Penggunaan Sumber Belajar Lingkungan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Bongas Kulon 2 Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka.

(1)

JEPANG DI KELAS V SDN CIBUBUAN II KECAMATAN CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Gelar Sarjana

Oleh

ELIS KURNIAWATI 1010281

PROGRAM S-1 DUAL MODES PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2013


(2)

HASIL BELAJAR PENDIDIKAN IPS SISWA TENTANG PERJUANGAN PARA TOKOH PEJUANG PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA DAN JEPANG DI KELAS V SDN CIBUBUAN II KECAMATAN CONGGEANG

KABUPATEN SUMEDANG

Oleh:

ELIS KURNIAWATI 1010281

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,

Drs. H. Dadang Kurnia, M.Pd. NIP. 19560602 198111 1 001

Pembimbing II,

Asep Kurnia Jayadinata, M.Pd. NIP. 19800929 200801 1 023

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar S-1 Kelas UPI Kampus Sumedang,

Riana Irawati, M.Si. NIP. 19801125 200501 2 002


(3)

Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan IPS Siswa Tentang Perjuangan Para Tokoh Pejuang Pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang Di Kelas V SDN Cibubuan II Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang”. ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Sumedang, Desember 2012 Yang membuat pernyataan,

ELIS KURNIAWATI NIM. 1010281


(4)

i

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 18

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 19

E. Batasan Istilah ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 22

A. Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar ... 22

1. Pengertian Pembelajaran ... 22

2. Hasil Belajar Siswa ... 24

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 26

B. Kolaborasi Pembelajaran Model Jigsaw dengan Media Puzzle ... 31

1. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw ... 31

2. Media Puzzle ... 44

3. Kolaborasi Pembelajaran Model Jigsaw dengan Media Puzzle ... 50


(5)

ii

2. Prosedur Penelitian ... 53

B. Instrumen Penelitian ... 56

C. Teknik Pengolahan Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

1. Hasil Observasi dan Hasil Belajar Siklus I ... 64

2. Hasil Observasi dan Hasil Belajar Siklus II ... 77

B. Temuan Hasil Tindakan ... 91

1. Temuan Utama ... 91

2. Temuan Sampingan ... 95

C. Pembahasan ... 97

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 110

A. Simpulan ... 110

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114 LAMPIRAN


(6)

iii

Tabel 3.1 Time schedule Penelitian ... 52

Tabel 4.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 65

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 67

Tabel 4.3 Hasil Belajar PIPS Siswa Siklus I ... 70

Tabel 4.4 Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 74

Tabel 4.5 Hasil Wawancara Guru Siklus I ... 76

Tabel 4.6 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II... 79

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 81

Tabel 4.8 Hasil Belajar PIPS Siswa Siklus II ... 84

Tabel 4.9 Hasil Wawancara Siswa Siklus II ... 88


(7)

iv

penjelasan dan iskusi ... 41

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 54

Gambar 4.1 Grafik Tingkat Aktivitas Siswa PBM PIPS Siklus I ... 68

Gambar 4.2 Grafik Sebaran Hasil Belajar PIPS siswa Siklus I ... 70

Gambar 4.3 Grafik Tingkat Aktivitas Siswa PBM PIPS Siklus II ... 82

Gambar 4.4 Grafik Sebaran Hasil Belajar PIPS siswa Siklus II ... 85

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Capaian Hasil Belajar 2011/2012 hingga 2012/2013 ... 92


(8)

v

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ... 116

Lampiran 3. Lembar Bimbingan Penelitian ... 117

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 118

Lampiran 5. Lembar Ahli Tipe A, B, dan C ... 126

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa(LKS) ... 132

Lampiran 7. Format observasi aktvitas siswa ... 138

Lampiran 8. Format observasi kinerja guru ... 140

Lampiran 9. Pedoman Wawancara Siswa ... 141

Lampiran 10. Pedoman Wawancara Guru ... 142

Lampiran 11. Data dan Pengolahan Data Penelitian ... 143

Lampiran 12. Dokumentasi Foto PBM Siklus I dan Siklus II ... 155

Lampiran 13. Contoh Puzzle Tokoh Pahlawan ... 167


(9)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan yang di dalamnya (internal) terdapat beberapa komponen yang saling ketergantungan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu terdapat beberapa komponen di luar organisasi (eksternal) yang juga bisa mempengaruhinya. Hal ini sesuai dengan ungkapan Sagala (2010: 71) bahwa, ”Sekolah merupakan suatu sistem terbuka, sekolah tidak mengisolasi diri dari lingkungannya karena mempunyai hubungan-hubungan (relasi) dengan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal sekolah dan bekerjasama.” Dengan demikian baik internal maupun eksternal dan merupakan berbagai macam sumberdaya yang ada (input) harus dapat diorganisasikan secara efektif dan efisien (proses) untuk mencapai tujuan (output) adalah kunci sekolah sebagai organisasi pendidikan dalam mencapai tujuannya yaitu tujuan pendidikan.

Menurut Fatah dan Gorton (Sagala, 2010: 71) pada intinya suatu organisasi sekolah membutuhkan pengelolaan oleh orang-orang profesional dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Hal ini menunjukkan bahwa hakikatnya keberhasilan sekolah ada pada sumberdaya manusianya (SDM). Dalam hal ini SDM terutama adalah input (siswa), proses (siswa dan guru), output (siswa). Selain itu sumber daya yang lainnya seperti sarana prasarana, kurikulum, dan yang lainnya. Jika paparan di atas dihubungkan dengan tugas utama sekolah


(10)

sebagai organisasi yang melaksanakan proses pendidikan maka pada saat tujuan pendidikan tidak tercapai maka suatu hal yang patut dipertanyakan tentang pemberdayaan input dan proses itu sendiri. Pada umumnya adalah penilaian terhadap kinerja atau kompetensi guru. Khususnya dalam hal perencanaan, proses pembelajaran, maupun evaluasi pembelajaran di kelas.

Permasalahan pengelolaan dan kinerja SDM dalam sekolah adalah hal umum di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Investigasi permasalahan pendidikan di Indonesia oleh World Bank (Sagala, 2010:76) yang menyatakan bahwa:

... lima strategi yang perlu dicermati yaitu kurikulum yang bersifat inklusif, proses belajar mengajar yang efektif, lingkungan sekolah yang mendukung, sumberdaya yang berasas pemerataan, standarisasi hal-hal tertentu, monitoring, evaluasi, dan tes. Kelima strategi tersebut harus menyatu ke dalam empat lingkup fungsi pengelolaan sekolah yaitu: manajemen organisasi, kepemimpinan, proses belajar mengajar, sumberdaya manusia, dan administrasi sekolah.

Demikian halnya pada saat pencapaian tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) banyak mengalami hambatan atau pun tidak optimal dalam pencapaiannya. Maka, segala macam komponen sekolah dijadikan basis kajian, perbaikan-perbaikan, inovasi hingga memunculkan pembaharuan-pembaharuan untuk mengurangi bahkan menghilangkan hambatan tersebut hingga tujuan Pendidikan IPS tercapai. Tidak terkecuali, di tingkat sekolah dasar (SD) yang menjadi pionir sehubungan dengan ditujukan untuk pendidikan dasar demi kelangsungan pendidikan lanjut.

Mata pelajaran IPS adalah salah satu mata pelajaran yang mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini (usia SD). Namun memiliki beberapa


(11)

hambatan dalam pencapaian nilai strategis tadi. Seperti yang diungkapkan Soemantri (Gunawan, 2011: 62) bahwa:

pembelajaran IPS disekolah selalu disajikan dalam bentuk faktual, konsep yang kering, guru hanya mengejar target pencapaian kurikulum, tidak mementingkan proses, karena itu pembelajaran IPS selalu menjenuhkan dan membosankan, dan oleh peserta didik dianggap sebagai pelajaran kelas dua.

Sifat monoton dan ekspositoris menjadikan siswa kurang antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik. Dengan tidak mementingkan proses, dan lebih mengedepankan aspek pengetahuan, fakta dan konsep menjadikan IPS adalah pelajaran hapalan. Sedangkan menurut Aziz (Gunawan, 2011: 62) mengatakan bahwa:

... dalam pembelajaran IPS proses itu sangat penting. Dalam pembelajaran IPS, peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman-pengalaman dalam menggunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupan demokratis, termasuk mempraktekan berpikir dan pemecahan masalah.

Dengan demikian, pada saat proses belajar lebih lebih cenderung ke pembelajaran hapalan konsep, fakta, membosankan, aktivitas siswa kurang, maka lebih memunculkan kesan teacher center, maka IPS tidak akan mampu membantu siswa untuk dapat hidup secara efektif dan produktif dalam kehidupan sosialnya seperti yang ditujukan dalam pendidikan IPS selama ini. Permasalahan ini hampir disemua tingkat pendidikan di Indonesia termasuk di tingkat sekolah dasar.

Berdasarkan pendekatan sistem pembelajaran IPS tidak terlepas dari permasalahan yang menyentuh tentang Input, Porses dan Output dimana orientasinya adalah pencapaian tujuan pembelajaran IPS itu sendiri. Hal ini sesuai


(12)

dengan ungkapan Gunawan (2011: 47) bahwa ”Pembelajaran IPS merupakan kegiatan mengubah karakteristik siswa sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang memiliki karakteristik yang diinginkan (output)...”. Oleh karena itu langkah awal yang penting adalah kompetensi guru untuk menentukan tujuan kemudian mengarahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Satu hal yang menarik adalah satu konsep dalam pendidikan IPS sekolah dasar yaitu sejarah bangsa Indonesia yang mana menurut Sucipto (Isjoni, 2007: 28) menyatakan bahwa ”Sejarah, obyeknya mempelajari berbagai segi kehidupan manusia dalam tahapan waktu (dari masa ke masa). Konsep utamanya adalah waktu”. Dengan demikian jika berbicara tentang sejarah guru terjebak dalam 1 metode bercerita (telling story) atau apabila bersentuhan dengan tokoh pejuang, guru menugaskan siswa untuk mencatat atau menghapal biograpi tokoh sejarah tersebut (konsep abstrak). Dengan begitu siswa sering kesulitan untuk mengkaitkan-mengkaitkan bahkan guru mengarahkan siswa untuk mengembangkan nilai dan sikap serta keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga kini. Maka pada akhirnya guru hanya mampu menuai hasil dari sisi peningkatan kognisi siswa saja.

Hasil survey awal di Kelas V SD Negeri Cibubuan II yang terletak di desa Karanglayung, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang. Pembelajaran IPS pada standar kompetensi ”Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.” pada


(13)

kompetensi dasar: ”Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang” menunjukkan terdapat tiga indikator yang bersentuhan dengan permasalahan-permasalah yang telah dipaparkan di atas perihal pembelajaran.

1. Kinerja Guru

a. Guru dalam proses pembelajaran hanya memaparkan biografi atau sejarah perjuangannya masing-masing tokoh pejuang. Metode yang digunakan adalah ceramah dengan komunikasi satu arah (teacher center).

b. Guru tidak memberikan alat atau media selain gambar foto tokoh pejuang yang ada pada buku sumber dan itu pun terlalu kecil untuk dikonsumsi atau diperlihatkan kepada seluruh siswa di kelas. Bahkan buku sumber yang tidak merata atau sebagaian besar siswa tidak memiliki buku sumber. c. Guru membiarkan siswa untuk diam mendengarkan penjelasan materi dan tidak memberikan kesempatan siswa untuk mencari/menggali informasi sendiri dan mengembangkan karakter sosialnya. Siswa hanya diberikan kesempatan beraktivitas mendengarkan dan mencatat hal penting tetang tokoh sejarah yang dimaksud.

2. Aktifitas Siswa

a. Tidak banyak bertanya dan mengemukakan pendapat.

b. Siswa hanya mengandalkan kemampuan pendengaran, ingatan sesaat dan tulisan yang terbatas sehingga kesulitan untuk mampu menggali informasi sendiri bahkan merumuskan gagasan sendiri.


(14)

c. Siswa merasa tidak nyaman, bosan, bahkan cenderung terkekang karena harus konsentrasi mendengarkan dan mengingat materi yang disampaikan guru. Hal ini menyebabkan sebagaian siswa menolak atau tidak mau konsentrasi, bermain dengan teman sebangku dan perilaku lainnya sehubungan dengan kurang menarik tadi.

3. Hasil Belajar

Kesulitan-kesulitan dan aktivitas siswa serta permasalahan kinerja guru yang ada berdampak pada hasil belajar yang tidak optimal. Semakin menunjukkan bahwa pembelajaran mata pelajaran IPS memang dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang, tidak bermakna serta kurang terkait dengan kehidupan keseharian. Data awal hasil belajar di dapatkan sebagai berikut pada tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 di bawah ini menunjukkan ketidakmampuan siswa dalam menguasai komptensi Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Tabel 1.1

Data Nilai IPS Siswa SDN Cibubuan II Sumedang Tahun ajaran 2011/2012

No Nama Siswa Nilai Tuntas Belum Tuntas

1 Ade Basri 20 1

2 Ahmad Taufik 20 1

3 Reza Fadili 10 1

4 M.Royan 20 1

5 Sandi Priatna. 20 1

6 Syahrul KH. 40 1

7 Iis Nurhasanah 40 1

8 Wahyu N. 30 1

9 Fajrin M. 20 1


(15)

No Nama Siswa Nilai Tuntas Belum Tuntas

11 Wawan Rizki 20 1

12 Enceng Adi 20 1

13 Ela Karmila 30 1

14 Nadiah Jabar 40 1

15 Ratna Saridah 40 1

16 Nurmala 30 1

17 Nuzulul M. 20 1

18 Yayang S. 10 1

19 Ary Resa 30 1

20 Erna Cantika 30 1

21 Sari Fitria 30 1

22 Eva Sofiatul 30 1

Jumlah 6 16

% 27,27 72,73

Ket: Nilai Max 60

Sumber: SDN Cibubuan II Sumedang 2011/2012

Berdasarkan pada Tabel 1.1 di atas, hasil evaluasi tahun sebelumnya, pelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Cibubuan II, pada Standar Kompetensi: Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dari 22 siswa sebanyak 16 orang (72,73%) belum tuntas.

Dari ketiga permasalahan yang telah dipaparkan menjadikan fokus permasalahan lebih menarik pada metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran IPS menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Fokus pada media karena pada dasarnya media adalah perangkat yang digunakan guru dan siswa untuk lebih memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran (mengefektifkan proses belajar mengajar). Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne dan Briggs (Arsyad, 2011: 4) yang menyatakan bahwa:


(16)

Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape rekorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

Hal ini menunjukkan media bukan sekadar alat bantu alakadarnya namun harus menjadi bagian penting karena dituntut untuk mampu menyampaikan isi materi pengajaran. Dengan demikian guru dituntut untuk mampu memilih atau berinovasi untuk menentukan media pembelajaran yang tepat. Media yang digunakan atau dipilih harus menjadi alternatif terbaik yang berhubungan erat dengan metode pembelajaran, mengefektifkan proses belajar mengajar, berfungsi kuat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran dan merupakan hasil dari upaya-upaya inovatif.

Demikian halnya dengan permasalahan proses pembelajaran di SD Cibubuan II. Proses pembelajaran yang baik akan menentukan keberhasilan belajar. Berbicara tentang proses pembelajaran mengarahkan kita pada upaya-upaya terbaik guru dalam memilih metode pembelajaran. Hal ini sesuai dengan ungkapan Sumiati (2007: xiii) bahwa:

Dalam perbaikan proses pembelajaran ini peranan guru sangat penting, yaitu menetapkan metode pembelajaran yang tepat. Oleh karena sasaran proses pembelajaran adalah siswa belajar, maka dalam menetapkan metode pembelajaran, fokus perhatian guru adalah pada upaya membelajarkan siswa. Sesungguhnya mengajar hendaknya dilakukan dengan metode pembelajaran atau cara yang efektif agar diperoleh hasil lebih baik.

Sehubungan dengan pemilihan media dan metode yang terbaik dalam pembelajaran di SD di bawah ini beberapa pertimbangan teoritis maupun hasil penelitian lain yang menjadi acuan untuk pemecahan masalah di SD Cibubuan II.


(17)

Beberapa temuan penelitian dan teori menunjukan kondisi perkembangan psikologis anak usia SD yang senang dengan bentuk permainan salah satunya adalah permainan konstruksi. Kohnstamm (Sujanto, 1981: 35) menyatakan bahwa „Permainan konstruktif yang dimaksud yalah anak senang sekali membangun. Disusunlah balok-balok, batu-batu dan sebagainya menjadi sesuatu yang baru dan dengan itu si anak akan menemukan kegembiraannya.‟

Kemudian berdasar tabel usia dan kesenangan permainan pada anak hasil penelitian Hildgard Hetzer (Sujanto, 1981: 37) sepanjang usia dari 2 hingga 13 tahun prosentase berkisar dari 23% hingga 32% waktu bermain sehari untuk jenis permainan konstruksi. Dua ungkapan tokoh psikologi perkembangan tersebut menunjukkan bahwa anak usia SD senang bermain dan salah satu bentuk permainannya adalah permainan konstruksi. Dengan demikian jika siswa SD diberikan pecahan atau serpihan suatu gambar dan diberikan kesempatan untuk menyusunnya (konstruksi) menjadi gambar yang utuh maka proses ini bisa disenangi siswa atau membuat siswa gembira serta menjawab rasa ingin tahu yang ada dalam diri mereka.

Implikasinya, jika suatu gambar serpihan tadi merupakan teka-teki atau sering kita sebut puzzle maka puzzle foto tokoh perjuangan dan biografinya dalam pembelajaran IPS di SD bisa menjadi alternatif media pembelajaran yang efektif bagi siswa. Hal ini didukung pula oleh Tarigan (1986: 234) yang mengungkapkan bahwa: “… pada umumnya para siswa menyukai permainan dan mereka dapat memahami dan melatih cara penggunaan kata-kata, puzzle, crosswords puzzle, anagram dan palindron.


(18)

Temuan lain yang tentunya mendukung ke arah pencapaian tujuan pendidikan IPS adalah Pembelajaran kooperatif. Slavin (2005: 4) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.” Dengan demikian model pembelajaran ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan kerjanya dalam menyelesaikan masalah dimana setiap siswa dilatih bertanggung jawab terhadap keberhasilan pembelajaran dan mengeliminasi tujuan individu dan tujuan kompetitif (bekerjasama).

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model jigsaw. Model yang dianjurkan untuk materi yang cenderung berbentuk narasi tertulis semisal sejarah atau biografi. Pernyataan ini sejalan dengan Slavin (2005: 237) yang mengungkapkan bahwa:

Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran „bahan baku‟ untuk Jigsaw II biasanya harus berupa bab, cerita, biografi, atau materi-materi narasi atau deskripsi serupa.

Dengan demikian, hal ini mengarahkan pada upaya pemecahan permasalahan yang sebelumnya dipaparkan dengan tujuan meningkatnya kinerja guru melalui perencanaan dan pelaksanaan serta proses evaluasi yang inovatif. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, akan membuat pelajaran lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan anak serta menyenangkan. Maka siswa mampu mencapai hasil belajar yang dituju. Dikatakan demikian, karena (1)


(19)

adanya keterlibatan siswa untuk aktif dan kreatif serta menyenangkan (Jigsaw dan puzzle) dalam proses belajar mengajar, (2) adanya keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang dimilikinya serta moral atau karakter sosial lainnya (kerjasama, menghargai, menghormati, berkeadilan), dan (3) pembelajaran yang lebih bermakna dalam arti lebih bisa diterima oleh siswa, lebih bisa dihafalkan bahkan dipahami dibandingkan sekadar diceritakan oleh guru sehingga hasil belajar lebih baik.

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, tentang proses pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Cibubuan II, Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang pada Kompetensi dasar: mengidentifikasi tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II?

2. Bagaimana kinerja guru pada pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan


(20)

para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II?

3. Bagaimana aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II?

4. Bagaimana peningkatan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II setelah menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle?

2. Pemecahan Masalah

Sesuai dengan latar belakang permasalahan maka pemecahan masalah yang diajukan adalah penerapan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Cibubuan II, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2012/2013, pada standar kompetensi ”Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.” dalam kompetensi dasar: ”Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang”. Hal ini sehubungan penerapan metode jigsaw dengan media puzzle memiliki beberapa alasan kuat dan prosedur untuk memecahkan


(21)

permasalahan. Berikut di bawah ini alasan-alasan dan prosedur pemecahan masalah.

a. Alasan Pemecahan Masalah

Terdapat tiga alasan penting sehubungan dengan kelebihan metode pembelajaran kooperatif jigsaw dengan media puzzle untuk menutupi kekurangan metode belajar dan media yang selama ini digunakan (konvensional) dalam kompetensi dasar mengidentifikasi tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD.

Pertama, kemampuan mengidentifikasi tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang merupakan proporsi terbesar melalui visualisasi (gambar/foto/teks) dan narasi biografi sehubungan dengan tokoh yang tidak bisa dikunjungi atau ditemui langsung. Logikanya, bagaimana siswa menghargai para pahlawan andaikan mereka tidak mengenal pahlawannya? Kemudian, bagaimana mengenal pahlawannya bertemu atau melihat gambarnya pun tidak (tak kenal maka tak sayang). Kemudian, beberapa temuan dan teori yang menujukkan bahwa anak-anak usia SD masih senang bermain atau menyenangkan (learn with playing) maka yang cocok adalah puzzle foto/gambar pahlawan yang memuat biografinya pula. Siswa bermain puzzle yang menyenangkan padahal dibalik itu mereka menyusun sosok atau wajah dan keterangan gambar (biografi) tentang wajah atau sosok pahlawan yang mereka susun (mengenal/mengidentifikasi pahlawan).

Kedua, di dalam proses pembelajaran guru dituntut mampu membuat puzzle pahlawan dan lembar ahli serta lembar kegiatan siswa (LKS) yang


(22)

menantang kreativitas siswa, tapi sarat akan informasi dan tetap menyenangkan. Kemudian merencanakan dan membawa serta atau membibing siswa langsung melaksanakan LKS dan metode pembelajaran jigsaw.

Ketiga, kolaborasi antara kinerja guru yang meningkat seiring peningkatan aktivitas siswa atas dasar penggunaan metode jigsaw dan media puzzle dalam pemebelajaran maka pembelajaran akan lebih bermakna, efektif dan menyenangkan. Hal ini akan berdampak bagi siswa dalam meraih hasil belajar yang terbaik.

Dengan demikian, alasan-alasan tersebut mendukung bahwa metode jigsaw dan media puzzle akan menghasilkan: 1) kinerja guru meningkat melalui perencanaan dan pelaksanaan serta proses evaluasi yang inovatif; 2) aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat, akan membuat pelajaran lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan anak serta menyenangkan; 3) hasil belajar tercapai. Dikatakan demikian, karena (a) adanya keterlibatan siswa untuk aktif dan kreatif serta menyenangkan (Jigsaw dan puzzle) dalam proses belajar mengajar, (b) adanya keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang dimilikinya serta moral atau karakter sosial lainnya (kerjasama, menghargai, menghormati, berkeadilan), dan (c) pembelajaran yang lebih bermakna dalam arti lebih bisa diterima oleh siswa, lebih bisa dihapalkan bahkan dipahami jika dibandingkan sekadar diceritakan oleh guru sehingga hasil belajar lebih baik.


(23)

b. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasar ketiga alasan tersebut di atas maka sebagai pemecahan masalah dalam proses pembelajaran di dalam penelitian ini terdiri dari tiga kali pertemuan, yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan: guru mempersiapkan RPP berikut membuat puzzle pahlawan yang dikehendaki, lembar kegiatan siswa (LKS), lembar ahli dan evaluasi bagi siswa.

2. Pelaksanaan:

a. Kegiatan Awal (10 menit)

1) Guru membuka proses pembelajaran dengan salam; 2) Guru memimpin siswa untuk berdoa;

3) Guru mengabsen siswa secara klasikal;

4) Guru menjelaskan dan menyampaikan tujuan pembelajaran;

5) Guru mengelola kelas untuk melaksanakan metode jigsaw menggunakan media puzzle:

(a) Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil 4-6 orang dan memilih siswa ahli dari masing-masing kelompok; dalam penelitian ini siswa 27 orang dibagi menjadi 9 kelompok kecil masing-masing 3 anggota dengan masing-masing siswa 3 lembar ahli (3 puzzle). (9 puzzle tokoh dibagi menjadi puzzle A, B, dan C).


(24)

(b) Guru membagikan dan menjelaskan Lembar ahli dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Puzzle Pahlawan yang belum tersusun. Dimana LKS adalah lembar kerja kelompok.

b. Kegiatan Inti (80 menit) (10 menit)

1) Tiap-tiap siswa menyusun puzzle dan mengerjakan lembar ahli sesuai dengan yang diterima baik A, B maupun C. masing-masing tipe puzzle terdiri dari 3 tokoh pahlawan.

(20 menit).

2) Siswa ahli bergabung dan berdiskusi sesuai lembar ahli baik tipe A, B maupun C.

(50 menit)

3) Siswa ahli yang berdiskusi membubarkan diri dan kembali ke kelompoknya masing-masing untuk membantu temannya menjelaskan sesuai lembar ahli dan mengerjakan LKS bersama-sama;

4) Siswa mendapatkan bimbingan guru selama melaksanakan LKS dan dipersilahkan untuk bertanya seputar materi dan teknis;

5) Masing-masing kelompok siswa mengumpulkan LKS, lembar ahli dan puzzle kepada guru; dan

6) Siswa mendapat penguatan materi dari guru berdasarkan gambar pahlawan utuh dan biografinya dan sifat-sifat pejuang yang patut di contoh.


(25)

c. Kegiatan Akhir (15 menit)

1) Guru memberikan simpulan materi yang diajarkan;

2) Siswa dengan pengawasan dan bimbingan guru melakukan evaluasi pembelajaran;

3) Guru menutup proses pembelajaran dengan ucapan syukur dan salam.

Di dalam penilitian ini ditentukan tiga target capaian yaitu target proses dan target hasil. Target proses terdiri dari: 1) Target kinerja guru yang harus mencapai nilai antara 65-84 indikator penilaian baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan; 2) Target aktivitas siswa yang harus mencapai 65-84 indikator penilaian aktivitas atau aktivitas siswa berkriteria baik; dan 3) Target hasil belajar siswa yang harus mencapai 80% dari total siswa adalah tuntas dengan nilai rata antara 70-79 baik dari penilaian LKS maupun penilaian Tes formatif. Kategorisasi nilai ini disesuaikan dengan edaran Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah No. 288/C3/MN/99.

Tingkat Penguasaan 0 - 34 = Sangat Rendah – Tidak Aktif Tingkat penguasaan 35 - 54 = Rendah – Kurang Aktif Tingkat penguasaan 55 - 64 = Sedang – Cukup Aktif Tingkat penguasaan 65 - 84 = Baik – Aktif


(26)

Kriteria nilai, Lembar ahli, LKS dan Tes formatif: A : 80 - 100 = baik sekali B : 70 - 79 = baik C : 60 - 69 = cukup D : < 60 = kurang

C. Tujuan Penelitian

Memperhatikan rumusan masalah dan pemecahan masalah, maka penelitian bertujuan untuk:

1. mengetahui perencanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II;

2. mengetahui kinerja guru pada pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II;

3. mengetahui aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II; dan


(27)

4. mengetahui peningkatan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II setelah menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

a. memotivasi dan membangkitkan siswa dalam belajar b. memunculkan potensi untuk aktif dan kreatif

c. mencapai kompetensi yang diinginkan

d. belajar dengan suasana alebih menyenangkan (bermain sambil belajar). e. kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik,

konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis (prinsip pengembangan), sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut.

2. Bagi Guru, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

a. memperluas wawasan pengetahuan dan keterampilan dengan penerapan metoda pembelajaran kooperatif dengan media puzzle khususnya dalam kompetensi mengidentifikasi tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

b. meningkatkan kompetensi profesional diri melalui pengembangan metode dan perangkat pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPS.


(28)

3. Bagi Sekolah dan Masyarakat, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: menambah informasi tentang sekolah yang bersangkutan juga disaqdari atau tidak sekolah yang diteliti atau menjadi bagian dari penenelitian akan senantiasa berkembang pesat atas dasar perbaikan-perbaikan yang akan tercapai sesuai hasil penelitian. Sekurang-kurangnya menciptakan guru-gurunya menjadi lebih profesional.

E. Batasan Istilah

Penerapan Metode, perihal mempraktikan (KBBI, 1989: 935). Dalam penelitian ini mempraktikan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan bantuan media pembelajaran puzzle tokoh pahlawan tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD.

Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. (Slavin, 2005: 4)

Model Jigsaw, model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan lembar ahli yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga


(29)

puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan menjadi skor tim. (Slavin, 2005: 237).

Media Puzzle, Association of Education and Communication Technology (AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi. (Arshad, 2011: 3). Menurut Echols dan Shadily, Puzzle adalah berarti “teka-teki”. Puzzle juga dikenal dengan permainan menyusun pecahan atau serpihan yang diperlukan kretivitas, ketekunan, keuletan dalam merangkainya. Media Puzzle yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebilah gambar dan teks (Tokoh Pejuang/Pahlawan) yang terpotong potong dan memerlukan kreativitas untuk memecah dan menyusunnya.

Hasil Belajar, Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Sanjaya (2011: 13). Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Penilaian hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes formatif yaitu penilaian sesudah proses belajar mengajar.

Perjuangan, 1) perkelahian (merebut sesuatu); peperangan; 2) usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya. (KBBI, 1989: 367)

Penjajahan Belanda dan Jepang, Penjajahan adalah menguasai dan memerintah suatu negeri (daerah dsb). (KBBI, 1989: 345). Dengan demikian, Penjajahan Belanda dan Jepang dimaksudkan penguasaan suatu negeri atau daerah (dalam hal ini Indonesia) oleh pemerintahan Belanda atau pemerintahan Jepang.


(30)

51 A. Rencana dan Prosedur Penelitian

1. Rencana Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Cibubuan II yang berada di Dusun Ciasem Desa Karanglayung Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di SD Cibubuan II berjumlah 13 orang, Kepala Sekolah, 9 orang guru tetap dengan 2 orang guru sukwan dan penjaga sekolah. Adapun alasan SDN Cibubuan II dipilih untuk lokasi penelitian adalah:

1) Di SDN Cibubuan II telah terjadi permasalahan dalam pembelajaran yaitu hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa dan kinerja gurunya khususnya pelajaran IPS pada kompetensi dasar: Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Dengan demikian kondisi ini sesuai dengan subjek sumber permasalahan yang dimaksud dalam penelitian.

2) SDN Cibubuan II merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga lebih mempermudah peneliti untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah berikut mengenal karakteristik siswanya.


(31)

3) Peneliti mendapat dukungan yang besar dari guru-guru sejawat, staf dan kepala sekolah SDN Cibubuan II untuk melakukan penelitian ini. b. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SDN Cibubuan II Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 27 orang yang terdiri dari 12 orang siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki.

c. Waktu Penelitian

Penelitian ini dirancang selama 6 bulan yang dimulai dari penentuan permasalahan,pembuatan proposal hingga penyusunan hasil penelitian. Kurang lebih dimulai sejak bulan Juli sampai dengan bulan Desember Tahun 2012.

d. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini tersusun seperti di dalam tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Jadwal penelitian

No KEGIATAN BULAN

Jul Agu Sep Okt Nop Des 1. Pembuatan Proposal x x

2. Seminar Proposal x

3. Perencanaan x x

4. Pelaksaan kegiatan

Siklus I x x

Siklus II x

Siklus III x


(32)

2. Prosedur Penelitian

Upaya pemecahan masalah dalam penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Disesuaikan dengan tujuan mengkaji lebih dalam perihal proses belajar dalam kelas untuk 1) meningkatkan atau mengembangkan kemampuan professional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas; 2) mengadakan inovasi pembelajaran dalam bentuk pembelajaran alternatif dan inovatif.

a. Desain Penelitian

Sebagai upaya untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini maka rancangan desain penelitian merujuk pada desain PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang diutarakan oleh Abbut dalam Wiriaatmaja (2005: 12) yaitu:

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sajian sistematika dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Dengan demikian berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini adalah kinerja guru, aktivitas siswa dan hasil belajar yang tidak optimal dalam pembelajran IPS di SDN Cibubuan II Kec. Congeang Kab. Sumedang. Kemudian, tujuan utama penelitian ini adalah terjadinya perubahan, perbaikan, peningkatan-peningkatan kualitas belajar-mengajar di kelas. Dan hipotesis tindakannya adalah: “Jika pembelajaran menerapkan metoda kooperatif model jigsaw dengan media puzzle maka hasil belajar IPS dalam kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa


(33)

RENCANA TINDAKAN Pembelajaran IPS metode Kooperatif Jigsaw menggunakan

media Puzzle

PELAKSANAAN TINDAKAN Pembelajaran IPS metode Kooperatif Jigsaw menggunakan media Puzzle

PERBAIKAN RENCANA TINDAKAN PELAKSANAAN TINDAKAN ANALISIS & REFLEKSI Pembelajaran IPS metode Kooperatif Jigsaw menggunakan media Puzzle

ANALISIS & REFLEKSI OBSERVASI Pembelajaran IPS metode Kooperatif Jigsaw menggunakan media Puzzle

OBSERVASI SIKLUS 1

SIKLUS 2

Dan Seterusnya

penjajahan Belanda dan Jepang, siswa kelas V SD Cibubuan II Kecamatan Congeang Kabupaten Sumedang akan meningkat.”

Sehingga untaian tindakan dari mulai perencanaan tindakan – pelaksanaan tindakan – analisis refleksi dan observasi yang terus menerus (siklus) hingga diraih perbaikan yang dituju dapat digambarkan sebagai berikut:


(34)

b. Prosedur Penelitian Tindakan

Berdasarkan alur penelitian di atas, maka prosedur penelitian tindakannya adalah:

1. Perencanaan tindakan

a. Penelitian awal untuk memperoleh data awal dan menganalisanya. b. Memperkenalkan metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw

dengan media puzzle yang dianggap lebih mengacu pada prinsip PAKEM dan mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V. c. Menyusun rencana pembelajaran dengan metode pembelajaran

kooperatif model Jigsaw dengan media puzzle.

d. Mendiskusikan indikator capaian proses dan hasil tindakan.

e. Menyiapkan instrumen penelitian untuk digunakan pada saat pelaksanaan tindakan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Guru dalam hal ini sekaligus peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan media puzzle. Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai pada siklus 1 maka dilanjutkan pada siklus berikutnya berikut pengembangan yang diperlukan sesuai perencanaan siklus dari refleksi siklus 1.


(35)

3. Observasi

Dilakukan proses pengumpulan data hasil pengamatan terhadap pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle. Dalam hal tahap yang diobservasi adalah proses dan hasil belajar siswa, disesuaikan dengan instrument observasi yang dibuat. Sesuai pendapat Sugiyono (2007: 64) bahwa ”observasi parsitif bercirikan peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang diamati sehingga data akan lebih lengkap dan tajam, hingga mengetahui taraf perilaku yang nampak.” 4. Analisis dan refleksi

Dalam tahap ini guru mencatat dan menganalisa serta menginterpretasikan data dari hasil observasi, sehingga menghasilkan refleksi untuk acuan siklus berikutnya.

B. Instrumen Penelitian

Beberapa Instrumen yang dianggap mewakili dan dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi yang dimaksud merupakan perangkat atau lembaran yang dijadikan pedoman observasi yang harus diisi oleh observer. Observasi merupakan proses pengamatan suatu objek atau kegiatan yang realistis yang dilaksanakan berdasar perangkat sistematis yang melibatkan hampir semua indera untuk tujuan tertentu (mencari fakta yang relevan dan persamaan atau


(36)

perbedaan). Sehingga di dalam penelitian ini bentuk observasi lebih difokuskan kinerja guru dari sejak perencanaan hingga tahap pelaksanaan pembelajaran dan pada proses pembelajaran siswa.

2. Lembar Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2007: 72) mengungkapkan bahwa

“Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.” Agar hasil lebih mendalam dianjurkan hasil dari wawancara dan observasi partisipatif digabungkan sesuai pendapat Sugiyono (2007: 72)

yang mengungkapkan bahwa “kecenderungan penelitian kualitatif

menggabungkan wawancara dengan observasi partisipatif untuk hasil lebih

mendalam.” Di dalam penelitian ini lembar wawancara digunakan sebagai perangkat pengambil data pendamping untuk data observasi sehingga lembar wawancara ini lebih difokuskan kepada data proses pembelajaran dan kinerja guru yang ditujukan untuk siswa sebagai narasumber.

3. Tes

Untuk menguji keberhasilan belajar atau hasil belajar cenderung mengukur penguasaan siswa dan pemerataan kemampuan penguasaan materi siswa maka perangkat tes yang tepat dalah tes formatif. Dalam hal ini adalah lembaran tes tulis yang mewakili tingkat pencapaian kemampuan siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.


(37)

4. Analisis dokumen

Dalam penelitian ini dokumen yang dianalisis adalah hasil lembar kegiatan siswa sesuai indikator capaian siswa yang telah ditentukan.

5. Dokumentasi/Foto

Pengadaan dokumentasi fotografi sebagai dokumentasi pendukung atau pembuktian dan hasil-hasil selama pelaksanaan proses belajar atau penelitian.

C. Teknik Pengolahan Data 1. Pengolahan Data Proses

1) Pengolahan Data Proses

Data proses dilihat dari data-data aktivitas siswa dan kinerja guru dalam bentuk data kualitatif maka pengolahan hanya berupa reduksi data dan paparan sesuai indikator capaian kualitatif yang dihasilkan dari proses kolaborasi. Selain itu memunculkan nilai prosentase kecenderungan dari hasil wawancara kepada siswa dan hasil observasi. 2) Penilaian Aktivitas Siswa, urutan penilaian dari kedisiplinan, keaktifan siswa, dan kerjasama di dalam proses belajar mengajar. Rentang Skor 1 – 5 dengan indikator sebagai berikut:

Kedisiplinan: melaksanakan tugas dengan tertib dan Tepat.

Keaktifan: melaksanakan kajian, menemukan masalah, dan menyelesaikan masalah.


(38)

Kerjasama: memperhatikan pendapat teman, menerima saran/pendapat teman dan berbagi pengetahuan dengan teman.

Skor Ideal /Siswa adalah 15 Kriteria siswa = (Skor : 15) x 100

Skor Ideal /Kelas = 15 x 27 (siswa) = 405 Kriteria Kelas = (Jumlah total : 405) x 100

Kategorisasi nilai yang digunakan sesuai dengan edaran Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah No. 288/C3/MN/99.

Tingkat Penguasaan 0 - 34 = Sangat Rendah – Tidak Aktif Tingkat penguasaan 35 - 54 = Rendah – Kurang Aktif Tingkat penguasaan 55 - 64 = Sedang – Cukup Aktif Tingkat penguasaan 65 - 84 = Baik – Aktif

Tingkat penguasaan 85 - 100 = Sangat baik – Sangat Aktif

3) Penilaian Kinerja guru, urutan penilaian dari perencanaan, pelaksanaan dan penutup dari proses PBM. Penilaian Kinerja terdiri dari 15 indikator dalam 3 dimensi (Pendahuluan, Kegiatan Inti dan Penutup). Rentang bobot skor 1–5 dari sangat baik hingga sangat kurang kemudian diprosentasekan. Dimana prosentase kecenderungan ini akan menunjukkan kriteria tingkat kinerja guru.

Skor Ideal adalah 75


(39)

Kategorisasi nilai yang digunakan sesuai dengan edaran Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah No. 288/C3/MN/99.

Tingkat Penguasaan 0 - 34 = Sangat Rendah Tingkat penguasaan 35 - 54 = Rendah Tingkat penguasaan 55 - 64 = Sedang Tingkat penguasaan 65 - 84 = Baik

Tingkat penguasaan 85 - 100 = Sangat Baik

2. Pengolahan Data Hasil

Hasil Belajar merupakan data hasil belajar dalam bentuk nilai hasil belajar siswa bersifat kuantitaif maka pengolahan terdiri dari: 1) mengurutkan data nilai dari terbesar hingga terkecil, 2) mencari rata-rata nilai kelas dan paparan dan ditabulasikan serta digrafikkan. Terdiri dari dua penilaian yaitu LKS yang dikerjakan oleh siswa dan penilaian melalui Test Formatif.

a. Nilai LKS

Jumlah soal 9 Per-gambar puzzle dengan Skor Ideal pergambar = 20

Skor total Ideal (20 x 9 puzzle Tokoh) = 180 Skor yang di dapat = (skor total : 180) x 100 Kategori Nilai/Penguasaan KD


(40)

C : 60 - 69 = cukup D : < 60 = kurang b. Nilai Tes Formatif

Soal terdiri dari 5 butir soal yang masing masing memliki skor berbeda: 1) Soal no 1 nilai 3; 2) Soal no 2 nilai 1 dan 3) Soal no 3,4,5 nilai 2. Maka

Skor Ideal = 10

Nilai = (Skor yang didapat : Skor ideal) x 100 A : 80 - 100 = baik sekali B : 70 - 79 = baik C : 60 - 69 = cukup D : < 60 = kurang

3. Validasi Data

Agar Penelitian ini bermakna, bermanfaat, dan diakui, serta keakuratan maka di dalam penelitian ini dilakukan empat 4 bentuk cara validasi yaitu member cek, triangulasi, audit trial dan expert opinion. 1) Bentuk Member cek, yaitu memeriksa kembali berbagai keterangan

atau informasi data yang diperoleh selama pelaksanaan observasi atau wawancara. Apakah keterangan atau informasi yang sudah didapat ajeg atau tidak berubah. Hal ini dilakukan melalui konfirmasi ulang dengan guru observer dan siswa terhadap proses dan hasil penelitian dengan cara wawancara atau diskusi.

2) Bentuk Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, bentuk atau analisis melalui membandingkannya dengan hasil orang lain. Menurut


(41)

Elliot (dalam Wiriaatmaja, 2003:15) triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yaitu: sudut pandang guru, sudut pandang siswa dan sudut pandang observer/pengamat. Tiga sudut pandang ini secara epistemologi akan memberikan alasan pembenaran atau justifikasi. Hal ini dilakukan dengan cara memproses data penelitian kemudian membandingkannya dengan teman sejawat atau hasil penelitian orang lain yang relevan untuk menentukan kesuaian data yang diperoleh. 3) Bentuk Audit Trial, masih dalam Wiriaatmaja diungkapkan bahwa

audit trial dipakai untuk memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur yang digunakan peneliti atau di dalam mengambil kesimpulan. Audit trial dalam penelitian ini dilaksanakan melalui pemeriksaan catatan-catatan yang dibuat oleh peneliti atau observer. Dimana hal ini berguna apabila peneliti akan mengecek informasi atau data yang ada atau waktu mempersiapkan laporan. Tentunya Audit ini dilakukan dengan teman sejawat atau kepala sekolah yang memiliki kemampuan dan kemahiran dalam penelitian tindakan kelas, terutama dengan pembimbing penelitian dalam hal ini dari dosen pembimbing dari UPI Sumedang.

4) Bentuk Expert Opinion, yaitu berbagai pendapat atau nasehat yang diberikan oleh para pakar atau ahli. Pakar atau ahli ini akan memeriksa semua tahapan penelitian dan akan memberikan pendapat dan arahan terhadap permasalahan maupun langkah-langkah dalam penelitian.


(42)

Dalam penelitian ini yang dianggap relevan dan mendukung adalah proses expert opinion kepada para Dosen UPI Sumedang yang dianggap sesuai dan ahli dalam penelitian tindakan kelas, IPS atau kependidikan pada umumnya.


(43)

110 A. Simpulan

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, tentang proses pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Cibubuan II Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang pada Kompetensi dasar: mengidentifikasi tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Kemudian sesuai hipotesis tindakan dan hasil tindakan maka berikut di bawah ini adalah beberapa simpulan yang dapat ditarik.

1. Perencanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II adalah tepat sesuai RPP berdasar hipotesis tindakan yang terbentuk dan terlampir. Namun perlu perhatian khusus pada saat mempersiapkan media/alat, alokasi waktu, dan keluasan materi yang hendak disampaikan serta kesiapan siswa serta guru kemampuan guru terhadap metode dan media yang digunakan pada saat melaksanakannya.

2. Terjadi peningkatan kinerja guru pada pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang


(44)

di kelas V SD Negeri Cibubuan II. Pada siklus I memiliki rata-rata nilai kinerja 73,3 (kriteria Baik) menjadi 96 (kriteria Sangat Baik). Guru semakin mampu dalam melaksanakan: 1) Pendahuluan: persiapan media/alat, absensi siswa, penjelasan SKKD, dan menyiapkan dokumentasi; 2) Kegiatan Inti: berpenampilan menarik, mengelola kelas, memberi situmulus/apersepsi, menguasai materi, menyajikan materi sesuai RPP, dan membimbing siswa beraktivitas sesuai metode jigsaw dan media puzzle, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan melaksanakan umpan balik; 3) Penutup: menyimpulkan materi, member motovasi/kritik/saran dan pemberian tugas.

3. Terjadi peningkatan aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II. Pada siklus I memiliki rata-rata nilai aktivitas sebesar 42,9 (kriteria Kurang Baik/Kurang Aktif) menjadi 81,9 (kriteria Baik/Aktif) pada siklus II. Siswa semakin aktif (melakukan kajian, menemukan masalah dan menyelesaikan masalah), disiplin (tertib dan tepat dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan oleh guru) dan mampu bekerjasama dengan teman-temannya (memperhatikan dan menerima pendapat teman serta berbagi pengetahuan dengan teman). 4. Terjadi peningkatan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan


(45)

SD Negeri Cibubuan II setelah menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle. Dari hasil belajar siswa tahun pembelajaran sebalumnya rata-rata nilai 45,5 (belum tuntas), pada siklus I menjadi 59,44 (belum tuntas) dan pada siklus II menjadi 77,2 (tuntas). Siswa semakin mampu menguasai kompetensi mengidentifikasi dan mendeskripsikan tokoh dan perjuangan tokoh pahlawan pada jaman penjajahan Belanda dan Jepang.

B. Saran

Berdasarkan hasil observasi, hasil tindakan dan simpulan dalam penilitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, berikut di bawah ini beberapa saran yang dapat dikemukakan kepada pihak-pihak yang terkait.

1. Saran Penelitian Lanjut

a. Sehubungan dengan penelitian ini hanya berlangsung dua siklus dengan realisasi dua kali pertemuan PBM, maka diharapkan peneliti/guru lain dapat melanjutkan untuk temuan yang lebih signifikan dan sahih.

b. Sehubungan dengan penelitian ini mengkolaborasikan antara metode jigsaw dengan media puzzle. Diharapkan guru dan peneliti dapat meneliti lebih jauh tentang kolaborasi ini bahkan inovasi dari kolaborasi ini lain bahkan bentuk kolaborasi lainnya.


(46)

2. Saran Penerapan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini yang menunjukan keberhasilan dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui kolaborasi metode jigsaw dan media puzzle dalam proses pembelajaran PIPS maka disarankan bagi para guru SD khususnya kelas V untuk diaplikasikan di sekolah masing-masing khususnya pada topik atau kompetensi yang sama. Bahkan dapat diaplikasikan pada topik, pelajaran dan kelas yang berbeda. Namun, disarankan untuk memperhatikan dalam hal perencanaan (RPP) tentang alokasi waktu, keluasan materi dan kesiapan guru serta siswa terutama pengetahuan akan metode dan media ini sehingga optimal dalam pengelolaan kelas. Satu hal pula yang patut diingat adalah keberadaan nilai kerjasama (LKS) menjadi nilai utama dari hasil belajar siswa dan keberadaan reward bagi kelompok berprestasi.


(47)

114 Jakarta: BNSP

Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS, Jakarta DEPDIKNAS

Echols, John M. dan Shadily, Hassan. 1996. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Ibrahim, Muslimin et al. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY.

Isjoni. 2007. Integrated Learning Pendekatan Pembelajaran IPS di Pendidikan Dasar. Bandung: Falah Production.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo.

Mulyasa, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sadiman, Arief S., et al. 2011. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2010. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Samlawi, Fakih et al. 1998. Konsep Dasar IPS. Bandung: DEPDIKBUD-DIRJENDIKTI.

Silberman M. 2004. Active Learning (101 strategies to Teach Any Subject). Bandung: Nusa Media.

Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sapriya, et.al. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press.

. 2011. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media`

Sudirman, et al. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.


(48)

Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

_______, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sujanto, Agus. 1981. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru. Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana

Prima.

Tarigan, Djago dan H. G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Tim Dosen. 2010. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo

Wiriaatmaja, R. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Yuliati, Reny et.al. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan DEPDIKNAS.


(1)

110 A. Simpulan

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, tentang proses pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Cibubuan II Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang pada Kompetensi dasar: mengidentifikasi tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Kemudian sesuai hipotesis tindakan dan hasil tindakan maka berikut di bawah ini adalah beberapa simpulan yang dapat ditarik.

1. Perencanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II adalah tepat sesuai RPP berdasar hipotesis tindakan yang terbentuk dan terlampir. Namun perlu perhatian khusus pada saat mempersiapkan media/alat, alokasi waktu, dan keluasan materi yang hendak disampaikan serta kesiapan siswa serta guru kemampuan guru terhadap metode dan media yang digunakan pada saat melaksanakannya.

2. Terjadi peningkatan kinerja guru pada pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang


(2)

111

di kelas V SD Negeri Cibubuan II. Pada siklus I memiliki rata-rata nilai kinerja 73,3 (kriteria Baik) menjadi 96 (kriteria Sangat Baik). Guru semakin mampu dalam melaksanakan: 1) Pendahuluan: persiapan media/alat, absensi siswa, penjelasan SKKD, dan menyiapkan dokumentasi; 2) Kegiatan Inti: berpenampilan menarik, mengelola kelas, memberi situmulus/apersepsi, menguasai materi, menyajikan materi sesuai RPP, dan membimbing siswa beraktivitas sesuai metode jigsaw dan media puzzle, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan melaksanakan umpan balik; 3) Penutup: menyimpulkan materi, member motovasi/kritik/saran dan pemberian tugas.

3. Terjadi peningkatan aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle untuk meningkatkankan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V SD Negeri Cibubuan II. Pada siklus I memiliki rata-rata nilai aktivitas sebesar 42,9 (kriteria Kurang Baik/Kurang Aktif) menjadi 81,9 (kriteria Baik/Aktif) pada siklus II. Siswa semakin aktif (melakukan kajian, menemukan masalah dan menyelesaikan masalah), disiplin (tertib dan tepat dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan oleh guru) dan mampu bekerjasama dengan teman-temannya (memperhatikan dan menerima pendapat teman serta berbagi pengetahuan dengan teman). 4. Terjadi peningkatan hasil belajar Pendidikan IPS siswa tentang perjuangan


(3)

SD Negeri Cibubuan II setelah menerapkan metoda pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan media puzzle. Dari hasil belajar siswa tahun pembelajaran sebalumnya rata-rata nilai 45,5 (belum tuntas), pada siklus I menjadi 59,44 (belum tuntas) dan pada siklus II menjadi 77,2 (tuntas). Siswa semakin mampu menguasai kompetensi mengidentifikasi dan mendeskripsikan tokoh dan perjuangan tokoh pahlawan pada jaman penjajahan Belanda dan Jepang.

B. Saran

Berdasarkan hasil observasi, hasil tindakan dan simpulan dalam penilitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, berikut di bawah ini beberapa saran yang dapat dikemukakan kepada pihak-pihak yang terkait.

1. Saran Penelitian Lanjut

a. Sehubungan dengan penelitian ini hanya berlangsung dua siklus dengan realisasi dua kali pertemuan PBM, maka diharapkan peneliti/guru lain dapat melanjutkan untuk temuan yang lebih signifikan dan sahih.

b. Sehubungan dengan penelitian ini mengkolaborasikan antara metode jigsaw dengan media puzzle. Diharapkan guru dan peneliti dapat meneliti lebih jauh tentang kolaborasi ini bahkan inovasi dari kolaborasi ini lain bahkan bentuk kolaborasi lainnya.


(4)

113

2. Saran Penerapan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini yang menunjukan keberhasilan dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui kolaborasi metode jigsaw dan media puzzle dalam proses pembelajaran PIPS maka disarankan bagi para guru SD khususnya kelas V untuk diaplikasikan di sekolah masing-masing khususnya pada topik atau kompetensi yang sama. Bahkan dapat diaplikasikan pada topik, pelajaran dan kelas yang berbeda. Namun, disarankan untuk memperhatikan dalam hal perencanaan (RPP) tentang alokasi waktu, keluasan materi dan kesiapan guru serta siswa terutama pengetahuan akan metode dan media ini sehingga optimal dalam pengelolaan kelas. Satu hal pula yang patut diingat adalah keberadaan nilai kerjasama (LKS) menjadi nilai utama dari hasil belajar siswa dan keberadaan reward bagi kelompok berprestasi.


(5)

114 Jakarta: BNSP

Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS, Jakarta DEPDIKNAS

Echols, John M. dan Shadily, Hassan. 1996. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Ibrahim, Muslimin et al. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY.

Isjoni. 2007. Integrated Learning Pendekatan Pembelajaran IPS di Pendidikan Dasar. Bandung: Falah Production.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo.

Mulyasa, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sadiman, Arief S., et al. 2011. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2010. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Samlawi, Fakih et al. 1998. Konsep Dasar IPS. Bandung: DEPDIKBUD-DIRJENDIKTI.

Silberman M. 2004. Active Learning (101 strategies to Teach Any Subject). Bandung: Nusa Media.

Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sapriya, et.al. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press.

. 2011. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media`

Sudirman, et al. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.


(6)

115

Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

_______, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sujanto, Agus. 1981. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru. Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana

Prima.

Tarigan, Djago dan H. G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Tim Dosen. 2010. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo

Wiriaatmaja, R. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Yuliati, Reny et.al. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan DEPDIKNAS.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas IV SD Negeri Godog

0 1 15

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas IV SD Negeri Godog

0 2 15

PENERAPAN METODE CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI 7 Penerapan metode concept sentence untuk meningkatkan keaktifan belajar bahasa indonesia kelas iv sd negeri 7 karangrayung kecamatan karangrayunng

0 1 12

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS SISWA SMA NEGERI 2 MEDAN.

0 2 10

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita Berantai Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sribit 2, Sidoharjo,

0 5 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita Berantai Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sribit 2, Sidoharjo,

0 1 11

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGARANG SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 Penggunaan Media Gambar Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Mengarang Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gergunung Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten Tahun

0 4 13

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGARANG SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 Penggunaan Media Gambar Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Mengarang Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gergunung Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten Tahun

0 8 19

Penggunaan media video untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 1 SD Negeri Puren.

0 0 261

PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI BALANGAN II.

0 1 178