PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Group Investigation (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Group
Investigation (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK
(Penelitian terhadap Siswa Kelas XI Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Pertanian Pembangunan Negeri Cianjur Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri
Oleh
ISMI AJENG RACHMAWATI 0811684
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK
OLEH
ISMI AJENG RACHMAWATI 0811 684
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PEMBIMBING I,
Dr. Ai Nurhayati, MSi.
NIP. 19671005 199302 2 001 PEMBIMBING II,
Drs. Radjulaini, MPd.
NIP. 19460706 198002 1 001 Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Teknologi Agroindustri
Dr. Sri Handayani, MPd.
(3)
PERNYATAAN
Saya meyatakan bahwa skripi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik” ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan,
Ismi Ajeng Rachmawati 0811684
(4)
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Group
Investigation (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK
(Penelitian terhadap Siswa Kelas XI Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Pertanian Pembangunan Negeri Cianjur Tahun Ajaran 2012/2013)
Ismi Ajeng Rachmawati 0811684
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih banyaknya siswa XI Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Pertanian Pembangunan Negeri Cianjur yang belum memenuhi nilai KKM pada mata pelajaran produktif, yaitu Membudidayakan Tanaman Secara Hidroponik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan model pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik. Metode penelitian yang digunakan yaitu Quasi Experimental Design dengan dua kelompok sampel yang dipilih secara sengaja. Kelas kontrol yang berjumlah 21 siswa menerapkan model pembelajaran konvensional dan Kelas Eksperimen yang berjumlah 20 siswa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Instrumen yang digunakan yaitu tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol dimana t hitung (0,06825) < t tabel (0,6832). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru diperlukan penyampaian materi yang lebih terstruktur pada proses pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI).
Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation, Pemahaman Siswa.
(5)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 6
1.3. Batasan Masalah ... 7
1.4. Rumusan Masalah ... 8
1.5. Tujuan Penelitian ... 8
1.6. Manfaat Penelitian ... 9
1.7. Penjelasan Judul Penelitian ... 10
1.8. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 14
2.1.Kajian Pustaka ... 12
2.2 Kerangka Pemikiran ... 33
2.3 Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
3.1. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37
3.2. Metode dan Desain Penelitian ... 38
3.3. Variabel Penelitian ... 40
3.4. Instrumen Penelitian ... 40
3.5. Tahapan Penelitian ... 48
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
4.1. Hasil Penelitian ... 59
4.1.1.Hasil Pelaksanaan Pre Test ... 60
4.1.2.Hasil Pelaksanaan Pembelajaran ... 63
(6)
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
5.1. Kesimpulan ... 79
5.2. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah – langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 19
Tabel 3.1 Uji coba dengan Quasi Experimental ... 39
Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 43
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas Soal ... 44
Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda ... 45
Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 47
Tabel 3.6 Tahapan Penelitian ... 49
Tabel 3.7 Pelaksanaan Pembelajaran antara Kelas Kontrol Dengan Kelas Eksperimen ... 51
Tabel 3.8 Konversi Nilai ... 55
Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Pre Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .... 61
Tabel 4.2 Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Pre Test ... 61
Tabel 4.4 Hasil Uji Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 72
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran ... 35
Gambar 4.1. Diagram Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Pre Test ... 69
Gambar 4.2. Diagram Perbandingan Frekuensi Skor Pre Test ... 70
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Uji Validitas Soal ... 85
Lampiran 2. Data Uji Reabilitas Soal ... 86
Lampiran 3. Tingkat Kesukaran ... 87
Lampiran 4. Hasil Uji Daya Pembeda... 88
Lampiran 5. Data Uji Homogenitas Soal Pre Test ... 89
Lampiran 6. Data Hasil Uji Gain ... 91
Lampiran 7. Hasil Uji Hipotesis ... 93
Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan ... 94
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 96
Lampiran 10. Kisi – kisi Soal ... 111
Lampiran 11. Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP ... 113
Lampiran 12. Tabel Statistik ...123
Lampiran 13. Surat Keputusan Penunjukkan Dosen Pembimbing ... 128
Lampiran 14. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 130
Lampiran 15. Kartu Bimbingan ... 131
Lampiran 16. Berita Acara Seminar I ... 135
Lampiran 17. Berita Acara Seminar II ... 136
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar BelakangPendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat, dan utuh serta bermoral tinggi. Selain itu pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas maka dari itu, pendidikan merupakan hal pokok yang di utamakan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yakni melalui pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Salah satu bentuk pendidikan formal yaitu adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan salah satu contoh nyatanya adalah dibentuknya SMK Pertanian.
SMK sebagai salah satu sarana pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga terampil yang ahli di bidangnya guna menghadapi tantangan dunia kerja di era global. Seiring dengan perkembangan sains dan teknologi dewasa ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah manusia yang mamapu memahami pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat di sekitarnya. Sumber pengetahuan tersebut salah
(11)
satunya diperoleh melalui jenjang pendidikan baik secara formal maupun informal. Dengan demikian, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan manusia yang berkualitas adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satu ilmu pengetahuan terbaru di lingkungan pertanian pada kompetensi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu dengan terdapatnya mata kompetensi budidaya tanaman secara Hidroponik yang termasuk dalam mata pelajaran produktif pada kurikulum di Sekolah-sekolah Menengah Kejuruan Pertanian.SMK Pertanian merupakan salah satu sistem yang sedang dikembangkan di Indonesia. Salah satu SMK Pertanian yang telah berdiri sejak lama adalah SMK Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur.
Berdasarkan visi dan misi dari SMK Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur yang dijabarkan dalam tujuan SMK-PP Negeri Cianjur dalam poin kelima, yaitu “Menyiapkan tamatan yang cerdas, terampil, mampu mengembangkan potensi berdasarkan program keahlian yang ditempuhnya.” Untuk dapat mencapai tujuan tersebut dari SMK PP Negeri Cianjur dengan mengembangkan sistem pelajaran yang lebih kreatif yaitu dengan mengubah cara pembelajaran konvensional menjadi lebih bermakna dan menyenangkan akan meningkatkan minat dan pemahaman siswa dan masyarakat terhadap pendidikan pertanian.
(12)
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara informal dengan guru mata kompetensi budidaya tanaman secara Hidroponik di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian di kota Cianjur bahwa untuk mata kompetensi budidaya Hidroponik ini tergolong mata kompetensi baru yang ada dalam kurikulum dan mulai diterapkan pada tahun ajaran 2011/2012. Materi Kompetensi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik yang disampaikan masih perlu pengembangan yang sesuai dengan kurikulum yang ada. Selain itu metode pembelajaran yang dilakukan dalam Kompetensi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik masih menggunakan metode konvensional terbatas pada metode ceramah dan tanya jawab saja.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan siswa menganggap mata kompetensi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik sulit karena sulit memahami konsep dan beberapa rumus perhitungannya tergolong rumit, guru hanya menjelaskan materi, kegiatan praktik masih tergantung pada tersedia atau tidaknya bahan untuk praktik dan diskusi antar siswa dilakukan hanya pada saat mengerjakan soal saja. Kegiatan pembelajaran pada umumnya pun masih berpusat pada guru (teacher oriented) dimana siswa cenderung kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan lain yang terdapat yakni masih banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan terutama untuk kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik, yakni ≥ 75.
(13)
Dari permasalahan tersebut kemungkinan salah satu penyebab timbulnya kesulitan siswa dalam memahami konsep budidaya tanaman secara Hiroponik adalah karena kurang tepatnya penerapan model dan metoda pembelajaran budidaya Hidroponik. Model pembelajaran budidaya Hidroponik yang biasa diterapkan kurang mamapu melatih berbagai kemampuan siswa termasuk penguasaan konsep bididaya hidroponik siswa dengan mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran tertentu yang melibatkan keaktifan siswa agar memberikan kebebasan berfikir pada siswa termasuk menguasai konsep yang sedang dipelajarinya dengan mengkontruksi sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, diharapkan penguasaan konsep budidaya Hidroponik lebih tertanam kuat dalam ingatan siswa serta siswa dapat menggali lebih lanjut berbagai informasi yang ditemukan ataupun yang diterimanya.
Mata pelajaran hidroponik terdiri dari beberapakompetensi dasar yang saling berkaitan satu sama lain. Salah satu kompetensi dasar yang harus dapat dikuasai siswa ialah kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik yang didalamnya berisikan materi yang terdiri dari lima sub kompetensi, yaitu:
Dalam Standar Kompetensi (SK) Budidaya Tanaman Secara Hidroponik terdapat tujuh macam Kompetensi Dasar (KD), yaitu :
a. Menjelaskan langkah-langkah pembibitan
(14)
c. Melakukan seleksi benih
d. Menghitung jumlah benih sesuai kebutuhan e. Melakukan seed treatment
f. Melakukan persemaian
g. Melakukan pemeliharaan persemaian
Untuk penelitian ini, dibatasi pada materi kebutuhan benih dan seed treatment. Maka untuk dapat mempelajarinya dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa selama KBM berlangsung yang berimbas pada prestasi hasil belajar yang memuaskan.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada model pembelajaran secara konvensional.
Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai konsep yang telah dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok bergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif ini, yaitu siswa dapat mencapai prestasi belajar yang bagus, menerima pelajaran dengan senang hati atau sebagai hiburan, karena adanya kontak fisik antara mereka, serta dapat mengembangkan
(15)
kemampuan siswa. Dengan pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Group Investigation adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa-siswi agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa-siswi, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik mengambil judul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP
INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah yang dapat diidentifikasi terkait dengan permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:
(16)
1. Kegiatan pembelajaran pada umumnya masih berpusat pada guru (teacher oriented) dan siswa cenderung kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Masih banyak siswa yang belum dapat mencapai nilai KKM yang telah ditentukan sekolah terutama untuk kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik, yakni ≥ 75.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, masalah yang ditimbulkan cukup kompleks dan saling berkaitan maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan pada:
1. Pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik pada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional (kelas kontrol).
2. Pemahamansiswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatmentpada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (kelas eksperimen).
3. Hasil pemahaman berbeda yang dicapai oleh siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment.
(17)
1.4. Rumusan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah maka perlu adanya rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka tumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional (kelas kontrol)?
2. Bagaimana pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (kelas eksperimen)?
3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman yang dicapai oleh siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment?
1.5. Tujuan
Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakuakan penelitian.Tujuan dari penelitian ini pada umumnya adalah untuk memberikan sebuah alternatif pada pembelajran yang diharapkan dapat
(18)
digunakan oleh guru di SMK Pertanian.Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation(GI).
3. Mengetahui perbedaan pemahamanyang dicapai oleh siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation(GI) pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama :
1. Bagi Siswa
Dapat memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa diharapkan lebih termotivasi dalam belajar.
(19)
2. Bagi Guru
a. Dapat meningkatkan proses pembelajaran yang efektif dengan mencoba metode baru dan dapat menentukan bentuk tindakan yang tepat guna meningkatkan hasil belajar.
b. Memberikan informasi pada guru atau calon guru tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran produktif di SMK Pertanian.
3. Bagi Peneliti
Memberikan wawasan dan pengalaman dalam pengelolaan kelas dan cara menerapkan model pembelajaran karena peneliti merupakan calon guru.
1.7. Penjelasan Judul Penelitian
Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilh yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penerapan
Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan (KBBI, 1992). Yang dimaksud penerapan disini adalah mempraktikan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam kegiatan belajar mengajar kompetensi dasar menyiapkan bibit tanaman hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment.
(20)
2. Model pembelajaran kooperatif
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Model tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan, model ini pertama kali dikembangkan oleh Thelen, Sharan dan Sharan (Slavin, 2009: 24).Investigasi kelompok mempunyai perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.
(21)
4. Meningkatkan
Adalah suatu kemajuan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. (KBBI, 1992).
5. Pemahaman siswa
Adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami dan mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.(KBBI, 1992).
Maka untuk Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik adalah mempraktikan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam kegiatan belajar mengajar kompetensi dasar menyiapkan bibit tanaman hidroponik untuk mendapatkan kemajuan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat lebih dipahami dan mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.
1.8. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam proposal penelitian nanti terdapat kesinambungan dan sistematis, maka dalam penulisannya ini mencakup tiga bab berdasarkan pembahasan sebagai berikut :
(22)
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Berisi tentang kajianpustaka mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI); pemahaman siswa; dan pembelajaran menyiapkan bibit tanaman hidroponik. Selain berisi kajian pustaka, pada bab ini juga terdapat kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan tahapan penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari pelaksanaan penelitian
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(23)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur yang beralamat di Jalan Raya Cibeber Km. 5 Pasir Sembung Cianjur 43285.
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur.
a. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti.Subjek populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yang terdiri dari 4 kelas.
b. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sampel cluster random. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 2 (dua)kelas, siswa XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman
Pangan dan Hortikultura yang berjumlah 2 kelas dengan jumlah siswa masing-masing 29 dan 31 orang.
(24)
Pada penelitian ini, kelas eksperimen yaitu kelas XI ATPH 1 yang berjumlah 29 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 11 orang perempuan, namun yangmengikuti kegiatan proses pembelajaran dengan tipe group investigation (GI)sampai akhir penelitian hanya 20 orang. Hal ini dikarenakan sebagian siswa tidak mengikuti proses pembelajaran secara menyeluruh atau tidak hadir dengan keterangan sakit dan izin untuk kepentingan keluarga.
Sementara kelas kontrol yang menerapkan metode pembelajaran konvensional yaitu kelas XI ATPH 2 yang berjumlah 31 orang yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, namun yang mengikuti proses pembelajaran sampai akhir penelitian hanya 21 orang. Hal ini dikarenakan sebagian siswa tidak mengikuti proses pembelajaran secara menyeluruh atau tidak hadir dengan keterangan sakit dan izin untuk kepentingan keluarga. Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester tiga (ganjil) tahun pelajaran 2012 – 2013, yaitu pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2012.
3.2. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experimental design) karena peneliti tidak mungkin melakukan kontrol atau manipulasi pada semua variabel yang relevan kecuali beberapa variabel yang diteliti.Menurut Budiyono (2003: 82) tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
(25)
Pada penelitian ini eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan dalam pendekatan pembelajaran.Dalam penelitian ini subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang melakukan pembelajaran konvensional (kontrol) dan kelompok yang melakukan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI(eksperimen/treatment). Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini divisualisasikan pada tabel 3.1.seperti berikut :
Tabel 3.1.Ujicoba dengan Quasi Experimental Design
Kelompok Pre
test
Perlakuan Post
test Eksperimen
(Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI)
O1 X1 O2
Kontrol (Pembelajaran
Konvesional)
O3 X2 O4
Keterangan :
O1dan O3 = Pre test (tes awal) O2 dan O4 = Post test (tes akhir)
X1 = Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI)
X2 = Pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional
3.3. Variabel Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kuantitatif, sehingga variabel yang muncul dalam penelitian ini adalah variabel kuantitatif. Karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, maka di dalamnya terdapat dua variabel yaitu variabel eksperimen dan variabel kontrol.
(26)
1. Variabel eksperimen. Variabel eksperimen pada penelitian ini adalah hasil belajar kelas yang menggunakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (X1).
2. Variabel kontrol. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah hasil belajar kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (X2).
3.4. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2000:134) “Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Penyusunan tes pengetahuan awal dan hasil belajar siswa dilakukan oleh peneliti dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Tes yang digunakan yaitu dalam bentuk tes pilihan ganda. Adapun langkah-langkah dalam membuat tes yaitu membuat kisi-kisi soal tes, menyusun soal tes, reliabilitas dan validasi soal tes.
Agar tes mempunyai validitas isi harus diperhatikan hal-hal berikut :
a. Tes harus dapat mengukur sampai berapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.
b. Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang diajarkan.
c. Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah dipelajari dan dapat dipahami oleh tester.(Budiyono, 2003:58)
Instrumen tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa pre-test dan post-test.Pre-test (tes awal) digunakan untuk melihat kemampuan awal siswa, sedangkan post-test digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa setelah
(27)
diberikan treatment. Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe tes pilihan ganda.
Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Tes pilihan ganda terdiri dari keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Option terdiri atas satu jawaban yang benar dan beberapa pengecoh (distraction). Arikunto (2007: 168), menyatakan “Tes pilihan ganda merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicakup”.
Kelebihan penggunaan tes objektif (Arikunto, 2007: 164) yaitu:
a. Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa; b. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes
bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi;
c. Pemeriksanya dapat diserahkan kepada orang lain;
d. Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
Instrumen tes objektif yang berupa tes pilihan ganda, terlebih dahulu akan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran produktif di sekolah. Kemudian instrumen tes tersebut diujicobakan kepada siswa di luar subjek penelitian yang telah mempelajari materi yang diujikan. Uji coba instrumen diberikan kepada siswa kelas XII ATPH di SMK PP Negeri Cianjur. Setelah data hasil uji coba terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
(28)
Uji validitas alat evaluasi bertujuan untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen, setelah tes diujicobakan kemudian dihitung koefisien korelasi antara nilai hasil uji coba dengan nilai rata-rata harian. Korelasi dihitung dengan menggunakan rumus produk momen dari Pearson sebagai berikut:
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y N = banyaknya peserta tes
X = nilai hasil ujicoba
Y = nilai rata-rata ulangan harian
Untuk mengetahui tinggi, sedang, atau rendahnya validitas instrumen, nilai koefisien diinterpretasikan dengan klasifikasi menurut Arikunto (2007: 75) sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Klaisfikasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Kriteria
rxy< 0 Tidak Valid
0,00 ≤ rxy≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ rxy< 0,40 Rendah
0,40 ≤ rxy< 0,60 Sedang
0,60 ≤ rxy< 0,80 Tinggi
0,80 ≤ rxy<1,00 Sangat Tinggi
(Suherman, 2003: 113) 139
Dari hasil perhitungan validitas soal yang digunakan (25 soal), maka didapatkan untuk soal yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 23 soal valid berada pada kriteria sedang dan tinggi dan 2 soal dibuang karena tidak memenuhi kriteria atau
2 2 2 2 xy Y Y N X X N Y X XY N r(29)
berada pada kriteria rendah dan sangat rendah. (Lampiran 1. Data Uji Validitas Soal, hal. 85)
2.Analisis Reliabilitas
Suatu tes dikatakan reliabel apabila hasil tes tersebut tetap apabila diteskan berkali-kali. Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen atau alat evaluasi dilakukan dengan cara menghitung koefisien reliabilitas instrumen. Perhitungan koefisien reliablitas ini dihitung dengan menggunakan rumus Spearman-Brown (Arikunto, 2007: 93) berikut:
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas
2 1 2 1
r = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.
Koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guliford (Suherman, 2003: 139) sebagai berikut:
Tabel 3.3
Klasifikasi Reliabilitas Soal
Dari hasil perhitungan reliabilitas soal penelitian, didapatkan hasil nilai reliabilitas sebesar 0,73 dan berada pada kriteria reliabilitas tinggi. (Lampiran 2. Data Uji Reliabilitas Soal, hal. 86).
Koefesien Korelasi Kriteria
r11 < 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah
0,40 ≤ r11< 0,60 Sedang
0,60 ≤ r11< 0,80 Tinggi
0,80 ≤ r11<1,00 Sangat Tinggi
) r (1 2r r 2 1 2 1 2 1 2 1 11
(30)
3. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2011: 211). Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal terlebih dahulu menentukan skor total siswa dari siswa yang memperoleh skor tinggi ke rendah. Kemudian untuk sampel besar (n > 30) ambil 27% dari kelompok atas dan 27% dari kelompok bawah. Kemudian hitung daya pembeda dengan menggunakann rumus berikut ini.
(Suherman, 2003: 160)
Keterangan:
DP = daya pembeda satu butir soal tertentu
JBa = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar JBb = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal denganbenar JSa = jumlah siswa kelompok atas
Nilai daya pembeda yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada kategori berikut ini.
Tabel 3.4.
Interpretasi Daya Pembeda
Nilai DP Interpretasi
DP≤0,00 Sangat Jelek
0,00<DP≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP≤ 0,40 Cukup
0,40<DP≤ 0,70 Baik
0,70 <DP≤1,00 Sangat Baik (Suherman, 2003: 161)
Data hasil perhitungan daya pembeda, terlampir (Lampiran 4. Hasil Uji Daya Pembeda, hal. 88). Dari data perhitungan didapatkan bahwa sebanyak 12% soal yang
(31)
digunakan memiliki daya pembedadengan kriteriajelek, 68% dengan kriteriacukup dan 20% yang kriterianya baik.
4. Analisis Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang mudah merangsang anak untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi diluar jangkauan (Arikunto, 2009: 207). Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah sebagai berikut.
Keterangan:
IK = indeks kesukaran
JBa = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar JBb = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JSa = jumlah siswa kelompok atas
Nilai daya pembeda yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.5. berikut ini.
Tabel 3.5.
Interpretasi Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi
IK ≤ 0,00 Sangat Sukar
0,00≤IK< 0,30 Sukar
0,30 ≤ IK< 0,70 Sedang
0,70≤IK<1,00 Mudah
(32)
Hasil perhitungan indeks kesukaran, terlampir (Lampiran 3. Tingkat Kesukaran, hal. 83). Dari data perhitungan didapatkan bahwa sebanyak 20% soal yang digunakan berkategori mudah, 76% soal berkategori sedang dan 4% soal berkategori sukar.
5. Uji Gain (peningkatan)
Data peningkatan merupakan data yang diperoleh dari selisih antara pre test dan post testyang diberikan kepada siswa. Pengujian peningkatan dilakukan dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi.
Keterangan :
< g > = gain skor ternormalisasi Post test = skor hasil post test Pre test = skor hasil pre test Skor maksimum = skor tertinggi
Menurut Hake (1998), tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu :
a. g – tinggi : dengan (< g >) ≥ 0,7 b. g – sedang : dengan 0,7 < (< g >) ≥ 0,3 c. g – rendah : dengan (< g >) < 0,3
6. Uji hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah suatu penelitian itu hipotesisnya dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian dan statistik terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif.Hipotesis (Ha) dalam penelitian ini adalah pernyataan terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
Untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus :
(33)
√
(Sumber: Sugiyono, 2009: 273) Keterangan :
X1 = mean sampel kelompok eksperimen
X2 = mean sampel kelompok kontrol
S1 = standar deviasi kelompok eksperimen
S2 = standar deviasi kelompok kontrol
n1 = jumlah data kelas eksperimen
n2 = jumlah data kelas kontrol
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menentukan signifikan perbedaan dua variabel dengan kriteria sebagai berikut :
Jika thitung< ttabel, makaHa(µ1 ≠µ2)ditolak dan H0(μ1 = μ2) diterima. Jika thitung> ttabel, makaHa(µ1 ≠µ2)diterima dan H0(μ1= μ2) ditolak.
3.5. Tahapan Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data.Rincian tahapan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.6.sebagai berikut :
Tabel 3.6. Tahapan Penelitian
Tahap Penelitian Langkah-langkah Kegiatan
1. Tahap persiapan a. Melakukan observasi tempat penelitian b. Menentukan judul penelitian dan
membuat proposal penelitian;
c. Melaksanakan bimbingan proposal penelitian dengan dosen pembimbing; d. Melaksanakan seminar I (proposal
penelitian);
e. Memperbaiki atau merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar I dan disesuaikan dengan arahan dari para dosen pembimbing;
f. Mengajukan surat izin penelitian di SMK-PP Negeri Cianjur.
g. Melaksanakan konsultasi dengan Kepala Sekolah serta Wakasek Bidang Kurikulum SMK-PP Negeri Cianjur terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan;
h. Mengadakan konsultasi dengan Guru Mata Pelajaran Produktif yang mengampu
(34)
kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi menghitung kebutuhan benih dan seed treatment terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan;
i. Membagi subjek penelitian menjadi 2
Lanjutan Tabel 3.6.
Tahap Penelitan Langkah-langkah Kegiatan
kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional, sedangkan kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI); j. Menyusun instrumen penelitian dan
perangkat pembelajarannya (RPP, bahan ajar, soal pre test dan post test);
k. Memberikan pre test dengan menggunakan soal pilihan ganda yang terlebih dahulu dilakukan uji validasi dan reliabilitas dari soal yang dipergunakan untuk pre test.
l. Mengolah data hasil pre test, sebelumnya dilakukan uji homogenitas untuk
mengetahui tingkat kemampuan dari kelas kontrol dan kelas eksperimen.
(35)
2. Tahappelaksanaan Penelitian ini berlangsung selama dua kali pertemuan. Secara garis besar, pelaksanaan penelitian ini adalah melakukan pembelajaran secara konvensional pada kelompok kontrol dan melakukan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation(GI) pada kelompok eksperimen.Pembelajaran secara konvensional dilakukan dengan metode ceramah yang menggunakan media terbatas.
3. Tahap pengolahan data
a. Pengolahan data dilakukan terhadap hasil pre test dan post test yang telah dilaksanakan selama kegiatan penelitian; b. Pengolahan data dilakukan untuk menguji
peningkatan (gain) dan menguji hipotesis; c. Membuat penafsiran dan menarik
kesimpulan dari hasil penelitian; d. Penyusunan laporan skripsi.
Sedangkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation(GI) dengan menggunakan dilakukan dengan metode diskusi kelompok aktif. Pelaksanaan pembelajaran antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen pada setiap pertemuan dapat dilihat pada tabel 3.7.berikut ini.
Tabel 3.7 Pelaksanaan Pembelajaran Antara Kelas Kontrol Dengan Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pertemuan I
Kegiatan awal :
Berdoa, absensi, dan Pre test
Kegiatan inti :
Guru memberikan materi dengan menggunakan metode ceramah serta media papan tulis dan spidol
Kegiatan awal :
Berdoa, absensi, Pre test, apersepsi/motivasi
Kegiatan inti :
Guru sedikit menjelaskan materi dengan menggunakan alat presentasi, serta papan tulis dan spidol
Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok untuk berdiskusi dan melakukan eksperimen.
(36)
Kegiatan akhir :
Guru menginformasikan materi pelajaran selanjutnya dan menutup pelajaran
Perwakilan setiap kelompok menuliskan data hasil eksperimen kelompoknya di papan tulis
Kegiatan akhir :
Guru menanggapi hasil kerja siswa ,memberikan penguatan dan menutup pelajaran
Lanjutan Tabel 3.7
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pertemuan II
Kegiatan awal :
Berdoa, absensi
Kegiatan inti :
Guru memberikan materi dengan menggunakan metode ceramah serta media papan tulis dan spidol
Kegiatan akhir : Post test, guru menutup pelajaran
Kegiatan awal :
Berdoa, absensi, apersepsi/motivasi
Kegiatan inti :
Guru sedikit menjelaskan materi dengan menggunakan alat presentasi serta papan tulis dan spidol
Guru membimbing siswa melakukan presentasi kelompok dan diskusi kelas untuk mengetahui materi pembelajaran secara lebih jelas.
Kegiatan akhir :
Guru menanggapi proses pembelajaran sambil memberikan penguatan, memberikan Post test dan menutup pelajaran
(37)
Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menentukan cara mengukur variabel penelitian dan alat pengumpulan data. Untuk mengukur variabel diperlukan instrumen penelitian dan instrumen ini berfungsi untuk digunakan dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui metode tes.
Metode tes merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah item pertanyaan mengenai materi yang akan dan telah diberikan kepada subjek penelitian. Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan awal siswa (pre test) dan hasil belajar siswa (post test). Tes dalam penelitian ini berbentuk tes tertulis dengan bentuk pertanyaan uraian yang memuat beberapa pertanyaan mengenai materi pada kompetensi dasar Membudidayakan Tanaman secara Hidroponik.
3.6.1. Hasil Pre Test
Pre test merupakan tes yang dilakukan pada awal pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan awal peneliti sebelum memulai penelitian. Selain itu, pre test ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan siswa sebelum diberikan treatment apapun.
3.6.2. Hasil Post Test
Post test merupakan tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran setelah diberikan treatment tertentu.
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Langkah selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melakukan pengolahan dan analisis data. Pengolahan dan analisis data penelitian merupakan langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, pengolahan dan analisis data yang benar dan
(38)
tepat akan menghasilkan kesimpulan yang benar. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan yaitu :
1. Menghitung skor tes individu 2. Menginterpretasikan nilai individu 3. Uji Homogenitas data pre test 4. Uji Gain
5. Uji Hipotesis
3.7.1. Menghitung skor tes individu
Hasil pre test dan post test peserta didik dinilai dengan menggunakan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan. Nilai maksimum untuk hasil pre test dan post test pada penilaian individu untuk penilaian ini, yaitu 100.
3.7.2. Menginterpretasikan Nilai Individu
Data yang diperoleh dari nilai siswa diolah menjadi nilai huruf dengan interpretasi A (Amat Baik), B (Baik), C (Cukup), D (Kurang), dan E (Kurang Sekali). Menentukan nilai huruf tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Menentukan skor maksimal ideal b. Mencari mean ideal dengan rumus:
(Purwanto, 2007: 95) c. Mencari deviasi standar dengan menggunakan rumus:
(Purwanto, 2007: 95)
d. Menentukan batas bawah D atau batas lulus dimana batas lulus sama dengan mean e. Menentukan batas atas D dengan menggunakan rumus :
(39)
(Purwanto, 2007: 95)
f. Menentukan batas atas C dengan menggunakan rumus :
(Purwanto, 2007: 95)
g. Menentukan batas atas B dengan menggunakan rumus :
(Purwanto, 2007: 95)
Sedangkan untuk memperoleh persentase perolehan skor digunakan rumus :
Keterangan : P = persentase skor
Fo= jumlah skor yang muncul N = jumlah skor total/skor ideal
Nilai siswayang diperoleh, dapat dikonversikan seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8. Konversi Nilai
No Nilai Huruf Keterangan
1 ≥ 88,26 A Amat Baik
2 75,6 – 88,25 B Baik
3 62,76 – 75,5 C Cukup
4 50,01 – 62,75 D Kurang
5 ≤ 50 E Kurang Sekali
(40)
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogen atau tidak. Salah satu teknik statistik yang digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok adalah dengan varians.
̅
√ ̅
(Sugiyono, 2009) Keterangan :
S2 = varians sampel
S = simpangan bakusampel n = jumlah sampel
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :
a. Menghitung varian untuk setiap kelompok sampel dengan menggunakan rumus ̅
b. Menghitung varian gabungan menggunakan rumus √ ̅ c. Mencari nilai F dengan menggunakan rumus
d. Pengujian homogenitas dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Apabila Fhitung <Ftabel , maka dinyatakan homogen. 2) Apabila Fhitung >Ftabel , maka dinyatakan tidak homogen.
Sebelum memberikan treatment atau menyampaikan materi pembelajaran kepada kedua kelas, penulis terlebih dahulu melakukan uji homogenitas data hasil pre test yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data hasil pre test dari kedua kelas (kontrol dan eksperimen) homogen atau tidak, karena syarat untuk melakukan treatment pada penelitian eksperimen adalah subjek penelitiannya harus homogen. Data pre test perlu diuji homogenitas variannya terlebih dahulu dengan menggunakan uji F.
(41)
Harga ini (Fhitung) selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang (21 – 1 = 20) dan dk penyebut (20 – 1 = 19). Berdasarkan dk tersebut dan untuk taraf kesalahan 5%, maka harga Ftabel = 2,135. Ternyata harga Fhitung< Ftabel, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa varian kedua kelompok tersebut homogen.
3.7.4. Uji Gain (peningkatan)
Data peningkatan merupakan data yang diperoleh dari selisih antara pre test dan post testyang diberikan kepada siswa. Pengujian peningkatan dilakukan dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi.
Keterangan :
< g > = gain skor ternormalisasi Post test = skor hasil post test Pre test = skor hasil pre test Skor maksimum = skor tertinggi
Menurut Hake (1998), tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu :
a. g – tinggi : dengan (< g >) ≥ 0,7 b. g – sedang : dengan 0,7 < (< g >) ≥ 0,3 c. g – rendah : dengan (< g >) < 0,3
3.7.5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah suatu penelitian itu hipotesisnya dapat diterima atau ditolak. Hipotesis (Ha) dalam penelitian ini adalah pernyataan tidak adanya perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dengan kelas
(42)
eksperimen. Untuk mengetahui apakah hipotesa dalam penelitian ini diterima atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Polled Varians.
√ [ ]
(Sumber: Sugiyono, 2009: 138) Keterangan :
X1 = mean sampel kelompok eksperimen
X2 = mean sampel kelompok kontrol
S1 = standar deviasi kelompok eksperimen
S2 = standar deviasi kelompok kontrol
n1 = jumlah data kelas eksperimen
n2 = jumlah data kelas kontrol
Harga t sebagai pengganti ttabel dihitung dari selisih harga ttabel dengan dk (n1 – 1) dan dk (n2 – 2) dibagi 2, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.Setelah diperolah thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel.Kriteria pengujiannya adalah tolak Ha apabila thitung lebih besar dari ttabel, dan terima H0 jika thitung lebih kecil dari ttabel.
(43)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis mengenai penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik untuk meningkatkan pemahaman kognitif siswa di SMK Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Cianjur, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemahaman siswa pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik pada kelas kontrol atau kelas yang menerapkan metode konvensional (ceramah) dengan nilai rata-rata post test adalah 73,33 termasuk pada kategori cukup. Berdasarkan hasil uji gain didapatkan nilai rata-rata gain sebesar 0,46 yang termasuk pada kategori sedang. 2. Pemahaman siswa pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman
Hidroponik pada kelas eksperimen atau kelas yang menerapkan model pembelajaran tipe group investigation (GI) dengan nilai rata-rata post test adalah 80,6 termasuk pada kategori baik. Berdasarkan hasil uji gain didapatkan nilai rata-rata gain sebesar 0,53 yang termasuk pada kategori sedang.
3. Tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa antara kelas perlakuan yaitu kelas yang menerapkan model pembelajaran tipe group investigation (GI) dengan kelas kontrol yaitu kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit
(44)
Tanaman Hidroponik sub kompetensi menghitung kebutuhan benih dan seed treatment dimana t hitung (0,06825) < t tabel (0,6832).
5.2. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya. Penulis menyarankan untuk dapat meneliti faktor internal dan eksternal siswa yang berpengaruh pada proses pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran dapat dicapai. Selain itu diharapkan untuk memperhatikan kembali proses pengelolaan kelas yang baik ketika proses pembelajaran. 2. Untuk pengajar. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah
penulis lakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dan keaktifan siswa di kelas. Didasari oleh hal tersebut, maka penulis menyarankan bahwa model pembelajaran tipe group investigation (GI) dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik. Adapun kendala yang dialami selama proses KBM yakni ketika membangun motivasi siswa untuk siap belajar yang pada kebanyakan siswa cenderung sedikit sekali dalam pelaksanaan pembelajaran.
3. Untuk sekolah. Memperhatikan kembali jadwal pembelajaran siswa terutama untuk mata pelajaran produktif sehingga tidak ada pemotongan jam pembelajaran dengan istirahat agar proses KBM dengan maksimal.
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: BumiAksara.hal. 118 – 137.
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement vs Traditional Methods: A Si-thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal of Physics 1, 1-26.
Ibrahim, R. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rhineka Cipta.
Isjoni, 2010. Cooperatif Learning. Efektifitas Pembelajaran Kelompok (cetakan ketiga). Bandung: Alfabeta.
Lie, A. (2005). Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia
Munaf, S. (2001). Evalusi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung
Nasution.(2005). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Purwanto, M. (2007). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.
Rumini, S. dkk. 1995. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sanjaya, W. (2005).Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W. (2009).Strategi Pembelajaran. Jakarta; Kencana.
Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka Cipta.
Slavin,R.E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (Terjemahan). Bandung: Nusa Media.
Sudjana, N. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. (2008). Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru Algesindo.
(46)
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Trianto. (2007). Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Alfabeta.
Winataputra, S, dkk. (2007). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Zingaro, D. (2008). Pembelajaran Investigasi Kelompok. Jakarta: PT. Gramedia. Zulaiha, R. (2011). Analisis Soal Secara Manual. Jakarta: PUSPENDIK.
Sumber Lain:
Anonim. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.[Online]. Tersedia pada: http://blog.tp.ac.id/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-group-investigation (di unduhpada 31 Mei 2012 pukul 16.15 WIB).
Anonim. (2008). Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI). [Online]. Tersedia pada: http: //ipotes. wordpress.com/2008/04/28/ pembelajaran-kooperatif-tipe-group-investigation-gi/ (di unduh pada 1 Juli 2012 pukul 14.05 WIB).
Cahyo, D. (2009). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS. [Online]. Tersedia pada:
http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail.html. (diunduhpada 31 Mei 2012 pukul 15.35 WIB).
Hake, R.R (1998). Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics Courses. Department of Physics, Indiana University, Blomingtoon. [Online].Tersediapada:http://www.physics.indiana.edu/hake.
Nurfarida, E. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fluida Statis. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(47)
Rahayu, I. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sugiyanto.(2009). Penerapan Model Investigasi Kelompok. [Online]. Tersedia pada: http://massugiyanto.blogspot.com/2011/08/penerapan-model-investigasi-kelompok.html. (di unduh pada pada 31 Mei 2012 pukul 16.58 WIB).
Utomo, P. (2010). Model-Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia pada: http://www.grameenfoundation.com. (diunduh pada 31 Mei 2012 pukul 17.15 WIB).
(1)
eksperimen. Untuk mengetahui apakah hipotesa dalam penelitian ini diterima atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Polled Varians.
√ [ ]
(Sumber: Sugiyono, 2009: 138) Keterangan :
X1 = mean sampel kelompok eksperimen X2 = mean sampel kelompok kontrol S1 = standar deviasi kelompok eksperimen
S2 = standar deviasi kelompok kontrol n1 = jumlah data kelas eksperimen n2 = jumlah data kelas kontrol
Harga t sebagai pengganti ttabel dihitung dari selisih harga ttabel dengan dk (n1 – 1) dan
dk (n2 – 2) dibagi 2, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.Setelah
diperolah thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel.Kriteria pengujiannya adalah
tolak Ha apabila thitung lebih besar dari ttabel, dan terima H0 jika thitung lebih kecil dari
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis mengenai penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik untuk meningkatkan pemahaman kognitif siswa di SMK Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Cianjur, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemahaman siswa pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik pada kelas kontrol atau kelas yang menerapkan metode konvensional (ceramah) dengan nilai rata-rata post test adalah 73,33 termasuk pada kategori cukup. Berdasarkan hasil uji gain didapatkan nilai rata-rata gain sebesar 0,46 yang termasuk pada kategori sedang. 2. Pemahaman siswa pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman
Hidroponik pada kelas eksperimen atau kelas yang menerapkan model pembelajaran tipe group investigation (GI) dengan nilai rata-rata post test adalah 80,6 termasuk pada kategori baik. Berdasarkan hasil uji
gain didapatkan nilai rata-rata gain sebesar 0,53 yang termasuk pada kategori sedang.
3. Tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa antara kelas perlakuan yaitu kelas yang menerapkan model pembelajaran tipe group investigation (GI) dengan kelas kontrol yaitu kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit
(3)
Tanaman Hidroponik sub kompetensi menghitung kebutuhan benih dan seed treatment dimana t hitung (0,06825) < t tabel (0,6832).
5.2. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya. Penulis menyarankan untuk dapat meneliti faktor internal dan eksternal siswa yang berpengaruh pada proses pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran dapat dicapai. Selain itu diharapkan untuk memperhatikan kembali proses pengelolaan kelas yang baik ketika proses pembelajaran. 2. Untuk pengajar. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah
penulis lakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dan keaktifan siswa di kelas. Didasari oleh hal tersebut, maka penulis menyarankan bahwa model pembelajaran tipe group investigation (GI) dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik. Adapun kendala yang dialami selama proses KBM yakni ketika membangun motivasi siswa untuk siap belajar yang pada kebanyakan siswa cenderung sedikit sekali dalam pelaksanaan pembelajaran.
3. Untuk sekolah. Memperhatikan kembali jadwal pembelajaran siswa terutama untuk mata pelajaran produktif sehingga tidak ada pemotongan jam pembelajaran dengan istirahat agar proses KBM dengan maksimal.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: BumiAksara.hal. 118 – 137.
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement vs Traditional Methods: A Si-thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal of Physics 1, 1-26.
Ibrahim, R. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rhineka Cipta.
Isjoni, 2010. Cooperatif Learning. Efektifitas Pembelajaran Kelompok (cetakan ketiga). Bandung: Alfabeta.
Lie, A. (2005). Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia
Munaf, S. (2001). Evalusi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung
Nasution.(2005). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Purwanto, M. (2007). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.
Rumini, S. dkk. 1995. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sanjaya, W. (2005).Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W. (2009).Strategi Pembelajaran. Jakarta; Kencana.
Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka Cipta.
Slavin,R.E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (Terjemahan).
Bandung: Nusa Media.
Sudjana, N. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. (2008). Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru Algesindo.
(5)
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Trianto. (2007). Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Alfabeta.
Winataputra, S, dkk. (2007). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Zingaro, D. (2008). Pembelajaran Investigasi Kelompok. Jakarta: PT. Gramedia. Zulaiha, R. (2011). Analisis Soal Secara Manual. Jakarta: PUSPENDIK.
Sumber Lain:
Anonim. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.[Online]. Tersedia pada: http://blog.tp.ac.id/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-group-investigation (di unduhpada 31 Mei 2012 pukul 16.15 WIB).
Anonim. (2008). Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI).
[Online]. Tersedia pada: http: //ipotes. wordpress.com/2008/04/28/ pembelajaran-kooperatif-tipe-group-investigation-gi/ (di unduh pada 1 Juli 2012 pukul 14.05 WIB).
Cahyo, D. (2009). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS. [Online]. Tersedia pada:
http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail.html. (diunduhpada 31 Mei 2012 pukul 15.35 WIB).
Hake, R.R (1998). Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics Courses. Department of Physics, Indiana University, Blomingtoon.
[Online].Tersediapada:http://www.physics.indiana.edu/hake.
Nurfarida, E. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fluida Statis.
Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(6)
Rahayu, I. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sugiyanto.(2009). Penerapan Model Investigasi Kelompok. [Online]. Tersedia pada: http://massugiyanto.blogspot.com/2011/08/penerapan-model-investigasi-kelompok.html. (di unduh pada pada 31 Mei 2012 pukul
16.58 WIB).
Utomo, P. (2010). Model-Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia pada: http://www.grameenfoundation.com. (diunduh pada 31 Mei 2012 pukul 17.15 WIB).