Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur: penelitian tindakan di SMA Fajar Hidayah pada kelas X

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SOSIOLOGI SISWA SMA SIT FAJAR HIDAYAH

KOTAWISATA – CIBUBUR (Penelitian Tindakan Kelas di SMA SIT Fajar Hidayah pada Kelas X)

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Alisiah Nurwati NIM: 105015000626

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULATAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010 M/1430 H


(2)

ABSTRAK

Alisiah Nurwati. Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Siswa SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan siswa dalam proses pembelajaran sosiologi di dalam kelas serta untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA SIT Fajar Hidayah dengan mengambil sampel kelas X, agar permasalah-permasalah yang ada di kelas benar-benar teratasi maka guru melakukan tindakan supaya lebih tahu perkembangan siswa. Instrumen hasil belajar berupa test berbentuk pilihan ganda sebanyak 10 butir soal setiap akhir siklus yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan program Anatest. Tindakan dilakukan dengan dua siklus, pada siklus pertama siswa belum terlihat kemajuannya hal ini dapat dilihat pada hasil belajar siswa setelah tindakan siklus pertama yaitu rata-rata N-gain 0,34 dan hal itu diperlukan tindakan selanjutnya yaitu tindakan siklus II dalam siklus ini sudah mulai membaik dengan terlihatnya perkembangan dan peningkatan hasil belajar siswa yang dapat dibuktikan dengan rata-rata N-gain 0,67.

Kata kunci = Pembelajaran kooperatif model group investigation, sosiologi dan hasil belajar.


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillâhirrahmânirrahîm.

Puji dan syukur dipersembahkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada akhirul anbiyâ sayidinâ Muhammad SAW, kepada keluarganya yang suci dan para sahabatnya yang telah memuliakan Islam serta seluruh muslimin dan muslimat.

Sembah bakti terlebih dahulu penulis haturkan kepada kedua orangtua tercinta, ayahanda Parji dan ibunda Sukinem, yang telah mendidik dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan serta tak bosan-bosannya mendo’akan penuh ketulusan untuk putri tersayang. Semoga Allah mengampuni dan memaafkan kesalahan serta menyayangi keduanya sebagaimana mereka menyayangi diri penulis sedari kecil hingga akhir hayat nanti.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa diri ini adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup sendiri, begitu pula dalam proses pelaksanaan penyusunan skipsi ini penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan ucapan trima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

2. Bapak Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan dosen pembimbing. Berkat jasa beliau, penulis dapat menyelesaikan penulisan sekripsi ini dengan baik.

3. Ibu Fortin Sri Haryani, S.Si, kepala sekolah SMA Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur. Atas bantuan dan

support-nyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas di sekolah tersebut.

4. Seluruh guru SMA Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah, Ms.Rina, Ms.Eko, Ms.Ulfa, Ibu Alfi, Bapak Ghofur, Bapak Rozikin, Ibu Zubaidah, Ibu Retno, Ibu Marni, Ibu Nurul, Ibu Lia, Ibu Tami. Terimakasih atas support dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian dan mengajar di SMA Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah.

5. Seluruh Civitas Akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Trimakasih atas pelayanan yang penuh dedikasi selama peneliti menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Suami tercinta, “AA” Syaiful Amri, S.Thi, yang selalu sabar dan tulus

menemani dalam suka maupun duka serta senantiasa memanjatkan do’a untuk istri tercinta, dan tak henti-hentinya memberikan motivasi agar penulis dapat melakukan yang terbaik dalam hidup dan keluarga. 7. Kakak-kakaku tersayang, Mas Moni, Mba Eva dan keponakanku Farel,

yang telah memberikan motivasi dan do’anya.

8. Keluarga besar yang ada di Bojongkulur, yang telah memberi warna hidup penulis dan do’anya setiap saat.

9. Para sahabat penulis, yakni: Masobihatul Lailiyah, Zuhrotul Azmina, Yani, Rika, Ida, Mita, Hilda, Tarsih, Nunung, Abi, Aniq, Ulum, yang selalau menemani perjalanan dan memberikan bantuan, dukungan dan do’a yang tulus.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan pendidikan IPS angkatan 2005, yang telah memberi banyak pengalaman dan inspirasi.


(5)

11. Sahabat-sahabat PMII Cabang Ciputat, yang telah memberikan pengalaman, do’a serta dukungan.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan do’a dan dukungan selama proses penyususnan sekripsi ini. Penulis panjatkan do’a kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari Allah Swt. Amin.

Pepatah lama mengatakan, “tidak ada gading yang tak retak”, pun demikian dalam hal penyusunan skripsi ini penulis yakin masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran serta koreksi yang konstruktif dari berbagai pihak guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wallâhu al-muâfiq ilâ aqwami al-tharîq

Wassalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh

Jakarta, 16 Juni 2010

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……… i

Daftar isi ……….……… … . iv

Daftar Grafik ………..vii

Daftar Tabel ………...viii

Daftar Lampiran ………. ix

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Identifikasi Masalah .……….. 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….... 6

Bab II Kajian Teoritis dan Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan A. Acuan Teori dan Fokus yang diteliti …………..………..………... 7

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ….………..…………. 7

a. Hakikat Belajar ……….………..……… 7

b. Hakikat Hasil Belajar ………...………..…….... 9

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ..…….…….. 10

2. Sosiologi ………....………... 11

a. Pengertian Sosiologi ………...…….… 11

b. Tujuan Sosiologi ……… …... 12


(7)

4. Pembelajaran Kooperatif ……….. 13

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ……… 13

b. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif ………. 15

c. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif ……… 16

5. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ………. 17

6. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif ……….. 18

7. Implikasi Pembelajaran Kooperatif ……… 19

8. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ………... 19

9. Model Group Investigasi ……… 20

B. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigasi dalam Pembelajaran Sosilogi ………... 22

C. Acuan Teori Rancangan-Rancangan Alternatif atau Disain- Disain Interval Tindakan yang Dipilih ……… 23

D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ………. 24

E. Bahasan hasil-hasil yang relevan ……….. 25

F. Hipotesis Tindakan ……… 27

Bab III Metodologi Penelitian A. Tempat dan Waktu penelitian ……….. 28

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus penelitan ……….... 28

C. Subjek partisipasi yang Terlibat dalam Penelitian………….……... 31

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitain………... 31

E. Tahapan Intervensi Tindakan……….……….. 32

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan……… 32

G. Data dan Sumber Data……….. 32

H. Instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan………... 32

I. Teknik Pengumpulan Data ……….. 35

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (trusworthness) studi………. 36

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis……… 39


(8)

Bab IV Deskripsi Analisis Data, Interpretasi Hasil Analisis Dan Pembahasan

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi

Tindakan Siklus I ………. 42

1. Kegiatan Belajar Mengajar ……….. 42

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ……… 45

C. Analisis Data ………. 45

1. Hasil Belajar Siswa ……….. 45

2. Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Tindakan ……….. 47

3. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Hasil Angket ……... 50

D. Intervensi Hasil Analisis ………... 52

1. Siklus I ………. 52

2. Siklus II ……….... 55

E. Pembahasan Temuan Penelitian ……… 59

Bab V Penutup Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ……… 61

B. Saran ……….. 62 Daftar Pustaka


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kategori Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket

Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban Dengan Skala Likert Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus I

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siklus II

Tabel 4.6 Hasil Wawancara Respon Siswa

Tabel4.7 Nilai Respon Siswa Setelah Belajar Sosiologi Dengan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation

Tabel 4.8 Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Respon Terhadap Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation

Tabel 4.9 PBM Siklus I Tabel 4.10 PBM SIKLUS II


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi pendidikan menjadi sangat penting, karena merupakan aspek yang dapat menunjang kemajuan masa depan bangsa. Apabila pendidikan suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka masyarakat tersebut akan semakin berkualitas.

Dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, maka sekolah sebagai lembaga penyelenggaraan pendidikan formal merupakan komponen penting dalam mempersiapkan generasi anak bangsa untuk mampu menghadapi kompetisi secara global di dalam aktivitas kehidupan masyarakat.

Proses pendidikan merupakan proses perubahan dan pembentukan kepribadian individu, seperti halnya pendapat para ahli tentang pendidikan sebagai berikut:

John Dewey, “pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia”.1

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti


(11)

perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.2

Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Jika bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian, perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, maka pendidikan berusaha langsung dengan pembentukan manusianya. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan-pesan konstitusi, serta sarana dalam membangun watak bangsa.”3

Dengan pendidikan maka manusia dan masyarakat akan mendapat jati dirinya, bukan hanya pendidikan lingkungan masyarakat akan tetapi pendidikan formal juga sangat berpengaruh dalam perkembangan individu dan kualitas sumber daya manusia di masyarakat.

Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Dan satu-satunya wadah untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui pendidikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih rendah. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi

2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), cet.1, hal.1

3 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenagkan), (Jakarta, PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet-1, hal 3-4


(12)

guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.

Menurut Arends (1997): “it is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach then problem solving.”4

Kalimat di atas mempunyai makna bahwa dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga lebih menyuruh siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi jarang mengajarkan bagaimana siswa harus menyelesaikan masalah.

Berdasarkan masalah-masalah yang ada dewasa ini yang perlu kita lakukan sebagai seorang pendidik adalah memperhatikan komponen-komponen pembelajaran yang kita gunakan apakah masih konvesional, pembelajaran yang berpusat pada guru atau sudah menggunakan pembelajaran inovatif, progresif dan menyenangkan? Model-model pembelajaran inovatif-progresif merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pemebelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Dalam pembelajaran sosiologi misalnya, pembelajaran ditekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami lingkungan sekitar secara ilmiah. Sosiologi adalah salah satu mata pelajaran yang menarik untuk dikaji karena dalam setiap materi sangat berhubungan erat dengan proses kehidupan sehari-hari, seperti pada materi; interaksi sosial, pengendalian sosial, tindakan sosial,

4 Trianto, Mendesain Model…hal.7, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet-1, hal.7


(13)

konflik sosial, perubahan sosial, globalisasi, dan lain sebagainya. Pendidikan sosiologi diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya siswa diharapkan dapat mengembangkan dan menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menambah keaktifan siswa dalam belajar atau membahas materi yang diberikan oleh guru, maka dapat digunakan dengan model pembelajaran berkelompok. Salah satu model pembelajaran berkelompok yang aktif yaitu dengan model Student Groups Achievement Division (STAD), Jigsaw dan

Group Investigation

Melihat kondisi yang ada di lingkungan SMA Sekolah Islam Terpadu (selanjutnya disingkat SIT) Fajar Hidayah tempat penulis melakukan penelitian, dalam hal sarana belajar mengajar sudah masuk kategori memadai, hanya saja keadaan siswa yang kurang antusias mengikuti pelajaran sosiologi menyebabkan hasil belajar kurang maksimal dan latar belakang siswa yang kebanyakan dari lingkungan perumahan yang mengedepankan individualis dan mengakibatkan jiwa sosial siswa kurang peka, maka perlu dicarikan solusi terutama model mengajar yang dapat meningkatkan efektifitas dan hasil belajar siswa. Selama penulis melakukan pengamatan dan penelitian dalam pelajaran sosiologi di sekolah tersebut, tampak bahwa para siswa memang kurang antusias dalam belajar sosiologi. Akibatnya mereka kurang mampu untuk memecahkan soal-soal sosiologi sehingga hasil belajarnya pun kurang memuaskan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dalam skripsi ini penulis akan meneliti tentang penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model Group Investigation (Penelitian Kelompok) dalam rangka meningkatkan efektifitas dan hasil belajar sosiologi para siswa kelas X SMA SIT Fajar Hidayah.


(14)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka timbul masalah-masalah sebagai berikut :

a. Ketidakaktifan siswa dan kurangnya antusiasme dalam pembelajaran akan mengakibatkan lemahnya pemahaman tentang materi yang diajarkan dan mempengaruhi hasil belajar siswa.

b. Keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah keikutsertaannya dalam merancang pembelajaran yang menarik dan kreatif.

c. Dengan model pembelajaran yang kostruktif dan inovatif maka hasil belajar dan keaktifan siswa akan meningkat.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah

Dari identifikasi masalah di atas serta mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka untuk mempermudah penulisan skripsi ini agar menjadi lebih terarah, penulis membatasi masalah ini pada: Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model Group Investigation dalam proses pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar sosiologi siswa.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut; Apakah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model group investigation dalam pelajaran sosiologi dapat meningkakan hasil belajar sosiologi para siswa kelas X SMA SIT Fajar Hidayah.


(15)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan meningkatkan ilmu pengetahuan serta tekhnologi. Tujuan penelitian secara umum adalah untuk membentuk kemampuan dan keterampilan menggunakan rancangan-rancangan statistik penelitian yang berpedoman pada pemecahan masalah yang sedang diteliti.5

Dengan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini peneliti sebagai guru bidang studi mempunyai tujuan-tujuan, antara lain:

a. Ingin mengetahui seberapa tinggi hasil penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari melalui pembelajaran kooperatif model Group Investigation

b. Meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologi di SMA SIT Fajar Hidayah dengan cara menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif model

group investigation

2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan :

a. Menjadi bahan masukan guru untuk meningkatkan prestasi dan kreatifitas siswa, khususnya dalam mata pelajaran sosiologi dan semua mata pelajaran pada umumnya, agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif.

b. Sebagai sumbangan data ilmiah mengenai model pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Dengan penelitian ini penulis berharap dapat memahami lebih jauh tentang pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran sosiologi sebagai bekal dikemudian hari.

5


(16)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti 1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

a. Hakikat Belajar

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

“Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat”.1

Artinya bahwa proses perubahan setelah belajar dalam diri seseorang tidak dapat disaksikan, melainkan dapat dirasakan dari adanya gejala-gejala perubahan prilaku yang nampak dari mereka yang belajar.

Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang saat ini nampak (immediate behavior), tetapi prilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.2

1

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasiskompetensi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet 3, h.90

2


(17)

Menurut Gronbach, “learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.3

Maksudnya adalah belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami. Dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca indranya.

Dalam buku Educational Psychology, Witherington menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau pengertian”.4

Dengan demikian, ketika seseorang melakukan proses belajar maka akan mengalami perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

“Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan”.5

Oleh sebab itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru.

Menurut James O. Wittaker, “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.6

“Belajar atau yang disebut dengan learning adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”.7

Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kerusakan fisik, baik karena pengaruh obat-obatan berbahaya maupun karena kecelakaan atau penyakit

3

. Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. 11, h. 231

4

. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 22, h. 84

5

. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 13, h.89

6

. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. 5, h. 104

7

. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), Cet.1, h. 76


(18)

tertentu. Akan tetapi perubahan yang terjadi pada individu dari segala aspek, yaitu aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan

Dapat disimpulkan bahwa hanya melalui proses belajar seorang individu akan mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Hakikat Hasil Belajar

“Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.”8

Kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol disebut dengan kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru. Jadi, anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Keberhasilan seorang guru dari proses belajar mengajar adalah ketika siswanya mengerti dan memahami atas apa yang disampaikannya. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalam hasil belajar.

Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, dituntut kemampuan para pendidik untuk membimbing siswanya dalam proses belajar. Seorang guru harus selalu siap dengan berbagai kondisi dalam menghadapi siswa dan lingkungannya, juga harus memiliki kompetensi yang tinggi untuk dapat menjalankan kewajibannya sebagai guru teladan, agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas.

Oleh karena itu, kegiatan belajar akan lebih terarah dan sistematis jika disertai dengan proses pembelajaran. Belajar dengan proses pembelajaran akan lebih efektif, karena ada guru, bahan ajar, metode, serta ada lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan.

“Di dalam sistem pendidikan nasional mengenai rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom

8

Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Renika Cipta, 1999), Cet. 1, h.28


(19)

secara garis besar mengacu kepada tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik”.9

Seseorang yang telah melalui proses belajar akan nampak dalam perubahan tingkah lakunya. Perubahan ini meliputi tingkah laku secara keseluruhan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Di sekolah biasanya hasil belajar siswa dinyatakan dengan angka, hasil belajar ini diukur melalui test atau penilaian hasil belajar terhadap pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, keterampilan dan sikap siswa selama mengikuti proses belajar dalam jangka waktu tertentu.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa saja, melainkan masih ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan belajar siswa, yang akan dibahas lebih lanjut.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu; yang bersumber dari dalam diri manusia dan manusia yang belajar yang disebut sebagai faktor internal, dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar disebut sebagai faktor eksternal”.10

Secara ringkas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar tersebut dapat digambarkan dalam bagan seperti di bawah ini.

9

. Mulyono Abdurahman, Pendidikan…..,h. 38

10

Suharsimin Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta, PT Rineka Cipta 1990), Cet. 1, h, 21


(20)

Faktor eksternal Manusia: dikeluarga, disekolah,

dimasyarakat Non manusia: udara, suara, bau-bauan Faktor internal

Biologis : usia, kematangan, dan kesehatan Psikologis: minat, motivasi, suasana hati

Prestasi belajar

2. Sosiologi

a. Pengertian Sosiologi

Secara harfiah atau etimologis sosiologi berasal dari bahasa latin: socius

(teman, kawan, sahabat) dan logos (ilmu penetahuan). Jadi sosiologi adalah ilmu tentang cara berteman, berkawan, bersahabat yang baik, atau bergaul yang baik dalam masyarakat.11

Sedangkan secara operasional, beberapa pakar sosiologi mendefinisikan sebagai berikut :

Menurut Mayor Polak sosiologi adalah; “suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis.”12

Menurut Horton dan Hunt (1987:41) Menyatakan bahwa, Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi.13

Menurut Emile Durkheim, “Sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakannya fakta sosial (fait social). Menurut Durkheim fakta sosial merupakan cara-cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada

11

Ari Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta 2000), cet ke-1, hal,3-4

12

Ari Gunawan, Sosiologi…, hal,3-4

13

. J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan,(Jakarta: Prenada Media Group, 2007), Cet. 3, h. 2.


(21)

di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya”.14

Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah; “ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.”15

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan dan pengaruh timbal balik di dalam masyarakat antara lain mengenai gejala-gejala sosial, struktur sosial, maupun perubahan sosial.

b.Tujuan Sosiologi

Tujuan sosiologi adalah meningkatkan daya atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Caranya adalah dengan mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memecahkan masalah-masalah.

3. Hakikat Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian

Individu-individu masyarakat manusia menguasai sejumlah norma-norma di dalam dirinya bukan karena proses-proses yang bersifat kodrati, melainkan memperolehnya melalui suatu proses belajar (learning proses) atau meurut istilah sosiologi adalah proses sosialisasi.

Melalui proses-proses sosialisasi, individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami tingkah pekerti, tingkah pekerti apa yang harus dilakukan, dan tingkah pekerti apa pulakah yang tidak harus dilakukan di dalam masyarakat.

“Kepribadian adalah kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah pekerti sosial tertentu, baik tingkah pekerti yang bersifat tertutup

14

. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993) h. 13

15

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1993), h. 19-20


(22)

(seperti berperasaan, berkehendak, berfikir, dan bersikap), maupun tingkah pekerti yang terbuka”.16

Di dalam sosiologi kepribadian dibentuk karena adanya sosialisasi, dan kepribadian seseorang akan berkembang dan mengalami perubahan karena mengikuti proses sosialisasi yang sempurna. Hubungannya dengan kebudayaan adalah dengan sosialisasi kebudayaan-kebudayaan yang ada di masyarakat akan dikenal oleh seorang individu. Dengan sosialisasi yang sempurna maka individu akan diterima oleh masyarakat dan dapat memahami kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

“Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.” 17

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latarbelakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik

16

J. Dwi Narwoko-Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta, kencana prenada Media Group), cet ke-3, h, 74 dan 84

17


(23)

mengelola kelas dengan lebih efektif yang akan dibahas lebih dalam pada uraian selanjutnya.

“Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan tanya jawab”.18

Model pembelajaran cooperative learning mempunyai asumsi bahwa untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran, siswa paling tidak menjadi bagian dari satu sistem kerja sama dalam kelompok. Dengan demikian, keberhasilan belajar tidak diperoleh semata-mata dari guru, melainkan juga dari pihak lain sesamanya yang terlibat dalam pembelajaran, khususnya siswa. Pihak lain yang disebut di atas bisa juga dalam arti yang lebih luas, misalnya teman sebaya, per group, dan lain-lain.

Yusri Panggabean dalam buku Strategi, Model, dan Evalusai menjelaskan bahwa, hal yang penting diperhatikan dalam Model Pembelajaran

Cooperative Learning adalah, keberhasilan belajar tidak hanya ditentukan oleh kemampuan individu semata, tetapi juga oleh peran masing-masing anggota secara bersama di dalam kelompok. Dengan demikian, model pembelajaran ini mempunyai karakteristik antara lain sebagai berikut:

a. Individual accountability: tiap individu dalam kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang tidak bisa dilepaskan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapai kelompok sebagai masalah bersama. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh pelaksanaan peran dan tanggung jawab setiap anggotanya.

b. Social Skills: model pembelajaran ini mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri atau pengendalian diri demi mencapai kepentingan atau tujuan kelompok. Dalam kelompok siswa belajar memberi dan menerima, memikul dan menyerahkan tanggung jawab, menghormati orang lain, dan membentuk kesadaran sosial.

c. Positive interdevendence: siswa belajar saling tergantung satu sama lain secara positif dalam kelompok. Suasana ini menyediakan kepada siswa pengalaman nyata dimana siswa dalam bekerja sama dapat berkolaborasi bukan berkompetisi.

d. Group Processing: ada begitu banyak masalah yang ditemui dalam kehidupan ini, yang kalau dihadapi secara sendirian kita akan

18


(24)

kehilangan kekuatan. Karena itu, kita membutuhkan bantuan dan pertolongan dari orang lain. Kekuatan kita sendiri sangat terbatas dibanding tantangan yang kita hadapi. Dalam hal ini, Model Pembelajaran Cooperative Learning memberikan kepada siswa pengalaman langsung dimana proses perolehan jawaban atas masalah yang dihadapi dikerjakan oleh kelompok secara bersama. Pengalaman mengalami proses bersama (dalam menghadapi tantangan) di dalam kelompok ini sangat penting dan mahal harganya.

e. Getting better together: di atas semuanya, dan yang menjadi puncaknya, adalah siswa mendapatkan sesuatu yang lebih baik secara bersama di dalam kebersamaan. Dengan demikian, mereka secara bersama dan individu, mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik.19

Jadi pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi pembelajaran di mana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok tersebut siswa saling bekerjasama, saling membantu, berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta bekerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok, baik dalam tutorial, latihan maupun koreksi teman sebaya. Selain kelompok belajar kooperatif, ada beberapa kelompok belajar tradisional yang sering diterapkan di sekolah, seperti kelompok diskusi, kelompok tugas, dan kelompok belajar lainnya.

b. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif

Kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu: a. Meningkatkan harga diri tiap individu

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. c. Konflik antar pribadi berkurang

d. Sikap apatis berkurang

e. Pemahaman yang lebih mendalam f. Retensi atau penyimpanan lebih lama

g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.

h. Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

i. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik). j. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif

19

Yusri Panggabean dkk, Strategi, Model Dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bina Media Informasi, Mei 2007) Cet.Pertama, hal.75-76.


(25)

k. Menambah motivasi dan percaya diri.

l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya.

m. Mudah diterapkan dan tidak mahal.20

c. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Kelemahan model pembelajaran koopertaif yaitu:

a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.

b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.

c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain. d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau

secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa dimana kekurangan yang mungkin terjadi dapat diminimalisirkan.21

20

http://ayobelajarfisika.blogdetik.com/2009/09/06/metode-pembelajaran-kooperatif/, diakses tgl.13 April 2010, jam.16:42

21

http://ayobelajarfisika.blogdetik.com/2009/09/06/metode-pembelajaran-kooperatif/, diakses tgl.13 April 2010, jam.16:42


(26)

5. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Adapun unsur-unsur dasar pemebelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Anita Lee dalam buku Cooperatif Learning adalah sebagai berikut:

a. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenganggungan bersama”

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya, seperti mereka sendiri.

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi dan juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 22

Tabel 2.1

Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajara Konvensional

adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif

guru sering memberikan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok

adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

akuntabilitas induvidual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.

kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan

kelompok belajar biasanya homogen

22

Anita Lee, Cooperatif Leaarning, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h 28


(27)

dan siapa yang memberikan bantuan.

pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara-cara masing-masing ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja

gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara lansung diajarkan.

ketrampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antara anggota kelompok.

pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

guru memerhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugastetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.23

6. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif

Peran guru dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator, motivator dan manajer belajar. Pemberian bantuan secara scaffolding sangat diperlukan. Scaffolding adalah pemberian sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan. Masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri. Berikut perbandingan peranan guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dan pembelajaran tradisional.

23


(28)

7. Implikasi Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, dkk. (2000) “bahwa belajar kooperatif belajar dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antara siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif daripada dari guru”.24

Davidson (1991) memberikan sejumlah implikasi positif dalam pembelajran dengan menggunakan strategi belajar kooperatif yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar kelompok kecil membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan.

2. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.

3. Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemontrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat memengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.

4. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam onteks permainan, teka teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.

5. Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila didiskusikan.25

8. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.

24

. Trianto, mendesain... h.62

25


(29)

Tabel 2. 2

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru

fase 1

menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

fase 2 menyajikan informasi

guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan. fase 3

mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif

guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membantu setiap kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

fase 4

membimbing kelompok bekerja dan belajar

guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. fase 5

evaluasi

guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersembahkan hasil kerjanya. fase 6

memberikan penghargaan

guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok26

9. Model Group Investigasi

Model pembelajaran kooperatif telah diyakini oleh banyak ahli pendidikan sebagai model pembelajaran yang dapat memberi peluang siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri.27

Model ini dapat dipakai untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.28

26

. Trianto, Mendesain…hal.66-67

27

Trianto, Mendesain….,hal.68

28


(30)

Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (contructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.29

Asumsi pengembangan pembelajaran kooperatif tipe group investigasi, yaitu:

1. Untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas.

2. Komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting daripada yang rasional.

3. Untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosioanl dan irrasional. 30

Model pembelajaran group investigasi ini bertumpu pada kesanggupan berpartisipasi dalam proses sosial yang demokratis. Melalui kegiatan yang terkombinasi antara keterampilan antar pribadi (dalam kelompok) dengan keterampilan-keterampilan penentuan akademik, akan dilahirkan pribadi yang tangguh dan rendah hati.31

Investigasi kelompok (group investigation) merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya peyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang berpusat pada guru. Pendekatan ini juga

29

http://ayobelajarfisika.blogdetik.com/2009/09/06/metode-pembelajaran-kooperatif/,

diakses tgl.13 April 2010, jam:16:42

30

Trianto, Mendesain

31


(31)

memerlukan mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.32

Tabel 2. 3

Perbandingan Pendekatan Kelompok Penyelidik dan Pendekatan Struktural

Pendekatan Unsur Kelompok Penyelidik Pendekatan Struktural

Tujuan Kognitif informasi akademik tingkat tinggi dan ketrampilan inkuiri

informasi akademik sederhana

Tujuan Sosial kerjasama dalam kelompok kompleks

keterampilan kelompok dan sosial

Struktur Kelompok kelompok belajar homogen dengan 5-6 orang anggota

bervariasi berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 orang anggota

Pemilihan Topik biasanya siswa biasanya guru

Tugas Utama siswa menyelesaikan inkuiri kelompok

siswa menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan baik sosial maupun kognitif

Penilaian menyelesaikan proyek dan

membuat laporan, dapat menggunakan tes esai

bervariasi

Pengakuan lembar pengakuan dan publikasi lain

bervariasi33

B. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigasi dalam Pembelajaran Sosilogi

Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model group investigasi diharapkan dapat terjadi interaksi aktif antar siswa, baik secara fisik, intelektual dan emosional. Dengan segala perbedaan yang ada pada siswa, mereka dapat saling membantu dengan saling berdiskusi, bekerja sama dan saling melengkapi kekurangan masing-masing dalam memahami pokok pembahasan sosialisasi dan pembentukan kepribadian. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar dan tidak bosan

32

Trianto, Mendesain…. h 79

33


(32)

mengikuti pembelajaran sosiologi. Dengan memberikan kesempatan siswa aktif serta interaksi antar siswa yang kemudian mengadakan penyelidikan untuk menemukan atau menyelesaikan masalah akan meningkatkan pemahaman konsep-konsep dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam pokok bahasan sosialisasi dan pembentukan kepribadian.

C. Acuan Teori Rancangan-Rancangan Alternatif atau Disain-Disain Interval Tindakan yang Dipilih

Pelaksanaan tindakan pembelajaran melalui model group investigation, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang siswa yang heterogen, selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Kemudian siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas. Sharan, dkk (1984) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok (group investigation) meliputi enam fase.

a). Memilih topik

Siswa memilih subtopik khusus suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademik maupun etnis

b). Perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

c). Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila perlu.

d). Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.


(33)

e). Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasikan dikoordinasi oleh guru.

f). Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap-tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu atau kelompok.34

Penelitian dilaksanakan di SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata Cibubur pada kelas X dan fokus permasalahan yang diteliti adalah saat ini proses pembelajaran yang terjadi di kelas hanya berpusat pada guru (teacher center), sehingga siswa tidak dapat mengembangkan pengetahuan awal yang dimilikinya. Untuk mengatasi masalah ini pemilihan metode mengajar yang baik dan optimal merupakan hal yang sangat penting. Agar siswa memahami pelajaran secara mendalam, dapat dilakukan dengan perubahan lingkungan belajar di mana siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik diharapkan menguasai materi dan dapat melaksanakan penyajian materi yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan pengajaran, serta terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar yang baik. Perubahan lingkungan belajar ini dapat dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigation yang dapat merubah siswa pasif dalam pembelajaran menjadi siswa aktif dan meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan Tabel 2. 4 SIKLUS

I

PERENCANAAN: Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan

Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.

Menentukan pokok bahasan. Mengembangkan skenario pembelajaran.

34


(34)

masalah. Menyusun lembar kerja siswa. Menyiapkan sumber belajar. Mengembangkan format evaluasi. Mengembangkan format observasi pembelajaran

TINDAKAN Menerapkan tindakan mengacu pada skenario dan lembar kerjas siswa.

PENGAMATAN Melakukan observasi dengan memakai format observasi. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa.

REFLEKSI Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, lembar kerja siswa dan lain-lain.

SIKLUS II

PERENCANAAN Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah. Pengembangan program tindakan.

TINDAKAN Pelaksanaan program tindakan II PENGAMATAN Pengumpulan data tindakan II REFLEKSI Evaluasi II

Siklus-siklus selanjutnya Kesimpulan

E. Bahasan hasil-hasil yang relevan

Siti Maesaroh dalam skripsinya yang berjudul “Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa” (Studi eksperimen di Kelas I MTs. Manaratul Islam Jakarta Selatan). Memberikan kesimpulan sebagai berikut:


(35)

1. Pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar Matematika, tidak jenuh atau membosankan seperti proses pembelajaran yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran matematika, siswa aktif dalam proses pembelajaran sedangkan guru hanya bertugas mengawasi dan mengarahkan siswa. Dengan demikian pembelajaran kooperatif dengan model Group Investigasi dapat merevisi paradigma lama yang menyatakan bahwa pikiran siswa ibarat kertas kosong yang siap menunggu coretan-coretan gurunya, siswa hanya duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Juga merupakan solusi alternatif dalam mengatasi masalah pendidikan di Indonesia.

2. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa Mts Manaratul Islam dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, indikasi dari hal ini bisa kita lihat dari nilai rata-rata yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigasi lebih tinggi dibanding dengan rata-rata siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu setelah diuji menggunakan statistik uji-t dapat dibuktikan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model Group Investigasi lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Keberhasilan siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Group Investigasi ini tidak terlepas berbagai komponen yang terkait, diantaranya kemampuan guru dalam mengelola kelas, siswa dan lingkungan kelas. Jika komponen-komponen ini dapat dioptimalkan dengan baik maka diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai serta meningkatkan hasil belajar siswa. 35

Penulis belum menemukan literatur hasil penelitian pada mata pelajaran sosiologi penerapan pembelajaran kooperatif model group ivestigation.

Anita Ulama dalam sekripsinya “Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Pensemaran Lingkungan (Penelitian tindakan Kelas di kelas VII SMP Negri 83 Jakarta Barat)” memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Siswa merasa lebih tertarik belajar Biologi, karena mereka semua merasa terlibat dalam kegiatan kooperatif.

35

Siti Maesaroh, Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. (studi eksperimen di kelas I MTs Manaratul Islam Jakarta Selatan), Skripsi (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2005), hal 61-62


(36)

2. Penerapan metode kooperatif model group investigation dapat meningkatkan pemahaman dan perolehan kemampuan siswa.

3. Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif model group investigation efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.36

F. Hipotesis Tindakan

Pelajaran sosiologi apabiala dilakukan dengan mengembangkan pembelajran kooperatif model group investigation akan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

36

Anita Ulama, Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan, Sekripsi (jakarta: Universitas islam Negri Syarif Hidayatullah 2008), hal 62


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah SMA SIT Fajar Hidayah, Kotawisata – Cibubur, tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian dilakuakan pada semester genap (II) mulai tanggal 11 Januari – 1 Maret 2010.

B. Metode Dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas pelaksanaan pembelajaran kooperati dengan model group investigation, siswa terlibat langsung salam perencanaan, baik dalam memilih topik maupun prosedur atau langkah-langkah yang harus diikuti oleh siswa dalam penyelidikan mereka. Di samping itu juga memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit, dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dalam penerapan model ini, guru perlu membelajarkan siswa tentang keterampilan berkomunikasi dan proses

berkelompok yang baik.

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigasi ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dengan 5 sampai dengan 6 anggota kelompok belajar yang heterogen. Faktor lain yang dapat dipertimbangkan adalah keakraban dan persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu.


(38)

Desain Penelitian Tindakan Kelas I. Tahap Persiapan PTK :

- Analisis dan perumusan masalah - Penyiapan /pengadaan referensi - Pemilihan metodelogi - Penyusunan proposal penelitian I. Tahap Persiapan

PTK :

Tahap Perencanaan Tindakan : - Diagnosis kesulitan siswa oleh guru - Diagnosis kesulitan guru dalam KBM - Perencanaan strategi pembelajaran

Siklus I

Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi : - Pelaksanaan KBM

- Pengelolaan sarana penunjang KBM - Pelaksanaan observasi

Tahap evaluasi tindakan - Evaluasi KBM oleh peneliti

- Evaluasi pencapaian hasil belajar siswa (tes I)

Tahap Analisis dan Refleksi

- Analisis dan refleksi terhadap hasil observasi siklus I - Analisis dan refleksi terhadap hasil tes I

Tahap Perencanaan Tindakan : - Revisi KBM siklus I

- Revisi sarana penunjang KBM SIKLUS II. dst ikl I

Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi : - Pelaksanaan KBM

- Pengelolaan sarana penunjang KBM - Pelaksanaan observasi oleh peneliti Tahap Evaluasi Tindakan :

- Evaluasi KBM oleh peneliti

- Evaluasi pencapaian hasil belajar siswa (tes II)

Tahap Analisis dan Refleksi

- Analisis dan refleksi terhadap hasil observasi siklus II - Analisis dan refleksi terhadap hasil tes II

Jika Sudah Baik Jika Belum Baik

Siklus selanjutnya

I. Tahap Diseminasi PTK : - Penyempurnaan model - Seminar hasil penelitian - Pelaporan hasil penelitian

Rancangan Siklus Penelitian 1. Perencanaan/ide awal

Memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran Sosiologi 2. Temuan awal


(39)

Saat ini pembelajaran masih berisi konsep dan prinsip yang harus dihafal siswa, guru “melupakan” latar belakang dan hakikat pembelajaran, metode menagajar masih bersifat ceramah – pengajaran pasif.

3. Diagnosa (hipotesis)

Penggunaan metode mengajar yang berupa tugas ditambah dengan diskusi dan pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan kualitas/hasil belajar siswa. 4. Perencanaan

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk pokok bahasan sosialisasi dan pembentukan kepribadian :

a. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai dengan jumlah pokok bahasan, dipilih ketua dan anggota kelompok, membagi pokok bahasan untuk kelompok secara random, dan dilakukan dengan cara yang menyenangkan. b. Kegiatan kelompok: melakukan observasi lapangan dengan mengamati proses

sosialisasi di Taman al-Qur’an (selanjutnya disingkat TQ) yang ada di bawah naungan Yayasan Fajar Hidayah, untuk memberikan solusi atas permasalahan yang telah ditemukan untuk dipresentasikan di hadapan kelas.

c. Presentasi dan diskusi pleno: masing-masing kelompok menyajikan kelompok diskusinya dalam pleno kelas, guru bertindak sebagai moderator, siswa melakukan diskusi, kemudian guru mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.

d. Jenis data yang dikumpulkan: hasil observasi kelompok dan data siswa yang aktif dalam observasi dan diskusi.

5. Tindakan

Sebelum memulai proses belajar mengajar, pemeliti/guru melakukan test kemampuan awal (pre test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari. Guru memberikan suatu permasalahan berupa cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang erat hubungannya dengan materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian, kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 hingga 6 orang, siswa berdiskusi dengan


(40)

kelompoknya untuk memberikan solusi atas permasalahan yang telh dikemukakan untuk dipresentasikan di depan kelas. Guru memberikan test akhir (post test) kepada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation.

6. Pengamatan

Data yang dikumpulkan berupa aktivitas siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, catatan lapangan untuk merekam kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung, wawancara yang dilakukan guru oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung dan test tertulis berbentuk pilihan ganda.

7. Refleksi

Menggunakan data untuk melakukan evaluasi dan refleksi untuk membuat revisi perbaikan pada tindakan siklus berikutnya.

8. Siklus II dan selanjutnya 9. Penulisan laporan penelitian

C. Subjek/Partisipasi yang Terlibat dalam Penelitian

Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah; peneliti (sebagai guru sosiologi), kepala sekolah SMA SIT Fajar Hidayah sebagai pengaawas, dan siswa-siswi Sekolah Islam Terpadu SMA Fajar Hidayah Kotawisata – Cibubur.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peneliti berperan sebagai observer sekaligus guru kelas yang berkolaborasi dengan satu orang guru sebagai pengawas dalam proses pembelajaran (dalam hal ini dilakukan langsung oleh Kepala Sekolah SMA SIT Fajar Hidayah) untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan peneliti dalam proses pembelajaran kooperatif dengan model group investigation pada konsep sosialisasi dan pembentukan kepribadian.


(41)

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Pembagian kelompok kecil sesuai dengan jumlah pokok bahasan, dipilih ketua, sekretaris dan anggota kelompok, membagi topik pembahasan untuk masing-masing kelompok secara random yang dilakukan secara menyenangkan.

Mengumpulkan bacaan melalui diskusi anggota kelompok belajar untuk memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam selembar kertas untuk persiapan presentasi. Masing-masing kelompok menyajikan hasil diskusinya dalam pleno kelas, guru bertindak sebagai moderator, siswa melakukan diskusi dan guru mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan 1. Tercipta kelompok belajar yang aktif 2. Situasi belajar yang menyenangkan 3. Hasil belajar siswa meningkat

G. Data dan Sumber Data

Sumber data diperoleh dari siswa-siswi SMA SIT Fajar Hidayah, Kotawisata – Cibubur, dan data yang diperoleh dari situasi dan suasana kelas saat proses belajar mengajar berlangsung dan hasil belajar siswa yang meningkat setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigation.

H. Instrument Pengmpulan Data yang Digunakan 1. Test (pre-test dan post test)

Lembar tes tertulis ini berupa pre-test dan post test soal-soal pada pokok bahasan sosialisai dan pembentukan kepribadian berbentuk pilihan ganda. Perangkat test berupa 10 soal pilihan ganda. Skor yang digunakan untuk soal adalah bernilai 1 (satu) untuk soal yang dijawab benar dan bernilai 0 (nol) untuk soal yang dijawab salah. Test ini diberikan kepada siswa kelas X sebelum dan


(42)

sesudah pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model

group investigation untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa sebelum dan sesudah aktivitas siswa saat proses pembelajaran.

Sebelumnya test ini telah diujikan pada kelas yang tidak dijadikan objek penelitian dan dihitung validitasnya, realibilitas dan taraf kesukaran soal.

2. Catatan lapangan

Catatan lapangan diperlukan untuk merekam kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan meliputi; rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi ini peneliti dapat melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana awal.

3. Instrumen wawancara pada akhir siklus

Wawancara dilakukan dari guru oleh siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir.

Pedoman wawancara dengan siswa menitikberatkan pada tanggapan siswa selama proses pembelajaran, serta saran siswa terhadap pembelajran selanjutnya. 4. Angket

Angket diberikan kepada siswa setelah berakhirnya penelitian, tujuannya adalah untuk mengetahui respon siswa setelah belajar sosiologi dengan pembelajaran kooperati model group investigation. Respon siswa yang ingin diketahui adalah apakah responnya baik, sedang atau buruk, dengan kategori sebagai berikut:

Tabel.3.1

Kategori Respon Siswa Setelah Belajar Sosiologi dengan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigasi

Respon Interval Nilai

Baik 35-50 Sedang 18-34 Buruk 1-17


(43)

Jenis angket yang digunakan berbentuk daftar cek (Cheklist) yang terdiri dari 10 pertanyaan, 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Alternatif jawaban yang diberikan adalah; Selalu (S), Sering (SR), Kadang-kadang (K), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP).1

Tabel.3.2 Kisi-kisi Angket

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Siswa

Variabel Dimensi Indikator Item Pernyataan

Metode Group Investigasi

(X)

- Keaktifan - Aktif belajar dengan metode Group Investigasi

1 (+), 2 (-)

Hasil Belajar Sosiologi

(Y)

- Usaha dalam beajar

- Pemahaman - Kepuasan - Peningkatan

- Semangat belajar

- Lebih mudah

memahami konsep - Nilai sosiologi yang

diperoleh

- Hasil belajar

sosiologi

3 (+), 4 (-)

5 (+), 6 (-)

7 (+), 8 (-)

9 (+), 10 (-)

Adapun kriteria penskorannya adalah sebagai berikut: Tabel.3.3

Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dengan Skala Likert

No. Pernyataan Skor

SS S N TS STS

1. Positif 5 4 3 2 1 2. Negatif 1 2 3 4 5

1


(44)

I. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan test sebagai instrumen penelitian. Jenis test yang digunakan adalah test prestasi (achievement test) yaitu test yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Jadi test ini diberikan setelah siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal yang diteskan, dalam hal ini menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model group investigation.

Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:

1. Sebelum memulai proses belajar mengajar, peneliti (guru sosiologi) melakukan test kemampuan awal (pre-test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari.

2. Guru memberikan suatu permasalahan berupa cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang erat hubungannya dengan materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian.

3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

4. Siswa dengan kelompoknya melakukan observasi lapangan dengan mengamati proses sosialisasi di TQ yang ada di bawah naungan Yayasan Fajar Hidayah, untuk memberikan solusi atas permasalahan yang telah ditemukan untuk dipresentasikan di hadapan kelas.

5. Guru memberikan tes akhir (post-test) kepada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation.

6. Guru sekaligus peneliti menilai hasil test, kemudian dimasukan ke dalam blanko penilaian untuk selanjutnya dilakukan analisis data dan mempersiapkan laporan penelitian.


(45)

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (trusworthiness) Studi

Sebelum test dilakukan, test tersebut harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi, “instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu, valid dan variabel.2

1. Validitas

Salah satu ciri tes itu baik adalah apabila test itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur, atau istilahnya valid atau sahih. Dalam penelitian ini digunakan validitas isi (content validity) yang berarti tes disusun sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran khusus. Sedangkan pengujian validitas instrumen (validitas butir) menggunakan rumus korelasi biserial:3

rpbi = SDt

Mt Mp

q p

/ rbis = Xi- Xi

i i

q P

Keterangan :

rpbi : Koefisien korelasi point yang dianggap sebagai koefisien validitas

item

Mp : Skor rata-rata hitung yang menjawab benar Mt : Skor rata-rata total

SDt : Standar Deviasi

p : Proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item q : Proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item.

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan rbis dibandingkan rtabel product moment yaitu 0.361. Jika hasil perhitungan rbis >atau = rtabel, maka soal tersebut valid. Jika hasil perhitungan rbis < rtabel, maka soal dinyatakan tidak valid.

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) h.158

3

Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2000) cet-3, h.185


(46)

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi, sedangakan alat evaluasi atau test disebut reliabel, jika test tersebut dapat dipercaya, konsisten atau stabil produktif, jadi yang diperhitungkan di sini adalah ketelitiannya.

Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 20) yaitu: 11 r : ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −1 n n ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ −

2 2 s pq s Keterangan : 11

r : Reliabilitas menggunakan persamaan KR-20 p : Proporsi siswa yang menjawab benar

q : Proporsi sisawa yang menjawab salah n : Banyaknya soal

s2n : Standar deviasi atau simpangan baku

3. Pengujian Taraf kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah maka soal-soal tersebut diujuikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Pengujian taraf kesukaran ini menggunakan rumus: 4

I =

N B

Keterangan :

I : Indeks kesulitan untuk setiap butir soal

B : Banyak siswa yang menjawab benar untuk setiap butir soal

N : Banyak siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud Kriteria indeks kesukaran :5

0.00 – 0.30 : sukar

4

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1999) h.137

5


(47)

0.31 – 0.70 : sedang 0.70 – 1.00 : mudah 4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (lemah prestasinya). Cara perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

D = PA – PB, dimana

PA = JA BA

dan PB = JB BB

Keterangan :

D : Daya pembeda soal PA : Proporsi kelas atas PB : Proporsi kelas bawah

BA : Banyak siswa kelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir soal BB : Banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar untuk setiap butir

soal

JA : Jumlash siswa kelas atas JB : Jumlah siswa kelas bawah

Klasifikasi Daya Pembeda Soal D < 0.2 : buruk

D = 0.2 – 0.4 : cukup D = 0.4 – 0.7 : baik


(48)

K. Analisa Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu penelitian memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada prose pembelajaran, catatan lapangan, dan respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation.

Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan materi menggunakan analisis deskriptif dari siklus dengan menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau pengusaan materi siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru.

Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus Normalized Gain.

N gain =

eTest Skor

SkorIdeal

eTest Skor

st SkorPostTe

Pr Pr −

− Dengan kategori:

G tinggi : nilai (g) > 0,70 G sedang : 0,70 > (g) > 0,3 G rendah : nilai (g) < 0,3

L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan

Dengan memperhatikan hasil tindakan dalam siklus 1, maka penelitian ditindaklanjuti untuk memperbaiki kekurangan pada siklus pertama, dengan berbagai tahapan berikut ini:

1. Perencanaan tindakan

Perencanaan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk pokok bahasan sosialisai dan pembentukan kepribadian pada sub materi sosialisasi.


(49)

a. Format tugas

Pembagian kelompok kecil sesuai dengan pokok bahasan, kemudian dipilih ketua, sekretaris dan anggota kelompok, membagi topik bahasan secara random yang dilakukan dengan cara yang menyenangkan.

b. Kegiatan kelompok

Melakukan observasi lapangan untuk mengetahui proses sosialisasi di TQ Fajar Hidayah, untuk memahami materi dan menuliskan hasil penemuannya untuk persiapan presentasi.

c. Presentasi dan diskusi pleno

Masing-masing kelompok menyajikan diskusinya dalam pleno kelas, guru bertindak sebagai moderator, siswa melakukan diskusi dan guru mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.

d. Jenis data yang dikumpulkan

Lembar hasil observasi dan data siswa yang aktif dalam diskusi dan observasi. 2. Tindakan

Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru melakukan test kemampuan awal (pre-test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari, kemudian guru memberikan suatu permasalahan berupa cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang erat hubungannya dengan materi sosialisai dan pembentukan kepribadian.

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan tugas untuk melakukan observasi lapangan, kemudian siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk memberikan solusi atas permasalahan yang telah ditemukan untuk dipresentasikan di depan kelas, kemudian guru memberikan test akhir (post-test) kepada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation.

3. Pengamatan

Data yang dikumpulkan dalam proses pengamatan berupa aktivitas siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, catatan lapangan untuk merekam


(50)

kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung, wawancara yang dilakukan baik dengan siswa oleh guru maupun dengan guru oleh peneliti setelah proses pembelajaran berlangsung dan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda. 4. Refleksi

Mengolah dan menganalisa data, kemudian menarik kesimpulan mengenai hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran selama penelitian baik kelebihan maupun kekurangannya melalui model pembelajaran dan media yang digunakan dalam pembelajaran.

5. Evaluasi

Guru sekaligus observer mencatat kegiatan belajar mengajar siswa, kemudian mengadakan post test pada akhir siklus dan mengadakan wawancara mengenai pembelajaran yang berlangsung dalam siklus ini, kemudian menggunakan data yang ada dilakuan evaluasi dan refleksi untuk membuat revisi pada tindakan di siklus selanjutnya.


(51)

BAB IV

DESKRIPSI ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/ Hasil Intervensi Tindakan Siklus I 1. Kegiatan Belajar Mengajar

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata - Cibubur kelas X sebanyak 27 siswa. Sekolah ini telah menggunakan pembelajaran kooperatif dan integrasi al-Qur’an, akan tetapi masih saja banyak kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran terutama pelajaran sosiologi, karena latar belakang siswa yang berbeda-beda membuat sedikit kesulitan dalam melaksanakan pemebelajaran yang efektif. Kendala-kendala yang dihadapi pada saat proses pembelajaran sosiologi di kelas X di antaranya adalah, kondisi kelas yang gaduh mengurangi daya konsentrasi siswa, sebagian siswa menganggap tidak penting pelajaran sosiologi, sehingga banyaknya istilah-istilah dalam sosiologi sulit untuk membedakannya, pada akhirnya siswa merasa kebingungan.

Berdasarkan kendala-kendala tersebut, maka peneliti (selaku guru sosiologi) ingin menerapkan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan terlibat langsung dalam proses pemebelajaran sosiologi, yaitu model Cooperatif Learning Model Group Investigasi.

Dengan model pembelajaran ini siswa berperan langsung dari awal perencanaan hingga proses berlangsungnya pembelajaran. model pembelajaran yang dapat memberi peluang siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri.

Oleh sebab itu, objek penelitian tindakan ini adalah pembelajaran kooperatif model group investigasi, hasil belajar, materi sosiologi, serta aktivitas dan sikap siswa. Penelitian


(1)

62

1. Sistem pembelajaran kooperatif model group investigation sangat efektif diterapkan pada mata pembelajaran sosiologi. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menggunakan sistem pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sisawa.

2. Lingkungan belajar bukan hanya di dalam kelas, siswa akan lebih peka dan lebih kritis apabila dihadapkan dengan lingkungan belajar yang riil. Karena salah satu tujuan pembelajaran sosiologi adalah sikap kritis dan kepekaan siswa terhadap lingkungan sosialnya.

3. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran sosiologi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Renika Cipta, Cet. 1, 1999

Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet-3, 2000.

Anita Lee, Cooperatif Learning, Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia, 2000

Anita Ulama, “Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Grup Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan”, Sekripsi Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah 2005.

Ari Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Renika Cipta, Cet-1, 2000

Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet.1, 1990

, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta 1995

Djamarah,Saiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 1, 2002

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997

Irwanto, dkk, Psikologi Umum, Jakarta: PT Prehallindo, 2002

Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, Cet.1, 2006

J Dwi Narwoko-Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet.3


(3)

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sirtifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelaajran Kreatif dan Menyenangkan, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, Cet.1 2005

Pangabean, Yusri, dkk, Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum, Cet.1, 2006

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya CV, Cet.1 1984

Riduwan, Metode dan Tekhnik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. 4

Sanjaya, Wina, Pembelajran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Prenada Media Group, Cet. 3, 2008

Siti Maesaroh, “Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Model Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa: Studi Eksperimen di Kelas 1 MTS Manarul Islam Jakarta Selatan”, Sekripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2005.

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Renika Cipta, Cet. 1, 2004

Soekanto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1993

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993.

Supardan, Dadang, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 11, 2002

Syah, Darwan, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Faza Media, 2006, Cet. 1

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 13


(4)

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Kencana Predana Media Group, Cet.1, 2009

http:/ayobelajarfisika.blogdetik.com/2009/09/06/metode-pembelajaran-kooperatif/,di akses tgl.13 April 2010, jam.16:42


(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbandingan N-gain Siklus I dan Siklus II

Grafik 4.2 Nilai Respon Siswa setelah Belajar Sosiologi dengan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 RPP Siklus I sampai Siklus II LAMPIRAN 2 Soal Siklus I

LAMPIRAN 3 Soal Siklus II LAMPIRAN 4 Kunci Jawaban

LAMPIRAN 5 Hasil Wawancara pada saat selesai Pembelajaran LAMPIRAN 6 Catatan Lapangan

LAMPIRAN 7 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar

LAMPIRAN 8 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

LAMPIRAN 9 Angket Respon Siswa Setelah Belajar Sosioligi dengan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation LAMPIRAN 10 Nama Kelompok Belajar Siswa

LAMPIRAN 11 Kisi-kisi Observasi Siswa

LAMPIRAN 12 Pedoman Wawancara Setelah Tindakan LAMPIRAN 13 Hasil Belajar Siklus I

LAMPIRAN 14 Hasil Belajar Siklus II LAMPIRAN 15 Uji Validitas Anatest Siklus I LAMPIRAN 16 Uji Validitas Anatest Siklus II


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII Smp Islamiyah Ciputat : penelitian tindakan kelas di SMP Islamiyah Ciputat

0 8 0

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN KONSEPTUAL PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA YAYASAN PERGURUAN AL-HIDAYAH MEDAN T.P 2015/2016.

0 2 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELAS X SMA AL-HIDAYAH MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

1 8 21

PENERAPAN KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DENGAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKYIVITAS DAN HASIL BELAJAR EKONOMI PADA MATERI KETENEGAKERJAAN KELAS XI IPS3 SMA AL-HIDAYAH MEDAN.

0 0 30

PENERAPAN KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA AL-HIDAYAH MEDAN T.A 2012/2013.

0 5 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN SETRATEGI GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Setrategi Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD N 01 Ngunut

0 1 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI KELAS XI IIS 5 SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 0 6

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BRYOPHYTA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DI SMA KELAS X

0 0 10