IMPLEMENTASI METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SENI RUPA DI SMA :Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X di SMA Pasundan 1 Bandung.

(1)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK……….………...i

KATA PENGANTAR………...……….……….…………ii

UCAPAN TERIMA KASIH……….…….……iii

DAFTAR ISI………..……….vi

DAFTAR TABEL……….………....……viii

DAFTAR GAMBAR……….….…...….xi

DAFTAR GRAFIK………..……….xii

DAFTAR BAGAN……….……..xiii

BAB I. PENDAHULUAN……….……….……1

A. Latar Belakang Masalah………....……1

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah……….…….9

1. Rumusan Masalah……….…..…9

2. Batasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian………..….……...10

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian………..……….….…...11

1. Tujuan Penelitian……….………..11

2. Manfaat Penelitian……….…………11

D. Hipotesis……….……….13

E. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data……….…………14

BAB II. PEMBELAJARAN SENI RUPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI………..……….…….………15

A. Konsep Pendidikan Seni di SMA……….………15

B. Konsep Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) di SMA……….…………17

C. Lingkup Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) di SMA………..….19

D. Konsep Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa………...….21

1. Konsep Pembelajaran………....….21

2. Konsep Apresiasi Seni………..………….…24

a. Definisi Apresiasi……….……..24

b. Dimensi Apresiasi………..26

c. Tujuan dan Fungsi Apresiasi………..27

3. Konsep Pembelajaran Apresiasi Seni………...…….33

4. Penerapan Metode Mind Map Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi...36


(2)

vi

BAB III. METODE PENELITIAN………..………..……….… 53

A. Metode Penelitian………..………..…………. 53

B. Prosedur Penelitian………...…….. 55

C. Tahap-tahap Kegiatan Penelitian.………...………. 57

1. Orientasi………...…...……. 57

2. Perencanaan .……….………..…...………...…. 58

3. Pelaksanaan/ tindakan…..……….………...……… 64

4. Pengamatan ……….………...…...…………. 65

5. Refleksi ………..………..…………...……. 65

6. Evaluasi. ……….………...………. 67

D. Teknik Pengumpulan Data...………...…. 69

1. Observasi... 69

2. Teknik Wawancara... 70

3. Angket... 72

4. Dokumentasi... 73

5. Studi Literatur... 74

E. Instrumen Pengumpulan Data... 74

F. Analisis Data... 84

G. Lokasi, Populasi dan Sampel………... 86

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..87

A. Deskripsi Hasil Penelitian………...………..87

1. Profil Sekolah………...87

2. Gambaran Setting Penelitian………...88

3. Hasil Orientasi………...89

4. Kesimpulan Hasil Orientasi………..…..94

B. Perbaikan Proses Pembelajaran……….……..………...…….…96

C. Perencanaan Tindakan Penelitian………...98

D. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Kelas X2……….…………99

E. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Kelas X3………158

F. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Kelas X8………....219

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN……….279

A. Simpulan……….……....279

B. Saran……….………….284

DAFTAR PUSTAKA………286

LAMPIRAN-LAMPIRAN………290 RIWAYAT HIDUP……….


(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi karya seni masih kurang. Kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi karya seni baru pada tahap penerimaan (mengamati, menyenangi karya seni), sangat sedikit yang mampu memberikan tanggapan secara rasional terhadap karya seni. Tingkat kesadaran masyarakat mengenai fungsi seni bagi kehidupan kurang disadari, padahal kehadiran karya seni dalam berbagai aspek kehidupan dirasakan sangat penting dan tidak dapat kita pisahkan kehadirannya. Fenomena rendahnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap karya seni diperkuat pandangan Hamdan (2001:1) bahwa masalah kekurangtahuan masyarakat terhadap keragaman produk seni rupa disebabkan oleh karena fasilitas untuk mensosialisasikan karya seni (pada umumnya) jauh dari mencukupi, disamping kurangnya wacana apresiasi di kalangan masyarakat sendiri.

Seiring dengan masih rendahnya tingkat apresiasi seni di masyarakat dalam konteks pendidikan seni pada jenjang pendidikan formal ditentukan sikap apriori dari berbagai pihak. Mata pelajaran ini hanya dipandang sebagai pelengkap saja. Padahal tanpa kita sadari bahwa dalam praktek kehidupan, kita tidak bisa lepas dari aspek berkesenian. Khisbiyah dan Sabardila (2004:xi) menegaskan bahwa pendidikan seni di tingkat pendidikan dasar dan menengah (SD sampai


(4)

2 SMU) ditenggarai telah mengalami keterpinggiran dalam tiga hal: 1) pendidikan seni dianggap lebih rendah dari pada jenis pendidikan atau mata pelajaran lain, sebagai akibatnya kesenian dijadikan mulok, jumlah jam terbatas; 2) pendidikan seni seringkali tidak diberikan secara profesional, pendidikan seni dilakukan oleh guru yang tidak berlatar belakang pendidikan kesenian sehingga hanya menekankan aspek teoritis, dengan mengabaikan praktek atau pengalaman berkesenian; dan 3) pendidikan seni tidak dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk buku rujukan dan perlengkapan atau peralatan kesenian, sehingga tidak memungkinkan terjadinya proses penghayatan dan pergaulan dengan seni yang lebih mendalam, penggalian potensi, dan pengembangan kreativitas seni peserta didik.

Pendidikan seni di sekolah seyogyanya diberikan dengan pendekatan apresiasi. Pendekatan apresiasi dalam pendidikan seni dimaksudkan untuk menumbuhkan minat dan apresiasi siswa untuk menghargai dan menikmati seni, merangsang kemampuan berseni, serta memanfaatkan pengalaman estetiknya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditegaskan Mendiknas, Malik Fajar (2002:2) dalam Semiloka Nasional: "Pendidikan Apresiasi Seni: Merayakan Keragaman Budaya Nusantara" di Surakarta bahwa pendidikan apresiasi seni memegang peranan yang amat penting dalam mewujudkan kreativitas, imajinasi, daya cipta serta daya inovasi pada para peserta didik kita dalam kerangka pemberdayaan (empowerment) mereka untuk mendukung kehidupan masyarakat yang sejahtera dan damai. Pernyataan ini sejalan dengan salah satu pilar pendidikan UNESCO yang dikemukakan oleh Jack De Loors yaitu learning to live together.


(5)

3 Pembelajaran apresiasi merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kemampuan siswa mengapresiasi seni rupa merupakan tuntutan yang harus dicapai pada mata pelajaran Seni Budaya. Kemampuan mengapresiasi seni merupakan Standar Kompetensi (SK) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada Pendidikan Pasar dan Menengah. Hal ini ditegaskan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006. Atas dasar peraturan tersebut, maka sudah selayaknya kegiatan pembelajaran apresiasi perlu mendapat tempat dalam proses pembelajaran Seni Budaya khususnya Pembelajaran Seni Rupa pada kurikulum sekolah menengah. Untuk mencapai standar kompetensi apresiasi dalam bidang seni budaya (khususnya seni rupa) tersebut, maka para guru perlu menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dalam membekali dan melatih para siswa sehingga memiliki kemampuan apresiatif. Suasana pembelajaran yang memberi peluang dan kesempatan bagi para siswa untuk dapat menyampaikan pendapatnya mengenai keindahan karya seni baik secara lisan dan tulisan dari hasil pengamatannya. Seperti yang dikatakan (Tocharman,2006:194) bahwa “kegiatan apresiasi seni dalam konteks pendidikan dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Kegiatan apresiasi terhadap karya seni di dalam kelas dapat dilakukan dengan membahas karya seni baik secara lisan atau tulisan”.

Apresiasi seni adalah pemahaman dan pengenalan, pertimbangan, dan penilaian yang tepat tentang hal ihwal seni. Kegiatan apresiasi seni merupakan penikmatan seni lebih lanjut, apresiasi berarti pengenalan nilai pada tingkatan nilai yang lebih tinggi. Apresiasi merupakan jawaban seseorang yang sudah


(6)

4 matang dan sudah berkembang ke arah nilai yang lebih tinggi, sehingga ia siap untuk melihat dan mengenai nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik (Derlan, 1987:5).

Pendapat di atas dipertegas Emmons dan McCullough (2004:231) dalam The Psychology of Gratitude bahwa apresiasi sebagai : "the act of estimating the qualities of things according to their true worth," "grateful recognition, " "sensitive awareness or enjoyment, " and "an increase in value." Pendapat senada diungkapkan Soeharjo (2005:169) bahwa :

Apresiasi seni adalah menghargai seni lewat kegiatan pengamatan yang menimbulkan respon terhadap stimulus yang berasal dari karya seni sedemikian sehingga menimbulkan rasa keterpesonaan pada awalnya, diikuti dengan penikmatan serta “pemahaman” bagi pengamatnya. (Soeharjo,2005:169)

Jika disimpulkan dari pengertian apresiasi seni diatas, apresiasi seni merupakan kegiatan pengamatan terhadap karya seni yang diikuti pemahaman dan penikmatan. Sementara pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran apresiasi seni rupa di SMA Pasundan 1 Bandung pada umumnya didominasi dengan kegiatan kreasi saja tanpa melalui kegiatan pemahaman terlebih dahulu dan penikmatan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan kurikulum dan kondisi pembelajaran seni rupa di sekolah. Sementara itu, kegiatan pembelajaran apresiasi seni rupa khususnya terhadap karya seni terapan di wilayah nusantara kurang mendapat perhatian sehingga pembelajaran apresiasi kurang seimbang dibandingkan dengan pembelajaran kreasi.


(7)

5 Dominasi kegiatan kreasi sebenarnya menyalahi tujuan pembelajaran seni pada sekolah umum. Tujuan utama pembelajaran seni pada sekolah menengah umum berbeda dengan tujuan pada sekolah kejuruan yang lebih berorientasi pada kegiatan apresiasi terhadap karya seni. Hasil penelitian yang sejalan dengan kondisi di atas diungkapkan oleh Saini (2001:1) bahwa permasalahan dan hambatan pengajaran seni pada sekolah-sekolah di Jawa Barat terletak pada bidang konseptual, kelembagaan, SDM, program, maupun sarana fisik. Secara khusus pada bidang konseptual masih ditemukan adanya kerancuan antara pengajaran untuk apresiasi dan untuk tujuan kreasi serta keterampilan. Seharusnya di sekolah-sekolah umum tujuan pengajarannya adalah untuk apresiasi sehingga peserta didik dapat memahami, menikmati dan menghargai karya seni.

Dalam penelitian yang dilakukan Susilo (2007:33-34), ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam pembelajaran apresiasi seni rupa bagi siswa SMA Negeri 1 Demak, di antaranya tingkat apresiasi siswa masih dikatakan rendah, bahkan sebagian anak berada pada tingkatan sangat rendah. Hal itu ditunjukan dengan gejala awal seperti berikut ini. Dari tes awal yang diberikan kepada siswa kelas X-7 yang berjumlah 40 anak, sebanyak 32 atau sekitar 80% tidak mampu mendapatkan nilai 60 sebagai batas nilai ketuntasan. Hal itu diduga disebabkan pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di SMA masih mengacu pada model pengajarandengar dan catat yang masih berpusat pada guru, sehingga proses pembelajaran menjadi terasa kering, tidak menyenangkan, dan membosankan bagi siswa. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Bahruddin (Kompas, 2005:9), "bila proses pembelajaran tidak bisa memberikan rasa nyaman, maka


(8)

6 keberhasilan anak untuk belajar sudah terkurangi 50 persen”. Pada pembelajaran ini siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan panjang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-point materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam metode seperti ini siswa tidak banyak terlibat baik dari segi berfikir dan bertindak. Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa adanya keterlibatan kegiatan psikomotoriknya. Dalam mengimplementasikan pembelajaran apresiasi seni bagi siswa sekolah lanjutan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu tingkat perkembangan siswa. Siswa usia kelas satu SMA pada umumnya berada pada tingkatan realis, mencoba-coba untuk mencari dan menemukan identitas dirinya. Siswa terlihat lebih tertarik dengan metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Dengan kondisi seperti itu maka pembelajaran apresiasi seni rupa perlu dilakukan dengan suatu pendekatan untuk mendukung strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum KTSP. Susilo (2007:36-37) juga menegaskan bahwa pembahasan konsep materi pelajaran apresiasi seni rupa di SMA demikian luas, oleh karena itu perlu dicarikan jalan atau cara yang sesuai digunakan untuk menyampaikan materi apresiasi seni rupa di SMA, serta untuk membantu dan memudahkan siswa dalam mempelajari dan membaca seluruh materi pembahasan apresiasi seni rupa yang sangat luas, karena selain pengenalan yang meliputi pengenalan bentuk, teknik, karya seni rupa, materi apresiasi seni rupa juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, sejarah, serta makna-makna dan nilai-nilai di mana karya seni rupa tersebut dihasilkan. Jalan tersebut yaitu dengan menggunakan mind map


(9)

7 Hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa pembelajaran apresiasi seni rupa di SMA masih mengacu pada model pengajaran konvensional yaitu, ceramah,dengar dan catat yang masih berpusat pada guru, sehingga proses pembelajaran menjadi terasa kering, tidak menyenangkan, dan membosankan bagi siswa. Pada pembelajaran ini siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan panjang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-point materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam metode seperti ini siswa tidak banyak terlibat baik dari segi berfikir dan bertindak. Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa adanya keterlibatan kegiatan psikomotoriknya, sementara materi pelajaran apresiasi seni rupa di SMA demikian luas. Untuk itu digunakan mind map dalam membantu dan memudahkan siswa untuk menguasai seluruh materi sehingga dapat mengapresiasi karya seni.

Berdasarkan pengalaman guru dalam mengajar Seni Budaya khususnya dalam pembelajaran seni rupa di SMA Pasundan 1 Bandung selama ini, dirasakan bahwa penggunaan metode pembelajaran dengan menggunakan mind map belum pernah dilakukan. Kegiatan pembelajaran sebelumnya belum dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam menguasai materi apresiasi tentang karya seni rupa sehingga pembelajaran apresiasi seni rupa selama ini dirasakan belum optimal.

Dalam pembelajaran sebelumnya, pada umumnya para siswa mendapat kesulitan dalam menerima materi apresiasi seni khususnya yang meliputi: (1) Pengetahuan sejarah seni rupa dan klasifikasi karya seni rupa berdasarkan


(10)

8 pembagian zaman/periode . (2) Jenis dan karakteristik hasil karya seni rupa. (3) Alat, teknik, media, bahan dan proses pembuatan karya seni. Menurut siswa hal ini disebabkan mereka belum memiliki cara yang mudah dalam menerima materi apresiasi seni tersebut, sehingga sulit untuk memahami dan memberikan tanggapan pada karya seni rupa. Kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya seni rupa khususnya dalam mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara sangat kurang. Kemampuan apresiasi berupa identifikasi yang mendasar belum dapat dikemukakan oleh siswa baik secara lisan dan tulisan. Berdasarkan fakta tersebut, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah proses pembelajaran apresiasi dengan suatu metode yaitu mind map.

Seperti yang dikatakan sebelumnya di atas, bahwa apresiasi seni merupakan kegiatan pengamatan terhadap karya seni yang diikuti pemahaman dan penikmatan. Sementara mind map merupakan suatu cara untuk mempermudah pemahaman. Seperti yang diungkapkan oleh (Pandley:1994) :

“Salah satu cara yang dapat mendorong siswa untuk belajar secara bermakna adalah dengan penggunaan peta konsep sebagai media pembelajaran yang dapat menunjukkan konsep ilmu secara sistematis, yaitu dibentuk mulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu sama lain, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah “pemahaman” suatu topik. “ Lebih daripada itu, peta konsep (mind map) dapat pula memberikan wawasan baru kepada siswa dan guru . Sebagaimana diungkapkan DePorter, dkk. (2000) bahwa metode mencatat yang baik harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru. Dengan menggunakan


(11)

9 mind map akan membantu dan memudahkan siswa untuk menguasai dan memahami materi. Setelah itu siswa diharapkan mampu mengapresiasi dengan menikmati karya seni dan memberikan tanggapan terhadap karya seni tersebut.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat penulis kemukakan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran apresiasi karya seni di SMA Pasundan 1 Bandung yang terkait dengan guru, siswa, serta proses pembelajaran. Masalah yang menyangkut guru adalah metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional, belum mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya seni yang merupakan kegiatan pengamatan terhadap karya seni yang diikuti penikmatan dan pemahaman. Kemampuan mengapresiasi suatu karya seni memerlukan penguasaan dari guru dan siswa, serta dengan metode pembelajaran yang sesuai. Sementara untuk siswa proses kegiatan pembelajaran apresiasi seni sebelumnya belum dapat memberikan pemahaman kepada siswa dalam menanggapi karya seni, sehingga pembelajaran apresiasi seni rupa selama ini dirasakan belum optimal. Menurut siswa hal ini disebabkan mereka belum memiliki cara yang mudah untuk memahami materi, sehingga sulit untuk mengapresiasi suatu karya dengan cara memberikan tanggapan pada karya seni rupa tersebut. Kemampuan apresiasi berupa identifikasi yang mendasar belum dapat dikemukakan oleh siswa baik secara lisan dan tulisan.


(12)

10 Berdasarkan fakta tersebut, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah proses pembelajaran apresiasi dengan suatu metode yaitu mind map.

2. Batasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Mengingat adanya berbagai keterbatasan yang dihadapi penulis, maka penelitian ini dibatasi pada pembelajaran apresiasi seni pada karya seni rupa terapan di wilayah nusantara, dalam program pembelajaran Seni Rupa untuk siswa SMA kelas X semester genap.

Selanjutnya, dengan mempertimbangkan prosedur penelitian tindakan kelas (classroom action research), penulis membatasi penelitian terhadap permasalahan tersebut dalam aspek-aspek sebagaimana dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran apresiasi seni khususnya apresiasi karya seni terapan siswa kelas X SMA Pasundan 1 Bandung dengan menggunakan metode mind map?

2. Bagaimana proses penerapan metode mind map dalam pembelajaran apresiasi seni khususnya apresiasi karya seni terapan siswa kelas X SMA Pasundan 1 Bandung?

3. Apakah metode mind map dapat meningkatkan kemampuan apresiasi siswa kelas X SMA Pasundan 1 Bandung khususnya apresiasi karya seni terapan dalam pembelajaran seni rupa.


(13)

11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Sebelum melakukan suatu kegiatan perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai agar jelas dalam menentukan tahap-tahap kegiatan yang akan dilaksanakan selama penelitian. Dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai yaitu :

a. Memahami pelaksanaan pembelajaran seni rupa untuk meningkatkan apresiasi siswa khususnya terhadap karya seni terapan dengan metode mind map

b. Memahami proses pembelajaran seni rupa untuk meningkatkan apresiasi siswa khususnya terhadap karya seni terapan dengan metode mind map c. Mengetahui peningkatan kemampuan pada guru dan siswa dalam

pembelajaran

d. Mengoptimalkan faktor-faktor pendukung dalam proses pembelajaran 2) Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat bagi berbagai kalangan, sebagai berikut:

1) Siswa

Dapat memberikan pengalaman menarik dan bermakna di dalam mengikuti pembelajaran seni rupa . Pengalaman baru yang membantu dan memudahkan siswa dalam mempelajari dan membaca seluruh materi pembahasan apresiasi seni rupa yang luas, meliputi pengenalan bentuk, teknik, karya seni rupa, materi apresiasi seni rupa juga meliputi pengenalan tentang


(14)

12 latar belakang sosial, budaya, sejarah, serta makna-makna dan nilai-nilai di mana karya seni rupa tersebut dihasilkan. Dampak posistif yang diharapkan adalah terjadinya suatu peningkatan pemahaman karya seni berupa konsep berfikir siswa melalui tahapan mengamati objek karya seni, menganalisis dan akhirnya dapat mengapresiasi sebuah karya seni dengan baik.

2) Guru

a. Dapat dijadikan sebagai pedoman pembelajaran dalam meningkatkan kualitas hasil pembelajaran khususnya pada pembelajaran seni rupa di sekolah.

b. Diharapkan setelah penelitian tindakan ini selesai dilaksanakan, guru seni rupa terdorong untuk melakukan perbaikan metode pembelajaran bukan hanya pada pembelajaran apresiasi, tetapi juga pada berbagai materi pembelajaran yang lain.

c. Penelitian ini merupakan ide baru dalam mengembangkan pembelajaran apresiasi, sehingga dapat dijadikan sebagai altematif guru seni rupa di sekolah dalam memilih metode pembelajaran yang lebih baik.

d. Dapat dijadikan rujukan bagi guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas lanjutan.

3) Sekolah

Dapat dijadikan sebagai pengayaan dan peningkatan sumber bahan ajar yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan melalui kegiatan penelitian ilmiah yang telah dilaksanakan. Dengan begitu, pihak sekolah akan diuntungkan sebagai salah satu sekolah yang telah mencoba mengembangkan metode


(15)

13 pembelajaran seni rupa melalui pelaksanaan riset yang diujicobakan langsung di sekolah tersebut.

4) UPI

Menjadi modal penting dalam menopang misi dan visi UPI untuk lebih mengokohkan eksistensinya sebagai salah satu universitas yang konsisten dalam mengembangkan keilmuannya di wilayah pendidikan. Data dan infonnasi hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi para guru yang memerlukan informasi mengenai media pembelajaran seni yang dianggap relevan dengan kondisi perkembangan siswa SMA. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan titik tolak pemikiran bagi para pembaca lainnya yang memiliki cita-cita dalam mengembangkan kembali metode pembelajaran seni rupa khususnya pada jenjang SMA.

D. Hipotesis

Berangkat dari masalah-masalah yang telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, tersirat suatu jawaban sementara yang perlu diuji kebenarannya. Dari judul penelitian yang diangkat, melahirkan hipotesis penelitian yang ingin diungkap jawabannya, yakni pembelajaran seni rupa menggunakan metode mind map dapat meningkatkan kemampuan apresiasi siswa di SMA Pasundan 1 Bandung.


(16)

14 E. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reserch) yang ingin mengungkap kemampuan apresiasi seni rupa siswa dengan menggunakan mind map dan kondisi proses berlangsungnya pembelajaran secara objektif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X2, X3 dan X8 SMA Pasundan 1 Bandung tahun ajaran 2008/2009. Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 39 siswa di kelas X2, 41 siswa di kelas X3 dan 45 siswa di kelas X8.

Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan orientasi. Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi-informasi yang diperlukan dan selanjutnya kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana (revised plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observed) dan refleksi (reflect), dan tahap-tahap ini diulangi pada siklus berikutnya, dan seharusnya sehingga siklus terakhir.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan observasi, wawancara, angket, literatur dan dokumentasi untuk memperoleh gambaran secara objektif kondisi selama proses pembelajaran berlangsung, yang kemudian dianalisis dengan cara kualitatif. Kesemua teknik ini diharapkan dapat melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan.


(17)

(18)

53 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional adalah kegiatan penelitian ini dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. (Sugiyono,2007:1). Sedangkan penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris; research. Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. (Balai Pustaka : 2002)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reserch). Peneliti dalam hal ini bukan sekedar memecahkan masalah pembelajaran yang ada di dalam kelas. Penentuan penelitian ini adalah karena bermaksud untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran secara kritis dan kolaboratif. Proses tersebut dilakukan pada kinerja guru dan siswa dalam konteks kealamiahan situasi dan kondisi kelas.

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) Pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksannya kegiatan praktek ini. (Kemmis ,1983)


(19)

54 Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran dikelas secara lebih professional. Hal ini sesuai dengan pendapat Rapoport, Kemmis, dan Ebbut (dalam Supartini, 2008:60).

Penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama. (Rapoport, 1970)

Penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. (Ebbut, 1985)

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) bertujuan untuk perbaikan dan meningkatkan layanan professional guru dalam proses pembelajaran di kelas, 2) bersifat reflektif inkuiri, dan 3) dilakukan secara kolaboratif. Problema yang diangkat untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis.

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah ingin mengungkap kompetensi dasar apresiasi seni rupa siswa dan kondisi proses berlangsungnya pembelajaran secara objektif serta peningkatan kualitas pembelajaran apresiasi seni pada mata pelajaran Seni Rupa di kelas X SMA Pasundan 1 Bandung dengan menggunakan metode Mind Map. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji,


(20)

55 merefleksi secara kritis segala realitas, kendala, problematika dan implikasi dari kegiatan belajar dengan pendekatan tidakan kelas (siklus belajar) yang diterapkan dalam pembelajaran Apresiasi seni di kelas X SMA, yang dilakukan secara berkalaborasi dengan guru yang mengajar di kelas yang diteliti. Atas dasar itulah, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penetitian tindakan kelas (action research classroom) yang menekankan pada suatu kajian reflektif dan kalaboratif yang benar-benar menunjukan kealamiahan latar situasi kelas.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model Kemmis & McTaggart (McTaggart,1991:32 dan Hopkins,1993:48) dalam Supartini,2008:61). Alasan utama digunakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki layanan pendidikan bagi guru dalam konteks pembelajaran di kelas. Mc Niff (Supartini,2008:61) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Alasan dipilihnya model Kemmis & McTaggart dalam penelitian ini adalah karena model ini akan mendaur ulang empat kegiatan pokok yang berupa perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Dengan mendaur ulang empat kegiatan pokok ini dapat menemukan suatu masalah dan dicarikan solusi yang berupa perencanaan perbaikan, pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dengan disertai kegiatan observasi, lalu direfleksikan melalui diskusi baiikan bersama peneliti sehingga menghasilkan tindakan berikutnya.


(21)

56 Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan orientasi. Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi-informasi Selanjutnya pada siklus kedua dan seterusnya jenis kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana (revised plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observed) dan refleksi (reflect), dan tahap-tahap ini diulangi pada siklus berikutnya, dan seharusnya sehingga siklus terakhir. Siklus penelitian diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 3.1.

Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Diadopsi dari Model Spiral Kemrais dan Taggart)


(22)

57 C. Tahap-tahap Kegiatan Penelitian

Prosedur penelitian seperti tergambar dalam bagan di atas, dapat dijelaskan dalam tahap-tahap kegiatan penelitian berikut :

1. Orientasi

Orientasi ditujukan untuk menghimpun data tentang kondisi pembelajaran apresiasi seni di SMA Pasundan 1 Bandung sebelumnya. Aspek yang diteliti mencakup metode pembelajaran yang digunakan dan mengungkap pula beberapa hal yang berkenaan dengan guru dan siswa dalam pembelajaran, pengetahuan dan persepsi guru tentang metode pembelajaran dan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya seni.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang kondisi sekolah dan secara khusus untuk melihat gambaran awal pembelajaran apresiasi seni di SMA Pasundan 1 Bandung sebelumnya, dikarenakan kegiatan pembelajaran sebelumnya belum dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam menguasai materi apresiasi tentang karya seni rupa sehingga pembelajaran apresiasi seni rupa selama ini dirasakan belum optimal.

Hasil orientasi ini akan disesuaikan dengan hasil kajian teoritis yang relevan. Sehingga menghasilkan suatu program pengembangan tindakan yang dipandang tepat dengan situasi sosial di kelas dimana tindakan akan dilaksanakan.


(23)

58 2. Perencanaan

Perencanaan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana tindakan yang hendak dilaksanakan di kelas. Dari kegiatan yang teridentifikasi pada persiapan penelitian di kelas X SMA Pasundan 1 Bandung, peneliti dan guru merencanakan langkah-langkah penerapan metode mind map dalam pembelajaran seni rupa untuk meningkatkan apresiasi seni siswa terhadap hasil karya seni terapan, dengan pokok bahasan yang ada pada kurikulum dengan mempertimbangkan fleksibilitas. Hal ini mengingat karakteristik situasi kelas itu sendiri yang tidak bisa diprediksi secara pasti (unpredictable).

Perencanaan juga disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan kemungkinan untuk dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi lapangan. Dalam kaitan ini rencana disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan kemungkinan untuk dilaksanakan secara efektif, partisipatif antara peneliti dan guru agar tindakan dapat lebih terarah pada sasaran yang hendak dicapai. Pada tahap perencanaan ini disepakati mengenai fokus yang akan diobservasi, kriteria-kriteria penilaian, materi atau topik bahasan yang disampaikan beserta buku sumber, tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan. Aspek-aspek tersebut terdapat pada satuan pelajaran/rencana pembelajaran. Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan persiapan mengajar, dengan maksud memperoleh gambaran dari tujuan yang akan dicapai dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran apresiasi seni tersebut adalah:


(24)

59 a. Merumuskan tujuan pembelajaran

Tahap pertama dalam kesiapan mengajar adalah merumuskan tujuan pembelajaran. Rumusan pembelajaran ditulis pada satuan pelajaran/rencana pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan rencana yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar, sehingga pada akhirnya KBM tidak jauh dari apa yang direncanakan karena sudah terprogram dan disesuaikan dengan kondisi para siswa.

b. Menetapkan Alat Evaluasi

Tahap kedua dari persiapan mengajar adalah menetapkan alat evaluasi. Adapun tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui ataupun mengukur keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada awal pembelajaran, masa proses pembelajaran dan akhir pembelajaran.

Pada awal pembelajaran evaluasi dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan berupa tes tertulis (pretest) tentang materi yang telah diajarkan maupun yang akan diajarkan,selama proses pembelajaran diberikan dalam bentuk metode mind map mengenai materi yang sedang diajarkan. Pada akhir pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tes dalam bentuk tertulis (postest) tentang materi tersebut. Adapun ketidak tuntasan siswa dalam tes akhir akan diulang lagi pada awal kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. Tujuan dilaksanakan tes awal (pretest) dengan maksud mengukur kemampuan anak sebelum mengikuti proses belajar mengajar dengan metode mind map. Dari hasil tes tersebut, dapat diketahui kemampuan yang dimiliki siswa. Karena itu


(25)

60 akan memberikan kemudahan untuk dapat mengembangkan dalam proses belajar mengajar selanjutnya. Evaluasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk megetahui sejauh mana siswa memahami dan melaksanakan materi yang diberikan. Adapun tes akhir (postest) dilakukan untuk menilai kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Baik tes awal, proses pembelajaran sampai dengan evaluasi, penilaian tidak hanya ditujukan dalam kemampuan siswa dalam nilai sikap (afektif) saja, namun dinilai pula dalam aspek pengetahuan (kognitif) dan mind map sebagai aspek psikomotor dalam lembar observasi dan pedoman wawancara.

1) Perencanaan Siklus I

Fokus pembelajaran pada siklus I adalah bahwa siswa mampu mengklasifikasi dan mendeskripsikan perkembangan seni rupa terapan terbagi kedalam empat periode. Siswa juga diharapkan mampu menyebutkan contoh karya seni yang dihasilkan dari masing-masing periode zaman klasifikasikan pembagian zaman/periode perkembangan seni rupa di wilayah nusantara.

Penggunaan mind map untuk dapat menguasai seluruh materi apresiasi karya seni terapan ditempuh dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk membuat semacam catatan dalam bentuk mind map dalam rangka menguasai seluruh materi pembelajaran dengan mengusung tema apresiasi seni rupa yang menyangkut klasifikasi sejarah perkembangan seni rupa di wilayah nusantara secara sistematis, serta contoh hasil karya seni terapan dari masing-masing zaman. Dikarenakan siswa belum familiar dengan mind map, dan agar siswa tidak


(26)

61 kesulitan dalam pengerjaannya, mind map yang dibuat siswa hanya berupa peta konsep tanpa gambar dan warna.

Siswa membuat mind map pada lembaran khusus yang dibuat oleh peneliti yang disebut Kertas Gambar Siswa (KGS) dan harus selesai saat itu. Diharapkan dengan menggunakan mind map dapat meningkatkan pemahaman sejarah karya seni terapan serta meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap karya seni serta dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta menarik siswa SMA Pasundan 1 Bandung.

2) Perencanaan Siklus II

Fokus pembelajaran pada siklus II adalah siswa harus mampu menyebutkan contoh-contoh hasil karya seni terapan di wilayah nusantara dari empat periode zaman. Siswa juga diharapkan mampu menjelaskan karakteristik karya seni terapan berupa bentuk, fungsi karya serta bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan di wilayah nusantara tersebut berdasarkan empat periode zaman

Siswa juga harus membuat catatan dalam bentuk mind map tentang contoh-contoh hasil karya seni terapan di wilayah nusantara dari empat periode zaman dan menjelaskan fungsi karya serta bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan di wilayah nusantara tersebut berdasarkan empat periode zaman tersebut diatas. Mind map yang dibuat siswa harus menggunakan gambar. Karena suatu gambar bernilai seribu kata dan dalam rangka membantu siswa menggunakan imajinasinya dalam belajar. Dan ternyata dengan gambar upaya untuk mengingat (remembering) dan menarik kembali


(27)

62 (recalling) informasi di kemudian hari akan lebih mudah dari pada menggunakan cara pencatatan dengan tulisan dan kata saja.(Buzan: 2007:15). Bukan hanya dari pernyataan tersebut diatas, gambar disini juga berguna agar siswa dapat mengidentifikasi bentuk dari karya seni terapan tersebut. Siswa membuat mind map pada lembaran khusus yang dibuat oleh peneliti yang disebut Kertas Gambar Siswa (KGS) dan harus selesai saat itu.

3) Perencanaan Siklus III

Fokus pembelajaran pada siklus III adalah siswa harus mampu menyebutkan teknik-teknik yang dapat dipakai dalam pembuatan karya seni terapan. Siswa juga diharapakan mampu mendeskripsikan langkah-langkah/proses pembuatan teknik cor bivalve dan a cire perdue , teknik mengukir/memahat, teknik membatik, teknik menganyam, dan keramik.

Siswa harus membuat mind map tentang teknik-teknik yang dapat dipakai dalam pembuatan karya seni terapan disertai alat dan, media, dan teknik serta membuat mind map langkah-langkah/ proses pembuatan teknik cor bivalve dan a cire perdue , teknik mengukir/memahat, teknik membatik, teknik menganyam, dan keramik. Mind map yang dibuat siswa kali ini harus menggunakan gambar dan warna. Karena warna membuat mind map lebih hidup, menambah energi pada pemikir kreatif dan menyenangkan. (Buzan:2007:15). Siswa membuat mind map pada lembaran khusus yang dibuat oleh peneliti yang disebut Kertas Gambar Siswa (KGS) dan harus selesai saat itu.


(28)

63 4) Perencanaan Siklus IV

Fokus pembelajaran pada siklus VI adalah siswa harus mampu mengapresiasi sebuah karya seni terapan. Pelaksanaan kegiatan apresiasi dilakukan dengan pengamatan, penikmatan, penghayatan, dan pemberian nilai atau sikap. Aspek yang dinilai dalam mengapresiasi karya seni rupa terapan pada siklus ini, berdasarkan materi pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode mind map yang dilaksanakan pada pertemuan atau siklus sebelumnya, meliputi :

(a) Gagasan/ide (b) Kreativitas

Penciptaan karya seni dengan mewujudkan sesuatu yang belum pernah ada serta mempunyai arti dan nilai baru. Daya kreasi yang kuat berarti kekuatan menciptakan hal-hal baru. Karya seni rupa yang baik akan mengandung unsur kreativitas yang kuat.

(c) Komposisi

Komposisi berarti kegiatan menciptakan suatu karya seni rupa yang diharapkan memperoleh suatu bentuk wujud fisik (form) yang bermakna tertentu. Unsur-unsur seni rupa ialah semua bagian yang mendukung terwujudnya suatu karya seni rupa. Unsur-unsur tersebut dapat bersifat fisik yang dapat dipahami secara visual.

Gaya Perseorangan

Gaya perseorangan berupa pemilihan, pengolahan bahan, dan bentuk teknik berkarya menunjukkan corak karyanya yaitu menjelaskan karakteristik


(29)

64 karya seni terapan berupa fungsi karya serta bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan.

(e) Teknik dan Wujud

Teknik ialah cara seseorang mewujudkan gagasan (ide) menjadi sesuatu yang menarik sehingga mempunyai nilai perwujudan dengan penggunaan media seni rupa yang berupa alah dan bahan. Teknik yang digunakan akan memberi bentuk atau wujud yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran siswa mampu meyebutkan teknik-teknik yang dipakai dalam pembuatan karya seni terapan disertai alat dan, media.

3. (Act) Pelaksanaan/ tindakan

Pelaksanaan pembelajaran nyata berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan ini ditujukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran, baik keadaan proses maupun hasil belajar siswa sesuai dengan metode yang dikembangkan.

Tindakan dalam penelitian ini merupakan kegiatan dalam mengujicobakan pembelajaran seni rupa dengan menggunakan metode mind map guna mengungkap peningkatan kemampuan apresiasi karya seni rupa khususnya apresiasi karya seni terapan di wilayah nusantara siswa kelas X SMA Pasudan 1 Bandung dan kondisi proses berlangsungnya pembelajaran secara objektif. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi seni menggunakan pendekatan historis.


(30)

65 4. Pengamatan

Pada saat pelaksanaan tindakan di kelas dengan menggunakan metode mind map dan langkah-langkah yang telah disepakati, peneliti mulai mengamati dan mendokumentasikan proses, keadaan, kendala, dan faktor-faktor lain yang timbul dan berkembang selama pelaksanaan tindakan. Hasil dari observasi ini dijadikan sebagai dasar melakukan refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan dan dijadikan sebagai, dasar dalam merancang dan merumuskan tindakan selanjutnya.

5. Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan guru secara kalaboratif mengkaji serta merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap data, proses, dan basil pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Refleksi tindakan dilakukan dengan tujuan menentukan dan merekonstruksi makna situasi, serta untuk mendapatkan dasar bagi perbaikan (revisi) rencana tindakan berikutnya. Dilihat dari proses dan waktu pelaksanaannya, refleksi dilakukan pada tahap orientasi, proses, dan akhir program tindakan, yaitu:

a) Refleksi awal, yaitu dilakukan pada saat orientasi terhadap permasalahan-permasalahan maupun faktor-faktor pendukung dan penghambat rencana penerapan metode. Hal ini bertujuan untuk merumuskan proposisi awal terhadap situasi sosial dalam penerapan model yang akan dilakukan,kemudian


(31)

66 hal tersebut dituangkan kedalam suatu rancangan awal rencana program tindakan yang akan dilakukan.

b) Refleksi proses, yaitu refleksi yang dilakukan pada saat pelaksanaan program tindakan yang dimaksudkan untuk mengkaji proses, dan hasil serta implikasi dari program tindakan yang dilakukan terhadap perolehan hasil belajar siswa, unjuk kerja guru dan siswa dalam pembelajaran, serta implikasi-implikasi lain yang berkembang selama pelaksanaan tindakan. Hal ini juga dilakukan untuk melakukan revisi terhadap rencana yang telah disusun dan sebagai dasar dalam merancang rencana program tindakan selanjutnya dalam hubungannya dengan pengembangan peningkatan pelajaran seni rupa guna mengungkap kompetensi dasar apresiasi seni rupa siswa kelas X SMA Pasudan 1 Bandung dengan metode mind map.

c). Refleksi hasil, refleksi yang dilakukan pada akhir pelaksanaan program tindakan sesuai dengan rancangan program tindakan yang telah ditetapkan dan fokus permasalahan serta tujuan pelaksanaan program tindakan. Artinya bahwa program pelaksanaan telah dipandang berhasil dan mendukung ketercapaian tujuan dari program tindakan yaitu setelah terjadinya peningkatan situasi belajar mengajar yang berorientasi pada upaya peningkatan proses dan hasil belajar siswa, baik dilihat penguasaan materi, sikap, dan keterampilan-keterampilan, unjuk kerja guru, dan proses belajar mengajar dalam pembelajaran apresiasi seni. Refleksi hasil ini pada dasamya dimaksudkan untuk melakukan rekonstruksi dan revisi terhadap model


(32)

67 pembelajaran peningkatan apresiasi seni yang dikembangkan dalam program tindakan ini sesuai dengan tujuan pokok dari pelaksanaan tindakan.

6. Evaluasi

Berdasarkan hasil pengkajian dan refleksi terhadap pelaksanaan program tindakan sesuai dengan rencana program tindakan yang telah ditetapkan, peneliti dan guru secara kalaboratif dan partisipatif melakukan revisi terhadap rencana program tindakan yang telah disusun dan ditetapkan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan . untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar penyususnan rancangan rencana program tindakan selanjutnya.

Revisi yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai upaya perbaikan dari kekurangan atau kelemahan yang masih dialami dari setiap tindakan yang dilakukan sehingga memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Secara garis besar tahap kegiatan penelitian yang telah diuraikan diatas dapat dirangkum dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.1.

Tahap Kegiatan Dalam Penelitian

TAHAP DESKRIPSI KEGIATAN

1. Orientasi

a. Melakukan survey lapangan

b. Observasi awal terhadap objek penelitian 2. Perencanaan

a. Menetukan tujuan pembelajaran b. Menyusun materi pembelajaran c. Menyusun RPP

d. Menyusun instrument penelitian

e. Menyusun lembar observasi , angket dan pedoman wawancara


(33)

68 f. Menyusun pretest dan posttest

g. Melakukan pretest (dilakukan di setiap awal pertemuan siklus I,II,dan III)

h. Siklus I:

Pengetahuan sejarah seni rupa terapan di wilayah nusantara dan klasifikasi seni rupa terapan berdasarkan pembagian zaman/ periode dengan

i. Siklus II:

Jenis dan karakteristik hasil karya seni rupa terapan di wilayah nusantara dengan

menggunakan metode mind map . j. Siklus III:

Alat, teknik, media, bahan dan proses pembuatan karya seni terapan wilayah

nusantara dengan menggunakan metode mind map.

k. Siklus IV :

Mengapresiasi sebuah karya seni terapan. Pelaksanaan kegiatan apresiasi dilakukan dengan pengamatan, penikmatan,

penghayatan, dan pemberian nilai atau sikap. Aspek yang dinilai dalam mengapresiasi karya seni rupa terapan pada siklus ini, berdasarkan materi pembelajaran yang

dilakukan dengan menggunakan metode mind map yang dilaksanakan siklus sebelumnya, meliputi gagasan, kreativitas, komposisi, gaya perseorangan, teknik dan wujud.

l. Melakukan postest (dilakukan di setiap akhir pertemuan siklus I,II,dan III)

3. Pelaksanaan/ tindakan a. Memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran, baik proses maupun hasil

b. Mengujicobakan pembelajaran seni rupa dengan menggunakan metode mind map untuk peningkatan kemampuan apresiasi siswa

4. Pengamatan a. Mengamati proses pembelajaran (kelemahan dan kelebihan)

b. Mengamati hasil pembelajaran

5. Refleksi a. Mengkaji kelemahan dan kelebihan hasil pembelajaran

b. Merencanakan pembelajaran/tindakan perbaikan

6. Evaluasi a. Menyusun draft laporan b. Merevisi draft laporan


(34)

69 D. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik observasi, wawancara, angket, dokumentasi, studi literatur sebgai hasil non tes dan diolah secara kualitatif. Hasil penelitian tes berupa hasil penilaian pretes dan posttest. Kesemua teknik ini diharapkan dapat melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. (Sukmadinata,N.S:2005:221). Sedangkan tujuan utama dari observasi adalah untuk memantau proses, hasil, dan dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan.

Dalam PTK observasi terutama ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran observasi dalam PTK adalah proses dan hasil atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses dan dampak yang teramati diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk menata kembali langkah-langkah perbaikan. Wardani, (2002:2.19) dalam Supartini (2008:73).

Observasi disini dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat berlangsungnya pembelajaran. Pada saat observasi peneliti mengamati aktivitas kelas baik yang berkaitan dengan perilaku siswa dengan bantuan kolabor dan dilakukan dengan partisipasi pasif artinya hanya sebagai orang yang mengamati saja. Pada saat observasi berlangsung, peneliti berperan sebagai pengamat yang berada di dalam aktivitas dan setting penelitian. Observasi dilakukan bersama-sama dengan guru selaku mitra secara kolaboratif.


(35)

70 Pengamatan dilakukan mulai dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Dengan demikian, perilaku siswa pada saat membuat mind map pada pertemuan 1: Pengetahuan sejarah seni rupa terapan di wilayah nusantara dan klasifikasi seni rupa terapan berdasarkan pembagian zaman/ periode. Pertemuan 2: Jenis dan karakteristik hasil karya seni rupa terapan di wilayah nusantara. Pertemuan 3: Alat, teknik, media, bahan dan proses pembuatan karya seni terapan wilayah nusantara dengan menggunakan metode mind map, dapat terekam dalam catatan hasil observasi. Pada setiap awal pembelajaran siswa diberikan tes awal (pretest) dan akhir pelajaran diberikan tes akhir (posttest).

Dalam pelaksanaan pencatatan obsevasi, pengamat membuat deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang diamati yang berisi butir-butir kegiatan yang mungkin diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati. Dalam pencatatan observasi pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda cek terhadap perilaku atau kegiatan yang diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati. Pengamat juga membuat instrumen-instrume lain yang mendukung pelaksanaan observasi. Lembar observasi terlampir.

2. Teknik wawancara

Nasution (1996:69) dalam Supartini (2008:74) mengatakan : "Observasi saja tidak memadai dalam melakukan penelitian, itu sebabnya observasi harus dilengkapi oleh wawancara. Dengan melakukan wawancara penelitian dapat memasuki dunia pilihan dan perasaan responden".


(36)

71 Tujuan dari wawancara untuk mengetahui apa yang terkandung dalam hati dan pikiran orang lain, bagaimana pandangannya tentang hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi. Teknik ini akan penelitian tempuh dengan melakukan wawancara secara hati-hati dan mendalam berdasarkan instrumen yang telah dipersiapkan dan bersifat terbuka dengan maksud pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan. (Nasution,1996:73) dalam Supartini (2008:74).

Wawancara juga ditujukan untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individual dan sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian. Bentuk pertanyaan atau pernyataan bisa sangat terbuka, sehingga responden mempunyai keleluasaan untuk memberikan jawaban atau penjelasan. Pertanyaan atau pernyataan dalam pedoman wawancara juga bisa berstruktur, suatu pertanyaan umum diikuti dengan pertanyaan atau pernyataan yang lebih khusus atau lebih terurai, sehingga jawaban atau penjelasan dari responden menjadi lebih dibatasi dan diarahkan. Untuk tujuan-tujuan tertentu sub pertanyaan atau pernyataan-pernyataan tersebut bisa sangat berstruktur, sehingga jawabannya menjadi singkat-singkat atau pendek-pendek, bahkan membentuk instrumen berbentuk ceklis. (Sukmadinata,N.S,2005:216)

Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitan ini dilakukan oleh peneliti sendiri kepada siswa dengan percakapan langsung dan dilakukan dengan tanya jawab, yang bertujuan untuk mengetahui hambatan atau kemudahan yang dialami para siswa dalam mengikuti pembelajaran apresiasi seni denga


(37)

72 menggunakan mind map. Pedoman wawancara digunakan untuk menjaring data dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan pendapat guru dan siswa yang dijadikan subjek penelitian. Wawancara ini dipakai untuk melengkapi data dari hasil pengamatan dan dilakukan secara intensif kepada nara sumber untuk memperoleh keterangan sebanyak-banyaknya. Wawancara sendiri akan direkam dengan tape-recorder dan pencatatan.

Sebelum wawancara dilakukan, peneliti terlebih dahulu memberitahukan tujuan wawancara tersebut kepada nara sumber. Adapun bentuk pertanyaan wawancara pada waktu pra survai atau studi pendahuluan adalah wawancara tak berstruktur, sedangkan setelah mengujicobakan pembelajaran apresiasi seni dengan menggunakan metode mind map, wawancara yang dilakukan adalah wawancara berstruktur yang jawabannya bersifat terbuka. Isi pertanyaan wawancara dalam pengembangan model pembelajaran ini berkenaan dengan pendapat responden tentang pembelajaran apresiasi seni dengan metode mind map, yang akan meliputi hal-hal sebagai berikut: (l) karakteristik guru dan siswa, (2) pengalaman tentang pembelajaran(3) pendapat tentang metode mind map, (4) kemampuan pengembangan , (5) kekurangan/ kelemahan metode mind map yang telah dilaksanakan, (6) upaya perbaikan/penyempumaan pembelajaran apresiasi seni, yang telah dilakukan. Pedoman wawancara terlampir.

3. Angket

Setelah teknik wawancara dilakukan, angket kemudian disebarkan untuk mencari data lebih lengkap. Angket atau kuesioner (questionnaire) merupakan


(38)

73 suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Sama dengan pedoman wawancara, bentuk pertanyaan bisa bermacam-macam, yaitu pertanyaan terbuka, pertanyaan berstruktur dan pertanyaan tertutup. (Sukmadinata, N.S:2005:219).

Dalam penelitian ini, angket diberikan secara tertutup, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh siswa. Siswa tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban. Pada waktu pengisian angket dijelaskan maksud pengedaran angket, jaminan kerahasiaan jawaban serta ucapan terima kasih kepada siswa. Petunjuk pengisian menjelaskan bagaimana cara menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan yang tersedia. Butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas, menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (populer), kalimat tidak terlalu panjang dan tidak beranak-cucu. Dalam butir-butir pertanyaan hanya berisi satu pesan (message) sederhana. Untuk setiap pertanyaan disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari siswa secukupnya. Format angket terlampir.

4. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengkaji keberhasilan perencanaan tindakan yang telah dilakukan. Dokumentasi ini berkaitan dengan (1) Perencanaan tindakan yang telah dilakukan berupa perencanaan pembelajaran apresiasi seni


(39)

74 rupa dengan menggunakan metode mind map, (2) Gambar-gambar teknik pembuatan mind map dalam tiga pertemuan, (3) Hasil tes awal/ pretest dan tes akhir/posttest , dan (4) Kertas Gambar Siswa (KGS) berupa hasil kegiatan membuat mind map dengan materi pembelajan apresiasi seni yang menyangkut Pertemuan 1: Pengetahuan sejarah seni rupa terapan di wilayah nusantara dan klasifikasi seni rupa terapan berdasarkan pembagian zaman/ periode. Pertemuan 2 : Jenis dan karakteristik hasil karya seni rupa terapan di wilayah nusantara. Pertemuan 3: Alat, teknik, media, bahan dan proses pembuatan karya seni terapan wilayah nusantara dengan menggunakan metode mind map. (5) Foto-foto saat kegiatan penelitian berlangsung.

5. Studi Literatur

Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku peraturan tertulis dan bacaan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang dimaksud. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang sekiranya dapat mendukung pada kenyataan yang berlaku dalam penelitian ini.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen merupakan merupakan salah satu alat atau cara yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (1991:43) bahwa : "…instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data. Dan alat ini harus dipilih sesuai dengan data yang dibutuhkan...."


(40)

75 Sesuai dengan tujuan penelitian metode mind map untuk meningkatkan pembelajaran apresiasi seni pada siswa kelas X SMA Pasundan 1 Bandung, maka untuk memperoleh data yang objektif sesuai dengan kebutuhan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes. Untuk kelengkapan pengumpulan data berkaitan dengan evaluasi hasil, peneliti menggunakan instrument berupa tes awal/pretest, dokumen hasil pekerjaan siswa dari kegiatan membuat mind map dan tes akhir/posttest. Teknik tes dilakukan dalam bentuk tes kognitif untuk mengetahui kemampuan awal dan akhir siswa dalam menguasai materi pembelajaran.

Instrumen tes hasil belajar diarahkan untuk mengetahui sikap siswa, baik saat proses pembelajaran, ketika tes awal (pretest), ketika membuat mind map maupun pada tes akhir (postest), sehingga data yang didapat dapat digunakan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran apresiasi seni terapan wilayah nusantara.

Pada proses pengumpulan data nontes, peneliti melakukan observasi dengan pencatatan, peneliti membuat deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang diamati yang berisi butir-butir kegiatan yang mungkin diperlihatkan oleh siswa yang perlu yang diamati. Dalam pencatatan observasi peneliti hanya tinggal membubuhkan tanda cek terhadap perilaku atau kegiatan yang diperlihatkan oleh siswa. Peneliti juga menggunakan instrument nontes berupa daftar pertanyaan terstruktur untuk melakukan wawancara.


(41)

76 Wawancara dilakukan untuk mencari informasi tentang kegiatan pembelajaran apresiasi seni yang sudah dilakukan guru dan menggali pendapat guru berkaitan dengan pembelajaran apresiasi seni terapan wilayah nusantara dengan menggunakan metode mind map yang telah dilakukan guru. Untuk melengkapi pengumpulan data yang dilakukan, peneliti juga menggunakan instrument pengumpul data berupa angket yang disebarkan kepada siswa.

Angket diberikan secara tertutup, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh siswa. Siswa tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban. Angket juga dilengkapi dengan butir-butir penyataan seputar pembelajaran apresiasi seni terapan di wilayah nusantara.

Untuk merekam peristiwa atau kegiatan penting selama proses pembelajaran berlangsung baik yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, dilakukan perekaman dengan kamera foto. Melalui kamera foto, data tindakan dapat direkam secara secara langsung sehingga mempermudah pemaknaan terhadap tindakan yang diberikan peneliti. Seluruh instrument pengumpulan data berupa lembar obsevasi, pedoman wawancara, angket dan dokumentasi, dapat dilihat di bagian lampiran.


(42)

77 1. Pedoman Penilaian

Pembelajaran yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar intrakulikuler, sehingga proses pembelajaran harus memberikan hasil positif terhadap peningkatan kemampuan apresiasi siswa khususnya apresiasi karya seni terapan dalam pembelajaran seni rupa dengan menggunakan metode mind map.

Berkaitan dengan hal tersebut maka proses dan hasil belajar merupakan informasi yang dijadikan data penelitian. Penilaian data hasil tes dilakukan berdasarkan kriteria penilaian skala Likert 1-5 sebagai berikut:

Skala 1 = Sangat Kurang Skala 2 = Kurang

Skala 3 = Cukup Skala 4 = Baik

Skala 5 = Sangat Baik Sumber : (Sudjana :1995:32)

Pedoman penilaian yang digunakan adalah beberapa kriteria yang telah disusun peneliti dengan mengambil esensi dari taksonomi Benyamin Bloom, sebagai berikut. "Hasil belajar hendaknya merupakan objek penilaian terhadap ranah kognitif, afektif, dan psikomotor" (Sudjana:1995:22). Untuk memudahkan penilaian yang mencakup ketiga hal diatas, maka dibuat prosedur penilaian tindakan dalam tabel di bawah ini :


(43)

78 2. Kriteria Penilaian

Standar Kompetensi : Mengapresiasi Karya Seni Rupa

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara

Tabel. 3.2.

Prosedur PenilaianTindakan Penelitian Siklus I, II, Dan III

FOKUS KEMAMPUAN

PERENCANAAN TINDAKAN REFLEKSI

Siklus I.

Mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara

• Siswa mampu

mendeskripsikan sejarah perkembangan seni rupa di wilayah nusantara secara sistematis (tertulis) • Siswa mampu

mengklasifikasikan pembagian zaman/periode perkembangan seni rupa di wilayah nusantara (tertulis)

Siklus II. Mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara

• Siswa mampu

mendeskripsikan karakteristik seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis)

• Siswa mampu

menyebutkan contoh-contoh karya seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis) Siklus III.

Mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara

• Siswa mampu

menyebutkan alat, teknik, media, bahan dalam karya seni rupa terapan di wilayah

nusantara (tertulis) • Siswa mampu

mendeskripsikan langkah-langkah/ proses pembuatan karya seni rupa terapan di wilayah nusantara ( tertulis)


(44)

79 Standar Kompetensi : Mengapresiasi Karya Seni Rupa

Kompetensi Dasar : Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara.

Tabel. 3.3.

Prosedur PenilaianTindakan Penelitian Siklus IV

FOKUS KEMAMPUAN

PERENCANAAN TINDAKAN REFLEKSI

Siklus IV

Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara

• Siswa mampu :

melaksanaan kegiatan apresiasi karya seni terapan yang dilakukan dengan pengamatan, penikmatan, penghayatan, dan pemberian nilai atau sikap.

• Aspek yang dinilai meliputi : 1. Gagasan (ide)

2. Kreativitas yaitu siswa mampu menilai penciptaan karya seni dengan

mewujudkan sesuatu yang belum pernah ada serta mempunyai arti dan nilai baru.

3. Komposisi yaitu siswa mampu menilai unsur-unsur yang terdapat pada karya dapat bersifat fisik yang dapat dipahami secara visual. 4. Gaya Perseorangan yaitu

siswa mampu menilai karakteristik karya seni terapan berupa fungsi karya serta bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan.

5. Teknik dan Wujud yaitu siswa mampu menilai teknik-teknik yang dipakai dalam pembuatan karya seni terapan disertai alat dan, media.


(45)

80 Tabel 3.4.

Penilaian Tindakan Pembelajaran Siklus I

FOKUS KEMAMPUAN KEMAMPUAN YANG DIKUASAI INDIKATOR YANG DIHARAPKAN KRITERIA PENILAIAN 1 2 3 4 5 Mengidentifikasi

keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara

• Siswa mampu mengklasifikasikan pembagian

zaman/periode perkembangan seni rupa di wilayah nusantara (tertulis) • Siswa mampu

mendeskripsikan sejarah

perkembangan seni rupa di wilayah nusantara secara sistematis (tertulis)

•Siswa mampu mengklasifikasi dan mendeskripsikan perkembangan seni rupa terapan (seni kriya) terbagi kedalam empat periode, yaitu Zaman Prasejarah, Zaman Hindu-Budha, Zaman Islam, dan Zaman Modern

•Siswa jugadiharapkan mampu meyebutkan contoh karya seni terapan (seni kriya) yang dihasilkan dari masing-masing periode zaman tersebut


(46)

81 Tabel 3.5.

Penilaian Tindakan Pembelajaran Siklus II

FOKUS KEMAMPUAN KEMAMPUAN YANG DIKUASAI INDIKATOR YANG DIHARAPKAN KRITERIA PENILAIAN 1 2 3 4 5 Mengidentifikasi

keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara

• Siswa mampu menyebutkan

contoh-contoh karya seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis)

• Siswa mampu mendeskripsikan karakteristik seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis)

•Siswa mampu menyebutkan contoh-contoh hasil karya seni terapan di wilayah nusantara dari empat periode zaman

•Siswa juga

diharapkan mampu menjelaskan fungsi karya serta bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan di wilayah nusantara tersebut berdasarkan empat periode zaman


(47)

82 Tabel 3.6.

Penilaian Tindakan Pembelajaran Siklus III

FOKUS KEMAMPUAN KEMAMPUAN YANG DIKUASAI INDIKATOR YANG DIHARAPKAN KRITERIA PENILAIAN 1 2 3 4 5 Mengidentifikasi

keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara

• Siswa mampu menyebutkan teknik, alat, media atau bahan yang dapat dipakai dalam pembuatan karya seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis)

• Siswa mampu mendeskripsikan langkah-langkah/ proses pembuatan karya seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis)

•Siswa mampu menyebutkan teknik-teknik yang dapat dipakai dalam

pembuatan karya seni terapan disertai alat dan, media, dan teknik.

•Siswa diharapakan mampu

mendeskripsikan langkah-langkah/ proses pembuatan teknik cor bivalve dan a cire perdue , teknik mengukir/memahat teknik membatik teknik menganyam, dan keramik


(48)

83 Tabel 3.7.

Penilaian Tindakan Pembelajaran Siklus IV

FOKUS KEMAMPUAN KEMAMPUAN YANG DIKUASAI INDIKATOR YANG DIHARAPKAN KRITERIA PENILAIAN 1 2 3 4 5 Menampilkan

sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara

• Siswa mampu : melaksanaan

kegiatan apresiasi karya seni terapan yang dilakukan dengan pengamatan, penikmatan,

penghayatan, dan pemberian nilai atau sikap.

• siswa mampu menyebutkan gagasan karya • siswa mampu

menilai penciptaan karya seni dengan mewujudkan sesuatu yang belum pernah ada serta mempunyai arti dan nilai baru. • siswa mampu

menilai unsur-unsur yang terdapat pada karya dapat bersifat fisik yang dapat dipahami secara visual.

• siswa mampu menilai karakteristik karya seni terapan berupa fungsi karya serta bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan. • siswa mampu menilai teknik-teknik yang dipakai dalam pembuatan karya seni terapan disertai alat dan, media


(49)

84 F. Analisis Data

Analisis suatu studi action research mengandung arti mengidentiilkasi dan menyetujui kriteria yang dapat digunakan untuk menerangkan apa yang telah terjadi atau untuk menunjukkan bahwa perbaikan telah terjadi. Langkah-Iangkah analisis data adalah setelah merasa cukup mendapatkan data, data selanjutnya dipilah-pilah dan difokuskan pada keterkaitan proses tindakan, yaitu:

(1) Dampak perubahannya (2) Kendala-kendala.

(3) Faktor-faktor pendukung terjadinya perubahan. Hasil analisis dijadikan titik awal melakukan refleksi sekaligus upaya penafsiran dan evaluasi terhadap upaya yang telah terjadi untuk tujuan merencanakan kembali tindakan terkait yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran. (Kusumawardani, 2007:63).

Dalam menganalisis data hasil penelitian, data yang diperoleh dari kegiatan tes dan hasil observasi dari kegiatan pembelajaran dianalisis secara kualitatif dengan cara mengkaji hasil tindakan yang dilakukan pada tiap siklus. Pengolahan data (hasil pembelajaran) dilakukan dengan cara mengkaji membandingkan hasil sebelum tindakan dan sesudah tindakan dilakukan dengan cara memberi skor kemudian menentukan tingkat kualitas jawaban. Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah secara kualitatif dengan melalui deskripsi hasil penelitian, kemudian dianalisis dengan melalui teknik pengolahan data. Teknik yang digunakan dalam pengolahan data penelitian ini, yaitu teknik perhitungan prosentase. Alasan memilih teknik prosentase adalah agar hasil data yang diperoleh dapat menunjukkan kearah keabsahan data dan


(50)

85 validitas instrumen serta dapat mengambil kesimpulan yang tepat untuk membuktikan kebenaran hipotesis.

Prosentase untuk semua kemungkinan jawaban diperoleh dengan memberi frekwensi observeb (fo) dengan jumlah sample (N), kemudian dikalikan 100% atau dengan rumus:

fo

P = — x 100 N

Keterangan:

fo = Frekwensi Observeb yang memilih suatu alternative N = Jumlah siswa

100 = Bilangan tetap

P = Prosentase yang dicari (Sumber : Sudjana,1989:130-131)

Analisis data dilakukan dengan cara mengkaji membandingkan hasil sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Hasil perolehan nilai dari masing-masing item selanjutnya dijumlahkan dengan skor maksimal 80, yang kemudian diinterprestasikan dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.8

Kategori Prosentase dan Interprestasi

PROSENTASE KATEGORI INTERPRETASI

0 % - 25 % Kemampuan Apresiasi Siswa Sangat Kurang 26 % - 40% Kemampuan Apresiasi Siswa Kurang

41 % - 60 % Kemampuan Apresiasi Siswa Cukup 61 % - 80% Kemampuan Apresiasi Siswa Baik


(51)

86 G. Lokasi, Populasi dan Sampel

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Pasundan 1 Bandung yang berlokasi di Jalan Balonggede No. 28 Bandung 40251, Nomor telepon: 022-4235729. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan didasari beberapa pertimbangan, seperti :

a. SMA yang memasukan muatan lokal di antaranya seni budaya (pendidikan seni rupa) ke dalam intrakulikuler sekolah.

b. Berada di tengah kota yang begitu banyak pengaruh luar yang masuk ke dalam pemikiran para siswanya. Siswa di dalam kota kurang berminat pada pembelajaran seni budaya yang memiliki nilai tradisional jika dibandingkan dengan seni modern yang lebih disukai siswa.

2. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Pasundan 1 Bandung dari kelas X1 sampai X10.

3. Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X2, X3, X8 SMA Pasundan 1 Bandung tahun ajaran 2008/2009. Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 39 orang di kelas X2, 41 orang di X3, dan 45 orang di X8. Pemilihan sampel dilakukan dengan alasan kesesuaian bahan ajar dan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa kelas X SMA dengan kajian penelitian, serta beberapa alasan yang sama seperti telah dijelaskan dalam pemilihan lokasi penelitian.


(52)

279 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di kelas X SMA Pasundan 1 Bandung mengenai implementasi metode mind map umtuk meningkatkan kemampuan apresiasi siswa khususnya karya seni terapan, didapatkan kesimpulan :

1. Kondisi Awal Pembelajaran

Awalnya pelaksanaan pembelajaran apresiasi karya seni rupa masih berupa pembelajaran dengan metode yang konvensional, belum mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya seni yang merupakan kegiatan pengamatan terhadap karya seni yang diikuti penikmatan dan pemahaman. Selain itu, mulai dari RPP, proses, hingga evaluasi masih tidak menampakkan kegiatan yang mengarah pada upaya peningkatan kemampuan apresiasi. RPP baru dibuat untuk memenuhi syarat administrasi, tidak dipahami untuk untuk memperlancar proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, siswa merasa sulit untuk mengapresiasi suatu karya, disebabkan mereka belum memiliki cara yang mudah mempelajari materi sehingga sulit untuk memahami yang kemudian sulit memberikan tanggapan pada karya seni rupa.

2. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Mind Map

Penggunaan metode mind map dalam proses pembelajaran seni rupa bagi peneliti dan guru merupakan hal yang baru dilakukan. Metode ini terbukti memadai untuk meningkatkan kemampuan apresiasi siswa khususnya apresiasi


(53)

280 karya seni terapan. Hasil kegiatan pembelajaran seni rupa menggunakan metode mind map diawali dengan mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara. Kemudian dilanjutkan kepada menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara.

Pada siklus awal materi pembelajaran meliputi pengetahuan sejarah seni rupa dan klasifikasi karya seni rupa berdasarkan pembagian zaman/periode. Sedangkan pada siklus tengah materi pembelajaran meliputi jenis dan karakteristik hasil karya seni rupa berupa alat, teknik, media, bahan dan proses pembuatan karya seni. Langkah langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan metode mind map pada siklus awal adalah siswa terlebih dahulu mempelajari dengan cara membaca materi pada modul yang harus dibuat kedalam catatan dalam bentuk mind map, kemudian siswa membuat mind map materi pembelajaran apresiasi seni rupa terapan pada KGS yang telah disediakan. Siswa memberi judul dan harus memberi gambar di tengah KGS sebagai pusat mind map, kemudian mengidentifkasi pembagian zaman/periode perkembangan seni rupa di wilayah nusantara ke dalam mind map pada cabang-cabang utama. Selanjutnya siswa menyimpulkan sejarah perkembangan seni rupa di wilayah nusantara secara sistematis pada masing-masing sub cabang pertama, dilanjutkan dengan menyebutkan contoh karya seni terapan yang dihasilkan dari masing-masing periode zaman tersebut pada sub cabang kedua. Langkah terakhir siswa menyebutkan contoh karya seni terapan yang dihasilkan dari masing-masing periode zaman tersebut pada sub cabang kedua.


(54)

281 Langkah pembelajaran dengan mind map pada siklus tengah antara lain siswa mempelajari dengan cara membaca pada lembaran materi yang harus dibuat kedalam catatan dalam bentuk mind map, kemudian siswa membuat mind map materi pembelajaran apresiasi seni rupa terapan pada KGS yang telah disediakan. Langkah awal yang harus dilakukan siswa memberi judul materi dan gambar di tengah KGS sebagai pusat mind map, kemudian siswa mengidentifikasi periode perkembangan seni terapan pada cabang-cabang utama dengan diberikan gambar kemudian menyebutkan contoh-contoh hasil karya seni terapan yang dipilih pada masing-masing sub cabang pertama, dilanjutkan dengan menyebutkan karakteristik seni terapan yang dipilih meliputi bentuk, fungsi dan bahan yang digunakan pada masing-masing sub cabang kedua. Pada materi pembelajaran berikutnya siswa memberi judul , gambar dan warna di tengah KGS sebagai pusat mind map, kemudian mengidentifikasi teknik yang dapat dipakai dalam pembuatan karya seni terapan pada cabang-cabang utama, kemudian menyebutkan cara atau metode yang digunakan dalam pembuatan teknik-teknik pada masing-masing sub cabang pertama , langkah terakhir siswa diminta menuliskan proses pembuatan karya seni terapan dalam teknik-teknik yang disebutkan diatas, pada masing-masing sub cabang kedua.

Pada siklus akhir siswa melakukan kegiatan mengapresiasi hasil-hasil karya seni rupa terapan dan mengimplementasikan sikap apresiatif secara tertulis melalui lembar apresiasi yang terarah, obyektif, faktual, dan sistematis. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu pengamatan, penghayatan, penilaian dan pendapat, meliputi penciptaan karya seni (nama, bentuk, bahan, warna, ukuran), unsur-unsur


(1)

285 3. Kepala sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan

dalam mnentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah, maka diharapkan lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana pendukung belajar. Kepala sekolah selayaknya dapat memberikan motivasi dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran. Peningkatan kompetensi ini dapat dilakukan melalui wadah pengembangan profesional guru seperti kegiatan MGMP maupun kegiatan-kegiatan lain seperti penataran, workshop, dan sebagainya perlu terus diberdayakan.

4. Kepada Dinas Pendidkan Kota Bandung, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dalam meningkatkan kinerja guru dan membenahi pembelajaran seni rupa khususnya pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan apresiasi siswa, sehingga pembelajaran ini tidak hanya sekedar mementingkan perolehan nilai, tetapi juga proses untuk mencapai kurikuler yang lebih optimal.

5. Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengkaji dan menelaah masalah-masalah mengenai penggunaan metode yang lebih bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentuhan pengalaman yang lebih luas kepada guru-guru seni rupa tentang pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran seni rupa dapat lebih meningkat lagi pada masa-masa yang akan datang.


(2)

(3)

286 DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, S. T. (1983). Kreativitas. Jakarta: Dian Rakyat.

Bachman, E.(2005). Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya

Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) . (2006). Paduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan JenjangPendidikan dasr dan Menengah. Jakarta.

Bahruddin.(2005). Rahasia Sekolah Bermutu, Murah dan Menyenangkan. Harian Umum Kompas, 23 Maret 2005, him. 9.

Bahaudin, T.(1999). Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia. Elex Media Komputindo: Jakarta.

Bastomi, S. (1981/1982). Landasan Berapresiasi Seni Rupa. Semarang: Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi IKIP Semarang.

Best, D. (1985). Feeling and Reason in the Arts. George Alen and Unwin. Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Buzan,T.(2004). Mind Map, Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Buzan,T.(2007). Buku pintar Mind Map . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Buzan, T dan Barry. (2004). Memahami Peta Pikiran : The Mind Map Book.

Interaksa: Batam.

Chang, R. (1980). "Philosophic Approaches to an Art Psychology". Commentaries on the Psychology of Art. Unpublished. Tersedia: http:// www. Iastplace.com/Journal/ philosart.htm. [6 Oktober 2005].

Ching,F.D.K. (2002). Menggambar Suatu Proses Kreatif. Jakarta: Erlangga. Darsono, Max.(2001). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang

Press.

DePorter dan Hernacki.(1992). Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Ed 1,cet. ke-25. Bandung : Khaifa , 2007.


(4)

287 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). Kurikulum 2004 SMA Mata Pelajaran Kesenian. Jakarta.

Dryden, G. (2003). Revolusi Cara Belajar : The Learning Revolution Bagian I. Kaifa: Bandung.

Elyusra. (2007). “Model Elaborasi dan Peta Konsep pada Perkuliahan Teori Sastra: Suatu Inovasi Pembelajaran di LPTK.” Makalah pada Seminar Nasional, di Universitas Bengkulu, Tanggal 19 Novenber 2007.

Emmons, R. A. & McCullough, M.E. (Ed.) (2004). The Psychology of Gratitude. New York: Oxford University Press.Tersedia: http:/www.questia.com. [28 Mei 2005].

Gaitskell, C. D. and Gaitskell, M. R. (1954). Art Education During Adolescence. New York: Harcourt, Brace and Company.

Hamalik,O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hernowo.(2005). Artikel Buka Pikiran dengan “Mind Mapping”. Bandung: Pikiran Rakyat Online.

Artikel Brain-Based Writing. Bandung: Pikiran Rakyat Online. Iskandar, P (2000) Alam Pikiran Seniman. Yogyakarta: Aksara Indonesia.

Jazuli, M.(2008). Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Unesa University Press

Jensen, E dan Makowitz, K. (2002). Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Kaifa : Bandung.

Klausmeier, H. J. (1953). Principles and Practices of Secondary School Teaching. New York: Harper & Brothers

Khisbiyah, Y. dan Sabardila, A. (Ed) (2004). Pendidikan Apresiasi, Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluraisme Budaya. Surakarta: Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhamadiah bekerja sama dengan The Ford Fondation.

Makmun, A.S. (2000). Psikologi Kependidikan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(5)

288 Pandley,j.BD.,R.L. Bretz and J.D Novak. (1994). Concept maps as tool to assas

Learning in chemmistry,J.of Chemical Education. 71:9-15

Rice, R. W. (1997). Art Appreciation. (Online). In Art 360 Foundation of Art Education. Tersedia: http://www.uncg.edu/art/ courses/rwrice/360/AAprec. htm [4 Maret 2006].

Riantiarno, A.R. (2002). "Program Apresiasi Dewan Kesenian Jakarta". Makalah pada Semiloka Nasional Pendidikan Apresiasi Seni: Merayakan Keanekaragaman Budaya Nusantara Kerja sama Pust Studi Budaya UMS dan Ford Foundation di Hotel Lor In Solo pada tanggal 28-30 Juli 2002. Rostikawati, R.T. (2008). Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning

Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa. Biology Education Study Program FKIP UNPAK.

Sahman.H. (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa, Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika. Semarang: IKIPSemarang Press.

Salim, A. dkk. (2004). Indonesia Belajarlah. Semarang: Gerbang Madani Indonesia.

Situngkir, H. Paper Penggunaan Fuzzy Cognitive Mapping dalam Konstruksi Analisis Sosial.

Soehardjo, A. J. (2005). Pendidikan Seni, dari Konsep sampai Program. Malang: Balai Kajian Seni dan Desain Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Soedarso SP. (1990) Tinjauan Seni Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta: Saku Dayar Sana Yogyakarta.

Sudjana, N. (2007). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo Sugiarto, I. (2004). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik

dan Kreatif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono.(2007). Memahami penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya


(6)

289 Supartini. (2008) . Imlementasi Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berbicara. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Susilo, (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Pustaka Book Publisher.

Tocharman, dkk. (2006). Kajian Lanjutan Pembelajaran Seni Rupa. Bandung : UPI Press

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Media Pustaka Mandiri

Wikipedia Indonesia.(2008). Pengertian Pembelajaran. [Online] Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. [ 2 Maret 2009]

Wardhani. (2007). Pengembangan Kreativitas Siswa Dalam Kegiatan Ekstra Kulikuler Menggambar. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Wardhani. (2007). Bahan Ajar Strategi Kognitif. [Online] Tersedia di: www.sekolahindonesia.com.

Windura,S. (2008).MIND MAP Langkah Demi Langkah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo


Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Mind Map Untuk Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips (Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Depok)

0 17 177

Penerapan Metode Mind MAP untuk peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS (penelitian tindakan pada siswa kelas V MI Misbahul Falah Depok)

0 4 177

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X DI SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 3 72

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI: penelitian tindakan kelas di kelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung.

2 24 63

IMPLEMENTASI ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA KELAS VII DI SMPN 29 BANDUNG.

0 5 57

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.

0 4 36

PENERAPAN TEKNIK BERTANYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas X Mia 2 SMA Negeri 26 Bandung.

1 6 57

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA :Penelitian Tindakan Kelas di kelas X-2 SMA Negeri 6 Bandung.

0 2 54

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SENI TERPADU, UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI DAN KREASI SENI RUPA TERAPAN TRADISIONAL DAERAH SETEMPAT : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri I Karangnunggal, Tahun Pembelajaran 2009/2010, Kabupaten Tasikmal

0 2 58

MENINGKATKAN APRESIASI SENI RUPA TRADISI

0 0 7