METAFORA HEWAN DALAM PERIBAHASA BAHASA INDONESIA SUATU KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGIS.

(1)

PENGESAHAN………..……… i

PERNYATAAN……….……… ii

PERSEMBAHAN………...iv

ABSTRAK….……… v

KATA PENGANTAR………..…vi

UCAPAN TERIMA KASIH………...………vii

DAFTAR ISI………...viii

DAFTAR TABEL……….ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar belakang………1

1.2Masalah………..5

1.2.1 Identifikasi Masalah……….5

1.2.2 Pembatasan Masalah………6

1.2.3 Perumusan Masalah……….6

1.3Tujuan Penelitian………...7

1.4Manfaat Penelitian……….………7

1.5Definisi Operasional………..8

BAB 2 MORFOLOGI, METAFORA, PERIBAHASA, DAN ANTROPOLINGUISTIK, 2.1 Tinjauna Pustaka………..………..9

2.2 Bentuk Lingual………10

2.2.1 Kata dan Pembentukkan Kata……… ………...11

2.2.2 Frasa dan Kategori Frasa………13

2.2.2.1 Pengertian Frasa………...13


(2)

2.3 Peribahasa………15

2.3.1 Pengertian Peribahasa ……….………….…...15

2.3. 2 Fungsi Peribahasa……….16

2.4 Metafora……….………..…18

2.5 Antropolinguistik……….………....20

2.5.1 Pengertian Antropologi……….……….21

2.5.2 Posisi Antropolingustik dalam Ilmu Linguistik……….…22

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian……….………25

3.2 Teknik Penelitian……….26

3.3 Teknik Analisis Data………..…….……….26

3.4 Instrumen Penelitian……….26

3.5 Sumber Data dan Korpus……….... 28

3.6 Alur Penelitian……… 28

BAB 4 DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data……… 31

4.2Analisis dan Pembahasan……… 33

4.2.1 Bentuk Lingual Metafora Peribahasa dalam bahasa Indonesia….……. 34

4.2.1.1Bentuk Lingual Berupa Kata………... 34

4.2.1.2 Bentuk Lingual Berupa Frasa………. 36

4.2.2 Referensi Metafora Hewan dalam Peribahasa Bahasa Indonesia…….. 38 4.2.2.1 Metafora Hewan yang Bereferensi Anjing………


(3)

4.2.2.2 Metafora Hewan yang Bereferensi Ayam……….… 40

4.2.2.3 Metafora Hewan yang Bereferensi Badak……… 42

4.2.2.4 Metafora Hewan yang Bereferensi Banteng……… 43

4.2.2.5 Metafora Hewan yang Bereferensi Belalang………... 43

4.2.2.6 Metafora Hewan yang Bereferensi Belut………..….45

4.2.2.7 Metafora Hewan yang Bereferensi Baiwak ……….……….47

4.2.2.8 Metafora Hewan yang Bereferensi Buaya……… 48

4.2.2.9 Metafora Hewan yang Bereferensi Burung……….. 50

4.2.2.10 Metafora Hewan yang Bereferensi Cacing…………...…….. 51

4.2.2.11 Metafora Hewan yang Bereferensi Cecak………….….…...52

4.2.2.12 Metafora Hewan yang Bereferensi Cenderawah……….53

4.2.2.13 Metafora Hewan yang Bereferensi Duyung..………..53

4.2.2.14 Metafora Hewan yang Bereferensi Elang…...………....54

4.2.2.15 Metafora Hewan yang Bereferensi Gajah..……….55

4.2.2.16 Metafora Hewan yang Bereferensi Harimau…………..…… 57

4.2.2.17 Metafora Hewan yang Bereferensi Ikan………...…...58

4.2.2.18 Metafora Hewan yang Bereferensi Itik……….…….……….60

4.2.2.19 Metafora Hewan yang Bereferensi Kambing………. 61

4.2.2.20 Metafora Hewan yang Bereferensi Katak…..……..………...62

4.2.2.21 Metafora Hewan yang Bereferensi Kera………….………...64

4.2.2.22 Metafora Hewan yang Bereferensi Kerbau……….….…..…65

4.2.2.23 Metafora Hewan yang Bereferensi Kodok………….……….67


(4)

4.2.2.25 Metafora Hewan yang Bereferensi Kuda..……….….69 4.2.2.26 Metafora Hewan yang Bereferensi Kumbang…...…..………70 4.2.2.27 Metafora Hewan yang Bereferensi kura-kura…..…………...71 4.2.2.28 Metafora Hewan yang Bereferensi Kutu…………...………..72 4.2.2.29 Metafora Hewan yang Bereferensi Laba-laba…...………. .73 4.2.2.30 Metafora Hewan yang Bereferensi Lalat…………...………..74 4.2.2.31 Metafora Hewan yang Bereferensi Landak………...………. 75 4.2.2.32 Metafora Hewan yang Bereferensi Monyet………...………. 76 4.2.2.33 Metafora Hewan yang Bereferensi Musang...……...………. 77 4.2.2.34 Metafora Hewan yang Bereferensi Nyamuk..……...……….. 78 4.2.2.35 Metafora Hewan yang Bereferensi Pari…………...……….. 79 4.2.2.36 Metafora Hewan yang Bereferensi Penyu….……...……….. 80 4.2.2.37 Metafora Hewan yang Bereferensi Puyuh…..……...………..80 4.2.2.38 Metafora Hewan yang Bereferensi Rusa…………...………..81 4.2.2.39 Metafora Hewan yang Bereferensi Sapi…………...……….. 82 4.2.2.40 Metafora Hewan yang Bereferensi Semut..………...………..83 4.2.2.41 Metafora Hewan yang Bereferensi Serigala..……...………..84 4.2.2.42 Metafora Hewan yang Bereferensi Tikus………...………..85 4.2.2.43 Metafora Hewan yang Bereferensi Tupai………...………… 86 4.2.2.44 Metafora Hewan yang Bereferensi udang ………...……….. 87 4.2.2.45 Metafora Hewan yang Bereferensi Ulam …..……...………..88 4.2.2.46 Metafora Hewan yang Bereferensi Ular…………...………..89 4.2.2.47 Metafora Hewan yang Bereferensi Ulat…………...……….. 91


(5)

4.2.2.48 Metafora Hewan yang Bereferensi Umang-umang..……….. 93

4.2.3 Gejala Sosial Budaya yang Timbul Terkait dengan Penggunaan Metafora Hewan dalam Peribahasa Bahasa Indonesia... 94

4.2.3.1Gejala Sosial Budaya yang Berdimensi Vertikal ... 94

4.2.3.2Gejala Sosial Budaya yang Berdimensi Horizontal... 95

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 97

5.2 Saran... 98

DAFTAR PUSTAKA………... 99

LAMPIRAN……… 101 DAFTAR RIWAYAT HIDUP………..


(6)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Salah satu ragam bahasa di Indonesia adalah peribahasa. Berbicara mengenai peribahasa mungkin sudah tidak asing karena peribahasa sudah dipelajari sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga bangku kuliah. Dalam peribahasa banyak terkandung makna dan nilai-nilai kebudayaan. Peribahasa sering kali hanya diketahui redaksinya, tetapi tidak diketahui makna yang terkandung di dalamnya. Terlebih pada zaman sekarang sudah jarang orang-orang menggunakan peribahasa dalam kehidupan sehari-hari.

Peribahasa merupakan kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dulu peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan); peribahasa juga bisa diartikan sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku (KBBI, 2008:1055). Dalam peribahasa terdapat bahasa kiasan yang merupakan unsur kepuitisan. Bahasa kiasan (figurative language) tersebut diperlukan untuk mendapatkan nilai kepuitisan. Peribahasa tidak saja merupakan mutiara bahasa, bunga bahasa, tetapi juga suatu kalimat yang memberikan pengertian yang dalam dan luas, dan tepat; disampaikan dengan halus dan dengan kiasan (Djamaris, 1985: 9-10).


(7)

2

Membicarakan peribahasa tidak terlepas dari metafora sebagai unsurnya. Kata metafora merupakan pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan (KBBI, 2010: 908). Menurut kacamata peneliti penggunaan metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia mengandung berbagai konsepsi kebudayaan yang mencerminkan kebudayaan masyarakat penggunanya. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut contoh metafora hewan yang ada dalam beberapa peribahasa bahasa Indonesia.

1) Bagai harimau beranak muda Artinya: orang yang sangat bengis 2) Memberikan benang ke tangan kera

Artinya: menyerahkan sesuatu kepada yang bukan ahlinya. 3) Laksana kerbau, di mana rumput hijau, di sana terkam

Artinya: karena sudah terlanjur cinta, maka orang tidak memperdulikan lagi akibatnya

Beberapa peribahasa di atas terlihat mengandung metafora hewan di dalamnya. Contohnya pada pemakaian metafora hewan dalam peribahasa bagai harimau beranak muda, metafora hewan yang digunakan yaitu metafora harimau. Selain itu, ditemukan 21 peribahasa lainnya yang mengadung metafora harimau. Harimau merupakan hewan buas, pemakan daging, rupanya seperti kucing besar. Metafora harimau bagi masyarakat Indonesia merupakan lambang keperkasaan dan kepahlawanan. Metafora harimau tersebut sudah jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga masyarakat kurang memahami nilai yang


(8)

terkadung dalam peribahasa-peribahasa yang mengandung metafora harimau tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia mulai mengalami kemunduran seiring dengan adanya perubahan tata ruang di Indonesia. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan karena akan mengikis pengetahuan bangsa Indonesia tentang keanekaragaman fauna di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian tentang metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia sangat penting untuk dilakukan.

Topik ini sangat relevan diteliti melalui pendekatan antropolinguistik. Antropolinguistik merupakan suatu kajian yang mengajak orang Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa di Indonesia yang mencerminkan budaya bangsa Indonesia serta mengajak orang Indonesia untuk memahami budaya Indonesia lewat ucapan lisan sebagai ungkapan hati nurani dan lewat teks tertulis sebagai warisan pendahulunya (Sibarani, 2004: 52). Dengan teori-teori yang terdapat dalam antropolinguistik bisa mengungkap nilai-nilai yang terkandung dalam peribahasa.

Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa penelitian yang sejenis, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sudana (2006) yang berjudul “Makna dan Hubungan Paribasa dalam Bahasa Bali”. Penelitian ini lebih menjelaskan hubungan makna dengan gaya bahasa dalam bahasa Bali dan bentuk gaya bahasa dalam bahasa Bali. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peribahasa yang terdapat dalam bahasa Bali cukup banyak macamnya. Akan tetapi, yang dibahas hanya sesonggan dan sesenggakan. Kedua


(9)

4

peribahasa ini dalam bahasa Bali biasanya digunakan oleh orang tua untuk memberikan nasihat kepada orang lain, tetapi tidak secara terus terang.

Selanjutnya, Poniman (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Makna Metafora”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (1) metafora merupakan salah satu gaya bahasa dengan kerangka dasar berupa pembandingan dua hal; (2) metafora pada hakikatnya sama dengan simile yakni mengandalkan kemiripan pada dua hal; (3) penutur beralih dari penerapan makna denotafif ke makna konotatif; (4) penutur menggunakan makna metaforis untuk menghindari makna denotatif yang dirasa tidak lagi cocok dengan konteks; (5) dalam penelitian ini disimpulkan bahwa komponen makna dapat dibuktikan adanya kemiripan antara tenor dan wahana.

Penelitian mengenai metafora juga pernah dilakukan oleh Widyanti (2007) yang berjudul “Penggunaan Metafora pada Rublik „Nah, Ini Dia‟ pada Harian Umum Pos Kota”. Penelitian ini lebih memfokuskan kajian tentang bagaimana penggunaan metafora pada rublik „Nah, Ini Dia‟ yang terdapat pada harian umum Pos Kota membuat berita kriminal jauh dari kesan kejam atau sadis, melainkan menggelitik dengan unsur humor di dalamnya. Adapun hasil penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat beberapa penggunaan bentuk metafora pada rubrik tersebut, yaitu metafora struktural, metafora ontologis, dan metafora orientasional. Jenis metafora yang dominan adalah metafora struktural. Selanjutnya, Sasmita (2007) melakukan penelitian yang berjudul Metafora Binatang dalam Antologi Puisi Para Pembunuh Waktu Karya Dorothea Rosa Herliany”. Dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana Dorothea Rosa Herliany melalui puisi-puisinya


(10)

merespons gejolak politik dengan menggunakan perumpamaan metafora, yang mengajak masyarakat untuk memperjuangkan hak-haknya. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa ada empat puisi Dorothea Rosa Herliany yang mengandung metafora, yaitu Tanah Airku, Ulat-ulat yang Tergelincir, Bunga yang Tumbuh dalam Darahmu, dan Narasi Hari tua. Pengarang mencoba memberikan warna, pemahaman, dan perenungan yang baru dengan makna metafora.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas terlihat bahwa para peneliti sebelumnya mengkaji metafora dalam ranah semantik dan sastra. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena kajian metafora dalam penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik. Dengan teori-teori yang terdapat dalam antropolinguistik bisa terungkap nilai-nilai sosial budaya di balik penggunaan metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia.

1.2 Masalah

Dalam bagian ini akan diuraikan tiga aspek yang berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah yang dijabarkan sebagai berikut ini.

1.2.1 Identifikasi Masalah


(11)

6

1) Peribahasa bahasa Indonesia dalam ranah penggunaan diindikasikan mengalami penurunan dari generasi satu kegenerasi berikutnya sehingga dikhawatirkan peribahasa beserta metafora di dalamnnya akan musnah. 2) Penggunaan peribahasa dalam kehidupan sehari-hari sudah jarang

dikhawatirkan orang-orang akan melupakan nilai-nilai yang terkandung dalam peribahasa tersebut.

3) Berkurangnya pengggunaan peribahasa akan mengurangi pembendaharaan peribahasa dalam bahasa Indonesia.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini diuraikan seperti di bawah ini.

1) Penelitian ini lebih ditekankan pada bentuk metafora dan referensi metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia.

2) Penelitian ini akan ditekankan pada peribahasa yang mengandung metafora hewan.

3) Peribahasa yang diteliti dalam penelitian ini hanya peribahasa yang terdapat dalam kumpulan peribahasa bahasa Indonesia yaitu kamus peribahasa karya Pusposaputro (1987) dan rangkuman peribahsa Indonesia karya wahyu (2007).

1.2.3 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian diuraikan seperti di bawah ini.

1) Bagaimanakah bentuk lingual metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia?


(12)

3) Bagaimanakah gejala sosial-budaya yang timbul terkait dengan penggunaan metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian diuraikan seperti di bawah ini dengan maksud untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal berikut:

1) bentuk metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia; 2) referensi metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia;

3) gejala sosial-budaya yang timbul terkait dengan penggunaan metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis pada penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu kebahasaan, khususnya sebagai sumbangan temuan bagi perkembangan disiplin ilmu linguistik antropologis.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai peribahsa dalam bahasa Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi potret perkembangan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.


(13)

8

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan nilai sosial budaya yang terdapat dalam metafora hewan pada peribahsa bahasa Indonesia.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.5 Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini.

1) Peribahasa merupakan bentuk pengucapan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pada zaman dahulu untuk memudahkan seseorang memberi nasihat, teguran atau sindiran.

2) Metafora hewan adalah pemakaian nama hewan bukan dengan arti yang sebenarnya berdasarkan persamaan atau perbandingan saja.

3) Antropolinguistik adalah salah satu cabang linguistik yang menelaah bahasa bukan hanya dari struktur dan hubungan kekeluargaan melalui istilah kekeluargaan, konsep, warna, pola pengasuhan anak, atau menelaah bagaimana anggota masyarakat saling berkomunikasi pada situasi tertentu seperti pada upacara adat, lalu menghubungkannya dengan konsep kebudayaannya.


(14)

(15)

25

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini tidak hanya mengakaji metafora peribahasa dalam bahasa Indonesia dari kebahasaannya, tetapi juga segi sosial budayanya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan teoretis antropolinguistik untuk membahas data dalam penelitian ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan cabang ilmu humaniora yang unik karena itu, meskipun tidak menolak penelitian kuantitatif penelitian budaya cenderung ke arah kualitatif (Endraswara, 2003:14).

Endraswara (2003: 16) menjelaskan bahwa penelitian kualitataif budaya dipandang penting, untuk melihat kondisi yang tidak mungkin dijangkau dengan rumus-rumus kuantitatif. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada keutuhan (entity) sebuah budaya, bukan memandang budaya secara parsial.

Sejalan dengan pendekatan penelitian yang digunakan, maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten. Analisis konten bertujuan untuk membuat inferensi sebuah pesan fenomena budaya. Hal ini lebih banyak ke arah kajian simbolik pesan budaya itu sendiri. Itu sebabnya analisis konten boleh dikatakan salah satu ragam penelitian budaya yang dimungkinkan menghasilkan inverensi valid. Analisis konten harus berlandaskan rumusan eksplisit (Endraswara, 2003:81). Penelitian ini akan mengungkap nilai-nilai metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia.


(16)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan teknik studi dokumentasi dan teknik catat.

1) Studi Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi dilakukan pada berbagai dokumen yang memuat tentang peribahasa, baik dari segi pengertian dari peribahasa itu sendiri maupun kumpulan mengenai peribahasanya.

2) Teknik Catat

Teknik catat adalah teknik lanjutan yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data- data yang diperoleh dari sumber data.

3.3 Teknik Analisis Data

Setelah semua data yang dibutuhkan oleh peneliti dikumpulkan, langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan reduksi data. Reduksi data ini bertujuan untuk menyortir data yang tidak diperlukan dalam melakukan penelitian. Selanjutnya, data yang sudah direduksi kemudian diklasifikasikan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, data yang diambil berupa peribahasa-peribahasa yang mengandung metafora hewan. Setelah diklasifikasikan, kemudian data tersebut dianalisis dengan kerangka teori yang digunakan. Pada tahap akhir, peneliti membuat simpulan dari apa yang telah peneliti uraikan pada analisis-analisis sebelumnya.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu data yang memuat nomor kode, data peribahasa yang ditemukan dan analisis. Berikut ini contoh kartu data yang akan digunakan dalam penelitian ini.


(17)

99

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari analisis masalah yang dilakukan pada bab 4, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1) Berdasarkan bentuk lingual, metafora hewan yang ada yang berupa kata dan frasa. Dilihat dari bentuknya metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berupa kata dasar (monomorfemis), kata berimbuhan (polimorfemis), dan yang berbentuk frasa. Metafora hewan berupa kata dasar berjumlah 378 buah (82,89%), yang berbentuk polimorfemis berjumlah 15 buah (3,29%), dan yang berbentuk frasa berjumlah 63 buah (13,82%).

2) Berdasarkan referensi metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia terbagi pada sifat, bentuk, dan habitat hewan tersebut. Ketiga referensi tersebut menggambarkan (1) keadaan manusia, (2) sifat manusia, (3) pekerjaan manusia, (4) kesamaan bentuk, dan (5) petunjuk suatu tempat. 3) Gejala sosial budaya yang timbul terkait dengan penggunaan metafora

hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia terbagi menjadi (1) gejala sosial budaya yang berdimensi vertikal, dan (2) gejala sosial budaya yang berdimensi horizontal.


(18)

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tentunya perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai peribahasa. para peneliti lanjutan dapat mengembangkan penelitian mengenai ungkapan pada aspek antropologi yang lain, misalnya peribahasa mengenai perilaku, peribahasa mengenai tumbuhan. Penulis berharap peneliti ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu kebahasaan, khususnya sebagai sumbangan temuan bagi perkembangan disiplin ilmu linguistik antropologis


(19)

100

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Dapartemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamaris, Edwar. (1985). Sastra Tradisional: Sastra Indonesia Lama pada tahap Permulaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hardi, Tias. (2006). Metafora Alam dalam Puisi Abdul Hadi W.M. Skripsi pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia.

Ibrahim, Abd Syukur. (1992). Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional.

Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

s

Mahsun, M.S. (2007). Metode Penelitian Bahasa ( Tahap strategi, metode, dan tekniknya): Jakarta, Raja Grafindo.

Poniman. (2005). “penerapan Makna pada Metafora”, dalam “Widiaparwa” . Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. 33,(2), 29-42.

Pusposaputro, Sarwono. (1987). Kamus Peribahasa. Jakarta: Gramedia.

Ramlan, (1985). Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V KARYONO


(20)

Sadikin, Mustofa. (2011). Kumpulan Sastra Indonesia. Jakarta: Gudang Ilmu.

Sudayana, I Wayan. (2006). “Makna dan Hubungan dalam Bahasa Bali”, dalam “Mabasan ” . Jurnal ilmiah bahasa dan sastra. 2,(2), 95-106.

Sasmita. (2007). “Metafora Binatang dalam Antologi Puisi Pembunuh Waktu Karya Dorothea Rosa Herliany”. Skripsi sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Sitaresmi, Nunung dan Vismaia. S. Damaianti. (2005). Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Universitas Pendidikan Indonesia.

Suryaman, Oni. (2010). Metafora. [online]. Tersedia: http//onisur.wordpress.com/2010/07/08/metafora/#_ftnref2 [20 November 2011].

Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wahyu, Y. Istiyono. 2007. Rangkuman Pribahasa Indonesia. Tanggerang: Karisma Publishing Group.

Widyanti, Restu. (2007). “Pengunaan Metafora pada Rublik’Nah, Ini Dia’ pada Harian Umum Pos Kota”. Skripsi sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini tidak hanya mengakaji metafora peribahasa dalam bahasa Indonesia dari kebahasaannya, tetapi juga segi sosial budayanya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan teoretis antropolinguistik untuk membahas data dalam penelitian ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan cabang ilmu humaniora yang unik karena itu, meskipun tidak menolak penelitian kuantitatif penelitian budaya cenderung ke arah kualitatif (Endraswara, 2003:14).

Endraswara (2003: 16) menjelaskan bahwa penelitian kualitataif budaya dipandang penting, untuk melihat kondisi yang tidak mungkin dijangkau dengan rumus-rumus kuantitatif. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada keutuhan (entity) sebuah budaya, bukan memandang budaya secara parsial.

Sejalan dengan pendekatan penelitian yang digunakan, maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten. Analisis konten bertujuan untuk membuat inferensi sebuah pesan fenomena budaya. Hal ini lebih banyak ke arah kajian simbolik pesan budaya itu sendiri. Itu sebabnya analisis konten boleh dikatakan salah satu ragam penelitian budaya yang dimungkinkan menghasilkan inverensi valid. Analisis konten harus berlandaskan rumusan eksplisit (Endraswara, 2003:81). Penelitian ini akan mengungkap nilai-nilai metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia.


(2)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan teknik studi dokumentasi dan teknik catat.

1) Studi Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi dilakukan pada berbagai dokumen yang memuat tentang peribahasa, baik dari segi pengertian dari peribahasa itu sendiri maupun kumpulan mengenai peribahasanya.

2) Teknik Catat

Teknik catat adalah teknik lanjutan yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data- data yang diperoleh dari sumber data.

3.3 Teknik Analisis Data

Setelah semua data yang dibutuhkan oleh peneliti dikumpulkan, langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan reduksi data. Reduksi data ini bertujuan untuk menyortir data yang tidak diperlukan dalam melakukan penelitian. Selanjutnya, data yang sudah direduksi kemudian diklasifikasikan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, data yang diambil berupa peribahasa-peribahasa yang mengandung metafora hewan. Setelah diklasifikasikan, kemudian data tersebut dianalisis dengan kerangka teori yang digunakan. Pada tahap akhir, peneliti membuat simpulan dari apa yang telah peneliti uraikan pada analisis-analisis sebelumnya.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu data yang memuat nomor kode, data peribahasa yang ditemukan dan analisis. Berikut ini contoh kartu data yang akan digunakan dalam penelitian ini.


(3)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari analisis masalah yang dilakukan pada bab 4, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1) Berdasarkan bentuk lingual, metafora hewan yang ada yang berupa kata dan frasa. Dilihat dari bentuknya metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia yang berupa kata dasar (monomorfemis), kata berimbuhan (polimorfemis), dan yang berbentuk frasa. Metafora hewan berupa kata dasar berjumlah 378 buah (82,89%), yang berbentuk polimorfemis berjumlah 15 buah (3,29%), dan yang berbentuk frasa berjumlah 63 buah (13,82%).

2) Berdasarkan referensi metafora hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia terbagi pada sifat, bentuk, dan habitat hewan tersebut. Ketiga referensi tersebut menggambarkan (1) keadaan manusia, (2) sifat manusia, (3) pekerjaan manusia, (4) kesamaan bentuk, dan (5) petunjuk suatu tempat. 3) Gejala sosial budaya yang timbul terkait dengan penggunaan metafora

hewan dalam peribahasa bahasa Indonesia terbagi menjadi (1) gejala sosial budaya yang berdimensi vertikal, dan (2) gejala sosial budaya yang berdimensi horizontal.


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tentunya perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai peribahasa. para peneliti lanjutan dapat mengembangkan penelitian mengenai ungkapan pada aspek antropologi yang lain, misalnya peribahasa mengenai perilaku, peribahasa mengenai tumbuhan. Penulis berharap peneliti ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu kebahasaan, khususnya sebagai sumbangan temuan bagi perkembangan disiplin ilmu linguistik antropologis


(5)

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Dapartemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamaris, Edwar. (1985). Sastra Tradisional: Sastra Indonesia Lama pada tahap Permulaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hardi, Tias. (2006). Metafora Alam dalam Puisi Abdul Hadi W.M. Skripsi pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia.

Ibrahim, Abd Syukur. (1992). Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional.

Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

s

Mahsun, M.S. (2007). Metode Penelitian Bahasa ( Tahap strategi, metode, dan tekniknya): Jakarta, Raja Grafindo.

Poniman. (2005). “penerapan Makna pada Metafora”, dalam “Widiaparwa” . Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. 33,(2), 29-42.

Pusposaputro, Sarwono. (1987). Kamus Peribahasa. Jakarta: Gramedia.

Ramlan, (1985). Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V KARYONO


(6)

Sadikin, Mustofa. (2011). Kumpulan Sastra Indonesia. Jakarta: Gudang Ilmu.

Sudayana, I Wayan. (2006). “Makna dan Hubungan dalam Bahasa Bali”, dalam “Mabasan ” . Jurnal ilmiah bahasa dan sastra. 2,(2), 95-106.

Sasmita. (2007). “Metafora Binatang dalam Antologi Puisi Pembunuh Waktu Karya Dorothea Rosa Herliany”. Skripsi sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Sitaresmi, Nunung dan Vismaia. S. Damaianti. (2005). Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Universitas Pendidikan Indonesia.

Suryaman, Oni. (2010). Metafora. [online]. Tersedia: http//onisur.wordpress.com/2010/07/08/metafora/#_ftnref2 [20 November 2011].

Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wahyu, Y. Istiyono. 2007. Rangkuman Pribahasa Indonesia. Tanggerang: Karisma Publishing Group.

Widyanti, Restu. (2007). “Pengunaan Metafora pada Rublik’Nah, Ini Dia’ pada Harian Umum Pos Kota”. Skripsi sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.