MODEL PERSEDIAAN PENYANGGA UNTUK MENJAMIN KETERSEDIAAN DAN KESTABILAN HARGA KOMODITAS POKOK YANG BERSIFAT MUSIMAN.

Dr. Wahyudi Sutopo, S.T., M.Si. Lahir di Boyolali, 25 Juni 1977. Pria yang
memiliki NIP 197706252003121001 adalah staf pengajar di Fakultas Teknik
UNS. Riwayat pendidikan tinggi yang berhasil diselesaikannya adalah tahun
1999 lulus sarjana (S-1) dari Institut Teknologi Bandung untuk bidang ilmu:
Teknik Industri, tahun 2004 lulus Magister (S-2) dari Universitas Indonesia
untuk bidang ilmu: Ilmu Manajemen, dan berhasil meraih gelar Doktor (S-3)
dari Institut Teknologi Bandung untuk bidang ilmu: Teknik dan Manajemen
Industri pada tahun 2011. Judul dan ringkasan Disertasi disajikan dalam 2
(dua) versi bahasa Indonesia dan English sebagai berikut.
MODEL PERSEDIAAN PENYANGGA UNTUK MENJAMIN KETERSEDIAAN
DAN KESTABILAN HARGA KOMODITAS POKOK YANG BERSIFAT
MUSIMAN.
Bahan kebutuhan pokok masyarakat (BKPM) yang diproduksi dari
hasil pertanian, sebagai contoh komoditi gula pasir, memiliki disparitas pasokan
yang sangat mencolok antara musim tanam dan musim panen. Disparitas pasokan
tersebut dapat menyebabkan kelangkaan dan fluktuasi harga sehingga
menimbulkan kerugian bagi produsen, pedagang, dan konsumen. Pada studi kasus
distribusi gula pasir di Indonesia, ditemukan tiga faktor utama penyebab masalah
tersebut. Pertama, jumlah pasokan domestik tidak naik secara signifikan akan
tetapi permintaan terus menerus naik. Kedua, terdapat perbedaan jumlah pasokan
yang sangat signifikan antara musim panen ketika pabrik gula menggiling tebu

dan musim tanam ketika petani menanam tebu. Ketiga, harga komoditas di pasar
global lebih murah jika dibandingkan dengan harga domestik sehingga pasokan
dari pasar global menyebabkan harga di level produsen turun.
Jika masalah disparitas pasokan dan fluktuasi harga tidak diredam, situasi
tersebut dapat menimbulkan masalah pangan yang kompleks dan berdampak pada
kerawanan sosial dan politik. Di sisi lain, pemerintah berkewajiban menjamin
produsen agar terhindar dari distorsi harga jual dan mewujudkan ketahanan
pangan yaitu terpenuhinya pangan pada harga yang terjangkau bagi konsumen.
Fenomena masalah ini dapat diredam pemerintah melalui kebijakan intervensi
pasar. Skema persediaan penyangga (SPP) dapat digunakan sebagai instrumen
untuk mengendalikan pasokan ke pasar agar harga stabil dan kebutuhan
terpenuhi. Untuk itu, penelitian ini membahas permasalahan tentang bagaimana
cara menentukan SPP sebagai instrumen program intervensi pasar bagi
pemerintah dalam rangka menjamin ketersediaan dan kestabilan harga komoditas
pokok yang bersifat musiman.
Model-model tentang ketersediaan dan kestabilan harga komoditas pokok
dengan menggunakan SPP telah banyak dikembangkan pada penelitian terdahulu.
Dari kajian literatur dapat disimpulkan bahwa: (i) metode optimisasi telah
digunakan untuk menentukan tingkat ketersediaan persediaan penyangga guna
menjamin pemenuhan kebutuhan dari jumlah dan waktu pengadaan; (ii) metode

ekonometrik telah digunakan untuk meredam harga dengan menggunakan jumlah
dan harga persediaan penyangga; (iii) program intervensi pada umumnya hanya
mempertimbangkan harapan produsen atau konsumen, dan (iv) pada umumnya
kebijakan pengelolaan SPP hanya melibatkan program pengadaan dan
penyimpanan. Dengan pernyataan lain, model-model terdahulu belum melibatkan:
(i) opsi kebijakan yang mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, (ii)
pengelolaan SPP yang terdiri dari program perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, dan pengeluaran, dan (iii) sistem intervensi yang memungkinkan
pelaku intervensi sebagai pemain pasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan opsi kebijakan saluran
distribusi bagi pemangku kepentingan sistem distribusi dan mengembangkan
model matematis sebagai alat bantu menyusun kebijakan intervensi pasar.
Penelitian ini menghasilkan opsi saluran distribusi dan Model SPP. Alternatif
kebijakan intervensi
terdiri dari intervensi langsung
(direct market
intervention/DMI) melalui operasi pasar dan intervensi tidak langsung (indirect
market intervention/IMI) melalui fasilitas sistem resi gudang (SRG). Berdasarkan
kebijakan DMI dan IMI tersebut selanjutnya dikembangkan model matematis yang

terdiri dari tiga model DMI yaitu Model I-a, I-b, dan I-c dan tiga model IMI yaitu
Model II-a, II-b, dan II-c. Model DMI merupakan problema NLP yang dapat
dipecahkan dengan algoritma sequential linear programming (SLP). Sedangkan
Model IMI merupakan problema MINLP dengan kategori NP-hard dimana solusi
dicari dengan menggunakan metode enumerasi dan algoritma SLP.
Dibandingkan model terdahulu, Model DMI dan IMI berlaku pada kondisi
umum dalam hal: (i) tersedianya opsi kebijakan intervensi dan opsi saluran
distribusi, (ii) luaran model dapat digunakan untuk pengelolaan SPP yang terdiri
dari program perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pengeluaran; (iii) opsi
kebijakan IMI memungkinkan pelaku intervensi secara proaktif sebagai pemain
pasar. Dari analisis numerik dan analitis terbukti bahwa model dapat digunakan
untuk menentukan tingkat ketersediaan, batasan harga produsen, batasan harga
konsumen, jumlah impor, dan menyelesaikan masalah SPP. Dari analisis Model DMI
dapat disimpulkan bahwa: (i) dampak dari operasi pasar dapat dinikmati oleh
produsen dan konsumen secara langsung dan (ii) operasi pasar dapat
mengendalikan perilaku spekulan secara langsung. Dari Model IMI dapat
disimpulkan bahwa intervensi dengan fasilitas SRG tidak dibutuhkan modal yang
besar. Pelaku intervensi yaitu badan layanan umum penyangga pangan (BLUPP)
dapat secara proaktif sebagai pelaku pasar sepanjang periode.
Kontribusi utama hasil penelitian ini pada bidang kajian sistem inventori dan

distribusi adalah: (i) mengintegrasikan pendekatan model ekonomi dengan model
optimisasi untuk penentuan SPP, (ii) mengembangkan Model SPP dengan
mempertimbangkan kebijakan intervensi pasar, dan (iii) mengembangkan model
kebijakan intervensi pasar melalui suatu agen pemerintah yang secara proaktif
sebagai pemain pasar. [Kata kunci: disparitas pasokan, fluktuasi harga, intervensi
pasar, pemangku kepentingan, persediaan penyangga, stabilisasi harga, sistem
resi gudang].
BUFFER STOCKS MODELS TO ENSURE PRICE STABILIZATION AND
AVAILABILITY OF SEASONAL STAPLE FOOD. Staple food which is produced
from agro-industry, for example sugar has a salient supply disparity during the
harvest season and planting season. This situation causes scarcity and price
fluctuation. Moreover, it will bring disadvantages to the stakeholders such as
producer, wholesaler, and consumer. A case study about the sugar distribution in
Indonesia has found three main reasons which cause those problems. First, the
domestic supply does not increase significantly whereas the demand raises
continously. Second, there is a significant disparsity of supply between the harvest
season and planting season. Third, the price of commodity in a global market is
lower than domestic market, so it is possible to harm the producer selling price.
If the disparity of supply and price fluctuation can not be alleviated, it may
initiate a complex food problem and trigger social and political crisis. On the other

hand, government has obligation to protect the producer from selling price
distortion and to realize the food sustainability for consumer with a reasonable

price. This phenomenon could be solved through implementation of market
intervention policy. A buffer stocks scheme could be used as an instrument to
control the supply to the markets so that the price will be stabilized and the
consumption can be ensured. This paper will discuss the problem on how to
determine buffer stocks scheme as an instrument in market intervention program
for government to keep the price stabilization and staple food availability.
There were many models about price stabilization of staple food that had been
developed. Based on literature study, there are some conclusions as follow: (i) an
optimization method has been applied to determine the buffer stocks level in
guaranting the fulfillment of needs consist of quantity and time; (ii) an
econometrics method has been implemented to alleviate the price fluctuation by
using the quantity and price of buffer stocks; (iii) generally, the intervention
programs only consider producer or consumer expectation; (iv) generally, the
organization of buffer stocks scheme only consists of procurement and storaging
programs. In another words, the previous models disregarded the following
aspects: (i) policies that consider the expectation of stakeholders; (ii) management
of buffer stocks scheme consists of planning, procuring, storaging, and releasing

the stocks; and (iii) the intervention system facilitates its stakeholders to act
proactively as market players.
The objectives of this research are to develop the policy options of cheap,
efficient, and fair buffer stocks distribution channel to the entire stakeholders in
the distribution system and to develop mathematical model as a tool to formulate
the market intervention policy by using buffer stocks scheme. This research
produced options of distribution channel policy and mathematical model of buffer
stocks scheme as a reference to set up market intervention program. The
intervention programs consist of direct market intervention (DMI) through market
operation and indirect market invervention (IMI) through warehouse receipt
system. There are three policies of distribution channel: monopoly, controlled, and
free market. The model consists of three models in DMI policy (Model I-a, I-b, and
I-c) and three models in IMI policy (Model II-a, II-b, and II-c). Model DMI is a NLP
problem that could be solved by using sequential linear programming (SLP)
algorithm. Model IMI is a MINLP problem with NP-hard category. The solusion of
IMI model is obtained by applying enumeration method and SLP algorithm.
Compare to the previous models, the proposed model is valid for general
condition of staple food distribution system in terms of: (i) availability of
intervention policy, and distribution channels options; (ii) the model output could
be used to manage staple food scheme consists of planning, procuring, storaging,

and releasing the stocks; and (iii) the IMI facilitates its stakeholders to act
proactively as market players.
To evaluate the model performance, several numerical examples have been
performed by utilizing historical data. The numerical and analitycal analyses shows
that the model can be used to determine the stocks level, the limit of producer’s
selling price, the limit of consumer’s purchasing price, the amount of import, and
to solve the buffer stocks problem within planning period with considering the
interest of stakeholders. Based on Model DMI, government intervention has
significant effect to reduce the risks for both producer and consumer side. The
intervention policy can be utilized to improve the profit for both the producer and
the consumer. Therefore, the government budget rises when the price function
parameter rises as well. The Model IMI shows that the IMI does not need a capital
as high as DMI. The main contribution of this research are: (i) to integrate the

econometrics and optimization approaches in determining the buffer stock scheme,
(ii) to develop buffer stock model with considering the market intervention policy,
and (iii) to develop market intervention model through a govermental-agent
(BLUPP) who acts proactively as market player. [Keywords: buffer stock, direct
intervention, indirect intervention, price fluctuation, stabilization, stakeholders,
supply disparity, warehouse receipt system].