MANAJEMEN PENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM CAPAIAN INDIKATOR MUTU LULUSAN MELALUI OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI MANAJERIAL DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAWAS SEKOLAH : Studi tentang Persepsi Kepala Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Sukabumi.

(1)

i DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latarbelakang 1

B. Rumusan Masalah 2

BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIS SERTA HIPOTESIS

3

A. Kinerja Kepala Sekolah dalam Capaian Indikator Mutu Lulusan

3 B. Peran dan Fungsi Manajerial

Disdik

5 C. Peran dan Fungsi Pengawas

Sekolah

8 D. Kerangka Berfikir Penelitian 10 E. Tujuan Penelitian 10

BAB III : METODE PENELITIAN 12


(2)

1

BABBBIB

PENDAHULUANB

A. Latarbelakang

Era globalisasi merupakan tantangan sekaligus peluang bagi semua bangsa di dunia termasuk Indonesia. Persoalannya adalah mampukah bangsa Indonesia menjadikan era global ini menjadi sebuah peluang besar untuk memajukan bangsanya. Tentunya hal ini sangat tergantung kepada mutu sumberdaya manusia Indonesia itu sendiri. Dalam hal ini paling tidak terdapat dua hal yang menjadi daya dukung atau yang bisa dijadikan modal untuk menghadapi era global, yaitu : kemampuan SDM dan sumber daya alam (SDA), atau sering dikatakan sebagai sumber daya kompetitif dan sumber daya komparatif. Namun kenyataannya hasil survey bank dunia menyimpulkan, bahwa SDA suatu negara hanya memberikan kontribusi 20% bagi bangsanya. Sedangkan sebagian besar yaitu 45% ditentukan oleh inovasi dan 35% networking. Kemampuan inovasi dan perluasan networking akan sulit dilakukan oleh Negara yang tidak memiliki kemampuan SDM yang berkualitas.

Selanjutnya, secara kasat mata kita dapat melihat banyak negara dengan sumberdaya alam yang tidak begitu melimpah tetapi mereka mampu menjadi sebuah bangsa atau negara yang maju, sebaliknya banyak negara dengan SDA yang melimpah tetapi negara tersebut miskin dan tidak memiliki peran yang berarti dalam percanturan global, terutama


(3)

2 dibidang ekonomi. Indonesia mungkin termasuk kedalam kelompok yang kedua ini. Indonesia memiliki SDA yang melimpah, tetapi ekonomi kita dikendalikan oleh kekuatan negara lain. Hal ini sekali lagi penyebabnya adalah karena kualitas SDM Indonesia yang masih rendah.

Rendahnya mutu SDM Indonesia antaralain ditunjukkan oleh angka Human development indeks (HDI) yang menempatkan posisi Indonesia pada level ke 108 dari 177 negara pada tahun 2006, posisi 111 dari 170 negara pada tahun 2007, posisi 111 dari 177 negara pada tahun 2009, dan 108 dari 169 negara (Sugiri Syarif, www.liputan6.com).

Kemudian hasil riset Ciputra menunjukan ketertinggalan SDM Indonesia di dalam sektor ekonomi yang ditunjukan oleh angka persentase penduduk Indonesi yang menjadi pengusaha yaitu baru 0,18% sedangkan syarat sebuah negara maju adalah minimal 2% penduduk menjadi pengusaha. Saat ini kita tertinggal jauh dengan Singapur yang sudah mempunyai pengusaha 7% dari total penduduknya, dan Amerika Serikat memiliki 5% pengusaha dari total penduduknya.

Tinggi rendahnya kualitas SDM ditentukan oleh tinggi rendahnya kualitas pendidikan. Banyak survey membuktikan bahwa kualitas pendidikan negara kita pada kenyataannya memang masih rendah. Hal ini antarlain ditunjukan hasil survey berikut ini.

Hasil survey World Competitiveness Year Book memaparkan daya saing pendidikan dari 55 negara yang disurvey, Indonesia berada pada urutan 53. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC),


(4)

3 kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga ditunjukkan dalam data Balitbang Depdiknas (2003) yang melaporkan dari 146.052 Sekolah Dasar (SD) di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

Laporan bank dunia menunjukan bahwa kemampuan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia pada peringkat terendah. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Sedangkan pada level Sekolah Menengah Pertama (SMP) hasil ujian internasional terhadap mata pelajaran


(5)

4 matematika dan fisika Indonesia berada pada urutan ke-34 dari 38 negara di bawah Thailand pada peringkat ke-33 dan Malasyia peringkat ke-33.

Demikian halnya dengan kualitas perguruan tinggi kita, hasil survey Time Higher Education Supplement (THES) 2006, perguruan tinggi kita berada pada urutan 250 yang diwakili oleh Universitas Indonesia (UI), sementara Malasyia berada pada peringkat 185. Sampai tahun 2007 hasil survey THES melaporkan bahwa perguruan tinggi kita di zona Asia Tenggaran saja masih belum mampu menyaingi perguruan tinggi yang ada di Singapur dan Thailand.

Memaknai realitas di atas dari perspektif pendidikan, ternyata kontribusi SDM sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia adalah pelaku inovasi, perancang teknologi, pengolah SDA, dan perancang sistem ekonomi. Dengan demikian SDM merupakan titik sentral bagi kemajuan suatu bangsa. Menyadari tentang pentingnya SDM, pendidikan diyakini oleh banyak negara di dunia sebagai faktor yang menentukan mutu SDM. Hal ini dibuktikan pula secara empiris, bahwa negara-negara maju di dunia saat ini, merintis kemajuannya dengan terlebih dahulu membangun sistem pendidikannya. Sebaliknya apa yang terjadi dengan negara kita ‘Indonesia’, sejak Indonesia merdeka pembangunan sistem pendidikan dijadikan sebagai salahsatu penopang dari pembangunan bidang lain dalam sistem pembangunan negara kita. Di zaman orde lama, pembangungan politik dan nasionalisme menjadi orientasi utama, pembangunan pendidikan dijadikan sarana untuk


(6)

5 mencapai tujuan pembangunan politik dan nasionalisme. Di zaman orde baru, pembangunan di bidang ekonomi dijadikan panglima, sedangkan pendidikan menjadi penopang untuk keberhasilan pembangunan ekonomi dan stabilitas politik. Pembangunan pendidikan ditujukan untuk menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan terutama untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di bidang industri. Kita memang boleh bangga dengan pertumbuhan ekonomi kita di zaman orde baru, sehingga Indonesia disebut-sebut sebagai macan baru yang akan lahir di Asia. Tetapi apa yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, ekonomi negara mulai dilanda krisis yang semakin lama semakin parah, sehingga mencapai puncaknya pada tahun 1997. Pembangunan ekonomi yang kita banggakan keberhasilannya, ternyata tidak mampu menahan badai krisis ekonomi global, sehingga Indonesia terkena dampak yang paling parah, dan paling sulit untuk bangkit, bahkan dibandingkan dengan sesama negara Asia Tenggara.

Krisis ekonomi kemudian berdampak kepada krisis politik dan krisis kepercayaan, yang memuncak dengan terjatuhnya kepemimpinan nasional orde baru. Peristiwa politik ini, bagi rakyat Indonesia bukan sekedar keinginan untuk menggantikan kepemimpinan nasional, tetapi jauh dari itu yang terpenting adalah bagaimana menjadikan moment ini sebagai titik kulminasi untuk melakukan reformasi total diberbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menuju masyarakat Indonesia yang lebih maju dan bermartabat.


(7)

6 Dalam perspektif pendidikan, perjalanan reformasi menjadi suatu perenungan untuk mengkaji kembali sistem pendidikan nasional yang telah gagal membangun masyarakat Indonesia yang tangguh dan tahan uji terhadap berbagai dampak global yang tidak menguntungkan. Hasil perenungan tersebut telah membawa kepada kesadan untuk menjadikan momentum reformasi sebagai tekad untuk memperbaiki sistem pendidikan semangat reformasi yang bisa dijadikan landasarn untuk memerbaiki pendidikan di Indonesia. Keempat mpmentum tersebut adalah :

Pertama, momentum amandemen UUD 45, khususnya pasal 56 yang mewajibkan pemerintah menyediakan anggaran pendidikan serendah-rendahnya 20% dari APBN di luar gaji guru dan tenaga kependidikan.

Kedua, momentum paket udang-undang otonomi daerah, yaitu : 1. UU nomor 22 tahun 1999 yang telah dirubah dengan UU nomor 32

tahun 2004, kemudian terakhir menjadi UU nomor 12 tahun 2008 ; 2. UU nomor 25 tahun 1999 yang telah dirubah dengan UU nomor 33

tahun 2004, kemudian dengan UU tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Kedua Undang-Undang tersebut berimplikasi pada perubahan penyelenggaraan pendidikan, yang salahsatunya adalah berkurangnya peran pemerintah pusat dalam pengelolaan pendidikan.


(8)

7 Adapun momentum yang dapat digunakan dengan UU nomor 29 tahun 1999, UU nomor 32 tahun 2004, dan UU nomor 12 tahun 2008 adalah sbb :

a. Daerah memiliki kewenangan luas untuk mendesain dan menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan potensi, kebutuhan, kemampuan, dan skala prioritas pengembangan SDM untuk mendulang pembangunan sektor lainnya, misalnya untuk menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya alam.

b. Menghilangkan ketergantungan yang berelebihan kepada pusat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan pendidikan

c. Melakukan restrukturisasi lembaga kependidikan

d. Mereposisi personil pendidikan, yaitu dalam hal pengangkatan guru dan tenaga kependidikan, dan mengembangkan personil pendidikan e. Pemberdayaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),

peningkatan peran DPRD dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah

f. Peningkatan manajemen pelayanan, dari top-down ke bottom-up, dan mendekatkan birokrasi pendidikan ke masyarakat

g. Meningkatkan akuntabilitas, karena penyelenggaraan pendidikan di era otonomi daerah menghendaki dilaksanakannya prinsif-pinsif : demokratisasi, transparansi, dan partisipasi.

h. Meningkatkan diskresi pemerintah daerah secara keseluruhan dalam penyelenggaraan pendidikan


(9)

8 i. Berkurangnya intervensi pemerintah pusat dalam penentuan program pendidikan dan meningkatkan penyaluran aspirasi daerah dalam pembangunan pendidikan di daerah.

Sedangkan momentum UU nomor 25 tahun 1999 dan UU nomor 33 tahun 2004 adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan keleluasaan daerah dalam memanfaatkan dana alokasi umum (DAU) untuk penyelenggaraan pendidikan

b. Beralihnya prioritas pembangunan pendidikan dari sentral ke regional c. Meningkatnya devisa bagi daerah penghasil devisa berarti peluang

untuk menaikan anggaran pendidikan

d. Adanya kepastian besarnya alokasi dana dengan sistem DAU yang didasarkan atas potensi dan kebutuhan daerah

e. Daerah dapat meningkatkan pendapatannya dari sumber daya alam nasional yang ada di daerahnya, seperti : pelabuhan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, dsb.

f. Dapat meningkatkan akuntabilitas karena pengawasan masyarakat yang lebih kuat di tingkat lokal

g. Memberi diskresi pada daerah untuk lebih rasional dalam pemanfaatan sumber penerimaan daerah. Daerah akan lebih bertanggungjawab atas pemanfaatan dana dan mengurangi ketergantungan terhadap arahan dan petunjuk dari pusat. Hal ini merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemandirian pemerintah daerah dalam pembiayaan otonominya.


(10)

9 Ketiga, momentum Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) nomor 20 tahun 2003 yang salahsatu point pentingnya adalah memberikan legalitas bagi terjadinya partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pendidikan.

Keempat, sebagai tindaklanjut undang-undang tersebut di atas, dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 25 tahun 2000 yang telah disempurnakan dengan PP nomor 48 tahun 2007. Dengan diberlakukannya PP tersebut semakin mempertegas kewenangan daerah untuk berekpresi dan berkreasi guna meningkatkan pendidikan di daerahnya.

Namun demikian, hasrat untuk memperbaiki akses pendidikan yang berkualitas tidak cukup dengan bermodalkan momentum regulasi saja. Bertambah luasnya kewenangan daerah dibidang pendidikan, yang secara fungsional menjadi tugas Dinas Pendidikan tidak akan berjalan efektif tanpa ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) Pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu salahsatu faktor penting dari reformasi pendidikan adalah memperbaiki kinerja SDM pendidikan. SDM memegang peranan penting di berbagai level penyelenggaraan pendidikan, mulai dari tingkat sekolah, sampai kepada level birokrasi di atasnya (Dinas Pendidikan). Keterbatasan kualitas SDM pendidikan di daerah dikhawatirkan oleh banyak pihak, akan menjadi kendala peningkatan kualitas pendidikan. Walaupun hal ini mungkin tidak terlalu jadi masalah bagi daerah-daerah tertentu, tetapi gejala umum menunjukan SDM daerah


(11)

10 belum siap dengan otonomi daerah. Otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan tidak sekedar mengalihkan sebagian kewenangan pemerintah kepada pemerintah daerah, tanpa disertai penyerahan kemampuan, pewarisan pengalaman, dan dukungan asistensi dan fasilitasi yang memadai justru akan menambah beban masalah pendidikan di daerah. Otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan yang lahir karena kuatnya dorongan politik semata menyebabkan banyak daerah belum siap melaksanakannya. Kesiapan SDM di daerah belum dipersiapkan secara matang, akibatnya kinerja SDM pendidikan di daerah belum mampu melaksanakan peran-peran baru yang selaras dengan tuntutan otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Hal yang sama juga terjadi di tingkat sekolah, dimana otonomi pendidikan yang sesungguhnya harus terjadi. Tetapi para kepala sekolah dan guru di sekolah belum siap melaksanakan otonomi sekolah. Saat ini sistem masih memposisikan sekolah sebagai sub ordinasi dari birokrasi di atasnya, yaitu dinas pendidikan, dan pemerintah daerah. Sekolah baik negeri maupun swasta masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada dinas pendidikan terutama disebabkan sebagian besar pendanaan pendidikan di sekolah masih bersumber dari dinas pendidikan. Kebijakan pemerintah di era otonomi daerah telah membatasi upaya-uaya kreatif sekolah untuk menggali sumber-sumber pembiyaaan pendidikan dari masyarakat. Selain itu kemampuan kepala sekolah untuk meyakinkan program-program sekolah kepada stakeholder juga masih sangat lemah. Ketergantungan


(12)

11 sekolah terhadap dinas pendidikan pada sekolah-sekolah negeri lebih tidak bisa dihindari. Kepala sekolah dan sebagain besar guru di sekolah negeri adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat, dipromosikan, atau di mutasikan oleh dinas pendidikan. Terlebih kepala sekolah sebagai pemegang otoritas manajemen dan kepemimpinan di sekolah, direkrut, dinilai, dan dimutasikan oleh dinas pendidikan, karena itu budaya manut dinas di kalangan kepala sekolah negeri masih sangat tinggi. Karena itu prilaku birokratik kepala sekolah lebih menonjol dibandingkan dengan prilaku kepemimpinannya, karena kepala sekolah merasa sebagai bagian dari birokrasi pendidikan di atasnya. Karena itu upaya-upaya kreatifitas kepala sekolah akan senantiasa dikonsultasikan dengan dinas pendidikan sebagai pembuat kebijakan dan pemilik anggaran. Hal ini akan berdampak negatif manakala para pejabat dinas tidak memahami mutu pedidikan, sehingga program-program pendidikan yang sifatnya top-down tidak mengarah pada peningkatan mutu. Ada kekhawatiran dikalangan pemerhati pendidikan dalam era otonomi daerah sekarang ini, dimana rekrutment kepala sekolah dan pejabat pendidikan didasarkan pada loyalitas politik terhadap kepala daerah. Atau dengan kata lain kepala sekolah dan para pejabat pendidikan dijadikan alat untuk memenangkan kepentingan politik tertentu. Hal ini bisa saja mengabaikan faktor kompetensi kepala sekolah atau pejabat yang direkrut.

Otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, serta otonomi sekolah sudah berlangsung hampir mendekati sepuluh tahun sejak UU


(13)

12 otonomi daerah diberlakukan secara efektif sejak tahun 2001. Harapan maupun kehawatiran dampak otonomi terhadap kualitas pendidikan memang belum bisa dipastikan. Sampai saat ini belum ada penelitian yang serius mengenai dampak otonomi pendidikan terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Kondisi umum pendidikan nasional yang telah dijelaskan diatas, menginspirasi penulis untuk meneliti mutu pendidikan di kabupaten Sukabumi sebagai salahsatu kabupaten yang berkonstrubisi pada baik buruknya kuaitas pendidikan nasional. Berdasarkan opini yang berkembang kualitas pendidikan di kabupaten Sukabumi masih memprihatinkan. Hal ini paling tidak dapat diidentifikasi dari data yang paling umum dan mudah dipahami, yaitu : tingkat akreditasi sekolah, capaian rata-rata hasil ujian nasional (capaian UN), rangking rata-rata capaian UN pada tingkat Propinsi, perolehan prestasi siswa pada level provinsi dan nasional, tingginya angka mengulang kelas, dan tingginya angka siswa Dropt Out. Masing-masing ditampilkan dalam tabel 1.01 sampai dengan tabel 1.05, berikut ini.

Tabel 1.01

Status Akreditasi SMP Di Kabupaten Sukabumi Dari Tahun 2007 sd 2009

No. Negeri/Swasta Status Akreditasi Tahun

2007 2008 2009

1. SMP Negeri A 4 5 11

B 9 8 36

C 39 49 35

Belum Terakrediatasi 22 20 13

Sub jumlah negeri 74 82 95


(14)

13

No. Negeri/Swasta Status Akreditasi Tahun

2007 2008 2009

B 22 31 37

C 7 5 23

Belum Terakrediatasi 45 43 43

Sub jumlah swasta 78 85 110

Jumlah Negeri + Swasta 152 167 205

Tabel 1.02

Capaian Hasil Ujian Nasional Dari Tahun 2006/2007 sd 2009/2010

No Hasil Ujian Nasional Tahun

2007/2008 2008/2009 2009/2010

1. Tertinggi 35,78 33,12 34,52

2. Rata-Rata 24,68 22,31 29,78

3. Terendah 23,15 24,11 25,05

4. % siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata propinsi.

37,2% 28,64% 44,16%

5. Ranking rata-rata

kabupaten untuk tingkat Propinsi dari 26 Kokab

22 20 19

6. % Kelulusan 97,66% 98,72% 99,45%

Sumber : Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabuapten Sukabumi tahun 2009 dan LAKIP tahun 2009

Tabel 1.03

Perolehan Penghargaan Prestasi Siswa

Tahun Tingkat Propinsi Tingkat Nasional Siswa Berprestasi tingkat - Juara III tahun 2007

tingkat SD -

Prestasi Siswa di bidang Olahraga -

Prestasi Siswa di bidang Seni - Juara seni tari Sunda tahun 2008


(15)

14 Tahun Tingkat Propinsi Tingkat Nasional

Prestasi Siswa di bidang Mata Pelajaran

- Juara III lomba mata pelajaran tingkat SD tahun 2009

- Masuk 10 besar lomba mata

pelajaran SMA tahun 2007

-

Prestasi Siswa di bidang Karya

Ilmiah Remaja - -

Sumber : LAKIP Dinas Pendidikan Tahun 2009 Tabel 1.04 Angka Mengulang Kelas

Tahun Pelajaran SD SMP SMA SMK 2006/2007 2,2-% 0,64% 0,-5% 0,09% 2007/2008 1,62% 0,--% 0,10% 0,14% 2009/2010 1,-5% 0,08% 1,02% 1,00% Sumber : LAKIP Dinas Pendidikan Tahun 2009

Tabel 1.05 Angka Dropt Out

Tahun Pelajaran SD SMP SMA SMK 2006/2007 0,27 -,70 1,16 1,-5 2007/2008 0,14 2,47 1,62 0,98 2009/2010 0,11 1,57 1,51 0,87 Sumber : LAKIP Dinas Pendidikan Tahun 2009

Dengan memperhatikan data diatas nampak jelas kondisi mutu pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah yang paling rendah dibandingkan dengan tingkat Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).


(16)

15 Bahkan pada tingkat SMP dalam tiga tahun terakhir tidak pernah satupun menerima award sebagai penghargaan atas suatu prestasi tertentu.

Dengan memperhatikan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap rendahnya mutu SMP di kabupaten Sukabumi, khususnya mutu lulusan sebagai indicator yang lajim digunakan untuk mengukur mutu pendidikan saat ini.

B. IdentifikasiMasalah

Kinerja merupakan konstruk multidimensional yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Kinerja individu dipengaruhi oleh faktor individu secara psikologis maupun fisikologis. Kinerja juga dipengaruhi secara sosiologis yaitu lingkungan baik internal organisasi, maupun eksternal dimana organisasi berada. Apa yang dipersepsi oleh individu terhadap lingkungannya akan mempengaruhi prilaku kerjanya. Persepsi dibangun oleh pengetahuan dan pengalaman individu dalam menapsirkan kejadian-kejadian pada lingkungan yang menstimulus dirinya. Hal ini dikarenakan perilaku seseorang lebih banyak didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realitas itu, dan bukannya mengenai realitas itu sendiri (Robbins 1986 : 410).

Berdasarkan uraian tersebut, maka kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan akan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari faktor internal kepala sekolah sendiri maupun faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi dapat berasal dari


(17)

16 lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Dengan demikian, banyak masalah yang menyebabkan rendahnya kinerja kepala sekolah yang bisa diteliti, diantaranya dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Faktor-faktor internal kepala sekolah, misalnya motivasi yang rendah, persepsi yang kurang baik pada tugas, persepsi yang tidak baik pada lingkungan kerja, kompetensi yang kurang memadai, dan sebagainya; 2. Dukungan sumberdaya yang kurang memadai, seperti data yang terdapat pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (Lakip) Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi tahun 2009, sebagai berikut :

- Dari 23.439 orang guru yang ada di kabupaten Sukabumi masih lebih dari setengahnya memiliki pendidikan di bawah standar yang dipersyaratkan, yaitu : 4.371 berpendidikan SLTA, 398 D1, 8.275 D2, 831 D3, dan hanya 1.780 D4, 9.441 S1, dan 343 S2/S3 ;

- Sedangkan khusus pada level Sekolah Menengah Pertama dari 3.445 guru yang ada baru 133 orang yang lulus sertifiasi.

- Dukungan keuangan dinas di luar gaji pegawai yang langsung dialokasikan pada kegiatan akademik dalam tiga tahun terakhir hanya bergerak antara angka 20% sampai dengan 30%, sebagian dana pendidikan teralokasikan pada program-program penambahan daya tampung dan layanan administratif ;

- Masih banyaknya sekolah yang melaksanakan double ship disebabkan ketersediaan ruang kelas yang tidak seimbang dengan


(18)

17 jumlah rombongan belajar yang ada, yaitu dari 3.766 rombongan belajar hanya terwadahi 1.120 ruang kelas, dan dari jumlah tersebut 379 ruang kelas dalam keadaan rusak.

C. BatasanBMasalahB B

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian mengenai kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan merupakan lapangan yang sangat luas dan menarik. Oleh karena itu dibutuhkan biaya dan kesempatan serta sumber daya manusia yang memadai. Mengingat berbagai keterbatasan yang ada, seperti biaya, waktu, dan kemampuan peneliti yang masih dalam tahap pemula, penelitian ini di batasi kedalam empat variabel pokok yang diasumsikan akan berpengaruh besar pada kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu, dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, setidaknya dalam lingkup dinas pendidikan Kabupaten Sukabumi. Keempat variable tersebut adalah : 1. Kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan sebagai

variabel yang dipengaruhi (dependend variable) dan diberi simbol Y, yang terdiri dari dua sub variable, yaitu :

a. Variable capaian hasil rata-rata ujian nasional dan diberi simbol y1 ; b. Variable capaian persentasi siswa melanjutkan yang diterima di


(19)

18 2. Persepsi kepala sekolah pada tugasnya, merupakan variabel bebas (independent variable), dan diberi simbol X1, yang akan terdiri dari sub-sub-sub variable ;

a. Persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (x1.1) ;

b. Persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (x1.2) ; c. Persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (x1.3) ; d. Persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor (x1.4) ; 3. Persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial dinas

pendidikan (disdik) sebagai variabel bebas (independent variable), dan diberi simbol X2, yang akan terdiri dari :

a. Persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning dan diberi simbol x2.1 ;

b. Persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing dan diberi simbol x2.2 ;

c. Persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading dan diberi simbol x2.3 ;

d. Persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling dan diberi simbol x2.4 ;

4. Persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah sebagai variabel bebas (independent variable), dan diberi simbol X3 ; a. Persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas


(20)

19 b. Persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi performing leadership dan diberi simbol x3.2 ; Kemudian dari keempat variable tersebut akan dianalisis sub-sub variable independen mana saja yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap variable dan sub variable dependennya. Selanjutnya dari besarnya kecilnya pengaruh sub variable tersebut akan menentukan intervensi manajemen dinas dan pengawas untuk meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu.

Batasan variabel penelitian pada keempat variabel dan sub variable-nya tersebut didasarkan pada alasan bahwa variabel kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan merupakan fokus dari penelitian. Sedangkan pemilihan ketiga variabel idenpenden yang berdasarkan kepada persepsi didasari oleh keyakinan bahwa persepsi merupakan faktor yang berpengaruh kuat pada kinerja. Hal ini dikarenakan perilaku seseorang lebih banyak didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realitas itu, bukan mengenai realitas itu sendiri (Robbins 1986 : 410). Sehingga dunia yang dipersepsikan adalah dunia yang penting dari segi perilaku. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berprilaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula (Polak, 1976).


(21)

20 Persepsi kepala sekolah pada tugasnya dapat digunakan untuk meramalkan pengetahuan dan pengalaman kepala sekolah terhadap tugasnya. Hal ini karena menurut Asngari (1984, 12-13) pada proses penafsiran stimulus, pengalaman masa silam atau terdahulu memegang peranan yang penting. Persepsi seseorang ditentukan dua faktor utama, yaitu : pengalaman masa lalu dan faktor pribadi (Krech, dkk dalam Sri Tjahjorini, 2001 : 19).

Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk kedalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209).

Persepsi menyangkut penerimaan stimulus (input), pengorganisasian stimulus dan penterjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi prilaku orang lain sesuai keadaannya sendiri (Gibson, 1986 : 54)

Kemudian persepsi kepala sekolah pada peran dan fungsi manajerial disdik, serta peran dan fungsi pengawas sekolah berperan sebagai stimulus yang bisa memberikan stimulan pada persepsi kepala sekolah pada tugasnya.

D. RumusanMasalah

Berdasarkan penjelasan pada batasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh


(22)

21 positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial

Disdik (X2), serta persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi

pengawas sekolah (X3), baik sendiri-sendiri maupun secara

bersama-sama terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ?

Rumusan tersebut dapat dijelaskan lebih detail sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi

kepala sekolah pada tugasnya (X1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? :

a. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ; b. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentasi siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan swasta favorit (y1) ? ;

c. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? ;

d. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta


(23)

22 komunitas pembelajaran profesional (X1.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

e. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentasi jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasta favorit (y2) ? ;

f. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? ;

g. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

h. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentasi jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasta favorit (y2) ? ;

i. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3)


(24)

23 terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? ;

j. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

k. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentasi jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasta favorit (y2) ? ;

l. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor (X1.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? ;

m. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor (X1.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

n. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor (X1.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentasi jumlah


(25)

24 siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasta favorit (y2) ? ;

2. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? :

a. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? ;

b. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

c. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ? ;

d. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? ;


(26)

25 e. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

f. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ? ;

g. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? ;

h. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

i. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ? ;


(27)

26 j. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? ;

k. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

l. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ? ; 3. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi

kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? :

a. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

b. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas


(28)

27 sekolah (X3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ? ;

c. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi supervising (X3.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? ;

d. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi supervising (X3.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

e. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi supervising (X3.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ? ; f. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi performing leadership (X3.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? ;

g. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas


(29)

28 sekolah dalam fungsi performing leadership (X3.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ? ;

h. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi performing leadership (X3.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ? ;

4. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap keapala sekolah pada tugasnya (X1), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial dinas pendidikan (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama dengan kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ? :

a. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap keapala sekolah pada tugasnya (X1), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial dinas pendidikan (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama dengan kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ?

i. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap keapala sekolah pada tugasnya (X1), persepsi kepala sekolah


(30)

29 tentang peran dan fungsi manajerial dinas pendidikan (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama dengan kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ? ; 5. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi

kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1) ? :

a. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ? ;

b. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ? ;

c. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ? ;

d. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2),


(31)

30 terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor(X1.4) ? ;

e. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ? ;

f. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ? ;

g. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ? ;

h. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor(X1.4) ? ;

i. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2), terhadap persepsi kepala sekolah pada


(32)

31 tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ? ;

j. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ? ;

k. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ? ;

l. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor(X1.4) ? ;

m. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ? ;

n. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ? ;


(33)

32 o. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ? ;

p. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor(X1.4) ? ;

q. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ? ;

r. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ? ;

s. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ? ;

t. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam


(34)

33 fungsi controlling (X2.4), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor(X1.4) ? ;

6. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1) ? :

a. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajar profesional (X1.1) ? ;

b. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ? ;

c. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ? ;

d. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor (X1.4) ? ;

7. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2),


(35)

34 persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1) ? :

a. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ? ;

b. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ? ;

c. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ? ;

d. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas


(36)

35 sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya supervisor (X1.4) ?

Kemudian pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1), persepsi kepala sekolah pada peran dan fungsi manajerial disdik (X2), serta persepsi kepala sekolah pada peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu akan dikontrol menggunakan beberapa variabel kontrol. Variable kontrol tersebut terdiri dari : pendidikan kepala sekolah, usia kepala sekolah, jarak tempat tinggal kepala sekolah ke sekolah, jenjang akreditasi sekolah, serta status sekolah negeri dan swasta.

E. TujuandanBKegunaanBPenelitian

Tujuan Penelitian secara umum adalah ingin merumuskan upaya-upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan dengan cara menggali persepsi kepala sekolah terhadap ketiga variabel tersebut (X1, X2, dan X3) dan mengkorelasikanya dengan capaian indikator mutu lulusan (Y). Berdasarkan koefisien korelasinya dapat diidentifikasi indikator-indikator yang berkontribusi tinggi pada capaian indikator mutu lulusan, sehingga dapat dirumuskan apa yang yang harus dilakukan oleh manajemen dan pengawas dalam melaksanakan peran dan fungsinya untuk meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan. Pengaruh


(37)

36 variabel akan diukur berdasarkan analisis regresi, sehingga tujuan penelitian dapat dijelaskan menjadi lebih khusus sebagai berikut :

1. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) :

a. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

b. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentasi siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan swasta favorit (y2) ;

c. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ;

d. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

e. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian


(38)

37 persentasi jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasta favorit (y2) ;

f. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ;

g. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

h. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentasi jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasta favorit (y2) ;

i. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ;

j. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

k. Ingin mengukur seberapa kuat persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentasi jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasta favorit (y2) ;


(39)

38 l. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh antara persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor (X1.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ;

m. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor (X1.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

n. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor (X1.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentasi jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasta favorit (y2) ;

2. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) :

a. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ;

b. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

c. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning


(40)

39 (X2.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ;

d. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ;

e. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

f. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ;

g. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ;

h. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading


(41)

40 (X2.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

i. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ;

j. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ;

k. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

l. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ;

3. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) :


(42)

41 a. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

j. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ;

k. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi supervising (X3.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ;

l. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi supervising (X3.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ; m. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi supervising (X3.1) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ;


(43)

42 n. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi performing leadership (X3.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) ;

o. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi performing leadership (X3.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

p. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah dalam fungsi performing leadership (X3.2) terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ;

4. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi keapala sekolah pada tugasnya (X1), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial dinas pendidikan (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu lulusan (Y) :

a. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi keapala sekolah pada tugasnya (X1), persepsi kepala sekolah tentang peran dan


(44)

43 fungsi manajerial dinas pendidikan (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama dengan kinerja kepala sekolah dalam capaian hasil rata-rata ujian nasional (y1) ;

b. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial dinas pendidikan (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap kinerja kepala sekolah dalam capaian persentase jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri dan sekolah swasata favorit (y2) ;

5. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1) :

a. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ;

b. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ;


(45)

44 c. Ingin mengukur seberapa kuat persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ;

d. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor(X1.4) ;

e. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ;

f. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ;

g. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ;

h. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi planning (X2.1), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor(X1.4) ;


(46)

45 i. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ;

j. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ;

k. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ;

l. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi staffing (X2.2), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor(X1.4) ;

m. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ;

n. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading


(47)

46 (X2.3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ;

u. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ;

o. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi leading (X2.3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor(X1.4) ;

p. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ;

q. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ;

r. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ;


(48)

47 s. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik dalam fungsi controlling (X2.4), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor(X1.4) ;

6. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1) :

a. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajar profesional (X1.1)

e. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) f. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah

tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) g. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah

tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai supervisor (X1.4) ; 7. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah


(49)

48 sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1): a. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh a persepsi kepala

sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai pencipta komunitas pembelajaran profesional (X1.1) ;

b. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai leader (X1.2) ;

o. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya sebagai manajer (X1.3) ;

p. Ingin mengukur seberapa kuat pengaruh persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi manajerial disdik (X2), persepsi kepala sekolah tentang peran dan fungsi pengawas sekolah (X3), secara bersama-sama terhadap persepsi kepala sekolah pada tugasnya supervisor (X1.4).


(50)

49 Dengan tercapainya tujuan tersebut penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan di bidang administrasi pendidikan, dan menyediakan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam memberikan input bagi keputusan-keputusan manajemen guna meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu, khususnya pada level SMP di Kabupaten Sukabumi.


(51)

182

B A B III

METODE PENELITIAN

A. Pentingnya Metodologi Penelitian

Sebelum memilih dan menentukan metode yang tepat untuk penelitian yang akan dilakukan, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu pentingnya metodologi dalam penelitian. Penelitian harus menggunakan metode ilmiah agar diperolah hasil penelitian yang ilmiah (Husen Umar, 2003 : 45). Setiap melakukan penelitian, maka terlebih dahulu harus ditentukan metode yang akan dipilih untuk digunakan sehingga tujuan penelitian yang diiinginkan bisa tercapai. Sudah barang tentu metode yang dipilih harus berhubungan erat dengan prosedur, alat dan desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian akan memberikan gambaran yang jelas dan terarah kepada peneliti sehingga dapat dijadikan sebagai acuan, terutama dalam pengumpulan dan analisis data (Nasir, 2003 : 51 ; Azis, 2003 : 37). Metode Penelitian (terkadang disebut “Metodologi”) merupakan cara seseorang mengumpulkan dan menganalisis data. Metode ini telah dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan prosedur yang sah dan terpercaya (McMilan & (Schumaker, 1991 : 58).

Berdasarkan alasan tersebut maka Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif dan teknik multi analisis.


(52)

183 Teknik multi analisis meliputi analisis deskriptif, analisis regeresi dan korelasi, serta analisis berdasarkan data skunder.

Survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewancarai sejumlah kecil dari populasi (Nasution, 2003 : 25). Karakteristik Survey dalam penelitian ini adalah : 1) informasi/data dikumpulkan dari sekelompok responden untuk mendeskripsikan beberapa aspek, 2) informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (questioner), serta informasi diperoleh dari sampel bukan dari populasi (Sukmadinata, 2005).

Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan statistik sebagai alat ukur. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil scorring data, yang terdiri dari rata-rata (mean), rentang (range), standar deviasi (standard error), dan persen (percent). Statistik korelasional adalah statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif yang terdiri dari korelasi Pearson Product Moment, korelasi ganda (Multiple Correlation), dan korelasi parsial (Partial Correlation). Dalam penelitian akan digunakan model korelasi Pearson Product Moment sederhana dan multi korelasi.

Pearson Product Moment adalah teknik korelasi untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih sama. Korelasi Ganda (Multiple Correlation) merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara


(53)

184 dua variabel atau lebih secara bersama berhubungan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2006 : 212).

Dengan memanfaatkan program aplikasi komputer bernama SPSS-18, uji korelasi dapat dihasilkan sekaligus dalam analisis regresi. Output yang dihasilkan analisis regresi yang diperlukan dapat dipilih berupa correlatin, regression, summaury, annova, dan coeficient. Dengan demikian urutan langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam proses manual tidak diperlukan lagi. Kemudian untuk menguji apakah kedua variabel yang berhubungan secara signifikan dapat diuji dengan melihat nilai signifikansi yang ditampilkan. Uji signifikansi yang digunakan adalah, jika nilai sig. < 0,05 maka hubungan atau pengaruh variable adalah signifikan. Namun sebelum dilakukan analisis regresi, karena data harus dalam bentuk interval, maka akan dilakukan proses transformasi data. Proses transformasi data akan menggunakan program aplikasi ”ordi” yang merupakan program ad-ins didalam program MS-Excel.

Berdasarkan hasil uji regresi akan dihasilkan nilai-nilai yang dibutuhkan berupa koefisien korelasi Γ, koefisien determinasi Γ2, koefisien regresi, dan konstanta. Nilai-nilai yang didapat selanjutnya digunakan untuk meramalkan perubahan yang terjadi pada variable dependen ketika variable independen dinaikan, yaitu dengan menggunakna persamaan y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3. Selanjutnya analisis terhadap data skunder terutama untuk mendapatkan indikator capaian mutu (Y) yang terdiri dari


(54)

185 nilai rata-rata hasil ujian nasional, dan capaian persentasi jumlah siswa melanjutkan yang diterima di sekolah negeri atau sekolah swasta favorit.

B. Prosedur Penelitian

Berdasarkan metode dan pendekatan penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan seperti seperti berikut ini.

1. Studi Pendahuluan

Studi ini merupakan penjajagan sebelum tahap penelitian selanjutnya. Dalam studi pendahuluan ini penulis ingin mempelajari kemungkinan-kemungkinan penelitian dengan cara melakukan diskusi terbatas dan terfokus beberapa orang kepala sekolah, beberapa orang pejabat dinas, dan beberapa orang pengawas Sekolah Menengah Pertama. Hal ini penulis pandang penting sebab kelancaran penelitian selanjutnya akan sangat terpengaruh oleh sikap dan keseungguhan mereka dalam merespon penelitian yang akan dilakukan.. Peranan staf juga akan sangat berarti karena ditangan mereka biasaya terdapat dokumen-dokumen yang diperlukan dalam mencari data skunder untuk mendukung hasil penelitian.

2. Desain dan Uji Coba Instrumen

Berdasarkan kerangka teoritis dan definisi operasional variabel-variabel penelitian kemudian disusun angket atau pertanyaan (questionare) sebagai instrumen penelitian. Sesuai variabel penelitian


(55)

186 questioner dikelompokan kedalam empat kelompok,questioner, yaitu : 1) kelompok questioner kinerja kepala sekolah dalam capaian indikator mutu, 2) kelompok questioner peran dan fungsi manajerail dinas pendidikan, dan 3) kelompok questioner peran dan fungsi pengawas sekolah.

Questioner yang telah disusun selanjutnya diuji validitas dan realibilitasnya. Uji validitas dan realibitas ini dilakukan dengan melakukan penyebaran questioner kepada 20 orang kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang diambil dari populasi sebagaimana disarankan Sugiyono (2006 : 272). Keduapuluh orang tersebut diambil secara proporsional berdasarkan kelompok akreditasi, yaitu SMP akreditasi A, SMP akreditasi B, SMP akreditasi C, dan SMP yang belum terakreditasi. Kemudian masing-masing jenjang akreditasi SMP juga diambil berdasarkan kelompo SMP swasta dan SMP negeri yang diambil secara proporsional.

a. Desain/Model Instrumen

Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang terpenting dan strategis kedudukannya didalam keseluruhan kegiatan penelitian (Arikunto, 1995 : 177). Hal ini dapat dipahami karena instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data untuk menjawab hipotesis penelitian. Karena itu akurasi dan relevansi data yang diperlukan akan tergantung kepada kemampuan peneliti mendesain atau memilih instrumen.

Dalam penelitian ini peneliti akan mendesain sendiri instrumen penelitian berdasarkan karakteristik variabel dengan cara meminimalisir


(56)

187 terjadinya bias jawaban responden terhadap maksud yang diinginkan dalam penelitian. Pengukuran yang lajim digunakan dalam penelitian sosial adalah pengukuran menggunakan skala sikap. Riduwan (2002 : 12) menyebutkan lima macam skala sikap yang lajim digunakan yaitu : skala Likert, skala Guttman, skala diferensial semantik, ratting scale, dan skala Thurstone. Dengan mempertimbangkan variabel yang diteliti peneliti memilih skala likert untuk membuat pilihan jawaban kepada responden.

Skala ini menilai sikap atau tingkahlaku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respon dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Sukardi, 2008 : 146). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala likert dengan lima pilihan jawaban. Kelima pilihan tersebut adalah: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS) digunakan untuk instrumen penelitian variabel persepsi kepala sekolah pada tugasnya (X1), persepsi kepala sekolah pada peran dan fungsi manajerial dinas pendidikan (X2), serta persepsi kepala sekolah pada peran dan fungsi pengawas sekolah (X3).

b. Metode Uji Validitas

Instrumen perlu diuji validitasnya, sebab validitas instrumen akan menentukan keabsahan (validitas) hasil penelitian. Instrumen penelitian adalah alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur variabel yang akan


(57)

188 diteliti agar hasilnya (ukurannya) sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan.

Nasution (2003 : 74) mengatakan bahwa suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu. Meter itu valid dipakai mengukur jarak karena memang meter alat pengukur jarak, tidak valid kalau digunakan untuk mengukur berat. Angket/Questioner dalam penelitian ini adalah alat ukur untuk mengukur hubungan antara variabel dependen dan variabel independen, akan valid jika memang questioner itu tepat digunakan untuk mengukur hubungan-hubungan variabel tersebut. Karena itu sebelum digunakan dalam penelitian yang sebenarnya questioner terlebih dahulu diujicoba untuk mengukur apakah questioner itu valid atau tidak. Uji validitas dilakukan terhadap isi, konstruk, dan uji validitas eksternal atau disebut juga uji validitas prediktif (Sugiyono, 2006 : 272 ; Nasution, 2003 : 74)

Yang dimaksud dengan validitas isi adalah bahwa isi atau bahan yang diuji harus relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran, pengalaman atau latarbelakang orang yang diuji. Instrumen isinya tidak valid ibaratnya siswa menghapal yang tidak keluar dalam ujian, sehingga nilai ujiannya rendah.

Uji validitas sudah dimulai sejak menentukan dimensi-dimensi dan indikator variabel yang akan diukur dengan merujuk kepada pendapat para pakar dan berkonsultasi dengan pembimbing. Selanjutnya dimensi-dimensi variabel beserta indikator-indikator yang sudah tersusun


(1)

Nanus, B. (2001). Kepemimpinan Visioner, Menciptakan Kesadaran Akan Arah Dan Tujuan Di Dalam Organisasi. Alih bahasa oleh Frederick Ruma. 2001. Jakarta : PT. Prehallindo.

Nasution, M.N. (2004). Manajemen Jasa Terpadu. Bogor : Ghalia Indonesia.

Nasution .( 2006). Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakrta : PT. Ghalia.

Nawawi (1995). Administrasi Pendidikan. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.

Nickel W., McHugh & McHugh (1993),Understanding Business, Irwin, London

Notoatmojo. (1991). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta.

Oliva, Peter F. (1984). Supervision For Today’s School. http://www.scribd.com

Otengg.(1983). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek dan Profesional. Bandung : Angkasa.

Prawirosentono, S. (1999). Kebijaksanaan Kinerja Karyawan. Yogyakarta : BPFE.

______________. (2001). Filosofi Baru Manajemen Mutu Terpadu, Quality Management Abad 21. Jakarta : PT. Bina Aksara.

Peter M. Senge (1990). The Fifth Discipline : The Art and Practice of the Learning Organization. New York: Doubleday Currency. Tersedia di http://www.infed.org.

Pidarta, Made. (1986). Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Sarana Press.

Polak, Mayor. (1976). Sosiologi : Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.

Porter, Michael.(1992). Competitive Strategy. New York : Thw Free Press. Purwanto, Ngalim. (1998). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta


(2)

Redding, John C, Catalanello, Ralf (1994). Strategic readiness : the making of the learning organization (2nd. ed.) : Jossey-Bass

Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta

Rifa’i, M. (1992). Administrasi Pendidikan. Bandung : Jemmars

Robbins, Steven P. (2003). Prilaku Organisasi.” terjemahan oleh Tim Indeks, 2003. Jakarta : PT.Indeks Kelompok Gramedia.

Robbins dan Judge. (2007). Perilaku Organisasi, terjemahan oleh tim Salemba Empat, Jakarta : Salemba Empat

Robert L. Katz. (1993). Skills of an Effective Administrator. Harvard Business School Press.)

Robert Kaestner, Alec Gershberg, Robert J. Milano. (2001). Graduate School of Management & Urban Policy. http://www.newschool.edu Rukky, A. (2001). Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta : Gramedia, Timpe. 1993. Kinerja. Jurnal.

Rukmani, (2010). Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Efektivitas Organisasi, Europen Journal of social science. 15(3).

Sahertian & Mataheru. (1982). Prinsif Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Sallis & Edward. (1993). Total Quality Management in Education. London : Kogan Page Limitted

Sanders, Donald H. (1993). Computers Today USA : . Mc Graw Hill

Sandra Kerka. (1995). Organisasi Pembelajaran: Mitos Dan Realitas.' Eric Clearinghouse,http://www.cete.org/acve/docgen.asp?tbl=archive&ID= A028 .

Sharplin.(1995). Strategic Management. San Prancisco : Jossey-Bass. Schermerhorn. (2002). Management, 7 th ed. New York : John Wiley &

Sons Inc.

Scherkenbach, Wiliam W., Deming’s. (1991). Road to Improvement, SPC Press, Inc., Knoxville, Tennessee

Schuler Randal, R.(1987). Personnel Human Resources Management. New York : West Publishing Company.


(3)

Sedarmayanti. (2001). Manajemen SUmber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung : CV. Mandar Maju.

Senge, Petter M. (1990). The Fifth Dicipline, The Art and Practice of The Learning Orgnization.New York : Dell Publishing Group Inc. Sergiovanni, T. (1984). Leadership and excellence in

schooling. Educational Leadership, 4-3. tersedia dalam http://www.iier.org.au

Setiawan, Deddy. (2007). Gaya Kepemimpinan yang Relevan Diperankan oleh para Pejabat Pemerintah Daerah (Pemda) dalam Proses Transaksional, Transformasional, dan Penghubung agar Dapat Meningkatkan Kinerja Pengelolaan Pendidikan di Lingkungan Pemda Kabupaten Garut. Desertasi Doktor pada FPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Singarimbun, Masri.(1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta LP3E5. Schuller, Randall S. (1987). Personel and human resources Management ,

(3th. ed). New York : West Publishing company.

_______________ & Susan N. Jackson. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke-21. Edisi Keenam. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Smith, M. K. (2001). Learning in organizations. The encyclopedia of informal education (http://www.infed.org/biblio/learning-organization.htm

Soetisna, Oteng. (1983).Administrasi Pendidikan Dasar teoritis dan praktis professional. Bandung : Angkasa

____________. 1983. Azas-Azas Supervisi Pengajaran. Bandung : Jurusan Adpen IKIP

Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto. (1998). Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.

Stoner, Freeman, Gilbert. (1995). Manajemen, Terjemahan oleh Alexander Sindoro(1996). : Prentice-Hall inc.

Sudjana. N. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiharto, Sri Tjahjorini. (2008). Profile Anak Jalanan dan Strategi Pengentasannya di Bandung, Bogor, dan Jakarta. Thesis pada SPS IPB Bogor.


(4)

Sukmadinata (2005). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosda Karya.

___________. dkk.(2008). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung : PT. Refika Aditama.

Sugiyono,.(2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta. Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi

Aksara.

Supandi. (1987). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sutermeister, Robert A. (1976). People and Productivity. New York. Mc Graw Hill Book Company.

Surya Dharma. (2008). Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta : Depdiknas. Syamsudin Makmun, A. (2000). Kumpulan Materi Seri Perencanaan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Biro Perencanaan Sekretariat Jendral.

Sukmadinata, N.S., dkk. (2008). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung : PT. Refika Aditama.

Tahalele dan Indrafachrudi, (1975). Kepemimpinan Pendidikan. Malang : Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran P3T. IKIP Malang.

Terry, George R. (1986). Asas-Asas Manajemen. Terjemahan Winardi. Bandung : Alumni

Tilaar, H.A.R. (2006). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

______________________. Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Timpe. (1993). Kinerja. Jurnal.

Triton. (2005). SPSS-13, Terapan, Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta : Andi Offset.

Udin Syaefudin Saud. 2005. Perencanaan Pendidikan, Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Universitas Pendidikan Indonesia (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilimiah. Bandung : UPI Press.


(5)

Vembrianto, St. (1982). Pengantar Perencanaan Pendidikan (Educational Planning). Yogyakarta : Yayasan Pendidikan Paramita.

Wahjosumidjo. (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Remaja Grafindo Persada.

Warren Bennis. (1996). Menjadi Pemimpin dari Para Pemimpin, Rethinking the Future ed. Rowan Gibson , terjemahan Hikmat Kusumaningrat, Jakarta : PT Gramedia.

Webster’s. (1991). New World Dictionary. www.wiley.com.

Wexley, Yukl, Gery. (2003). Leadeship in Organization. Alihbasa oleh Yusup Udaya. (2003). Jakarta : Prehanlindo

Wiles, Jon dan Bondi, Joseph. 2006. Supervision A Guide to Practice. 2nd Ed. Columbus: Char.

_____, Kimball. 1987. Supervision for Better School. New Jersey Printice Hall Inc, Engwwood Cliffs.

Wirawan, ( 2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia ; Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta : Salemba Empat.

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

Tap. MPR RI No.VII/MPR/2001 tanggal 9 November 2001.

UU.RI. nomor 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Asokadikta dan Durat Bahagia

PP nomor 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan.

PP. nomor 38 tahun 2007. Pembagian Kewenangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Bandung : Nuansa Aulia.

Peraturan Pemerintah nomor 48 tahun 2008. Pendanaan Pendidikan. Peraturan Presiden nomor 7 tahun 2005 tentang pembangunan jangka

menengah tahun 2004 – 2009

Permendiknas nomor 22 tahun 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi.

---,nomor 23 tahun 2006. Standar Kelulusasn.

---,nomor 24 tahun 2006. Petunjuk teknis penerapan Permendiknas nomor 22 dan 23 tahun 2006.


(6)

Permendiknas nomor 13 tahun 2007. Standar Kepala Sekolah.

Peraturan Presiden nomor 7 tahun 2005 tentang pembangunan jangka menengah tahun 2004 – 2009

Keputusan Bupati nomor 61 tahun 2008 (2008). Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi. Pemda Kabupaten Sukabumi : tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Peran manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK al-Hidayah Cinere

0 3 104

Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja pengawas TK/SD di wilayah dinas pendidikan kec.ciputat

0 3 86

Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

0 8 56

PENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MELAKSANAKAN SUPERVISI AKADEMIK MELALUI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH METODE MONITORING DAN EVALUASI DI KOTA BINJAI.

2 14 34

PENGARUH PERSEPSI TENTANG SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH, PARTISIPASI MASYARAKAT, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI DI KABUPATEN ASAHAN.

0 3 35

PERAN KEPALA SEKOLAH DAlAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI MANAJEMEN BERBASIS Peran Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Melalui Manajemen Berbasis Sekolah Di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun 2012/2013.

0 1 18

PERAN KEPALA SEKOLAH DAlAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Peran Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Melalui Manajemen Berbasis Sekolah Di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun 2012/2013.

0 2 29

PERSEPSI GURU TENTANG PERAN KEPALA SEKOLAH DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP PERSEPSI GURU TENTANG PERAN KEPALA SEKOLAH DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI SD

3 10 14

PENGARUH MANAJEMEN PEMBIAYAAN SEKOLAH DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN ACEH BARAT.

0 1 49

peran kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan

0 0 15