.

Lubis, Mochtar, 1985. Transformasi Budaya Untuk Masa Depan. Jakarta: Inti Idayu Press

Luthan, Fred. 1995. Organizational Behavior. Singapore: McGraw-Hill.

Mahfud. Choirul. 2009. Pendidikan Multikultural. Yongyakarta: Pustaka Pelajar. McClelland, 1987, Irmawati, 2009. Motivasi Berprestasi Dan Pola Pengasuhan

anak Pada Suku

Bangsa Batak Toba di Desa Parparean Taput. Pascasarjana Universitas

Padjadjaran Pelajar. Penerbit PT. Inti Idayu Press. Pustaka Pelajar. Megawangi, R., Latifah, M., W. F. 2004. Pendidikan Holistik. Cimanggis :


(32)

5 Morgan, C. T., King, R. A., Weisz, J. R., dan Schopler, J. 1986. Introduction to

Psychology (7th ed.), Singapura: McGraw Hill International Book Co.

Nainggolan,Togar. 2006. Batak Toba di Jakarta. Medan: Bina Media Perintis.

Peterson, K. D. & Deal, T. E. 1998. How Leaders Influence The Culture Of

Schools. Educational Leadership.

Sairin, Sjafri dan Semedi, Pujo. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta : PustakaPelajar.

Sajogyo. 1982. Bunga Rampai perekonomian Desa. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Savage, T. V.,& Armstrong, D. G. 1996. Effective Teaching in Elementary Social

Studies. Ohio: Prentice Hall.

Sihombing, TM. 1986. Filsafat Batak. Jakarta : Balai Pustaka.

Simanjuntak, B.A.2003. Hukum dan Kemajemukan Budaya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Simanjuntak, B.A.2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sitanggang, Hilderia, 1990. Isi dan kelengkapan rumah tangga tradisional

menurut tujuan, fungsi dan kegunaan suku bangsa Batak Toba, Daerah TapanuliUtara, Sumatera Utara. Jakarta: Direktorat Sejarah Dan Nilai

Tradisional.

Sjahrir, Kartini. 1983. Asosiasi Klan Orang Batak Toba di Jakarta. Jakarta LP3ES.

Skeel, D.J. 1995. Elementary Social Studies: Challenge for Tomorrow”s World. New York: Harcourt Brace College Publishers.

Sumardjo, Jakob, 2002. Arkeologi Budaya Indonesia, Pelacakan Hermeneutis – Historis Terhadap Artefak-Artefak Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta:

Qalam.

Surya, Moh.1995. Nilai-Nilai Kehidupan (makalah) . Kuningan : PGRI PD II Kuningan h. 3-8 Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas,

Tilaar. 1999. Pendidikan Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(33)

6

Pelly,Usman. 1994. Urbanisasi dan adaptasi: Peranan misi budaya Minangkabau

dan Mandailing. Pustaka LP3ES Indonesia.

Peterson, K.D. & Deal, T.E. 1998. How leaders influence the culture of schools.

Educational Leadership.

Van Peursen. 1984. Strategi Kebudayaan. (terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: Yayasan Kanisius


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhamad. 2003. Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan. Jakarta. Penerbit Buku Kompas. Bandung : Penerbit Mandar Maju.

Annette, Lareau. 2003. Unequal Childhoods: Race, Class, and Family Life. University of

California Press

Apple, M. & Zenk, C., 1996. American realities: Poverty, economy, and education.Cultural

Politics and Education. 68-90.

Bangsa Batak Toba di Desa Parparean Taput, http ://www, Bangso Batak. Penerbit Tulus Jaya.

Banks, J.A. 1991. “Multicultural Education: Its Effects on Studies’ Racial and Gender Role Attitude” In Handbook of Research on Sociel Teachng and Learning. New York: MacMillan.

Banks, J.A. 1992. “Multicultral Education: Historical Development, Dimentions and Practice” In Review of Research in Education, Vol 19, edited by L Darling-Hammond, Washington, D.C.: American Educational Research Association.

Banks, J. A. 1993. “Multicultural Educatian: Historical Development,

Dimentions and Practrice” In Review of Research in Education, vol. 19, edited by L. Darling- Hammond. `Washington, D.C.: American

Educational Research Association.

Banks, J. A. 1993. “Multicultural Education: Its Effects on Studies’ Racial abd Gender Role Attitude” In Handbook of Research on Social Teaching and Learning. New York.: MacMillan.

Banks, J. A. 1994b. Multiethnic Education: Theory and Practice, 3rd ed. Boston: Allyn and Boston

Benedict, Ruth. 1962, Pola Pola Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Rakyat Bennett,C. & Spalding,E. 1992. “Teaching the Social Studies: Multiple

Approaches for Multiple Perspectives”. In Theory and Reseach in Social Education. XX:3(263-292).


(2)

by the Study Group on the National Assessment of Student Achievement. Bogard, K. 2005. Affluent adolescents, depression, and drug use: The role of

adults in their lives. Adolescence, 40, 281-306.

Boushey, Heather and Weller, Christian. 2005. Inequality Matters: The Growing Economic Divide in America and its Poisonous Consequences.. “What the

Numbers Tell Us.” Pp 27-40. Demos.

Bredekamp, S., & Rosegrant, T. 1992. Reaching potentials: Introduction. In S. Bredekamp & T. Rosegrant (Eds.), Reaching potentials: appropriate curriculum and assessment for young children (Vol. 1, pp. 2-8). Washington, DC: National Association for the Education of Young Children.

Budi, Santono S. 2010. Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak?. Jogjakarta: Diva Press

Byrnes, D.A. 1988. “Children and Prejudice”. Social Education. 52 (267-271).

Casanova, F. P., Garcia-Linares, M.C., Torre, M.J., & Carpio, M.V., 2005. Influence Of Family And Socio-Demographic Variables On Students With Low Academic Achievement. Educational Psychology. 25(4). 423-435. Cerita Sekolah Alam Depokhttp://munifchatib.wordpress.com/2009/10/24/ Christle, A., Jovilette,K., Nelson, M.C., 2007 School Characteristics Related to

High School Dropout Rates. Remedial and Special Education, 28(6) 325-339

Crnic, K., & Lamberty G. 1994, April. Reconsidering school readiness:

Conceptual and applied perspectives. Early Education and Development 5(2), 99-105. Available

online:http://readyweb.crc.uiuc.edu/library/1994/crnic1.html

Danandjaja, J, 1989, Kebudayaan Petani Desa Trunyam di Bali. Jakarta: UI Press Danim, Sudarwan, 2003 Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta : Deporter, Bobby, 1999. Quantum Teaching. Bandung : CV Kaifa. Djambatan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004. Pedoman Pengintegrasian

qPembelajaran BerbasisBudaya.

Doni Koesoema, A. 2007. Tiga Matra Pendidikan Karakter. Dalam Majalah BASIS, Agustus-September 2007.


(3)

Economyprofessor.6 April 2008.

http:www.economyprofessor.com/incomehypothesis.php

Farris, P. J. & Cooper, S. M. 1994. Elementary Social Studies: a Whole language Approach. Iowa: Brown&Benchmark Publishers.

Farris,P.J.&Cooper,S.M.1994.Elementary Social Studies: a Whole language Approach. Iowa: Brown&Benchmark Publishers.

Fortos,M. 1949, The Web of Kinship Among the Tallensi. London: Oxford University Press.Govt. of Pakistan. 2008 National Center for Educational Statistics. Islamabad, Statistical

Fred Luthan. 1995. Organizational Behavior. Singapore: McGraw-Hill.

Fyans, Jr. dan Maehr.https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/27/budaya-organisasi-di-sekolah/

Division.H.Jeanve , Sociology of Education, New Jersey, Englewood Cliffs. Psychological Bulletin, Vol 91(3), May 1982.

Gultom, 1992, Pustaha Batak : CV Tulus Jaya

Hartoto, 2001. Pendidikan Rekreasi Prinsip Dan Metode. Jakarta Pusat : Direktorat

Haviland, William A, 1985. Antropologi jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hay Group. “Intervention: Managerial Style & Organizational Climate

Assessment”. (http://www. hayresourcesdirect. haygroup.com/ Misc/style_climate_intervention.asp.) 2003

Hutagalung, W.M. 1991. Pustaha Batak, tarombo dohot turi-turian ni

Ihromi, T.O. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Illich, Ivan. 2008. Bebaskan Masyarakat Dari Belenggu Sekolah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Indratno, A.F.T. 2008. Kurikulum yang Mencerdaskan : Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif. Jakarta : Erlangga.


(4)

Irmawati, 2009. Motivasi Berprestasi Dan Pola Pengasuhan Anak Pada Suku Irmawati. net. Diakses tanggal 15 Januari 2010. Jakarta : Djambatan. Jenderal Olahraga.

Joan Gaustad. School Displine

(http://eric.uoregon.edu/publication/digests/digest078.html) . ERIC Digest 78. December 1992.

K. Garna, Judistira, 1992. Teori-Teori Perubahan Sosial. Bandung : Program Jakarta : UI Press

Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama . Jakarta

Koentjaraningrat, 1987. Sejarah Teori Antropologi I. UI-Press: Jakarta Koentjaraningrat, 1998. Pengantar Antropologi I. Jakarta : PT Rineka Cipta. Koentjaraningrat, 2004. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan

Koentjaraningrat, 2004. Pengantar Antropologi II. Jakarta : PT Rineka Cipta. Lewis, Oscar. 1988. Kisah Lima Keluarga .Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Liddle, R. W. 1970. Ethnicity, Party, And National Integration: An Indonesian Case Study. New Haven: Yale University Press.

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik :Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur.LKiS Pelangi Aksara.Yogyakarta.

Lubis, Mochtar, 1985. Transformasi Budaya Untuk Masa Depan. Jakarta: Inti Idayu Press

Luthan, Fred. 1995. Organizational Behavior. Singapore: McGraw-Hill.

Mahfud. Choirul. 2009. Pendidikan Multikultural. Yongyakarta: Pustaka Pelajar. McClelland, 1987, Irmawati, 2009. Motivasi Berprestasi Dan Pola Pengasuhan

anak Pada Suku

Bangsa Batak Toba di Desa Parparean Taput. Pascasarjana Universitas Padjadjaran Pelajar. Penerbit PT. Inti Idayu Press. Pustaka Pelajar. Megawangi, R., Latifah, M., W. F. 2004. Pendidikan Holistik. Cimanggis :


(5)

Morgan, C. T., King, R. A., Weisz, J. R., dan Schopler, J. 1986. Introduction to Psychology (7th ed.), Singapura: McGraw Hill International Book Co. Nainggolan,Togar. 2006. Batak Toba di Jakarta. Medan: Bina Media Perintis.

Peterson, K. D. & Deal, T. E. 1998. How Leaders Influence The Culture Of Schools. Educational Leadership.

Sairin, Sjafri dan Semedi, Pujo. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta : PustakaPelajar.

Sajogyo. 1982. Bunga Rampai perekonomian Desa. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Savage, T. V.,& Armstrong, D. G. 1996. Effective Teaching in Elementary Social Studies. Ohio: Prentice Hall.

Sihombing, TM. 1986. Filsafat Batak. Jakarta : Balai Pustaka.

Simanjuntak, B.A.2003. Hukum dan Kemajemukan Budaya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Simanjuntak, B.A.2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sitanggang, Hilderia, 1990. Isi dan kelengkapan rumah tangga tradisional menurut tujuan, fungsi dan kegunaan suku bangsa Batak Toba, Daerah TapanuliUtara, Sumatera Utara. Jakarta: Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional.

Sjahrir, Kartini. 1983. Asosiasi Klan Orang Batak Toba di Jakarta. Jakarta LP3ES.

Skeel, D.J. 1995. Elementary Social Studies: Challenge for Tomorrow”s World. New York: Harcourt Brace College Publishers.

Sumardjo, Jakob, 2002. Arkeologi Budaya Indonesia, Pelacakan Hermeneutis – Historis Terhadap Artefak-Artefak Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Qalam.

Surya, Moh.1995. Nilai-Nilai Kehidupan (makalah) . Kuningan : PGRI PD II Kuningan h. 3-8 Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas,

Tilaar. 1999. Pendidikan Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

Pelly,Usman. 1994. Urbanisasi dan adaptasi: Peranan misi budaya Minangkabau dan Mandailing. Pustaka LP3ES Indonesia.

Peterson, K.D. & Deal, T.E. 1998. How leaders influence the culture of schools. Educational Leadership.

Van Peursen. 1984. Strategi Kebudayaan. (terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: Yayasan Kanisius