KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK TAMAN KANAK-KANAK KELOMPOK B DITINJAU DARI LEMBAGA PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA :Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

(1)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK TAMAN KANAK-KANAK

KELOMPOK B DITINJAU DARI LEMBAGA PENDIDIKAN

DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

(Penelitian Komparasi pada Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh

Srinahyanti 1101180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK TAMAN KANAK-KANAK

KELOMPOK B DITINJAU DARI LEMBAGA PENDIDIKAN

DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

(Penelitian Komparasi pada Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh Srinahyanti S.Pd UNRI Riau, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar

© Srinahyanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

iii

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK TAMAN KANAK-KANAK KELOMPOK B DITINJAU DARI LEMBAGA PENDIDIKAN

DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-kanak

di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Oleh

Srinahyanti (1101180) ABSTRAK

Temuan International Educational Achievement (IEA) menunjukkan kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar (SD) di Indonesia menduduki peringkat ke 38 dari 39 negara peserta studi. Hal ini menunjukkan bahwa mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah padahal pendidikan menjadi salah satu kunci utama kemajuan suatu bangsa. Salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia adalah faktor kesiapan anak. Kesiapan anak dalam memasuki sekolah dasar atau kesiapan bersekolah sangat diperlukan sebelum anak memasuki SD sebagai dasar bagi anak agar dapat belajar dengan baik dan meraih prestasi di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan bersekolah anak TK B dan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode non-eksperimental komparatif dengan sampel penelitian anak TK B yang ada di Kecamatan Sukasari Kota Bandung sebanyak 100 orang anak. Alat ukur kesiapan bersekolah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (N.S.T.). Analisis terhadap data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan mean , uji man whitney u dan uji kruskal willis. Dari hasil tes N.S.T menunjukkan bahwa sebagian besar anak dinyatakan telah matang dan siap memasuki pendidikan selanjutnya (SD) namun ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan yakni kemampuan ketajaman pengamatan dan pengenalan diri dan anggota tubuh. Lebih lanjut, perhitungan man whitney u dan kruskal wilis menunjukkan tidak ada perbedaan kesiapan bersekolah anak dilihat dari lembaga pendidikan dan tingkat pendidikan orang tua. Hasil penelitian ini merekomendasi agar guru mengembangkan metode inovatif yang dapat merangsang kecermatan anak dalam mengamati objek seperti metode observasi dan eksplorasi di luar kelas. Bagi peneliti lebih lanjut direkomendasikan melihat kegiatan pengasuhan, kemampuan komunikasi termasuk interaksi orang tua dan kualitas guru untuk melihat kesiapan anak untuk bersekolah.

Kata Kunci: Kesiapan Bersekolah, Lembaga Pendidikan, Tingkat Pendidikan


(5)

iii

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SCHOOL READINESS OF KINDERGARTEN (GROUP B) VIEWED FROM EDUCATIONAL INSTITUTIONS

AND PARENT EDUCATION LEVEL

( Comparative Studies of Preschool in Bandung District, School Year 2012/2013)

by Srinahyanti

(1101180) ABSTRACT

The findings of the International Educational Achievement ( IEA ) shows that reading skills of elementary school students ( SD ) in Indonesia was ranked 38th out of 39 countries study participants. This suggests that the quality of education in Indonesia is still relatively low when education became one of the key progress of a nation. One of the many factors that affect the quality of education in Indonesia is a readiness factor . Readiness of children in primary school or school readiness is required before a child enters elementary school as a foundation for children to be able to learn well and to achieve in school . This study aims to analyze the child's school readiness kindergarten B and some factors that influence it. Approaches and methods used in this study is a quantitative approach to the non - experimental comparative study with a sample of kindergarten children in the District B Sukasari Bandung as many as 100 children . School readiness measurement tool used in this study is Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test ( NST ) . Analysis of quantitative data is done using the mean , man whitney U test and Kruskal willis . From NST test results show that the majority of children found to have matured and are ready to enter further education ( SD ) , but there are some aspects that need to be developed that ability and flair for self-knowledge and limb . Furthermore , the calculation of man whitney u and Kruskal wilis showed no differences in school readiness of children seen educational institutions and parents' education level . Results of this study recommends that teachers must develop innovative methods to stimulate the child's accuracy in perceiving objects as methods of observation and exploration outside the classroom . For researchers recommended further notice caregiving activities, communication skills including the interaction of parents and teachers to see the quality of children's readiness for school .


(6)

viii Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………. 7

C. Tujuan Penelitian ………... 10

D. Manfaat Penelitian ………. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Kesiapan Bersekolah……….. 13

B. Aspek-aspek yang Penting dalam Kesiapan Bersekolah pada Anak ………... 15


(7)

ix Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Ciri-ciri Anak yang Siap Bersekolah………... 25

D. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Bersekolah………. 29

E. Penelitian Terdahulu……… 34

F. Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian……….... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41

B. Desain dan Metode Penelitian………. 43

C. Definisi Operasional ………... 44

D. Instrumen Penelitian……… 47

E. Teknik Pengumpulan Data ………. 51

F. Analisis Data ……… 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… 53

B. Pembahasan ……… 83

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………. 89

B. Rekomendasi……… 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

HALAMAN LAMPIRAN ... 96


(8)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dunia internasional menuntut setiap negara memiliki daya kompetitif dalam berbagai aspek agar mampu bersaing di dunia global, salah satunya ditunjukkan dengan kualitas pendidikan di suatu negara tersebut. Temuan International Educational Achievement (IEA) menujukkan kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar (SD) di Indonesia menduduki peringkat ke 38 dari 39 negara peserta studi pada tahun 2009 (dalam http://masbro.abatasa.co.id). Hal ini menunjukkan bahwa mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah padahal pendidikan menjadi salah satu kunci utama kemajuan suatu bangsa.

Salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia adalah faktor input anak didik, dalam hal ini menyangkut kesiapan anak untuk memasuki pendidikan di sekolah dan kesiapan mengikuti proses belajar dan mengajar di dalam kelas yang secara tidak langsung berhubungan dengan keefektifan pembelajaran.

Kesiapan anak dalam memasuki sekolah dasar atau kesiapan bersekolah sangat diperlukan sebelum anak memasuki SD. Hal ini didukung dengan pendapat Freud yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan anak dapat dengan mudah dididik bila ia telah mencapai masa matang (kesiapan). Pandangan tersebut dipertegas oleh Sumadi Surbrata yang menyatakan bahwa pada masa keserasian bersekolah secara relatif anak akan lebih mudah untuk dididik dari pada masa sebelumnya atau masa sesudahnya (dalam http://masbro.abatasa.co.id; 2011).

Pernyataan di atas juga diperkuat dengan hasil penelitian Sulistiyaningsih (2005) mengenai kesiapan anak yang menyimpulkan bahwa kesiapan sangat penting dan perlu diperhatikan karena anak yang telah memiliki kesiapan untuk memasuki SD akan memperoleh keuntungan dan kemajuan dalam perkembangan


(9)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selanjutnya demikian sebaliknya. Hal ini disebabkan karena lingkungan pra-sekolah dan lingkungan SD tidaklah sama. Di SD, anak akan mengalami banyak perubahan, diantaranya jam dan jenis pelajaran yang berubah dan bertambah banyak, anak juga dituntut agar lebih serius dalam proses pembelajaran. Anak yang tidak siap untuk memasuki SD akan mengalami masalah dalam proses belajarnya kelak, anak akan frustrasi bila ditempatkan di lingkungan akademis yang menuntut anak belajar dengan cara yang tersistematis dengan jam belajar yang lebih lama. Berbagai bentuk perilaku sebagai cerminan frustrasi ini di antaranya adalah menarik diri, berlaku acuh tak acuh, dan kesulitan menyelesaikan tugasnya di sekolah. Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa kesiapan anak dalam memasuki sekolah dasar harus diperhatikan dalam rangka memperbaiki kualitas pendidikan.

Kesiapan memasuki SD selama ini dinilai dengan cara yang kurang tepat. Beberapa tahun ke belakang terdapat banyak sekolah yang mengadakan tes calistung (baca-tulis-hitung) bagi anak yang akan masuk SD, khususnya SD unggulan atau SD favorit. (dalam http://www.makassar.tribunnews.com). Bahkan saat ini beberapa sekolah di Jawa Timur dan Pekanbaru masih menerapkan tes calistung (dalam http://www.jatim.kemenag.go.id). Hal tersebut “memaksa” lembaga pendidikan pra-sekolah, khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai lembaga pendidikan formal untuk mempersiapkan alumni yang memiliki kompetensi akademik berupa kemampuan membaca, menulis dan berhitung (Kustimah, 2008). Sehingga kesiapan anak dalam bersekolah dalam hal ini lebih ditekankan kepada keterampilan membaca, menulis dan menghitung sehingga aspek lain seperti aspek fisik-motorik, emosi, dan sosial yang diperlukan menjadi kurang diperhatikan.

Konsep tersebut sedikit berbeda dari konsep kesiapan bersekolah itu sendiri. Kesiapan bersekolah atau school readiness diartikan sebagai sebuah kondisi secara keseluruhan dari seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap berbagai situasi. Pengertian kesiapan bersekolah oleh Fitzgerald dan Strommen dalam Sulistiyaningsih (2005) dinyatakan sebagai kemampuan anak mencapai tingkat


(10)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perkembangan emosi, fisik, dan kognisi yang memadai sehingga anak mampu atau berhasil dengan baik. Hurlock dalam Sulistiyaningsih (2005) juga menyatakan bahwa kesiapan bersekolah terdiri atas kesiapan secara fisik dan kesiapan secara psikologis, yang meliputi kesiapan emosi, sosial, dan mental.

Kesiapan secara fisik yang diperlukan dalam kegiatan belajar di SD berkenaan dengan kemampuan motorik. Anak yang telah memiliki kesiapan fisik adalah ketika perkembangan motoriknya sudah matang, terutama koordinasi antara mata dengan tangan serta ketahanan tubuh berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan mayoritas kegiatan belajar di SD terfokus pada kegiatan menulis, membaca dan menghitung sehingga menuntut anak untuk memiliki kemampuan dan kematangan motorik halus serta ketahanan fisik sensorik seperti mampu berkonsentrasi dan duduk diam di kursi lebih lama. Lebih lanjut lagi kematangan motorik juga menjadi dasar kenyamanan fisik anak yang pada akhirnya membantunya untuk dapat lebih mengendalikan perilaku, dan memfokuskan kegiatan pada satu tugas hingga tuntas (Kustimah, 2008).

Kesiapan secara emosi telah tercapai bila anak sudah cukup mandiri, mampu berpisah dalam waktu tertentu dengan orang tuanya, mampu mengekspresikan emosi dengan benar dan tidak menyakiti orang lain, percaya diri, dapat menerima dan mengerti setiap tuntutan dan peraturan sekolah.

Kesiapan secara sosial berarti anak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, anak mampu bersosialisasi dalam artian anak mampu bergaul, saling berbagi, mampu mengekspresikan emosi dengan benar dan tidak menyakiti orang lain, percaya diri, mandiri (tidak bergantung lagi pada orang tua) dan perilaku-perilaku lainnya yang berhubungan dengan sosial anak.

Sementara itu kesiapan mental berkenaan dengan kesiapan intelektual yakni anak sudah mampu mengenal berbagai macam simbol serta kata-kata yang digunakan untuk menyebut suatu benda (Mussen dkk. Dalam Sulistyaningsih, 2005). Selain itu kemampuan penalaran sederhana, berfikir kritis, daya ingat berkembang dengan baik sehingga anak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Mengingat pentingnya kesiapan tersebut sebagai dasar kemampuan anak untuk mengikuti kegiatan sekolah serta mampu memenuhi berbagai tuntutan


(11)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurikulum SD, maka telah berkembang suatu instrument untuk mengukur kesiapan dan kematangan anak pada berbagai aspek perkembangan. Tes yang paling sering digunakan adalah Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (Tes NST) yang dikembangkan oleh Prof. Monk dkk. Tes NST merupakan alat ukur untuk mengetahui kematangan aspek-aspek yang menunjang kesiapan anak masuk SD. Aspek tersebut terbagi dalam 10 subtes yang meliputi kematangan aspek kognitif, fisik-motorik dan juga sosial-emosi.

Melalui hasil tes tersebut akan dapat dilihat kematangan anak dari berbagai aspek. Nilai kematangan anak tersebut akan mengindikasikan kesiapan anak itu sendiri. Anak yang telah matang berarti telah siap bersekolah.

Nilai kematangan atau kesiapan dari tiap anak bisa jadi tidak sama, hal ini disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kesiapan pada anak itu sendiri, diantaranya dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang. Maxwell & Clifford (2004) menyatakan bahwa anak siap atau tidak siap bersekolah dipengaruhi oleh keluarga mereka dan sekolah.

Dalam dokumen UNESCO, The Contribution of Early Childhod Education to a Sustainable Society dikatakan bahwa keluarga, sebagai pendidik anak-anak yang pertama, memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mengarahkan sikap, nilai, perilaku, kebiasaan dan keterampilan anak. Meskipun pendidikan anak usia dini di luar rumah sudah tersedia, tetapi pendidikan orang tua tetap penting dilakukan untuk menjembatani relasi positif antara pendidikan orang tua dalam keluarga dan lembaga pendidikan formal dan non-formal yang menyelenggarakan layanan untuk anak usia dini.

Hurlock dalam Sulistyaningsih (2005) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang mendukung akan merangsang kecepatan perkembangan mental anak yang terhambat, terutama yang disebabkan oleh rendahnya status status sosial ekonomi dan kultur lingkungan.

Salah satu kharakteristik keluarga yang mempengaruhi kesiapan anak untuk bersekolah adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan merupakan sesuatu yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Tingkat pendidikan ini berhubungan dengan cara mengasuh anak, dan berbagai penelitian


(12)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Baumrind 1973; Hoff et al., 2002; Magnuson dan Duncan, 2002) membuktikan bahwa pengasuhan anak berhubungan langsung dengan perkembangan anak. Diindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua akan semakin baik pula cara pengasuhan anak, dan akibatnya perkembangan anak akan berkembang positif.

Faktor lain yang mempengaruhi kesiapan bersekolah selain faktor tingkat pendidikan keluarga adalah pendidikan yang diikuti sebelum memasuki sekolah dasar. Smith dalam Lunenburgh (2011:1) mengatakan bahwa, “Preschool experiences are designed to provide cogitive and social enrichment during early childhood development and the goal of these experiences is to promote children’s ability to successfully make the transition to school”. Dengan demikian secara teoretis, anak yang mengikuti pendidikan pra-sekolah memiliki kematangan psikologis dan kognisi yang lebih baik sehingga akan lebih siap secara psikis dari pada anak yang tidak mengikuti pendidikan pra-sekolah.

Dalam Getting Ready (Bryant et al., 2005:6) juga dinyatakan bahwa: Young children’s earliest experiences and environments set the stage for future development and success in school and life. Early experiences actually influence brain development, establishing the neural connections that provide the foundation for languge, reasoning, problem solving, social skills, behavior and emotional health.

Pada pernyataan tersebut, pengalaman dan lingkungan anak akan mempengaruhi kemampuan anak. Contohnya, anak akan lebih mudah bersosialisasi dengan orang lain apabila diberikan kesempatan untuk bergaul dengan lingkungan di luar lingkungan keluarga. Oleh karena itu, lingkungan belajar di luar rumah sangat dibutuhkan, tidak hanya untuk mengembangkan kemampuan sosial tetapi juga untuk membangun kemampuan bahasa, kemampuan fisik dan lainnya.

Berdasarkan pemamaparan di atas, diperlukan lembaga pendidikan pra- sekolah sebagai lingkungan belajar yang membentuk dan mengembangkan potensi anak sekaligus sebagai jembatan antara lingkungan rumah dan sekolah dasar dengan cara membantu pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohani


(13)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melalui rangsangan pendidikan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yakni pendidikan dasar (SD). Hal ini didukung oleh penelitian Djohaeni dalam Halimah (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan TK memberikan kontribusi pada anak dalam mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang dimilikinya sehingga ketika pada waktunya, anak telah benar-benar siap memasuki SD.

Hasil penelitian di Inggris juga menyebutkan kemampuan berbahasa, membaca, dan berhitung anak berusia 3 dan 4 tahun yang mengikuti pendidikan anak usia dini lebih baik dari pada yang tidak mengikuti (Melhuis, 2006) sedangkan penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pendidikan anak usia dini memberikan dampak jangka pendek berupa peningkatan Intellegence Quotient dan jangka panjang berupa peningkatan angka penyelesaian sekolah.

Hasil penelitian Wylie (1998) juga memaparkan hasil yakni anak-anak yang mengikuti pendidikan pra-sekolah memperlihatkan prestasi belajar yang lebih baik di SD dibandingkan dengan murid-murid yang tidak mengikuti pendidikan pra-sekolah. Sebagaimana juga ditunjukkan oleh hasil penelitian mutakhir di Selandia Baru, bahwa anak-anak yang mengalami paling tidak tiga tahun pendidikan pra-sekolah memperlihatkan skor yang lebih tinggi pada tes kompetensi dibanding sebayanya pada usia sepuluh tahun (Wylie dan Thompson, 2003). Secara umum, menurut Stipek dan Ogawa (Kagan dan Hallmark, 2001) program-program lembaga pendidikan pra-sekolah ditemukan memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang, seperti prestasi akademik yang lebih tinggi, angka tinggal kelas yang lebih rendah, angka kelulusan yang lebih tinggi, dan angka kenakalan yang lebih rendah dikemudian hari.

Selain keikutsertaan anak dalam kegiatan di lembaga pendidikan pra-sekolah dalam hal ini adalah Taman Kanak-Kanak (TK), kualitas TK juga dapat mempengaruhi kesiapan bersekolah pada anak. Salah satu cara untuk menilai kualitas TK adalah dengan menilai kelayakan dan kinerja sekolah melalui akreditasi sekolah.

Akreditasi sekolah adalah kegiatan assesment sekolah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan eksternal untuk


(14)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menentukan kelayakan dan kinerja sekolah (dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/akreditasi-sekolah/).

TK yang telah terakreditasi artinya telah layak dan memiliki kinerja yang lebih baik dari pada TK yang belum terakreditasi. Artinya, bahwa TK yang telah terakreditasi adalah TK yang telah layak dari segi kurikulum dan proses belajar mengajar; administrasi dan manajemen sekolah; organisasi dan kelembagaan sekolah; sarana prasarana; ketenagaan; pembiayaan; peserta didik; peran serta masyarakat; dan lingkungan dan kultur sekolah.

Oleh karena itu TK yang telah terakreditasi memiliki kemungkinan memberikan fasilitas, pengalaman dan pola pembelajaran yang lebih baik sehingga mendukung kesiapan bersekolah pada anak yang lebih baik daripada TK yang belum terakreditasi.

B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah

Kesiapan bersekolah sangat diperlukan ketika memasuki SD. Kesiapan tersebut akan membantu anak dalam proses pembelajaran. Dalam pengamatan awal di beberapa lembaga pendidikan pra-sekolah yakni Taman Kanak-kanak, persiapan kesiapan pada anak yang akan memasuki SD lebih condong kepada kesiapan akademik seperti kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka membangun kemampuan kognitif anak. Hal ini tentu saja tidak menjadi masalah besar dengan catatan proses pembelajaran dilakukan appropriate dengan kebutuhan dan kemampuan anak dan dilaksanakan dengan menyenangkan tanpa membebani mental anak.

Namun, tidak hanya kemampuan yang merujuk kepada pengembangan kognisi saja yang harus dikembangkan oleh TK, ada banyak faktor lain yang penting dinilai dan dipersiapkan sebagai bekal anak untuk masuk ke dunia belajar. Kemampuan yang membuat anak resisten terhadap atmosfir pembelajaran dan pergaulan yang lebih kompleks sehingga anak dapat melalui masa tersebut dengan baik dan mencapai prestasi dan kesuksesan di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah kematangan pada anak. Kematangan yang dimaksud meliputi kematangan


(15)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fisik dan psikis anak dalam menghadapi kegiatan pembelajaran di kelas SD yang mayoritas kegiatannya adalah kegiatan menulis, membaca dan berhitung.

Terdapat konsensus berdasarkan hasil beberapa penelitian (National Education Goals Panel, 1994; Janus dan Offord, 2000) bahwa kesiapan bersekolah anak diukur di beberapa domain yang berbeda namun saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara lain domain kesiapan fisik, sosial, emosional, dan kognisi. Artinya bahwa keempat domain tersebut saling bekerjasama dalam membentuk kesiapan bersekolah pada anak

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka perlu diadakan pengukuran kesiapan bersekolah yang mengacu pada kematangan fisik-motorik, sosial-emosi serta kognisi. Alat ukur yang digunakan adalah Tes NST yang dikembangkan oleh Monks,dkk. Tes tersebut dapat mengungkapkan kematangan fisik-motorik,sosio-emosi serta kognisi dalam 10 subtes yang ada .

Namun tidak dapat dikatakan bahwa kesiapan anak baik secara fisik-motorik, sosial, emosi, maupun intelektual memberikan gambaran seutuhnya mengenai kesiapan bersekolah. Karena tidak hanya dari domain tersebut yang menjadi pertimbangan mengenai kesiapan bersekolah anak, terdapat faktor yang terkait sehubungan dengan kesiapan anak dalam memperoleh kesuksesan di sekolah.

Sejumlah teori menyebutkan bahwa kesiapan bersekolah sangat diperlukan demi keberlangsungan proses pembelajaran dan pendidikan yang efektif (Janus dan Offord, 2007; Lunenburg, 2011). Peran pendidikan pra-sekolah (TK) menjadi wadah strategis dalam membangun kesiapan anak bersekolah. Melalui TK anak diharapkan mulai beradaptasi dengan lingkungan baru di luar rumah sehingga ketika memasuki SD anak telah benar-benar siap. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Kawuryan dan Halimah (2010) yang menunjukkan ada perbedaan kesiapan bersekolah yang sangat signifikan antara antara anak SD yang mengikuti pendidikan TK dengan yang tidak mengikuti pendidikan TK.

Selain keikutsertaan anak dalam sebuah lembaga pendidikan TK. Kualitas lembaga pendidikan TK juga mempengaruhi kesiapan bersekolah pada anak. Salah satu indikator kualitas adalah adanya akreditasi TK.


(16)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Akreditasi TK menunjukkan kelayakan dan kinerja sekolah melalui penilaian terhadap kurikulum dan proses belajar mengajar; administrasi dan manajemen sekolah; organisasi dan kelembagaan sekolah; sarana prasarana; ketenagaan; pembiayaan; peserta didik; peran serta masyarakat; dan lingkungan dan kultur sekolah.

TK yang telah terakreditasi memiliki kualitas yang telah teruji dan dinilai memiliki fasilitas, proses belajar, pola pembelajaran hingga hubungan dengan masyarakat dan kultur sekolah yang lebih baik yang memungkinkan dapat memberikan pelayanan dalam mengembangkan kemampuan anak TK sehingga anak TK benar-benar siap memasuki Sekolah Dasar (SD).

Faktor lain yang memberikan kontribusi dalam kesiapan bersekolah bagi anak adalah keluarga. Saat ini banyak penelitian mengenai kesiapan bersekolah dan kaitannya dengan latar belakang keluarga (Commonwealth Fund and Child Trends, 2004; Sulistyaningsih, 2005; Erkan, 2011). Latar belakang keluarga yang akan diangkat dalam penelitian ini berkenaan dengan status sosioekonomi orang tua, yakni tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan orang tua diukur dari jenjang pendidikan terakhir. Orang tua dengan pendidikan tinggi dapat memberikan bimbingan kepada anak yang lebih baik dan memperkaya lingkungan literasi. Bryant et al. (2005:24) juga menyatakan bahwa:

The level of education attained by parents strongly affects their children’s development. Higher levels of maternal education are associated with better school readiness among young children, better health throughout childhood and adolescence, and an increased likelihood of finishing high school and going to college. Higher education levels of parents contribute to a more supportive home learning environment and more involvement in the child’s school.

Berdasarkan pemaparan mengenai ketimpangan antara kondisi nyata dan kondisi ideal yang seharusnya, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai kesiapan bersekolah anak yang akan memasuki sekolah dasar dengan melihat dari berbagai aspek yang mendukung kesiapan itu sendiri serta melihat apakah terdapat perbedaan kesiapan yang signifikan antara kelompok yang berbeda dalam suatu variabel.


(17)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana taraf ketercapaian kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung secara keseluruhan dan dilihat dari berbagai aspek pada masing-masing subtes serta perbandingannya ditinjau dari beberapa variabel yakni status lembaga pendidikan, dan tingkat pendidikan orang tua.

Secara rinci, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana taraf ketercapaian kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung secara keseluruhan dan dari tiap aspek?

2. Bagaimana taraf ketercapaian kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung secara keseluruhan ditinjau dari lembaga pendidikan yang diikuti anak sebelum masuk SD?

3. Bagaimana taraf ketercapaian kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung secara keseluruhan ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua?

4. Apakah terdapat perbedaan kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak (TK) kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung yang signifikan ditinjau dari lembaga pendidikan yang diikuti anak sebelum masuk SD? 5. Apakah terdapat perbedaan kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak

(TK) kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung yang signifikan ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui ketercapaian kesiapan bersekolah dari anak-anak Taman Kanak-kanak (TK) kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung yang akan memasuki SD secara keseluruhan dan kematangan atau kesiapan anak dari tiap aspek dalam masing-masing subtes. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan melihat gambaran kesiapan bersekolah anak dari kualitas lembaga pendidikan pra-sekolah (TK) dan tingkat pendidikan orang tua serta mengetahui apakah ada perbedaan kesiapan bersekolah pada anak


(18)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berasal dari TK dengan dua akreditasi yang berbeda dan perbedaan kesiapan bersekolah pada anak yang berasal dari tingkat pendidikan orang tua yang berbeda. Secara rinci, dapat dijabarkan tujuan penelitian dalam poin berikut ini.

1. Memperoleh informasi mengenai ketercapaian kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung secara keseluruhan dan dari tiap-tiap aspek.

2. Memperoleh informasi mengenai ketercapaian kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung ditinjau dari lembaga pendidikan dengan akreditasi yang berbeda.

3. Memperoleh informasi mengenai ketercapaian kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua yang berbeda.

4. Mengetahui dan mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung dengan akreditasi lembaga pendidikan yang berbeda

5. Mengetahui dan mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung dilihat dari tingkat pendidikan orang tua yang berbeda.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan kontribusi/nilai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Bagi guru TK, secara teoritis penelitian ini menghasilkan informasi mengenai kesiapan anak Taman Kanak-kanak kelompok B yang akan memasuki SD. Hal ini dapat memberi gambaran sejauh mana guru telah menfasilitasi anak dalam mengembangkan kemampuan dasar sehingga anak memiliki kesiapan saat akan memasuki jenjang pendidikan SD. Secara praktis, penelitian ini akan dapat menunjukkan gambaran kesiapan bersekolah dari berbagai aspek sehingga guru dapat merancang pembelajaran dan memberikan stimulus yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak yang akan memasuki SD.


(19)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagi lembaga pendidikan TK, penelitian ini memberikan informasi mengenai tingkat ketercapaian kesiapan anak dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesiapan bersekolah pada anak. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi kinerja TK sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembentukan kesiapan pada diri anak serta dapat dijadikan bahan acuan dalam perancangan pembelajaran dan penilaian pada anak yang lebih tepat dan sesuai yang berbasis pada kematangan fisik dan psikologis.

3. Bagi pengambil kebijakan khususnya yang berhubungan dengan akreditasi sekolah, penelitian ini memberikan gambaran mengenai kontribusi dari masing-masing TK dalam memberikan atau membentuk kesiapan pada anak dan dapat dijadikan sebagai bahan monitoring dan evaluasi dalam menentukan kebijakan.

4. Bagi orang tua, penelitian ini dapat menjadi informasi yang jelas mengenai kesiapan anak dan faktor yang tidak mempengaruhi kesiapan atau kematangan anak yang akan memasuki SD.

5. Bagi pembaca yang berkepentingan dengan pendidikan anak usia dini, termasuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan objek penelitian yang terkait dapat mengetahui sejauh mana ketercapaian kesiapan bersekolah pada anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung dan mengetahui variabel-variabel yang berkontribusi pada pembentukan kesiapan anak yang akan memasuki SD.


(20)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak yang ada di Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Populasi dalam penelitian adalah anak TK yang akan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar yaitu anak TK dari kelompok B.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode multistage sampling yakni teknik pengambilan sampel melalui tahap-tahap tertentu (Masyhuri, 2008:175). Pengambilan sampel dimulai dari satu populasi yang kemudian dibagi atas kelompok di tahapan pertama, kemudian dari tahapan pertama direduksi kembali menjadi tahapan kedua dan seterusnya.

Dalam penelitian ini, TK di Kecamatan Sukasari terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu gugus 1, gugus 2 dan gugus 3. Pembagian atas tiga gugus tersebut adalah tahapan pertama dalam multistage sampling. Tahapan keduanya, dari tiap gugus dikelompokkan menjadi dua katagori sekolah, yakni TK yang terakreditasi dan TK yang belum terakreditasi.

Selanjutnya dari setiap katagori TK pada masing-masing gugus diambil satu dan atau beberapa TK untuk dijadikan sampel penelitian. TK yang telah terakreditasi terdiri atas lima TK yang kemudian dipilih acak (random) satu TK terpilih, yaitu TK Aisyiyah 11. Hal yang sama juga dilakukan di TK yang belum terakreditasi. Karena jumlah TK yang terakreditasi dan yang belum terakreditasi tidak sama maka jumlah TK yang belum terakreditasi yang dijadikan sampel berjumlah lima dari 15 TK yang belum terakreditasi.

Secara sistematis, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar di bawah ini.


(21)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sukasari

Gugus 2 Gugus 1

Gugus 3

TK yang telah terakreditasi

TK yang belum terakreditasi

Sampel Imbas (82 anak) TK Aisyiyah 11

TK Puspa Mekar

TK Kartika

Sampel terpilih (30 anak)

TK Al-Inayah TK Armia TK Sarijadi

TK Ar-Raudlah TK Nasywa

TK St Alosyus

TK Pelita Harapan

TK Permatasari

TK Al-Aqsho

TK Alam Al-Ikhlas TK Aisyiyah 7

TK At-Taqwa

TK Bianglala

TK Labschool UPI TK Nurul Falah

TK Khas DT TK Al-Azhar


(22)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1

Tekhnik Pengambilan Sampel Multistage sampling

Jumlah anak yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 112, namun jumlah sampel lapangan yang terdata mengikuti tes sebanyak 100 anak, 12 orang anak lainnya tidak dapat mengikuti tes dengan berbagai alasan. Kegiatan penelitian di lapangan menghabiskan waktu selama dua bulan dengan kegiatan pemberian tes kepada sampel penelitian terpilih dengan waktu yang disesuaikan dengan jumlah anak.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, yakni berusaha memperoleh gambaran dan menjelaskan faktor-faktor yang memberikan perbedaan pada kesiapan bersekolah anak Taman Kanak-Kanak, maka penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan metode non-eksperimental komparatif (Mc Millan dan Schumacher dalam Sukmadinata, 2009).

Pada penelitian komparasi atau penelitian ex post facto peneliti mencoba untuk menentukan penyebab atau alasan untuk perbedaan yang ada dalam perilaku atau status kelompok individu. Dengan kata lain, peneliti mengamati kelompok yang berbeda pada beberapa variabel, dan peneliti berusaha untuk mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan perbedaan ini. Penelitian tersebut disebut sebagai ex pos facto (Latin = "setelah fakta") karena baik efek dan penyebab dugaan telah terjadi dan harus dipelajari dalam retrospeksi (Gay et all, 2010). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Darmadi (2011:171) yang mengatakan bahwa kelompok dalam penelitian komparatif telah dibedakan dari awal, misalnya satu kelompok mempunyai pengalaman, sedangkan yang lain tidak, atau satu mungkin memiliki kharakteristik yang kelompok lain tidak memiliki, beda antara kelompok (variabel bebas) tidak dibuat oleh peneliti oleh karena itu


(23)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

variabel bebas dalam penelitian komparatif adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk menbandingkan suatu variabel dalam beberapa kelompok subjek yang berbeda sehingga menemukan hubungannya tanpa memberikan perlakuan terhadap variabel yang telah ada.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas yaitu variabel Status Lembaga Pendidikan dan variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua. Variabel bebas pertama adalah status lembaga pendidikan yang terdiri atas dua kelompok yakni anak dari status TK inti dan anak dari status TK imbas.

Variabel bebas kedua adalah Tingkat Pendidikan Orang Tua. Tingkat pendidikan orang tua dilihat dari pendidikan terakhir orang tua. Variabel ini terdiri atas tiga kelompok yakni kelompok anak dengan orang tua pendidikan rendah, kelompok anak dengan orang tua pendidikan menengah dan kelompok anak dengan orang tua pendidikan tinggi.

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independent variabel) dan satu variabel terikat (dependent variabel), yaitu:

1. kesiapan bersekolah anak sebagai variabel terikat (Y)

2. lembaga pendidikan yang dikuti anak (X1) sebagai variabel bebas pertama 3. tingkat pendidikan orang tua (X2) sebagai variabel bebas kedua

Variabel dalam penelitian ini kemudian didefinisikan secara operasional untuk menjelaskan makna variabel penelitian. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu akan diukur (Singarimbun dalam Riduwan, 2008:281).

Adapun definisi variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kesiapan bersekolah (Y) adalah kemampuan anak yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan sekolah dan akademik (pembelajaran) di SD yang dinilai


(24)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari jawaban yang diberikan terhadap butir-butir pertanyaan yang berkaitan dengan kriteria dari kesiapan itu sendiri.

Monks, dkk dalam Sulistyaningsih (2005) mengelompokkan keterampilan kesiapan bersekolah tersebut ke dalam sebuah tes kematangan yaitu Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (NST). NST yang dikembangkan di Nijmegen – Nederland ini merupakan pengolahan tes gopinger dari Jerman yang digunakan untuk mengungkap kemampuan sekolah anak. NST mengungkapkan kesiapan anak memasuki SD (kesiapan bersekolah) yang meliputi kesiapan fisik dan kesiapan psikis. Kesiapan fisik dan psikis ini terdiri dari kematangan fisik-motorik, emosi, sosial, dan intelektual.

Secara rinci kesiapan-kesiapan tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Pengamatan bentuk dan kemampuan membedakan

Anak mulai bisa memusatkan pandangannya pada benda-benda kecil, anak mampu mengamati objek dan membedakannya.

b. Motorik halus

Anak mampu mengkoordinasikan gerak motorik dan pikiran untuk membuat coretan/tulisan. Kemampuan motorik halus ini diperlukan untuk menunjang kegiatan anak seperti menulis, menggambar, dan keterampilan lainnya.

c. Pengertian tentang besar, jumlah, dan perbandingan

Pengertian ini dibutuhkan dalam mempelajari matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Anak memahami konsep arah, posisi, jumlah, ukuran, kapasitas dan mampu mengklasifikasikan objek (pemahaman mengenai persamaan dan perbedaan).

d. Ketajaman pengamatan

Ketajaman pengamatan adalah kemampuan anak mengamati objek dengan fokus, cermat dan teliti


(25)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengamatan kritis adalah kemampuan anak mengenali objek dan bagian-bagiannya serta mampu mengidentifikasi kekurangan pada objek yang sering ia temui dalam kehidupan sehari-hari.

f. Konsentrasi

Konsentrasi adalah kemampuan anak untuk memusatkan perhatian dalam mengerjakan tugas, memperhatikan penjelasan dan pengarahan guru di kelas dan mampu menyesuaikan diri dengan tugas baru yang sifatnya rutin g. Daya Ingat

Daya ingat adalah kemampuan anak untuk mengingat kembali objek atau informasi yang pernah diterimanya dan dapat dipergunakan ketika dibutuhkan.

h. Pengertian tentang objek dan penilaian terhadap situasi

Pengertian tentang objek dan penilaian terhadap situasi berarti anak mampu memahami lingkungan sekitarnya dan mengerti hakikat objek yang diperhatikannya serta memahami aturan dan penilaian sosial yang meliputi salah-benar, baik-buruk dan lainnya.

i. Memahami cerita

Memahami cerita berarti anak mampu menerima informasi dalam bentuk verbal dan dapat mengungkapkannya kembali dalam bentuk gambar. j. Menggambar orang

Menggambar orang berkaitan dengan kesadaran anak terhadap anggota tubuh mereka sendiri. Hal tersebut juga menunjukkan anak terlatih untuk menggunakan seluruh anggota tubuh tersebut untuk melakukan berbagai aktifitas.

2. Lembaga Pendidikan (X1)

Lembaga pendidikan dalam hal ini adalah Taman Kanak-kanak (TK). TK dibedakan atas TK yang telah terakreditasi dan TK yang belum terakreditasi.


(26)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh melalui pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi.

Tingkat pendidikan orang tua diukur dari tingkat pendidikan terakhir yang sudah ditempuh orang tua baik dari tingkat SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Untuk memperoleh data tentang tingkat pendidikan orang tua dilakukan dengan menggunakan angket.

Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan orang tua dibagi menjadi dua kelompok yakni tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu. Adapun katagorisasi tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Kelompok pendidikan rendah yang terdiri atas sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtida`iyyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat

b. Kelompok pendidikan menengah yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

c. Kelompok pendidikan tinggi yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institusi atau universitas

D. Instrumen Penelitian

Untuk pengukuran/penilaian yang digunakan untuk menilai kesiapan bersekolah anak pada penelitian ini adalah adopsi dari tes Nijmeegse schoolbekwaamheids test (NST) yang cukup sahih dan dapat digunakan di Indonesia.


(27)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tes NST tersebut, terdiri atas 10 subtes yang masing-masing akan dinilai kematangannya. Dalam tes tersebut, ditetapkan tiga standar kematangan yaitu belum matang, meragukan dan sudah matang. Secara kuantitatif, hasil dari setiap subtest dijumlahkan, kemudian dibandingkan dengan norma kelompok untuk menentukan tingkat kematangan secara keseluruhan, apakah termasuk belum matang, ragu atau matang.

Secara kualitatif, posisi kematangan dari setiap subtes menjadi gambaran profil ke-10 aspek tersebut. Dari profil tersebut, dapat diketahui aspek mana yang masih perlu diberikan stimulasinya pada setiap anak. Dengan demikian, meskipun secara kuantitatif tingkat kematangannnya bisa sama, akan tetapi secara kualitatif arah stimulasi dari setiap anak bisa berbeda tergantung profil dari aspek-aspek N.S.T.

Agar lebih jelas aspek dari tiap subtes dan tujuan pengukuran dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Gambaran Aspek-Aspek yang diukur dalam Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (N.S.T.) Subtes Aspek yang diukur Tujuan

1 Pengamatan bentuk dan Kemampuan membedakan

Kemampuan mengamati dan membedakan bentuk

2 Motorik halus Kemampuan motorik halus, tugas melengkapi gambar

3

Pengertian tentang Besar, Jumlah dan

Perbandingan

Ukuran (besar kecil), jumlah. (banyak sedikit), perbandingan (banyak sedikit), dan posisi/urutan objek


(28)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 Ketajaman pengamatan

Kemampuan pengamatan/berpikir kritis dengan menemukan bentuk-bentuk tersembunyi/tersamar, pengetahuan terhadap benda/objek sekeliling, dan ketelitian.

5 Pengamatan kritis

 Mengenal kekurangan-kekurangan pada objek yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

 Mengenal objek dan bagian-bagiannya.

6 Konsentrasi

Konsentrasi dalam mengerjakan tugas, menyesuaikan diri dengan tugas-tugas baru yang sifatnya rutin, dan ketelitian 7 Daya ingat Mengingat kembali objek/informasi yang

pernah diterimanya (pengalaman) 8 Pengertian objek &

penilaian situasi

 Mengerti objek & situasi

 Pengetahuan umum/dunia sekeliling. 9 Memahami cerita

Kemampuan menerima informasi secara verbal dan mengenal kembali dalam bentuk gambar.

10. Menggambar orang Kemampuan berpikir kritis

Dari tes tersebut, dilakukan penilaian dari masing-masing subtes dengan tata cara yang dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.2

Tata Cara Pelaksanaan Tes NST Subtes Pelaksanaan Tes

1

Subtes pertama terdiri dari 8 soal. Dalam masing-masing soal, terdapat satu gambar (di sebelah kiri) yang harus dicocokkan dengan satu dari kelima gambar pilihan (di sebelah kanan). Anak diminta memilih diantara kelima pilihan gambar, mana yang sama dengan gambar yang ada di sebelah kiri.


(29)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

Subtes kedua terdiri dari 8 soal. Masing-masing soal berupa 2 gambar. Satu gambar lengkap, gambar yang lain tidak lengkap bentuknya. Anak diminta melengkapi gambar dengan bentuk lengkung, sesuai contohnya.

3

Subtes ketiga terdiri dari 8 soal. Dalam masing masing soal, terdapat beberapa benda/orang yang berderet. Anak diminta menunjukkan urutan benda/orang atau menunjuk benda yang sesuai dengan konsep yang disebutkan (yang di tengah, yang ke-4, yang paling kecil, yang berjumlah lima, yang paling banyak, yang pertama dan terakhir

4

Subtes keempat terdiri dari 8 soal. Masing-masing soal terdiri dari bentuk- bentuk binatang yang tersamar diantara bentuk lainnya. Anak diminta menunjukkan (mewarnai) bentuk binatang yang tersamar tersebut.

5

Subtes kelima terdiri dari 8 soal. Masing-masing soal berupa gambar yang tidak lengkap bentuknya. Anak diminta melengkapi bagian gambar yang hilang sehingga menjadi lengkap bagian-bagiannya.

6 Subtes keenam terdiri dari 12 baris berbagai bentuk. Anak diminta mencari satu bentuk gambar yang telah ditentukan

7 Subtes ketujuh terdiri dari 16 gambar. Anak diminta memilih 8 gambar yang pernah diperlihatkan sebelumnya.

8

Subtes kedelapan terdiri dari 8 soal. Pada masing-masing soal terdapat 4 pilihan gambar/situasi. Anak diminta menunjukkan gambar yang mana sesuai dengan konsep sosial yang disebutkan

9

Subtes kesembilan terdiri dari 15 pilihan gambar. Anak diminta memilih gambar yang sesuai dengan ceritera yang disampaikan pada anak. (Sebelumnya, pada anak dibacakan cerita dimana anak harus memperhatikan. Pilihan gambar tidak diperlihatkan terlebih dahulu).

10 Anak diminta menggambar orang dalam lembar kertas kosong

Setelah dilakukan pengetesan, kemudian tes tersebut dinilai dan selanjutnya diberi skor. Bentuk jawaban dari tes tersebut terdiri atas dua alternatif jawaban yaitu benar (B) dan salah (S). Pada jawaban benar (B) diberi nilai 1 dan jawaban salah (S) diberi nilai 0 lalu jumlah jawaban subyek pada setiap subtes


(30)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diakumulasi untuk disesuaikan dengan norma. Lebih jelasnya dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Tata Cara Penilaian Tes NST Subtes Penilaian

1 Untuk jawaban benar diberikan skor 1, bila salah skor 0 2 Untuk jawaban benar diberikan skor 1, bila salah skor 0

(benarnya gambar yang dibentuk anak berdasarkan ketentuan NST ) 3 Untuk jawaban benar diberikan skor 1, bila salah skor 0

4 Untuk jawaban benar diberikan skor 1, bila salah skor 0 5 Untuk jawaban benar diberikan skor 1, bila salah skor 0 6 Untuk jawaban benar diberikan skor 1, bila salah skor 0

7 Skor akhir yang didapatkan adalah jumlah jawaban benar dikurangi salah

8 Untuk jawaban benar diberikan skor 1, bila salah skor 0 9 Untuk jawaban benar diberikan skor 1, bila salah skor 0

Jumlah jawaban benar dikurangi salah

10

Skor 1 : coret-coret, hanya kepala Skor 2 : kepala dengan kaki

Skor 3 : kepala, badan dengan kaki

Skor 4: kepala, dua dari lima detail (mata,hidung,mulut,telinga dan rambut), badan dan kaki\

Skor 5 : kepala, tiga dari lima detail (mata,hidung,mulut,telinga dan rambut), badan dan kaki

Skor 6 : kepala, tiga dari lima detail (mata,hidung,mulut,telinga dan rambut), badan, lengan dan kaki

Skor 7 : kepala, tiga dari lima detail (mata,hidung,mulut,telinga dan rambut), badan, lengan, jari-jari yang jumlahnya salah dan kaki

Skor 8 : kepala, tiga dari lima detail (mata,hidung,mulut,telinga dan rambut), badan, jari-jari yang jumlahnya benar dan kaki


(31)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nilai tertinggi dari masing-masing sub tes = 8

 Nilai terendah dari masing-masing sub tes = 0  Nilai max seluruh tes = 80

Sumber: Data Kelengkapan Penilaian Tes NST

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam Sukmadinata (2009) dijelaskan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya wawancara, angket, observasi, dan studi dokumenter. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes kesiapan dan penyebaran angket kepada orang tua anak serta data dokumentasi. Tes yang digunakan untuk menilai kesiapan bersekolah pada anak TK adalah Tes NST. Sedangkan penyebaran angket dilakukan untuk mendapatkan data berupa tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu). Terakhir, data dokumentasi untuk melihat akreditasi dari lembaga pendidikan (TK) tersebut.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan untuk menggambarkan ketercapaian kesiapan bersekolah pada anak TK di Kecamatan Sukasari Kota Bandung dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

1. Verifikasi data

Tahapan awal yang dilakukan setelah dilakukan tes adalah memilih dan memilah data-data yang dianggap layak dan memenuhi kebutuhan penelitian. 2. Skoring

Setelah melakukan verifikasi, berkas tes NST dari semua anak kemudian diskoring dengan menggunakan ktiteria penilaian NST yang telah ada


(32)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahapan selanjutnya setelah melakukan skoring adalah memasukkan angka-angka skor dari tiap subtes ke dalam tabel excel dan kemudian dijumlahkan sehingga didapatkan skor akhir.

4. Intrepretasi data

Skor akhir yang didapatkan dari akumulasi skor dari tiap aspek kematangan/kesiapan tersebut kemudian di katagorikan dan diinterpretasikan dengan mengacu kepada katagori skor NST yang telah ditentukan. Hasil yang didapatkan adalah kematangan dari tiap individu.

Untuk melihat gambaran ketercapaian kesiapan bersekolah pada anak TK B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung baik secara umum maupun dari tiap aspek, maka dilakukan perhitungan rata (mean) pada skor akhir. Hasil rata-rata tersebut dimaknai dengan menggunakan katagori skor yang telah ditetapkan dalam tes tersebut.

Untuk melihat perbedaan kesiapan bersekolah secara umum pada anak TK B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung, maka dapat digunakan uji Mann-Whitney U, dan Kruskal-Wallis (Sugiyono 2012:152) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memilih data-data yang diperlukan dalam penelitian

2. Memasukkan data-data tersebut dan data skor akhir dari tes ke dalam program SPSS dan mengujinya dengan menggunakan Mann-Whitney U, dan Kruskal-Wallis

3. Setelah didapatkan nilai dari uji tersebut, kemudian dibandingkan dengan kriteria penilaian dari masing-masing jenis uji.


(33)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan mengenai kesiapan anak ditinjau dari lembaga pendidikan dan tingkat pendidikan orang tua di Kecamatan Sukasari Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013 dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Secara keseluruhan, anak-anak Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Sukasari Kota Bandung telah matang secara fisik dan psikologis dan siap melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

2. Dilihat dari gambaran kesiapan bersekolah dari tiap subtes NST, dapat dilihat bahwa skor kematangan pada subtes empat dan sepuluh lebih rendah dari subtes lainnya. Artinya, kemampuan anak dalam ketajaman pengamatan, memberikan fokus pada yang harus dikerjakan dan mengabaikan objek lain yang menganggu pengamatan, serta pengenalan diri dan anggota tubuh masih perlu ditingkatkan

3. Berdasarkan perhitungan statistik, kesiapan bersekolah pada anak Taman Kanak-kanak kelompok B yang akan melanjutkan ke SD dilihat dari adanya akreditasi lembaga pendidikan (TK yang telah terakreditasi dan TK yang belum akreditasi) melalui uji Mann Whitney U, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kesiapan bersekolah anak TK pada TK yang telah terakreditasi dan TK yang belum akreditasi atau dengan kata lain bahwa kesiapan bersekolah anak tidak bergantung kepada adanya akreditasi TK

4. Kesiapan bersekolah pada anak kelas TK B Kecamatan Sukasari Kota Bandung, yang akan melanjutkan ke SD dilihat dari tingkat pendidikan orang tua melalui uji Kruskal Wallis juga menunjukkan bahwa tidak terdapat


(34)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perbedaan yang signifikan, yang berarti bahwa kesiapan bersekolah anak tidak tergantung pada tingkat pendidikan orang tua.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap kesiapan bersekolah anak ditinjau dari lembaga pendidikan dan tingkat pendidikan orang tua di Kecamatan Sukasari maka diajukan beberapa rekomendasi, diantaranya kepada:

1. Pendidik/ Guru di Taman Kanak-kanak

Berdasarkan nilai tes kesiapan, kesiapan anak secara keseluruhan sudah cukup baik namun tetap perlu pembinaan dari pendidik TK, khususnya pada kemampuan anak dalam ketajaman pengamatan, memberikan fokus pada yang harus dikerjakan dan mengabaikan objek lain yang menganggu pengamatan, serta kesadaran terhadap anggota tubuh. Guru perlu mengembangkan metode-metode inovatif yang merangsang kecermatan anak dalam mengamati objek seperti metode observasi dan eksplorasi di luar kelas.

2. Akademisi dan Peneliti Lainnya

Kepada peneliti selanjutnya khususnya akademisi yang tertarik meneliti kesiapan bersekolah pada anak disarankan agar melihat gambaran pola asuh, kegiatan pengasuhan, interaksi orang tua dan kualitas guru atau kemampuan komunikasi orang tua untuk melihat kesiapan bersekolah. Selain itu, dapat pula mengkaji sebuah metode yang dapat meningkatkan kesiapan anak dari berbagai aspek perkembangan serta dapat menggunakan instrument yang lebih kompleks yang dapat mengungkapkan kesiapan anak dari aspek yang lain seperti aspek kemampuan berbahasa.

3. Kepada penentu kebijakan dan pihak yang terkait agar selalu memonitoring dan mengevaluasi kegiatan dan perkembangan TK baik TK yang telah terakreditasi maupun TK yang belum terakreditasi..


(35)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2013). Masa Kritis Pada Anak; Periode "Emas" dalam Kehidupan yang Banyak Dilupakan (Makalah). Bandung.

Blaustein, M. (2005). The Basics of Learning Readiness (DAP). Beyond the Journal (Young Children on the Web ) , 1-10.

Boethel, M. (2004). Readiness (School, Family, & Community Connections). Texas: National Center for Family and Community Connections with Schools.

Britto, P. R. (2012). School Readiness: a conceptual framework. New York: United Nations Children’s Fund (UNICEF)

Bryant, E. B., Segal, A., Klein, L., Walsh, C. B., Bruner, C., & Floyd, S. (2005). Getting Ready. United State: Sponsored by the David and Lucile Packard Foundation, the Kauffman Foundation and the Ford Foundation.

Center, N. P. (2003). School Readiness. NSW Department of Community Services. Dhlomo, T. (2012). School readiness gaps: Experiences of children beginning

grade 1 at an urban high density primary. Wudpecker Journal of Educational Research Vol. 1(3) , 45-50.

Doyle, O., Finnegan, S., & Mcnamara, K. A. (2010). Differential parent and teacher reports of school. Jerman: Geary Institute, University College Dublin.

Early Childhood in Social Context: A Chartbook. (2004). New York, NY: Commonwealth Fund and Child Trends. www.cmwf.org

Erkan, S. (2011). A Study on The School Readiness of First Graders From Different Socio-Economic Leve*l. Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi (H. U. Journal of Education) 40 , 186-197 .

Garben, R. F., Timko, G., & Bunkley, S. (2007). School Readiness Assesment : A Review of the Lietrature. Washington DC: Franklin County Department of Jobs and Family Services.

Hilverty, F. (2009). The Implications of Poverty on Children’s Readiness to Learn. Australia: Australian Research Alliance for Children and Youth (ARACY).


(36)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Http://www.parenting.nsw.gov.au/uploads/ 7b059f57-2e83-4855-8425 63cb5a0145ce3.pdf (Diakses tanggal 10 November 2012)'

Paud melati gss.(2010). Kebijakan Gugus.[online]. Tersedia:http://www.paudmelatigus.files.wordpress.com (Diakses tanggal 23 Juli 2013)

Tribunnews.(2013).Tes Masuk sekolah, perlukah? .[online]. Tersedia:http://www.makassar.tribunnews.com (Diakses tanggal 20 Juli 2013)

Jatim Kemenag.(2013). Tes Masuk Sekolah Dasar .[online]. Tersedia:http://www.jatim.kemenag.go.id (Diakses tanggal 20 Juli 2013)

Hurlock, Elizabeth B.(1998). Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga

Lukman .(2010). Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan.[online]. Tersedia: http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/05/upaya-peningkatan-mutu-pendidikan.html

Janus,M., dan Offord, D.(2000). Readiness to Learn at School. ISUMA. Canadian Journal of Policy Research 1 (2):71-75.

Janus,M., dan Offord, D.(2007). Development ad Psychometric Properties of the Early Development Instrument (EDI): a Measure of Children's Schol Readiness. Canadian Journal of Behavioural Science 39(1):1-22.

Kagan,S.L. dan Hallmark,L.G.(2001). Early Care and Education Policies in Sweeden: Implication for the United States. Phi Delta Kappan 83(3),237-245.

Karwuyan, F. & Halimah, N. (2010).Kesiapan memasuki sekolah dasar Pada anak yang mengikuti pendidikan TK dengan yang tidak mengikuti pendidikan TK di kabupaten kudus.Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus.Vol.1.No.1,1-8.

Kaufman, & Rimm, K. (2004). School Transition and School Readiness:An Outcome of Early Childhood Development. Encyclopedia on Early Childhood Development: Centre of Excellence for Early Childhood Development , 1-7.


(37)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kaul, Venita; Singh, Asha; Australian Council for Educational Research; Joshi, Ira; Sarma, Rekha;. ECE (Early Childhood Education) Program Evaluation Program. India: The World Bank .

Kustimah, Kusumawati, D., & Abidin, F. A. (2008). Gambaran Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar di Tinjau Dari Hasil Tes N.S.T. Bandung: Jurnal Psikologi Vol. 21 No.1.

Lunenburgh, F. C. (2011). Early Childhood Education: Implications for School Readiness. Schooling Volume 2, Number 1 , 1-8.

Magnuson, Katherine A; Meyers, Marcia K; Ruhm, Christopher J; Waldfogel, Jane;. (2004). Inequality in Preschool Education and School Readiness. American Educational Research Journal, Vol. 41, No. 1 , 115-157.

Mangkunegara.(2003). Perencanaan & Pengembangan SDM.Bandung: Refika Aditama

Masyuri & Zainuddin.(2008).Metodologi Penelitian;Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.

Maxwell, K. L., & Clifford, R. M. (2004). School Readiness Assesment. Beyond the Journal (Young Children on the Web) , 1-10.

Narendra, M. B., & D, M. (2007). School Readiness (Kesiapan Sekolah). Sari Pediatri Vol. 8, No. 4 (Suplemen) , 85-93.

Nurihsan, J., & Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.

P. K. (2007). Standar dan Bahan Ajar Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional.

Pelletier, J., & Corter, C. (n.d.). Design, Implementation, and Outcomes of a School Readiness Program for Diverse Families. The School Community Journal , 89-116.

Pramitha, E. W. (2010). Dahsyatnya Otak Anak Usia Emas. Yogjakarta: Interprebook.

Prianto, P. L. (2011). Kesiapan Anak Bersekolah (Seri Bacaan Orang Tua). Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.


(1)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perbedaan yang signifikan, yang berarti bahwa kesiapan bersekolah anak tidak tergantung pada tingkat pendidikan orang tua.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap kesiapan bersekolah anak ditinjau dari lembaga pendidikan dan tingkat pendidikan orang tua di Kecamatan Sukasari maka diajukan beberapa rekomendasi, diantaranya kepada:

1. Pendidik/ Guru di Taman Kanak-kanak

Berdasarkan nilai tes kesiapan, kesiapan anak secara keseluruhan sudah cukup baik namun tetap perlu pembinaan dari pendidik TK, khususnya pada kemampuan anak dalam ketajaman pengamatan, memberikan fokus pada yang harus dikerjakan dan mengabaikan objek lain yang menganggu pengamatan, serta kesadaran terhadap anggota tubuh. Guru perlu mengembangkan metode-metode inovatif yang merangsang kecermatan anak dalam mengamati objek seperti metode observasi dan eksplorasi di luar kelas.

2. Akademisi dan Peneliti Lainnya

Kepada peneliti selanjutnya khususnya akademisi yang tertarik meneliti kesiapan bersekolah pada anak disarankan agar melihat gambaran pola asuh, kegiatan pengasuhan, interaksi orang tua dan kualitas guru atau kemampuan komunikasi orang tua untuk melihat kesiapan bersekolah. Selain itu, dapat pula mengkaji sebuah metode yang dapat meningkatkan kesiapan anak dari berbagai aspek perkembangan serta dapat menggunakan instrument yang lebih kompleks yang dapat mengungkapkan kesiapan anak dari aspek yang lain seperti aspek kemampuan berbahasa.

3. Kepada penentu kebijakan dan pihak yang terkait agar selalu memonitoring dan mengevaluasi kegiatan dan perkembangan TK baik TK yang telah terakreditasi maupun TK yang belum terakreditasi..


(2)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2013). Masa Kritis Pada Anak; Periode "Emas" dalam Kehidupan yang Banyak Dilupakan (Makalah). Bandung.

Blaustein, M. (2005). The Basics of Learning Readiness (DAP). Beyond the Journal (Young Children on the Web ) , 1-10.

Boethel, M. (2004). Readiness (School, Family, & Community Connections). Texas: National Center for Family and Community Connections with Schools.

Britto, P. R. (2012). School Readiness: a conceptual framework. New York: United Nations Children’s Fund (UNICEF)

Bryant, E. B., Segal, A., Klein, L., Walsh, C. B., Bruner, C., & Floyd, S. (2005). Getting Ready. United State: Sponsored by the David and Lucile Packard Foundation, the Kauffman Foundation and the Ford Foundation.

Center, N. P. (2003). School Readiness. NSW Department of Community Services. Dhlomo, T. (2012). School readiness gaps: Experiences of children beginning

grade 1 at an urban high density primary. Wudpecker Journal of Educational Research Vol. 1(3) , 45-50.

Doyle, O., Finnegan, S., & Mcnamara, K. A. (2010). Differential parent and teacher reports of school. Jerman: Geary Institute, University College Dublin.

Early Childhood in Social Context: A Chartbook. (2004). New York, NY: Commonwealth Fund and Child Trends. www.cmwf.org

Erkan, S. (2011). A Study on The School Readiness of First Graders From Different Socio-Economic Leve*l. Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi (H. U. Journal of Education) 40 , 186-197 .

Garben, R. F., Timko, G., & Bunkley, S. (2007). School Readiness Assesment : A Review of the Lietrature. Washington DC: Franklin County Department of Jobs and Family Services.

Hilverty, F. (2009). The Implications of Poverty on Children’s Readiness to Learn. Australia: Australian Research Alliance for Children and Youth (ARACY).


(3)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Http://www.parenting.nsw.gov.au/uploads/ 7b059f57-2e83-4855-8425 63cb5a0145ce3.pdf (Diakses tanggal 10 November 2012)'

Paud melati gss.(2010). Kebijakan Gugus.[online]. Tersedia:http://www.paudmelatigus.files.wordpress.com (Diakses tanggal 23 Juli 2013)

Tribunnews.(2013).Tes Masuk sekolah, perlukah? .[online]. Tersedia:http://www.makassar.tribunnews.com (Diakses tanggal 20 Juli 2013)

Jatim Kemenag.(2013). Tes Masuk Sekolah Dasar .[online]. Tersedia:http://www.jatim.kemenag.go.id (Diakses tanggal 20 Juli 2013)

Hurlock, Elizabeth B.(1998). Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga

Lukman .(2010). Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan.[online]. Tersedia: http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/05/upaya-peningkatan-mutu-pendidikan.html

Janus,M., dan Offord, D.(2000). Readiness to Learn at School. ISUMA. Canadian Journal of Policy Research 1 (2):71-75.

Janus,M., dan Offord, D.(2007). Development ad Psychometric Properties of the Early Development Instrument (EDI): a Measure of Children's Schol Readiness. Canadian Journal of Behavioural Science 39(1):1-22.

Kagan,S.L. dan Hallmark,L.G.(2001). Early Care and Education Policies in Sweeden: Implication for the United States. Phi Delta Kappan 83(3),237-245.

Karwuyan, F. & Halimah, N. (2010).Kesiapan memasuki sekolah dasar Pada anak yang mengikuti pendidikan TK dengan yang tidak mengikuti pendidikan TK di kabupaten kudus.Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus.Vol.1.No.1,1-8.

Kaufman, & Rimm, K. (2004). School Transition and School Readiness:An Outcome of Early Childhood Development. Encyclopedia on Early Childhood Development: Centre of Excellence for Early Childhood Development , 1-7.


(4)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kaul, Venita; Singh, Asha; Australian Council for Educational Research; Joshi, Ira; Sarma, Rekha;. ECE (Early Childhood Education) Program Evaluation Program. India: The World Bank .

Kustimah, Kusumawati, D., & Abidin, F. A. (2008). Gambaran Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar di Tinjau Dari Hasil Tes N.S.T. Bandung: Jurnal Psikologi Vol. 21 No.1.

Lunenburgh, F. C. (2011). Early Childhood Education: Implications for School Readiness. Schooling Volume 2, Number 1 , 1-8.

Magnuson, Katherine A; Meyers, Marcia K; Ruhm, Christopher J; Waldfogel, Jane;. (2004). Inequality in Preschool Education and School Readiness. American Educational Research Journal, Vol. 41, No. 1 , 115-157.

Mangkunegara.(2003). Perencanaan & Pengembangan SDM.Bandung: Refika Aditama

Masyuri & Zainuddin.(2008).Metodologi Penelitian;Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.

Maxwell, K. L., & Clifford, R. M. (2004). School Readiness Assesment. Beyond the Journal (Young Children on the Web) , 1-10.

Narendra, M. B., & D, M. (2007). School Readiness (Kesiapan Sekolah). Sari Pediatri Vol. 8, No. 4 (Suplemen) , 85-93.

Nurihsan, J., & Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.

P. K. (2007). Standar dan Bahan Ajar Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional.

Pelletier, J., & Corter, C. (n.d.). Design, Implementation, and Outcomes of a School Readiness Program for Diverse Families. The School Community Journal , 89-116.

Pramitha, E. W. (2010). Dahsyatnya Otak Anak Usia Emas. Yogjakarta: Interprebook.

Prianto, P. L. (2011). Kesiapan Anak Bersekolah (Seri Bacaan Orang Tua). Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.


(5)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prieto, M. D., Parra, J., F., M., & Ferrandiz, C. (2006). Creativity Ability in Early Childhood Research. Journal of Early Childhood Research Vol 4(3) , 277-290.

Rafoth, M.A., Buchenauer. E.L., Crissman, K.K.,& Halk.J.L. (2004).Preparing Children for Kindergarten and Beyond: Information for Parents. Pennsylvania:National Association of School Pshychologist

Reconsidering Children’s Early Development and Learning: Toward Common Views and Vocabulary. (1994). Washington, DC: National Education Goals Panel. www.negp.gov

Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

School Readiness: Helping Communities Get Children Ready for School and Schools Ready for Children. (2002). Washington, DC: Child Trends. www.childtrends.org

Setiawati, D., Alwi, E. H., & Chairulfatah, A. (2011). Perbedaan Kesiapan Bersekolah Antara Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti PAUD Nonformal. J Indon Med Assoc. , 352-357.

Slameto. (2013). Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Solehuddin,M. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini. Handbook;Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Bandung: Pedagogiana Press

Sugihartono.(2007).Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono.(2012). Statistika Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suharsono, J. T., Fitriyani, A., & Upoyo, A. S. (2009). Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Anak Pra Sekolah di TK Pertiwi Purwokerto Utara. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing) , 4.

Sukmadinata, Nana Syaodih (2009).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Sulistyaningsih, W. (2005). Kesiapan Bersekolah Ditinjau Dari Jenis Pendidikan Pra Sekolah dan Tingkat Pendidikan Orang Tua. Medan: Jurnal Psikologia Vol. I No. 1 .


(6)

Srinahyanti, 2013

Kesiapan Bersekolah Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B Ditinjau Dari Lembaga Pendidikan Dan Tingkat Pendidikan Orangtua (Penelitian Komparasi Pada Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Suyadi (2010). Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta:Pedagogia

Suyono. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Syaripudin, T., & Kurniasih. (2009). Pedagogik Teoritis. Bandung: Percikan Ilmu. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wahyudin, U., & Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.

Bandung: PT Refika Aditama.

Wahyuni, C. S. (2004). Kematangan Psikologis Anak TK B Menuju Kesiapan Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Atmajaya. Winsler, A., & Carlton, M. P. (1999). School readiness: The need for a paradigm

shift. School Psychology Review, Vol 28(3) , 338-352.

Winter, P. (2010). Engaging Families in the Early Childhood Development Story. Victoria: Ministerial Council for Education, Early Childhood.

Wylie,C. (1998). Six Years Old and Competent: The Second Stage of Competent Children Project a Summary of the Main Findings. Wellington,NZ:New Zealand Council for Educational Research.

Wylie,C.dan Thomphson, J. (2003). The Long-Term Contribution of Early Childhood Education to Children's Performance-Evidence from New Zealand. International Journal of Early Years Education 11(1),67-78. Yelland, N. (2011). Contemporary perspectives on early childhood education.