PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 1 Jatiroto, Wonogiri Tahun Ajaran 2013/

1

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
MATEMATIKASISWA
(PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap
SMP N 1 Jatiroto, Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014)

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :
LIA LESTARI
A410100166

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015


2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. A. Yani Trompol Pos I-Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/ tugas akhir :
Nama

: Prof. Dr. Sutama, M. Pd

NIP

: 196001071991031002

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa :
Nam


: LIA LESTARI

NIM

:A410100166

Program Studi

: Pendidikan Matematika

JudulSkripsi

:PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA(PTK Pada Siswa Kelas VII
Semester Genap SMP N 1 Jatiroto, Wonogiri Tahun
Ajaran 2013/2014)

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.

Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta,Januari 2015
Pembimbing

Prof. Dr. Sutama, M. Pd
NIP. 196001071991031002

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP N 1
JATIROTO

Oleh
Lia Lestari1, Sutama2
1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, lestarilia46@yahoo.com
2

Staf Pengajar UMS, sutama_mpd@yahoo.com


Abstract
This study aims to describe the increase in mathematical motivation through
Problem Based Learning modelin class VII G SMP N 1 Jatiroto. Design research,
classroom action research conducted in collaboration between researchers and teachers of
class VII G. Subjects receiver were class VII G of SMP N 1 Jatiroto that totaled 32 students.
Source of the datas were from teacher and the students.Data were collected by observation,
field notes, and documentation.Data analysis techniques performed by the method of flow.
The validity of the data is done by techniques triangulation and sources triangulation. The
results of the study, there was an increase in mathematical motivation that can be observed
from the increase in the indicator, namely (1) antusiasm of students to answer the
questions indicator from18.75% to 31.25% at first cycle, and 75% at second cycle, (2)
antusiasm of students to ask indicator from 12.5% to 25% at first cycle, and 62.5% at
second cycle, (3) antusiasm of students for doing the task from 15.625% to 50 at first
cycle%, and 87.5% at second cycle. This study concludes that the application of Problem
Based Learning model can improve motivation skills math classes VII G of SMP Negeri 1
Jatiroto.
Keywords: problem-based, motivation, discuss
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar

matematika melalui model problem based learning bagi siswa kelas VII G SMP Negeri 1
Jatiroto. Subyek penerima tindakan siswa kelas VII G SMP N 1 Jatiroto berjumlah 32
siswa. Desain penelitian, penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas VII G. Sumber data guru dan
siswa. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, catatan lapangan, dan
dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan metode alur.Keabsahan
data dengan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Hasil penelitian, pertama penerapan
model problem based learning dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas
VII G SMP N 1 Jatiroto Tahun 2013/2014. Kedua, peningkatanmotivasi belajar matematika
yaitu a) siswaantusias menjawab pertanyaan dari kondisi awal 18,75% siklus I 31,25% dan
siklus II 75%, b) siswa antusias bertanya dari kondisi awal 12,5% siklus I 25% dan siklus II
62,5%, c) siswa antusias mengerjakan tugas dari kondisi awal 15,625% siklus I 50% dan
siklus II 87,5%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan model Problem Based

1

2
Learning dapat meningkatkan motivasi belajar matematika kelas VII G SMP Negeri 1
Jatiroto.
Kata kunci : berbasis masalah, motivasi, diskusi

PENDAHULUAN
Motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa. Proses
pembelajaran di kelas dapat mencapai tujuannya apabila di dalam diri siswa tertanam
motivasi belajar yang baik. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat dilihat dari
sikap antusiasme, keuletan, dan konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan
siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan terlihat pada sikap yang mudah bosan,
lesu, dan tidak adanya keuletan dalam menghadapi kesulitan belajar. Dengan demikian,
motivasi belajar perlu diterapkan dan ditingkatkan dalam diri siswa sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar secara optimal. Pentingnya motivasi belajar siswa
diungkapkan oleh Suprijono (2009) bahwa

juga

motivasi belajar merupakan pendorong

perbuatan seseorang yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku.
Motivasi belajar merupakan salah satu kemampuan dasar yang sangat penting
untuk dimiliki siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam
matematika. Menurut Hamzah (2008), motivasi belajar matematika merupakan dorongan
yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku

yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Menurut Riduwan dalam jurnal penelitian Keke Aritonang (2007), bahwa motivasi
merupakan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar untuk
memberikan kesiapan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai.Jika di dalam diri siwa
tertanam motivasi belajar yang tinggi, maka tujuan pembelajaran akan tercapai, tentunya
akan mempengaruhi hasil belajar.
Berdasarkan observasi pendahuluan, motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1
Jatiroto masih relatif rendah. Hal tersebut ditunjukkan dari pengamatan yang dilakukan di
kelas VII G yang berjumlah 32 siswa. Dari jumlah siswa tersebut, terdapat beberapa
permasalahan yang meliputi, siswa yang antusias dalam menjawab pertanyaan sebanyak 6
siswa (18,75%), siswa yang antusias untuk bertanya sebanyak 4 siswa (12,5%), siswa yang
berkemauan mengerjakan soal sebanyak 5 siswa (15,625%).
Salah satu alternatif pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi adalah model Problem Based Learning. Menurut Made Wena
(2011 :94-95), langkah-langkah PBL dalam penerapannya di kelas: 1) Guru memberikan
permasalahan yang diangkat dari kehidupan sehari-hari siswa, 2) Guru mendorong dan

3
membimb ing siswa untuk memahami masalah, 3) Guru membimbing siswa untuk
melakukan pengumpulan fakta dan membimbing siswa melakukan pengelolaan informasi,

4) Guru membimbing siswa untuk menyusun jawaban/hipotesis terhadap permasalahan
yang dihadapi, 5) Guru membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap
informasi dan data yangtelah diperolehnya dan membuat struktur belajar yang
memungkinkan dapat menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami
dunianya, 6) Guru membimbing siswa melakukan penyempurnaan terhadap masalah yang
telah didefinisikan, 7) Gurumembimbing siswa untuk menyimpulkan alternatif pemecahan
masalah, 8) Membimbing siswa untuk melakukan pengujian hasil pemecahan masalah.
Menurut Sanjaya dalam Taufik Amir (2010 : 16), model PBL memiliki beberapa
kelebihan, 1) Menantang kemampuan siswa, 2) Meningkatkan motivasi dan aktivitas
pembelajaran, 3) Membantu siswa mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah
duniaa

nyata,

4)

Membantu

siswa


mengembangkan

pengetahuan

lainnya,

5)

Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, 6) Memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan
yaitu, setelah dilakukan pembelajaran dengan model Problem Based
meningkatkan motivasi belajar

Learningdapat

matematika pada siswa. Hal ini didukung dengan

keunggulan-keunggulan model PBL.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar

matematika siswa kelas VII G SMP N 1 Jatiroto. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas VII G SMP N 1
Jatiroto melalui model Problem Based Learning.

METODE PENELITIAN
Pendekatan dalam penelitian ini merupakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan memperoleh gambaran keadaan atau
peristiwa secara ilmiah. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas.
Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh praktisi pendidikan
dalam tugas pokok dan fungsinya masing-masing, kemudian direfleksikan alternatif
pemecahan masalahnya dan ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana
dan terukur (Sutama, 2010: 16).
Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas VII G yang berjumlah 32 siswa dan
subjek pemberi tindakan adalah guru matematika kelas VII G SMP N 1 Jatiroto yang

4
dibantu oleh peneliti. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama dua siklus, satu siklus
dilakukan selama dua kali pertemuan. Rancangan penelitian dilibatkan sejak: 1) dialog
awal, 2) perencanaan tindakan, 3) pelaksanaan tindakan dan observasi, 4) refleksi, evaluasi,
dan penyimpulan. Pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi, catatan lapangan, dan,

dokumentasi.Analisis data dilakukan dengan metode alur, yaitu: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan observasi secara terus
menerus, triangulasi sumber, dan triangulasi teknik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penerapan model pembelajaran baru seperti halnya model Problem Based
Learning mendapatkan respon positif dari guru matematika. Guru harus dapat memilih dan
menggunakan studi pembelajaran yang inovatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Khandaghi
dan Maryam (Sutama, 2013) mengatakan, belajar penggunaan pengembangan strategi
sebagai sesuatu yang penting yang harus diperhatikan oleh guru agar mendapat hasil belajar
yang maksimal. Penelitian ini dapat dimaknai, bahwa salah satu cara untuk mendapatkan
hasil belajar yaitu guru harus menggunakan strategi belajar yang inovatif.
Pembelajaran PBL yaitu pembelajaran yang diawali dengan orientasi siswa pada
masalah, yaitu guru mengajukan masalah untuk dipecahkan bersama.Selanjutnya adalah
siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Sejalan dengan pendapat Arends (2008), bahwa
kelompok belajar menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini
dimaknai bahwa dengan adanya diskusi kelompok, setiap siswa dapat bertukar pikiran
dengan anggota kelompok lainnya.
Proses pembelajaran diakhiri dengan penyimpulan dan evaluasi mengenai apa yang
telah dipelajari siswa. Sesuai dengan pendapat Stiggins (2004), bahwa mengevaluasi siswa
merupakan hal yang dilakukan guru dan memiliki konsekuensi penting bagi siswa. Hasil
penelitian ini dapat dimaknai bahwa guru hendaknya memberikan umpan balik atas apa
yang telah dipelajari dan seberapa baik hasil kerja yang telah dilakukan.
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti dan guru berdiskusi tentang rencana
pelaksanaan tindakan dan skenario pembelajaran yang akan dilakukan. Peneliti perlu
memastikan bahwa guru memahami strategi yang akan diterapkan, karena guru berperan
melaksanakan pembelajaran di kelas. Selain itu peneliti menyiapkan lembar observasi
pengamatan, RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS), soal mandiri, dan instrumen lain yang
diperlukan saat pembelajaran berlangsung. Kelompok diatur berdasarkan tempat duduk
(bangku depan dan belakangnya), sehingga tiap kelompok beranggota 4 siswa karena
jumlah siswa kelas VII G SMP N 1 Jatiroto sebanyak 32 siswa, maka akan terbentuk 6

5
kelompok. Hal ini sesuai dengan saran Sumarmo (Edy Tandilling, 2012), untuk mendorong
berpikir kreatif dan tingkat tinggi dapat dilakukan melalui belajar dalam kelompok kecil.
Penelitian ini dapat dimaknai, bahwa pada pembelajaran ini guru menciptakan masyarakat
belajar agar siswa mampu berfikir kreatif dan bekerja sama dengan kelompoknya masingmasing.
Pada observasi pendahuluan, guru menjelaskan kepada siswa tentang rencana
kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru menjelaskan secara garis besar
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan, selain itu guru juga berpesan
kepada siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya agar siswa lebih siap dalam belajar, dan mengingatkan agar tidak
lupa membawa bukureferensi. Sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak (Abdussakir,
2009), bahwa siswa perlu diberi sumber-sumber belajar yang mendukung pelaksanaan
penyelidikan. Referensi belajar berupa buku paket matematika dan LKS, maupun referensi
belajar lainnya yang mendukung proses pembelajaran.Hasil penelitian ini dapat dimaknai,
bahwa sumber-sumber belajar sangat penting untuk siswa memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
Pada tahap awal, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa
tentang pentingnya materi kaitannya dengan pembahasan serta aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari, membangkitkan pengetahuan awal siswa tentang penerapan segiempat, dan
terakhir menjelaskan tugas dan tanggung jawab kelompok. Pada tahap ini, siswa masih
bingung dalam pembelajaran PBL. Sejalan dengan pendapat Sangram (2012) bahwa dalam
PBL, siswa disajikan dalam konsep teori dan bersama dengan tutorial di kelasnya sehingga
memancing siswa untuk menanyakan hal-hal yang masih asing. Hasil penelitian ini
dimaknai bahwa pemahaman siswa dalam proses pembelajaran akan optimal jika memiliki
kesiapan belajar dan bekal materi sebelumnya.
Tujuan pembelajaran perlu disampaikan kepada siswa sebelum membahas materi.
Penyampaian tujuan berfungsi agar siswa dapat mengetahui arah kegiatan pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat Dahar (Abdussakir, 2009), bahwa penyampaian tujuan
pembelajaran selain dapat memotivasi juga dapat memusatkan perhatian siswa terhadap
aspek yang relevan dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini dapat dimaknai, bahwa siswa
dapat berkonsentrasi terhadap pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Motivasi belajar sangat penting peranannya dalam rangka menyiapkan kondisi
kesiapan siswa untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Orton (Abdussakir, 2009),

6
bahwa siswa yang termotivasi, tertarik dan mempunyai keinginan untuk belajar akan belajar
lebih banyak. Siswa yang termotivasi akan lebih siap untuk belajar dan akan mencapai hasil
belajar yang lebih baik
Kegiatan mengingat kembali materi yang berkaitan dengan materi yang sedang
dibahas juga sangat perlu dilakukan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi
yang akan dipelajari. Jika siswa belum memahami materi yang berkaitan tersebut, siswa
akan sulit mempelajari materi Segiempat. Hal ini sesuai dengan pendapat Skemp (
Abdussakir, 2009), bahwa jika pemahaman konsep kurang sempurna, maka konsep lain
yang berkaitan dengan konsep tersebut akan berada dalam keadaan bahaya.Hasil penelitian
ini dapat dimaknai, bahwa pembelajaran pertemuan berikutnya tidak dapat dipahami siswa
secara maksimal karena guru harus mengulang kembali materi sebelumnya.
Materi pada siklus I tentang sifat-sifat persegi, persegi panjang, jajar genjang, dan
trapesium. Diberikan permasalahan untuk dipahami bersama. Perhatikan gambar dibawah
ini.

Pada soal tersebut, siswa diberikan permasalahan yaitu untuk menyebutkan sifatsifat dari masing-masing bangun yang tertera pada gambar. Berdasarkan hasil pekerjaan
siswa, mereka sudah mampu menjawab pertanyaan meskipun ada beberapa yang belum
tepat.
Tahap inti terdiri dari dua kegiatan, yaitu pelaksanaan diskusi dan penyajian hasil
diskusi. Sebelum melaksanakan diskusi kelompok, guru memberikan soal kepada siswa
kemudian memberikan pengarahan agar siswa memahami soal tersebut. Pada kegiatan
diskusi, masing-masing kelompok bekerja dengan bantuan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Pada saat diskusi, siswa dihadapkan dengan lembar berisi materi, dimana banyak
terdapat kalimat rumpang sehingga setiap kelompok diharuskan melengkapi kalimat-

7
kalimat tersebut. Dengan demikian siswa sudah memiliki pengetahuan awal materi yang
akan dipelajari dan membantu dalam proses diskusi selanjutnya.
Kelompok yang sudah paham tentang materi kemudian melakukan diskusi untuk
memperoleh penyelesaian soal yang diberikan guru. Ketika siswa melakukan penyelesaian,
guru memberikan bimbingan dan arahan jika ada siswa yang mengalami kesulitan. Setelah
menemukan penyelesaiaan kelompok diharapkan untuk presentasikan hasilnya agar
mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Pembelajaran diakhiri dengan penyimpulan
dari guru untuk mendapatkan jawaban yang benar. Diskusi kelompok selesai, siswa diberi
tugas individu berupa soal-soal yang berhubungan dengan materi sifat-sifat segiempat.
Tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at, 23 Mei 2014 dan Jum’at, 30
Mei 2014 di SMP N 1 Jatiroto kelas VII G. Penerima tindakan adalah siswa kelas VII G
sebanyak 32 siswa. Pada pembelajaran siklus II, strategi yang digunakan yaitu PBL. Awal
pembelajaran guru menyampaikan materi pokok secara jelas dan singkat agar pada siklus II
siswa benar-benar paham tentang materi belah ketupat dan layang-layang. Guru membentuk
kelompok beranggotakan empat siswa sesuai tempat duduk. Guru memberikan
permasalahan pada setiap kelompok dan siswa mendiskusikannya bersama anggota
kelompoknya.
Pada diskusi siklus II ini, siswa diberi tugas untuk mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan antara belah ketupat dan layang-layang berdasarkan sifat-sifatnya. Setelah
selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain
menanggapi. Pada akhir presentasi, guru mengevaluasi hasil diskusi dan memberikan
jawaban yang benar. Di akhir pembelajaran, guru menanyakan kepada siswa tentang respon
siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siswa menyatakan lebih paham,
senang dan bersemangat dalam berkelompok. Hal ini mendukung pendapat Hill
(Abdussakir, 2009) bahwa belajar kelompok dapat menyenangkan siswa dan memperdalam
pemahaman.Penelitian ini dapat dimaknai, bahwa siswa lebih senang belajar kelompok di
bandingkan belajar sendiri.
Pada penilaian motivasi belajar matematika ada beberapa aspek yang dinilai atau
dijadikan sebagai fokus pengamatan, yaitu: 1) aspek menjawab pertanyaan, 2) aspek
bertanya, dan 3) aspek mengerjakan tugas.Sebelum dilakukan tindakan, motivasi belajar
matematika siswa masih rendah. Hal tersebut terbukti dari indikator-indikator motivasi
belajar matematika yang belum tercapai secara maksimal. Selanjutnya, melalui kegiatan
pembelajaran yang telah terlaksana, peningkatan indikator-indikator motivasi belajar

8
matematika siswa juga terlihat, seperti siswa yang berani bertanya, menjawab pertanyaan
tanpa ditunjuk terlebih dulu.
Tiga indikator motivasi belajar matematika yaitu, antusias siswa dalam menjawab
pertanyaan. Pada tahap awal, antusias siswa dalam menjawab pertanyaan masih rendah.
Sejalan dengan pendapat Ogunleye (2009), bahwa guru harus melatih kemampuan
pemecahan masalah secara sistematis kepada siswa. Hasil penelitian ini dimaknai bahwa
guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada materi.
Pada siklus I, antusias siswa dalam menjawab pertanyaan mengalami peningkatan.
Hal ini menjadi bukti bahwa di dalam diri siswa sudah tertanam motivasi belajar. Sesuai
dengan pendapat Chavess dkk (2006) bahwa PBL mampu menargetkan intervensi mereka
untuk membantu siswa menjadi lebih mandiri reflektif dalam praktek professional
mereka.Hasil penelitian ini dimaknai bahwa pembelajaran siswa dilatih untuk mandiri.
Pada siklus II, antusias siswa dalam menjawab pertanyaan mengalami peningkatan
kembali. Hal ini menjadi bukti bahwa di dalam diri siswa sudah tertanam motivasi
belajar.Sesuai dengan pendapat Norazah (2013) bahwa PBL mampu mengembangkan
pembelajaran lebih menarik dan lebih hidup. Adanya peningkatan dapat dilihat dari data
hasil tindakan kelas. Sebelum tindakan hanya 18,75% pada tindakan kelas siklus I mencapai
31,25%, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II mencapai 75%.
Kedua, antusias siswa dalam bertanya. Pada tahap awal, antusias siswa dalam
bertanya masih rendah. Hal ini terbukti dengan tidak adanya siswa yang memberi respon
ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya. Apabila ditunjuk, mereka baru akan
bertanya.
Pada siklus I, antusias siswa dalam bertanya mengalami peningkatan. Hal ini
menjadi bukti bahwa di dalam diri siswa sudah tertanam motivasi belajar. Sesuai dengan
pendapat Rogal dan Snides (2008) bahwa PBL merupakan strategi pembelajaran yang
memberi stimulus berupa suatu masalah yang dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan arahan kepada siswa untuk mengembangkan dan memperoleh pengetahuan.
Hasil penelitian ini dimaknai bahwa pembelajaran dapat membantu pemahaman siswa
berdasarkan teori yang ditemukannya sendiri.
Pada siklus II, antusias siswa dalam bertanya mengalami peningkatan kembali. Hal
ini menjadi bukti bahwa di dalam diri siswa sudah tertanam motivasi belajar yang lebih
tinggi. Sesuai dengan pendapat Park dkk (2007) bahwa PBL bertujuan agar pembelajaran
terpusat pada siswa. Hasil penelitian ini dimaknai dengan PBL mampu mendorong siswa
untuk lebih aktif dalam pembelajaran.mampu mengembangkan pembelajaran lebih menarik

9
dan lebih hidup. Adanya peningkatan pada indikator ini dapat dilihat dari data tindakan
kelas. Sebelum adanya tindakan hanya sebesar 12,5%, setelah siklus I dilakukan meningkat
menjadi 25%, dan setelah siklus II mencapai 62%.
Ketiga, antusias siswa dalam mengerjakan tugas juga mengalami peningkatan. Hal
ini dikarenakan model Problem Based Learning membuat siswa lebih bersemangat dan rasa
ingin tahu menjadi lebih besar terhadap materi yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan
pendapat Buang (2013), bahwa PBL mampu memacu semangat belajar siswa dan
pembelajaran terpusat pada guru dan siswa sehingga siswa akan lebih aktif dalam
pembelajaran. Tentunya mampu mendorong semangat siswa dalam mengerjakan tugas yang
diberikan. Dari data peningkatan tindakan kelas terlihat sebelum dilakukan tindakan hanya
sebesar 15,625%, setelah siklus I menjadi 50%, dan setelah dilakukan siklus II mencapai
87,5%.
Hasil pengamatan selama proses tindakan kelas mengenai kemampuan komunikasi
matematika siswa kelas VII G SMP N 1 Jatirotodapat disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1
Data Peningkatan Motivasi Belajar Siswa

No

Aspek yang diamati

1

Antusias siswa dalam menjawab
pertanyaan

2

Antusias siswa dalam bertanya

3

Antusias siswa dalam
mengerjakan tugas

Sebelum
penelitian
(6 siswa)
18,75%

Sesudah penelitian
Siklus I
Siklus II
(10 siswa)
(24 siswa)
31,25%
75%

(4 siswa)
12,5%

(8 siswa)
25%

(20 siswa)
62,5%

(5 siswa)
15,625%

(16 siswa)
50%

(28 siswa)
87,5%

Adapun data hasil peningkatan motivasi belajar siswa dapat disajikan dalam grafik
gambar 1.

10

30

25
20
antusias menjawab
pertanyaan

15

antusias bertanya

10

antusias mengerjakan
tugas

5
0
sebelum
siklus

siklus I

siklus II

Gambar 1
Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Siswa
Pada siklus I, indikator-indikator motivasi belajar matematika pada siswa sudah
meningkat daripada kondisi awal, tetapi peningkatan tersebut belum signifikan sehingga
perlu diadakan evaluasi untuk pertemuan selanjutnya. Pelaksanaan tindakan kelas siklus II
mengacu pada siklus I yang telah mengalami perbaikan, Hal ini dimaksudkan agar hasil
yang didapatkan lebih baik. Hasil pembelajaran pada siklus II dimaknai bahwa jumlah
siswa yang memenuhi indikator motivasi belajar meningkat. Persentase indikator-indikator
motivasi belajar matematika dapat dilihat dari tabel 1 serta grafik gambar 1.
Peningkatan indikator-indikator motivasi belajar matematika siswa menunjukkan
bahwa penerapan model PBL perlu diterapkan dalam pembelajaran selanjutnya. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhson (2009), bahwa penerapan metode Problem
Based Learning dalam pembelajaran statistika lanjut mampu meningkatkan minat belajar
mahasiswa baik minat belajar di dalam maupun di luar kelas hal ini terjadi karena proses
pembelajaran lebih banyak diberikan penugasan analisis kasus baik secara individual
maupun kelompok.
Persamaan dalam penelitian ini adalah terletak pada metode pembelajaran yang
digunakan, yitu dengan menerapkan model PBL. Sedangkan perbedaaan antara kedua
penelitian ini yaitu variabel yang digunakan. Dalam hal ini, variabel yang digunakan
peneliti adalah motivasi belajar matematika siswa.
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian, peneliti memperkuat
penelitian-penelitian terdahulu dan dari pendapat para ahli. Penerapan model Problem
Based Learning telah meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas VII G SMP

11
Negeri 1 Jatiroto. Hal ini mendukung diterimanya hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu
jika guru menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran akan
meningkatkan motivasi belajar matematika siswa.

SIMPULAN
Proses pembelajaran matematika yang telah dilakukan pada penelitian ini yaitu
dengan menerapkan model Problem Based Learning. Prosedur penelitian dilakukan selama
2 siklus selama 3 kali pertemuan. Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi Problem
Based Learning, yaitu: : 1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen
beranggota 4-5 siswa, 2) Guru membimbing siswa mengkaitkan materi dengan memberikan
gambaran dan orientasi terhadap permasalahan yang akan dihadapi, 3) Siswa yang dianggap
mampu memahami dan menemukan ide utama permasalahan menjadi pemimpin dalam
kelompok untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, 4) Masing-masing siswa mencari
informasi untuk mendapat penjelasan dalam pemecahan masalah, kemudian didiskusikan
bersama kelompoknya., 5) Setiap kelompok menyiapkan hasil pemecahan masalah,
kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kepada kelompok
lain untuk berbagi informasi, 6) Siswa diberikan evaluasi dan penjelasan hasil diskusi.
Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar
matematika pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya indikator-indikator motivasi
dengan persentase sebagai berikut: 1) antusias siswa dalam menjawab pertanyaan, sebelum
tindakan hanya 18,75% dan setelah dilakukan tindakan mencapai 75%; 2) antusias siswa
dalam bertanya, sebelum tindakan sebesar 12,5% setelah dilakukan tindakan mencapai
62,5%; 3) antusias dalam mengerjaka tugas, sebelum dilakukan tindakan hanya sebesar
15,625%, dan setelah dilakukan tindakan mencapai 87,5%.

DAFTAR PUSTAKA
Abdussakir dan Nur L Achadiyah. 2009. “Pembelajaran Keliling dan Luas Lingkaran
dengan Strategi REACT Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Mojokerto”.
ProsidingSeminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA
UNY, 388-401.
Amir, Taufik. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning : Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta : Kencana.
Aritonang, Keke. 2008. “Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”.
Jurnal Pendidikan Penabur, No. 10 Tahun ke-7, Juni 2008.
Arrends, Richard. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

12
Bilgin, Ibrahim. 2009. “The effects of Problem BasedLearning Instruction on University
Student’s Performance of Conceptual and Quantitative Problems in Gas
Cocepts”. Eurasia Journal of Mathematics, Science, and Technology Education,
Vol. 5(2), 153-164.
Cazzola, Marina. 2008. “Problem-Based Learning ang Mathematics: Possible Synergical
Actions”, Proceeding International Association of Technology, Education and
Development (IATED), Vol. 2, 1-8.
Chaves dkk. 2006. “Self, Peer, and Tutor Assesment of MSN Competencies Using The PBL
Evaluator. Slack Incorporated,Vol. 45 No. 1 Hal. 25-31.
Fachrurazi. 2011. “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”.
Forum Penelitian, Edisi khusus No.1: 76-89.
Gallagher, Shelagh A and James A. Gallagher. “Using Problem-based Learning to Explore
Unseen Academic Potential”. Interdisciplinary Journal of Problem-based
Learning, Vol. 7, 111-131.
Mappeasa, Muh. Yusuf. 2009. Pengaruh cara dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Programmable Logic Controller (PLC) Siswa Kelas III Jurusan Listrik SMK
Negeri 5 Makassar. Jurnal MEDTEK, Vol.1, No.2, Oktober 2009.
Miru, Aminuddin S. 2009. “Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Mata
Diklat Instalasi Lisrik Siswa SMK Negeri 3 Makassar. Jurnal MEDTEK Vol. 1
No. 1, April 2009.
Muhson, Ali. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan pemahaman Mahasiswa Melalui
Penerapan Problem Based Learning. Jurnal Kependidikan Vol. 39, No. 2,
November 2009, 171-182.
Nordin, Norazah Mohd. 2013. “Problem Based Learning Approach in the Designing of Econtent for Engineering Course’s”. Canadian Center of Science and
Education.Vol.9, No.10, hal.300-306.
Park, dkk. 2007. “Impact of Problem-Based Learning (PBL) on Teacher’s Beliefs
Regarding Technology Use”. Journal of Research on Technology in
Education.Vol.40, No.2, Hal.247-267.
Redkar, Sangram. 2012. “Teaching Advanced Vehicle Dynamics Using a Project Based
Learning (PBL) Approach. Journal of STEM Education.Vol. 13, No. 3, Hal.1728.
Saryantono, Buang. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa (Eksperimen di SMA Adiguna Bandar Lampung).
Lentera Jurnal Kependidikan, Februari 2013.
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek PTK, PTS, dan PTBK. Semarang:
CV. Citra Mandiri Utama.

Dokumen yang terkait

Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Lingkungan

1 8 74

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 10 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1Sekampung Udik Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 9 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

0 2 46

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 5 70

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung Semester Genap T.P. 2014/2015)

0 6 57

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Padang Cermin Semester Genap Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 5 58

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 11 56

13 Pengaruh Gaya Belajar VAK pada Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa SMP Negeri 2 Narmada Tahun Ajaran 20152016

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SD Negeri Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 3 91