PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP : Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen Kantor kelas X Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung Ta

(1)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP (Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen Kantor kelas X Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran

di SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian skripsi Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran

Oleh:

Ashri Hasian Ekaputri (0901256)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen Kantor kelas X Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran

di SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Dr. H. Suwatno, M.Si.

NIP. 196201271988031001

Pembimbing II,

Dr. Rasto, M.Pd.

NIP. 197207112001121001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Manajemen Perkantoran FPEB UPI,

Dr. Rasto, M.Pd.


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan Judul : “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan Konsep (Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen Kantor kelas X Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)” Ini beserta seluruh isinya Benar-benar karya Saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang `dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, September 2013

Ashri Hasian Ekaputri


(4)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen Kantor kelas X Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran

di SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh:

Ashri Hasian Ekaputri 0901256

Skripsi ini dibimbing oleh:

Dr. H. Suwatno, M.Si. dan Dr. Rasto., M.Pd

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan penguasaan konsep yang dimiliki siswa pada kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen kantor di SMK Negeri 11 Bandung, yang di tandai dengan hasil ulangan yang belum mencapai kriteria kelulusan minimal. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep adalah dengan menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer. Model ini dipilih karena tidak hanya dapat menguasai konsep tetapi berpotensi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penguasaan konsep pada siswa melalui penerapan model pembelajaran Advance Organizer pada kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen kantor di SMK Negeri 11 Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi experimental design. Bentuk desain quasi eksperimen yang dipilih adalah nonequivalenty control group design. Ada dua kelas yang dipilih yaitu kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Advance Organizer yaitu kelas XAP4 dengan jumlah siswa 32 dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Direct Interaction yaitu kelas XAP3 dengan jumlah siswa 33. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah berupa tes (pre-test dan post-test) dan observasi untuk mengamati kegiatan pembelajaran di kelas.

Hasil penelitian menunjukkan kemampuan penguasaan konsep pada siswa dengan model pembelajaran Advace Organizer lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran Dicert Interaction pada kompetensi dasar melakukan penggandaan dokumen. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan besarnya gain dan rata-rata posttest kelas yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer terhadap prestasi belajar. Atas dasar itulah peneliti merekomendasikan model pembelajaran Advance Organizer sebaiknya dilaksanakan di lingkungan sekolah untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep pada siswa.


(5)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF USING ADVANCE ORGANIZER MODEL TOWARDS THE CONCEPT MASTERY

( Quasi Experiment Study in Basic Competence Identification Document Office class X in the Office Administration Program at SMK Negeri 11 Bandung

School Year 2013/2014 )

By:

Ashri Hasian Ekaputri 0901256

This Paper Guided by:

Dr.H. Suwatno., M.Si and Dr. Rasto., M.Pd

The issues which investigated in this research is the low towards the concept mastery of student’s on basic competence identification document office in SMK Negeri 11 Bandung, signed with the results of tests that have not achieve the minimum passing criteria. One of the ways to improve towards concept mastery is the advance organizer model. Advance Organizer model is chosen because it is not only able to master the concept but also has the potential to improvement of student’s learning.

The aim of this research knows the improvement of student’s towards the concept mastery by using the advance organizer model on basic competence identification document office in SMK Negeri 11 Bandung. The research method which used in this research is Quasi experimental design method. The design form in quasi experiment is nonequivalent control group design. There are two selected classes in this research, they are experiments class which use advance organizer class X AP 4 with the number of students in class are 33 and control class which use direct interaction class X AP 3 with number of students are 32. The data collection techniques used by researchers in this study is test form (pre- test and post -test) and observations to observe learning activities in the classroom.

The result of this research shows that student’s towards the concept mastery in advance organizer model is higher than direct interaction model on the basic competence identification document. This is shown by the improvement of the gain and the average of post-test in class that use advance organizer model towards student’s learning achievements. From the problem above or from it’s basic On the basis of which the researcher recommends advance organizer model should be implemented in the school environment to improve student’s towards the concept mastery.


(6)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

1.2. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.5. Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.5.1. Kegunaan Teoritis ... Error! Bookmark not defined.

1.5.2. Keguanaan Praktis ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Error! Bookmark not defined.

2.1. Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1. Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1.1.Pengertian Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1.2.Unsur-Unsur Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1.3.Jenis-Jenis Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2. Model Pembelajaran Advance Organizer Error! Bookmark not defined.


(7)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

2.1.2.1.Definis Advance Organizer .. Error! Bookmark not defined.

2.1.2.2.Jenis Model Advance Organizer ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.3.Fungsi dan Tujuan Advance Organizer ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.4.Unsur-unsur Model Advance Organizer .... Error! Bookmark not defined.

2.1.3. Kemampuan Penguasaan Konsep ... Error! Bookmark not defined.

2.2. Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined.

2.3. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III DESAIN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1. Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2. Metode penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.4. Data dan Sumber Data... Error! Bookmark not defined.

3.4.1. Data ... Error! Bookmark not defined.

3.4.2. Sumber Data ... Error! Bookmark not defined.

3.5. Skenario Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

3.6. Uji Instrumen (Soal Tes) ... Error! Bookmark not defined.

3.6.1. Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined.

3.6.2. Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.

3.6.3. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

3.6.4. Daya Pembeda Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

3.7. Alur Penelitian... Error! Bookmark not defined.

3.8. Tekhnik Analasis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.8.1. Data Hasil Tes ... Error! Bookmark not defined.

3.8.1.1.Perhitungan Skor Tes Individu ... Error! Bookmark not defined.


(8)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan 3.8.1.2.Perhitungan N-Gain ... Error! Bookmark not defined.

3.8.2. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

3.8.2.1.Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

3.8.2.2.Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.

3.8.2.3.Uji-t (t-test) ... Error! Bookmark not defined.7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

4.1 Profil Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Deskripsi Hasil Uji Instrumen Tes ... Error! Bookmark not defined.

4.4.1. Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined.

4.4.2. Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.

4.4.3. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

4.4.4. Uji Daya Pembeda Soal ... Error! Bookmark not defined.

4.3 Deskripsi Data ... Error! Bookmark not defined.

4.3.1. Hasil Pretest Kelas Eksperimen . Error! Bookmark not defined.

4.3.2. Hasil Posttest ... Error! Bookmark not defined.

4.4 Deskripsi Proses Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

4.4.1. Kelas Eksperimen ... Error! Bookmark not defined.

4.4.2. Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.

4.5 Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

4.6 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.

4.7 Analisis N-Gain ... Error! Bookmark not defined.

4.7.1. Uji Peningkatan (Gain) Kelompok Eksperimen ... Error! Bookmark not defined.

4.7.2. Uji Peningkatan (Gain) Kelompok KontrolError! Bookmark not defined.

4.8 Analisis Uji t-test ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

4.9.1. Analisis Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Advance

Organizer ... Error! Bookmark not defined.

4.9.2. Analisis Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Direct

Intruction ... Error! Bookmark not defined.

4.9.3. Analisis Hasil Belajar Siswa Dalam Bentuk Penguasaan Konsep antara Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1. Kesimpulan... Error! Bookmark not defined.

5.2. Saran-saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemampuan siswa dalam proses belajar merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan siswa dalam belajar, baik itu kemampuan dalam berpikir, kemampuan dalam menyimak, maupun kemampuan dalam penguasaan konsep yang telah diberikan oleh guru dalam kelas.

Kemampuan penguasaan konsep merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa dalam proses pembelajaran. Dari proses pembelajaran yang berlangsung diharapkan siswa dapat memperoleh dan menguasai konsep-konsep dari materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Menurut Bloom (dalam Rustaman et al., 2005) penguasaan konsep yaitu:

Kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya, hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang nantinya diperoleh oleh siswa.

Dari pendapat Bloom diatas semakin tinggi kemampuan penguasaan konsep siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dipastikan hasil belajar siswa akan baik atau maksimal, sebaliknya jika kemampuan penguasaan konsep siswa rendah maka besar kemungkinan hasil belajar siswa akan rendah. Pencapaian hasil belajar yang baik diperoleh melalui proses yang pembelajaran baik dan berkualitas, yang juga melibatkan unsur-unsur pembelajaran dan mengoptimalkan semua potensi yang ada untuk mendukung terciptanya


(11)

pencapaian hasil belajar. Sebuah pencapaian hasil belajar merupakan perpaduan antara kemampuan, minat belajar, hasil belajar, perhatian, motivasi, guru, fasilitas belajar, model pembelajaran dan lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial yang saling berhubungan. Seperti halnya yang diungkapkan oleh B. Bloom (Sujana, 2010:23) menyatakan bahwa:

Ada faktor utama yang dominan terhadap hasil belajar yaitu karakteristitik intern siswa meliputi (kemampuan, minat belajar, hasil belajar sebelumnya dan motivasi). Serta karakteristik ekstern kualitas pengajaran yang meliputi (guru, metode pembelajaran dan fasilitas pembelajaran).

Merujuk pada pendapat di atas dan melihat hasil belajar siswa pada mata pelajaran produktif administrasi perkantoran, kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen kantor kelas X di SMK Negeri 11 Bandung yang masih rendah atau masih berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), maka dapat diduga bahwa salah satu penyebabnya adalah karena kemampuan penguasaan konsep yang dimiliki siswa yang masih rendah.

Tabel 1. 1 Rekapitulasi Nilai

Kelas XI Administrasi Perkantoran Pada Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen Kantor

SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013

No Kelas KKM Rata-rata

1 X AP 1 76 60.25

2 X AP 2 76 50.75


(12)

4 X AP 4 76 62.50 Rata-rata

Sumber: SMK Negeri 11 Bandung

Tabel 1.1 memberikan informasi nilai rata-rata ulangan siswa yang tidak memenuhi KKM (Kriteria Kelulusan Minimal), sehingga mengharuskan siswa mengikuti perbaikan atau remedial. Adapun jumlah siswa yang melakukan remedial pada Kompeteni dasar mengidentifikasi dokumen kantor adalah sebagai berikut:

Tabel 1. 2

Data Jumlah Siswa yang Mengikuti Remedial Kompeteni Dasar Mengidentifikasi Dokumen Kantor

Tahun Ajaran 2012/2013

KELAS JUMLAH

SISWA KKM

JUMLAH SISWA YANG REMEDIAL

X AP 1 36 Siswa 76 16 Siswa

X AP 2 36 Siswa 76 17 Siswa

X AP 3 33 Siswa 76 22 Siswa

X AP 4 32 Siswa 76 24 Siswa

TOTAL 137 Siswa 79 Siswa

Sumber: SMK Negeri 11 Bandung Tabel 1.2 memberikan informasi bahwa hampir setengah dari jumlah siswa mengikuti remedial. Hal ini meduga bahwa pemahaman siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada kompeteni dasar mengidentifikasi dokumen kantor belum optimal. Siswa dapat dikatakan berhasil apabila nilai yang diperoleh memenuhi standar yang telah ditetapkan (KKM). Pada SMK Negeri 11 Bandung khususnya standsar kompetensi mengidentifikasi dokumen kantor, KKM yang ditetapkan yaitu 76.


(13)

“Mengidentifikasi Dokumen Kantor”, merupakan salah satu kompetensi dasar yang memerlukan kemampuan berpikir, kemampuan pemahaman, maupun kemampuan penguasaan konsep siswa yang didalam kegiatan pembelajarannya siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memproses dokumen-dokumen kantor, melakukan surat-menyurat, dan menata dokumen-dokumen sesuai dengan aturan yang berlaku di setiap organisasi atau lembaga. Seperti yang telah kita ketahui bahwa siswa-siswi lulusan SMK khususnya jurusan Administrasi Perkantoran dituntut untuk menjadi lulusan siap kerja.

Mata pelajaran produktif kompetensi kejuruan dengan kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen kantor merupakan kompetensi inti yang tujuan belajarnya selain menuntut peserta didik terampil dalam menyelesaikan pekerjaan, juga menuntut kemampuan pemahaman siswa dalam menyelesaikan seluruh tugas administrasi yang berlaku. Seperti halnya ditetapkan pula dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006, yang menyatakan bahwa siswa diharapkan dapat:

1. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif

2. Menunjukan kemampaun berpikir secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam mengambil keputusan

3. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun

4. Menunjukan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Selain mencetak lulusan siap kerja lulusan program kompetensi administrasi perkantoran juga mencetak lulusan yang mampu melakukan pekerjaan seorang sekretaris. Pentingnya siswa kompetensi administrasi


(14)

perkantoran menguasai kompetensi dasar ini karena salah satu tujuan untuk menjadi calon sekretaris. Pada kompetensi dasar, “Mengidentifikasi dokumen kantor” ini juga dibutuhkan dalam kegiatan administrasi lain, misalnya dalam kegiatan penanganan dokumen kantor, mengelola sistem kearsipan, mengaplikasikan administrasi perkantoran di tempat kerja, dan sebagai kompetensi kumulatif yang diharapkan dalam mata pelajaran kompetensi kejuruan dengan kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen kantor, yaitu siswa dapat melakukan administrasi dengan baik. Aktivitas dalam menyelesaikan seluruh rangkaian pekerjaan administrasai tersebut membutuhkan suatu kemampuan berpikir yang kuat dari siswa. Hal ini dikarenakan seluruh aktivitas dalam penyelesaian pekerjaan administrasi tersebut merupakan rangkaian yang berkesinambungan dan saling terkait, sehingga senantiasa menuntut kemampuan siswa untuk mampu menguasai dan memahami tahapan penyelesaian pekerjaan administrasi tersebut, serta tepat dalam mengambil keputusan untuk menerapkan suatu prosedur administrasi perkantoran. Dampak dari kegiatan ini adalah apabila siswa tidak menguasai, memahami langkah-langkah dasar atau tahapan-tahapan dalam memproses suatu pekerjaan administrasi perkantoran, maka siswa akan kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaan administrasi selanjutnya yang lebih kompleks, dan siswa akan merasa sulit apabila suatu saat terjun langsung dalam dunia nyata atau dunia kantor dalam melakukan kegiatan administrasi tersebut.

Tujuan pembelajaran pada kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen kantor ini sangat berharap dapat dicapai oleh siswa, tetapi pada kondisi nyata


(15)

yang ada dilapangan berdasarkan data yang telah diperoleh oleh peneliti pada program keahlian administrasi perkantoran secara keseluruhan belum sesuai harapan. Kemampuan yang diharapkan oleh siswa pada kompetensi keahlian administrasi perkantoran diantaranya kemampuan berpikir yang baik dalam melakuan atau menerapkan prosedur administrasi yang tepat. Kemampuan tersebut sangat diperlukan sebagai seorang tenaga administrasi yang nantinya harus dapat menyelesaikan segala pekerjaan administrasi perkantoran dengan cepat dan tanggap sesuai dengan tahapan atau prosedur yang berlaku, hal ini penting bagi satuan pendidikan, karena sekolah menengah kejuruan akan mencetak lulusan yang siap untuk bekerja.

Melihat pada uraian tersebut bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi permasalahan dalam proses pembelajaran yang dihadapi oleh siswa, khususnya pada mata pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran dalam kompetensi dasar “Mengidentifikasi Dokumen Kantor” diantaranya; terlalu banyak strategi pembelajaran yang ditetapkan guru dikelas tidak begitu efektif dalam membangun kemampuan penguasaan konsep khususnya dalam penguasaan materi pada mata pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran, pola berpikir siswa yang masih praktis dan masih terbiasa untuk hanya menerima materi sehingga tidak biasa mengembangkan kemampuaan berpikirnya hal ini disebabkan karena motode dan model yang diberikan oleh guru yang mungkin membosankan sehingga membuat siswa sukar untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, materi pembelajaran dalam mata pelajaran Produktif


(16)

Administrasi Perkantoran yang sangatlah banyak, sementara waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk menyelesaikan semua materi tersebut.

Menitik pada permasalahan yang telah dikemukakan diatas, penyebab faktor persoalan yang dihadapi tersebut peneliti memandang bahwa faktor strategi pembelajaran yang diterapkan merupakan faktor esensi yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Guna dalam menjawab persoalan ini, dibutuhkan suatu strategi pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep yang dimiliki siswa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelewsaikan pekerjaan administrasi.

Ada banyak strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk proses kompetensi dasar ini. Strategi yang diprediksi mampu meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa dalam mengidentifikasi dokumen kantor adalah dengan menggunakan model pembelajaran guna untuk mencapai sebuah hasil belajar yang maksimal. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal dalam mempengaruhi hasil

belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Oemar Malik (2005:210) bahwa “Cara

guru memberikan pelajaran sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam lingkungan sekolah. Adapun model pembelajaran yang diprediksi tepat oleh peneliti yaitu model pembelajaran Advance Organizer. Model pembelajaran ini awalnya digagas oleh Ausubel (1963), model advance organizer ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa, pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik (Joyce, 2009:281). Untuk dapat


(17)

menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, sebaiknya kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh Ausubel dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology: A Cognitive View. Pernyataan itu berbunyi:

The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly” (Ausubel,

1968). Dalam bahasa kita kurang lebih pernyataan itu berbunyi: “Faktor

yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah

diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian”. Pernyataan

Ausubel inilah yang menjadi inti teori belajarnya (Dahar, 1989:117). Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan tersebut. Maka penulis akan mengangkat sebuah judul tentang, pengaruh penggunaan model pembelajaran advance organizer terhadap kemampuan penguasaan konsep siswa di SMK 11 Bandung (eksperimen kuasi pada pembelajaran kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen kantor kelas X produktif Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 11 Bandung).

1.2. Identifikasi Masalah

Faktor penyebab pada persoalan ini adalah masih rendahnya kemampuan penguasaan konsep pada mata pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran adalah:

1. Faktor guru, disini guru masih menggunakan strategi pengajaran dengan metode yang masih sangat sederhana dan cenderung monoton, sehingga tidak mengembangkan kemampuan-kemampuan penguasaan konsep.


(18)

2. Faktor siswa, dimana pola pikir siswa yang cenderung praktis sehingga tidak terbiasa mengasah dan mengembangkan kemampuan penguasaan konsep dalam proses pembelajaran dan ketika menyelesaikan pekerjaan pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran.

3. Faktor waktu, ketersediaan waktu yang sangat terbatas dalam mengikuti dan menguasi mata pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran namun materi yang harus dikuasi oleh siswa begitu banyak sehingga dalam proses pembelajaran menjadi suatu aktivitas yang agak sulit dilakukan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pernyataan masalah (Problem Statment) di atas, masalah dalam penelitian ini, secara empirik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (Research Question) sebagai berikut:

1. Apakah dalam penggunaan model pembelajaran Advance Organizer efektif dalam meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran kelas X di SMK Negeri 11 Bandung?

2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran Advance Organizer terhadap kemampuan penguasaan konsep antara kelompok kelas eksperimen (yang diterapkan model pembelajaran Advance Organizer) dengan kelompok kelas kontrol (yang tidak diterapkan model


(19)

pembelajaran Advance Organizer) dalam mengikuti pembelajaran Produktif Administrasi Perkantoran?

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari melakukan penelitian ini adalah mencari segala bahan dan informasi, untuk memperoleh gambaran yang jelas, berkenaan dengan pengaruh penggunaan model pemberajaran advance organizer terhadap kemampuan penguasaan konsep pada siswa.

Kemudian yang menjadi tujuan umum, dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah, tentang penggunaan model pembelajaran advance organizer, terhadap kemampuan penguasaan konsep. Dalam peningkatan prestasi siswa, ditinjau dari nilai akademis siswa.

Analisis tersebut diperlukan, untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran advance organizer, yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran produktif, jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh dalam penggunaan model pembelajaran advance organizer dalam meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran kelas X di SMK Negeri 11 Bandung.


(20)

2. Untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan pengaruh model pembelajaran advance organizer terhadap kemampuan penguasaan konsep siswa antara kelompok kelas eksperimen (yang diterapkan model pembelajaran advance organizer) dengan kelompok kelas kontrol (yang tidak diterapkan model pembelajaran advance organizer) dalam mengikuti pembelajaran Produktif Administrasi Perkantoran kelas X di SMKN 11 Bandung.

1.5. Kegunaan Penelitian

Jika tujuan penelitian yang dikemukakan di atas dapat dicapai, maka penelitian ini akan memberikan dua macam kegunaan, yaitu; kegunaan teoritis dan kegunaan praktis,

1.5.1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini, akan dapat dijadikan studi dan bahan penelitian selanjutnya yang relevan, untuk dapat memperkaya temuan ilmiah yang lain bagi para calon peneliti lainnya. Hasil penelitian ini juga dapat sebagai bahan informasi, untuk dapat mengenal dan memahami terhadap teori belajar, yang erat kaitanya dengan model pembelajaran advance organizer. Manfaatnya akan berdampak dan berpengaruh terhadap kemampuan penguasaan konsep siswa dan menjadi sumber bacaan ilmu tentang pembelajaran yang efektif.


(21)

1.5.2. Keguanaan Praktis

Dari hasil penelitian yang akan dilakukan peneliti, diharapkan dapat menuai manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini merupakan informasi yang bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru produktif.

b. Bagi Guru

Menjadi kontribusi positif untuk memacu kreativitas dalam penerapan model pembelajaran dengan berbagai metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengembangan pembelajaran Produktif Administrasi Perkantoran, sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar lebih bervariasi.

c. Bagi Siswa

Dapat menjadi metode belajar alternatif dalam melatih kemampuan penguasaan konsep dalam mata pelajaran Administrasi Perkantoran. d. Bagi peneliti selanjutnya

Menambah wacana dan memotivasi peneliti selanjutnya untuk menganalisis berbagai permasalahan yang dihadapi nsiswa dalam proses pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran di Sekolah Menengah Kejuruan.


(22)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan

BAB III

DESAIN PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran advance organizer terhadap kemampuan penguasaan konsep di SMK Negeri 11 Bandung yang berlokasi di Jl. Budhi Cilember Telp. (022) 6652442 Faks. (022) 6613508 Bandung 40175.

Pada penelitan eksperimen ini diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan. Terdapat dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.2. Metode penelitian

Dalam sebuah kegiatan penelitian, seorang peneliti harus mengenal dan mengetahui metode penelitian apa yang akan digunakan. Maka dari itu, seorang peneliti dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu harus menentukan metode apa yang harus digunakan. Metode penelitian memiliki peranan yang penting dalam melakukan suatu penelitian. maka dari itu, seorang peneliti harus mengetahui metode apa yang akan digunakan. Hal ini bertujuan agar peneliti memperoleh gambaran permasalahan, sehingga tujuan penelitian akan tercapai dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Surakhmad (1998:131), yang menyatakan bahwa: Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat tertentu. Cara itu dipergunakan


(23)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

setelah penyelidik memperhitungkan kewajaran ditinjau dari penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.

Tujuan adanya metode penelitian adalah untuk memberikan gambaran, kepada peneliti mengenai langkah langkah penelitian yang dilakukan, sehingga permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Sugiyono (2006:160), menjelaskan

bahwa “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya”. Arikunto (2002:136), menjelaskan ”Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya.”

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experimental Design. Menurut Syamsudin dan Vismala S. Damayanti (2009:162) penelitian quasi eksperimen atau eksperimen semu dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati penelitian eksperimen sejati. Dalam pelaksanaan penelitian, penulis akan membuat dua kelompok siswa. Kelompok pertama dinamakan kelompok eksperimen, dan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut akan diberikan pretest dan postest yang sama. Tetapi pada kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran direct intruction.

3.3. Desain Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pengukuran sebelum perlakuan (pre-test) dan sesudah perlakuan (post-test). Desain penelitian


(24)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan eksperimen yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Dimana kelompok eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random (Sugiono, 2009:116). Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan model pembelajaran advance organizer pada kelompok eksperimen dan pembelajaran direct interactioan pada kelompok kontrol. Secara jelas desain dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut

:

Tabel 3. 1 Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen O1 X1 X2 X3 X4 O3

Kontrol O2 X1 X2 X3 X4 O4

Keterangan:

O1 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok kelas eksperimen.

O2 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok kelas kontrol.

O3 = Tes akhir setelah pembelajaran pada kelompok kelas eksperimen. O4 = Tes akhir setelah pembelajaran pada kelompok kelas kontrol. X = Treatment model pembelajaran advance organizer dan model


(25)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

3.4. Data dan Sumber Data 3.4.1. Data

Data menurut Arikunto (2006:118) : “Adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka yang dapat dijadikan bahan menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai

untuk suatu keperluan”.

Berdasarkan definisi tersebut, data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data langsung berupa jawaban-jawaban yang diperoleh melalui tes obyektif dari para responden mengenai sub kompetensi yang diberikan kepada sejumlah siswa kelas X pada Kompetensi dasar Mengidentifikasi dokumen kantor Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung.

3.4.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu.Melalui pengertian ini maka data primer diperoleh secara langsung dan dihasilkan langsung oleh si peneliti.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain atau hasil penelitian pihak lain atau data yang sudah tersedia sebelumnya yang


(26)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan diperoleh dari pihak lain yang berasal dari buku-buku, literatur, artikel dan jurnal ilmiah.

3.5. Skenario Pembelajaran

Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran Advance Organizer (kelas eksperimen) dan penerapan model pembelajran Direct Intruction (kelas kontrol) adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2

Skenario Pembelajaran

Model Pembelajaran Advance Organizer (Kelas Eksperimen)

Model Pembelajaran Direct Intruction (Kelas Kontrol)

1. Tahap Persiapan

a) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b) Guru menyiapkan materi yang akan

dibahas

c) Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test

1. Tahap Persiapan

a) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b) Guru menyiapkan materi yang akan

dibahas

c) Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test

2. Pelaksanaan A. Pendahuluan

a) Guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kehadiran siswa

b) Apersepsi:

i. Guru menjajaki daya ingat siswa tentang pemahaman pelajaran yang sudah dipelajari.

2. Pelaksanaan A. Pendahuluan

a)Guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kehadiran siswa

b)Apersepsi : Guru mengulas tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari.


(27)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

ii. Guru menyajikan organizer dan meminta siswa memberikan sedikit penjelasan tentang materi yang akan dipelajari.

c) Motivasi :

- Guru memberikan pre test kepada siswa

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.

- Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran Advance Organizer.

- Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa reward, nilai atau pujian bagi siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

B. Kegiatan Inti

a) Tahap Pendahuluan

-Guru memberikan penjelasan tentang pentingnya mempelajari kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

b) Tahap Kedua

-Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. -Guru memberikan penjelasan

i. Guru memberikan pre test kepada siswa.

ii. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.

B. Kegiatan Inti

a) Guru memberikan penjelasan tentang pentingnya tujuan pembelajaran dalam kompetensi yang harus dicapai oleh siswa

b) Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran direct intruction

c) Guru mengembangkan hubungan, yaitu menemukan hubungan-hubungan antara materi yang memiliki keterkaitan.

d) Guru menjelaskan konsep atau keterampilan baru.

e) Guru membagikan tugas tentang materi pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.

f) Siswa saling bertukar pendapat dan pemikiran dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.

g) Guru membimbing atau mengawasi selama kegiatan penugasan berlangsung.

h) Siswa mengemukakan hasil penugasan kemudian dibahas dalam


(28)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan tentang pentingnya mempelajari

kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

-Siswa menggali informasi dari berbagai sumber litelatur tentang kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

-Guru menyajikan materi tentang kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

-Guru menghubungkan materi pembelajaran dengan organizer.

c) Tahap Ketiga

-Siswa mendiskusikan materi pembelajaran tentang kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. -Siswa berdiskusi dengan teman

sekelompoknya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan

-Siswa dapatmenyimpulkantentang kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

kelas.

i) Guru memberikan penilaian terhadap hasil penugasan

3. Kegiatan Penutup

a) Dengan menggunakan pendekatan kritis pada mata pelajaran guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai keseluruhan materi pembelajaran

3. Kegiatan Penutup

a) Siswa membuat kesimpulan mengenai materi pembelajaran yang dipelajari. b) Guru memberikan post test secara


(29)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

yang didiskusikan oleh siswa. b) Guru memberikan post test.

3.6. Uji Instrumen (Soal Tes)

Instrumen tes yang diberikan kepada siswa adalah tes kemampuan pemahaman konsep siswa berupa soal pilihan ganda yang akan dijadikan sebagai soal pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan postest dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan (treatment). Adapun langkah-langkah untuk menganalisis instrumen sebagai berikut :

3.6.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan koefisien produk momen. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan sebagai berikut :

∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan :


(30)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan Rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

x : Skors tiap items x y : Skors tiap items y N : Jumlah siswa

Sugiyono (2006:135), menyatakan bahwa instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat dipergunakan. Sugiyono (2008: 179) Soal dianggap valid bila harga korelasi 0,30 bila harga korelasi berada di bawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrument tidak valid. Sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Perhitungan validitas dihitung dengan menggunakan bantuan Microsoft office Excel 2010, pada umumnya untuk penelitian dibidang ilmu pendidikan, digunakan taraf signifakansi 0,05 atau 0,01.

Tabel 3. 3

Format Perhitungan Uji Validitas No.

Responden

Nomor Item Instrumen

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tabel 3. 4

Format Tabel Perhitungan Korelasi No.

Responden X Y XY X

2

Y2

Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas instrumen adalah sebagai berikut (Uep dan Sambas Ali Muhidin, 2006: 49-50):


(31)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

a) Mengumpulkan data dari hasil uji coba.

b) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

c) Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor.

d) Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada itu yang diperoleh untuk setiap respondennya untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

e) Menghitung jumlah skor yang diperoleh oleh masing-masing responden. f) Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap bulir

angket.

g) Membandingkan nilai korelasi product moment hasil perhitungan dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat dalam tabel.

h) Membuat kesimpulan dengan kriteria uji:

r hitung > r tabel, maka instrumen dinyatakan valid. r hitung

r tabel, maka instrumen dinyatakan tidak valid.

Pengolahan uji instrumen dengan menggunakan bantuan aplikasi program MS Excel 2010 menurut Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, (2006: 379) sebagai berikut:

a. Siapkan lembar kerja (worksheet) dan data yang akan diolah; b. Entry data tersebut pada lembar kerja (worksheet);

c. Lalu hitung rata-rata dengan AVERAGE, korelasi dengan CORREL, keterangan validitas dengan IF, jumlah bulir yang valid dan tidak valid dengan COUNTIF.

Pengujian validitas soal pre-test mengenai kompetensi dasar menangani penggandaan dokumen dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.

3.6.2. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui suatu instrumen reliabel atau tidak maka harus diketahui koefisien reliabilitasnya. Menurut Arikunto (2006:60) suatu tes tersebut


(32)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan ketetapan masalah hasil tes atau seandainya hasil tes berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Pengujian reliabilitas uji coba

instrumen ini dengan menggunakan koefisien alpha (α) dari cronbach sebagai berikut:

Keterangan :

r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan k : Jumlah butir instrumen

Tabel 3. 5

Interprestasi derajat reliabilitas

Rentang Nilai Klasifikasi

0,000-0,200 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,201-0,400 Derajat reliabilitas rendah 0.401-0,600 Derajat reliabilitas cukup 0,601-0,800 Derajat reliabilitas tinggi 0,801-1,000 Derajat reliabilitas sangat tinggi

3.6.3. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

Tingkat kesukaran dipandang dari kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal tersebut, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penetuan

(Ating Somantri dan Sambas Ali M., 200:48)

(Suharsimi Arikunto, 2006: 223)





2 t 2 b 11

Σ

1

1

k

k

r


(33)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

proporsi dan kriterian soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu mudah (Arikunto, 2009:2008). Indeks kesukaran diberi simbol P (proposisi) yang dihitung dengan rumus:

Keterangan :

P : Indeks Kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar Js : jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3. 6 Tingkat kesukaran

No Rentang Nilai tingkat kesukaran Klasifikasi

1 0,70-1,00 Mudah

2 0,30-0,70 Sedang

3 0,00-0,30 Sukar

(Suharsimi arikunto, 2006 : 100)


(34)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan

3.6.4. Daya Pembeda Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2008:211) mengemukakan bahwa daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membuktikan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D), indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Untuk mengetahui indeks diskriminasi dapat menggunakan perumusan:

Keterangan :

D : Indeks diskriminasi (daya pembeda)

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3. 7

Klasifikasi Daya Pembeda

No Rentang Nilai D Klasifikasi

1 0,00-0,19 Jelek

2 0,20-0,39 Cukup

3 0,40-0,69 Baik

4 0,70-1,00 Baik Sekali


(35)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

5 Negatif Tidak Baik


(36)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan

3.7. Alur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan studi lapangan dan studi literature

Gambar 3. 1 Alur Penelitian

postes

Pengolahan data dengan analisisdata

Pembahasan Kesimpulan

Validitas, Uji coba, revisi instrumen

Pre-tes

Kelompok ekseksprimen Kelompok kontrol

Pembelajaran dengan model Advance

Organizer Pembelajaran

dengan model Direct intruction

Penyusunan instrument: tes prestasi

Penyusuna rencana Pembelajaran dengan model

Advance Organizer Penentuan Subyek Penelitian

Perumusan Masalah Indentifikasi Masalah


(37)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

3.8. Tekhnik Analasis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berupa data kuantitatif. Maka teknik analisis data yang digunakan juga menggunakan teknik analisis data

kuantitatif. “Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah

data terkumpul dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul” (Sugiyono, 2012: 207).

Setelah data hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh, maka dilakukan analisis statistik parametris untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan pengolahan data terhadap skor pre-test dan post-test dan nilai gain. Pengolahan data dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, sedangkan perhitungan gain dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan perlakuan yang diberikan terhadap hasil belajar siswa Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.8.1. Data Hasil Tes

3.8.1.1. Perhitungan Skor Tes Individu

Data yang telah diperoleh digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Data tersebut diperoleh dari tes awal (pre-test) sebelum pembelajaran dan tes akhir (post-test) setelah pembelajaran dilaksanakan. Hasil pre-test dan post-test peserta didik dinilai dengan menggunakan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan.


(38)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan

3.8.1.2. Perhitungan N-Gain

Setelah nilai hasil pre-test dan post-test diperoleh dari hasil penskoran, maka selanjutnya akan dihitung rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yaitu dengan perhitungan N-Gain.

Hal ini dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Selanjutnya, perolehan normalisasi N-Gain diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:

Tabel 3. 8

Klasifikasi Nilai N-Gain

Rentang Nilai Klasifikasi

g > 0,70 Tinggi

0,30 ≥ (g) < 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

3.8.2. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yaitu jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris dan dengan pengujian tersebut maka akan didapat suatu keputusan untuk menolak atau menerima suatu hipotesis. Sedangkan pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis ini. Alat yang digunakan untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas.


(39)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata kemampuan awal (pre-test) dan rata-rata kemampuan akhir (post-test) siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Proses pengujian hipotesis akan meliputi uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas sebagai syarat untuk menggunakan statistik parametik, yakni dengan menggunakan uji-t.

Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

3.8.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat menentukan persamaan uji-t yang digunakan. Uji normalitas yang digunakan adalah Penulis menggunakan uji normalitas dengan metode lilifors. Langkah kerja uji normalitas dengan metode lilifors menurut Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006: 289) sebagai berikut:

Tabel 3. 9

Distribusi Pembantu Untuk Pengujian Normalitas

X F FK ( ) Z ( ) ( )- ( ) | ( )

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Susunlah data dari kecil ke besar

2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik. 5. Hitung nilai z untuk mengetahui theoritical proportion pada table z 6. Menghitung theoritical proportion.

7. Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.


(40)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan 8. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi.

Untuk melakukan uji normalitas untuk kedua variabel tersebut dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel.

3.8.2.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor-skor pada penelitian yang dilakukan mempunyai variansi yang homogen atau tidak untuk taraf

signifikansi α. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1) Menentukan varians data

2) Menentukan derajat kebebasan (dk) dk1 = n1– 1 dan dk2 = n2– 2

3) Menghitung nilai F (tingkat homogenitas)

Keterangan : S2b = varian terbesar

S2k = varian terkecil

4) Mementukan nilai uji homogenitas tabel melalui interpolasi. Jika Fhitung < Ftabel, maka data berdistribusi homogen.

3.8.2.3. Uji-t (t-test)

Adapun langkah-langkah untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut:


(41)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

1) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan penelitian

2) Gunakan statistik uji yang tepat

3) Hitung nilai statistik berdasarkan data yang terkumpul 4) Berikan kesimpulan

5) Menentukan ρ (ρ-value)

Hipotesis dalam penelitian ini, menggunakan Uji Beda Dua Rata-rata/Mean yaitu uji t-test dengan ketentuan varians homogen. Pengujian hipotesis menggunakan t-test. Tes ini dilakukan bila kedua data berdistribusi normal dan variansnya homogen, rumus uji t-test sebagai berikut :

̅ ̅

(Ating dan Sambas,2006: 172) Keterangan:

t : nilai t yang dihitung

x : nilai rata-rata kelompok eksperimen x : nilai rata-rata kelompok kontrol

: jumlah anggota sampel kelompok eksperimen : jumlah anggota sampel kelompok kontrol


(42)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan

(Ating dan Sambas 2006:172) Keterangan:

̅ : Rata-rata skor pretes kelas eksperimen. ̅ : Rata-rata skor pretes kelas kontrol.

: Simpangan baku kelas eksperimen.

: Simpangan baku kelas kontrol. dk :

Adapun dalam Sugiyono (2012: 196-197), dijelaskan bila jumlah anggota sampel = dan varian homogen ( = ), maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated, maupun pool varian. Untuk melihat harga t tabel digunakan dk = dengan rumus Separated varian yaitu:

̅

̅

Kriteria pengujian ditetapkan apabila t hitung < t tabel dk = Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji t adalah sebagai berikut :


(43)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

b. Menghitung rata-rata nilai kelompok kontrol

c. Menghitung simpangan baku sampel kelompok eksperimen d. Menghitung simpangan baku sampel kelompok kontrol e. Menghitung kriteria pengajuan uji t, tingkat kepercayaan 0,05 Jika t hitung > t tabel, maka H0 di tolak dan H1 diterima

Jika t hitung < t tabel, maka H0 di terima dan H1 ditolak Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah :

H0: Hasil belajar dengan Model pembelajaran Advance Organizer lebih rendah

dibandingkan Model Pembelajaran Direct intruction

H1: Hasil belajar dengan Model Pembelajaran Advance Organizer lebih tinggi


(44)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV dapat disimpulkan: Model pelajaran Advance Organizer efektif diterapkan pada kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen kantor, karena terbukti meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa, hal ini dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa kelas X di SMK Negeri 11 Bandung yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer (kelas eksperimen) termasuk kedalam klasifikasi sedang hingga tinggi. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan adanya perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen dengan model advance organizer lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran direct interaction pada kelas kontrol sebagai pembanding.

5.2. Saran-saran

1. Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru memberikan variansi dalam menyampaikan materi agar siswa tidak merasa bosan sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien.

2. Bagi pengajar yang belum menerapkan model pembelajaran advance organizer maka ada baiknya menerapkannya untuk menigkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa.


(45)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. (2007). Learning to Teach. Belajar untuk Mengajar (terjemahan HellyvPrajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Baharudin, dan Esa Nur Wahyuni. (2010).Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Bahri, S. Dan Aswan, Z.(2002). Strategi Belajar mengajar. Jakarta: PT Adi Mahasatya

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dahar, R.W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Dahlan, M.D (1998). Model-model Mengejar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar). Bandung: Dipenogoro.

Djamarah, Syaiful B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hidayat, Nurul. 2008. Model Pembelajaran Advance Organizer. (online). http://aryes-hidayat.blogspot.com/2008/01/model-pembelajaran-advence-organizer.html.

Joyce, B. and Weil,.2009. Model of Teaching (edisi ke-8,cetakan ke-1). diterjemahkan oleh Achmad Fuwaid dan Ateila Mirza.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun. (2011). Models of Teaching, edisi 8. Yogyakarta: Pustaka Belajar


(46)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Kemampuan Penguasaan Muhidin, Sambas Ali dan S, Ating, 2006. Analisis korelasi,regresi dan Jalur

dalam penelitian. Bandung: Pustaka Setia

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Oemar Hamalik. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Rusman. (2005). Model-model Pembelajaran. Jakarta :Raja Grafindo Persada Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Schunk. Dale. H. (2012). Learning Theories. Jakarta: Pustaka Pelajar. Solihah. 2008. Konsep Belajar Bermakna David Ausubel. (online).

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/156/hubptain-gdl-haniatusso-7777-5-.pdf

Somantri, A. dan Sambas A. Muhidin. (2006). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sontani, Uep T & Sambas Ali M. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama

Sudjana. (1991). Metode Statistik. Bandung: Sinar Baru Sudjana. (2010). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah.

Sudjana. (2011). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Surakhmad, Winarno (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Tarsito.

Slameto. (2010). Belajar & faktor faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


(47)

Ashri Hasian Ekaputri, 2013

Uno, H.B. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Winkel. (2009). Psikologi Pengajaran .Yogyakarta: Media Abadi.

Witherington. H. C. dkk. (1986). Teknik-Teknik Belajar Mengajar. Bandung: Jemmars.


(1)

70

(Ating dan Sambas 2006:172) Keterangan:

̅ : Rata-rata skor pretes kelas eksperimen.

̅ : Rata-rata skor pretes kelas kontrol.

: Simpangan baku kelas eksperimen.

: Simpangan baku kelas kontrol.

dk :

Adapun dalam Sugiyono (2012: 196-197), dijelaskan bila jumlah anggota sampel = dan varian homogen ( = ), maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated, maupun pool varian. Untuk melihat harga t tabel digunakan dk = dengan rumus Separated varian yaitu:

̅

̅

Kriteria pengujian ditetapkan apabila t hitung < t tabel dk =


(2)

b. Menghitung rata-rata nilai kelompok kontrol

c. Menghitung simpangan baku sampel kelompok eksperimen d. Menghitung simpangan baku sampel kelompok kontrol e. Menghitung kriteria pengajuan uji t, tingkat kepercayaan 0,05 Jika t hitung > t tabel, maka H0 di tolak dan H1 diterima

Jika t hitung < t tabel, maka H0 di terima dan H1 ditolak

Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah :

H0: Hasil belajar dengan Model pembelajaran Advance Organizer lebih rendah

dibandingkan Model Pembelajaran Direct intruction

H1: Hasil belajar dengan Model Pembelajaran Advance Organizer lebih tinggi


(3)

107

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV dapat disimpulkan: Model pelajaran Advance Organizer efektif diterapkan pada kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen kantor, karena terbukti meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa, hal ini dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa kelas X di SMK Negeri 11 Bandung yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer (kelas eksperimen) termasuk kedalam klasifikasi sedang hingga tinggi. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan adanya perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen dengan model advance organizer lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran direct interaction pada kelas kontrol sebagai pembanding.

5.2. Saran-saran

1. Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru memberikan variansi dalam menyampaikan materi agar siswa tidak merasa bosan sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien.

2. Bagi pengajar yang belum menerapkan model pembelajaran advance organizer maka ada baiknya menerapkannya untuk menigkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. (2007). Learning to Teach. Belajar untuk Mengajar (terjemahan HellyvPrajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Asdi Mahasatya.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Baharudin, dan Esa Nur Wahyuni. (2010).Teori Belajar dan Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Bahri, S. Dan Aswan, Z.(2002). Strategi Belajar mengajar. Jakarta: PT Adi Mahasatya

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dahar, R.W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Dahlan, M.D (1998). Model-model Mengejar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar). Bandung: Dipenogoro.

Djamarah, Syaiful B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hidayat, Nurul. 2008. Model Pembelajaran Advance Organizer. (online). http://aryes-hidayat.blogspot.com/2008/01/model-pembelajaran-advence-organizer.html.

Joyce, B. and Weil,.2009. Model of Teaching (edisi ke-8,cetakan ke-1). diterjemahkan oleh Achmad Fuwaid dan Ateila Mirza.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun. (2011). Models of Teaching, edisi 8. Yogyakarta: Pustaka Belajar


(5)

109

Muhidin, Sambas Ali dan S, Ating, 2006. Analisis korelasi,regresi dan Jalur dalam penelitian. Bandung: Pustaka Setia

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Oemar Hamalik. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Rusman. (2005). Model-model Pembelajaran. Jakarta :Raja Grafindo Persada Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Schunk. Dale. H. (2012). Learning Theories. Jakarta: Pustaka Pelajar. Solihah. 2008. Konsep Belajar Bermakna David Ausubel. (online).

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/156/hubptain-gdl-haniatusso-7777-5-.pdf

Somantri, A. dan Sambas A. Muhidin. (2006). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sontani, Uep T & Sambas Ali M. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama

Sudjana. (1991). Metode Statistik. Bandung: Sinar Baru Sudjana. (2010). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah.

Sudjana. (2011). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Surakhmad, Winarno (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Tarsito.


(6)

Uno, H.B. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Winkel. (2009). Psikologi Pengajaran .Yogyakarta: Media Abadi.

Witherington. H. C. dkk. (1986). Teknik-Teknik Belajar Mengajar. Bandung: Jemmars.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung).

0 2 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA DIDIK : Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Jenis-Jenis Surat/Dokumen Kantor pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran

0 2 52

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DENGAN ADVANCE ORGANIZER DALAM RANGKA MENCAPAI HASIL BELAJAR KEARSIPAN : Studi pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Sistem Kearsipan di Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandu

0 0 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Sangkuriang 1 Cimahi Tahun

0 2 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Bina Wisata Lembang Tahun Ajaran 201

0 1 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MNEMONIC TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Bina Wisata Lembang Tahun Ajaran 201

1 3 44

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI di SMK Pasundan 1 Bandung Tahun A

0 2 55

PENGGUNAAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PRESTASIBELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR: Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Melakukan Penggandaan Dokumen Kelas X Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Cimahi Tahun Ajaran 2

0 0 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasikan Fasilitas dan Lingkungan Kantor Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 3 Bandung)

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasikan Fasilitas dan Lingkungan Kantor Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 3 Bandung)

1 2 13