PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)
Oleh
FERTIKA DWI YOSWITA

Hasil observasi di kelas VII SMP Negeri 26 Bandar Lampung, diketahui bahwa hasil
belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk meningkatkan
aktivitas dan kemampuan berpikir kritis siswa, salah satunya dengan menggunakan
model PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes nonequivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII E dan VII F yang dipilih dari
populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif
dan kualitatif. Data kuantitatif berupa data kemampuan berpikir kritis siswa yang
diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara statistik
menggunakan uji Mann-Withney U melalui bantuan program SPSS 17. Data kualitatif
berupa aktivitas belajar siswa, dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan
model PBL yang dianalisis secara deskriptif.


Hasil aktivitas belajar siswa rata-rata berkriteria tinggi. Pada aspek bekerjasama
dengan teman (82,35%); melakukan kegiatan diskusi (76,96%); mempresentasikan
hasil diskusi kelompok (87,75%). Hasil kemampuan berpikir kritis juga mengalami
peningkatan dengan rata-rata nilai pretes (53,38%); postes (68,88%); N-gain
(32,57%). Selain itu, semua siswa memberikan tanggapan positif terhadap
penggunaan model PBL. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model PBL
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Kata kunci : aktivitas belajar siswa, kemampuan berpikir kritis, pengelolaan
lingkungan, Problem Based Learning.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

.xvii


I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang Masalah ....................................................................
Rumusan Masalah .............................................................................
Tujuan Penelitian ..............................................................................
Manfaat Penelitian ............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
Kerangka Pikir ...................................................................................
Hipotesis ............................................................................................

1
4

4
4
5
6
7

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran PBL ..................................................................
B. Kemampuan Berpikir Kritis ..............................................................

9
14

III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.


Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
Populasi dan Sampel .........................................................................
Desain Penelitian ...............................................................................
Prosedur penelitian .............................................................................
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................
Teknik Analisis Data .........................................................................

20
20
21
21
26
28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................
B. Pembahasan .......................................................................................

xiii


35
40

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...........................................................................................
B. Saran .................................................................................................

46
46

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

48

LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

Silabus................................................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................
Lembar Kerja Siswa ..........................................................................
Soal Pretes dan Postes .......................................................................
Data Hasil Penelitian ........................................................................
Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ......................................
Foto-Foto Penelitian .........................................................................

51
55
71
101
108
119
132


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah “malas berpikir”
mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip buku
atau bahan pustaka lain tanpa mengemukakan pendapat atau analisisnya
terhadap pendapat tersebut. Bila keadaan ini berlangsung terus maka peserta
didik akan mengalami kesulitan mengaplikasikan pengetahuan yang
diperolehnya di kelas dengan kehidupan nyata. Pembelajaran di kelas hanya
untuk memperoleh nilai ujian dan nilai ujian tersebut belum tentu relevan
dengan tingkat pemahaman mereka. Salah satu proses berpikir yang
kompleks adalah berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan
kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi
efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya, berpikir kritis juga telah lama
menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942 (Achmad, 2007:32).
Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
guru biologi kelas VII dan observasi di SMP N 26 Bandar Lampung diketahui
bahwa pencapaian hasil belajar biologi untuk materi pokok pengelolaan
lingkungan selama ini masih rendah. Ini ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas
VII semester genap tahun pelajaran 2011/2012 untuk materi pokok


2
pengelolaan lingkungan yaitu 6,0. Rata-rata tersebut belum memenuhi standar
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Standar yang ditentukan sekolah untuk
pelajaran biologi adalah ≥ 70. Berdasarkan hasil diskusi tersebut didapatkan
informasi bahwa rendahnya nilai rata-rata biologi tersebut diduga karena
pembelajaran yang selama ini dilakukan cenderung menyebabkan siswa lebih
banyak menerima informasi dari guru, dan kurang memberikan kesempatan
bagi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam berpikir kritis.
Model pembelajaran yang biasanya digunakan untuk materi pokok
pengelolaan lingkungan adalah diskusi, tanya jawab, dan ditutup dengan
pemberian tugas serta latihan. Kelemahan diskusi yang digunakan oleh guru
selama ini adalah tidak semua siswa dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Kondisi seperti ini menurut Hasnunidah (2009:1) tidak
memberdayakan siswa untuk mau berpikir dan mampu berbuat untuk
memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan
interaksi dengan lingkungannya, sehingga tidak akan bisa membangun
kemampuan berpikir kritis, pemahaman, dan pengetahuannya terhadap dunia
di sekitarnya (learning to how dan learning to know).
Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran yang diduga
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model PBL.
PBL adalah alternatif model pembelajaran inovatif yang dikembangkan
berlandaskan paradigma konstruktivisme. Esensi dari model pembelajaran
tersebut adalah reorientasi pembelajaran dari semula berpusat pada guru
menjadi berpusat pada siswa. Selain itu, model pembelajaran berbasis

3
masalah memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir peserta didik
dalam aktivitas-aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
dalam konteks kehidupan dunia nyata yang kompleks (Adyana, 2009:55).
PBL dapat melatih dan mendorong siswa berpikir dan bekerja daripada hanya
menghafal dan bercerita. Hal tersebut sesuai dengan rumusan mengenai PBL
yang dikemukakan oleh Dutch (Amir, 2009:21) yaitu PBL mempersiapkan
peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis. Begitu pula menurut Rudito
dan Susento (2009:72) yang menyatakan bahwa dalam langkah pembelajaran
PBL terhadap eksplorasi (penjelajahan) yaitu, memberi kesempatan kepada
siswa untuk memecahkan masalah dengan strategi yang diciptakan sendiri
oleh siswa. Hal ini tentu akan membuat siswa untuk berpikir termasuk di
dalamnya adalah berpikir kritis. Selain itu didukung oleh salah satu

penelitian yang menggunakan model PBL Relista (2011:10) bahwa
penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan suatu penelitian
pendidikan mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok
Pengelolaan Lingkungan”.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok pengelolaan
lingkungan?
2. Apakah model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap aktivitas belajar
siswa pada materi pokok pengelolaan lingkungan?

C. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa pada materi pokok pengelolaan lingkungan.
2. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap aktivitas belajar siswa pada
materi pokok pengelolaan lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

(1) Bagi Siswa
Menyiapkan siswa agar memiliki kemampuan berpikir kritis, sehingga
diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.
(2) Bagi Peneliti
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman mengajar sebagai
bekal di masa mendatang bagi peneliti.

5
(3) Bagi Guru
Guru memperoleh tambahan pengetahuan tentang teknik merancang dan
mengimplementasikan model pembelajaran, sehingga diharapkan agar
guru lebih inovatif dalam mengembangkan model-model pembelajaran.
(4) Bagi sekolah
Memberikan masukan untuk menggunakan model pembelajaran yang
lebih optimal dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa, sumbangan informasi dan ide pemikiran dalam upaya
peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(1) Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII semester genap SMP N 26
Bandar Lampung.
(2) Materi pokok pada penelitian ini adalah pengelolaan lingkungan yang
terdapat pada KD 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
(3) Model pembelajaran yang digunakan adalah model PBL.
(4) Kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil pretes dan postes pada
materi pokok pengelolaan lingkungan.
(5) Indikator kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah: (1)
merumuskan masalah; (2) berhipotesis; (3) menginterpretasi
pernyataan; (4) memberikan alasan; (5) memberikan solusi yang tepat.

6
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran akan lebih bermakna ketika pembelajaran itu dapat mudah
diingat dan dipahami oleh peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang
mudah diingat dan dipahami oleh siswa yaitu model pembelajaran berbasis
masalah atau model PBL. Apabila dalam proses pembelajaran dapat
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa maka secara teori hasil
belajar siswa dapat meningkat.

Permasalahan yang diberikan melalui model di atas akan menstimulus siswa
untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut, sehingga siswa menemukan
berbagai cara atau jalan dari permasalahan yang diberikan. Proses pencarian
solusi itu dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dimana siswa
akan termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Apabila
motivasi siswa tinggi maka dalam penyelesaian masalah tersebut akan
berhasil, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai. Tujuan dari proses belajar tidak lain adalah hasil belajar yang
merujuk kepada prestasi belajar siswa.

Pada umumnya siswa yang menggunakan kemampuan berpikir kritis dengan
baik akan memiliki motivasi agar dapat menyelesaikan masalah dengan baik,
dapat menentukan tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian
tujuan belajar, dan memilih alternatif untuk mencapai tujuan belajar tersebut.
Kemampuan berpikir kritis yang timbul dari dalam diri siswa diharapkan
akan menuju kekreatifan di mana siswa dapat menemukan berbagai solusi
atau alternatif untuk mencapai suatu tujuan.

7

Jadi model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar siswa, di mana apabila pembelajaran menggunakan
model PBL maka kemampuan berpikir kritis siswa akan tinggi. Beberapa
model pembelajaran yang dapat memberdayakan kemampuan berpikir kritis
adalah PBL.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat, di mana
variabel bebasnya adalah model pembelajaran PBL, sedangkan variabel
terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok
pengelolaan lingkungan. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan
dalam diagram di bawah ini.

X

Y

Gambar 1. Diagram Kerangka pikir
Keterangan : X: model pembelajaran PBL dan Y:
kemampuan berpikir kritis
G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaruh model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap aktivitas
belajar siswa pada materi pokok pengelolaan lingkungan.
2. H0 = Tidak ada pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran
PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok
pengelolaan lingkungan.

8
= Ada pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran PBL terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok pengelolaan
lingkungan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran PBL

Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan
kenyataan.Dalam konteks pembelajaran biologi masalah dipandang sebagai
suatu kondisi yang sengaja diciptakan agar siswa dituntut untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan biologi yang belum pernah dikerjakan
sebelumnya dan siswa belum memahami cara pemecahannya. Artinya
persoalan itu masih baru bagi siswa meskipun proses atau pengetahuan yang
sudah dimilikinya dapat digunakan sebagai pengalaman untuk
memecahkannya.

Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran
telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik
untuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan perubahan paradigma
belajar tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar
yang berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Dengan kata
lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi
lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa

10
belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif
mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran
yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi
yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Menurut Nurhadi (2003:56)
PBLadalah: Suatu model pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Menurut Pannen (2001:86) PBL mempunyai 5 asumsi utama yaitu:
(1) Permasalahan sebagai pemandu. Permasalahan menjadi acuan yang harus
menjadi perhatian siswa dan kerangka berpikir bagi siswa dalam mengerjakan
tugas; (2) Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi. Permasalahan
disajikan kepada siswa setelah penjelasan diberikan;
(3) Permasalahan sebagai contoh. Permasalahan digunakan untuk
menggambarkan teori, konsep, prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok;
(4) Permasalahan sebagai sarana untuk melatih siswa dalam bernalar dan
berpikir kritis; (5) Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dikatakan bahwa dalam pembelajaran
berbasis masalah ini pada dasarnya siswa dilibatkan pada suatu masalah
dalam materi pembelajaran dan siswa diharapkan terlibat aktif dalam proses
belajar yang mengharuskan siswa untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

11
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat
tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar
bagaimana belajar. Menurut Ibrahim (2003:55)pembelajaran berbasis masalah
dikenal dengan nama lain seperti ProjectBased teaching (Pembelajaran
berbasis proyek). Experience-Based Education (Pendidikan berdasarkan
pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran Autentik) dan Anchored
Instruction (pembelajaran berakar pada kehidupan nyata).

Adapun ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan oleh
Yassa (2002:23). Yassa mengemukakan beberapa ciri penting dari
pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:
(1) Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan
siswa dalam pola pemecahan masalah, sehingga siswa diharapkan mampu
mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam
mengidentifikasi masalah;(2) Adanya keberlanjutan permasalahan dalam hal
ini ada dua tuntutan yang harus dipenuhi yaitu: pertama, masalah harus
memunculkan konsep dan prinsip yang relevan dalam kandungan materi yang
dibahas. Kedua, permasalahan harus bersifat real sehingga dapat melibatkan
siswa tentang kesamaan dengan suatu permasalahan; (3) Adanya presentasi
permasalahan, siswa dilibatkan dalam mempresentasikan permasalahan
sehingga siswa merasa memiliki permasalahan tersebut; (4) Pengajar
berperan sebagai tutor dan fasilitator. Dalam posisi ini maka peran dari
fasilitator adalah mengembangkan kreatifitas berpikir para siswa dalam
bentuk keahlian dalam pemecahan masalah dan membantu siswa untuk
menjadi mandiri.

12

Berdasarkan pendapat diatas dikatakan bahwa dalam pembelajaran berbasis
masalah membuat siswa menjadi mandiri, artinya siswa dapat memilih
strategi belajar yang sesuai,terampil menggunakan strategi tersebut untuk
belajar dan secara otomatis siswa dapat mengontrol proses belajarnya, serta
siswa termotivasi untuk menyelesaikan masalah dalam proses
pembelajarannya.

Implementasi pembelajaran dengan model PBL dirancang dengan struktur
pembelajaran menurut Yassa (2002:24), sintaks pembelajaran PBL adalah
sebagai berikut:
(1) Orientasi siswa kepada masalah; (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar;
(3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; (4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.

PBL memberikan peluang bagi siswa untuk membangun kecakapan hidup
(life skill), mengatur diri sendiri (self directed), berpikir metakognitif
(reflektuf dengan pikiran dan tindakannya), berkomunikasi dan berbagai
kecakapan terkait. Dalam PBL, siswa akan meningkat kecakapan pemecahan
masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkatkan pemahamannya,
meningkatkan pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktek,
mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan
kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan belajar, dan memotivasi siswa.

13
Berdasarkan pendapat menurutRatnaningsih (2003:126) mengemukakan
bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
(1) Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain,
menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong siswa untuk mampu
menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukan dugaan
dan rencana penyelesaian; (2) Inkuiri dan investigasi (inquiry dan
investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribusikan
informasi; (3) Performansi (performance) yaitu menyajikan temuan; (4)
Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan
refleksi terhadap proses pemecahan masalah.

Berdasarkan pendapat diatas dikatakan bahwa dalam pembelajaran berbasis
masalah siswa memahami konsep suatu materi dimulai dari belajar dan
bekerja pada situasi masalah yang disajikan pada awal pembelajaran,
sehingga siswa diberi kebebasan berpikir dalam mencari solusi dari situasi
masalah yang diberikan. Siswa secara individu akan meningkat kecakapannya
dalam menyelesaikan masalah, mudah mengingat, meningkat pemahamannya
serta meningkatkan pengetahuannya dengan dunia praktek.

14
B. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang
terorganisasi. Menurut Reason dalam Sanjaya (2006:228) mengemukakan
bahwa berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari
sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending).
“Mengingat” pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu
yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan,
sedangkan “memahami” memerlukan perolehan apa yang didengar dan
dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori. Kemampuan
berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di
luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang
untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.
Beberapa pengertian berpikir kritis yang dikutip dalam Achmad (2007:35)
adalah:
a.

Berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif
dalam menentukan tujuan (Halpen, 1996:44).

b.

Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau
berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus
diyakini dan dilakukan (Ennis, 1985:58).

15
Chaffee dalam Johnson (2009:35) mendefinisikan berpikir kritis sebagai
berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri.
Maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti
bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.

Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (2011:10) mencakup kemampuan
memberikan penjelasan dasar,membangun keterampilandasar, menyimpulkan,
membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik,
selanjutnya dijelaskan menjadi aspek-aspek agar lebih terperinci sesuai tabel
1.
Tabel 1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis
Kemampuan
Berpikir Kritis
1. Memberikan
penjelasan dasar

Sub Kemampuan
Berpikir Kritis
1. Memfokuskan
pertanyaan

2. Menganalisis
argument

Aspek
a. Mengidentifikasi atau
memformulasikan
suatu masalah
b. Mengidentifikasi atau
memformulasikan
kriteria jawaban yang
mungkin
c. Menjaga pikiran
terhadap situasi yang
sedang dihadapi
a. Mengidentifikasi
kesimpulan
b. Mengidentifikasi
alasan yang
dinyatakan
c. Mengidentifikasi
alasan yang tidak
dinyatakan
d. Mencari persamaan
dan perbedaan
e. Mengidentifikasi dan
menangani
ketidakrelevanan

16
Kemampuan
Berpikir Kritis

2. Membangun
keterampilandas
ar

Sub Kemampuan
Berpikir Kritis

Aspek

f. Mencari struktur dari
sebuahpendapat/argu
men
g. Meringkas
3. Bertanya dan
a. Mengapa?
menjawab
b. Apa yang menjadi
pertanyaan
alasan utama?
klarifikasi dan
c. Apa yang kamu
pertanyaan yang
maksud dengan?
menantang
d. Apa yang menjadi
contoh?
e. Apa yang bukan
contoh?
f. Bagaimana
mengaplikasikan
kasus tersebut?
g. Apa yang menjadikan
perbedaannya?
h. Apa faktanya?
i. Apakah ini yang
kamu katakan?
j. Apalagi yang akan
kamu katakan tentang
itu?
4. Mempertimbangkan a. Keahlian
apakah sumber
b. Mengurangi konflik
dapat dipercaya
interest
atau tidak
c. Kesepakatan antar
sumber
d. Reputasi
e. Menggunakan
prosedur yang ada
f. Mengetahui resiko
g. Keterampilan
memberikan alasan
h. Kebiasaan berhati-hati
5. Mengobservasi dan a. Mengurangi
mempertimbangkan
praduga/menyangka
hasil observasi
b. mempersingkat waktu
antara observasi
dengan laporan
c. Laporan dilakukan
oleh pengamat sendiri
d. Mencatat hal-hal yang
sangat diperlukan
e. Penguatan

17
Kemampuan
Berpikir Kritis

3. Menyimpulkan

Sub Kemampuan
Berpikir Kritis

6. Mendeduksi dan
mempertimbangkan
deduksi

7. Menginduksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
8. Membuat dan
mengkaji nilai-nilai
hasil pertimbangan

4. Membuat
penjelasan lebih
lanjut

9. Mendefinisikan
istilah dan
mempertimbangkan
definisi

10. Mengidentifikasi
asumsi

5. Strategi dan
taktik

11. Memutuskan suatu
tindakan

Aspek
f. Kemungkinan dalam
penguatan
g. Kondisi akses yang
baik
h. Kompeten dalam
menggunakan
teknologi
i. Kepuasan pengamat
atas kredibilitas
kriteria
a. Kelas logika
b. Mengkondisikan
logika
c. Menginterpretasikan
pernyataan
a. Menggeneralisasi
b. Berhipotesis
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuensi
c. Mengaplikasikan
konsep (prinsipprinsip, hukum dan
asas)
d. Mempertimbangkan
alternatif
e. Menyeimbangkan,
menimbang dan
memutuskan
Ada 3 dimensi:
a. Bentuk: sinonim,
klarifikasi, rentang,
ekspresi yang sama,
operasional, contoh
dan noncontoh
b. Strategi definisi
c. Konten (isi)
a. Alasan yang tidak
dinyatakan
b. Asumsi yang
diperlukan:
rekonstruksi argumen
a. Mendefinisikan
masalah
b. Memilih kriteria yang
mungkin sebagai

18
Kemampuan
Berpikir Kritis

Sub Kemampuan
Berpikir Kritis

Aspek

solusi permasalahan
c. Merumuskan
alternatif-alternatif
untuk solusi
d. Memutuskan hal-hal
yang akan dilakukan
e. Me-review
f. Memonitor
implementasi
12. Berinteraksi dengan a. Memberi label
orang lain
b. Strategi logis
c. Strategi retorik
d. Mempresentasikan
suatu posisi, baik
lisan atau tulisan
(Ennis, 2011:2-4)

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan.Kemampuan berpikir kritis dapat menjadi penentu
kemampuan siswa dalam menjawab permasalahan yang ada pada saat
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hence critical thinking is necessary and important for every person. It
depends on the thinking styles of person and varies from each others.
Critical thinking is important for learning process. Without critical
thinking learning is not complete. For better learning in classroom critical
thinking strategies should be used. In the classroom activities critical
thinking must be applied by the teacher. Critical thinking helps students
and teachers for improvement of their knowledge, skill and attitude in the
field of their profession.
Critical thinking is most useful and applicable tool for classroom teaching
and learning. It is the most useful for productive teaching and learning in
classroom. Critical thinking is most powerful and important tool for
thinking classroom. By the critical thinking students are able to express
them self to speak their thought. They also have become more attentive
listeners to each other. They also included in the creative process of
knowledge building (Joshi, 2010:1)

19
Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Untuk
meningkatkan berpikir kritis maka diperlukan suatu rangsangan agar
seseorang mampu untuk berpikir kritis, dalam hal ini diperlukan suatu
masalah untuk mengetahui sejauh mana seseorang mampu untuk berpikir
kritis. Dalam Sholihah (2011:30-32), cara untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis di dalam kelas atau ketika berinteraksi dengan orang lain,
meliputi: membaca dengan kritis sehingga dapat meningkatkan daya analisis
terhadap kalimat yang dibacanya, mengembangkan kemampuan observasi
dengan mengoptimalkan indra untuk mendapatkan informasi pada obyek yang
diamati,memunculkan rasa ingin tahu melalui bertanya mengenai suatu
masalah, memadukan antara pengetahuan awal dan baru setelah mendapatkan
informasi dan melakukan diskusi sehingga banyak memunculkan pertanyaan
dan jawaban.

Aspek-aspek kemampuan berpikir kritis yang akan dikembangkan pada materi
pengelolaan lingkungan dalam kompetensi dasar 7.4: mengaplikasikan peran
manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan
kerusakan lingkunganadalah: (1) merumuskan masalah, (2) berhipotesis, (3)
menginterpretasi pernyataan, (4) memberikan alasan dan (5) memberikan
solusi yang tepat. Aspek-aspek tersebut sesuai dengan desain masalah pada
model pembelajaran berdasarkan masalah sehingga dengan adanya masalah
diharapkan mampu mengembangkan kelima aspek kemampuan berpikir kritis
tersebut.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013,
yaitu pada bulan Meibertempat di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIIsemester genap
SMP Negeri 26 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri
dari VI kelas.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling.Yang dimaksud cluster random sampling yaitu populasi tidak
terdiri dari individu-individu,melainkan terdiri dari kelompok-kelompok
individu atau kelas sebagai cluster (Margono, 2009:127). Diperoleh kelas VII
E yang berjumlah 34 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F yang
berjumlah 33 siswa sebagai kelas kontrol.

21

C. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah kuasi eksperimen (eksperimen semu) dengan desain
pretes postes kelompok tak ekuivalen.Penelitian ini terdapat dua kelas, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang penguasaan materinya bersifat
homogen.Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran PBLsedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan
dengan menggunakan metode diskusi dan tiap kelas diberikan pretesserta
postesyang sama kemudian hasilnya dibandingkan berdasarkan nilai n gain
yang dinormalisasi (N gain).

Kelas

Pretes Perlakuan

Postes

I

O1

X

O2

II

O1

C

O2

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen
Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1=
Pretes; O2 =Postes; X = Perlakuan menggunakanModel
Pembelajaran PBL, C = Perlakuan menggunakan metode
diskusi kelompok(dimodifikasi dari Sukardi 2007:186).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap,yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian.
Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prapenelitian
a. Membuat izin penelitian pendahuluan ke FKIP untuk sekolah.

22

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya
penelitian,untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang
akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus,Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKK untuk setiap pertemuan.
e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretesdan postes.

2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas
kontrol.Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan.Langkahlangkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
a. Kelas eksperimen(Pembelajaran dengan model PBL) .
Kegiatan awal


Guru memberikan pretes pada pertemuan pertama mengenai
materi pengelolaan lingkungan.



Guru memberikanapersepsi :
Pertemuan I: “Mengapa sungai di perkotaan airnya berubah warna,
berbau busuk dan penuh sampah?”.
Pertemuan II:“Mengapa limbah industri tidak boleh langsung
dibuang ke sungai?”.

23

Motivasi :
Pertemuan I : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui
berbagai macam kerusakan lingkungan,sehingga kita dapat berusaha
untuk menjaga lingkungan disekitar kita.
.

pertemuan II : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui
berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan,sehingga lingkungan
dapat terjaga hingga generasi selanjutnya.
siswa memperhatikan guru memberikan pengarahan sebelum
melaksanakan pembelajaran,misalnya menyampaikan tujuan yang
ingin dicapai,dan karakter yang ingin dicapai serta aturan-aturan
belajar yang ingin dilaksanakan.
Kegiatan inti :
 siswa dibagi menjadi 6 kelompok secara heterogen,masing-masing
kelompok terdiri dari 5 orang.
 siswa diberikan masalah dalam bentuk LKK pada siswa.Guru
membagikan kepada tiap kelompok dengan topikpermasalahan
yang berbeda tiap pertemuannya.Guru meminta siswa mencari
informasi untuk menjawab LKK sesuai dengan model yang telah
diberikan dan buku-buku biologi yang telah tersedia.
 Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam mengerjakan
LKK.
 Guru meminta siswa dari tiap masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian.

24

 Guru membahas soal-soal dalam LKK yang belum dapat
dipecahkan oleh siswa.
 Guru dan siswa secara bersama-sama menarik kesimpulan tentang
materi yang disampaikan.
 Guru meminta siswa mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan.
Kegiatan Penutup
 Guru mengadakanpostespada pertemuan terakhir (pertemuan II)
berupa soal essay tentang pengelolaan lingkungan.
 pada pertemuan pertama dan kedua guru meminta siswa untuk
membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
 Guru menutup pelajaran dengan memberikan kesimpulan tentang
materi yang telah diajarkan

b.Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode diskusi) .
Kegiatan awal
 Guru memberikan pretes pada pertemuan pertama mengenai materi
pengelolaan lingkungan.
Apersepsi :
 pertemuan 1 : “Mengapa sungai di perkotaan,airnya berubah
warna,berbau busuk dan penuh sampah?”.
 pertemuan II: “Mengapa limbah industri tidak langsung dibuang ke
sungai ?”.

25

Motivasi :
 Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui berbagai macam kerusakan lingkungan,sehingga kita
dapat berusaha untuk menjaga lingkungan disekitar kita.
 Pertemuan II : Dengan mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui berbagai upaya untuk melestarikan
lingkungan,sehingga lingkungan dapat terjaga hingga generasi
selanjutnya.
 Siswa memperhatikan guru memberikan pengarahan sebelum
melaksanakan diskusi,misalnya menyampaikan tujuan yang ingin
dicapai.
Kegiatan inti :
 siswa duduk dalam kelompok yang sudah ditentukan,setiap
kelompok terdiri dari 5 orang yang terdiri dari 6 kelompok
heterogen.
 setiap kelompok siswa memperoleh LKK yang harus dikerjakan.
 setelah masing-masing kelompok mengerjakan LKK,siswa
mengumpulkan LKK.
 Masing - masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
 Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah berlangsung
dan memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan
datang.
Kegiatan penutup :

26

 Guru mengadakan postes pada pertemuan terakhir.
 Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah
dibahas.
 Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi pokok pengelolaan lingkunganyang diperoleh dari nilai pretes dan
postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dan postes, lalu
dianalisis secara statistik.

b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan data angket tanggapan
siswa terhadap modelPBL.

2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Pretes dan Postes
Data kemampuan berpikir kritis berupa nilai pretes dan postes. Nilai
pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen
maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil diakhir pembelajaran
pada pertemuan ketiga setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.

27

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
S = R 100
N

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari
item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes
tersebut (Purwanto, 2008 : 112).
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Dalam LKS digunakan untuk mengetahui KBK dan aktivitas siswa di
kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen menggunakan
LKS berbasis masalah, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS
dengan metode diskusi.

c. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan
yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi
sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu:
aktivitas siswa bekerjasama dengan teman, melakukan kegiatan diskusi,
mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

d. Angket Tanggapan Siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat dengan model
PBL dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan,
terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Angket
tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak
setuju.

28

Tabel 2. Item pernyataan pada angket
No.

Pernyataan- Pernyataan

1

Saya senang mempelajari materi pokok
Pengelolaan Lingkungan dengan pembelajaran
yang digunakan oleh guru
Saya lebih mudah memahami materi yang
dipelajari melalui modelpembelajaran yang
digunakan oleh guru
Pembelajaran yang digunakan tidakmampu
mengembangkan kemampuan saya dalam
berpikir kritis
Pembelajaran yang digunakan menjadikan saya
lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.
Saya merasa bosan dalam proses belajar dengan
pembelajaran yang diberikan guru
Saya merasa bingung menggunakan pembelajaran
yang diberikan guru
Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman
dalamproses pembelajaran yang berlangsung.
Saya termotivasi untuk mencari data/informasi
dari berbagai sumber (buku, internet, dan
sebagainya) untuk menyelesaikan permasalahan
dalam LKS
Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS
dengan pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru
tentang materi pokok yang dipelajari

2

3

4
5
6
7
8

9
10

S

TS

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif
Nilai pretes,postes,dan N- gain pada kelas eksperimen dan kontrol
dianalisis menggunakan uji U dengan program spss versi 17,yang
sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan
dua varians (homogenitas) data:

29

A.Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji lilifoers dengan
menggunakan program spss versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho
untukharga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2. Uji Kesamaan Dua Varians
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
denganuji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi
17.
a. Hipotesis
H0= Kedua sampel mempunyai varians sama
H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda
b. Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya> 0,05
maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka
H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).

30

3.Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan uji U karena sampel tidak berdistribusi
normal. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan program SPSS
versi 17.
1. Uji Hipotesis dengan uji U
1. Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
2. Kriteria Pengujian
Jika –Z tabel < Z hitung< Z tabel atau p-value> 0,05, maka
Hoditerima
Jika Z hitung< -Z tabel atau Z hitung> Z tabel, maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004: 17)

G.Mendeskripsikan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
biologi sebagai berikut:
1. Menjumlahkan skor seluruh siswa.
2. Menentukan skor tiap indikator keterampilan berpikir kritis dengan
menggunakan rumus:
P = F  100
N

31

Keterangan:P= Poin yang dicari; F = Jumlah poin keterampilan berpikir
kritis yang diperoleh; N= Jumlah total poin keterampilan berpikir kritis tiap
indikator (Sudijono, 2004:40)

3. RubrikKeterampilan Berpikir Kritis Siswa sebagai berikut:
Tabel 3.Rubrik kemampuanberpikir kritis siswa.
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
No. Urut
Siswa

A

B

C

D

E

No.soal

No.soal

No.soal

No.soal

No.soal

1
2
3
Dst
F
N
P
Kriteria
Catatan :Memberi tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai. (dimodifikasi
dari Arief, 2009:9 dalam Permata, 2011:37).
Ket : A = Merumuskan masalah, B = Berhipotesis,
C = Menginterpretasi pernyataan, D = Memberikan alasan,
E = Memberikan solusi yang tepat

4. Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka kemampuan berpikir kritis
siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut:
Tabel 4.Kriteria berpikir kritis siswa
Persentase
Kriteria
80,1-100
Sangat tinggi
60,1-80
Tinggi
40,1-60
Sedang
20,1-40
Rendah
0,0-20
Sangat rendah
(dimodifikasi dari Arikunto, 2010:245)

32

H.Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data
yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan
indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:
1. Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:
X

x

i

x100%
n
Keterangan: ̅= Rata-rata skor aktivitas siswa; ∑xi = Jumlah skor yang
diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (9)(Sudjana,2002:69).

Tabel 5. Lembar observasi aktivitas siswa

No Nama
1

A
2

Aspek yang diamati
B
3
1
2
3
1

C
2

Xi
3

1
2
3
Dst

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa:
a.

Bekerja sama dengan teman :
1. Tidak bekerja sama dengan teman (diam saja).
2. Bekerja sama tetapi hanya satu atau dua teman.
3. Bekerja sama baik dengan semua anggota kelompok.
b. Melakukan kegiatan diskusi :
1.Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok.
2.Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan
Permasalahan.
3.Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan.
c. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok :

33

1. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang
kurang sistematis,dan tidak dapat menjawab pertanyaan.
2. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang
kurang sistematis tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
3. Siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan
sistematis dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswasesuai
klasifikasi pada tabel 6.
Tabel 6. Klasifikasi indeks aktivitas siswa
Kategori Indeks Aktivitas Siswa (%)
Interprestasi
0,00–29,99
Sangat Rendah
30,00–54,99
Rendah
55,00–74,99
Sedang
75,00–89,99
Tinggi
90,00–100,00
Sangat Tinggi
Dimodifikasi dari Hake dalam Coletta dan Phillips (2005:1176).

I. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran PBL

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui
penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang terdiri
dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Pengolahan data
angket dilakukan sebagai berikut:
1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan
ketentuan pada Tabel 7.
Tabel 7.Skor perjawaban angket
Skor
Sifat
Pernyataan
1
Positif
S
Negatif
TS
Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju
(dimodifikasi dari Rahayu,2010:29).

0
TS
S

34

2)

Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan
klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran
frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan
pernyataan angket.
Tabel 8. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model
pembelajaran PBL
Nomor
Pertanyaan
Angket

PilihanJa
waban
1

Nomor
Responden
Persentase
(Siswa)
2
3 Dst

S
TS
S
2
TS
S
dst.
TS
(dimodifikasi dari Rahayu, 2010:31).
1

Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap
penggunaan model pembelajaran PBL (Hendro dalam Hastriani,
2006:43) pada Tabel 9.
Tabel 9.Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap
penggunaanmodel pembelajaran PBL
Persentase
(%)
100
76 – 99
51 – 75
50
26 – 49
1 – 25
0

Kriteria
Semuanya
Sebagian besar
Pada umumnya
Setengahnya
Hampir setengahnya
Sebagian kecil
Tidak ada

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap aktivitas
belajar siswa pada materi pokok pengelolaan lingkungan.
2. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok
pengelolaan lingkungan.

B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut :
1. Pembelajaran menggunakan model PBL dapat digunakan oleh guru biologi
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktivitas dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok
pengelolaan lingkungan.
2. Guru diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu
dalam setiap sintaks pembelajaran PBL, karena penerapan model
pembelajaran PBL membutuhkan waktu yang cukup lama dan disarankan
agar pembentukan kelompok dilakukan pada waktu sebelum jam
dimulainya proses pembelajaran, agar lebih mengefisienkan waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Adyana, G. P. 2009. Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah. (online)
http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan
kemampuanberpikir- kreatif-siswa/ (21 Oktober 2012).
Achmad, A. 2007. Memahami Berpikir Kritis.(online)
http://www.fk.undip.ac.id/Pengembangan-Pendidikan/clinicalreasoning dan- berpikir-kritis.html (21 Oktober 2012).
Amir, M.T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.
Ennis. Robert H. (2011). Developing Mind: Goal for a critical Thinking
Curriculum. Arethur L.Costa Editor.
Hasnunidah, N. 2009. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP
Melalui Penggunaan Model Problem Based learning Pada Pembelajaran
Konsep Struktur dan Fungsi Organ Manusia. (online). ( http ://pustaka
ilmiah Unila Wordpress 21 Oktober 2012).
Ibrahim, M dan Nur, M. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. University
Press:Surabaya.
Johnson, E.B.2007. Contextual Teaching and Learning. Kaifa Learning:Bandung.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT Rineka Cipta 2007. Jakarta.
Nurhadi, Agus Gerrad 2003. Pembelajaran Konteksual dan penerapannya dalam
KBK. Penerbit Universitas Negeri Malang:Malang.
Pannen, Paulina, Dina Mustafa, Mestika Sekarwahyu, 2001. Kontruktivisme
dalam Pembelajaran. PAU PPAI Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional:Jakarta.
Permata. 2011. Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. (Skripsi). Universitas
Lampung. Bandar Lampung.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja
Rosdakarya:Bandung.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistika dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta:PT Elex Media.Computindo.
(http://books.google.co.id/books?id=v3NrFrZnEFIC&pg=PR5&lpg=PR5&d
q=Cara+Mudah+Mengatasi+Masalah+Statistik+dan+Rancangan+Percobaan
+dengan+SPSS+12 ).
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui
Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada
Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Ratnaningsih, N. 2003. Pengembangan Kemampuan Berpikir Fisika Siswa SMU
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Pasca Sarjana
UPI: Bandung.
Relista, R. 2011. Pengaruh Penggunaan Media Komik dengan Model Problem
Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Materi Pokok Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan. (Skripsi). Universitas
Lampung: Bandar Lampung.
Rudhito, M. A. dan Susento 2009. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
(online) (http://warungpendidikan.blogspot.com/2009/01/pendekatan
pembelajaran berbasis.html.21 Oktober 2012).
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Edisi Kedua. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media:Jakarta.
Sholihah, (2011). Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis.
MTS Ma’arif Kaliwiro. Yogyakarta.
Sudjana, Nana dan Akhmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Sinar Baru
Algesindo:Bandung.
Sukardi. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Techonly. 2010. Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Keguruan. (online)
( http://techonly13.wordpress.com).
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Satuan
Pendidikan (KTSP). Kencana:Jakarta.

Winkel, W.S 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia:
Jakarta.
Yassa. 2002. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Mengembangkan Kecakapan Fisika Siswa sebagai Implementasi KBK
(Usulan Research grant Program DUELIKE-BATCH III Tahun anggaran
2004). FMIPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG: Semarang.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 29 53

EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 68

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS OLEH SISWA (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Rambang Dangku Tahun Pelajaran 2012/2103 Pada Materi Pok

1 12 68

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILANBERPIKIR KRITIS OLEH SISWA (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X Semester Genap SMAN 1 Rambang Dangku Tahun Pelejaran 2012/2013 Pada Materi Pokok Penc

1 20 75

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

0 2 46

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Perintis 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2 26 71

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

3 20 58

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61