Valuasi Ekonomi Objek Wisata Ndayu Park Dengan Metode Biaya Perjalanan Dan Metode Valuasi Kontingensi Ferra E F1110010

(1)

commit to user

i

METODE VALUASI KONTINGENSI

Diajukan untuk Menyusun Skripsi dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

FERRA ERMAYANTI F1110010

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

”Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan. Maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh, dan hanya kepada

Allah kamu berharap”

( QS. Al Insyira : 6 – 8 )

Memiliki sedikit pengetahuan namun dipergunakan untuk berkarya, jauh lebih berarti daripada memiliki pengetahuan luas namun mati

tak berfungsi ( Kharil Gibran )

Yakinlah bahwa Allah SWT pasti akan memberikan yang terbaik

dan terindah tepat pada waktunya.


(5)

commit to user

v

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Allah SWT yang telah memberikan semua nikmatNya.

2. Orang tuaku tercinta dan adikku tersayang terima kasih atas doa dan dukungannya.

3. Semua orang yang senantiasa ada disampingku dan menyayangiku. Terutama untuk keluarga besarku, sahabatku, dan teman-temanku.


(6)

commit to user

vi

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Valuasi Ekonomi Objek Wisata Ndayu Park Dengan Metode Biaya Perjalanan Dan Metode Valuasi Kontingensi”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata S1 Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun berkat doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Ibu Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberi petunjuk dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Segenap Dosen dan seluruh Staf Kantor TU Fakultas Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu proses pelaksanaan Pendidikan dan Penelitian. 5. Krestyanto D.N (Marketing), Abdul Rozak (SPV Gudang) dan semua

pihak pengelola Objek Wisata Ndayu Park yang telah membantu dalam memperoleh data.


(7)

commit to user

vii

Anggraeni (Adikku) yang telah memberi perhatian, dukungan berupa semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sebelas Maret.

7. Arif Yunianto (CyiinthaQ) yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

8. Sahabat-sahabatku Wonder Girls : Atun, Maia, Nikitul (tante), Mba’ QiQi, Dyan (mamah), Aiiu, Ulie, Dita (bude), Putri (eyang utie) dan Wonder Boys : Jerry Yan, Setyawan (tengkleng), Habibi (babibi) yang selalu memberikan motivasi dan inspirasinya kepada penulis serta semua teman-teman seperjuangan di Ekonomi Pembangunan 2010.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap segala kekurangan yang ada demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini turut memberikan sumbangan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

Ferra Ermayanti F 1110010


(8)

commit to user

viii

HALAMAN JUDUL ………. i

ABSTRAKSI ………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iv

HALAMAN MOTTO ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vi

KATA PENGANTAR ………... vii

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ………... xii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Pariwisata ……….. 9

B. Jenis Pariwisata ... 10

C. Pengertian Permintaan ……….... 12

D. Permintaan Pariwisata ... 14

E. Valuasi Ekonomi ... 16

F. Surplus Konsumen ... 20


(9)

commit to user

ix

I. Contingent Valuation Method/ CVM ……… 25

J. Penelitian Terdahulu ……….. 26

K. Kerangka Pemikiran ……….. 31

L. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………. 34

B. Jenis dan Sumber Data ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 35

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 36

E. Definisi Operasional Variabel ... 37

F. Prosedur Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Karangmalang ... 59

B. Potensi Objek Wisata Ndayu Park ... 60

1. Gambaran Umum Ndayu Park ... 60

2. Sejarah Ndayu Park ... 63

3. Data Produk ... 65

4. Promosi Yang Pernah Dilakukan ... 77

5. Job Diskripsi ... 78

6. Struktur Organisasi ... 81

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 82

1. Analisis Diskriptif ... 82

2. Analisis Biaya Perjalanan (Travel Cost Analysis) ... 87

3. Analisis Regresi ... 96

4. Analisis Nilai WTP terhadap Harga Tiket Objek Wisata Ndayu Park dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) ... 108


(10)

commit to user

x

A. Kesimpulan ... 125 B. Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA


(11)

commit to user

xi

1.1 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Ndayu Park dari

Tahun 2009 - pertengahan Tahun 2012 ... 5

4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 82

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 83

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 84

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 85

4.5 Pengunjung Objek Wisata Ndayu Park Berdasarkan Jenis Kunjungan ... 85

4.6 Tujuan Berkunjung Ke Objek Wisata Ndayu Park ... 86

4.7 Jumlah Kunjungan Dalam Setahun Terakhir ... 87

4.8 Pembagian Zona ... 88

4.9 Tingkat Kunjungan per 1000 Penduduk Tiap Zona Ke Objek Wisata Ndayu Park ... 90

4.10 Total Biaya Perjalanan Tiap Zona Ke Objek Wisata Ndayu Park ... 91

4.11 Regresi Tingkat Kunjungan per 1000 Penduduk dengan Biaya Perjalanan ... 92

4.12 Perhitungan Nilai Surplus Pengunjung Objek Wisata Ndayu Park ... 95

4.13 Hasil Analisis Regresi Semi-log ... 97

4.14 Hasil Auxillary Regression ... 99


(12)

commit to user

xii

4.17 Hasil Uji t (t-test) pada α=5% ... 102

4.18 Distribusi Besaran WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Objek Wisata Ndayu Park ... 110

4.19 Total WTP Responden Objek Wisata Ndayu Park ... 113

4.20 Hasil Analisis Nilai WTP Responden Objek Wisata Ndayu Park dalam Upaya Pelestarian Lingkungan ……... 115

4.21 Hasil Auxillary Regression ... 117

4.22 Hasil Uji ARCH ... 118

4.23 Hasil Uji LM Test ... 119


(13)

commit to user

xiii

2.1 Klasifikasi Valuasi Non Market ... 20

2.2 Surplus Konsumen ... 21

2.3 Kerangka Pemikiran Valuasi Ekonomi Ndayu Park ... 32

4.1 Letak Geografis ... 60

4.2 Denah Lokasi Ndayu Park ... 61

4.3 Papan Petunjuk Arah ... 63

4.4 Logo Ndayu Park ... 65

4.5 Kolam Renang ... 66

4.6 Water Boom... 66

4.7 Bebek Apung ... 67

4.8 Agrowisata ... 68

4.9 Resto Ndayu ... 69

4.10 Perahu Gethek ... 69

4.11 Flying Fox... 70

4.12 Taman Lalu Lintas ... 71

4.13 Bercocok Tanam ... 71

4.14 Area Ketangkasan ... 72

4.15 Beruang Madu dan Monyet ... 72

4.16 Sapi Perah ... 73


(14)

commit to user

xiv

4.19 Brosur ... 78

4.20 Struktur Organisasi ... 81

4.21 Kurva WTP dengan Usia ... 111


(15)

commit to user

ii

VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA NDAYU PARK DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN DAN METODE VALUASI

KONTINGENSI Ferra Ermayanti

F1110010 ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari pengunjung Objek Wisata Ndayu Park, mengetahui besar penilaian ekonomi yang ditunjukkan dengan surplus konsumen dan besarnya jumlah kesediaan untuk membayar (Willingness to Pay), mengetahui pengaruh variabel biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan, jarak, waktu dan fasilitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun serta mengetahui nilai manfaat dari Objek Wisata Ndayu Park.

Penelitian ini merupakan perbandingan antara Travel Cost Method (TCM) dengan Contingent Valuation Method (CVM). Ukuran sampel penelitian ini adalah 100 orang dengan menggunakan metode probability sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan bentuk semi-log.

Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan, rata-rata biaya perjalanan pengunjung berkisar antara adalah Rp 7.500,00 sampai dengan Rp 96.000,00. dengan tingkatan umur rata-rata pengunjung berumur produktif antara 30 - 35 tahun. Surplus konsumen Objek Wisata Ndayu Park sebesar Rp 260.841.380,00 per tahun dan total WTP sebesar Rp 4.033,75/ pengunjung. Analisis Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap harga tiket Objek Wisata Ndayu Park diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk Objek Wisata Ndayu Park sampai tarif harga Rp 9.240,00.

Kenaikan harga tiket ini dapat diterapkan seiring dengan tempat wisata Objek Wisata Ndayu Park dapat mempertahankan kelestarian lingkungannya dan pengelola Objek Wisata Ndayu Park melakukan pengembangan tempat wisata serta penambahan fasilitas wisata.


(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam dan budaya yang melimpah dan beragam. Keberagaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, flora, fauna, panorama alam dengan berbagai wilayah yang kaya akan adat istiadat, kebudayaan, dan bahasa memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun domestik. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan yang dapat mendorong pemerintah untuk mendirikan industri pariwisata khususnya di daerah masing-masing yang mempunyai potensi wisata untuk dapat menarik wisatawan berkunjung ke daerahnya sehingga dapat menambah PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Pendapatan masyarakat menyebabkan meningkatnya konsumsi barang dan jasa. Salah satunya adalah jasa perjalanan wisata yang ditawarkan oleh industri-industri pariwisata akhir-akhir ini. Perjalanan wisata merupakan kegiatan meninggalkan tempat tinggal untuk berlibur mencari udara segar yang baru untuk memenuhi rasa ingin tahu, ketenangan saraf, maupun menikmati keindahan alam. Berpariwisata merupakan suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggal (Swantoro, 1997 :3 dalam Igunawati, 2010).


(17)

Pariwisata merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu. Alasannya, karena aktivitas berwisata bagi seorang individu dapat meningkatkan daya kreatif, menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan pariwisata spiritualisme. Meningkatnya waktu luang sebagai akibat lebih singkatnya hari kerja dan didukung oleh meningkatnya penghasilan, maka aktivitas kepariwisataan akan semakin meningkat. Tempat rekreasi tidak memiliki nilai pasar yang pasti, maka penilaian tempat rekreasi dilakukan dengan pendekatan biaya perjalanan. Metode biaya perjalanan ini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang digunakan untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi (Yakkin,1997 dalam Igunawati, 2010).

Metode biaya perjalanan mengasumsikan bahwa biaya perjalanan merefleksikan harga suatu tempat rekreasi. Fauzi (2010), metode biaya perjalanan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka seperti memancing, berburu, hiking dan lain-lain. Metode ini mengkaji biaya-biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi tersebut. Metode biaya ini dapat digunakan untuk mengatur manfaat dan biaya akibat (Fauzi, 2010) :

a. Perubahan biaya akses (tiket) masuk bagi suatu tempat rekreasi b. Penambahan tempat rekreasi baru


(18)

d. Penutupan tempat rekreasi yang ada.

Kabupaten Sragen telah mendirikan sebuah tempat wisata bernuansa pedesaan yang dilengkapi dengan nilai pendidikan dan hiburan. Objek wisata tersebut dinamakan Ndayu Park. Objek wisata Ndayu Park yang terletak di Kampung Ndayu, Ds.Jurangjero, Kec.Karangmalang, Kab.Sragen, sekitar 30 Km dari Kota Solo telah di lengkapi dengan berbagai fasilitas wisata. Ndayu Park menyimpan sejuta potensi yang siap dinikmati oleh para wisatawan dari berbagai usia. Keindahan alam pedesaan yang mempesona dengan deretan pohon jati yang menaungi areal seluas hampir 5 Ha (Sragen News Online, 2010).

Fasilitas pendukung telah disediakan demi kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini, antara lain : mini zoo, wahana bermain dan ketangkasan, agrowisata, resort, pendopo pertemuan, gazebo, kolam renang lengkap dengan arena luncuran, resto, dan sebagainya. Objek wisata ini memiliki konsep sebagai daerah tujuan wisata keluarga, sehingga semua orang dari berbagai usia dapat menikmati kenyamanan dan hiburan yang ditawarkan oleh tempat ini. Fasilitas-fasilitasnya tersedia lengkap baik bagi anak-anak, remaja, maupun orang tua yang dapat digunakan sebagai sarana rekreasi dan pendidikan (Sragen News Online, 2010).

Permintaan wisata pada wisatawan yang berkunjung dan nilai ekonomi pada tempat wisata dengan menggunakan Travel Cost Method (TCM) akan didapatkan surplus konsumen pengunjung Objek Wisata Ndayu Park dari fungsi dan kurva permintaan yang terbentuk. Surplus konsumen


(19)

mengindikasikan bahwa sebenarnya pengunjung masih menerima surplus (kelebihan) manfaat dari tingkat harga tiket wisata yang ditetapkan, sehingga sebenarnya harga tiket wisata masih dapat ditingkatkan untuk pemeliharaan dan pengembangan lebih lanjut objek wisata tersebut. Kurva permintaan wisata juga dapat memperlihatkan tingkat harga tiket wisata maksimum yang masih dapat diterapkan oleh pengelola wisata.

Nilai ekonomi secara umum didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut sebagai keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi, 2010). Kerusakan sumber daya alam pada Obyek Wisata Ndayu Park maka akan sangat berpengaruh pada kemauan wisatawan untuk membayar (willingness to pay) pada Obyek Wisata Ndayu Park. Metode willingness to pay merupakan pengukuran menggunakan Metode Valuasi Kontingen (ContingentValuation Method/ CVM).

Perkembangan jumlah pengunjung Objek Wisata Ndayu Park dari awal tahun 2009 sampai dengan bulan Juni tahun 2012 adalah sebagai berikut:


(20)

Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Ndayu Park dari Tahun 2009 sampai dengan pertengahan tahun 2012.

Bulan Jumlah (orang)

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

Januari 17.659 67.470 29.985 14.544

Februari 16.783 17.658 8.035 7.045

Maret 29.753 16.865 7.921 12.089

April 18.902 18.880 10.640 9.144

Mei 19.691 22.212 11.434 8.562

Juni 19.363 20.900 18.913 12.059

Juli 18.648 21.110 10.398 -

Agustus 9.761 9.487 4.303 -

September 88.293 59.563 23.604 -

Oktober 27.994 15.912 7.364 -

November 23.178 8.095 4.702 -

Desember 32.121 22.819 19.649 -

Jumlah 322.145 300.971 156.948 53.643

Sumber : Pengelola Ndayu Park, 2012

Data Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perubahan jumlah pengunjung pada Objek Wisata Ndayu Park dari awal tahun 2009 sampai dengan Juni 2012 mengalami penurunan karena wahana dan fasilitas di Objek Wisata Ndayu kurang lengkap serta sarana transportasi untuk menuju ke Objek Wisata Ndayu Park kurang memadahi. Pada tahun 2009 jumlah pengunjung berjumlah 322.145 orang dan pada tahun 2010 menurun menjadi 300.971 orang. Pada tahun 2011 pengunjung mengalami penurunan kembali sebesar 156.948 orang dan pada tahun 2012 ini, pengunjung Objek Wisata Ndayu Park dari Januari sampai dengan Juni adalah sebesar 53.643 orang dan untuk Juli sampai dengan Desember data belum dapat diketahui.


(21)

Latar belakang mengenai Objek Wisata Ndayu Park ini, maka dapat dilakukan penilaian ekonomi dengan menggunakan TCM dan CVM, sehingga penulis mengambil judul penelitian “Valuasi Ekonomi Objek Wisata Ndayu Park Dengan Metode Biaya Perjalanan Dan Metode Valuasi Kontingensi ”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berkut:

1. Bagaimanakah karekteristik sosial ekonomi dan perilaku pengunjung di Objek Wisata Ndayu Park?

2. Apakah biaya perjalanan ke objek wisata Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur dan fasilitas berpengaruh terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun di Objek Wisata Ndayu Park? 3. Berapa besar nilai ekonomi dilihat dari surplus konsumen yang

diperoleh Objek Wisata Ndayu Park dilihat dari biaya perjalanan (Travel Cost)?

4. Apakah biaya perjalanan ke objek wisata Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur dan fasilitas berpengaruh terhadap WTP di Objek Wisata Ndayu Park?

5. Berapa WTP/Willingness to Pay pengunjung terhadap harga tiket masuk Objek Wisata Ndayu Park dengan menggunakan metode valuasi kontingensi?


(22)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui karekteristik sosial ekonomi dan perilaku pengunjung di Objek Wisata Ndayu Park.

2. Untuk mengetahui biaya perjalanan ke Objek Wisata Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur dan fasilitas berpengaruh terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun di Objek Wisata Ndayu Park.

3. Mengukur besar nilai ekonomi dilihat dari surplus konsumen yang diperoleh Objek Wisata Ndayu Park dilihat dari biaya perjalanan (Travel Cost).

4. Untuk mengetahui biaya perjalanan ke Objek Wisata Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur dan fasilitas berpengaruh terhadap WTP di Objek Wisata Ndayu Park.

5. Mengetahui WTP/Willingness to Pay pengunjung terhadap harga tiket masuk Objek Wisata Ndayu Park dengan menggunakan metode valuasi kontingensi.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Pemerintah dan Instansi yang mengelola tempat wisata

Sebagai bahan acuhan untuk menentukan kebijakan dalam pengelolaan Objek Wisata di Ndayu Alam Asri dan dapat digunakan untuk


(23)

menerapkan rencana prospek ke depan dalam mengelola objek wisata Ndayu Park, Kabupaten Sragen.

2. Bagi Penulis

Sebagai sarana pembelajaran dan penambahan pengetahuan mengenai penilaian biaya perjalanan (travel cost) dan ketersediaan membayar para pengunjung di Objek Wisata Ndayu Park, Kabupaten Sragen dan memahami permasalahan lingkungan sumber daya alam.

3. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian lanjutan dalam bidang serupa.


(24)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Spillane (1989) dalam Salma dan Indah (2004) mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mencari kepuasan, mencari sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.

Kodhyat (1983) dalam Triana (2010) mendiskripksikan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Spillane (1987 : 20) dalam Triana (2010) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.

Wahab (1975 : 55) dalam Triana (2010) mengemukakan, pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar


(25)

hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Pariwisata selain sebagai sektor yang komplek juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.

B. Jenis Pariwisata

Jenis-jenis pariwisata, menurut Spillane (1989) dalam Salma dan Indah (2004) yang terdapat di daerah tujuan wisata yang menarik customer untuk mengunjunginya sehingga dapat pula diketahui jenis pariwisata yang mungkin layak untuk dikembangkan dan mengembangkan jenis sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata tersebut.

a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk mengendorkan ketegangan syarafnya, untuk menikmati keindahan alam, untuk menikmati hikayat rakyat suatu daerah, untuk menikmati hiburan, dan sebagainya.

b. Pariwisata untuk rekreasi (recreation sites)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani, yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahannya.


(26)

c. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism)

Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat istiadat, cara hidup masyarakat negara lain dan sebagainya.

d. Pariwisata untuk Olahraga (sports tourism)

Jenis pariwisata ini bertujuan untuk tujuan olahraga, baik hanya untuk menarik penonton olahraga dan olahragawannya sendiri serta ditujukan bagi mereka yang ingin mempraktikkannya sendiri.

e. Pariwisata untuk urusan dagang besar (business tourism)

Jenis pariwisata ini, unsur yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan ini yang menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menikmati dirinya sebagai wisatawan yang mengunjungi berbagai obyek wisata dan jenis pariwisata lain.

f. Pariwisata untuk konvensi (convention tourism)

Banyak negara yang tertarik dan menggarap jenis pariwisata ini dengan banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi untuk menunjang convention tourism.

Mappi (2001:30-33) dalam Triana (2010), Obyek wisata dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu:

a. Obyek wisata alam, misalnya: laut, pantai, gunung (berapi), danau, sungai, fauna (langka), flora (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam, dan lain-lain.


(27)

b. Obyek wisata budaya, misalnya: upacara kelahiran, tari-tari (tradisional), musik (tradisional, pakaian adat, perkawinan adat, upacara turun ke sawah, upacara panen, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun (tradisional), tekstil lokal, pertunjukkan (tradisional), adat istiadat lokal, museum, dan lain-lain.

c. Obyek wisata buatan, misalnya: sarana dan fasilitas olah raga, permainan, (layangan), hiburan (lawak atau akrobatik, sulap), ketangkasan, naik kuda, taman rekreasi, pusat-pusat pembelanjaan, dan lain-lain.

C. Pengertian Permintaan

Eachern (2000) dalam Salma dan Indah (2004) permintaan pasar suatu sumber daya adalah penjumlahan seluruh permintaan atas berbagai penggunaan sumber daya tersebut. Hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam suatu periode waktu tertentu berubah berlawanan dengan harganya, jika hal lain diasumsikan tetap (Samuelson, 1998 dalam Salma dan Indah, 2004). Semakin tinggi harganya, semakin kecil jumlah barang yang diminta atau sebaliknya "semakin kecil harganya, semakin tinggi jumlah barang yang diminta, menurut Eachern (2000) dalam Salma dan Indah (2004).


(28)

Beberapa faktor permintaan selain harga menurut Eachern (2000) dalam Salma dan Indah (2004), adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan.

Kenaikan dalam pendapatan biasanya akan mengarah pada kenaikan dalam permintaan, sehingga kurva permintaan telah bergeser ke kanan menunjukkan kuantitas yang diminta yang lebih besar pada setiap tingkat harga.

b. Selera dan Preferensi.

Selera adalah determinan permintaan non harga, karena kesulitan dalam pengukuran dan ketiadaan teori tentang perubahan selera, biasanya kita mengasumsikan bahwa selera konstan dan mencari sifat-sifat lain yang mempengaruhi perilaku.

c. Harga barang-barang yang berkaitan.

Substitusi dan komplementer. Substitusi dan komplementer dapat didefinisikan dalam hal bagaimana perubahan harga suatu komoditas mempengaruhi permintaan akan barang yang berkaitan. Misalkan barang X dan Y merupakan barang substitusi maka ketika harga barang Y turun sedangkan harga barang X tetap, konsumen akan membeli barang X lebih banyak sehingga kurva permintaan akan bergeser ke kiri. Misal barang X dan Y merupakan barang komplementer maka berlaku sebaliknya, di mana penurunan harga barang Y akan menaikkan permintaan barang X dan kenaikan harga barang Y akan menurunkan permintaan barang X.


(29)

d. Perubahan dugaan tentang harga relatif di masa depan.

Dugaan tentang harga-harga relatif di masa depan memainkan peranan yang penting dalam menentukan posisi kurva permintaan. Misal semua harga naik 10 persen per tahun dan diduga akan terus berlangsung, laju inflasi yang telah diantisipasi ini tidak lagi berpengaruh terhadap posisi kurva permintaan (jika harga diukur dalam bentuk relatif pada sumbu vertikal).

e. Penduduk.

Seringkali kenaikan jumlah penduduk dalam suatu perekonomian (dengan pendapatan per kapita konstan) menggeser permintaan pasar ke kanan yang berlaku untuk sebagian besar barang.

D. Permintaan Pariwisata

Medlik (1980) dalam Triana (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Harga

Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga permintaan wisata akan berkurang begitu pula sebaliknya. b. Pendapatan

Pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bias


(30)

jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata jika dianggap menguntungkan.

c. Sosial Budaya

Sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya wisatawan.

d. Sosial Politik

Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sosial politik akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.

e. Intensitas Keluarga

Keluarga berperan dalam permintaan wisata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar.

f. Harga Barang Substitusi

Harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti Daerah Tujuan Wisata yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal. Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi


(31)

syarat-syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.

g. Harga Barang Komplementer

Barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan obyek wisata lainnya. Permintaan pariwisata selain yang disebutkan diatas juga ditentukan oleh sifat-sifat tempat tujuan, perjalanan, daya tariknya, dan efektif tidaknya kegiatan pemasaran tempat tujuan. Kebijakan pemerintah dapat menaikkan atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi wisatawan seperti keamanan menurut Wahab (1989) dalam Triana (2010).

E. Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi, secara umum dapat didefinisikan bahwa pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar (market value) tersedia atau tidak, menurut Susilowati (2002) dalam Salma dan Indah (2004). Akar dari konsep penilaian ini sebenarnya berdasarkan pada ekonomi neoklasikal (neoclassical economic theory) yang menekankan pada kepuasan atau keperluan konsumen. Pemikiran neoklasikal ini dikemukakan bahwa penilaian setiap individu pada


(32)

barang dan jasa tidak lain adalah selisih antar keinginan membayar (willingness to pay = WTP), dengan biaya untuk mensuplai barang dan jasa tersebut (Salma dan Indah, 2004).

Tujuan valuasi adalah menentukan besarnya Total Economic Value (TEV) pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan, dimana nilai TEV, merupakan jumlah dari Nilai Guna (Use Value). Nilai guna yaitu nilai yang diperoleh dari pemakaian langsung atau yang berkaitan dengan sumber daya alam dan lingkungan yang dikaji atau diteliti. Nilai ini terdiri dari nilai yang berkaitan dengan kegiatan komersial, subsistensi, leisure dan aktivitas lain yang bertautan dengan sumberdaya alam yang ditelaah. Nilai Guna Tak Langsung (In Direct Use Value), berkaitan dengan perlindungan atau dukungan terhadap kegiatan ekonomis dan harta benda yang diberikan oleh suatu sumberdaya alam dan Nilai Pilihan (Option Use Value) nilai guna dari sumberdaya alam dan lingkungan di masa mendatang (Kusuma, 2011).

Nilai Guna Tak Langsung (In Direct Use Value) yaitu nilai-nilai yang tidak ada kaitan langsung dengan kemungkinan pemakaian sumberdaya alam dan lingkungan itu, biasanya berupa Existence Value dan Bequest Value yang merupakan total dari Nilai Keberadaan (Existence Value) yaitu nilai yang diberikan (secara semata-mata) karena keberadaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan, ditambah Nilai Pewarisan (Bequest Value) yaitu nilai yang diberikan kepada anak cucu agar dapat diwariskan suatu sumberdaya alam dan lingkungan tersebut (Kusuma, 2011).


(33)

Valuasi ekonomi merupakan sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Hufscmidt, et al. (1987) dalam Firandari (2009), secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan) suatu sumber daya alam dan lingkungan pada dasarnya dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang berorientasi survey atau penilaian hipotesis yang disajikan sebagai berikut (Djijono, 2002 dalam Firandari, 2009):

1. Pendekatan Orientasi Pasar

a. Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa (actual based market method):

1) Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity)

2) Metode kehilangan penghasilan (loss of earning methods) b. Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual

terhadap masukan berupa perlindungan lingkungan:

1) Pengeluaran pencegahan (averted defensif expenditure methods)

2) Biaya penggantian (replacement cost) 3) Proyek bayangan (shadow project methods) 4) Analisis keefektifan biaya


(34)

c. Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods)

1) Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan

2) Pendekatan nilai kepemilikan 3) Pendekatan lain terhadap nilai tanah 4) Biaya perjalanan (travel cost)

5) Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods) 6) Penerimaan kompensasi/pampasan

2. Pendekatan Orientasi Survey

a. Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar (Willingness To Pay)

b. Pertanyaan langsung terhadap kemauan dibayar (Willingness To Accept)

Teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) secara umum dapat digolongkan kedalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit, dimana WTP terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap). Beberapa teknik yang termasuk kedalam kelompok yang pertama ini adalah travel cost, hedonic pricing, dan teknik yang relatif baru yang disebut random utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan


(35)

membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2010).

Pengklasifikasian valuasi ekonomi non-market dapat dilihat pada Gambar 2.1. Klasifikasi Valuasi Non-Market

Gambar 2.1. Klasifikasi Valuasi Non-Market

Sumber: Fauzi, 2010

F. Surplus Konsumen

Samuelson dan Nordhaus (1990) dalam Salma dan Indah (2004), Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Surplus konsumen timbul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Timbulnya surplus konsumen disebabkan karena konsumen membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir. Surplus konsumen mencerminkan

Valuasi Non-Market

Tidak langsung (Revealed WTP)

Langsung(Survei) (Expressed WTP) • Contingent Valuation Random Utility model Contingent ChoiceHedonic Pricing

Travel Cost


(36)

manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama (Salma dan Indah, 2004).

P R

D

Surplus Konsumen

Garis Harga

N E

O M Qd

Gambar 2.2 Surplus Konsumen

Sumber: Djijono (2002) dalam Salma dan Indah (2004)

Keterangan:

OREM = Total utilitas / kemampuan membayar konsumen ONEM = Biaya barang bagi konsumen

NRE = Total Nilai surplus konsumen

Gambar 2.2 menunjukan bahwa kesediaan membayar berada di area di bawah kurva permintaan. Kurva permintaan mengukur jumlah yang akan dibayar oleh konsumen untuk tiap unit yang dikonsumsi. Total bidang di bawah kurva permintaan (OREM) menunjukkan total utilitas yang diperoleh konsumen atas konsumsi suatu barang atau merupakan ukuran kemauan


(37)

membayar total karena jumlah tersebut adalah hasil penjumlahan nilai-nilai marginal Q dari O sampai M dengan mengurangkan biaya suatu barang bagi konsumen (ONEM), nilai surplus konsumen ditunjukkan sebagai bidang segitiga NRE dan merupakan ukuran kemauan membayar diatas pengeluaran kas untuk konsumsi (Djijono, 2002 dalam Kusuma, 2011).

G. Travel Cost Method/ TCM

Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method), merupakan Konsep dasar dari metode travel cost yaitu waktu dan pengeluaran biaya perjalanan (travel cost expenses) yang harus dibayarkan oleh para pengunjung untuk mengunjungi tempat wisata tersebut yang merupakan harga untuk akses ke tempat wisata (Garrod dan Willis, 1999 dalam Salma dan Indah, 2004). Pengertian itu yang disebut dengan willingness to pay (WTP) yang diukur berdasarkan perbedaan biaya perjalanan.

Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan melalui metode travel cost menurut Garrod dan Willis (1999) dalam Salma dan Indah (2004), yaitu:

a. Pendekatan Zona Biaya Perjalanan (A simple zonal travel cost approach), menggunakan data sekunder dan pengumpulan data dari para pengunjung menurut daerah asal.

b. Pendekatan Biaya Perjalanan Individu (An individual travel cost approach), menggunakan survei data dari para pengunjung secara individu.


(38)

Penelitian dengan menggunakan metode biaya perjalanan individu (Individual Travel Cost Method) biasanya dilaksanakan melalui survey kuesioner pengunjung mengenai biaya perjalanan yang harus dikeluarkan ke lokasi wisata, kunjungan ke lokasi wisata yang lain (substitute sites), dan faktor-faktor sosial ekonomi menurut Suparmoko (1997) dalam Salma dan Indah (2004). Data tersebut kemudian digunakan untuk menurunkan kurva permintaan dimana surplus konsumen dihitung.

Suparmoko (2000) dalam Salma dan Indah (2004) mengatakan bahwa metode biaya perjalanan telah banyak dipakai dalam perkiraan nilai suatu taman rekreasi dengan menggunakan berbagai variabel. Pertama kali dikumpulkan data mengenai jumlah pengunjung taman, biaya perjalanan yang dikeluarkan, serta faktor-faktor lain seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan mungkin juga agama dan kebudayaan serta kelompok etnik dan sebagainya. Data atau informasi tersebut diperoleh dengan cara mewawancarai para pengunjung taman rekreasi tersebut mengenai jarak tempuh mereka ke lokasi taman rekreasi tersebut, biaya perjalanan yang dikeluarkan, lamanya waktu yang digunakan, tujuan perjalanan, tingkat pendapatan rata-rata, dan faktor sosial ekonomi lainnya.

Fungsi permintaan dari suatu kegiatan rekreasi dengan metode biaya perjalanan melalui pendekatan individual dapat diformulasikan sebagai berikut (Fauzi, 2004:21 dalam Igunawati, 2010) :


(39)

Vij = f (Cij, Tij, Qij, Sij, Fij, Mi)

Dimana:

Vij : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j

Cij : biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j

Tij : biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j

Qij : persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi

Sij : karakteristik substitusi yang mungkin ada di daerah lain Fij : faktor fasilitas-fasilitas di daerah j

Mi : pendapatan dari individu i

Semua metode pada dasarnya dapat digunakan untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan. Seseorang yang melakukan kegiatan wisata atau rekreasi pasti melakukan mobilitas atau perjalanan dari rumah menuju obyek wisata, dan dalam melaksanakan kegiatan tersebut pelaku memerlukan biaya-biaya untuk mencapai tujuan rekreasi, sehingga biaya-biaya perjalanan (travel cost) dapat memberikan korelasi positif dalam menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata yang sudah berjalan dan berkembang (Igunawati, 2010).

H. Nilai Ekonomi

Fauzi (2010) mengatakan bahwa pengertian nilai atau value, khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber


(40)

daya alam dan lingkungan memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu, karena itu diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolak ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian price tag (harga) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan, dengan demikian kita menggunakan apa yang disebut nilai ekonomi sumber daya alam.

Nilai ekonomi secara umum didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini secara formal disebut keinginan membayar (WTP) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Penggunaan pengukuran ini, nilai ekosistem bisa ”diterjemahkan” kedalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa (Fauzi, 2010).

I. Contingent Valuation Method/ CVM

Contingent Valuation adalah sebuah metode dalam mengumpulkan informasi mengenai preferensi atau kesediaan membayar (Wi llingness To Pay) dengan teknik pertanyaan secara langsung ( Haab dan McConnell, 2002 dalam Firandari, 2009). Contingent Valuation mempunyai tujuan untuk mengukur keinginan membayar individu (WTP) untuk perubahan kuantitas atau kualitas dari barang dan jasa lingkungan. Pendekatan CVM disebut contingent (tergantung) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh


(41)

sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun, misalnya seberapa besar biaya yang harus ditanggung, bagaimana pemeliharaannya, dan lain sebagainya.

Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan. Kedua, dengan teknik survei. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama, keinginan membayar (Wi llingness To Pay atau WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dan lainnya) dan kedua, keinginan menerima (Wi llingness To Accept atau WTA) kerusakan suatu lingkungan perairan menurut Fauzi (2004) dalam Firandari (2009). Hanley dan Spash (1993) dalam Firandari (2009) menyebutkan bahwa langkah-langkah dalam penggunaan CVM terdiri dari enam langkah, yaitu:

a. Menyusun hypothetical market,

b. Penentuan besarnya penawaran/lelang (bid), c. Menghitung rataan WTP dan/atau WTA, d. Menduga kurva penawaran,

e. Menjumlahkan data,

f. Mengevaluasi perhitungan CVM.

J. Peneliti Te rd ahu lu

Salma dan Indah (2004) yang mengalisis tentang permintaan Obyek Wisata Alam Curug Sewu, Kabupaten Kendal dengan pendekatan biaya


(42)

perjalanan/travel cost. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur nilai ekonomi yang diperoleh dari pengunjung wisata alam Curug Sewu Kabupaten Kendal dengan menggunakan metode biaya perjalanan individu (individual travel cost method). Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan jumlah kunjungan individu sebagai variabel dependen dan enam variabel sebagai variabel independen yaitu variabel travel cost ke Curug Sewu (meliputi biaya transportasi pulang pergi, biaya konsumsi, biaya tiket masuk, biaya parkir, biaya dokumentasi, dan biaya lain–lain) (Rp), variabel biaya ke obyek wisata lain (Rp), variabel umur (tahun), variabel pendidikan (tahun), variabel penghasilan (Rp) dan variabel jarak (km). Penelitian tersebut diperoleh nilai ekonomi Curug Sewu yaitu nilai surplus konsumen yang diperoleh sebesar Rp. 896.734,90 per individu per tahun atau Rp 224.198,70 per individu per satu kali kunjungan, sehingga dihitung total nilai ekonomi wisata alam Curug Sewu sebesar Rp 12.377.025.750,00 dari hasil uji signifikansi diperoleh bahwa hanya dua variabel yang signifikan secara statistik yaitu variabel travel cost ke Curug Sewu dan variabel jarak, sedangkan variabel-variabel independen yang lain tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap jumlah kunjungan obyek wisata alam Curug Sewu Kendal.

Tejo dan Adi (2010) yang meneliti mengenai penilaian ekonomi Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang, Sumatra Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang: (1) karakteristik pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu; (2) faktor-faktor yang mempengaruhi


(43)

permintaan kunjungan rekreasi; (3) persamaan permintaan manfaat rekreasi dari Taman Wisata Alam Punti Kayu; (4) valuasi ekonomi Taman Wisata Alam. Hasil penelitian diketahui, karakteristik pengunjung yang terdiri dari umur, jenis kelamin, penghasilan, jenis pekerjaan, biaya yang dikeluarkan selama kegiatan rekreasi, motivasi, dan jenis kendaraan yang digunakan sangat bervariasi. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan model analisis regresi berganda. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke Taman Wisata Alam Punti Kayu meliputi biaya perjalanan, jumlah penduduk per kecamatan, dan jumlah waktu kerja per hari. Model persamaan permintaan berdasarkan metode biaya perjalanan, yaitu Y = -4,018 + 0,0002428 X1 dengan r2 = 0,767; Y adalah permintaan rekreasi dan X1 adalah biaya perjalanan. Valuasi ekonomi dari Taman Wisata Alam Punti Kayu diperoleh dari nilai rata-rata kesediaan berkorban, nilai yang dikorbankan, dan surplus konsumen per 1.000 penduduk yang masing-masing adalah Rp 365.932,21; Rp 165.485,99, dan Rp 200.446,21.

Hakim dan Sri dan Manggara (2011) yang meneliti tentang Economic Valuation of Nature-Based Tourism Object in Rawapening, Indonesia: An Application of Travel Cost and Contingent Valuation Method. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai ekonomi di Rawapening. Penelitian ini diharapkan dapat melihat seberapa jauh peran pariwisata alam dipandang sebagai tempat wisata yang ramah lingkungan. Karena manfaat dari wisata alam biasanya memiliki berbagai sumber daya alam seperti keanekaragaman hayati, manfaat langsung, dan secara tidak langsung terkait dengan fungsi


(44)

ekologi penting yang tidak hanya dianggap sebagai obyek wisata. Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh dari survei lapangan ke pelaku yang mengunjungi Rawapening wisata. Metode analisis yang digunakan dua metode. Ada metode biaya perjalanan/TCM dan metode penilaian menggunakan CVM. Penelitian ini menemukan faktor penting penentu kemungkinan individu untuk bersedia membayar nilai nominal tertentu untuk perbaikan kualitas lingkungan adalah jumlah tawaran nominal, pendapatan, dan pendidikan. Kemudian, penentu jumlah kunjungan adalah pengalaman berkunjung, biaya perjalanan, pendapatan, usia, dan persepsi. Nilai ekonomi ekowisata diperkirakan Rp 7.410.000.000,00 untuk surplus konsumen dan Rp 1.650.000.000,00 untuk total manfaat per tahun. Selain itu, responden bersedia membayar tidak hanya untuk konsumsi mereka sendiri, tetapi juga karena alasan lain di berkaitan dengan kegiatan rekreasi mereka sendiri dari danau. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada pemerintah daerah seharusnya menaikkan harga tiket masuk di Rawapening, karena manfaat dan surplus konsumen sangat tinggi. Ini digunakan untuk meningkatkan kualitas lingkungan pariwisata di Rawapening.

Herath dan John (2004), yang meneliti tentang Estimating The Economic Value Of Mount Buffalo National Park With The Travel Cost And Contingent Valuation Models. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan nilai ekonomi dari Gunung Buffalo National Park dengan biaya perjalanan/ TCM dan model CVM yang merupakan taman nasional tertua di Victoria, Australia. Telah ada peningkatan pesat dalam jumlah pengunjung di taman


(45)

nasional selama dekade terakhir dan pengelolaan taman nasional, terutama dalam alokasi anggaran dan potensi kerusakan karena jumlah pengunjung yang meningkat. Pilihan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan di taman nasional tetap tidak jelas karena kurangnya informasi tentang parameter permintaan dan biaya pengguna. Penelitian ini memperkirakan nilai ekonomi dari taman yang menggunakan metode biaya perjalanan (TCM) dan metode kontingensi (CVM). TCM tersebut memberikan surplus konsumen yang lebih tinggi (CS) dari CVM tersebut. CS menunjukkan bahwa nilai ekonomi dari taman nasional yang tinggi dan terdapat kesempatan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dan mengembangakan potensi yang ada menggunakan rencana manajemen yang tepat.

Putra (2010) yang meneliti tentang penilaian ekonomi lingkungan di objek wisata pantai Teleng Ria dengan menggunakan metode pendekatan biaya perjalanan (travel cost) di Kabupaten Pacitan. Penelitian ini dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,583 atau 58,3% variasi variable dependen mampu dijelaskan oleh variable bebas, sedangkan sisanya 41,7% dejelaskan oleh variable lain. Hasil analisis yang digunakan adalah regresi logistik menunjukkan bahwa kemampuan prediksi variable pendapatan, usia, pendidikan, jarak tempat tinggal, fasilitas, frekuensi kunjungan, dan keamanan terhadap minat wisatawan dalam melakukan kunjungan secara keseluruhan adalah 81,7% yang artinya kecenderungan wisatawan untuk melakukan kunjungan kembali ke objek wisata pantai Teleng Ria sebesar 81,7%.


(46)

Pramudhito (2010) mengenai pengaplikasian biaya perjalanan (travel cost) pada wisata alam air terjun Jumog, kabupaten Karanganyar. Hasil dari penelitian ini diperoleh dari analisis biaya perjalanan dimana akan menunjukkan surplus konsumen dan total manfaat bagi pengunjung air terjun Jumog. Total manfaat pengunjung pada karcis masuk sama dengan nol yaitu sebesar Rp 74.578.533,33 dan jika surplus konsumen per 1000 penduduk per tahun pada tariff karcis Rp 3.000,00 adalah Rp 41.230.347,21. Besaran nilai rata-rata ketersediaan untuk memebayar (WTP) per penduduk terhadap pengembangan fasilitas di air terjun Jumog adalah Rp 7.014,06.

K. Kerangka Pe mi kir an

Objek Wisata Ndayu Park merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan metode biaya perjalanan dan metode valuasi kontingensi, dimana peneliti menghubungkan beberapa faktor yang terdiri dari biaya perjalanan, tingkat pendidikan, pendapatan, jarak, usia pengunjung, fasilitas yang ada dalam Objek Wisata Ndayu Park dan kemauan membayar para pengunjung Objek Wisata Ndayu Park ini.

Cara yang digunakan untuk menghitung nilai manfaat ekonomi Objek Wisata Ndayu Park melalui tingkat ketersediaan pengunjung untuk berkunjung ke Objek Wisata Ndayu Park ini. Semakin jauh tempat tinggal seseorang maka biaya perjalanan yang dikeluarkan untuk mengunjungi objek wisata Ndayu Park juga semakin tinggi. Lengkap atau tidaknya fasilitas tergantung pada tujuan pengunjung ke Objek Wisata Ndayu Park.


(47)

Beriku t ini skema kerangka pemikiran dalam mengetahui potensi wisata di Objek Wisata Ndayu Park.

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Valuasi Ekonomi Ndayu Park Sumber : Data diolah 2012

WISATA ALAM EDUKASI

OBJEK WISATA NDAYU PARK (NDAYU ALAM ASRI)

PERHITUNGAN NILAI EKONOMI OBJEK WISATA NDAYU PARK MENGANALISIS

FAKTOR-FAKTOR :

Ø BIAYA PERJALANAN

Ø TINGKAT PENDIDIKAN

Ø PENDAPATAN

Ø JARAK

Ø USIA

Ø FASILITAS

TRAVEL COST METHOD ( TCM)

CONTINGENT VALUATION METHOD ( CVM) VALUASI EKONOMI

PERMINTAAN

WISATA WTP

PENGUNJUNG SURPLUS


(48)

L. Hi p otesis

1. Diduga variabel biaya perjalanan, pendidikan, pendapatan, jarak, usia dan fasilitas berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun.

2. Diduga variabel biaya perjalanan, pendidikan, pendapatan, jarak, usia dan fasilitas berpengaruh signifikan terhadap variabel WTP.


(49)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan pembahasan terhadap lima bagian sub bab. Bagian-bagian tersebut adalah ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, definisi operasional variabel, dan prosedur analisis data.

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Objek Wisata Ndayu Park, dengan objek penelitian adalah pengunjung yang datang ke Objek Wisata Ndayu Park pada Tahun 2012.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara langsung dengan responden, yaitu pengunjung yang berkunjung ke Objek Wisata Ndayu Park.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dapat dipakai untuk melengkapi analisis dalam penelitian ini yang diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari


(50)

Pengelola Objek Wisata Ndayu Park, Kecamatan Karangmalang, BPS Sragen, Internet, literatur (buku dan jurnal) mendukung penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada prinsipnya berfungsi untuk mengungkapkan variabel yang akan diteliti. Penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan meneliti biaya perjalanan, tingkat pendidikan, pendapatan, jarak, usia pengunjung, fasilitas dan ketersediaan untuk membayar pengunjung di Objek Wisata Ndayu Park.

b. Dokumentasi

Dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data sebagai bukti penulis telah melakukan penelitian di Objek Wisata Ndayu Park. Dokumentasi tersebut berupa foto Objek Wisata Ndayu Park dan foto wawancara penulis dengan responden Objek Wisata Ndayu Park.

c. Wawancara

Wawancara secara umum melalui proses dalam memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab pernyataan yang telah disiapkan dalam kuesioner antara penulis dengan responden.


(51)

d. Studi Pustaka

Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada di buku, internet, brosur dari Objek Wisata Ndayu Park, Kecamatan Karangmalang, BPS Sragen.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewaliki populasi. Pengambilan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode probability sampling yaitu metode sampling dimana setiap unsur dalam populasi memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai bagian dari sampel.

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin, 1993 dalam Triana, 2010:

N n =

1 + Ne² Keterangan :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = presisi yang ditetapkan atau prosentasi kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir/diinginkan, margin of error = 10%,


(52)

156.948 n =

1 + 156.948 (10%)2 156.948

n =

1 + 1.569,48 156.948 n =

1.570,48 n = 99,9363252 n = 100 ( dibulatkan )

Responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini di Objek Wisata Ndayu Park adalah sebanyak 100 orang.

E. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variable) atau Y yaitu untuk TCM adalah tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun dan untuk CVM adalah WTP, sedangkan variabel bebas (independent variable) adalah beberapa variabel yang dianggap akan berpengaruh terhadap nilai tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun untuk TCM dan WTP untuk CVM. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah biaya perjalanan (X1), pendidikan (X2), pendapatan (X3), jarak (X4), usia (X5), dan fasilitas (X6). Variabel yang akan diuji cobakan dalam model ekonometrika adalah sebagai berikut :


(53)

1. Tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) untuk TCM Variabel tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) merupakan variabel terikat (dependent variable) pada penelitian ini. Tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun merupakan gambaran tingkat kunjungan oleh 1000 penduduk pada berbagai tarif masuk/karcis masuk ke Objek Wisata Ndayu Park.

2. WTP/ Wi llingness to pay (Y) untuk CVM

Variabel WTP (Y) merupakan variabel terikat (dependent variable) pada penelitian ini. WTP/ Wi llingness to Pay adalah jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi, 2010). WTP ini digunakan untuk memperbaiki fasilitas yang rusak, penambahan wahana baru, dan pengembangan Objek Wisata Ndayu Park.

3. Biaya perjalanan (X1)

Biaya perjalanan merupakan bagian utama biaya total kunjungan dan menentukan permintaan akan kunjungan (Mugi, 2008). Besarnya biaya perjalanan ditentukan dari jumlah uang yang dihabiskan/dikeluarkan selama melakukan kunjungan ke Objek Wisata Ndayu Park. Biaya tersebut meliputi biaya karcis masuk, biaya transportasi, biaya konsumsi, dan biaya lain-lain.

4. Pendidikan (X2)

Pendidikan merupakan tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh responden pada saat diadakannya wawancara, yang diukur dengan


(54)

satuan tahun (Mugi, 2008). Pendidikan digolongkan berdasarkan lamanya waktu pendidikan, yaitu:

Tamat SD = 6 tahun

Tamat SMP = 9 tahun Tamat SMA = 12 tahun Tamat Diploma Tiga = 15 tahun Tamat Sarjana atau diatasnya = 16 tahun

Variabel pendidikan dimasukkan ke dalam analisis karena diduga berpengaruh terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun. Semakin tinggi pendidikan, maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan untuk berlibur atau rekreasi. Kebutuhan untuk berlibur atau rekreasi tersebut digunakan untuk menghilangkan kepenatan/ kejenuhan dalam menempuh proses pendidikan sehingga semakin besar pula tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun atau sebaliknya.

5. Pendapatan (X3)

Pendapatan pengunjung Objek Wisata Ndayu Park yang bervariasi menjadikan variabel pendapatan ini dimasukkan ke dalam penelitian dengan menggunakan satuan rupiah. Pendapatan per individu dilihat dari pendekatan upah/gaji yang diterima tiap bulan, untuk pelajar dan mahasiswa pendapatan sendiri merupakan uang saku perbulan, untuk pendapatan petani dilihat dari hasil panen perbulannya dan untuk ibu


(55)

rumah tangga pendapatan merupakan total pengeluaran konsumsi tiap bulan.

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka tingkat kebutuhan hidupnya akan semakin meningkat, bukan hanya kebutuhan pokok (sandang, pangan dan papan), tetapi juga kebutuhan tersier lainya seperti rekreasi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun ke Objek Wisata Ndayu Park atau sebaliknya.

6. Jarak tempat tinggal (X4)

Pendekatan nilai ekonomi yang didasarkan pada jarak tempat tinggal pengunjung dengan Objek Wisata Ndayu Park dinyatakan dalam satuan kilometer. Variabel ini penting dimasukkan karena secara teoritis diduga berpengaruh terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun. Semakin dekat jarak tempat tinggal penduduk, semakin besar tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun ke Objek Wisata Ndayu Park dan sebaliknya.

7. Usia (X5)

Usia wisatawan adalah usia pengunjung pada saat wawancara yang akan dinyatakan dalam satuan tahun (Mugi, 2008). Variabel usia digunakan untuk melihat minat dan antusias pengunjung berdasarkan tingkatan usia. Semakin tua usia yang dimiliki pengunjung semakin besar tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun.


(56)

8. Fasilitas (X6)

Fasilitas merupakan jasa pelayanan yang diberikan Obyek Wisata Ndayu Park untuk mendukung aktivitas-aktivitas pengunjung saat mengunjungi obyek wisata tersebut. Fasilitas yang diberikan Obyek Wisata Ndayu Park berupa resort, pendopo pertemuan, toilet, gazebo, resto, dan pusat oleh-oleh khas Sragen. Pendapat responden mengenai fasilitas yang ada di Objek Wisata Ndayu Park ini dapat dinyatakan dengan lengkap dan kurang lengkap. Variabel ini diukur dengan dummy (1=jika lengkap, 0= jika kurang lengkap).

F. Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan Analisis diskriptif mengenai karakteristik sosial ekonomi responden, Travel Cost Method (TCM) dan Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan TCM digunakan untuk mengkaji permintaan Objek Wisata Ndayu Park dan pendekatan CVM digunakan untuk mengkaji WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk Objek Wisata Ndayu Park.

1. Analisis Diskriptif

Analisis ini berisi tentang bahasan secara diskriptif mengenai tanggapan yang diberikan responden pada kuesioner mengenai karakteristik sosial ekonomi pengunjung dan perilaku pengunjung yang bersedia dalam membayar serta kepuasannya terhadap pelayanan objek wisata tersebut.


(57)

2. Analisis Permintaan Objek Wisata Ndayu Park dengan Travel Cost Method

Analisis fungsi permintaan Objek Wisata Ndayu Park dilakukan dengan menggunakan metode biaya perjalanan atau Travel Cost Method khususnya biaya perjalanan individu atau Individual Travel Cost Method (ITCM). ITCM dirumuskan sebagai berikut (Fauzi, 2004) dalam (Tri, 2009) :

Keterangan :

Vij = Jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j

Cij = biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j

Tij = Biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j

Qi = Persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi

Sj = Karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain Yi = Pendapatan (income) dari individu i

Analisis biaya perjalanan ini adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari nilai kemauan membayar pengunjung (Willingness To Pay) terhadap barang publik, tempat rekreasi yang merupakan barang publik yang tidak mempunyai harga pasar. Biaya perjalanan


(58)

mempengaruhi adanya permintaan jumlah pengunjung yang didasarkan untuk menentukan nilai barang publik yang menggunakan metode biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung.

Metode biaya perjalanan digunakan untuk menghitung tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun. Fungsi dari faktor biaya perjalanan, waktu yang digunakan untuk melakukan perjalanan, obyek wisata alternatif yang berada dalam zona penelitian, serta penghasilan wisatawan. Fungsi faktor-faktor tersebut dapat dilihat dalam rumus berikut (Mugi, 2008) :

Kunjungan/1000/th =

Keterangan :

Pengunjung dari zona N : Pengunjung tiap minggu P : Jumlah penduduk dari zona

3. AnalisisWTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk Objek Wisata Ndayu Park dengan Contingent Valuation Method.

Tahap dalam penerapan analisis CVM menurut Hanley dan Spash (1993) dalam Fauzi (2010), yaitu :

1. Membuat Pasar Hipotetik

Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/jasa


(59)

lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, dalam kuesioner perlu pula dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Penawaran besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, perantara telepon, atau dengan menggunkan surat. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai WTP, yaitu :

a. Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana responden ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden.

b. Closed-ended Referendum, yaitu metode dengan memberikan sebuah nilai tawaran tunggal kepada responden, baik responden setuju ataupun responden tidak setuju dengan nilai tersebut.


(60)

c. Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap barang/jasa publik yang diberikan.

d. Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka tentang WTP maksimum yang sanggup mereka berikan dengan tidak adanya nilai tawaran sebelumnya. Namun, dengan menggunkan metode ini biasanya responden mengalami kesulitan untuk menjawab, khusunya bagi yang belum memiliki pengalaman sebelumnya mengenai nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan.

3. Memperkirakan Nilai Tengah dan Nilai Rata-Rata WTP

Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/ atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

4. Memperkirakan Kurva WTP

Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi


(61)

nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu, kurva WTP dapat pula digunakan untuk menguji sensitivitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan mutu lingkungan. Contoh variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP antara lain adalah tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K), tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi linear dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut:

WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi) dimana i = responden ke-i. 5. Menjumlahkan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh :

a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut.


(62)

b. Berdasarkan rata contoh ke rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi µ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N.

c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting.

4. Analisis Regresi

a. Pemilihan Model

Pengaruh variabel bebas dapat diketahui terhadap variabel terikat digunakan alat analisis statistik yaitu regresi linier berganda dengan bentuk semi-log. Analisis regresi linier berganda dengan bentuk semi-log merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan antar variabel.


(63)

Menganalisis TCM dengan kunjungan ke Objek Wisata Ndayu Park yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur, dan fasilitas sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:

TK (Y) = f (LnX

1, X2, LnX3, X4, X5, X6) Keterangan :

TK(Y) = Tingkat kunjungan per 1000 di Objek Wisata Ndayu Park

X

1 = Biaya perjalanan Objek Wisata Ndayu Park berupa biaya transportasi, biaya konsumsi, karcis masuk, biaya parkir, dan biaya lain-lain

X

2 = Pendidikan X

3 = Pendapatan X

4 =Jarak tempat tinggal pengunjung dengan Objek Wisata Ndayu Park

X

5 = Usia pengunjung X

6 = Fasilitas Objek Wisata Ndayu Park

Menganalisis CVM dengan kemauan membayar responden di Objek Wisata Ndayu Park yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, usia, dan fasilitas sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:


(64)

LnWTP (Y) = f (LnX

1, X2, LnX3, X4, X5, X6) Keterangan :

LnWTP (Y) = Willingness to pay/ ketersediaan membayar LnX

1 = Biaya perjalanan Objek Wisata Ndayu Park berupa biaya transportasi, biaya konsumsi, karcis masuk, biaya parkir, dan biaya lain-lain X

2 = Pendidikan LnX

3 = Pendapatan X

4 = Jarak tempat tinggal pengunjung dengan Objek Wisata Ndayu Park

X

5 = Usia pengunjung X

6 = Fasilitas Objek Wisata Ndayu Park

Dari formulasi di atas, model analisis regresi linear berganda dengan menggunakan model regresi semi-log untuk TCM adalah sebagai berikut:

TK (Y) = β

0+ β1LnX1+ β2X2+ β3LnX3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ е dan untuk yang CVM adalah :

LnWTP (Y) = β

0+ β1LnX1 + β2X2+ β3LnX3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ е Keterangan :

TK (Y) = Tingkat kunjungan per 1000 di Ndayu Park LnWTP (Y) = Willingness to pay/ ketersediaan membayar


(65)

β0 = Intersep/konstanta β1, β2, β3, β4, β5, β6 = Koefisien regresi LnX1 = Biaya perjalanan

X2 = Tingkat pendidikan

LnX3 = Pendapatan

X4 = Jarak

X5 = Usia

X6 = Fasilitas

e = Variabel pengganggu

b. UjiAsumsi Klasik

Kesimpulan dapat diambil berdasarkan hasil regresi maka model persamaan harus terbebas dari asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas Uji Multikolinearitas, Uji Autokolerasi dan Uji Heteroskedastisitas.

1) UjiMultikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Mengukur derajat multikolinearitas dilakukan karena dalam asumsi dasar dari classical linear regression model (CLRM) dikatakan bahwa antar sesama regressor (variabel bebas) tidak boleh memiliki hubungan secara pasti, baik terhadap sebagian


(66)

regressor ataupun seluruhnya (Gujarati, 2005 dalam Pramudhito, 2010). Salah satu cara mendeteksi multikolinearitas adalah menggunakan perhitungan regresi pelengkap (auxiliary regressions), yaitu membandingkan nilai Fi dan Fhitung (Gujarati, 2005 dalam Pramudhito, 2010). Jika Fhitung > Fi, maka terdapat hubungan kolinear antara masing-masing variabel bebas (Xi….Xk). Namun, jika Fhitung < Fi, maka Xi tidak kolinear dengan X lainnya, demikian juga terhadap X2 , X3, X4, X5 dan X6 (Pramudhito, 2010).

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2006 dalam Triana, 2010).

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari


(67)

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006 dalam Triana, 2010).

Dasar analisisnya adalah:

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasi telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Regresi ini dilakukan secara indvidu terhadap masing-masing variable independen. Jika ternyata tidak ada hubungan yang signifikan antara residu dengan masing-masing variabel independen maka berarti dalam model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas (Triana, 2010).

c. Uji Statistik 1) Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkanya sebagai berikut :


(68)

a) Merumuskan formula hipotesis: H0 : b1 = 0

Ha : b1 ≠ 0

b) Menentukan level of significance (α) sebesar 5% c) Menentukan ttabel dan menghitung thitung

ttabel t α/2 : n-k Keterangan:

α = Derajat signifikansi = 5%; α = 0,05 n = Jumlah sampel (observasi)

k = Banyaknya parameter dalam model termasuk intersep

thitung βi

Se (βi)

Keterangan: βi = Parameter


(69)

d) Kriteria pengujian:

i. Jika -ttabel ≤ t hitung ≤ + ttabel , H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya b1 sama dengan nol (b1 tidak signifikan pada α =5%). Dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik tidak berpengaruh terhadap Y.

ii. Jika thitung ≤ -ttabel atau thitung≥ + ttabel, H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya b1 berbeda dengan nol (b1 signifikan pada α = 5%). Dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik berpengaruh terhadap Y.

2) Uji F

Uji F digunakan untuk menguji adanya pengaruh variabel-variabel indepeden terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a) Merumuskan formula hipotesis H0 : b1=b2=b3=b4=b5=b6=0 Ha : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠b6≠0

b) Menentukan level of significance (α) sebesar 5% c) Menentukan Ftabel dan menghitung Fhitung


(70)

Fhitung R2/(k-1) (1-R2) / (n-k)

Keterangan: R2 = Koefisien determinasi

k = Banyaknya parameter termasuk intersep

d) Kriteria pengujian

i. Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya bahwa b1, b2, b3, b4, b5 dan b6 tidak berbeda dengan nol. Dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresi/parameter secara bersama-sama tidak signifikan pada α=5%.

ii. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya bahwa b1, b2, b3, b4, b5, b6 tidak sama dengan nol. Dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresi/parameter secara bersama-sama signifikan pada α=5%.


(71)

3) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar persentase variasi yang terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Jika R2=1, artinya garis regresi tersebut menjelaskan 100% variasi dalam variabel terikat dan sebaliknya. Namun, jika R2= 0, artinya garis regresi tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel terikat. Model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati satu.

4) Kurva Permintaan

Hubungan antara harga dan kuantitas yang dibeli disebut skedul permintaan. Skedul permintaan yang digambarkan secara grafik disebut kurva permintaan. Kurva permintaan memiliki hubungan yang terbalik, dimana jika Q naik maka P turun dan sebaliknya. Fakta penting ini disebut kurva permintaan dengan kemiringan negatif (law of downward – sloping demand), yaitu jika harga suatu komoditi naik (dan hal-hal lain dianggap tetap) pembeli cenderung membeli lebih sedikit komoditi tersebut. Demikian juga halnya jika harga turun dan hal-hal lain dianggap tetap, jumlah


(1)

commit to user

e) Usia (X5)

Nilai koefisien dari variabel usia (X5) mempunyai nilai

thitung>ttabel |2,281490|>|1,66123| dengan probabilitas

0,0248<0,05 artinya variabel usia (X5) secara individu berpengaruh positif (+) terhadap WTP (Y) pada tingkat signifikansi 5%. Dapat dikatakan, Usia (X5) berpengaruh terhadap WTP (Y).

f) Fasilitas (X6)

Nilai koefisien dari variabel fasilitas (X6) mempunyai nilai thitung>ttabel |-1,327549|<|1,66123| dengan probabilitas

0,1876>0,05 artinya variabel fasilitas (X6) secara individu berpengaruh negatif (-) terhadap WTP (Y) pada tingkat signifikansi 5%. Dapat dikatakan, Fasilitas (X6) tidak berpengaruh terhadap WTP (Y).

2) Uji F (F-test)

Pengujian secara bersama – sama digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama, pengujian ini melibatkan keenam variable (X1,

X2, X3, X4, X5, X6) terhadap variable Y. Pengujian ini

menggunakan kriteria dari uji F yaitu dengan menbandingkan antara nilai F-stat dengan F-tabel, jika F hitung > F tabel yaitu


(2)

Hasil melalui program Eviews 6.0 diperoleh nilai F-stat = 14,16220 > F-tabel (0,05; 6; 94) = 2,20 maka dapat disimpulkan

bahwa variable X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. 3) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model. Nilai R2 berkisar antara 0 – 1. Semakin mendekati 1 berarti semakin besar variabel bebas mampu menjelaskan variasi variabel terikat. Hasil pengolahan data pada lampiran didapatkan nilai R2 sebesar 0,477449, artinya bahwa 47% variasi ketersediaan membayar responden dapat dijelaskan oleh variabel biaya perjalanan, pendidikan, pendapatan, jarak, usia, dan fasilitas.

d. Interpretasi Data

Variabel bebas yang berpengaruh terhadap ketersediaan membayar responden Objek Wisata Ndayu Park.

1) Pendapatan (X3)

Nilai koefisien regresi pendapatan dari hasil

perhitungan adalah 0,283408, hal ini mengidentifikasikan bahwa apabila pendapatan meningkatan 1% akan berpengaruh


(3)

commit to user

pendapatan pengunjung maka ketersediaan membayar

pengunjung Objek Wisata Ndayu Park akan bertambah. Hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan mempunyai pengaruh terhadap ketersediaan membayar pengunjung Objek Wisata Ndayu Park terbukti kebenarannya.

2) Usia (X5)

Nilai koefisien regresi usia dari hasil perhitungan adalah 0,006869, hal ini mengidentifikasikan bahwa apabila umur meningkatan 1% akan berpengaruh terhadap menurunnya ketersediaan membayar pengunjung sebesar 0,006%. Semakin tua usia responden maka akan semakin membutuhkan sarana untuk refreshing sehingga tingkat ketersediaan responden dalam membayar akan meningkat. Hipotesis yang menyatakan bahwa usia mempunyai pengaruh terhadap ketersediaan membayar pengunjung terbukti kebenarannya.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada Bab IV, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Karakteristik responden menunjukan sebagaian besar usia responden berusia 30-35 tahun, dari tingkat pendidikan responden sebagian besar lulusan dari SMA/SMK/MAN, jenis pekerjaan dari responden yang berkunjung sebagian besar pegawai swasta, dan pendapatan perbulan dari responden berkisar antara sebesar Rp 826.000,00 – Rp 1.351.000,00. Mayoritas dari responden melakukan kunjungan ke Objek Wisata Ndayu Park bersama keluarga dan selama setahun responden berkunjung antara 1-2 kali.

2. Hasil analisis regresi linear dengan bentuk semi-log untuk yang TCM menunjukkan bahwa variabel biaya perjalanan (LnX1), pendidikan (X2), pendapatan (LnX3), dan variabel jarak (X4) berpengaruh secara signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y).

3. Hasil analisis biaya perjalanan, pada penetapan tingkat tarif sesuai harga karcis masuk yang berlaku sebesar Rp 2.000,00 besarnya total nilai surplus konsumen atau total nilai guna Objek Wisata Ndayu Park per tahun yaitu Rp


(5)

commit to user

260.841.380,00 dengan kesediaan membayar (WTP) yang dikeluarkan oleh pengunjung sebesar Rp 4.033,75/pengunjung.

4. Hasil analisis regresi linear dengan bentuk semi-log untuk yang CVM menunjukkan bahwa variabel pendapatan (LnX3) dan variabel usia (X5) berpengaruh secara signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap ketersediaan membayar responden/ WTP (Y).

5. Hasil analisis WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk dilihat dari CVM bahwa pengunjung Objek Wisata Ndayu Park bersedia untuk membayar sebesar Rp 9.430,00 dilihat dari nilai rata-rata WTP responden.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Sebagian besar dari pengunjung bertujuan untuk berekreasi ke objek wisata Ndayu Park, sehingga dibutuhkan peningkatan mutu pelayanan, terutama dengan pengelolaan fasilitas yang lebih baik seperti perawatan fasilitas umum, seperti kamar mandi, tempat parkir, pepohonan yang rindang, dan tempat bersantai.

2. Sarana transportasi menuju ke Objek Wisata Ndayu Park masih kurang, karena selain menggunakan kendaraan pribadi belum ada akses untuk kendaraan umum yang melewati Objek Wisata Ndayu Park.


(6)

3. Penambahan wahana baru seperti kereta mini, bom-bom car, dan berkuda pada Objek Wisata Ndayu Park untuk menarik pengunjung agar datang ke Ndayu.

4. Diharapkan bagi pihak pengelola Objek Wisata Ndayu Park dapat melakukan

pengembangan objek wisata dan menambah fasilitas sesuai dengan kenaikan harga tiket yang ditetapkan.