Penerapan Metode Mind Map Untuk Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips (Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Depok)

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh

SITI NUR CHAYATI NIM. 1110018300028

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Kata Kunci : Metode Mind Map, Aktivitas Belajar Siswa

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V-B MI Misbahul Falah Depok melalui penerapan metode mind map. Metode yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala aktivitas belajar dan observasi aktivitas belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa melalui penerapan metode mind map. Hal ini dibuktikan dengan hasil skala aktivitas belajar siswa pada siklus II yang berada pada kategori tinggi dan sedang, serta berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II meningkat sebesar 74,2% dibandingkan dengan siklus I. Begitu pula dengan hasil belajar siswa, pada siklus II skor rata-rata nilai tes akhir belajar IPS meningkat menjadi 75,6. Skor rata-rata kelas nilai tes akhir belajar IPS mengalami peningkatan sebesar 12,7 dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu 70. Kesimpulannya bahwa penerapan metode mind map dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS siswa kelas V MI Misbahul Falah Depok.


(7)

ii

Keyword : Mind Map Methods, Student Learning Activity

This research aims to improve social science learning activity of student on the social science subject in grade five students of MI Misbahul Falah Depok through an application of Mind Map Methods. The research method that used is Classroom Action Research (CAR) which consisted of two cycles. Research instrument that used are learning activity scale and students learning activity observation.

The results showed an increase in activity of student learning through the Mind Map Methods. This increase evidenced by the results of student learning activity scale in second cycle which is at the high and medium category, then according to the results of students learning activity observation in second cycle increased by 74,2% compared to the first cycle. Similary, the learning results of students in the second cycle with an average score on the final test of social science have increased to 75,6. An average scoe on the final test of social science at the class has increased by 12,7 and there are no students scored under KKM that’s 70. The conclusion that the application of the Mind Map Methods can improve social science learning activity students on the social science subjects in grade five students of MI Misbahul Falah Depok.


(8)

iii

kemudahan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Metode Mind Map Untuk Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V Mi Misbahul Falah Depok”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan kritik yang sangat membangun selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut ilmu.

5. Kepala sekolah dan segenap pengajar SD Al-Zahra Indonesia Pamulang, yang telah membantu terlaksananya penelitian dan terwujudnya skripsi ini.

6. Abdul Ghofur, MA., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi saran dan nasihat yang berguna bagi penulis selama perkuliahan. 7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta yang telah mendidik, merawat,

membesarkan, mememberi doa setulus hati, serta bantuan moril dan materil kepada ananda sehingga dapat menyelesaikan kuliah ini dengan lancar.


(9)

iv

9. Achmad Junaidi yang selalu memberikan kritik, saran, motivasi, do’a dan dukungan tiada henti selama penulis menyelesaikan skripsi.

10.Teman - teman PGMI angkatan 2010 dan khusunya kelas A yang telah memberikan semangat dan pengaruh positif selama penulis menyelesaikan skripsi.

11.Teman-teman seperjuangan Intan Kartika, Septiani, Siti Sukriyah, dan Yulianti yang selalu menjadi tempat berbagi ilmu selama bimbingan skripsi. 12.Erien Damayanti dan Fitri Nurmala, sahabat tersayang yang selalu ada saat

suka maupun duka dalam masa kuliah hingga selesai.

13.Sahabat Lusinan Khumairoh, Rafika, Herawati, Rosalina, Nufus, Restu, Nur Azizah, Ihda, Hilma, dan Elvina yang selalu menjadi semangat selama perkuliahan dan selalu memberikan saran selama penulis menyelesaikan skripsi.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat.

Jakarta, 4 Juni 2015


(10)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 4

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Metode Mind Map ... 7

1. Pengertian Active Learning ... 7

2. Pengertian Mind Map ... 10

3. Langkah-Langkah Pembuatan Mind Map ... 11


(11)

vi

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar ... 19

4. Pengukuran Aktivitas Belajar... 25

C. Pembelajaran IPS ... 27

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

E. Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 34

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 37

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 37

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 37

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 43

G. Data dan Sumber Data ... 43

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 43

I. Teknik Pengumpulan Data ... 44

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 44

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 47

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 49

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 50

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 94

C. Analisis Data... 94

D. Interpretasi Hasil Analisi ... 97


(12)

vii

C. Saran ... 103


(13)

viii

Tabel 4.2 Kategorisasi Skala Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 70

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I ... 72

Tabel 4.4 Refleksi Siklus I ... 74

Tabel 4.5 Skor Subyek dalam Skala Aktivitas Belajar Siswa Siklus II.. 89

Tabel 4.6 Kategorisasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 90

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II ... 91

Tabel 4.8 Persentase Kategori Hasil Skala Aktivitas Siswa dalam

Mata Pelajaran IPS Pada Siklus I dan Siklus II ... 95

Tabel 4.9 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada


(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Mind Map ... 13

Gambar 3.1 Rancangan Siklus Penelitian ... 36

Gambar 4.1 Siswa Membuat Mind Map Materi Kenampakan Alam

Perairan di Indonesia ………..58

Gambar 4.2 Siswa sedang Menyelesaikan Soal Mengenai WIB, WITA,

dan WIT yang Diberikan Oleh Penulis ………..68 Gambar 4.3 Kegiatan Siswa Saat Tes Akhir Siklus I ... 69


(15)

x

Lampiran 3 : Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 4 : Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 5 : Lembar Soal Tes Akhir Siklus I

Lampiran 6 : Lembar Soal Tes Akhir Siklus II

Lampiran 7 : Kisi-Kisi Instrumen Skala Aktivitas

Lampiran 8 : Skala Aktivitas Belajar

Lampiran 9 : Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lampiran 10 : Daftar Nilai Tes Akhir Siklus I dan Siklus II

Lampiran 11 : Perhitungan Pengkategorisasian Skala Aktivitas Belajar

Lampiran 12 : Kategori Aktivitas Belajar Siswa

Lampiran 13 : Gambar Mind Map buatan siswa

Lampiran 14 : Lembar Uji Referensi

Lampiran 15 : Permohonan Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 16 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 17 : Surat Permohonan Izin Observasi

Lampiran 18 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 19 : Surat Keterangan Selesai Penelitian


(16)

1

Pendidikan mengalami dinamika yang semakin lama semakin berkembang dan berusaha beradaptasi dengan gerak perkembangan yang dinamis tersebut. Oleh karenanya pendidikan yang diterapkan pada waktu sekarang tidak akan sama dengan pendidikan pada masa yang lalu ataupun masa yang akan datang. Sehingga akan selalu ada perubahan yang mengarah pada kemajuan pendidikan yang lebih baik. Hal ini seharusnya diikuti keberhasilan kegiatan pembelajaran, baik berupa peningkatan prestasi, motivasi, dan aktivitas peserta didik. Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Fungsi Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam mewujudkan tujuan tersebut. Salah satunya faktor guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses belajar antara guru dan siswa, hubungan interaksi antara guru dan siswa terlihat jelas dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan pembelajaran akan berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku pada peserta didik dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Perubahan tingkah laku pada anak terjadi apabila dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktivitas.

1

Undang-Undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: FOKUSMEDIA, 2009), h. 6


(17)

Aktivitas belajar siswa adalah sebuah proses yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas dengan cara mendengar, membaca, menulis, memberikan pandangan, mengamati, dan berpikir yang kesemuanya itu dilakukan di dalam kelas. Belajar yang berhasil akan melalui beberapa aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.2 Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Sedangkan aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.

Aktivitas inilah yang akan menentukan keberhasilan siswa dalam belajar, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Ketika aktivitas siswa dalam belajar itu rendah, yaitu merasa bosan, malas mencatat, malu bertanya, takut mengemukakan pendapat dan malas mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, maka hasil belajar siswa tersebut cenderung akan rendah. Tetapi sebaliknya ketika aktivitas siswa tinggi maka hasil belajarnya akan baik.

Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2011), membagi aktivitas belajar menjadi 8 kategori, yaitu: 1) visual activities, 2) oral activities, 3) listening activities, 4)

writing activities, 5) drawing activities, 6) motor activities, 7) mental activities, 8)

emotional activities.3

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Selanjutnya faktor ekstern terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Di dalam faktor sekolah, terdapat satu faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, yaitu metode mengajar yang dipilih guru.

2

Ahmad Rohani HM., Pengelola Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 8 3

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 19, h. 101


(18)

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Metode mengajar guru yang efektif, dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan mengingkatkan aktivitas siswa untuk belajar. Sebaliknya metode mengajar guru yang tidak efektif kurang meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Guru harus dapat memilih dan menggunkan metode mengajar yang efektif sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Salah satu metode yang efektif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah metode mind map.

Mind map merupakan salah satu metode pembelajaran aktif dan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif”.4

Dengan

Mind map siswa dapat menghasilkan gagasan, mencatat apa yang mereka pelajari atau merencanakan tugas baru. Sehingga siswa dapat mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang tengah mereka rencanakan. Dengan memetakan gagasannya sendiri, siswa lebih mudah dalam belajar dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan penulis di kelas V MI Misbahul Falah Depok, terdapat beberapa masalah yang muncul, salah satunya yaitu masih rendahnya aktivitas siswa dalam belajar, khususnya dalam mata pelajaran IPS. Rendahnya aktivitas belajar siswa terlihat dari beberapa indikator, seperti visual activities seperti siswa malas untuk membaca buku pelajaran maupun buku catatan dan kurang memperhatikan penjelasan guru, oral activities seperti keberanian dan inisiatif siswa untuk bertanya pun masih sangat rendah, listening activities seperti siswa kurang menyimak penjelasan guru, emotional activities dan mental activities

seperti siswa cenderung terlihat sangat jenuh dalam proses pembelajaran, sehingga ditemukan siswa yang mengantuk, mengobrol dengan teman lainnya, tidak fokus dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung yang mengakibatkan

4

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), cet. 3, h. 4


(19)

siswa mudah lupa dengan materi yang telah diajarkan. Rendahnya aktivitas belajar siswa tersebut disebabkan metode yang digunakan guru kurang efektif, sehingga kurang menimbulkan aktivitas belajar siswa.pada saat proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di kelas V MI Misbahul Falah Bojongsari Depok dengan judul ”Penerapan Metode Mind Map Untuk Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah yang ada, antara lain:

1. Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS).

2. Siswa malas untuk membaca buku pelajaran maupun buku catatan dan kurang memperhatikan penjelasan guru

3. Keberanian dan inisiatif siswa untuk bertanya khususnya dalam pelajaran IPS masih sangat rendah.

4. Siswa kurang menyimak penjelasan guru.

5. Siswa cenderung terlihat sangat jenuh dalam proses pembelajaran, sehingga ditemukan siswa yang mengantuk, mengobrol dengan teman lainnya, tidak fokus dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung yang mengakibatkan siswa mudah lupa dengan materi yang telah diajarkan.

6. Metode yang digunakan guru kurang efektif, sehingga kurang menimbulkan aktivitas belajar siswa.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi area dan fokus penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut:


(20)

1. Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS).

2. Metode yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa ialah metode

mind map.

3. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan aktivitas belajar siswa IPS yang meliputi beberapa aspek, yaitu memperhatikan, bertanya, mendengarkan, mencatat, menggambar, mengingat, mengambil keputusan, menanggapi dan emosional.

4. Materi pelajaran IPS pada penelitian ini meliputi keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dan keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu “Bagaimana penerapan metode mind map dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa di kelas V MI Misbahul Falah Depok?”. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode mind map dapat meningkatkan aktivitas belajara IPS siswa di kelas V MI Misbahul Falah Depok.

2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Siswa

Siswa dapat meningkatkan aktivitas belajarnya sehingga pembelajaran lebih efektif.


(21)

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan kepada guru bahwa model pembelajaran aktif metode mind map

merupakan salah satu alternatif model pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS.

c. Bagi Sekolah

Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran aktif pada mata pelajaran IPS bagi para guru IPS yang lain.


(22)

7

A. Metode Mind Map

1. Pengertian Active Learning

Bila dilihat dari etimologi, active learning berasal dari bahasa Inggris yaitu active dan learning. Active memiliki arti aktif, gesit, giat, dan semangat. Sedangkan kata learning yang diambil dari kata learn memiliki arti belajar. Bila kedua kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mengandung arti belajar aktif atau pembelajaran aktif.

Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berpikir keras (moving around and thinking aloud). Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, yang menjelaskan bahwa:

Siswa belajar aktif ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental ataupun fisik. Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambung, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami.1

Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Faktor kelemahan otak manusia untuk menyimpannya informasi baru cepat dilupakan, sebagaimana terdapat dalam konsep belajar aktif menurut Confusius filosof kenamaan dari Cina, mengatakan:

1

Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Pembelajaran Aktif, Meningkatkan Keasyikan Kegiatan di Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. viii.


(23)

Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya lakukan, saya pahami.

Dalam pembelajaran aktif, cara belajar dengan mendengar saja akan cepat lupa, dengan mendengar dan melihat akan ingat sedikit, dengan mendengar, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Melvin L. Silberman telah memodifikasi dan memperluas pernyataan Confisius tersebut menjadi apa yang ia sebut paham belajar aktif,

Yang saya dengar, saya lupa.

Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.

Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami

Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.

Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.2

Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan berbicara guru dengan tingkat kemampuan siswa terhadap apa yang disampaikan guru. Mel Silberman

menjelaskan bahwa “pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga

200 kata per menit, Jika siswa benar-benar berkonsentrasi, mereka akan dapat mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap 50-100 kata per menit, atau setengah dari apa yang diakatakan guru. Itu karena siswa juga berpikir banyak selama meraka mendengarkan.”3

2

Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nuansa, 2011), cet. 5, h. 23

3


(24)

Jadi dari definisi terkait belajar aktif yang telah dipaparkan di atas, maka dalam pembelajaran aktif, proses pembelajaran haruslah menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang proses aktif bagi siswa untuk membangun proses pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru dari materi yang diajarkan. Seperti yang diungkapkan oleh Dimyati, bahwa:

Sekolah yang melakukan pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, guru membimbing dalam terjadinya pengalaman pembelajaran, tujuan kegiatan tidak hanya sekedar mengejar standar akademis, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian.4

Siswa berperan aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri dan guru bukan satu-satunya sumber informasi dalam proses pembelajaran, guru hanya membimbing siswa, memotivasi siswa untuk memperoleh pengetahuan keterampilannya melalui usaha mereka sendiri sehingga proses belajar lebih bermakna untuk siswa.

Pembelajaran aktif mengacu kepada bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis.

Secara umum pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. Kedua, peserta didik tidak hanya mendengarkan materi secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Ketiga, penekanan pada eksplorasi

4


(25)

nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran, selain itu peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa, dan melakukan evaluasi, sehingga umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

2. Pengertian Mind Map

Mind Map secara harfiah adalah memetakan pikiran. Sutanto Windura mendefiniskan Mind Map sebagai berikut:5

a. Sistem belajar dan berpikir yang menggunakan kedua belah otak

b. Sistem belajar dan berpikir yang menggunakan otak sesuai dengan cara kerja alaminya

c. Sistem belajar dan berpikir yang mengeluarkan seluruh potensi dan kapasitas otak penggunanya yang masih tersembunyi

d. Sistem belajar dan berpikir yang mencerminkan apa yang terjadi secara internal di dalam otak kita saat belajar dan berpikir

e. Sistem belajar dan berpikir yang mencerminkan secara visual apa yang terjadi pada otak Anda saat belajar dan berpikir

Menurut Michael Michalko “mind map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier. Mind map menggapai ke segala arah

dan menangkap pikiran dari segala sudut”.6

Sedangkan menurut Tony Buzan

mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak, yang merupakan cara mencatat yang

kreatif dan efektif”.7

Mind Map yang baik adalah mind map yang berwarna-warni, menggunakan banyak gambar dan simbol, yang biasanya nampak seperti karya

5

Sutanto Widura, 1st Mind Map untuk Siswa, Guru, dan Orang Tua, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2013), h. 12

6

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011), cet ke-9, h. 3

7


(26)

seni. Dalam mind map, kita dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Ini sangat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi. Karena cara kerjanya mirip dengan cara kerja koneksi di dalam otak.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

mind map didefinisikan sebagai kegiatan merepresentasikan ide yang diungkapkan suatu wacana dengan menggunakan seluruh simbol grafis dalam satu gambar peta. Simbol grafis tersebut adalah kata, citra, angka, jarak, warna, simbol, dan lain-lain. Gambar peta yang dimaksud adalah hasil suatu rekonstruksi gagasan dalam sebuah pola yang saling berkaitan, dengan topik utama ditengah, subtopik dan perincian menjadi cabang-cabang dan rantingnya.

3. Langkah-Langkah Pembuatan Mind Map

Dalam membuat mind map, diperlukan beberapa hal yaitu kertas kosong tak bergaris, pena atau spidol berwarna, otak dan imajinasi. Pembuatan mind map

sangat mudah dan menyenangkan. Menurut Tony Buzan terdapat tujuh langkah cara membuat mind map, yaitu:8

a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.

b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. c. Gunakan warna.

d. Hubungkan cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat kedua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.

e. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.

g. Gunakan gambar.

8


(27)

Selain dari langkah-langkah yang dijelaskan di atas, Sutanto Windura mengungkapkan langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pembuatan mind map, yaitu:9

a. Kertas diletakkan dan diposisikan dalam keadaan mendatar. b. Tentukan topik apa yang ingin dimindmapkan.

c. Buatlah puast mind map di tengah-tengah kertas berupa gambar.

d. Buatlah cabang utama yang merupakan cabang yang memancar langsung dari pusat mind map.

e. Informasi yang ditulis di atas cabang dan jumlah 1 buah kata saja, yaitu berupa kata kunci.

f. Kembangkan cabang utama dengan cabang-cabang lain berikutnya yang berisi informasi-informasi yang berkaitan dengan cabang induknya.

g. Gambar harus selalu ditambahkan untuk memperkuat informasi atau membantu kreativitas berpikir.

h. Selesai

Di dalam buku Melvin L. Silbermen, pembuatan mind map terdiri dari lima langkah:10

a. Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran.

b. Buatkan sebuah peta pikiran sederhana untuk siswa dengan menggunakan warna, gambar, atau simbol.

c. Sediakan kertas, spidol, dan materi sumber lain

d. Sediakan waktu yang banyak bagi siswa untuk menyusun peta pikiran mereka.

e. Perintahkan siswa untuk saling bercerita tentang perta pikiran mereka.

9

Sutanto Windura. Op. cit., h. 32-33 10


(28)

Dari beberapa langkah-langkah pembuatan mind map di atas, peneliti menggunakan langkah-langkah menurut Sutanto Windura dengan memodifikasi kalimat menjadi kalimat yang mudah dipahami, yaitu:

a. Meletakkan dan memposisikan kertas dalam keadaan mendatar. b. Menentukan topik yang akan di mind map.

c. Membuat pusat mind map di tengah-tengah kertas berupa gambar.

d. Membuat cabang utama yang merupakan cabang yang memancar langsung dari pusat mind map.

e. Menuliskan informasi yang ditulis di atas cabang dengan satu buah kata berupa kata kunci.

f. Mengembangkan cabang utama dengan cabang-cabang lain berikutnya berisi informasi-informasi yang berkaitan dengan cabang induknya.

g. Menambahkan gambar di mind map

h. Selesai


(29)

4. Keunggulan dan Kelemahan Mind Map

Mind map memberikan banyak keunggulan bagi siswa dalam belajar, berpikir maupun merencanakan kegiatannya sehari-hari. Sutanto Windura mengemukakan siswa dapat menggunakan mind map untuk “mencatat,

meringkas, mengarang, berpikir analisis, berpikir kreatif, merencanakan (jadwal, waktu, kegiatan, dll), mengurai artikel bacaan, mengurai soal cerita matematika atau sains, dan lain-lain”.11 Sedangkan Femi Olivia mengemukakan keunggulan

mind map yaitu “dapat meningkatkan daya ingat murid dengan mencatat sesuai

cara kerja otaknya”.12

Selain keunggulan-keunggulan yang dijelaskan di atas, menurut Doni Swadarma keunggulan mind map adalah:13

a. Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan. b. Memaksimalkan sistem kerja otak.

c. Saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan informasi yang dapat disajikan.

d. Memacu kreativitas, sederhana dan mudah dikerjakan.

e. Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada dengan mudah

Dari beberapa keungulan mind map yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat mind map yaitu dapat mempermudah dan mempertajam daya ingat siswa, serta dapat mempermudah peserta didik untuk menyederhanakan suatu ide atau gagasan yang semula rumit, panjang, dan tak mudah dilihat menjadi lebih mudah.

Sedangkan kelemahan dari metode mind map, hanya siswa yang aktif yang terlibat, tidak sepenuhnya siswa yang belajar, mind map siswa bervariasi sehingga guru kewalahan memeriksa mind map siswa.

11

Sutanto Windura, Op.cit., h. 14 12

Femi Olivia, 5-7 Menit Asyik Mind Mapping Pelajaran Sekolah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014), h. 1

13

Doni Swadarma, Mind Mapping Dalam Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), h. 8


(30)

B. Aktivitas Belajar

1. Pengertian Aktivitas Belajar

Dalam proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal. Keaktifan tersebut dapat terlihat dalam aktivitas belajar siswa.

Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri, maka pengalaman siswa lebih diutamakan dalam titik tolak kegiatan.

Menurut Mulyono, aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Segala kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik. Interaksi tersebut menimbulkan aktivitas. Beberapa pandangan mengenai konsep aktivitas siswa antara lain:14

a. Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa.

b. Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah, sehingga variasinya semakin banyak dan beraneka ragam pula.

Aktivitas belajar tidak hanya terkait aktvitas jasmani saja. Melainkan juga aktivitas rohani, yang keduanya harus digabungkan. Menurut Piaget seorang anak

14


(31)

berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat, berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru timbul setelah anak berpikir pada taraf perbuatan.15

Belajar yang berhasil akan melalui beberapa aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.16 Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Sedangkan aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai psikis yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas belajar iswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Aktivitas yang timbul dari siswa diharapkan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil maupun prestasi belajar peserta didik.

2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Oleh karena itu, banyak jenis aktivitas belajar yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas belajar siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat

15

Sardiman A.M., Op. cit., h. 100 16


(32)

suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan ativitas belajar siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:17

a. Visual Activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral Activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening Acitivities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing Activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor Activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Emotional Activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Jadi dengan jenis-jenis aktivitas yang telah diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas belajar di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam ativitas belajar tersebut dapat diciptakan di sekolah, maka sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan, dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.

Sedangkan secara lebih sederhana, contoh berbagai aktivitas belajar yaitu:18

17

Sardiman A.M., Op. cit., h. 101 18


(33)

a. Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.

b. Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting.

c. Meraba, membau, mencicipi atau mengecap

Aktivitas meraba, membau, mencicipi adalah indera manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.

d. Menulis atau mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar.

e. Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah.

f. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi

Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku atau masa-masa yang akan datang.

g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan

Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan juga diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu yang tidak termasuk dalam penjelasan melalui tulisan.

h. Menyusun paper atau kertas kerja

Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis dan sistematis.

i. Mengingat

Mengingat merupakan gejala psikologis. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.


(34)

j. Berpikir

Berpikir merupakan aktivitas siswa. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu.

k. Latihan atau praktek

Latihan atau praktek cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima oleh fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal.

Dari contoh-contoh di atas, perlu diperhatikan bahwa peserta didik belajar dengan gaya mereka masing-masing. Sehingga kepekaan dan keahlian guru dalam menentukan strategi pembelajaran sangat penting agar aktivitas belajar siswa dapat optimal. Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas, didasarkan pada pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri.

Aktivitas belajar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aktivitas belajar yang dikemukakan oleh Paul Diedrich di atas.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar banyak jenisnya.

Menurut Slameto, “ada dua jenis faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar,

yaitu faktor intern dan faktor ekstern”.19

Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri seseorang yang sedang belajar, misalkan faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, misalkan faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Berikut penjelasannya:

19


(35)

a. Faktor Intern

Di dalam faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan.

1) Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah ini terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Aktivitas belajar seseorang dapat terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengatur pola hidupnya.

2) Faktor Psikologi

Setidaknya ada beberapa faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, dan motivasi. Berikut penjelasannya:

a) Intelegensi

Kemampuan Intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalah. Alfred Binnet membagi intelegensi ke dalam tiga aspek kemampuan,

yaitu “direction, adaptation, dan criticism”.20 Pertama, direction artinya kemampuan untuk memusatkan kepada suatu masalah yang dipecahkan. Kedua,

adaptation artinya kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap suatu masalah yang dihadapinya secara fleksibel di dalam menghadapi masalah. Ketiga.

Criticism artinya kemampun untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Karena salah satu ciri dari siswa yang

20

Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 15


(36)

memiliki intelegensi tinggi ialah siswa yang kreatif, dan siswa yang kreatif memiliki aktivitas belajar yang baik.

b) Perhatian

Perhatian adalah pemusatan aktivitas psikis yang semata-semata tertuju kepada suatu objek. Perhatian ini merupakan kegiatan mengkonsentrasikan diri dan mengarahkan aktivitas psikis pada satu titik sentral sehingga meningkatkan kesadaran fungsi jiwa yang menyebabkan bertambahnya aktivitas.

Apabila perhatian siswa terhadap suattu objek itu baik, maka aktivitas belajar yang dilakukan akan baik pula. Karena dengan adanya perhatian dari siswa dalam proses pembelajaran, maka siswa dapat berkonsentrasi dengan penuh terhadap pelajaran tanpa ada memikirkan hal lain, sehingga pelajaran akan lebih mudah untu diingat dan di serap, serta siswa mudah diarahkan untuk melakukan aktivitas belajar yang baik pula.

c) Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.21 Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiaanya lebih banyak daripada siswa lainnya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Dan sebaliknya apabila minat siswa untuk belajar kurang, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukan oleh

Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat

21


(37)

pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu”.

Bakat dapat mempengaruhi aktivitas belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik dan apabila hasil belajarnya baik, itu berarti aktivitas belajar yang siswa lakukan juga baik. Penting untuk seorang pendidik atau orang tua mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.

e) Motivasi

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Mc.

Donald, motivasi adalah “perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan”.22

Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yng berpengaruh dalam tingkah laku individu. Pendidik perlu menyadari bahwa tingkah laku belajar timbul akibat adanya motivasi yang mendorong atau menggerakkan anak untuk belajar. Dengan demikian, dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mendorong mempunyai motivasi untuk berpikir, memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan melaksanakan aktivitas belajar. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi yang kuat sangatlah perlu di dalam belajar, di dalam motivasi yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat. Motivasi siswa yang kuat untuk belajar, dapat membawa siswa kepada aktivitas belajar siswa yang tinggi.

22


(38)

3) Faktor Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana organ tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.23 Misalkan anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.

Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Aktivitas belajarnya akan lebih baik, jika anak sudah siap (matang). Jadi, kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

4) Faktor Kesiapan

Kesiapan adalah tingkat perkembangan di mana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya.24 Menurut Jamies Drever dalam buku

Slameto, “kesiapan atau readiness adalah kesediaan untuk memberi respon atau

bereaksi”.25

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. Karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Dalam proses belajar, kesiapan dan kematangan ini sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. Apabila siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka aktivitas belajarnya dan hasil belajarnya akan lebih baik.

5) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohahi. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

23

Slameto, op.cit., h. 58 24

Ahmad Susanto, op.cit., h. 15 25


(39)

Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkn sesuatu hilang.26 Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit unttuk berkonsentrasi.

Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap aktivitas belajar, dikelompokkan menjadi tiga faktor. Faktor-faktor tersebut ialah faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas ketiga faktor tersebut.

1) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Keluarga merupakan sesuatu yang paling dekat dengan siswa. Apabila dari salah satu faktor keluarga terganggu, maka dapat mempengaruhi belajar anak. Anak akan terbebani dengan masalah-masalah keluarga yang ada. Maka dalam belajar diperlukan dorongan dan motivasi besar dari keluarga.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Metode mengajar guru yang monoton sangat


(40)

jelas membuat aktivitas siswa juga ikut monoton, maka dalam belajar diperlukan metode mengajar yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, yang mampu melibatkan siswa dan meminimalisirkan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru ketika proses pembelajaran. Selain itu diperlukan relasi yang baik antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi apabila siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, belajarnya akan terganggu, terlebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa ada dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor dari luar diri individu. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, sehingga perlu dioptimalkan untuk menciptakan aktivitas belajar yang baik.

4. Pengukuran Aktivitas Belajar

Untuk mengukur aktivitas belajar seseorang dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya:

a. Skala Pengukuran Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.27 Dengan skala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variable. Kemudian

27

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2013), cet.18, h.93


(41)

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, misalkan dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sampai sangat tidak setuju. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor. Misalkan untuk

pernyataan positif, jawaban dapat diberi skor “sangat setuju” diberi angka 4, “setuju” diberi angka 3, “tidak setuju” diberi angka 2, dan “sangat tidak setuju”

diberi angka 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban dapat diberi skor

“sangat setuju” diberi angka 1, “setuju” diberi angka 2, “tidak setuju” diberi angka 3, dan “sangat tidak setuju” diberi angka 4.

b. Skala Guttman

Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan apabila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “y

a-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Jadi kalau skala

Likert terdapat 1,2,3,4,5 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak

setuju”, maka pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau

“tidak setuju”.

c. Semantic Defferensial

Perbedaan semantic dikemukakan oleh Osgood untuk mengukur atribut yang diberikan oleh responden terhadap beberapa arti untuk mendeskripsikan objek tertentu. Biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/ karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.28

28


(42)

Dari ketiga skala pengukuran di atas, penelitian ini menggunakan skala pengukuran Likert untuk mengukur skala aktivitas belajar siswa. Alasannya adalah karena skala ini cocok untuk mengetahui sikap individu.

C. Pembelajaran IPS

1. Pengertian Pembelajaran IPS

Sebelum membahas mengenai pembelajaran IPS, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian belajar dan pembelajaran. Menurut Slameto

“belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.29

Sardiman menyebutkan bahwa belajar dalam pengertian luas dapat

diartikan sebagai “kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.”30 Belajar memerlukan proses dan tahapan serta kematangan diri para siswa. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik dilakukan di sekolah secara formal maupun dilakukan di alam sekitar. Sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik yang menjelaskan bahwa “belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.”31

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku menuju terbentuknya kepribadian yang lebih baik melalui pengalamannya sendiri.

29

Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Cet. 5, h. 2

30

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. 19, h. 20-21.

31

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), Cet. 15, h. 29.


(43)

Selanjutnya, kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Menurut undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 menyataan bahwa “pembelajaran diartikan

sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.32

Menurut Winkel “pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang

dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrem yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa”.33 Konsensus Knowles juga berpendapat

bahwa “pembelajaran merupakan suatu proses tempat perilaku diubah, dibentuk, atau dikendalikan”.34

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu rangkaian aktivitas atau kegiatan siswa dan guru dalam wujud interaksi dinamis yang didasarkan adanya hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk membelajarkan siswa sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif dalam dirinya.

Menurut Trianto, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya35. Sejalan dengan pendapat Trianto, Sapriya mengemukakan bahwa: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan36.

32

Undang-Undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: FOKUSMEDIA, 2009), h. 4

33

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), h. 12

34

Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2011), h. 13

35 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: konsep, strategi, dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 171

36


(44)

Selanjutnya menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang mempelajari seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu isu sosial37.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah nama mata pelajaran yang diintegrasikan dengan berbagai cabang disiplin ilmu sosial, humaniora, sains dan berbagai isu- isu sosial yang terjadi di masyarakat. Dari pengintegrasian berbagai ilmu-ilmu sosial tersebut siswa diharapkan dapat mempunyai kemampuan afektif, kognitif, psikomotorik, secara utuh. Selain itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat. Dengan mempelajari IPS siswa akan dibekali pengetahuan agar dapat berinteraksi dengan kehidupan nyata mereka di masyarakat. “Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta

damai”38 .

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek „pendidikan‟ dari pada

transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

37

Undang- undang Permendiknas tahun 2006, h. 575 38


(45)

2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD/ MI

IPS bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata Negara. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:39

a. Manusia, tempat, dan lingkungan. b. Waktu, berkelanjutan, dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya.

d. Ekonomi dan kesejahteraan.

e. IPS SD sebagai Pendidikan Global (global education).

Adapun penjelasan ruang lingkupnya yaitu bahwa “kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada SD/MI/Paket A atau bentuk lain sederajat dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri”.40

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembelajaran IPS SD/ MI memiliki berbagai aspek yaitu Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi.

3. Tujuan Pembelajaran IPS di SD/ MI

Setiap bidang studi yang tercantum dalam kurikulum sekolah, telah dijiwai oleh tujuan yang harus dicapai oleh pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

39

Rudy Gunawan, Pendiidkan IPS (filosofi, konsep, dan aplikasi), (Bandung: ALFABETA, 2013), h. 51

40


(46)

bidang studi tersebut secara keseluruhan. Tujuan ini disebut tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan instutusional dan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan dari pendidian IPS menurut Etin Solihatin dan Raharjo adalah

“untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungan serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi”.41

Selanjutnya tujuan pendidikan IPS menurut Nursid Sumaatmaja adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi

masyarakat dan negara.”42

Menurut Sapriya tujuan pelajaran IPS yaitu “ untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.43

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran di IPS SD/ MI adalah untuk membentuk anak didik agar mampu mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Dengan mengenal konsep-konsep tersebut, diharapkan peserta didik menjadi warga Negara yang berkemampuan sosial tinggi dan menjadi warga Negara yang baik serta bertanggung jawab.

41

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 15 42

Rudy Gunawan, Pendiidkan IPS (filosofi, konsep, dan aplikasi), (Bandung: ALFABETA, 2013), h. 18

43


(47)

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Samsurizal, Program S1 Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian

berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Mind Map Dalam Meningkatkan

Hasil Belajar IPS. Penelitian dilaksanakan di SMPN 249 Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan metode mind map siswa sangat senang mengikuti pembelajaran dan membuat mereka aktif dan kreatif yang dinyatakan dari hasil penghitungan angket sebesar 52,5%. Sedangkan dari segi hasil pembelajaran dengan metode mind map mengalami peningkatan dari siklus 1 dengan N-Gain 0,6 dan N-Gain siklus II 0,7. Dari data tersebut maka pembelajaran dapat dikatakan cukup efektif dan telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) belajar karena sudah tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 60.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Evie Widya Surya Putri, Program S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan di Universitas Negeri Surabaya. Penelitian berjudul “Penerapan Metode Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Mengingat di Sekolah Dasar. Penelitian dilaksanakan di SDN Kendal Sewu Tarik Sidoarjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan metode mind map dapat meningkatkan keterlaksanaan dan skor ketercapaian aktivitas guru pada siklus I sebesar 91,66% dan 79,86, siklus II sebesar 100% dan 87,15, siklus III sebesar 100% dan 94,44. Ketercapaian siswa pada siklus I yaitu 66,75, siklus II sebesar 78,5, dan siklus III sebesar 88,63. Selain itu, dari hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mengingat siswa yang terlihat dari hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai dan presentase ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I sebesar 74,93 dan 78,38%, siklus II sebesar 84,55 dan 94,6% kemudian


(48)

untuk siklus III sebesar 89,35 dan 100%. Respon siswa juga meningkat dari siklus I 78%, siklus II 96,3 dan siklus III 100%. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengingat dengan metode mind map dapat mendapatkan hasil yang lebih baik.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan hipotesis tindakan penelitian ini sebagai berikut: “Penerapan metode mind map, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS”.


(49)

34

Penelitian ini dilaksanakan di MI Misbahul Falah Bojongsari Depok. Alasan MI Misbahul Falah Bojongsari Depok menjadi tempat penelitian adalah karena sekolah mempunyai karakteristik yang sesuai dengan penelitian. Penelitian berlangsung pada bulan Oktober sampai Desember semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 di kelas V-B.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau

Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.1

Hasil PTK dapat digunakan untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah, siswa, dan guru. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model mengajar yang bervariasi, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif, serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai.

Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:

1

Dr. Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. (Jakarta:PT Rajagrafindo Persada. 2013). Cet ke- 9. h. 46


(50)

1. Penyusunan Rencana (Planning)

Dalam tahap ini, peneliti menyiapkan Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala aktivitas belajar siswa dan lembar observasi aktivitas belajar siswa

2. Tindakan

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas. 3. Observasi

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamataan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan mendokumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dengan dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai kolaborator. Sebagai kolaborator yaitu mengamati aktivitas belajar siswa dan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti yang menerapkan metode pembelajaran mind map. 4. Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan kolaborator, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Setelah melakukan analisis pada siklus I, penelitian dilanjutkan ke siklus II karena indikator keberhasilan belum tercapai. Berdasarkan refleksi dari siklus II, penelitian ini hanya dilaksanakan 2 siklus, karena indikator keberhasilan sudah sesuai dengan yang diharapkan.

Desain penelitian tindakan kelas yang dimaksud disajikan secara sistematis pada gambar berikutnya.


(51)

Gambar 3.1: Rancangan Siklus Penelitian Observasi Pendahuluan

1. Wawancara dengan guru dan siswa 2. Observasi pembelajaran siswa

Analisis penyebab masalah

Siklus II Siklus I

Tahap Perencanaan

Membuat RPP, skala aktivitas belajar, lembar observasi, dan soal tes akhir siklus I siswa

Tahap Pelaksanaan

Proses pembelajaran IPS dengan menerapkan metode mind map

Tahap Analisis dan Evaluasi

Memberikan skala aktivitas belajar dan soal tes akhir siklus I, serta menganalisis hasil skala aktivitas belajar, lembar observasi aktivitas belajar, dan tes akhir siklus I

Tahap Refleksi

Peneliti bersama kolaborator mengevaluasi proses pembelajaran siklus I, hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan Karena indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II

Tahap Perencanaan

Membuat RPP, skala aktivitas belajar, lembar observasi, dan soal tes akhir siklus II siswa

Tahap Pelaksanaan

Proses pembelajaran IPS dengan menerapkan metode mind map

Tahap Analisis dan Evaluasi

Memberikan skala aktivitas belajar dan soal tes akhir siklus II, serta menganalisis hasil skala aktivitas belajar, lembar observasi aktivitas belajar, dan tes akhir siklus II

Tahap Refleksi

Mengevaluasi proses pembelajaran siklus II. Karena indikator keberhasilan sudah tercapai, maka penelitian hanya dilaksanakan sampai siklus II.


(52)

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa MI Misbahul Falah Bojongsari Depok kelas V-B yang berjumlah 25 siswa. Alasan dipilihnya kelas V-B sebagai subyek karena karakteristik subyek cocok dengan judul penelitian. Pada kelas V, siswa sudah berada pada tahun kelima di sekolahnya, dan sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga mampu mengembangkan aktivitas belajarnya.

Pihak yang terkait dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru kelas dan siswa kelas V-B MI Misbahul Falah Bojongsari Depok. Dalam penelitian ini guru kelas terlibat sebagai kolaborator yang mengamati dan mencatat aktivitas belajar siswa di kelas pada lembar observasi.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti berperan langsung sebagai guru. Peneliti bekerja sama dengan guru kolaborator. Guru kolaborator berperan untuk mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, hal ini dilakukan agar tidak terjadi subjektivitas atau bias terhadap hasil penelitian.

Peneliti dan guru kolaborator masing-masing memiliki kedudukan yang setara sehingga perlu bekerja sama secara kolaboratif dan partisipatif. Berkolaborasi artinya antara peneliti dan guru kelas yang berperan sebagi kolaborator harus saling bersinergi satu sama lain untuk sama-sama menyukseskan pelaksanaan PTK.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama dalam siklus I. Siklus ini terdiri dari tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau observasi, dan tahap refleksi terhadap tindakan. Karena pada saat refleksi dari siklus I indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki pelaksanaan pembelajaran


(53)

berdasarkan refleksi siklus I. Pada refleksi siklus II, indikator keberhasilan yang diharapkan telah tercapai, maka penelitian ini hanya dilaksanakan 2 siklus. Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian di atas sebagai berikut:

1. Penelitian Pendahuluan a. Observasi awal

Pada kegiatan ini, peneliti memulai dengan melakukan wawancara terhadap guru untuk mengetahui bagaimana proses belajar mengajar pada materi IPS selama ini, metode apa yang digunakan, bagaimana sikap siswa selama proses pembelajaran, dan permasalahan apa yang didapatkan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah itu, peneliti mengobservasi kegiatan belajar mengajar terhadap kegiatan pembelajaran IPS pada kelas V di MI Misbahul Falah Depok. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran IPS dan aktivitas belajar IPS siswa.

Selain kegiatan tersebut, peneliti juga memberikan kuesioner kepada siswa untuk mengetahui minat siswa terhadap mata pelajaran IPS, keaktifan siswa saat proses pembelajaran, dan permasalahan yang siswa hadapi ketika proses pembelajaran IPS berlangsung.

2. Siklus I

a. Tahap perencanaan

Waktu pelaksanaan: 29, 30 September, 3 Oktober

Pada tahap perencanaan ini peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan metode mind map, menyusun lembar observasi yang akan digunakan untuk melihat aktivitas belajar siswa saat proses pembelajaran berlangsung, menyusun skala aktivitas belajar siswa untuk akhir siklus I dan soal untuk tes pada akhir siklus 1.

b. Tahap pelaksanaan - Pertemuan 1


(54)

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah kenampakan alam daratan, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 2

Waktu pelaksanaan: 17 Oktober 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah kenampakan alam lautan, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 3

Waktu pelaksanaan: 23 Oktober 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah kenampakan buatan, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 4

Waktu pelaksanaan: 24 Oktober 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah keuntungan dan kerugian dari adanya pembangunan kenampakan buatan, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 5

Waktu pelaksanaan: 30 Oktober 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah pembagian daerah waktu, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 6

Waktu pelaksanaan: 31 Oktober 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah perbedaan waktu Indonesia dengan Greenwich, seperti yang diuraikan dalam RPP.


(55)

- Pertemuan 7

Waktu pelaksanaan: 6 November 2014

Pada tahap ini peneliti memberikan tes akhir siklus I dengan kenampakan alam, kenampakan buatan, pembagian daerah waktu, dan perbedaan waktu Indonesia dengan Greenwich. Tes berupa soal pilihan ganda 15 soal dan uraian 5 soal. Selain tes akhir siklus, peneliti juga memberikan skala aktivitas belajar kepada siswa.

c. Tahap Observasi

Waktu pelaksanaan: 16, 17, 23, 24, 30, 31 Oktober 2014

Pada tahap observasi dilakukan sejalan dengan proses pembelajaran, peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan secara langsung untuk melihat aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode mind map dan mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar pelajaran IPS yang sedang berlangsung.

d. Tahap Refleksi

Waktu pelaksanaan: 6 November 2014

Pada tahap ini, peneliti bersama kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan untuk seluruh rangkaian pembelajaran pada siklus I, kemudian hasil refleksi digunakana untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II.

3. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Waktu pelaksanaan: 7, 10, 11 November 2014

Pada tahap perencanaan ini peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan metode mind map, menyusun lembar observasi yang digunakan untuk melihat aktivitas belajar siswa saat proses pembelajaran berlangsung, menyusun skala aktivitas belajar siswa untuk akhir siklus II dan soal untuk tes pada akhir siklus 1I.


(56)

b. Tahap pelaksanaan - Pertemuan 8

Waktu pelaksanaan: 13 November 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah keragaman suku bangsa, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 9

Waktu pelaksanaan: 14 November 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah keragaman budaya, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 10

Waktu pelaksanaan: 20 November 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah keragaman budaya (ragam bahasa, pakaian adat, dan rumah adat di Indonesia), seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 11

Waktu pelaksanaan: 21 November 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah keragaman budaya (lagu daerah dan tarian daerah di Indonesia), seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 12

Waktu pelaksanaan: 27 November 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah keragaman budaya (senjata tradisional dan alat musik di Indonesia), seperti yang diuraikan dalam RPP.


(57)

- Pertemuan 13

Waktu pelaksanaan: 28 November 2014

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPS. Materi yang disampaikan adalah cara-cara menghargai atau menghormati suku bangsa dan budaya di Indonesia, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 14

Waktu pelaksanaan: 4 Desember 2014

Pada tahap ini peneliti memberikan tes akhir siklus II dengan kenampakan alam, kenampakan buatan, pembagian daerah waktu, dan perbedaan waktu Indonesia dengan Greenwich. Tes berupa soal pilihan ganda 15 soal dan uraian 5 soal. Selain tes akhir siklus, peneliti juga memberikan skala aktivitas belajar siswa.

c. Tahap Observasi

Waktu pelaksanaan: 13, 14, 20, 21, 27, 28 November 2014

Pada tahap ini, peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan secara langsung untuk melihat aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode mind map dan mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar pelajaran IPS yang sedang berlangsung.

d. Tahap Refleksi

Waktu pelaksanaan: 4 Desember 2014

Pada tahap ini, peneliti bersama kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan atau merefleksikan untuk menentukan keberhasilan serta dilakukan perbaikan-perbaikan dari tindakan tersebut. Peneliti melakukan evalusi proses pembelajaran siklus II. Karena indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian hanya dilaksanakan sampai siklus II.


(58)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Penelitian tindakan kelas tentang penerapan metode pembelajaran mind map untuk peningkatan aktivitas belajar siswa, dihentikan apabila hasil skala aktivitas belajar tidak ada aktivitas belajar siswa pada kategori rendah dan hasil lembar observasi siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa mencapai rata-rata 70% siswa.

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif : Hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

2. Data kuantitatif : Hasil skala aktivitas belajar siswa, hasil observasi aktivitas belajar IPS siswa dan hasil tes tiap akhir siklus.

Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa kelas V-B dan guru kelas yang sekaligus sebagai kolaborator yang didapat pada saat proses pembelajaran berlangsung.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Skala aktivitas belajar IPS

Skala aktivitas disebarkan pada akhir siklus I dan siklus II kepada siswa kelas V-B MI Misbahul Falah Depok. Skala aktivitas belajar ini digunakan untuk memperoleh skor aktivitas belajar siswa dan menempatkan siswa dalam kategori aktivitas tinggi, sedang, dan rendah.

2. Lembar observasi aktivitas belajar IPS siswa

Lembar observasi aktivitas belajar IPS siswa digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar IPS siswa dengan menggunakan metode mind map.


(59)

Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto hasil kegiatan proses pembelajaran IPS yang berlangsung pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode pembelajaran mind map.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa: data diperoleh dari lembar skala aktivitas belajar yang diisi oleh seluruh siswa kelas V-B pada setiap akhir siklus.

2. Hasil observasi aktivitas belajar siswa: data yang diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh kolaborator pada setiap pertemuan.

3. Hasil dokumentasi: dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh di setiap siklus.

Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator melakukan analisis dan evalusi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan aktivitas belajar siswa, kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi

Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang sahih, objektif, dan terpercaya, dalam penelitian ini menggunakan beberapa tindakan, yaitu:

1. Penggunaan berbagai alat atau instrument agar data yang terkumpul lebih akurat (Instrument Triangulation). Langkah yang ditempuh adalah mengisi skala aktivitas, lembar observasi, pedoman wawancara, dan memeriksa hasil kerja siswa.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIOGRAFI PENULIS

Siti Nur Chayati, lahir di Bekasi, 26 Oktober 1991. Merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ruly Marsudi dan Nining yang beralamatkan di Jalan Jatimakmur RT. 001 RW. 011 No. 48 Pondok Gede, Bekasi 17413. Penulis memiliki dua orang kakak yang bernama Edy Witono dan Dede Rahayu.

Riwayat Pendidikan Penulis, di awali dari TKA Al Amien tamat pada tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan ke SDN Jatimakmur III lulus pada tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya ke SLTP N 06 Bekasi lulus pada tahun 2006. Dan melanjutkan ke SMA Daar El Qolam lulus tepat wakttu pada tahun 2010.Tamat dari MAN penulis mendaftarkan diri untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada tahun 2010, melalui jalur SNMPTN penulis berhasil lulus di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.